PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN D.I. YOGYAKARTA Pedoman Standar Konstruksi 2008
PEDOMAN STANDAR KONSTRUKSI 2008
I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
Kebutuhan akan energi listrik dari tahun ke tahun semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan permintaan permintaan energi listrik tersebut perlu diimbangi dengan peningkatan kemampuan infrastruktur ketenagalistrikan yang ada, sehingga penyaluran energi listrik ke konsumen berjalan lancar dengan kualitas penyaluran energi listrik yang memenuhi standar. Sistem Jaringan Distribusi tenaga listrik memiliki andil yang sangat besar dalam memberikan jaminan kualitas, keandalan dan efisiensi penyaluran energi listrik yang memenuhi standar. Guna meningkatkan meningkatkan kinerja jaringan jaringan distribusi dimasa mendatang, mendatang, maka pada pada saat pembangunannya sudah mempertimbangkan standar konstruksi yang ada. Disadari bersama bahwa standar konstruksi yang ada saat ini disusun pada tahun 1992 yang relatif sudah lama, maka standar konstruksi ini perlu disempurnakan, namun masih tetap mengacu kepada Standar Konstruksi Chast. T. Main. Penyempurnaan Standar Konstruksi tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan hal-hal, yang antara lain sebagai berikut : 1. Aspek kemajuan tehnologi dibidang ketenagalistrikan terutama tentang telah diproduksinya peralatan listrik yang lebih andal, efisien, namun standar konstruksi untuk pemasangannya belum dipersiapkan. 2. Kondisi lapangan yang semakin tidak beraturan dan sulit untuk menggunakan standar yang ada. 3. Tuntutan dari shareholder agar standar konstruksi yang dimaksud ramah dan aman terhadap manusia serta lingkungan. Standar Konstruksi ini dimaksudkan untuk menyempurnakan Buku Pedoman Standart Konstruksi Konstruksi Jaringan Listrik Distribusi tahun 1992.
1
PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN D.I. YOGYAKARTA Pedoman Standar Konstruksi 2008
1.2. TUJUAN
Standar Konstruksi ini dimaksudkan untuk membantu dan memberikan arahan / petunjuk teknis yang lebih rinci bagi pengelola jaringan kelistrikan yang ada di daerah kerja PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah dan DI Yogyakarta, khususnya bagi
Perencana, Pelaksana Pembangunan, Petugas Operasi dan
Pemeliharaan Jaringan Distribusi tenaga listrik.
II. KETENTUAN UMUM
Buku Pedoman Standart Konstruksi Jaringan Listrik Distribusi tahun 1992 (lama), merupakan bagaian yang terpisahkan dari Buku Pedoman Standar Konstruksi tahun 2008 (baru), dan pada prinsipnya Standar Konstruksi ini . Hal ini berarti bahwa Unit-unit Konstruksi yang sebelumnya ada pada Standar Konstruksi 1992 dan masih terpasang dilapangan tidak dibatalkan / dihapus, meskipun tidak tercantum pada Standar Konstruksi 2008. 2.1. JARINGAN TEGANGAN MENENGAH
Jaringan Tegangan Menengah dalam desain ini mempunyai beberapa ketentuan umum sebagai berikut : 2.1.1. Pemasangan Penghantar Udara
a.
Jarak gawang •
Untuk daerah diluar pemukiman (JTM murni, atau dengan JTR Semi Underbuild, atau SKUTM ), berjarak antara 60 ÷ 80 m, andongan maksimum 1.00 m.
•
Untuk
daerah
pemukiman
(JTM
murni,
atau
dengan
JTR
Underbuild, atau SKUTM ), berjarak antara 35 ÷ 50 m, andongan maksimum 1.00 m. b.
Jarak bebas : Minimum 6 m Keterangan : Jarak bebas penyeberangan dan jarak bebas dengan pohon dan bangunan mengikuti PUIL dan Perda setempat yang berlaku.
c.
Pemasangan sejajar SUTM atau SKUTM dengan saluran telekomunikasi tidak dibenarkan, bila tidak memungkinkan harus berjarak lebih dari 2,5 meter (PUIL 760.B.4).
2
PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN D.I. YOGYAKARTA Pedoman Standar Konstruksi 2008
d.
Pemasangan penghantar udara untuk tegangan yang lebih tinggi dipasang diatas penghantar udara yang bertegangan yang lebih rendah.
2.1.2. Pemasangan Kabel tanah
2.1.2.1. Pemasangan kabel tanah didalam tanah minimum 0,8 meter dibawah permukaan tanah pada jalan yang dilewati kendaraan, dan minimum 0,6 meter dibawah permukaan tanah pada jalan yang tidak dilewati kendaraan (PUIL 750.A.2) (SPLN 56-1: 1991 ,7.2.1). 2.1.2.2. Pemasangan kabel tanah untuk tegangan yang lebih tinggi dipasang dibawah kabel tegangan yang lebih rendah, kabel tanah Listrik arus kuat dibawah kabel tanah telekomunikasi (PUIL 750.A.5). 2.1.2.3. Persilangan atau pemasangan sejajar
kabel tanah telekomunikasi
dengan kabel TR berjarak lebih kecil 0,3 meter dan kabel TM 0,5 meter (PUIL 750.B.2). 2.1.2.3. Persilangan kabel tanah Listrik Arus Kuat dengan rel KA sekurangkurang berjarak 2 meter (PUIL 750.C.1) dan berjarak 0,3 meter dengan kabel instalasi PT.KAI (PUIL 750.C.2). 2.1.2.4. Persilangan saluran air, kabel tanah Listrik Arus Kuat diletakkan paling sedikit 1 meter dibawah saluran (PUIL 750.D.1), jika persilangan dengan saluaran air laut diletakkan paling sedikit 2 meter dibawah saluran air laut (PUIL 750.D.2). 2.1.2.5. Kabel tanah yang dipasang keluar dari tanah harus dipasang didalam pipa atau selubung dari baja atau bahan yang kuat (PUIL 750.F.1). 2.1.3.
