CASE REPORT DIAGNOSIS HOLISTIK DAN PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF TERHADAP KEJADIAN DIARE AKUT PADA AN. V USIA 3 TAHUN DI PUSKESMAS BANGETAYU SEMARANG
Laporan Kesehatan Masyarakat
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Di Puskesmas Bangetayu Periode Kepaniteraan 11 Desember 2017 – 2017 – 4 4 Februari 2018
Pembimbing :
28
dr. Ratnawati
Oleh : Diana Anggraini Asmaraputri 30101206758
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG 2018
CASE REPORT DIAGNOSIS HOLISTIK DAN PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF TERHADAP KEJADIAN DIARE AKUT PADA AN. V USIA 3 TAHUN DI PUSKESMAS BANGETAYU SEMARANG
Laporan Kesehatan Masyarakat
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
28
dr. Ratnawati
Oleh : Diana Anggraini Asmaraputri 30101206758
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG 2018
CASE REPORT DIAGNOSIS HOLISTIK DAN PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF TERHADAP KEJADIAN DIARE AKUT PADA AN. V USIA 3 TAHUN DI PUSKESMAS BANGETAYU SEMARANG
Laporan Kesehatan Masyarakat
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
28
Dalam Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Di Puskesmas Bangetayu Periode Kepaniteraan 11 Desember 2017 – 2017 – 4 4 Februari 2018 Yang dipersiapkan dan disusun oleh:
Diana Anggraini Asmaraputri 30101206758
Semarang, Januari 2018 Disahkan Oleh: Mengetahui,
Pembimbing PKM Bangetayu
dr. Yuni Susanti
Kepala PKM Bangetayu
Pembimbing Kepaniteraan IKM
dr. Ratnawati
Kepala Bagian IKM
28
dr. Ratnawati
Oleh : Diana Anggraini Asmaraputri 30101206758
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG 2018
CASE REPORT DIAGNOSIS HOLISTIK DAN PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF TERHADAP KEJADIAN DIARE AKUT PADA AN. V USIA 3 TAHUN DI PUSKESMAS BANGETAYU SEMARANG
Laporan Kesehatan Masyarakat
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
28
Dalam Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Di Puskesmas Bangetayu Periode Kepaniteraan 11 Desember 2017 – 2017 – 4 4 Februari 2018 Yang dipersiapkan dan disusun oleh:
Diana Anggraini Asmaraputri 30101206758
Semarang, Januari 2018 Disahkan Oleh: Mengetahui,
Pembimbing PKM Bangetayu
dr. Yuni Susanti
Kepala PKM Bangetayu
Pembimbing Kepaniteraan IKM
dr. Ratnawati
Kepala Bagian IKM
28
Dalam Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Di Puskesmas Bangetayu Periode Kepaniteraan 11 Desember 2017 – 2017 – 4 4 Februari 2018 Yang dipersiapkan dan disusun oleh:
Diana Anggraini Asmaraputri 30101206758
Semarang, Januari 2018 Disahkan Oleh: Mengetahui,
Pembimbing PKM Bangetayu
dr. Yuni Susanti
Kepala PKM Bangetayu
Pembimbing Kepaniteraan IKM
dr. Ratnawati
Kepala Bagian IKM
28
dr. Suryanto Setyo Prihadi
Dr. Siti Thomas Zulaikha, SKM, M.Kes
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan h idayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Kasus Kejadian Diare Akut pada An. Viola Usia 3 Tahun di Puskesmas Bangetayu Semarang. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas-tugas dalam rangka menjalankan kepanitraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat. Laporan ini dapat diselesaikan berkat kerjasama tim dan bantuan dari berbagai pihak, sehingga kami mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya kepada : 1.
dr. Suryanto Setyo Priyadi, selaku Kepala Puskesmas Bangetayu yang telah memberikan bimbingan dan pelatihan selama kami menempuh Kepanitraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat di Pusk esmas Bangetayu Semarang.
2.
dr. Yuni Susanti selaku pembimbing di Puskesmas Bangetayu yang telah memberikan bimbingan dan masukan selama kami menempuh Kepanitraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat di Pusk esmas Bangetayu Semarang.
3.
Dokter, Paramedis, beserta Staf Staf Puskesmas Bangetayu atas bimbingan dan kerjasama yang telah telah diberikan.
28
dr. Suryanto Setyo Prihadi
Dr. Siti Thomas Zulaikha, SKM, M.Kes
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan h idayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Kasus Kejadian Diare Akut pada An. Viola Usia 3 Tahun di Puskesmas Bangetayu Semarang. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas-tugas dalam rangka menjalankan kepanitraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat. Laporan ini dapat diselesaikan berkat kerjasama tim dan bantuan dari berbagai pihak, sehingga kami mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya kepada : 1.
dr. Suryanto Setyo Priyadi, selaku Kepala Puskesmas Bangetayu yang telah memberikan bimbingan dan pelatihan selama kami menempuh Kepanitraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat di Pusk esmas Bangetayu Semarang.
2.
dr. Yuni Susanti selaku pembimbing di Puskesmas Bangetayu yang telah memberikan bimbingan dan masukan selama kami menempuh Kepanitraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat di Pusk esmas Bangetayu Semarang.
3.
Dokter, Paramedis, beserta Staf Staf Puskesmas Bangetayu atas bimbingan dan kerjasama yang telah telah diberikan.
28
Kami menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan waktu dan kemampuan. Karena itu kami sangat berterima kasih atas kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata kami berharap semoga hasil Laporan Kasus Kejadian Diare Akut pada An. Viola Usia 3 Tahun di Puskesmas Bangetayu Semarang dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Semarang, Januari 2018
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................. ......................
i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................... ...........
ii
KATA PENGANTAR ......................................................... ......................
iii
28
Kami menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan waktu dan kemampuan. Karena itu kami sangat berterima kasih atas kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata kami berharap semoga hasil Laporan Kasus Kejadian Diare Akut pada An. Viola Usia 3 Tahun di Puskesmas Bangetayu Semarang dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Semarang, Januari 2018
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................. ......................
i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................... ...........
ii
KATA PENGANTAR ......................................................... ......................
iii
28
DAFTAR ISI ........................................................... ..................................
iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................... ......................
vi
BAB I
PENDAHULUAN .................................................................. .
1
1.1 Latar belakang .......................................................... ...........
1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................
3
1.3 Tujuan penelitian ................................................................ .
4
BAB II
1.3.1
Tujuan umum ..........................................................
4
1.3.2
Tujuan khusus .........................................................
4
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................
4
1.4.1
Manfaat bagi mahasiswa .........................................
4
1.4.2
Manfaat bagi masyarakat.........................................
5
ANALISA SITUASI ................................................................ .
6
2.1 Cara dan Waktu Pengamatan................................................
6
2.2 Hasil Pengamatan ................................................................
6
28
DAFTAR ISI ........................................................... ..................................
iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................... ......................
vi
BAB I
PENDAHULUAN .................................................................. .
1
1.1 Latar belakang .......................................................... ...........
1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................
3
1.3 Tujuan penelitian ................................................................ .
4
BAB II
1.3.1
Tujuan umum ..........................................................
4
1.3.2
Tujuan khusus .........................................................
4
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................
4
1.4.1
Manfaat bagi mahasiswa .........................................
4
1.4.2
Manfaat bagi masyarakat.........................................
5
ANALISA SITUASI ................................................................ .
6
2.1 Cara dan Waktu Pengamatan................................................
6
2.2 Hasil Pengamatan ................................................................
6
28
BAB III
BAB IV
2.2.1
Identitas Pasien ........................................................
6
2.2.2
Anamnesis Holistik .................................................
7
2.2.3
Data Keluarga ..........................................................
13
2.2.4
Pemeriksaan Fisik ....................................................
15
2.2.5
Pemeriksaan Penunjang ..........................................
17
2.2.6
Diagnosis Holistik ...................................................
17
2.2.7
Usulan Penatalaksanaan Komprehensif ..................
18
PEMBAHASAN ............................................................ ...........
22
3.1 Gambaran Proses Masalah pada Kelima Aspek ..................
22
3.2 Uraian Temuan di Setiap Aspek ...........................................
23
3.3 Alternatif Pemecahan Masalah .............................................
26
3.4 Plan of Action (POA) ...........................................................
28
KESIMPULAN DAN SARAN .................................................
29
4.1 Kesimpulan ............................................................... ...........
30
28
BAB III
BAB IV
2.2.1
Identitas Pasien ........................................................
6
2.2.2
Anamnesis Holistik .................................................
7
2.2.3
Data Keluarga ..........................................................
13
2.2.4
Pemeriksaan Fisik ....................................................
15
2.2.5
Pemeriksaan Penunjang ..........................................
17
2.2.6
Diagnosis Holistik ...................................................
17
2.2.7
Usulan Penatalaksanaan Komprehensif ..................
18
PEMBAHASAN ............................................................ ...........
22
3.1 Gambaran Proses Masalah pada Kelima Aspek ..................
22
3.2 Uraian Temuan di Setiap Aspek ...........................................
23
3.3 Alternatif Pemecahan Masalah .............................................
26
3.4 Plan of Action (POA) ...........................................................
28
KESIMPULAN DAN SARAN .................................................
29
4.1 Kesimpulan ............................................................... ...........
30
28
4.2 Saran ............................................................... ......................
31
4.2.1 Untuk pasien ................................................................ .
31
4.2.2 Untuk Puskesmas .........................................................
31
4.2.3 Untuk Unissula .............................................................
31
DAFTAR PUSTAKA .......................................................... ......................
32
LAMPIRAN ........................................................... ..................................
34
DAFTAR GAMBAR
28
4.2 Saran ............................................................... ......................
31
4.2.1 Untuk pasien ................................................................ .
31
4.2.2 Untuk Puskesmas .........................................................
31
4.2.3 Untuk Unissula .............................................................
31
DAFTAR PUSTAKA .......................................................... ......................
