BAB I CHEPALGIA
1.1. Konsep Dasar 1.1.1.
Pengertian
Chepalgia adalah nyeri atau sakit sekitar kepala, termasuk nyeri di belakang mata serta perbatasan antara leher dan kepala bagian belakang. Chepalgia atau sakit kepala adalah salah satu keluhan fisik paling utama manusia. Sakit kepala pada kenyataannya adalah gejala bukan penyakit dan dapat menunjukkan penyakit organik (neurologi atau penyakit lain), respon stress, vasodilatasi (migren), tegangan otot rangka (sakit kepala tegang) atau kombinasi respon tersebut. (Smeltzer & Bare, 2002) Chefalgia atau sakit kepala adalah salah satu keluhan fisik paling utama manusia. Sakit kepala pada kenyataannya adalah gejala bukan penyakit dan dapat menunjukkan penyakit organik (neurologi atau penyakit lain), respon stress, vasodilatasi (migren), tegangan otot rangka (sakit kepala tegang) atau kombinasi respon tersebut. (Brunner & Suddart, 2002) Chepalgia Kronik mengac mengacuu pada sakit kepala yang terjadi lebih dari 15 hari dalam sebulan - dalam beberapa kasus bahkan setiap hari - selama tiga bulan atau lebih. (Silberstein, 2005)
1
1.1.2.
Klasifikasi
Klasifikasi sakit kepala yang paling baru dikeluarkan oleh Headache Classification Cimitte of the International Headache Society sebagai berikut: 1.1.2.1. Migren (dengan atau tanpa aura) 1.1.2.2. Sakit kepala tegang 1.1.2.3. Sakit kepala klaster dan hemikrania paroksismal. paroksismal. 1.1.2.4. Berbagai sakit kepala yang dikaitkan dengan lesi struktural. 1.1.2.5. Sakit kepala dikaitkan dengan trauma kepala. 1.1.2.6.
Sakit
kepala
dihubungkan
dengan
gangguan
vaskuler
(mis.
Perdarahan
subarakhnoid). 1.1.2.7. Sakit kepala dihuungkan dengan gangguan intrakranial non vaskuler (mis. Tumor otak). 1.1.2.8. Sakit kepala dihubungkan dengan penggunaan zat kimia tau putus obat. 1.1.2.9. Sakit kepala dihubungkan dengan infeksi non sefalik. 1.1.2.10. Sakit kepala yang dihubungkan dengan gangguan metabolik (hipoglikemia). 1.1.2.11. Sakit kepala atau nyeri wajah yang dihubungkan dengan gangguan kepala, leher atau struktur sekitar kepala ( mis. Glaukoma akut). 1.1.2.12. Kranial (nyeri menetap berasal dari saraf kranial)
Neuralgia
1.1.3.
Anatomi Fisiologi
Otak terdapat di rongga tengkorak yang dibungkus oleh selaput otak yang disebut meningen, otak merupakan jaringan yang paling banyak membutuhkan energy setiap hari.
Gambar 1.1 Gambar Anatomi Pusat Syaraf
Secara structural susunan saraf terbagi atas 2 macam : 1.1.3.1. Susunan saraf sentral a.
Otak besar (serebrum) Otak besar terdiri dari dua belahan yang disebut hemisfer yaitu : hemisfer kanan dan hemisfer kiri, permungkaan otak bertekuk-tekuk yang disebut bilus dan belah diantara dua lekukan tersebut disebut sulkus, setiap hemisfer serebri dibagian dalam lobus terdiri dari 4 lobus yaitu :
1)
Lobus Frontalis
Mengontrol emosi, kepribadian, penilaian, penaksiran, dan tingkah laku yang dipelajari dari pengembangan fikiran.
2)
Lobus Perietalis Merupakan pusat sensori : area ini menerima input sensori mayor seperti rasa nyeri, suhu, sentuhan, dan fibrasi area yang berhubungan dengan sensori.
3)
Lobus Temporalis Menerima input dari indera perasa, pendengaran dan penciuman.
4)
Lobus Oksipitalis Merupakan pusat saraf penglihatan.
b.
Batang otak Terdiri dari :
1)
Pons Terletak diantara otak kecil dan diantara otak besar dengan medulla oblingata, pada pons ini terdapat serat-serat longitudinal yang menghubungkan medulla oblongata denganotak besar, pada pons ini terdapat saraf keanial V, VI, VII dan VIII.