Alat Pengaman
a). PMT ( Circuit Breaker) PMT merupakan peralatan hubung yang bekerja membuka dan menutup rangkaian arus listrik, mempunyai kemampuan memutus arus beban , arus gangguan dan dilengkapi dengan media pemadam busur api. b). LBS ( Load break switch) LBS adalah peralatan hubung yang bekerja membuka dan menutup Rangkaian arus listrik , mempunyai kemampuan memutus arus beban dan tidak mampu memutus arus gangguan. Peralatan hubung ini dilengkapi dengan media pemutus busur api vacum, SF6 dll. 3
PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN D.I. YOGYAKARTA Pedoman Standar Konstruksi 2008
c). ABSW (Air Break Switch) Peralatan ini berfungsi untuk membuka dan menutup rangkaian,dalam keadaan berbeban maupun tanpa beban dan tidak mampu untuk memutus arus gangguan dengan media pemutus udara. Alat ini dapat dioperasikan dalam keadaan terbuka (normally open) atau tertutup (normally close) sesuai dengan keperluan. Pemasangan ABSW pada jaringan, antara lain digunakan untuk: •
penambahan beban pada lokasi jaringan;
•
pengurangan beban pada lokasi jaringan;
•
pemisahan jaringan secara manual pada saat jaringan mengalami gangguan.
d). Recloser ( Penutup Balik Otomatis / PBO) Recloser pada dasarnya adalah pemutus tenaga yang dilengkapi dengan peralatan kontrol.
Peralatan ini dapat merasakan arus gangguan dan memerintahkan operasi buka tutup kepada pemutus tenaga.
untuk jaringan yang panjang (> 20 km) perlu dipasang 2 atau lebih PBO pada jarak tertentu dengan koordinasi yang baik, agar gangguan yang terjadi dapat segera dibebaskan.
e). Pelebur ( Fuse ) Pengaman lebur ( FuseCut ),dipasang pada jaringan cabang atau pada transformator distribusi yang tidak berpengaman sendiri yang fungsinya untuk mengamankan cabang jaringan yang mengalami gangguan permanen dan transformator. Catatan : Untuk Jaringan Tegangan Menengah 20 KV 3phasa 4 kawat tidak
direkomendasikan
penggunaan
pengaman
lebur
pada
percabangan jaringan 3 phasa Hal ini untuk menghindari terjadinya gangguan trafo 3 phasa akibat terputusnya/meleburnya pengaman pada salah satu phasa dijaringan karena dibebani trafo2 1 phasa dibelakangnya.
4
PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN D.I. YOGYAKARTA Pedoman Standar Konstruksi 2008
2.2. GARDU DISTRIBUSI
1. Sistem pengaman untuk Trafo CSP. Sistem pengaman arus hubung singkat, beban lebih dan tegangan lebih terdiri dari pemutus tenaga pada sisi sekunder dan pengaman lebur serta arester pada sisi primer. Ketiga pengaman tersebut merupakan suatu kesatuan transformator. 2. Sistem pengaman untuk Trafo Non CSP.
Pengaman TM terdiri dari : •
Pemisah lebur : 20 kV, disesuaikan dengan kapasitas trafo yang dipergunakan.
•
Arester 18 kV , 5 kA.
•
Pembumian, dengan menunjuk SPLN yang ada untuk menetapkan nilai pembumiannya.
Pengaman TR terdiri dari : •
Pemutus daya tegangan rendah (LVCB) , yang dioperasikan dengan tongkat, untuk kapasitas sampai dengan 25 kVA.
•
Kotak dengan pengaman lebur, untuk trafo dengan kapasitas 50 kVA.
2.3. JARINGAN TEGANGAN RENDAH
Jaringan Tegangran Rendah dalam desain ini mempunyai beberapa kriteria umum sebagai berikut : a. Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR), jika sejajar dengan saluran telekomunikasi harus dipasang diatas saluran telekomunikasi dengan jarak 1 meter, dan bila bersilangan dengan saluran telekomunikasi harus berjarak 1 meter jika menggunakan penghantar udara telanjang dan berjarak 0,3 meter bila menggunakan penghantar udara berisolasi (PUIL 760.B.3 dan 760.C.5). b. Jarak antar 2 (dua) penghantar udara TR telanjang minimum 25 cm untuk jarak antar tiang ( 10 meter < L ≤ 40 meter ) (PUIL table 760-2). c. Jarak minimum penghantar udara TR telanjang dengan tanah diukur dari titik lenjutan terendah terhadap tanah untuk : (PUIL table 760-3).
5
PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN D.I. YOGYAKARTA Pedoman Standar Konstruksi 2008
No
Pemasangan
Penghantar Udara Telanjang
Isolasi
1
Jalan umum
5 meter
5 meter
2
Bukan jalan umum
5 meter
4 meter
3
Halaman Rumah
5 meter
3 meter
4
Jalan kereta Api
5,5 meter
5,5 meter
d. Jarak bebas minimum penghantar udara TR telanjang dengan benda lain sekurang-kurangnya 0,5 meter . e. Jarak gawang •
Maksimum 40 m untuk JTR Semi Underbuild.
•
Maksimum 5 0 m untuk JTR Murni dan JTR Underbuild .
2.4. SAMBUNGAN RUMAH
a. Konstruksi Sambungan Rumah (SR), diutamakan tanpa memakai tiang atap (dakstandar) dengan saluran masuk pelanggan diletakkan sedemikian rupa sehingga kelihatan dari luar. b. Pemakaian tiang atap hanya untuk melayani sambungan dari rumah ke rumah atau rumah yang letaknya tidak pada satu sisi jalan dengan JTR-nya, sehingga diperlukan tiang atap. c. Tiang atap dipasang di puncak atap (wuwungan/bubungan) dan disesuaikan dengan SPLN 56 : 1984. d. Jumlah SLTR pada satu tiang diperbolehkan maksimum (6 SLP dcngan mempcrhatikan keseimbangan fasa, tiap SLP diperbolchkan mcmpunyai maksimum 4 pelanggan, atau rugi tegangan yang diperkenankan sepanjang penghantar sambungan tegangan rendah adalah 2 % diperhitungkan dari titik penyambungan pada JTR (SPLN 56-1 : 1993).