32
LAMPIRAN ........................................................... ..................................
34
DAFTAR GAMBAR
28
Gambar 1. Dokumentasi ................................................................. ............
34
28
Gambar 1. Dokumentasi ................................................................. ............
34
28
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menurut data World Health Organization (WHO), diare adalah penyebab nomor satu kematian balita di seluruh dunia. Di Indonesia, diare adalah pembunuh balita nomor dua setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Sementara UNICEF (Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk urusan anak) memperkirakan bahwa, setiap 30 detik ada satu anak yang meninggal dunia karena diare.
28
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menurut data World Health Organization (WHO), diare adalah penyebab nomor satu kematian balita di seluruh dunia. Di Indonesia, diare adalah pembunuh balita nomor dua setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Sementara UNICEF (Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk urusan anak) memperkirakan bahwa, setiap 30 detik ada satu anak yang meninggal dunia karena diare.
28
Banyak hal yang menjadi penyebab diare seperti infeksi, alergi, malabsorbsi, keracunan, imunodefisiensi dan sebabsebab yang lainnya. Tetapi yang sering ditemukan di lapangan yaitu diare yang disebabkan oleh infeksi. Menurut Soegeng (dalam Hikmawati, 2012) bakteri yang sering menimbulkan diare adalah bakteri E.coli. Selain bakteri E.coli pathogen, bakteri-bakteri lain tergolong “nonpathogenic”seperti Pseudomonas, Pyocianeus, Proteus, Staphlococcus, Streptococcus dan sebagainya menurut penyelidikan para ahli sering pula menjadi penyebab diare. Di negara berkembang, 75% m asyarakatnya. Beberapa faktor resiko terjadinya diare adalah sumber air yang tidak aman (air sungai yang tercemar, sumber mata air yang keruh, air minum yang tidak dimasak,dll), sanitasi yang buruk dan personal hygiene yang tidak baik (kebersihan peralatan makan misalnya botol susu, dot, gelas, atau sendok). Oleh karena itu, botol susu sebagai salah satu peralatan makan bayi bisa berhubungan dengan kejadian diare. Peralatan makan bisa terkontaminasi oleh bakteri patogen dari sumber air yang juga terkontaminasi dengan material tinja, atau dari susu formula yang sudah dibiarkan pada suhu ruangkan lebih dari 24 jam. Pencucian dan pensterilan yang benar diperlukan untuk memusnahkan bakteri patogen penyebab diare tersebut (Singh, K, 2012). Beberapa peneliti telah meneliti hubungan antara kebersihan peralatan makan dengan kejadian diare.Penelitian Agustina (2013) mengatakan salah satu penyebab diare adalah praktek kebersihan makanan. Berdasarkan hasil pengamatan
28
Banyak hal yang menjadi penyebab diare seperti infeksi, alergi, malabsorbsi, keracunan, imunodefisiensi dan sebabsebab yang lainnya. Tetapi yang sering ditemukan di lapangan yaitu diare yang disebabkan oleh infeksi. Menurut Soegeng (dalam Hikmawati, 2012) bakteri yang sering menimbulkan diare adalah bakteri E.coli. Selain bakteri E.coli pathogen, bakteri-bakteri lain tergolong “nonpathogenic”seperti Pseudomonas, Pyocianeus, Proteus, Staphlococcus, Streptococcus dan sebagainya menurut penyelidikan para ahli sering pula menjadi penyebab diare. Di negara berkembang, 75% m asyarakatnya. Beberapa faktor resiko terjadinya diare adalah sumber air yang tidak aman (air sungai yang tercemar, sumber mata air yang keruh, air minum yang tidak dimasak,dll), sanitasi yang buruk dan personal hygiene yang tidak baik (kebersihan peralatan makan misalnya botol susu, dot, gelas, atau sendok). Oleh karena itu, botol susu sebagai salah satu peralatan makan bayi bisa berhubungan dengan kejadian diare. Peralatan makan bisa terkontaminasi oleh bakteri patogen dari sumber air yang juga terkontaminasi dengan material tinja, atau dari susu formula yang sudah dibiarkan pada suhu ruangkan lebih dari 24 jam. Pencucian dan pensterilan yang benar diperlukan untuk memusnahkan bakteri patogen penyebab diare tersebut (Singh, K, 2012). Beberapa peneliti telah meneliti hubungan antara kebersihan peralatan makan dengan kejadian diare.Penelitian Agustina (2013) mengatakan salah satu penyebab diare adalah praktek kebersihan makanan. Berdasarkan hasil pengamatan
28
peneliti terhadap anak yang menderita diare di Puskesmas Kilasah ketika anak berusia kurang dari 6 bulan sudah diberikan makanan tambahan seperti pisang dan susu formula. Status gizi anak juga tergolong rendah sehingga anak rentan terhadap penyakit diare. Pengelolaan sampah pada keluarga dibuang ditempat sampah yang tidak tertutup dan dihinggapi lalat. Perilaku hidup bersih dan sehat pada orang tua tidak mencuci tangan sebelum menyuapi makan anak dan anak dibiarkan membuang tinja disembarang tempat. Kontrol penyakit diare sendiri telah lama diupayakan oleh pemerintah Indonesia untuk penekanan angka kejadian diare. Upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah seperti adanya program-program penyediaan air bersih dan sanitasi total berbasis masyarakat.Adanya promosi pemberian ASI ekslusif sampai enam bulan, termasuk pendidikan kesehatan spesifik dengan tujuan bisa meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan menurunkan kematian yang disebabkan oleh penyakit diare. Namun penyakit diare masih menjadi penyebab kematian tertinggi pada balita setelah ISPA (Departemen Kesehatan [Depkes],2013). Bila dilihat per kelompok umur insiden diare tertinggi tercatat pada anak umur <1 tahun yaitu 5,5%.Sedangkan pada umur 1-4 tahun angka insiden diare tercatat sebanyak 5.1% (Riskesdas, 2013). Sejalan dengan hasil survei morbiditas diare pada tahun 2010 (Kementerian Kesehatan [Menkes], Survei morbiditas diare tahun 2010) angka morbiditas menurut
28
peneliti terhadap anak yang menderita diare di Puskesmas Kilasah ketika anak berusia kurang dari 6 bulan sudah diberikan makanan tambahan seperti pisang dan susu formula. Status gizi anak juga tergolong rendah sehingga anak rentan terhadap penyakit diare. Pengelolaan sampah pada keluarga dibuang ditempat sampah yang tidak tertutup dan dihinggapi lalat. Perilaku hidup bersih dan sehat pada orang tua tidak mencuci tangan sebelum menyuapi makan anak dan anak dibiarkan membuang tinja disembarang tempat. Kontrol penyakit diare sendiri telah lama diupayakan oleh pemerintah Indonesia untuk penekanan angka kejadian diare. Upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah seperti adanya program-program penyediaan air bersih dan sanitasi total berbasis masyarakat.Adanya promosi pemberian ASI ekslusif sampai enam bulan, termasuk pendidikan kesehatan spesifik dengan tujuan bisa meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan menurunkan kematian yang disebabkan oleh penyakit diare. Namun penyakit diare masih menjadi penyebab kematian tertinggi pada balita setelah ISPA (Departemen Kesehatan [Depkes],2013). Bila dilihat per kelompok umur insiden diare tertinggi tercatat pada anak umur <1 tahun yaitu 5,5%.Sedangkan pada umur 1-4 tahun angka insiden diare tercatat sebanyak 5.1% (Riskesdas, 2013). Sejalan dengan hasil survei morbiditas diare pada tahun 2010 (Kementerian Kesehatan [Menkes], Survei morbiditas diare tahun 2010) angka morbiditas menurut
28
kelompok umur terbesar adalah 6-11 bulan yaitu sebesar 21,65% lalu kelompok umur 12-17 bulan sebesar 14,43%, kelompok umur 24-29 bulan sebesar 12,37%, sedangkan proporsi terkecil pada kelompok umur 54-59 bulan yaitu 2 ,06%. Tahun 2017 insiden diare di Puskesmas Bangetayu Semarang tercatat terdapat 52 kasus pada usia <1 tahun, 132 kasus pada usia 1-4 tahun, 97 kasus pada usia 5-14 tahun dan 362 kasus pada usia >15 tahun. Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk mendalami diagnosis holistik dan terapi komprehensif terhadap kejadian diare akut pada An. Viola usia 3 tahun di puskesmas bangetayu Semarang. 1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah tersebut diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “Bagaimana gambaran Kejadian Diare Akut pada An. V Usia 3 Tahun di Puskesmas Bangetayu Semarang?” 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk memperoleh informasi mengenai kejadian diare akut pada An. V. 1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Untuk mendeskripsikan aspek personal terhadap kejadian diare akut pada An. V.
28
kelompok umur terbesar adalah 6-11 bulan yaitu sebesar 21,65% lalu kelompok umur 12-17 bulan sebesar 14,43%, kelompok umur 24-29 bulan sebesar 12,37%, sedangkan proporsi terkecil pada kelompok umur 54-59 bulan yaitu 2 ,06%. Tahun 2017 insiden diare di Puskesmas Bangetayu Semarang tercatat terdapat 52 kasus pada usia <1 tahun, 132 kasus pada usia 1-4 tahun, 97 kasus pada usia 5-14 tahun dan 362 kasus pada usia >15 tahun. Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk mendalami diagnosis holistik dan terapi komprehensif terhadap kejadian diare akut pada An. Viola usia 3 tahun di puskesmas bangetayu Semarang. 1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah tersebut diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “Bagaimana gambaran Kejadian Diare Akut pada An. V Usia 3 Tahun di Puskesmas Bangetayu Semarang?” 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk memperoleh informasi mengenai kejadian diare akut pada An. V. 1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Untuk mendeskripsikan aspek personal terhadap kejadian diare akut pada An. V.