2)
Medulla Oblongata Terletak dibawah pons dan diatas medulla spinalis dan medulla oblongata terdapat persilangan consticospinal (yang membawa ransangan motorik dari otak ke medulla spinalis). Pada medulla oblongata ini terdapat pusat respiratori dan pusat kardiovaskuler. Jadi fungsi batang otak yaitu penerima reflek dari susunan dsaraf pusat.
c.
Otak kecil (Cerebelum) Otak kecil terdapat di bagian belakang otak besar, permungkaan otak kecil juga tidak teratur, juga mempunyai lekuk diantara bagian, otak kecil juga terdiri dari hemisfer kiri dan kanan secara simetris. Fungsi dari otak kecil adalah sebagai pusat pengaur keseimbangan tubuh dan tempat koordinasi kontraksi otot rangka.
1.1.3.2. Susunan saraf tepi (Perifer) Susunan saraf tepi terdiri dari saraf cranial termasuk sensorik dan motorik serta ganglion, saraf motorik disarafi oleh beberapa percabangan saraf cranial 12 pasang saraf. a. N. Olfactorius (Fungsi penciuman) b. N. Optikus (Fungsi penglihatan) c. N. Okulomotoris (Kelopak mata dan pergerakan mata) d. N. Troklearis (pergerakan mata keatas dan kebawah) e. N. Trigeminus (fungsi mengunyah) f. N. Abdusen (gerakan mata kearah samping) g. N. Fasialis (ekspresi muka dan wajah) h. N. Vestibulokoklear (Pendengaran) i. N. Glasofaringeal (Menelan) j. N. Vagus (Menggerakkan pita suara)
k. N. Accesorius (rotasi kepala) l. N. Hipoglosus (Pergerakan lidah) ( Syaifuddin, 1997 : 125 )
1.1.4.
Etiologi
Sakit kepala sering berkembang dari sejumlah faktor risiko yang umum yaitu : 1.1.4.1. Penggunaan obat yang berlebihan. Menggunakan terlalu banyak obat dapat menyebabkan otak kesebuah keadaan tereksasi, yang dapat memicu sakit kepala. Penggunaan obat yang berlebihan dapat menyebabkan rebound sakit kepala (tambah parah setiap diobati). 1.1.4.2.Stres. Stress adalah pemicu yang paling umum untuk sakit kepala, termasuk sakit kepala kronis. Stress menyebabkan pembuluh darah di otak mengalami penegangan sehingga menyebabkan sakit kepala. 1.1.4.3.Masalah tidur Kesulitan tidur merupakan faktor risiko umum untuk sakit kepala. Karena hanya sewaktu istirahat atau tidur kerja seluruh tubuh termasuk otak dapat beristirahat pula. 1.1.4.4.Kegiatan berlebihan Kegiatan atau pekerjaan yang berlebihan dapat memicu datangnya sakit kepala, termasuk hubungas seks. Kegiatan yang berlebihan dapat membuat pembuluh darah di kepala dan leher mengalami pembengkakan. 1.1.4.5.Kafein. Sementara kafein telah ditunjukkan untuk meningkatkan efektivitas ketika ditambahkan ke beberapa obat sakit kepala. Sama seperti obat sakit kepala berlebihan dapat memperburuk gejala sakit kepala, kafein yang berlebihan juga dapat menciptakan efek rebound (tambah parah setiap kali diobati). 1.1.4.6.Rokok Rokok merupakan faktor resiko pemicu sakit kepala. Kandungan nikotin dalam rokok dapat membuat pembuluh darah menyempit. 1.1.4.7.Alkohol
Alkohol menyebabkan peningkatan aliran darah ke otak. Sama seperti rokok, alkohol juga merupakan faktor risiko umum penyebab sakit kepala. 1.1.4.8.Penyakit atau infeksi Seperti meningitis (infeksi selaput otak), saraf terjepit di leher, atau bahkan tumor. (Smeltzer & Bare, 2002)
1.1.5.
Patofisiologi
Sakit kepala timbul sebagai hasil perangsangan terhadap bagian-bagian diwilayah kepala dan leher yang peka terhadap nyeri. Bangunan-bangunan ekstrakranial yang peka nyeri ialah otot-otot okspital, temporal dan frontal, kulit kepala, arteri-arteri subkutis dan periostium. Tulang tengkorak sendiri tidak peka nyeri. Bangunan-bangunan intrakranial yang peka nyeri terdiri dari meninges, terutama dura basalis dan meninges yang mendindingi sinus venosus serta arteri-arteri besar pada basis otak. Sebagian besar dari jaringan otak sendiri tidak peka nyeri. Perangsangan terhadap bagian-bagian itu dapat berupa: 1.1.5.1.