6
PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN D.I. YOGYAKARTA Pedoman Standar Konstruksi 2008
III. SPESIFIKASI KOMPONEN 3.1. JARINGAN TEGANGAN MENENGAH a. Tiang •
Jenis Tiang beton, Tiang besi ( SPLN 28A:1980 ; SPLN 4 5 : 1981 d a n SPLN 5 4 : 1983 ) .
•
Kekuatan : Beban kerja 200 daN, 350 daN, dan 500 daN sudah diperhitungkan mampu menahan tarikan penghantar JTM fasa tiga yang digabungkan dengan JTR Underbuild dan juga mampu menahan beban trafo dengan kapasitas maksimum 160 kVA.
•
Panjang : 11 m , 12 m, 13 m, dan 14 m, atau ditentukan lain.
b. Penghantar •
Penghantar AAAC dengan penampang nominal : 70 mm2 ; 150 mm2 , dan 240 mm2 (sesuai SPLN 71 : 1987).
•
Kabel pilin udara , (sesuai SPLN 43-5 : 1986).
c. Isolator
Jenis “Isolator tongrgak saluran” (Line Post, ANSI 57 - 2) atau "Pin Post” untuk tiang topang / sangga dan tiang belokan dengan sudut ≤ 30º , sedangkan untuk belokan antara 30º ÷ 60º dipergunakan travers ganda dengan isolator tonggak saluran atau Pin Post ganda . Jenis renteng " untuk belokan ≥ 60º dan tiang tarik / tegang. 3.2. GARDU DISTRIBUSI Spesifikasi Komponen •
Jenis trafo CSP, fasa tunggal: 20 KV antar fasa dan 20/ ٧3 KV fasa-netral
•
Jenis trafo Non-CSP, fasa tunggal: 20 KV (antar fasa dan 20/ ٧3 KV fasa-netral ) dan fasa tiga ( 20 KV).
Ukuran trafo : •
Fasa tunggal : 10 , 16, 25 dan 50 kVA.
•
Fasa tiga : 50, 100, 160 , 200 , 250 , 300 kVA, dst.
3.3. JARINGAN TEGANGAN RENDAH a. Tiang
Jenis : Tiang beton, Tiang besi, dan Tiang kayu.
Kekuatan: Beban kerja : 90 da N, 100 daN, 156 daN, dst 7
PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN D.I. YOGYAKARTA Pedoman Standar Konstruksi 2008
Panj ang : 7 m , 9 m, atau ditentukan lain.
b. Kabel pilin udara
Kabe1 pilin udara, penghantar fasa (AAC) dengan isolasi terbuat dari bahan ikat silang
polietilen
Crosslink
Polyethylene
(XLPE)
serta
netral
sebagai
penggantung terdiri dari kawat-kawat aluminium senyawa (AAAC) yang dipilin bulat dipadatkan. Ukuran kabel pilin yang dipilih untuk dikembangkan adalah sesuai dengan SPLN
2 x 25 + 1 x 25 mm2
2 x 50 + 1 x 50 mm2
2 x 35 + 1 x 25 mm2
3 x 50 + 1 x 50 mm2
3 x 25 + 1 x 25 mm2
2 x 70 + 1 x 50 mm2
3 x 35 + 1 x 25 mm2
3 x 70 + 1 x 50 mm2
3.4. SAMBUNGAN RUMAH
Jenis Penghantar SLTR baik SLP maupun SMP terdiri dari : •
Kabel pilin udara dengan netral bukan sebagai penggantung (SPLN .42-10).
•
Kabel udara berisolasi XLPE dan berselubung PVC dcngan penghantar konsentris tembaga (SPLN 42-11).
•
Kabel tanah berisolasi dan berselubung PVC dengan perisai kawat baja (SPLN 43-2) atau dengan perisai pita baja (SPLN 43-3) atau dengan penghantar konsentris ternbaga (SPLN 43-4).
•
untuk sambungan rumah ialah penghantar berisolasi dipilin, terdiri dari aluminium setengah keras (mediumhard drawn) .
Dipergunakan baik untuk SLP maupun SMP, bagi yang mempergunakan tiang atap atau sebagai sambungan rumah. Ukuran penghantar yang dipilih untuk SR yang disadap dari Jaringan Tegangan Rendah adalah : 2 x 1 0 mm2 ; 2 x 1 6 mm2 Ukuran penghantar yang dipilih untuk SR yang disadap langsung dari trafo adalah: 2 x 1 0 mm2 ; 2 x 1 6 mm2 : 2 x 25 mm2.
8
PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN D.I. YOGYAKARTA Pedoman Standar Konstruksi 2008
APP, terdiri dari :
a . kWh meter (1 fasa dan 3 fasa ); b . MCB yang disesuaikan dengan daya pada konsumen; Kotak APP; Pembumian SR disesuaikan dengan SPLN 3 : 1987, ”Pentanahan Jaring
Tegangan Rendah PLN Dan Pentanahan Instalasi ”
IV. STANDAR KONSTRUKSI
Penyusunan Standar Konstruksi ini pada prinsipnya
didasarkan pada Standar
Konstruksi Chast. T. Main dan menyempurnakan standart konstruksi tahun 1992. Sehubungan Unit Konstruksi yang disusun dalam Standar Konstruksi ini sangat beragam baik dari segi bentuk dan konstruksi pemasangannya, maka untuk mempermudah pemahamannya perlu disusun kodenisasi dari masing-masing unit konstruksi seperti berikut : 4.1. JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 4.1.1. Konstruksi SUTM 1 Fase KONSTRUKSI NO
UNIT KONST.