28
1.3.2.2 Untuk mendeskripsikan aspek medis umum terhadap kejadian diare akut pada An. V. 1.3.2.3 Untuk mendeskripsikan aspek faktor risiko internal terhadap kejadian diare akut pada An. V. 1.3.2.4 Untuk mendeskripsikan aspek faktor risiko eksternal terhadap kejadian diare akut pada An. V. 1.3.2.5 Untuk mendeskripsikan aspek derajat fungsional terhadap kejadian diare akut pada An. V. 1.3.2.6 Untuk mengetahui penatalaksanaan komprehensif melalui kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat bagi Mahasiswa
1.4.1.1 Menambah wawasan tentang diare akut pada anak, penyebab diare akut pada anak, serta faktor yang mempengaruhinya 1.4.1.2 Mahasiswa mengetahui secara langsung permasalahan yang ada di lapangan. 1.4.1.3 Mahasiswa mampu melaporkan masalah dimulai dari penemuan hingga plan of action. 1.4.1.4 Sebagai media yang menambah wawasan pengetahuan tentang ilmu kesehatan masyarakat. 1.4.1.5 Sebagai bahan rujukan untuk penelitian bidang ilmu kesehatan masyarakat yang lebih lanjut. 1.4.2 Manfaat bagi Masyarakat
28
1.3.2.2 Untuk mendeskripsikan aspek medis umum terhadap kejadian diare akut pada An. V. 1.3.2.3 Untuk mendeskripsikan aspek faktor risiko internal terhadap kejadian diare akut pada An. V. 1.3.2.4 Untuk mendeskripsikan aspek faktor risiko eksternal terhadap kejadian diare akut pada An. V. 1.3.2.5 Untuk mendeskripsikan aspek derajat fungsional terhadap kejadian diare akut pada An. V. 1.3.2.6 Untuk mengetahui penatalaksanaan komprehensif melalui kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat bagi Mahasiswa
1.4.1.1 Menambah wawasan tentang diare akut pada anak, penyebab diare akut pada anak, serta faktor yang mempengaruhinya 1.4.1.2 Mahasiswa mengetahui secara langsung permasalahan yang ada di lapangan. 1.4.1.3 Mahasiswa mampu melaporkan masalah dimulai dari penemuan hingga plan of action. 1.4.1.4 Sebagai media yang menambah wawasan pengetahuan tentang ilmu kesehatan masyarakat. 1.4.1.5 Sebagai bahan rujukan untuk penelitian bidang ilmu kesehatan masyarakat yang lebih lanjut. 1.4.2 Manfaat bagi Masyarakat
28
1.4.2.1 Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai berbagai faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada anak sehingga dapat dilakukan upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. 1.4.2.2 Memberikan edukasi dan intervensi yang berkaitan dengan pencegahan diare akut pada anak. 1.4.2.3 Memberikan masukan bagi tenaga kesehatan untuk lebih memberdayakan masyarakat dalam upaya kesehatan promotif dan preventif terhadap kejadian diare akut pada anak.
BAB II ANALISA SITUASI
2.1
Cara dan Waktu Pengamatan
28
1.4.2.1 Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai berbagai faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada anak sehingga dapat dilakukan upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. 1.4.2.2 Memberikan edukasi dan intervensi yang berkaitan dengan pencegahan diare akut pada anak. 1.4.2.3 Memberikan masukan bagi tenaga kesehatan untuk lebih memberdayakan masyarakat dalam upaya kesehatan promotif dan preventif terhadap kejadian diare akut pada anak.
BAB II ANALISA SITUASI
2.1
Cara dan Waktu Pengamatan
28
Pengambilan kasus diare akut pada anak dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan pasien di ruang KIA Puskesmas Bangetayu pada tanggal 28 Desember 2017. Analisa HL Blum terhadap kejadian diare akut pada anak diperoleh dari kunjungan rumah pasien. Anamnesa dan kunjungan rumah untuk mengamati perilaku dan kondisi lingkungan pasien dilakukan di Kelurahan Bangetayu Wetan RT 05 RW 06. Waktu pengamatan:
2.2
1.
Kamis, 28 Desember 2017 pukul 09.0 0 WIB di ruang KIA Puskesmas Bangetayu.
2.
Jum’at, 29 Desember 2017 pukul 16.00 WIB di rumah pasien.
3.
Selasa, 2 Januari 2018 pukul 15.00 WIB di rumah pasien.
4.
Senin, 8 Januari 2018 pukul 16.00 WIB di rumah pasien.
Laporan Hasil Pengamatan 2.2.1 Identitas Pasien
Nama
: An. V
Tempat, tanggal lahir : Semarang, 11 Juni 2014 Umur
: 3 tahun
28
Pengambilan kasus diare akut pada anak dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan pasien di ruang KIA Puskesmas Bangetayu pada tanggal 28 Desember 2017. Analisa HL Blum terhadap kejadian diare akut pada anak diperoleh dari kunjungan rumah pasien. Anamnesa dan kunjungan rumah untuk mengamati perilaku dan kondisi lingkungan pasien dilakukan di Kelurahan Bangetayu Wetan RT 05 RW 06. Waktu pengamatan:
2.2
1.
Kamis, 28 Desember 2017 pukul 09.0 0 WIB di ruang KIA Puskesmas Bangetayu.
2.
Jum’at, 29 Desember 2017 pukul 16.00 WIB di rumah pasien.
3.
Selasa, 2 Januari 2018 pukul 15.00 WIB di rumah pasien.
4.
Senin, 8 Januari 2018 pukul 16.00 WIB di rumah pasien.
Laporan Hasil Pengamatan 2.2.1 Identitas Pasien
Nama
: An. V
Tempat, tanggal lahir : Semarang, 11 Juni 2014 Umur
: 3 tahun
28
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Bangetayu Wetan RT 05/RW 06
Kewarganegaraan
: WNI
Cara pembayaran
: BPJS
2.2.2 Anamnesis Holistik A. ASPEK 1 Keluhan Utama
BAB cair lebih dari 4x dalam 1 hari
Harapan
Sembuh sehingga pasien bisa sehat seperti semula dan dapat beraktivitas seperti sedia kala.
Kekhawatiran
Sakit yang dialami bertambah parah.
28
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Bangetayu Wetan RT 05/RW 06
Kewarganegaraan
: WNI
Cara pembayaran
: BPJS
2.2.2 Anamnesis Holistik A. ASPEK 1 Keluhan Utama
BAB cair lebih dari 4x dalam 1 hari
Harapan
Sembuh sehingga pasien bisa sehat seperti semula dan dapat beraktivitas seperti sedia kala.
Kekhawatiran
Sakit yang dialami bertambah parah.
28
B. ASPEK 2 ANAMNESIS Riwayat Penyakit
Pada hari Kamis, 28 Desember 2018
Sekarang
pasien datang diantar ibunya ke KIA Puskesmas
Bangetayu
ibu
mengeluhkan pasien mengalami
pasien BAB
cair sejak 2 hari yang lalu, BAB cair lebih dari 4x dalam 1 hari tidah terdapat lendir maupun darah, dan tidak berbusa. Pasien masih mau makan dan minum, tidak
tampak
kehausan.
Ibu
pasien
mengeluhkan bahwa pasien sulit tidur dan rewel. Belum diobati sebelumnya. Riwayat Penyakit
Pasien pernah menderita BAB cair
28
B. ASPEK 2 ANAMNESIS Riwayat Penyakit
Pada hari Kamis, 28 Desember 2018
Sekarang
pasien datang diantar ibunya ke KIA Puskesmas
Bangetayu
ibu
pasien
mengeluhkan pasien mengalami
BAB
cair sejak 2 hari yang lalu, BAB cair lebih dari 4x dalam 1 hari tidah terdapat lendir maupun darah, dan tidak berbusa. Pasien masih mau makan dan minum, tidak
tampak
kehausan.
Ibu
pasien
mengeluhkan bahwa pasien sulit tidur dan rewel. Belum diobati sebelumnya. Riwayat Penyakit
Pasien pernah menderita BAB cair
28
sebelumnya pada saat usia 6 bulan setelah
Dahulu
ASI eksklusif. Riwayat
Penyakit
Keluarga
Penyakit yang sama (Diare) : diakui
Diabetes mellitus : disangkal
Hipertensi
: disangkal
Alergi
: disangkal
Asma
: disangkal
TB Paru
: disangkal
Riwayat Sosial
Pasien adalah anak tunggal. Suami bekerja
Ekonomi
sebagai montir di bengkel. Pasien tinggal satu rumah bersama ayah dan ibunya.. Saat ini pasien menggunakan jaminan
28
sebelumnya pada saat usia 6 bulan setelah
Dahulu
ASI eksklusif. Riwayat
Penyakit
Keluarga
Penyakit yang sama (Diare) : diakui
Diabetes mellitus : disangkal
Hipertensi
: disangkal
Alergi
: disangkal
Asma
: disangkal
TB Paru
: disangkal
Riwayat Sosial
Pasien adalah anak tunggal. Suami bekerja
Ekonomi
sebagai montir di bengkel. Pasien tinggal satu rumah bersama ayah dan ibunya.. Saat ini pasien menggunakan jaminan
28
kesehatan BPJS untuk pembiayaan ketika berobat. Kesan : tingkat ekonomi cukup.
DATA KHUSUS
RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN
-
Riwayat kehamilan : ANC di bidan 7 kali
-
Selama kehamilan : Riwayat minum jamu-jamuan, obat-obatan tidak pernah
-
Hamil : 38 minggu
-
Riwayat Persalinan : Lahir di Bidan, Normal
-
BBL : 3100 gram
-
PB : 50 cm
RIWAYAT MAKANAN
-
6 bulan
= ASI diberikan selama
-
> 6 bulan - 2 tahun = ASI + MPASI
28
kesehatan BPJS untuk pembiayaan ketika berobat. Kesan : tingkat ekonomi cukup.