Infeksi selaput otak : meningitis, ensefalitis.
1.1.5.2.
Iritasi kimiawi terhadap selaput otak seperti pada perdarahan subdural atau setelah dilakukan pneumo atau zat kontras ensefalografi.
1.1.5.3.
Vasodilatasi arteri intrakranial akibat keadaan toksik (seperti pada infeksi umum, intoksikasi alkohol, intoksikasi CO, reaksi alergik), gangguan metabolik (seperti hipoksemia, hipoglikemia dan hiperkapnia), pemakaian obat vasodilatasi, keadaan paska contusio serebri, insufisiensi serebrovasculer akut).
1.1.5.4.
Gangguan pembuluh darah ekstrakranial, misalnya vasodilatasi ( migren dan cluster headache) dan radang (arteritis temporalis).
1.1.5.5.
Gangguan terhadap otot-otot yang mempunyai hubungan dengan kepala, seperti pada spondiloartrosis deformans servikalis.
1.1.5.6.
Penjalaran nyeri (reffererd pain) dari daerah mata (glaukoma, iritis), sinus (sinusitis), baseol kranii ( ca. Nasofaring), gigi geligi (pulpitis dan molar III yang mendesak gigi) dan daerah leher (spondiloartritis deforman servikalis).
1.1.5.7.
Ketegangan otot kepala, leher bahu sebagai manifestasi psikoorganik pada keadaan depresi dan stress. (Sylvia G. Price, 1997)
1.1.6.
WOC
Penggunaan obat yang berlebihan, stress, masalah tidur,
kegiatan berlebihan, kafein, rokok, alkohol penyakit atau infeksi
Terjadi peransangan bagian-bagian
wilayah kepala dan leher, berupa :
Infeksi selaput otak : meningitisensefalitis
Iritasi kimia wi terha dap selap ut otak seper ti pada pend araha n subdu ral
Peregangan selaput otak akibat proses desak ruang entrakranial
Vaso dilata si arteri intracr Gang anial guan akibat pemb toksik uluh darah ekstra crania l
MK : Kuran g penget ahuan CHEP ALGIA
Gangg uan terhda p otototot yang berhu bunga n denga n kepala
Penj alara n nyeri
Kerus akan fungsi neuro n
Gangguan metabolik Vaso dilata si
MK : Gangguan rasa nyaman nyeri kronik
Hipoksemia
Nyeri berat
Hipoglikemi
Hemiparise kiri/ hemiparise kanan MK : Perubahan perfusi serebral
MK : Koping individual tidak efektif
Mempunyai kerentanan terhadap sisi kontraleral shg kemungkinan terjatuh kesisi berlawanan MK : Gangguan mobilitas fisik MK : Devisit perawatan diri
1.1.7.
Manifestasi Klinis
1.1.7.1. Migren Migren adalah gejala kompleks yang mempunyai karakteristik pada waktu tertentu dan serangan sakit kepala berat yang terjadi berulang-ulang. Penyebab migren tidak diketahui jelas, tetapi ini dapat disebabkan oleh gangguan vaskuler primer yang biasanya banyak terjadi pada wanita dan mempunyai kecenderungan kuat dalam keluarga. Tanda dan gejala adanya migren pada serebral merupakan hasil dari derajat iskhemia kortikal yang bervariasi. Serangan dimulai dengan vasokonstriksi arteri kulit kepala dan pembuluh darah retina dan serebral. Pembuluh darah intra dan ekstrakranial mengalami dilatasi, yang menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan. Migren klasik dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu: o
Fase aura. Berlangsung lebih kurang 30 menit, dan dapat memberikan kesempatan bagi pasien untuk menentukan obat yang digunakan untuk mencegah serangan yang dalam. Gejala dari periode ini adalah gangguan penglihatan ( silau ), kesemutan, perasaan gatal pada wajah dan tangan, sedikit lemah pada ekstremitas dan pusing. Periode aura ini berhubungan dengan vasokonstriksi tanpa nyeri yang diawali dengan perubahan fisiologi awal. Aliran darah serebral berkurang, dengan kehilangan autoregulasi laanjut dan kerusakan responsivitas CO2.