1
CA 1
2 3
CA 1-N CA -1PN
4 5 6
CA2 / CA-1P CA 2 - N CA 3
7 8
CA 3 - N CA 4
9 10 11 12 13 14 15 16 17
CA 4 - N CA 5 CA 5 - N CA 5 - 1, CA 5 - 2 CA 5 - 3, CA 5 - 4 CA 6 CA 6 - N CA 7 CA 7 - A
18
CA 8
KETERANGAN
HAL
Konstruksi Primer 1 Fasa ( 14.4 / 24.9 KV Primary 1 - PH, single Primary Support 0° - 10°) Konstruksi 1 Phasa ( 0° - 10° ) Angle Konstruksi 1 Phasa ( 10° - 20° ) Angle Konstruksi Primer 1 Phasa ( Angle 10° - 25° ) Konstruksi Primer 1 Phasa ( Angle 10° - 25° ) Konstruksi 1 Phasa ( 20° - 30° ) Angle Konstruksi Primer 1 Phasa ( 14.4 / 24.9 KV Primary 1 - PH, 25° to 60° Angle ) Konstruksi 1 Phasa ( 30° - 60° ) Angle Konstruksi Primer 1 Phasa Double Dead End ( 60° - 90° Angle ) Konstruksi 1 Phasa ( 60° - 90° ) Angle Konstruksi Primer 1 Fasa, Dead End ( Single ) Konstruksi 1 Phasa Dead End 14.4 / 24.9 KV Primary Single Phasa Tap 14.4 / 24.9 KV Primary Single Phasa Tap Konstruksi Primer 1 Fasa, Dead End ( Double ) Konstruksi 1 Phasa Double Dead End Konstruksi Primer 1 Fasa Dead End dengan Cross Arm) Konstruksi Dead End Primer 1 Fasa dengan Single Cross Arm untuk Span Pendek Konstruksi Primer 1 - Fasa Double Dead End dengan Cross Arm
19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 9
PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN D.I. YOGYAKARTA Pedoman Standar Konstruksi 2008 19
CA 8 - A
20
CA 9
21
CA 9 - N
14.4 / 24.9 KV Primary, 1 - PH Crossarm Constr. - Dead End ( Double ) Short Span Construction Konstruksi Primer 1 Fasa ( Crossarm Constr - Double Line Arm ) Konstruksi Over Building & Pencabangan lurus
37 38 39
4.1.2. Konstruksi SUTM 1 Fase – 3 Fase KONSTRUKSI NO
1 2 3 4 5
UNIT KONST.
CB 1 CB 2 CB 3 CB 4 CB 5
KETERANGAN
Perubahan Perubahan Perubahan Perubahan Perubahan
1 PH Menjadi 3 PH 0° - 10° 1 PH Menjadi 3 PH 0° - 30° 1 PH Menjadi 3 PH 30° - 60° 1 PH Menjadi 3 PH Double Dead End Primary 1 PH Menjadi 3 PH Double Dead End
HAL
40 41 42 43 44
4.1.3. Konstruksi SUTM 3 Fase, Single Circuit KONSTRUKSI NO
UNIT KONST.
1
CC 1
2
CC 1 - 1
3 4
CC 1 - N CC - 1A
5 6
C1 -1N CC 2
7 8
CC 2-N CC2-A
9 10 11
CC 2 - 1 CC 2 - 1N CC 3
12 13
CC 3 - VN CC 4 - 1
14
CC 5 - 1
15
CC - 7
16
CC 7-1
17 18
CC - 7N CC 8
19 20
CC 8 - AN CC 8 - N
KETERANGAN
HAL
Konstruksi Primer 3 Fasa, (Steel Pole Construction 0° 10°) Konstruksi Primer 3 Fasa, ( Crossarm Constr. - Single Primary Support 0° to 10° Angle ) Konstruksi 3 PH ( 0° - 5° ) 14.4 / 24.9 KV, 3 PH crossarm Cons. - Single Primary Support 0° to 10° Angle Konstruksi 3 PH ( 0° - 5° ) x' ARM 2000mm Konstruksi 3 Fasa dengan Line Post untuk Sudut 10°-20° Span Pendek Konstruksi 3 PH ( 0° - 10° ) Angle Konstruksi Primer 3 Fasa, dengan Double Cros Arm untuk Sudut 10° - 25° Span Panjang Konstruksi 3 Fasa untuk Sudut 10° to 30° Span Panjang Konstruksi 3 PH ( 0° - 25° ) Angle 14.4 / 24.9 KV Primary, 3 - PH, Vertical Construction 30° to 60° Angle Konstruksi 3 PH 30° - 60° Angle 14.4 / 24.9 KV Primary, 3 - PH, Vertical Construction 60° to 90° Angle 14.4 / 24.9 KV, 3 - PH, Vertical Construction - Dead end (Single) 14.4 / 24.9 KV, 3 - PH, Vertical Construction - Dead end (Single) 14.4 / 24.9 KV, 3 - PH, Crossarm Construction Dead End (Double dibelakang) Konstruksi 3 PH Dead End Konstruksi Primer 3 Fasa, ( 14.4 / 24.9 KV, 3 - PH, Crossarm Construction Dead End ( Double ) Konstruksi 3 PH Double Dead End Konstruksi 3 PH ( 20° - 60° ) Angle
45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57
58 59 60 61 62 63 64 10
PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN D.I. YOGYAKARTA Pedoman Standar Konstruksi 2008 21
CC 9
22 23
CC 9 - N CC10
24 25
CC10 - N CC11
26
CC11 - N
Konstruksi Menggunakan Single Crossarm 2000 dengan Alley Arm Konstruksi 3 PH dengan Single Crossarm & Alley Arm Konstruksi Menggunakan Single Crossarm 2500 dengan Alley Arm Konstruksi 3 PH dengan Single Crossarm & Alley Arm Konstruksi Menggunakan Double Crossarm 2500 dengan Alley Arm Konstruksi 3 PH Double Dead End
65 66 67 68 69 70
4.1.4. Konstruksi SUTM 3 Fase, Double Circuit KONSTRUKSI NO
UNIT KONST.