DATA KHUSUS
RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN
-
Riwayat kehamilan : ANC di bidan 7 kali
-
Selama kehamilan : Riwayat minum jamu-jamuan, obat-obatan tidak pernah
-
Hamil : 38 minggu
-
Riwayat Persalinan : Lahir di Bidan, Normal
-
BBL : 3100 gram
-
PB : 50 cm
RIWAYAT MAKANAN
-
6 bulan
= ASI diberikan selama
-
> 6 bulan - 2 tahun = ASI + MPASI
28
-
> 2 tahun
= Sufor + Makanan Pokok
Kesan : Pola makanan sesuai Usia
RIWAYAT PERKEMBANGAN
-
Motorik kasar
: Melompat, Berjalan
-
Motorik halus : Menulis, Menggambar
-
Verbal
: Bicara sudah berbentuk kata dan jelas
-
Sosial
: Dapat bersosialisasi dengan orang lain
Kesan : Pertumbuhan anak sesuai umur
RIWAYAT IMUNISASI
BCG : + DPT : + Polio : + Hep. B : +
28
-
> 2 tahun
= Sufor + Makanan Pokok
Kesan : Pola makanan sesuai Usia
RIWAYAT PERKEMBANGAN
-
Motorik kasar
: Melompat, Berjalan
-
Motorik halus : Menulis, Menggambar
-
Verbal
: Bicara sudah berbentuk kata dan jelas
-
Sosial
: Dapat bersosialisasi dengan orang lain
Kesan : Pertumbuhan anak sesuai umur
RIWAYAT IMUNISASI
BCG : + DPT : + Polio : + Hep. B : +
28
Campak : + Kesan : Imunisasi lengkap
C. ASPEK 3 Faktor Resiko Internal
28
Campak : + Kesan : Imunisasi lengkap
C. ASPEK 3 Faktor Resiko Internal
28
Data Individu
Pasien berusia 3 tahun. Berat badan pasien adalah 13 kg dan tinggi badan pasien adalah 91 cm. Data Perilaku Pasien
Data Perilaku Makan
Pasien makan secara rutin 3 kali dalam sehari. Dengan pembagian porsi makan jam 8 pagi biasanya dengan nasi, tempe dan tahu dengan sayuran, kemudian jam 12 siang pasien makan dengan nasi dengan telur, tempe dengan sayuran dan sore sekitar jam 5 sore pasien makan nasi, ayam goreng. Data terakhir yang diperoleh melalui kunjugan rumah pada hari Jumat, 29 Desember 2017 pukul 16.00, ibu pasien mengatakan bahwa pasien sudah makan siang dengan telur dan tempe serta sayur sop
28
Data Individu
Pasien berusia 3 tahun. Berat badan pasien adalah 13 kg dan tinggi badan pasien adalah 91 cm. Data Perilaku Pasien
Data Perilaku Makan
Pasien makan secara rutin 3 kali dalam sehari. Dengan pembagian porsi makan jam 8 pagi biasanya dengan nasi, tempe dan tahu dengan sayuran, kemudian jam 12 siang pasien makan dengan nasi dengan telur, tempe dengan sayuran dan sore sekitar jam 5 sore pasien makan nasi, ayam goreng. Data terakhir yang diperoleh melalui kunjugan rumah pada hari Jumat, 29 Desember 2017 pukul 16.00, ibu pasien mengatakan bahwa pasien sudah makan siang dengan telur dan tempe serta sayur sop
28
pukul 12.30 dan akan makan yang ketiga dengan lele goreng pukul 17.00, Setiap harinya pasien mengkonsumsi susu kental manis setiap bangun tidur dan sebelum tidur malam. Pasien senang mengkonsumsi sayur -sayuran seperti sop dan tumis. Pasien sering minum air putih, susu kental manis dan teh setiap harinya.
Perilaku Cuci Tangan
Ibu pasien mengaku bahwa pasien jarang cuci tangan. Pasien tidak pernah cuci tangan sebelum makan dan setelah bermain diluar pun pasien jarang cuci tangan dan terkadang tidak memakai sandal.
Perilaku Minum Susu
Pasien setiap hari meminum susu kental manis karena pasien memiliki riwayat intoleransi laktosa pada saat
28
pukul 12.30 dan akan makan yang ketiga dengan lele goreng pukul 17.00, Setiap harinya pasien mengkonsumsi susu kental manis setiap bangun tidur dan sebelum tidur malam. Pasien senang mengkonsumsi sayur -sayuran seperti sop dan tumis. Pasien sering minum air putih, susu kental manis dan teh setiap harinya.
Perilaku Cuci Tangan
Ibu pasien mengaku bahwa pasien jarang cuci tangan. Pasien tidak pernah cuci tangan sebelum makan dan setelah bermain diluar pun pasien jarang cuci tangan dan terkadang tidak memakai sandal.
Perilaku Minum Susu
Pasien setiap hari meminum susu kental manis karena pasien memiliki riwayat intoleransi laktosa pada saat
28
setelah 6 bulan ASI Eksklusif.
D. ASPEK 4 Faktor Resiko Eksternal
Perilaku kesehatan keluarga pasien
28
setelah 6 bulan ASI Eksklusif.
D. ASPEK 4 Faktor Resiko Eksternal
Perilaku kesehatan keluarga pasien
28
Pengetahuan keluarga pasien kurang mengenai diare akut pada anak.
Ibu pasien tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah menyuapi pasien.
Keluarga pasien menganggap bila seorang anak kecil tidak cuci tangan sebelum makan dapat membantu memperkuat kekebalan tubuh pasien.
Pelayanan Kesehatan Keluarga pasien tinggal di Bangetayu Wetan RT 05/RW 06 cakupan Puskesmas Bangetayu Semarang. Jarak rumah tempat tinggal keluarga pasien dengan puskesmas dapat ditempuh dalam waktu 10 menit dengan menggunakan motor. Lingkungan Pasien tinggal di kos-kosan rumah tangga sederhana di daerah
28
Pengetahuan keluarga pasien kurang mengenai diare akut pada anak.
Ibu pasien tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah menyuapi pasien.
Keluarga pasien menganggap bila seorang anak kecil tidak cuci tangan sebelum makan dapat membantu memperkuat kekebalan tubuh pasien.
Pelayanan Kesehatan Keluarga pasien tinggal di Bangetayu Wetan RT 05/RW 06 cakupan Puskesmas Bangetayu Semarang. Jarak rumah tempat tinggal keluarga pasien dengan puskesmas dapat ditempuh dalam waktu 10 menit dengan menggunakan motor. Lingkungan Pasien tinggal di kos-kosan rumah tangga sederhana di daerah
28
Bangetayu Wetan bersama ayah dan ibu. Luas bangunan ±6x4 m 2. Rumah tersebut terdiri atas ruang tamu, kamar tidur, 1 kamar mandi dan dapur yang berdekatan serta makanan tidak ditutupi oleh tudung saji. Sumber air minum menggunakan air galon, sedangkan sumber air mandi dan cuci menggunakan air PAM. Untuk memasak keluarga pasien menggunakan gas LPG. Keadaan lingkungan rumah saling berdampingan dengan kamar kos tetangga lainnya. Bagian dalam dan luar rumah banyak terdapat lalat berterbangan. Bagian depan rumah adalah kebun dengan sanitasi yang buruk. Masalah bangunan rumah Atap : langsung genteng Jendela : terdapat 1 jendela rumah di ruang tamu dan 1 pintu. Lantai rumah menggunakan keramik. Dinding rumah terbuat dari
28
Bangetayu Wetan bersama ayah dan ibu. Luas bangunan ±6x4 m 2. Rumah tersebut terdiri atas ruang tamu, kamar tidur, 1 kamar mandi dan dapur yang berdekatan serta makanan tidak ditutupi oleh tudung saji. Sumber air minum menggunakan air galon, sedangkan sumber air mandi dan cuci menggunakan air PAM. Untuk memasak keluarga pasien menggunakan gas LPG. Keadaan lingkungan rumah saling berdampingan dengan kamar kos tetangga lainnya. Bagian dalam dan luar rumah banyak terdapat lalat berterbangan. Bagian depan rumah adalah kebun dengan sanitasi yang buruk. Masalah bangunan rumah Atap : langsung genteng Jendela : terdapat 1 jendela rumah di ruang tamu dan 1 pintu. Lantai rumah menggunakan keramik. Dinding rumah terbuat dari
28
tembok permanen dibagian ruang tamu dan kamar, batu bata dibagian dapur dan kamar mandi. Pencahayaan: kurang, hanya ada 1 jendela kecil dan pintu.
E. ASPEK 5 Derajat Fungsional
1. Mampu melakukan pekerjaan seperti sebelum sakit DERAJAT FUNGSIONAL : 1 2.2.3 Data Keluarga
28
tembok permanen dibagian ruang tamu dan kamar, batu bata dibagian dapur dan kamar mandi. Pencahayaan: kurang, hanya ada 1 jendela kecil dan pintu.
E. ASPEK 5 Derajat Fungsional
1. Mampu melakukan pekerjaan seperti sebelum sakit DERAJAT FUNGSIONAL : 1 2.2.3 Data Keluarga
28
Gambar 1. Genogram
Keterangan gambar : : tanda gambar untuk jenis kelamin laki-laki : tanda gambar untuk jenis kelamin perempuan : tanda gambar yang menunjukkan pasien : tanda gambar yang menunjukkan tinggal serumah
28
Gambar 1. Genogram
Keterangan gambar : : tanda gambar untuk jenis kelamin laki-laki : tanda gambar untuk jenis kelamin perempuan : tanda gambar yang menunjukkan pasien : tanda gambar yang menunjukkan tinggal serumah
28
Resiko-resiko internal keluarga
Aspek kebiasaan pasien dan keluarga pasien menjadi aspek resiko bagi penyakit yang dialami pasien saat ini. Pengetahuan tentang kejadian diare akut pada anak masih belum diketahui oleh keluarga pasien. Kebiasaan cuci tangan yang tidak dilakukan.