o
Fase sakit kepala Fase sakit kepala berdenyut yang berat dan menjadikan tidak mampu yang dihungkan dengan fotofobia, mual dan muntah. Durasi keadaan ini bervariasi, beberapa jam dalam satu hari atau beberapa hari.
o
Fase pemulihan Periode kontraksi otot leher dan kulit kepala yang dihubungkan dengan sakit otot dan ketegangan lokal. Kelelahan biasanya terjadi, dan pasien dapat tidur untuk waktu yang panjang. 1.1.7.2. Cluster Headache Cluster Headache adalah bentuk sakit kepala vaskuler lainnya yang sering terjadi pada pria. Serangan datang dalam bentuk yang menumpuk atau berkelompok, dengan nyeri yang menyiksa didaerah mata dan menyebar kedaerah wajah dan temporal. Nyeri diikuti mata berair dan sumbatan hidung. Serangan berakhir dari 15 menit sampai 2 jam yang menguat dan menurun kekuatannya. Tipe sakit kepala ini dikaitkan dengan dilatasi didaerah dan sekitar arteri ekstrakranualis, yang ditimbulkan oleh alkohol, nitrit, vasodilator dan histamin. Sakit kepala ini berespon terhadap klorpromazin.
1.1.7.3. Tension Headache Stress fisik dan emosional dapat menyebabkan kontraksi pada otot-otot leher dan kulit kepala, yang menyebabkan
sakit
kepala
karena
tegang.
Karakteristik dari sakit kepala ini perasaan ada tekanan pada dahi, pelipis, atau belakang leher. Hal ini sering tergambar sebagai “beban berat yang menutupi kepala”. Sakit kepala ini cenderung kronik daripada berat. Pasien membutuhkan ketenangan hati, dan biasanya keadaan ini merupakan ketakutan yang tidak terucapkan. Bantuan simtomatik mungkin diberikan untuk memanaskan pada lokasi, memijat, analgetik, antidepresan dan obat relaksan otot.
1.1.8.
Pemerikasaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah : 1.1.8.1.Pemeriksaan diagnostik a. CT Scan Menjadi mudah dijangkau sebagai cara yang mudah dan aman untuk menemukan abnormalitas pada susunan saraf pusat. b. MRI Scan Dengan tujuan mendeteksi kondisi patologi otak dan medula spinalis dengan menggunakan tehnik scanning dengan kekuatan magnet untuk membuat bayangan struktur tubuh. c. Pungsi lumbal Dengan mengambil cairan serebrospinalis untuk pemeriksaan. Hal ini tidak dilakukan bila diketahui terjadi peningkatan tekanan intrakranial dan tumor otak, karena penurunan tekanan yang mendadak akibat pengambilan CSF. 1.1.8.2.Pemeriksaan labor a. Gula darah pada penderita chepalgia biasanya meningkat b. Hematokrit dan hemoglobin pada penderita chepalgia menurun c. Hitung leukosit biasanya meningkat d. Kolesterol pada penderita chepalgia biasanya meningkat e. Ureum pada penderita chepalgia biasanya meningkat d. Kretinin biasanya menurun e. Trombosit pada chepalgia biasanya menurun f. Urine 1.1.9.
Penatalaksanaan
1.1.9.3. Penatalaksanaan keperawatan
a.
Teliti keluhan intensitas dan karakteristik nyeri,mis : (berat, berdenyut, lokasinya, lamanya)
b.
Kontrol tekanan tanda-tanda vital
c.
Observasi adanya tanda-tanda nyeri non verbal, mis: ekspresi wajah, gelisah.
d.
Kontrol skala nyeri
e.
Berikan kompres hangat dan masase daerah kepala/leher apabila klien dapat mentoleransi sentuhan.
f. g.
Ajarkan teknik relaksasi untuk mengontrol rasa nyeri Kontrol keseimbangan cairan elektrolit mencakup pemberian nutrisi dan perhitungan input dan output cairan yang adekuat, termasuk dalam hal ini pengawasan BAK dan BAB.
1.1.9.4. Penatalaksanaan medic a.
Menjaga kesimbangan cairan dan elektrolit
b.
Memberikan obat analgetik nyeri : 1). Aspirin 2.) Asetaminofen 3). Ibuprofen
c.