1 2
DC-C1V DC-C1-1V
3 4
DC1-C1-1VN DC-C1-1H
5 6
DC-C1-AHN DC-C2-1V
7
DC-C2AH
8 9 10 11 12 13 14
DC-C2AHN DC-C2AVN DC-C2-1BN DC - 4N DC - 7N DC - 8 DC - 8N
KETERANGAN
HAL
Konstruksi 3 PH ( 0° - 10° ) Angle 14.4 / 24.9 KV, 3 - PH, Crossarm Construction double sircuit single primary support AT 0° - 5° angle 2x arm type Konstruksi 3 PH ( SINGLE X' ARM ) ( 0° - 10° ) Angle 14.4 / 24.9 KV, 3 - PH, Crossarm Construction double sircuit single primary support AT 0° - 10° angle 2x arm type Konstruksi 3 PH double sirkuit tangen 14.4 / 24.9 KV, 3 - PH, Crossarm Construction double circuit vertikal 5° - 30° angle 14.4 / 24.9 KV, 3 - PH, Crossarm Construction double circuit horizontal single primary support AT 10° - 30° angle 2x arm type 14.4 / 24.9 KV, 3 - PH double sircuit ( 10° - 20° ) angle Konstruksi 3 PH ( 10° - 20° ) angle Konstruksi 3 PH ( 10° - 20° ) angle Konstruksi 3 PH Double Sirkuit Dead End Vertikal Konstruksi 3 PH Double Sirkuit Dead End Horizontal Konstruksi 3 PH Double Sirkuit Double Dead End Konstruksi 3 PH Double Sirkuit Double Dead End
71 72 73 74
75 76 77
78 79 80 81 82 83 84
4.1.5. Konstruksi Kelengkapan JTM & Grounding KONSTRUKSI NO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
UNIT KONST.
P12C - 1 P12C - 2 E1-1, E1-2, E1-3 SE1-1, SE1-2, SE1-3 E2-1, E2-2, E2-3 SE2-1, SE2-2, SE2-3 E5-1, E5-2 SE5-1, SE5-2 E 6-1 SE 6-1
KETERANGAN
HAL
konstruksi 1 PH ( 0° - 10° ) Angle konstruksi 1 PH ( 10° Dead End ) 14.4 / 24.9 KV, Single down Guy, Through Bolt Type 14.4 / 24.9 KV, Single down Guy, pole Band Type
85 86 87 88
Single Overhead Guy Through Bolt Type Single Overhead Guy pole Band Type
89 90
14.4 / 24.9 KV, Dead Guy Crossarm Construction 14.4 / 24.9 KV, Dead End Guy Crossarm Construction Konstruksi kawat tarik / Sidewalk (Strut) Guy Konstruksi kawat tarik / Sidewalk (Strut) Guy- Tiang Besi
91 92 93 94 11
PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN D.I. YOGYAKARTA Pedoman Standar Konstruksi 2008 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41
42 43 44 45 46
FGD F1-1, F1-2, F1-3, F1-4 F2-1, F2-2, F2-3, F2-4 F2 - 5 F6-1, F6-2, F6-3, F6-1A, F6-2A M 2 - 11 CM 2 - 12 CM 2 - 12 A CM2 - 15 M 5 - 2 s.d M 5 - 8 M 5 - 9 s.d M 5 - 16 M 5 - 17 s.d M 5 - 24 M-19 M 5 - 25
Drag Schoor Line Anchor Assembles
95 96
Log Anchor Assembles
97
Pole Key Assembles Sudut maksimum 5° Swamp Anchor Assembly
98 99
Grounding Assembly - Ground Rod Type Pentanahan / Ground Rod Type Pentanahan / Ground Rod Type Grounding Assembly – Platform type for sectionalizing air break switch 14.4 / 24.9 KV Miscellaneous Primary Assemblies Miscellaneous Primary Assemblies
100 101 102 103
Miscellaneous Primary Assemblies
106
Crossarm Steel & Steel Brace Fabrication design Foe Alley arm Brace 2"x2"x1/4"x120.0" 50.8mmx50.8mmx63.5mmx3048mm M 5 - 26 Fabrication design Foe Alley arm Brace 1 3/4" x 1 3/4" x 3/16" x 84.0" 44.5mmx44.5mmx4.76mmx2134mm M-20 Wood Pole Freaming Guide And Dimensions M21 Angle Construction Guide Crossarm to Vertical Construction M 22 - 1 Tree trimming guide M 22 - 2 Tree trimming guide M 29 -1 Tap Assembly SM2-11 Grounding Assembly - Ground Rod Type Steel Pole SM-20 Steel Pole Drilling Guide Class A, B And C SM29-2 Single phasa tap assembly guide from SC- 1 using SA5-3 line angle to right SM29-3 Three phasa tap assembly guide SC - 1 using SC-7, Line Angle to right SM 30 Bog Shoe M 40 - 10 Tying Guide Single Insulator M 41 - 10 Angle Assembly Guide, Vertical Constr. 30 to 60 angle, alum. Conductos with straight or preformed armor rods M 42 - 11 A Dead End Assembly Guide Dead End Clamp Method Alum. Conductors M 43 - 10 Tap Assembly Guide Alum. Conductors M45-22 Sleeving Guide Compression type M 44 Tanda Peringatan Tanda Peringatan sisi 1 Tanda Peringatan sisi 2 M 45 Penghalang Panjat CTM 28 Jarak bebas Clearance / Daerah Bebas Tabel Perbandingan Luas Penampang (Sistem Amerika & Sistem Metrik) TIANG BETON Konstruksi lubang tiang beton
104 105
107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132
12
PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN D.I. YOGYAKARTA Pedoman Standar Konstruksi 2008
4.1.6. Konstruksi SKUTM 3 Fase KONSTRUKSI NO
UNIT KONST.