Resiko-resiko eksternal keluarga
Perilaku kesehatan lingkungan
Pengetahuan keluarga pasien kurang mengenai diare akut pada anak.
Tidak tahunya penyebab dan risiko dari diare.
28
Resiko-resiko internal keluarga
Aspek kebiasaan pasien dan keluarga pasien menjadi aspek resiko bagi penyakit yang dialami pasien saat ini. Pengetahuan tentang kejadian diare akut pada anak masih belum diketahui oleh keluarga pasien. Kebiasaan cuci tangan yang tidak dilakukan.
Resiko-resiko eksternal keluarga
Perilaku kesehatan lingkungan
Pengetahuan keluarga pasien kurang mengenai diare akut pada anak.
Tidak tahunya penyebab dan risiko dari diare.
28
Keluarga pasien menganggap bila seorang anak kecil tidak cuci tangan sebelum makan dapat membantu memperkuat kekebalan tubuh pasien.
Keadaan Lingkungan Pasien tinggal di rumah permanen. Dinding rumah terbuat dari
tembok permanen dan batu bata. Lantai menggunakan keramik. Rumah pasien terdiri atas ruang tamu pada bagian depan, 1 kamar tidur, 1 kamar mandi dibagian belakang dan 1 dapu r yang berdekatan. Pada masing-masing ruangan tidak ada jendela. Hanya terdapat 1 jendela di ruang tamu. Lingkungan depan rumah pasien bagian halaman adalah tanah dan bagian depan terdapat kebun dengan sanitasi buruk. Di dalam rumah pasien tidak ada tempat sampah.
Pelayanan Kesehatan
28
Keluarga pasien menganggap bila seorang anak kecil tidak cuci tangan sebelum makan dapat membantu memperkuat kekebalan tubuh pasien.
Keadaan Lingkungan Pasien tinggal di rumah permanen. Dinding rumah terbuat dari
tembok permanen dan batu bata. Lantai menggunakan keramik. Rumah pasien terdiri atas ruang tamu pada bagian depan, 1 kamar tidur, 1 kamar mandi dibagian belakang dan 1 dapu r yang berdekatan. Pada masing-masing ruangan tidak ada jendela. Hanya terdapat 1 jendela di ruang tamu. Lingkungan depan rumah pasien bagian halaman adalah tanah dan bagian depan terdapat kebun dengan sanitasi buruk. Di dalam rumah pasien tidak ada tempat sampah.
Pelayanan Kesehatan
28
Masyarakat sekitar rumah tempat tinggal berada dalam wilayah cakupan Puskesmas Bangetayu. Akses terhadap puskesmas dapat dijangkau dengan kendaraan pribadi.
2.2.4
Pemeriksaan Fisik
Pasien berjenis kelamin perempuan, berusia 3 tahun, berat badan 13 kg, tinggi badan 91 cm. Telah
dilakukan pemeriksaan fisik pada tanggal 28 Desember 2017. Tanda Vital
Keadaan umum : baik Kesadaran
: komposmentis
Tekanan darah
:-
Nadi
: 100 x/menit, isi dan tegangan cukup
RR
: 24 x/menit
Temperatur
: 36,7 C
Antropometri
- BB : 13 kg - TB : 91 cm Z-Score BB/TB usia 2-5 tahun : 13/91 → Median Kesan : Gizi baik
28
Masyarakat sekitar rumah tempat tinggal berada dalam wilayah cakupan Puskesmas Bangetayu. Akses terhadap puskesmas dapat dijangkau dengan kendaraan pribadi.
2.2.4
Pemeriksaan Fisik
Pasien berjenis kelamin perempuan, berusia 3 tahun, berat badan 13 kg, tinggi badan 91 cm. Telah
dilakukan pemeriksaan fisik pada tanggal 28 Desember 2017. Tanda Vital
Keadaan umum : baik Kesadaran
: komposmentis
Tekanan darah
:-
Nadi
: 100 x/menit, isi dan tegangan cukup
RR
: 24 x/menit
Temperatur
: 36,7 C
Antropometri
- BB : 13 kg - TB : 91 cm Z-Score BB/TB usia 2-5 tahun : 13/91 → Median Kesan : Gizi baik
28
Status Presens
Kepala
: mesosefal
Mata
: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), cekung (-/-)
Hidung
: napas cuping (-), perdarahan hidung (-)
Telinga
: sekret (-), massa (-/-)
Mulut
: bibir pucat (-)
Leher
: simetris, pembesaran kelenjar limfe (-), deviasi trakhea (-)
Thorax
:
Pulmo Inspeksi : simetris, statis, dinamis, retraksi (-) Palpasi
: nyeri tekan (-), massa (-), krepitasi (-), gerakan dinding dada simetris, fremitus vocal simetris
Perkusi
: sonor seluruh lapangan paru
Auskultasi: suara dasar vesikuler. Suara tambahan : ronkhi -/-, bising -/-, hantaran -/- seluruh lapangan paru Cor Inspeksi : Pungtum maksimum jantung tidak tampak Palpasi
: Pungtum maksimum jantung teraba di ICS V, 2 cm medial linea midclavicularis, sinistra, pulsus para sternal
(-), pulsus epigastrium (-) Perkusi
: Batas jantung dalam batas normal
28
Status Presens
Kepala
: mesosefal
Mata
: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), cekung (-/-)
Hidung
: napas cuping (-), perdarahan hidung (-)
Telinga
: sekret (-), massa (-/-)
Mulut
: bibir pucat (-)
Leher
: simetris, pembesaran kelenjar limfe (-), deviasi trakhea (-)
Thorax
:
Pulmo Inspeksi : simetris, statis, dinamis, retraksi (-) Palpasi
: nyeri tekan (-), massa (-), krepitasi (-), gerakan dinding dada simetris, fremitus vocal simetris
Perkusi
: sonor seluruh lapangan paru
Auskultasi: suara dasar vesikuler. Suara tambahan : ronkhi -/-, bising -/-, hantaran -/- seluruh lapangan paru Cor Inspeksi : Pungtum maksimum jantung tidak tampak Palpasi
: Pungtum maksimum jantung teraba di ICS V, 2 cm medial linea midclavicularis, sinistra, pulsus para sternal
(-), pulsus epigastrium (-) Perkusi
: Batas jantung dalam batas normal
28
Auskultasi : Bunyi Jantung I-II reguler, bising (-) Abdomen
:
Inspeksi : perut datar, tanda-tanda inflamasi (-), massa (-), caput meducae (-), spider nevy (-), distensi (-) Auskultasi : Bising usus (+) 7x/menit meningkat Perkusi
: Timpani (+) disemua kuadran abdomen
Palpasi
: nyeri tekan (-), massa (-), hepar teraba, lien/ren tidak teraba, tes undulasi (-)
Pelvis
: deformitas (-), krepitasi (-), massa (-), nyeri tekan (-)
Musculoskeletal : gerakan bebas (+), deformitas (-), krepitasi (-), nyeri tekan (-) Kaku kuduk
: Tidak ditemukan
Kulit
: Ikterik (-), petekhie (-), turgor kulit < 2detik
2.2.5 Pemeriksaan Penunjang 2.2.6 Diagnosis Holistik 2.2.6.1 Aspek 1 Personal
Keluhan
: BAB cair
Kekhawatiran
: Sakit yang dialami bertambah parah.
Harapan
: Sembuh sehingga pasien bisa sehat seperti semula.
28
Auskultasi : Bunyi Jantung I-II reguler, bising (-) Abdomen
:
Inspeksi : perut datar, tanda-tanda inflamasi (-), massa (-), caput meducae (-), spider nevy (-), distensi (-) Auskultasi : Bising usus (+) 7x/menit meningkat Perkusi
: Timpani (+) disemua kuadran abdomen
Palpasi
: nyeri tekan (-), massa (-), hepar teraba, lien/ren tidak teraba, tes undulasi (-)
Pelvis
: deformitas (-), krepitasi (-), massa (-), nyeri tekan (-)
Musculoskeletal : gerakan bebas (+), deformitas (-), krepitasi (-), nyeri tekan (-) Kaku kuduk
: Tidak ditemukan
Kulit
: Ikterik (-), petekhie (-), turgor kulit < 2detik
2.2.5 Pemeriksaan Penunjang 2.2.6 Diagnosis Holistik 2.2.6.1 Aspek 1 Personal
Keluhan
: BAB cair
Kekhawatiran
: Sakit yang dialami bertambah parah.
Harapan
: Sembuh sehingga pasien bisa sehat seperti semula.
28
2.2.6.2 Aspek 2 Anamnesis Medis Umum
Diagnosis kerja
Diagnosis banding : Diare akut bakterial
: Diare akut virus
2.2.6.3 Aspek 3 Kondisi Internal
Pasien tidak pernah cuci tangan sebelum makan dan sesudah bermain dari luar rumah.
Riwayat intoleransi laktosa
2.2.6.4 Aspek 4 Kondisi Eksternal
Pengetahuan keluarga pasien tentang diare pada anak masih kurang.
Ketidaksesuaian pengetahuan keluarga mengenai hubungan cuci tangan dengan daya tahan tubuh.
Perilaku keluarga jarangnya cuci tangan saat setelah BAB/BAK, sebelum makan, dan sebelum menyiapkan makan.
Kondisi sanitasi lingkungan yang buruk
2.2.6.5 Aspek 5 Derajat Fungsional
Derajat fungsional: Derajat 1: Pasien masih bisa melakukan kegiatan sehari hari dengan mandiri. 2.2.7 Usulan Penatalaksanaan Komprehensif 2.2.7.1 Identifikasi Masalah
28
2.2.6.2 Aspek 2 Anamnesis Medis Umum
Diagnosis kerja
Diagnosis banding : Diare akut bakterial
: Diare akut virus
2.2.6.3 Aspek 3 Kondisi Internal
Pasien tidak pernah cuci tangan sebelum makan dan sesudah bermain dari luar rumah.