Memberikan obat profilaksis, yang digunakan untuk mencegah sakit kepala : 1). Tizanidine 2). Fluoxetine 3). Amitriptyline 4). topiramate
1.1.10. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan chepalgia meliputi : 1.1.9.1. Cidera serebrovaskuler / Stroke 1.1.9.2. Infeksi intrakranial 1.1.9.3. Trauma kranioserebral 1.1.9.4. Cemas 1.1.9.5. Gangguan tidur 1.1.9.6. Depresi 1.1.9.7. Masalah fisik dan psikologis lainnya.
1.2.
Asuhan Keperawatan Teoritis 1.2.1.
Pengkajian
1.2.1.1.Identitas Klien Meliputi nama, umur, alamat, pekerjaan, agama, jenis kelamin, status perkawinan, no MR, penanggung jawab. Keluhan utama Klien merasa sakit kepala hebat, kesadaran menurun. 1.2.1.2.Riwayat kesehatan a.
Riwayat kesehatan sekarang Biasanya klien merasakan nyeri kepala yang hebat yang terjad berulang-ulang, gangguan penglihatan, sedikit lemah pada ekstremitasm dan pusing.
b.
Riwayat kesehatan dahulu. Biasanya klien mempunyai riwayat hipertensi, depresi.
c.
Riwayat kesehatan keluarga Biasanya ada keluarga yang mengalami penyakit ini dan hipertensi. 1.2.1.3.Pemeriksaan GCS 1). Membuka mata Membuka spontan
:4
Terhadap suara
:3
Terhadap nyeri
:2
Tidak ada respon
:1
2). Respon verbal Orientasi
:5
Bingung
:4
Kata tidak tepat
:3
Suara tidak jelas
:2
Tidak ada respon
:1
3). Respon motorik Menuruti perintah
:6
Menunjukkan nyeri
:5
Hindari nyeri
:4
Fleksi
:3
Ekstensi
:2
Tidak ada respon
:1
1.2.1.4.Skala nyeri Kaji derajat nyeri dari 1 sampai 10 1.2.1.5.Kekuatan otot 0 : Tidak ada kontraksi sama sekali 1 : Terdapat sedikit kontraksi 2 : Terdapat gerakan tanpa perlawanan 3 : Bergerak melawan gravitasi tapi tidak bias melawan penahan 4 : Bergerak dengan kelemahan terhadap tahanan sedang 5 : Bergerak melawan gaya gravitasi dengan penahan penuh 1.2.1.6. Data psikologis Klien tidak dapat mengungkapkan perasaannya karena merasa cemas.
1.2.1.7. Aktifitas sehari-hari a.
Istirahat Gejala : letih, lelah, ketegangan mata, lemah, sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, kerja, atau karena perubahan cuaca.
b.
Sirkulasi Gejala : riwayat hipertensi. Tanda : hipertensi, denyutan vaskuler, missal : daerah temporal, pucat, wajah t ampak kemerahan.
c.
Integritas ego Gejala : factor-faktor stress emosional, perasaan ketidakmampuan, keputusasaan, ketidak berdayaan, depresi. Tanda : kekuatiran, ansietas, peka ransang selama sakit kepala.
d.
Nutrisi Gejala : makan makanan yang tinggi kandungan vasoaktifnya, missalnya : kafein, coklat, alcohol, anggur, daging, MSG, makanan berlemak. Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri), penurunan berat badan.
e.
Neurosensori Gejala : pening, disorientasi (selama sakit kepala), tidak mampu berkonsentrasi, stroke, trauma, infeksi intracranial. Aura : visual, alfaktorius, tinnitus, perubahan visual, sensitive terhadap cahaya. Tanda : perubahan dalam pola bicar/proses piker, nudah terangsang, peka terhadap stimulus, penurunan reflex tendon dalam.
f.
Nyeri atau kenyamanan Gejala : mungkin dimulai dari pada sekeliling mata atau menyebar kedua mata, tiba-tiba, tidak berdenyut, wajah kemerahan, hidung tersumbat, mungkin menjalar kedaerah leher. Tanda : nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah, gelisah, otot-otot daerah leher menegang, menangis.
g.
Keamanan Gejala : riwayat alergi/reaksi alergi. Tanda : demam, gangguan berjalan.
1.2.2.
Diagnosa keperawatan
Kemungkinan diagnosa yang muncul : 1.