1 2 3 4 5
DB 01 DB 02 DB 03 DB 04 DB 05
6
DB 06
7 8
DB 08 DB 09
KETERANGAN
Konstruksi Primer SKUTM ( 0° - 10° ) Angle Konstruksi Primer SKUTM ( 10° - 25° ) Angle Konstruksi Primer SKUTM ( 25° - 45° ) Angle Konstruksi Primer SKUTM Double Dead End Konstruksi Primer SKUTM Dead End Material Konstruksi Primer SKUTM Dead End Konstruksi Primer SKUTM pada Riser Pole ( Tiang awal ) Material Konstruksi Primer SKUTM pada Riser Pole ( Tiang awal ) Kostruksi Primer SKUTM Joint SKUTM denagn SUTM Sambungan kabel SKUTM (Kabel Jointing)
HAL
133 134 135 136 137 138 139 140 141 142
4.1.7. Konstruksi SKTM 3 Fase KONSTRUKSI NO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
UNIT KONST.
KETERANGAN
Saluran Kabel Tanah A.Kabel TM 20 KV Saluran Kabel Tanah B. Kabel Tegangan Rendah AMKA 01 Peletakan 1 Kabel tanah 20 KV melintang jalan aspal AMKA 02 Peletakan 2 Kabel tanah 20 KV melintang jalan aspal AMKA 03 Peletakan 3 Kabel tanah 20 KV melintang jalan aspal AMKA 04 Peletakan 4 Kabel tanah 20 KV melintang jalan aspal AMKA 05 Peletakan 5 Kabel tanah 20 KV melintang jalan aspal AMKA 06 Peletakan 6 Kabel tanah 20 KV melintang jalan aspal AMKA 06K Peletakan 6 Kabel tanah 20 KV melintang jalan aspal (jalan sempit) AMKA 07 Peletakan 7 Kabel tanah 20 KV melintang jalan aspal AMKA 08 Peletakan 6 Kabel tanah 20 KV melintang jalan aspal AMKK 01/2/1 Konst pemasangan Kabel naik untuk jarak span lebih besar dari 50 mtr AMKK 01/2/2 Konst pemasangan Kabel naik untuk jarak span lebih besar dari 50 mtr PRK 05 Konst Panel dengan pondasi beton PRK 06 Sambungan Rumah dengan penempatan panel di tepi jalan PRK 06A Sambungan Rumah dengan penempatan panel melintasi parit di tepi jalan PRK 07 Penempatan panel di tepi jalan PRK 011 JTR kabel tanah untuk komplek perumahan ARKA 01 Peletakan 1 kabel tanah TR melintang di jalan aspal ARKA 02 Peletakan 2 kabel tanah TR melintang di jalan aspal ARKA 03 Peletakan 3 kabel tanah TR melintang di jalan aspal ARKA 04 Peletakan 4 kabel tanah TR melintang di jalan aspal ARKB 01 Peletakan 1 kabel tanah TR dibawah berm ARKB 02 Peletakan 2 kabel tanah TR dibawah berm ARKB 03 Peletakan 3 kabel tanah TR dibawah berm ARKB 04 Peletakan 4 kabel tanah TR dibawah berm ARKB 05 Peletakan 5 kabel tanah TR dibawah berm
HAL
143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 13
PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN D.I. YOGYAKARTA Pedoman Standar Konstruksi 2008 28 29 30
ARKB 06 ARKB 07 ARKB 08
Peletakan 6 kabel tanah TR dibawah berm Peletakan 7 kabel tanah TR dibawah berm Peletakan 8 kabel tanah TR dibawah berm
170 171 172
4.2. GARDU DISTRIBUSI KONSTRUKSI NO
UNIT KONST.
KETERANGAN
HAL
Pemasangan Trafo 1 Phasa Pada Line 1 Phasa Pemasangan Trafo 1 Phasa pada Line 1 Phasa tersambung pada JTR LVTC Konstruksi Trafo Pada JTM Deadend 1 Phasa Konst. Trafo pada JTM Dead End 1 Phasa tersambung pada JTR LVTC Pemasangan Trafo 1 Phasa dengan serandang 14.4 / 24.9 KV, Single Phasa Transformer On three Circuit
173 174
A
Konstruksi Pemasangan Trafo 1 Phase
1 2
CG - 105 CG – 105 + LVTC
3 4
CG - 106 CG - 106 + LVTC
5 6
CG - 107 CG - 136
B
Konstruksi Pemasangan Trafo 3 Phase
7
CG - 312
8
CG - 312 A
9 10
CG - 313 CG - 313A
C
Kelengkapan Gardu
11 12 13
GB 1 - 1 GB 3 - 1 GB 3 - 2
14
M8 - A1
15
M8 - A2
16
M8 - B1
17
M8 - B2
18 19 20 21
M 27 M 27-1 M 27-2 M 28
Three transformer, clustre mounted 4-wire gounded wye for 220/380 volt power loads Konstruksi Trafo 3 fase dengan serandang 1 tiang sejajar thd jaringan (Max : 200 KVA) Konstruksi Trafo 3 fase max 630 KVA pada 2 tiang 3 fasa transformers structure 24.9 KV / 220 - 380 volt for 500 and 750 KVA transformers
Panel TR untuk Trafo 1 Fasa pada 1 tiang Panel TR untuk Trafo 3 Fasa pada 1 tiang Panel TR untuk Trafo 3 Fasa pada 2 tiang Material panel TR (GB 1-1,GB 3 -1,GB 3 -2) Kabel Sec masuk dan keluar 2 Jurusan untuk GD 1 Tiang Rincian Material Kabel Sec masuk dan keluar 2 Jurusan untuk GD 2 Tiang Rincian Material Kabel Sec masuk dan keluar 4 Jurusan untuk GD 1 Tiang Rincian Material Kabel Sec masuk dan keluar 4 Jurusan untuk GD 2 Tiang Rincian Material transformer connection guide open wire service transformers connection guide duplex or triplex service transformers connection guide secondary underbuild transformers connection and service take off guide from secondary
175 176 177 178
179 180 181 182
183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198
14
PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN D.I. YOGYAKARTA Pedoman Standar Konstruksi 2008
4.3. JARINGAN TEGANGAN RENDAH KONSTRUKSI NO
UNIT KONST.