Riwayat intoleransi laktosa
2.2.6.4 Aspek 4 Kondisi Eksternal
Pengetahuan keluarga pasien tentang diare pada anak masih kurang.
Ketidaksesuaian pengetahuan keluarga mengenai hubungan cuci tangan dengan daya tahan tubuh.
Perilaku keluarga jarangnya cuci tangan saat setelah BAB/BAK, sebelum makan, dan sebelum menyiapkan makan.
Kondisi sanitasi lingkungan yang buruk
2.2.6.5 Aspek 5 Derajat Fungsional
Derajat fungsional: Derajat 1: Pasien masih bisa melakukan kegiatan sehari hari dengan mandiri. 2.2.7 Usulan Penatalaksanaan Komprehensif 2.2.7.1 Identifikasi Masalah
28
Berdasarkan kasus tersebut, seorang anak perempuan bernama An. V berusia 3 tahun datang diantar oleh ibunya untuk melakukan pemeriksaan dan ibu pasien mengeluhkan pasien mengalami BAB cair lebih dari 4x/hari serta dari pemeriksaan fisik didapat hasil bising usus meningkat dan di diagnosis sebagai diare akut. Berdasarkan identifikasi dari faktor resiko internal ditemukan bahwa perilaku cuci tangan tidak dilakukan pada saat sebelum makan dan setelah bermain diluar rumah, pasie juga memiliki riwayat intoleransi laktosa. Berdasarkan identifikasi dari faktor resiko eksternal ditemukan bahwa pengetahuan keluarga pasien tentang diare akut pada anak sangat kurang dan adanya kesalah persepsi mengenai hubungan cuci tangan dengan daya tahan tubuh, disertai lingkungan dengan sanitasi buruk.
2.2.7.2 Intervensi 1. Promotif
28
Berdasarkan kasus tersebut, seorang anak perempuan bernama An. V berusia 3 tahun datang diantar oleh ibunya untuk melakukan pemeriksaan dan ibu pasien mengeluhkan pasien mengalami BAB cair lebih dari 4x/hari serta dari pemeriksaan fisik didapat hasil bising usus meningkat dan di diagnosis sebagai diare akut. Berdasarkan identifikasi dari faktor resiko internal ditemukan bahwa perilaku cuci tangan tidak dilakukan pada saat sebelum makan dan setelah bermain diluar rumah, pasie juga memiliki riwayat intoleransi laktosa. Berdasarkan identifikasi dari faktor resiko eksternal ditemukan bahwa pengetahuan keluarga pasien tentang diare akut pada anak sangat kurang dan adanya kesalah persepsi mengenai hubungan cuci tangan dengan daya tahan tubuh, disertai lingkungan dengan sanitasi buruk.
2.2.7.2 Intervensi 1. Promotif
28
a. Patient Centered - Memberikan edukasi kepada keluarga/ibu pasien tentang cuci tangan dan menggunakan alas kaki saat keluar rumah b. Family Focused - Memberikan edukasi kepada keluarga tentang diare akut pada anak. - Memberikan edukasi mengenai hubungan cuci tangan dan daya tahan tubuh. c. Community Oriented - Puskesmas atau pihak terkait dapat melakukan kunjungan rumah pasien dan memberikan edukasi tentang diare akut pada anak dan PHBS. 2. Preventif
a. Patient Centered -
Mengajari pasien cara cuci tangan yang b enar.
b. Family Focused -
Mengjari keluarga cuci tangan yang benar.
28
a. Patient Centered - Memberikan edukasi kepada keluarga/ibu pasien tentang cuci tangan dan menggunakan alas kaki saat keluar rumah b. Family Focused - Memberikan edukasi kepada keluarga tentang diare akut pada anak. - Memberikan edukasi mengenai hubungan cuci tangan dan daya tahan tubuh. c. Community Oriented - Puskesmas atau pihak terkait dapat melakukan kunjungan rumah pasien dan memberikan edukasi tentang diare akut pada anak dan PHBS. 2. Preventif
a. Patient Centered -
Mengajari pasien cara cuci tangan yang b enar.
b. Family Focused -
Mengjari keluarga cuci tangan yang benar.
28
-
Meberikan poster cuci tangan dan 10 langkah menjadi rumah tangga sehat.
-
Memberikan tudung saji dan tempat sampah tertutup serta memberikan contoh cara pemakaian dan peraatannya.
3. Kuratif
a. Patient Centered -
Zinc
-
Oralit 5 sachet
b. Family Focused - Keluarga diharapkan dapat memberikan dan mengawasi pasien untuk meminum obat tersebut - Keluarga diharapkan dapat melakukan cuci tangan dan mengajak pasien untuk cuci tangan sebelum makan. c. Community Oriented - Kader diharapkan dapat memberikan edukasi mengenai kebersihan dan diare akut pada anak 4. Rehabilitatif
a. Patient Centered
28
-
Meberikan poster cuci tangan dan 10 langkah menjadi rumah tangga sehat.
-
Memberikan tudung saji dan tempat sampah tertutup serta memberikan contoh cara pemakaian dan peraatannya.
3. Kuratif
a. Patient Centered -
Zinc
-
Oralit 5 sachet
b. Family Focused - Keluarga diharapkan dapat memberikan dan mengawasi pasien untuk meminum obat tersebut - Keluarga diharapkan dapat melakukan cuci tangan dan mengajak pasien untuk cuci tangan sebelum makan. c. Community Oriented - Kader diharapkan dapat memberikan edukasi mengenai kebersihan dan diare akut pada anak 4. Rehabilitatif
a. Patient Centered
28
-
Setiap sebelum makan pasien melalukan cuci tangan
b. Family Focused Anggota keluarga dapat melakukan cuci tangan sebelum menyuapi pasien dan mengajak pasien untuk cuci tangan sebelum makan
Tabel 2.1 Checklist survei PHBS No
Indikator Perilaku
ya
1
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
V
2
Asi Ekslusif
V
3
Penimbangan balita
V
4
Gizi keluarga/ sarapan
V
5
Pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali
V
tidak
KLP Kesling
6
Air bersih
V
7
Anggota rumah tangga menggunakan jamban
V
8
Anggota rumah tangga membuang sampah pada
V
28
-
Setiap sebelum makan pasien melalukan cuci tangan
b. Family Focused Anggota keluarga dapat melakukan cuci tangan sebelum menyuapi pasien dan mengajak pasien untuk cuci tangan sebelum makan
Tabel 2.1 Checklist survei PHBS No
Indikator Perilaku
ya
1
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
V
2
Asi Ekslusif
V
3
Penimbangan balita
V
4
Gizi keluarga/ sarapan
V
5
Pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali
V
tidak
KLP Kesling
6
Air bersih
V
7
Anggota rumah tangga menggunakan jamban
V
8
Anggota rumah tangga membuang sampah pada
V
28
tempatnya 9
Lantai rumah kedap air
V
KLP GAYA HIDUP
10
Aktivitas fisik/olahraga
V
11
Ada anggota keluarga yg tidak merokok
V
12
Mencuci tangan
V
13
Menggosok gigi minimal 2 kali sehari
V
14
Anggota rumah tangga tidak menyalahgunakan
V
Miras/Narkoba KLP UKM
15
Anggota rumah tangga menjadi peserta
V
JPK/Dana Sehat 16
Anggota rumah tangga melakukan PSN
V
seminggu sekali Dari hasil diatas PHBS lingkungan rumah pasien didapatkan skor 12 sehingga diklasifikasikan sebagai keluarga yang memiliki PHBS strata sehat utama. Berdasarkan survei PHBS di lingkungan tetangga pasien didapatkan hasil 30% termasuk dalam strata sehat paripurna dan 70% termasuk dalam strata sehat utama. BAB III PEMBAHASAN
28
tempatnya 9
Lantai rumah kedap air
V
KLP GAYA HIDUP
10
Aktivitas fisik/olahraga
V
11
Ada anggota keluarga yg tidak merokok
V
12
Mencuci tangan
V
13
Menggosok gigi minimal 2 kali sehari
V
14
Anggota rumah tangga tidak menyalahgunakan
V
Miras/Narkoba KLP UKM
15
Anggota rumah tangga menjadi peserta
V
JPK/Dana Sehat 16
Anggota rumah tangga melakukan PSN
V
seminggu sekali Dari hasil diatas PHBS lingkungan rumah pasien didapatkan skor 12 sehingga diklasifikasikan sebagai keluarga yang memiliki PHBS strata sehat utama. Berdasarkan survei PHBS di lingkungan tetangga pasien didapatkan hasil 30% termasuk dalam strata sehat paripurna dan 70% termasuk dalam strata sehat utama. BAB III PEMBAHASAN
28
3.1
Gambaran Proses Masalah pada Kelima Aspek Lingkungan
Sanitasi lingkungan yang buruk - Tidak adatempat sampah tertutup - Terdapat kebun dan kandang ayam di depan rumah - Teras dan halaman rumah berupa tanah - Banyak lalat berterbangan di luar dan dalam rumah
Pelayanan Kesehatan
Tidak ada masalah
DIARE AKUT PADA ANAK USIA 3 TAHUN
Genetik
Tidak ada masalah
Perilaku
Keluarga dan pasien tidak pernah cuci tangan sesudah BAB/BAK dan sebelummakan Keluarga/ibu pasien jarang mencuci tangan saat ak an menyuapi pasien Pengetahuan keluarga/ibu pasien mengenai diare pada anak masih kurang Pengetahuan yang salah mengenai hubungan cuci tangan dan daya tahan tubuh
28
3.1
Gambaran Proses Masalah pada Kelima Aspek Lingkungan
Sanitasi lingkungan yang buruk - Tidak adatempat sampah tertutup - Terdapat kebun dan kandang ayam di depan rumah - Teras dan halaman rumah berupa tanah - Banyak lalat berterbangan di luar dan dalam rumah
Pelayanan Kesehatan
Tidak ada masalah
DIARE AKUT PADA ANAK USIA 3 TAHUN
Genetik
Tidak ada masalah
Perilaku
Keluarga dan pasien tidak pernah cuci tangan sesudah BAB/BAK dan sebelummakan Keluarga/ibu pasien jarang mencuci tangan saat ak an menyuapi pasien Pengetahuan keluarga/ibu pasien mengenai diare pada anak masih kurang Pengetahuan yang salah mengenai hubungan cuci tangan dan daya tahan tubuh
3.2
28
Uraian Temuan pada Setiap Aspek