Nyeri kronik b.d stress dan ketegangan, iritasi/tekanan saraf, vasospasme, peningkatan tekanan intrakranial.
2.
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan keterlibatan neuromaskuler : kelemahan, paralisis spatis d/d ketidakmampuan bergerak kerusakan koordinasi : keterbatasan rentang gerak, penurunan kekuatan/control otot.
3.
Devisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik, kehilangan control/koordinasi otot.
4. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit. 5.
Koping individual tak efektif b.d situasi krisis, kerentanan personal, sistem pendukung tidak adequat, kelebihan beban kerja, ketidakadequatan relaksasi, metode koping tidak adequat, nyeri berat, ancaman berlebihan pada diri sendiri.
6.
Perubahan perfusi serebral berhubungan dengan gangguan aliran darah obstruksi, hemoragi : vasspasme serebral, edema serebral, d/d perubahan tingkat keasadaran, perubahan dalam respon motorik atau sensori : gelisah, defisit sensori, bahasa, intelektual dan emosi, perubahan tanda-tanda vital. (Marylin E. Doengoes, 2002)
1.2.3. No. DX 1
Intervensi Diagnosa
Nyeri kronik b.d stess
dan dengan kriteria :
ketegangan, iritasi/tekanan saraf, vasospasme, peningkatan tekanan intrakranial
Tujuan / Kriteria Hasil Nyeri hilang,
wajah
rileks
Rasional
Pastikan durasi masalah, siapa
Tanda vital normal Ekpresi
Intervensi yang
telah
hilang
pilihan
intervensi
yang
dikonsulkan, dan obat
Membantu
mengidentifikasi
atau terapi apa yang
yang kemungkinan terlupakan
telah digunakan
tidak dicoba atau gagal dalam
Dapat beristirahat Keluhan
Memudahkan
sesuai.
membantu masalah masa lalu
nyeri /
Nyeri merupakan keluhan
terkontrolnya rasa
Teliti keluhan nyeri, subjektif dan harus dijelaskan
sakit
itensitasnya klien g untuk mengetahui
catat
(dengan skala 0-10), karakteristiknya (misal :
berat,
derajat,
karakteristik
dan
lokasi nyeri
berdenyut,
konstan)
lokasinya,
lamanya, faktor yang memperburuk
atau
meredakan. Catat
kemungkinan
patofisiologi yang khas misalnya otak/meningeal/infeksi sinus, trauma servikal, hipertensi, atau trauma Observasi adanya tandatanda nyeri non verbal, misalnya
:
ekspresi
wajah, gelisah
Pemahaman keadaan
terhadap
penyakit
mendasarinya
yang
membantu
dalam pemilihan intervensi yang sesuai
Merupakan indicator atau derajat tidak langsung yang dialami klien
Kaji/hubungkan factor/emosi keadaan orang
dari
Factor yang berpengaruh terhadap keberadaan/persepsi
nyeri
Evaluasi perilaku nyeri
tersebut Dapat diperberat karena persepsi pasien nyeri tidak dipercaya atau karena pasien pasien mempercayai orang terdekat/
Kaji derajat pengambilan langkah
yang
secara
pribadi
pasien,
keliru dari seperti
mengisolasi diri. Diskusikan
mengabaikan nyeri. Pasien dapat menarik diri dari keterlibatannya dengan oaring lain/kegiatan tertentu sebagai
dinamika dari
ketegangan/ansietas pasien/orng
terdekat
Pengetahuan bagaiman
factor-faktor
ini
dapat
membantu
dalam
mengatasinya
melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri tiba
ruangan
Pengenalan
yang
tenang
dapat
pada kepala
menurunkan
beratnya serangan . Menurunkan stimulasi yang berlebihan
. Berikan kompres dingin
segera
meningkatkan intervensi dini dan
. Anjurkan untuk istirahat
yang
dapat
mengurangi sakit kepala . Meningkatkan sara nyaman dengan
. Berikan kompres hangat dan
tentang
mempengaruhi sakit kepala
Intruksikan pasien untuk
pada
asuhan
akibat dari nyeri tersebut
fisiologis dengan
pemberi
masase
menurunkan
vasoliditasi
daerah
kepala/leher apabila klien . Meningkatkan rasa nyaman, dapat mentoleransi menghilangkan ketegangan, dan meningkatkan relaksasi
sentuhan
otot 2
Gangguan mobilitas
Mobilitas fisik
fisik .