KETERANGAN
HAL
Konstruksi JTR kawat telanjang (phasa) tarikan lurus Konstruksi JTR kawat telanjang (phasa/neutral) dead-end Konstruksi JTR kawat telanjang (phasa/neutral) 0 Konstruksi JTR kawat telanjang (phasa/neutral) sudut >30 Konstruksi neutral JTR (tarikan lurus) 0 0 Konstruksi JTR kawat telanjang untuk sudut 10 - 30
199 200 201 202 203 204
A
Konstruksi dengan kawat telanjang
1 2 3 4 5 6
CJ 5 / SJ 5 CJ 6 / SJ 6 CJ 6X / SJ 6X CJ 7 CJ 8 CJ 10
B
Konstruksi dengan LVTC
7 8 9 10
J5-T J7-T J6-T MJ 6 - T
C
11 12
Konstruksi pada Tarikan 0° - 5° Konstruksi pada Tarikan 5° - 60° Tarikan pada Dead End Konstruksi untuk ujung pelindung LVTC
205 206 207 208
Konstruksi Pencabangan
SM29 - 4 M29 - 4
Secondary Unit Installation Guide W / Netral Crossing Jaringan Utama dan pencabangan pad JTR telanjang
209 210
4.4. ALAT PENGAMAN DAN PERALATAN LAINNYA KONSTRUKSI NO
UNIT KONST.
KETERANGAN
A
Unit Konstruksi Pengukuran
1
SME / CME - A6
2
SME / CME - C8
3
SME / CME S / C8
4
SME / CME - C8A
5
CME / C8B
B
Unit Konstruksi Alat Pengaman & Peralatan
1 2 3 4
CM 3 -1A,CM3 - 4 CM3 – 16 ( Exs. Amelco) CM3 - 16 SM/CM 3 – 16A
5
SM/CM 3 – 16B
KWH Meter kirim Terima Pada JTM 1 Phasa Rincian material Kwh Meter kirim terima pada JTM 3 Phasa Rincian material Kwh Meter Exim 1 Tiang dengan Arester dan FCO Rincian material Kwh Meter kirim terima pada JTM 3 Phasa Rincian material Kwh Meter Exim 3 Fasa (outfet) 1 tiang Rincian material
14.4 / 24/9 KV, 1 PH One Sectionalizer Fuce Cut out 14.4/24.9 KV, Primary, 3 PH, 4 Wire Star Sectionalizing Air Breke Switch Group Operated Pemasangan ABSW Pemasangan ABSW pada D. Sirkuit Atas Rincian material Pemasangan ABSW pada D. Sirkuit Bawah Rincian material
HAL
211 212 213 214 215 216 217 218 219 220
221 222 223 224 225 226 227 15
PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN D.I. YOGYAKARTA Pedoman Standar Konstruksi 2008 6
SM/CM 3 – 16G
7 8
M3-20 CM3 - 20
9
M3-20-A
10
SM 3 - 21
11 12
SM 3 - 21 SM 3 – 21L
13
M3 - 23
14 15 16 17 18 19
M 5 - 50 M 5 - 51 M 5 - 52 M7-1 M7-3 ME C8 OF
20 21
S 83 C5 -1 S 83 C5 -1M
Load Break Switch (LBS) konstruksi gantung Rincian material 14.4/24.9 KV, 3 PH Oil Cirkuit Recloser Reclocer 3 Phase 20 KV konstruksi 1 tiang dengan 3 PMS Rincian material 14.4/24.9 KV, 3 PH Oil Cirkuit Recloser (vwve,mve) with two pole 14.4/24.9 KV, 3 PH Oil Cirkuit Recloser (vwve,mve) with two pole 14.4/24.9 KV, 3 PH Oil Cirkuit Recloser (vwve,mve) with two pole Rincian material Recloser 3 phase 20 kv konstruksi 1 tiang dengan 1 PMS Rincian material Recloser 3 phase 20 kv konstruksi 1 tiang dengan 1 PMS Recloser 3 phase 20 kv konstruksi 1 tiang dengan 1 PMS + LBS Rincian material 14.4/24.9 KV One Sectionalizing Oil Cirkuit Recloser With By-Pass Switch Pemasangan Fault Indikator Pemasangan Disconecting Switch Pemasangan Arching Horn 1.4 / 24.9 KV ne Step Voltage Regulator Platform Mounted Regulator Me Outfet Rincian material Kapasitor TM 20 KV 3 Phase pada 1 tiang Kapasitor TM 20 KV 3 Phase pada 1 tiang Rincian material
228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251 252
4.5. SAMBUNGAN RUMAH & APP KONSTRUKSI NO
1 2 3 4 5 6 7
8
9
10
UNIT KONST.