Berdasarkan masalah yang ditemukan dari aspek yang berhubungan dengan munculnya diare akut pada anak, analisis terhadap kasus ini didasarkan pada teori pendekatan HL Blum adalah sebagai berikut: 1. Perilaku Diare menjadi penyebab kedua yang paling umum untuk anak -anak balita. Sebuah ulasan yang membahas sekitar 30 penelitian terkait menemukan bahwa cuci tangan dengan sabun dapat memangkas angka penderita diare hingga separuh. Penyakit diare seringkali diasosiasikan dengan keadaan air, namuun secara akurat sebenarnya harus diperhatikan juga
28
3.2
Uraian Temuan pada Setiap Aspek
Berdasarkan masalah yang ditemukan dari aspek yang berhubungan dengan munculnya diare akut pada anak, analisis terhadap kasus ini didasarkan pada teori pendekatan HL Blum adalah sebagai berikut: 1. Perilaku Diare menjadi penyebab kedua yang paling umum untuk anak -anak balita. Sebuah ulasan yang membahas sekitar 30 penelitian terkait menemukan bahwa cuci tangan dengan sabun dapat memangkas angka penderita diare hingga separuh. Penyakit diare seringkali diasosiasikan dengan keadaan air, namuun secara akurat sebenarnya harus diperhatikan juga
28
penanganan kotoran manusia seperti tinja dan air kencing, karena kuman-kuman penyakit penyebab diare berasal dari kotoran-kotoran ini. Kuman-kuman penyakit ini membuat manusia sakit ketika mereka masuk mulut melalui tangan yang telah menyentuh tinja, air minum yang terkontimasi, makanan mentah,dan peralatan makan yang tidak dicuci terlebih dahulu atau terkontaminasi akan tempat makannya yang kotor. Tingkat keefektifan mencuci tangan dengan sabun dalam penurunan angka penderita diare dalam persen menurut tipe inovasi pencegahan adalah : mencuci tangan dengan sabun (44%), penggunaan air olahan (39%), sanitasi (32%), pendidikan kesehatan (28%), penyediaan air (25%), sumber air yang diolah (11%). (KEMENKES RI 2014) Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan memutus mata rantai kuman. Mencuci tangan dengan sabun dikenal juga sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit. Hal ini dilakukan karena tangan seringkali menjadi agen yang membawa kuman dan menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke orang lain. Tangan yang bersentuhan langsung dengan kotoran manusia dan binatang, maupun cairan tubuh lain seperti ingus dan makanan/minuman yang terkontaminasi saat tidak dicuci dengan sabun dapat memindahkan bakteri, virus, dan parasit pada orang lain yang tidak sadar bahwa dirinya sedang ditularkan (KEMENKES RI 2014).
28
penanganan kotoran manusia seperti tinja dan air kencing, karena kuman-kuman penyakit penyebab diare berasal dari kotoran-kotoran ini. Kuman-kuman penyakit ini membuat manusia sakit ketika mereka masuk mulut melalui tangan yang telah menyentuh tinja, air minum yang terkontimasi, makanan mentah,dan peralatan makan yang tidak dicuci terlebih dahulu atau terkontaminasi akan tempat makannya yang kotor. Tingkat keefektifan mencuci tangan dengan sabun dalam penurunan angka penderita diare dalam persen menurut tipe inovasi pencegahan adalah : mencuci tangan dengan sabun (44%), penggunaan air olahan (39%), sanitasi (32%), pendidikan kesehatan (28%), penyediaan air (25%), sumber air yang diolah (11%). (KEMENKES RI 2014) Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan memutus mata rantai kuman. Mencuci tangan dengan sabun dikenal juga sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit. Hal ini dilakukan karena tangan seringkali menjadi agen yang membawa kuman dan menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke orang lain. Tangan yang bersentuhan langsung dengan kotoran manusia dan binatang, maupun cairan tubuh lain seperti ingus dan makanan/minuman yang terkontaminasi saat tidak dicuci dengan sabun dapat memindahkan bakteri, virus, dan parasit pada orang lain yang tidak sadar bahwa dirinya sedang ditularkan (KEMENKES RI 2014).
28
Cuci tangan dengan sabun adalah salah satu cara paling efektif mencegah penyakit diare dan ISPA, yang keduanya menjadi penyebab utama kematian anak -anak. Setiap tahun sebanyak 3,5juta anak -anak diseluruh dunia meninggal sebelum mencapai umur lima tahun karena penyakit diare dan ISPA. Mencuci tangan dengan sabun juga dapat mencegah infeksi kulit, mata, cacing yang tinggal di dalam usus, SARS, dan flu burung. Keterkaitan perilaku mencuci tangan dengan sabun dan penyakit diare, penelitian intervensi, kontrol kasus, dan lintas sektor dilakukan menggunakan data elektronik dan data yang terkumpul menunjukan bahwa risiko relatif yang didapat dari tidak mencuci tangan dari percobaan intervensi adalah 95% menderita diare, dan mencuci tangan denga sabun dapat mengurangi risiko diare hingga 47% (KEMENKES RI 2014).
2. Lingkungan Prevalensi diare lebih banyak di perdesaan dibandingkan perkotaan, yaitu sebesar 10% di perdesaan dan 7,4 % di perkotaan. Diare cenderung l ebih tinggi pada kelompok pendidikan rendah dan bekerja s ebagai petani/nelayan dan buruh. Ada hubungan negatif antara kejadian diare dengan tingkat pendidikan ibu dan indeks kekayaan kuantil. Semakin pendidikan ibu meningkat dan semakin tinggi indeks kekayaan kuantil rumah tangga, semakin rendah prevalensi diare. Tidak ada pola yang khas antara prevalensi diare dan sumber air minum serta fasilitas kakus. Terlihat bahwa persentase diare lebih rendah
28
Cuci tangan dengan sabun adalah salah satu cara paling efektif mencegah penyakit diare dan ISPA, yang keduanya menjadi penyebab utama kematian anak -anak. Setiap tahun sebanyak 3,5juta anak -anak diseluruh dunia meninggal sebelum mencapai umur lima tahun karena penyakit diare dan ISPA. Mencuci tangan dengan sabun juga dapat mencegah infeksi kulit, mata, cacing yang tinggal di dalam usus, SARS, dan flu burung. Keterkaitan perilaku mencuci tangan dengan sabun dan penyakit diare, penelitian intervensi, kontrol kasus, dan lintas sektor dilakukan menggunakan data elektronik dan data yang terkumpul menunjukan bahwa risiko relatif yang didapat dari tidak mencuci tangan dari percobaan intervensi adalah 95% menderita diare, dan mencuci tangan denga sabun dapat mengurangi risiko diare hingga 47% (KEMENKES RI 2014).
2. Lingkungan Prevalensi diare lebih banyak di perdesaan dibandingkan perkotaan, yaitu sebesar 10% di perdesaan dan 7,4 % di perkotaan. Diare cenderung l ebih tinggi pada kelompok pendidikan rendah dan bekerja s ebagai petani/nelayan dan buruh. Ada hubungan negatif antara kejadian diare dengan tingkat pendidikan ibu dan indeks kekayaan kuantil. Semakin pendidikan ibu meningkat dan semakin tinggi indeks kekayaan kuantil rumah tangga, semakin rendah prevalensi diare. Tidak ada pola yang khas antara prevalensi diare dan sumber air minum serta fasilitas kakus. Terlihat bahwa persentase diare lebih rendah
28
pada anak yang tinggal di rumah dengan fasilitas kakus sendiri. Seperti yang diprediksi prevalensi diare paling tinggi terjad i pada anak yang tinggal di rumah tanpa akses air b ersih, yaitu yang memakai fasilitas kakus di sungai/kolam/danau (18,4%) (KEMENKES RI 2011). 3. Pelayanan Kesehatan Jarak antara rumah dengan puskesmas juga dapat dijangkau pasien, sehinga penyakit tersebut dapat ditanggulangi. Pemberian oralit dan tablet zinc pada pasien diare akut pada anak dilakukan dengan baik, kegiatan posyandu mengenai diare berjalan hingga saat ini. 4. Genetik Cara penularan dan etiologi diare melalui cara faecal-oral yaitu melalui makanan atau minuman yang tercemar kuman atau kontak langsung tangan penderita atau tidak langsung melalui lalat ( melalui 5F = faeces, flies, food, fluid, finger) Maka pada kasus ini, genetika tidak berperan dalam timbulnya diare akut pada anak. 3.3
Alternatif Pemecahan Masalah
28
pada anak yang tinggal di rumah dengan fasilitas kakus sendiri. Seperti yang diprediksi prevalensi diare paling tinggi terjad i pada anak yang tinggal di rumah tanpa akses air b ersih, yaitu yang memakai fasilitas kakus di sungai/kolam/danau (18,4%) (KEMENKES RI 2011). 3. Pelayanan Kesehatan Jarak antara rumah dengan puskesmas juga dapat dijangkau pasien, sehinga penyakit tersebut dapat ditanggulangi. Pemberian oralit dan tablet zinc pada pasien diare akut pada anak dilakukan dengan baik, kegiatan posyandu mengenai diare berjalan hingga saat ini. 4. Genetik Cara penularan dan etiologi diare melalui cara faecal-oral yaitu melalui makanan atau minuman yang tercemar kuman atau kontak langsung tangan penderita atau tidak langsung melalui lalat ( melalui 5F = faeces, flies, food, fluid, finger) Maka pada kasus ini, genetika tidak berperan dalam timbulnya diare akut pada anak. 3.3
Alternatif Pemecahan Masalah
28
No
Masalah
Pemecahan masalah
1.
