Tanti Adelia 406112009
1. Cara pemberian MgSO 4 , Sumber : Buku Panduan Praktis Pelayangan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, Bina Pustaka Prawirohardjo, 2010 Dosis awal : -
MgSO4 4 g iv sebagai larutan 40% selama 5 menit
-
Segera dilanjutkan dengan pemberian 10 g larutan MgSO 4 50%, masing-masing 5 g di bokong kanan dan kiri secara IM dalam, ditambah 1 ml lignokain 2% pada semprit yang sama. Pasien akan merasa agak panas sewaktu pemberian MgSO 4
-
Jika kejang berulang setelah 15 menit, berikan MgSO 4 2g (larutan 40%) iv selama 5 menit
Dosis pemeliharaan -
MgSO4 1-2 g per infus, 15 tpm atau 5 g MgSO4 IM tiap tiap 4 jam
-
Lanjutkan pemberian MgSO4 sampai 24 jam pasca pasca persalinan persalinan atau kejang berakhir berakhir
Sebelum pemberian MgSO 4 , periksa : -
Frekwensi pernafasan minumal 16/menit
-
Refleks patella (+)
-
Urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir
Berhentikan pemberian MgSO4 , jika : -
Frekwensi pernafasan < 16/menit
-
Refleks patella (-)
-
-urin <30 ml/jam dalam 4 jam terakhir
Siapkan antidontum : -
Jika terjadi henti nafas, lakukan ventilasi (masker dan balon, ventilator)
-
Beri kalsium glukonat 1 g (20 ml dalam larutan 10%) iv, perlahan-lahan sampai pernafasan mulai lagi
Jika MgSO4 tidak tersedia dapat diberikan diazepam. diazepam. Dengan resiko terjadinya depresi depresi pernafasan neonatal.
Cara pemberian MgSO 4 : Sumber : Ilmu Kebidanan, Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2011 -
Loading dose : initial dose 4 gram MgSO4 iv (40% dalam 10cc) selama 15 menit
-
Maintenance dose : Diberikan infus 6 gram dalam larutan ringer/6 jam, atau diberikan 4 atau 5 gram im. Selanjutnya maintenance dose diberikan 4 gram im tiap 4-6 jam
Cara pemberian MgSO 4 Sumber : protab RSUD Ciawi -
Loading dose MgSO4 20% 5 g 25cc dilarutkan dalam 100 RL/D5% → habis dalam 15-20 menit
-
Maintenance dose MgSO4 20% 10 gram dalam 500cc RL/D5 → 20 tpm, dipertahankan sampai 24 jam post partum, atau MgSO4 40% 5 gram 12,5 cc IM di tambah lidokain 2% selama selama 10 menit masing-masing pada bokong kanan dan kiri
-
Bila kejang berulang Diazepam 10mg iv / Fenobarbital 123mg iv / MgSO 4 40% 2 gram 6,25 cc iv dalam 5 menit
2. Tatalaksana atonia uteri Sumber : Ilmu Kebidanan, Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2011 Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus / kontraksi rahim yang menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir.
Tatalaksana :
Banyaknya darah yang hilang ak an mempengaruhi keadaan umum pasien. Pasien masih dalam keadaan sadar, sedikit anemis, atau sampai syok berat hipovolemik. Tindakan pertama yang harus dilakukan bergantung pada keadaan kliniknya. Pada umumnya dilakukan secara simultan (bila pasien syok) hal-hal sebagai berikut : -
Sikap trendelenburg, memasang venous line, dan memberikan oksigen
-
Sekaligus merangsang kontraksi uterus dengan cara :
Masase fundus uteri dan merangsang puting susu
Pemberian oksitosin dan turunan ergot melalui suntikan secara IM, IV atau SC
Memerikan derivat prostaglandin F2 α (carboprost tromethamine) yang kadang memberikan efek samping berupa diare, hipertensi, mual muntah, febris, takikardi.
Pemberian misoprostol 800-1.000 μg per rectal
Kompresi bimanual eksternal dan atau internal
Kompresi aorta abdominalis
Pemasangan “tampon kondom”, kondom dalam kavum uteri disambung dengan
kateter, difiksasi dengan karet gelang dan diisi cairan infus 200ml yang akan mengurangi perdarahan dan menghindari tindakan operatif
Catatan : tindakan memasang tampon kasa utero-vaginal tidak dianjurkan dan hanya bersifat temporer sebelum tindakan bedah ke rumah sakit rujukan
-
Bila semua tindakan itu gagal, makan dipersiapkan untuk dilakukan tindakan operatif laparotomi dengan pilihan bedah konservatif (mempertahankan uterus) atau melakukan histerektomi. Alternatifnya berupa :
Ligasi arteria uterina atau arteria ovarika
Operasi ransel B lynch
Histerektomi supravahinal
Histerektomi total abdominal