membaik, dengan
Kaji fungsional,
kemampuan luas
Mengidentifikasi kekuatan yang
dapat
memberikan
kriteria :
berhubungan
gangguan
neuromaskuler : posisi spatis
d/d
dengan
bergerak
kontraktur
. Lakukan rentang gerak
: Mendemonstrasika n teknik perilaku
gerak, melakukan
3
mencegah
Meminimalkan atropi otot
Meningkatkan aliran balik vena
tangan
dan
membantu
mencegah odema . Anjurkan klien untuk
Memberikan respon yang baik
pergerakan jika daerah yang sakit tidak menjadi lebih terganggu dan ekstremitas yang sehat membantu
aktifitas
penurunan
dan
mencegah kontraktur
. Tinggikan kepala dan
kerusakan keterbatasan
Menurunkan resiko iskemik
adanya
tubuh
koordinasi
usaha
dekubitus
Mempertahankan aktif atau pasif kekuatan fungsi
ketidakmampuan
terhadap
jaringan
optimal
yang berhubungan
kelemahan,
informasi
perkembangan
Mempertahankan . Ubah posisi setiap 2 jam
keterlibatan
rentang
awal
klasifikasi 0-4
dengan
paralisis
sejak
kekuatan/control
memerlukan dorongan serta
otot.
latihan aktif
Kurangnya perawatan
Perawatan diri
diri
Kaji kemampuan dan
terpenuhi, dengan
kekuatan
otot
untuk
berhubungan
criteria :
kebutuhan sehari-hari
dengan
Klien tampak rapi
kelemahan fisik,
Klien tidak berbau
Untuk mengklasifikasi atau merencanakan atau
pertolongan
bantuan
kebutuhan
pasien Hindari bantuan aktifitas
Untuk mencegah rasa takut
kehilangan
dimana
klien
dapat
dan
terganggu
serta
control/koordinasi
melakukannya,
tetapi
mempercepat
otot.
berikan bantuan sesuai
pemulihan. Adalah penting
kebutuhan
bagi klien untuk melakukan
masa
sebanyak mungkin untuk diri sendiri
untuk
mempertahankan harga Bantu
klien
untuk
Menjaga kebersihan klien
perawatan diri seperti mandi, gosok gigi, dan cuci mulut Berikan umpan balik
Meningkatkan perasaan dan
yang positif untuk semua
makna
usaha yang dilakukan
kemandirian dan mendorong
dan keberhasilan
klien untuk berusaha secara
Kaji kemampuan klien
continu
diri,
meningkatkan
untuk
berkomunikasi
tentang
kebutuhannya
Mungkin
mengalami
gangguan
saraf
kandung
untuk menghindari atau
kemih,
tidak
dapat
kemampuan
mengatakan
menggunakan
kebutuhannya
urinal, pada fase pemulihan akut.
bedpan Kolaborasi dengan ahli fisioterapi/ahli
terapi
okupasi
Memberikan bantuan yang mantap
untuk
mengembangkan
rencana
terapi dan mengidentifikasi kebutuhan alat penyokong khusus 4
Ansietas
Rasa
cemas
berhubungan
hilang,
dengan
dengan kurangnya criteria :
Kaji kemampuan klien . Untuk mengetahui sejauh atau keluarga tentang
mana pengetahuan klien atau
sejauh
keluarga tentang penyakit
mana
pengetahuan
Klien dan keluarga
pengetahuannya tentang
tentang penyakit
mengetahui
penyakit
informasi tentang penyakit
Berikan mengenai
penyuluhan . Agar klien atau keluarga informasi mengetahui informasi tentang
tentang penyakit yang
penyakit
diderita klien Kaji
kembali . Mengetahui sejauh mana
pengetahuan klien atau pengetahuan
klien
atau
keluarga
tentang
keluarga ttg penyakit setelah
penyakit
setelah
diberikan penyuluhan
diberikan penyuluhan Tanyakan apakah klien . Mengidentifikasi apakah rasa atau keluarga sudah cemas klien atau keluarga tidak merasa cemas lagi 5
Koping tak
individual
efektif menjadi efektif,
berhubungan dengan
Koping individual
situasi
Dengan kriteria :
Diskusikan mengenai
mungkin
pemakaian
mengatasi
krisis, kerentanan
perilaku
personal,
yang tak efektif relaksasi.