Kurangnya pengetahuan keluarga/ibu pasien mengnai diare pada anak
Edukasi tentang diare akut pada anak
Pemberian leaflet
Edukasi tentang cuci tangan yang baik dan
2.
Perilaku jarangnya pasien dan keluarga pasien melakukan cuci tangan
benar, serta waktu-waktu melakukan cuci tangan
3.
Kurangnya pengetahuan keluarga/ ibu pasien mengenai hubungan cuci
Pemberian dan penempelan poster
Edukasi tentang hubungan cuci tangan
tangan dengan daya tahan tubuh 4.
Kurangnya kesadaran keluarga pasien dalam menjaga kebersihan makanan dan sanitasi lingkungan
dengan daya tahan tubuh
Edukasi mengenai “10 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Rumah Tangga”
28
No
Masalah
Pemecahan masalah
1.
Kurangnya pengetahuan keluarga/ibu pasien mengnai diare pada anak
Edukasi tentang diare akut pada anak
Pemberian leaflet
Edukasi tentang cuci tangan yang baik dan
2.
Perilaku jarangnya pasien dan keluarga pasien melakukan cuci tangan
benar, serta waktu-waktu melakukan cuci tangan
3.
Kurangnya pengetahuan keluarga/ ibu pasien mengenai hubungan cuci
Pemberian dan penempelan poster
Edukasi tentang hubungan cuci tangan
tangan dengan daya tahan tubuh 4.
Kurangnya kesadaran keluarga pasien dalam menjaga kebersihan
dengan daya tahan tubuh
makanan dan sanitasi lingkungan
Edukasi mengenai “10 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Rumah Tangga”
28
Pemberian poster
Pemberian tudung saji
Pemberian tempat sampah tertutup
28
Pemberian poster
Pemberian tudung saji
Pemberian tempat sampah tertutup
28
PLAN OF ACTION
No
1
Masalah
Kegiatan
Kurangnya Edukasi mengenai pengetahuan tentang diere akut pada diare akut pada anak anak (definisi, pada keluarga, penyebab, faktor kebiasaan tidak risiko, mencuci tangan, serta pencegahan), kesalahpahaman mengenai hubungan Edukasi dan demo cuci tangan dengan cuci tangan yang baik dan benar, daya tahan tubuh Pemberian
Tujuan
Sasaran
Metode
Meningkatkan Pasien dan Edukasi, pengetahuan keluarga diskusi, pasien dan pasien pemberian keluarga tentang leaflet dan diare akut pada poster anak. Memperbaiki kebiasaan cuci tangan yang baik dan benar.
Waktu
Selasa, 2 Januari 2018 Pukul: 15.00 WIB
Biaya
Rp. 0
Pelaksana
Indikator Keberhasilan
Dokter Muda FK Unissula
Pasien dan keluarga mengetahui tentang diare akut pada anak. Mengetahui, mempraktekan, merubah kebiasaan mencuci tangan yang baik dan benar.
poster
28
PLAN OF ACTION
No
1
Masalah
Kegiatan
Kurangnya Edukasi mengenai pengetahuan tentang diere akut pada diare akut pada anak anak (definisi, pada keluarga, penyebab, faktor kebiasaan tidak risiko, mencuci tangan, serta pencegahan), kesalahpahaman mengenai hubungan Edukasi dan demo cuci tangan dengan cuci tangan yang baik dan benar, daya tahan tubuh Pemberian
Tujuan
Sasaran
Metode
Meningkatkan Pasien dan Edukasi, pengetahuan keluarga diskusi, pasien dan pasien pemberian keluarga tentang leaflet dan diare akut pada poster anak.
Waktu
Selasa, 2 Januari 2018 Pukul: 15.00 WIB
Biaya
Rp. 0
Pelaksana
Indikator Keberhasilan
Dokter Muda FK Unissula
Pasien dan keluarga mengetahui tentang diare akut pada anak. Mengetahui, mempraktekan, merubah kebiasaan mencuci tangan yang baik dan benar.
Memperbaiki kebiasaan cuci tangan yang baik dan benar.
poster
28
cuci tangan 2.
Sanitasi lingkungan Edukasi dan Mencegah agar Keluarga yang buruk pemberian poster tidak terulang lagi pasien tentang “10 kejadian diare Perilaku Hidup akut pada pasien Bersih dan Sehat di serta mencegah Rumah Tangga” penyakit-penyakit yang lainnya Pemberian tudung saji dan tempat sampah tertutup
Edukasi, pemberian tudung saji dan tempat sampah tertutup
Selasa, 2 Januari 2018 Pukul: 15.00 WIB
Rp. 30.000
Dokter Muda FK Unissula
Pasien kembali sehat dan bermain aktif seperti sediakala. Tidak terulang kembali kejadian diare.
28
cuci tangan 2.
Sanitasi lingkungan Edukasi dan Mencegah agar Keluarga yang buruk pemberian poster tidak terulang lagi pasien tentang “10 kejadian diare Perilaku Hidup akut pada pasien Bersih dan Sehat di serta mencegah Rumah Tangga” penyakit-penyakit yang lainnya Pemberian tudung saji dan tempat sampah tertutup
Edukasi, pemberian tudung saji dan tempat sampah tertutup
Selasa, 2 Januari 2018 Pukul: 15.00 WIB
Rp. 30.000
Dokter Muda FK Unissula
Pasien kembali sehat dan bermain aktif seperti sediakala. Tidak terulang kembali kejadian diare.
28
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari laporan kasus ini adalah: 5.1.1 Faktor internal atau aspek personal yang dapat mempengaruhi terjadinya diare akut pada anak yaitu: 1. Perilaku pasien tidak pernah cuci tangan sebelum dan sesudah makan serta sesudah bermain dari luar rumah. 2. Riwayat intoleransi laktosa pada pasien. 5.1.2 Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi terjadinya diare akut pada
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari laporan kasus ini adalah: 5.1.1 Faktor internal atau aspek personal yang dapat mempengaruhi terjadinya diare akut pada anak yaitu: 1. Perilaku pasien tidak pernah cuci tangan sebelum dan sesudah makan serta sesudah bermain dari luar rumah. 2. Riwayat intoleransi laktosa pada pasien. 5.1.2 Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi terjadinya diare akut pada anak yaitu: 1. Pengetahuan keluarga pasien tentang diare pada anak masih kurang. 2. Ketidaksesuaian pengetahuan keluarga mengenai hubungan cuci tangan dengan daya tahan tubuh. 3. Perilaku keluarga jarangnya cuci tangan saat setelah BAB/BAK, sebelum makan, dan sebelum menyiapkan makan. 4. Kondisi sanitasi lingkungan yang buruk 5.1.3 Untuk derajat fungsi sosial, meskipun didapatkan pasien BAB cair 4x sehari namun pasien masih dapat melakukan semua pekerjaan dan kegiatan sehari – hari dengan mandiri.
28
5.2
Saran 5.2.1
Untuk Pasien
Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah makan serta sesudah bermain dari luar rumah dan sebelum tidur.
5.2.2
Makan makanan bergizi dan higienis.
Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.
Minum susu dengan bahan dasar soya/kedela.
Untuk Puskesmas
Memberikan penyuluhan mengenai penyakit
diare akut pada
anak dan faktor risiko penyebab terjadinya diare pada anak kepada keluarga pasien dan masyarakat sekitar sehingga masyarakat dapat mengetahui tentang diare akut pada anak mulai dari definisi, penyebab, dan penatalaksanaan yang benar serta yang termasuk dan bahaya yang ditimbulkan pada anak jika mengalami diare. 5.2.3
Untuk Unissula
Dapat
membantu
masyarakat
dan
puskesmas
untuk
berpartisipasi aktif dalam pencegahan diare akut pada anak.
Membimbing dokter muda di jejaring dengan lebih baik sehingga data yang diambil oleh dokter muda dapat lebih tepat
Meningkatkan kerjasama dengan puskesmas untuk bersamasama meningkatkan kesehatan masyarakat.
28
DAFTAR PUSTAKA
Depkes, R. I. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta: Ditjen Ppm Dan Pl; 2010 Notoadmodjo, S. Ilmu Perilaku Kesehatan . Jakarta: Rineka Cipta; 2010 Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Ed. Revisi). Jakarta: Rineka Cipta. Astutik. 2013. Payudara dan Laktasi. Jakarta: Salemba Medika. Burton. 2011. The effect of handwashing with water or soap on bacterial contamination of hands. Int. J. Environ. Res. Public Health, 8 , 97-104. doi:10.3390/ ijerph8010097. Depertemen Kesehatan RI. 2007. Profil Kesehatan Indonesia 2007. Diakses 9 Januari 2018.. Depertemen Kesehatan RI. 2009. Tatalaksana Penderita Diare. Diakses 9 Januari 2018. Depertemen Kesehatan RI. 2011. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta: Ditjen PPM dan PL. Depertemen Kesehatan RI. 2012. Profil Kesehatan Indonesia 2012. Diakses 9 Januari 2018. Dinas Kesehatan Jawa Tengah. 2013. Buku Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013. Diakses 9 Januari 2018.. Evayanti. 2012. Persepsi Siswa SMP dalamPenerapan PHBS Tatanan Sekolah di Kelurahan Tugu dan Pasir Gunung Selatan Kota Depok . [Thesis]. Depok: FIK Universitas Indonesia. Fitria. 2013. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif Dengan Kejadian Diare Akut Pada Bayi Usia 1-6 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pucangsawit Surakarta. [Skripsi Ilmiah]. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
28
Riset Kesehatan Dasar. 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depertemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2013. Diakses 6 Juli 2016.
28
LAMPIRAN
Gambar 1. Dokumentasi
28
28
28