K 10 , K 11 SK 10 , SK 11 K 10 C K 11C, K 15 C , K 15 CX SK 11C, SK 15 C , SK 15 CX K 16 C , K 17 CKA -C1 / CKC C1 / CKA-C2 / CKC-C2 CKA-T1 / CKC T1 / CKA-T2 / CKC -T2 KA 10-C / KC 10 – C / KA 10-C1 / KC 10 -C1 KA – C / KC-C,
KETERANGAN
HAL
Services Assemblies Services Assemblies pada tiang besi Services Assemblies, Cable Services Assemblies, Cable
253 254 255 256
Services Assemblies, Cable untuk tiang besi
257
Services Mast Assemblies Konstruksi SLP 1 Phase jenis DX / 3 Phase jenis QX pada titik tumpu dinding /tiang kayu/tiang beton
258 259
Konstruksi SLP 1 Phase jenis Twisted pada titik tumpu dinding / tiang beton
260
Konstruksi SLP 1 Phase jenis DX / 3 Phase jenis QX pada titik tumpu dinding /tiang kayu
261
Konstruksi SLP 1 Phase jenis DX / 3 Phase jenis QX pada
262 16
PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN D.I. YOGYAKARTA Pedoman Standar Konstruksi 2008
11 12 13 14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
CKC – C / CKA-C KA-T / KC –T / CKA-T / CKC -T KA-T1 / KC -T1 / KA-T2 / KC -T2 PKA-T / PKC –T / PKA-T1 / PKC -T1 SKA 11-C / SKC 11 – C / SKA 11C-T / SKC 11 -C-T SKA 14-C / SKC 14 –C / SKA 14-CT / SKC 14 -C-T SKA-C / SKC-C / SKA-C-T / SKC-C-T SKA-C1 SKC-C1 / SKA-C1-T SKC-C1-T SKA-C2 / SKC-C2 / SKA-C2-T SKC-C2-T SKA-T / SKC –T / SKA-T-T / SKC -T-T SKA-T1 / SKC -T1 / SKA-T1-T / SKC -T1-T SKA-T2 / SKC -T2 / SKA-T2-T / SKC -T2-T PKA 16-C / PKC 16 – C / PKA-C / PKC -C PMA 8-C / PMC 8-C
24
PMA 8-C1 / PMC 8-C1
25
MA 8-C / MC 8-C
26
CMA 8-C / CMC 8-C
27
PMA 8-T , PMC 8-T MA 8-T , MC 8-T
28 29 30 31
PMA 8-T1 , PMC 8-T1 CMA8-T / CMC8-T APPA-IR / APPC-IIIR
titik tumpu dinding /tiang kayu/tiang beton Konstruksi SLP 1 Phase , 3 Phase jenis Twisted pada titik tumpu dinding/tiang kayu / tiang beton Konstruksi SLP 1 Phase jenis Twisted pada titik tumpu dinding / tiang kayu Konstruksi SLP 1 Phase , 3 Phase jenis Twisted pada tiang atap Konstruksi SLP 1 Phase jenis DX / 3 Phase jenis QX pada STR tanpa Isolasi dan berisolasi
263 264 265 266
Konstruksi SLP 1 Phase jenis DX / 3 Phase jenis QX pada STR tanpa Isolasi dan berisolasi
267
Konstruksi SLP 1 Phase jenis DX / 3 Phase jenis QX pada STR tanpa Isolasi dan berisolasi
268
Konstruksi SLP 1 Phase jenis DX / 3 Phase jenis QX pada / STR tanpa Isolasi dan berisolasi
269
Konstruksi SLP 1 Phase jenis DX / 3 Phase jenis QX pada / STR tanpa Isolasi dan berisolasi
270
Konstruksi SLP 1 Phase jenis DX / 3 Phase jenis Twisted pada STR tanpa Isolasi dan berisolasi
271
Konstruksi SLP 1 Phase jenis DX / 3 Phase jenis Twisted pada STR tanpa Isolasi dan berisolasi
272
Konstruksi SLP 1 Phase jenis DX / 3 Phase jenis Twisted pada STR tanpa Isolasi dan berisolasi
273
Konstruksi SLP 1 Phase jenis DX / 3 Phase jenis QX pada tiang atap
274
Konstruksi SMP dengan tiang atap untuk SR 1 Phase /3 Phase dengan SLP jenis DX/QX dan SMP jenis NYM/NYY diluar Bangunan Konstruksi SMP dengan tiang atap untuk SR 1 Phase /3 Phase dengan SLP jenis DX/QX dan SMP jenis NYM/NYY diluar Plafon Konstruksi SMP dengan titik tumpu untuk SR 1 Phase /3 Phase dengan SLP jenis DX/QX dan SMP jenis NYM/NYY diluar bangunan Konstruksi SMP dengan titik tumpu untuk SR 1 Phase /3 Phase dengan SLP jenis DX/QX dan SMP jenis NYM/NYY diluar bangunan Konstruksi SMP dengan tiang atap untuk SR 1 Phase /3 Phase tanpa sambungan jenis twisted Konstruksi SMP dengan tiang atap untuk SR 1 Phase /3 Phase tanpa sambungan jenis twisted Konstruksi SMP dengan tiang atap untuk SR 1 Phase /3 Phase tanpa sambungan jenis twisted Konstruksi SMP dengan titik tumpu untuk SR 1 Phase /3 Phase tanpa sambungan jenis twisted Pemasangan APP pelanggan TR 1 Phase /3 Phase dengan OK type I / III pada dinding yang sudah ada pelindungnya.
275
276
277
278
279 280 281 282 283
17
PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN D.I. YOGYAKARTA Pedoman Standar Konstruksi 2008 32
APPA-IR1
33
APPC-IIIR1
34
APPC-VIP
35 36
M 24 MA 24 -1 / MC24 -1 MA 24 -2 / Ketentuan umum sambungan luar pelayanan MC24 -2 M 24 - 10 Assembly Guide of Service Mast for Out Side Metering M 24 - 10A Conversion Diagram for existing service mast Daftar Sagging Conductor
37 38 39 40
V.
Pemasangan APP pelanggan TR 1 Phase dengan OK type I dengan pelindung tambahan Pemasangan APP pelanggan TR 3 Phase dengan OK type III dengan pelindung tambahan Pemasangan APP pelanggan TR 3 Phase pada gardu trafo tiang Cable Service Assembly Sambungan Luar Pelayanan
284 285 286 287 288 289 290 291 292 s/d 301
PENUTUP
Dengan telah diterbitkannya Buku Pedoman Standar Konstruksi 2008, diharapkan dapat memberi arahan / petunjuk teknis yang lebih rinci dan jelas bagi pengelola jaringan kelistrikan yang ada di daerah kerja PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah dan DI Yogyakarta, khususnya bagi Perencana, Pelaksana Pembangunan, Petugas Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Distribusi. Dan akhirnya dapat meningkatkan efisiensi, kwalitas dari pada Jaringan Distribusi serta memberikan rasa aman bagi Pelaksana / Operator dan lingkungan.
18