sistem
Tingkah laku mal adaptif
metode koping, seperti alkohol,
Mengidentifikasi kebiasaan merokok, pola koping
sudah teratasi atau belum
makan,
stratergi
menetap
digunakan nyeri atau
untuk yang
mungkin
berperan dalam berlanjutnya nyeri tersebut.
pendukung
tidak
adekuat, kelebihan beban
kerja,
dan akibatnya. Mengkaji sutuasi
Dekati pasien dengan
Menemukan
kebutuhan
saat ini dengan
ramah
ketidakadekuatan
akurat.
perhatian.
relaksasi, metode
meningkatkan
dalam mengatasi keadaan
dan
penuh psikologis Ambil
koping
tidak
Mengungkapkan keuntungan dari kegiatan kesadaran tentang yang dapat diajrkan
adekuat,
nyeri
kemampuan
berat,
ancaman
berlebihan
koping
yang
pada dimiliki.
akan
meningkatkan harga diri dan kesempatan
untuk belajar cara-cara baru
Bantu pasien dalam memahami
diri sendiri
yang
perubahan
pada konsep citra tubuh
Pasien mungkin menganggap dirinya
sebagai
seseorang
yang mengalami sakit kepala dan mulai melihat dirinya sebagai seseorang yang tidak Sarankan pasien untuk mengekspresikan perasaannya diskusikan
dan mengenai
bagaiman sakit kepala itu mengganggu kerja dan kesenangan dari hidup ini.
mengalami sakit kepala Pasien mampu mengenali perasaannya
yang
berhubungan dengan nyeri yang terjadi. Pasien mungkin frustasi dengan kejadian sakit kepala
/penanganan
dan
pengaturan yang perlu dibuat dalam gaya hidupnya
Berikan mengenai
informasi penyebab
sakit
kepala,
penanganan dan hasil yang diharapkan
Pemahaman
terhadap
informasi ini dapat membantu pasien dalam menemukan pilihan,
belajar
mengatasi
msalh dan mendapatkan satu sensasi
dari
pengendalian
atas
keadaan
yang
meningkatkan harga diri. 6
Perubahan perfusi Perfusi
jaringan
serebral
otak
kembali
berhubungan
normal. darah
obstruksi, hemoragi vasspasme
fungsi
snsorik/motorik
TIK
mengkaji
dapat
penetapan
keadaan, intervenasi, dapat melakukan perfusi
serebral dan potensial
kognitif terjadinya
Dengan
berhubungan mepengaruhi
penyebab khusus selama
Mempertahankan penurunan tingkat kesadaran,
:
yang dengan
dengan gangguan Dengan kriteria : aliran
Tentukan factor-faktor
peningkatan
pemantauan terhadap TIK
serebral,
edema
membaik.
Monitor status neurologis
serebral.
sesering mungkin dan Mendemonstrasika bandingkan
Mengetahui kecenderungan tingkat
kesadaran
dan
dengan potensial peningkatan TIK dan
n TTV stabil dan
keadaan normalnya atau
mengetahui lokasi, luas, dan
tidak
standar
kemajuan.
ada
peningkatan TIK. Tidak
terjadi
Monitor Vital sign seperti adanya
kekambuhan
hipertensi/hipotensi,
deficit.
frekuensi
dan
irama
jantung, catat pola dan
Dengan memonitor segala penyimpangan
dapat
terdeteksi secara dini .
irama pernafasan Tindakan aliran vena dari kepala
dengan
mempertahankan bagian kepala tempat tidur tetap tinggi tanpa fleksi leher atau rotasi kepala yang berlebihan
Dengan mempertahankan kepala tempat tidur tetap tinggi, diharapkan tidak terjadi peningkatan TIK
Cegah konstifasi
Dengan
mempetahankan
kepala tempat tidur tetap tinggi diharapkan tidak terjadi peningkatan TIK
1.2.4.
Implementasi
Setelah rencana keperawatan disusun selanjutnya ditetapkan dalam tindakan yang nyata untuk mencapai hasil yang diharapkan. Tindakan diberikan kepada pasien chepalgia berdasarkan prioritas yang muncul dengan cara mengatasi masalah yang mendeteksi terjadinya komplan.
1.2.5.
Evaluasi
Evaluasi merupakan hasil dari keperawatan yang telah ditentukan, dengan mengadakan penilaian baik terhadap proses maupun terhadap hasil.