1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Canine parvovirus (CPV) adalah penyakit infeksi virus yang sangat menular yang mempengaruhi anjing. Virus ini memanifestasikan dirinya dalam dua bentuk yang berbeda. Bentuk yang lebih umum adalah bentuk yang menyerang intestinal, Saluran pencernaan pada anak anjing mempunyai konsentrasi terbesar untuk pembelahan sel secara cepat, sehingga penyakit ini lebih sering menyerang anak anjing daripada anjing dewasa. Ini ditandai dengan muntah, diare, penurunan berat badan, dan kurangnya nafsu makan (anoreksia). Bentuk yang kurang umum adalah bentuk jantung, yang menyerang otot-otot jantung anak anjing yang sangat muda, yang sering menimbulkan kematian. Sebagian besar kasus terlihat pada anakan yang antara enam minggu dan enam bulan. Anjing dewasa tetap beresiko.Kejadian infeksi parvovirus anjing telah dikurangi secara radikal dengan vaksinasi awal anak anjing muda.
Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan parvovirus dan penyebabnya?
Apa saja gejala klinis dari parvovirus dan cara mendiagnosanya?
Bagaimana cara pencegahan dan pengobatannya ?
Tujuan
Mengetahui pengertian dari parvovirus dan penyebab terjadinya
Mengetahui gejala klinis dan diagnosa dari parvovirus
Mengetahui cara pencegahan dan pengobatannya pada hewan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Canine Parvovirus
Infeksi Canine Parvovirus (CPV), atau yang dikenal dengan penyakit Muntaber pada anjing, mulai mencuat sekitar tahun 1980-an di mana kasus muntah dan mencret berdarah banyak dijumpai di kalangan praktisi dunia kedokteran hewan di Indonesia. Penyakit ini ditemukan pertama kali tahun 1977 di Texas, Amerika Serikat, kemudian menyebar ke berbagai negara di dunia. CPV biasa menyerang semua Ras anjing import seperti ; Rottweiler's , Doberman Pinschers, German Shepherds, Labrador Retrievers, Pitt Bulls. Infeksi CPV tidak hanya menyerang saluran pencernaan tetapi juga menyerang jantung yang dapat berakibat kematian mendadak pada anak anjingInfeksi CPV tidak hanya menyerang saluran pencernaan tetapi juga menyerang jantung yang dapat berakibat kematian mendadak pada anak anjing. Kasus Parvovirus bentuk enteritis juga dapat ditemukan pada kucing yang dikenal dengan Feline Panleucopenia (FPL).
Virus canine parvovirus (CPV) ini termasuk dalam famili Parvoviridae. Diameter virus CPV berkisar 20 nm, termasuk virus single stranded DNA, dan virionnya berbentuk partikel ikosahedral serta tidak beramplop, dan perkembangbiakan virus ini sangat tergantung pada sel inang yang sedang aktif membelah (sel-sel usus, sistem limfoid, sumsum tulang dan jaringan fetus). Dalam gradien CsCl, CPV mempunyai kepadatan gradien 1,43 g/ml. CPV terdiri dari 3 protein virus yaitu VP1, VP2, dan VP3 dengan berat molekul 82.500 sampai 63.500. Efek yang ditimbulkan oleh CPV pada jaringan tersebut umumnya parah.
Tahap Oral (Dengan ingesti) Viremia Phase (dimana sebagian besar virus menyerang tubuh) Contangious Phase (atau disebut fase shedding, Sebanyak 30 miliar partikel Parvovirus bisa ditumpahkan dari usus anjing yang terinfeksi pada setiap ons tinja.)
Tahap Oral (Dengan ingesti)
Viremia Phase (dimana sebagian besar virus menyerang tubuh)
Contangious Phase (atau disebut fase shedding, Sebanyak 30 miliar partikel Parvovirus bisa ditumpahkan dari usus anjing yang terinfeksi pada setiap ons tinja.)
Gb. The cycle of infection
Gb. The cycle of infection
2.2. Gejala Klinis
Diare cair atau diare berdarah.
Muntah
Anoreksia.
Demam, kelemahan tubuh, limfopenia terutama neutropenia.
Dehidrasi, penurunan berat badan, rasa sakit pada abdominal.
. Gambaran Patologi
Terdapat dua bentuk Parvovirus, yaitu tipe enteritis dan tipe miokardial. Pada tipe enteritis, sampel segar dari jejunum, limfonodus mesenterika, dan timus sangatlah penting. Sedangkan pada tipe miokardial sampel yang penting adalah miokard.
Tipe Enteritis
Infeksi parvovirus tipe enteritis, sering juga disebut Canine parvovirus enteritis, infectious hemorrhagic enteritis, epidemic gastroenteritis atau canine panleucopenia. Perubahan patologi terjadi secara segmental berupa perubahan warna pada usus, kongesti dan perdarahan lapisan luar usus. Limfonodus mesenterika membesar disertai perdarahan. Timus pada hewan muda mengecil dan terjadi nekrosa pada bagian atas. Pada kasus yang berat, timus menjadi sangat tipis.
Tipe Miokardial
Tipe miokardial umum terjadi pada anjing muda, terutama anjing berumur di bawah 4 minggu, yang ditandai dengan kematian anak anjing mendadak, tanpa menimbulkan gejala klinis diare. Gambaran patologi anatomi akibat CPV-2 pada tipe miokardial yaitu gagal jantung yang ditandai dengan dilatasi ruangan jantung, edema pulmonum, dan kongesti pasif pada hati. Kadangkala terdapat ascites. Pada ventrikel dapat ditemukan garis putih akibat kematian jaringan otot jantung. Ventrikel kanan biasanya mengalami kerusakan yang lebih parah) dan muntah.
Secara patologi anatomi, anak anjing yang mati mendadak tidak menunjukkan adanya kelainan yang berarti pada jantung, tetapi edema paru-paru sering tampak mulai dari derajat yang ringan hingga parah. Paru-paru sedikit mengeras, berwarna merah muda hingga abu-abu yang disertai dengan perdarahan hingga permukaaan pleura. Hati tampak agak pucat. Pada kasus yang kronis, jantung membesar dan biasanya mengandung jaringan fibrin, terutama di daerah ventrikel. Kelainan pada paru-paru terlihat adanya pneumonia interstisialis yang berarti adanya infeksi virus.
2.4. Diagnosa
Diagnosa CPV dapat dipastikan apabila setelah 3 hari atau lebih setelah anjing menunjukkan gejala klinis titer HI (inhibition of hemaglutination) dalam darah tinggi. Selain itu dapat pula digunakan ELIZA antigen test yang spesifik terhadap CPV. Pemeriksaan serologis meliputi uji single radial haemolysis, ELISA, uji HI, dan uji serum netralisas. Akhir-akhir ini uji ELISA untuk mendeteksi antibodi mulai diterapkan terutama menggunakan antibodi monoklonal yang spesifik terhadap CPV, sehingga hasil yang diperoleh lebih sensitif dan spesifik. Pemeriksaan virologis meliputi isolasi virus, dan deteksi antigen/partikel CPV seperti uji ELISA, Fluoresence antibodi teknik (FAT), atau mikroskop elektron yang merupakan teknik diagnosis yang paling baik untuk diterapkan.
Diferensial Diagnosis
Gambaran klinis kasus CPV sering dikelirukan dengan penyakit lainnya seperti Canine Distemper, infeksi bakteri penyebab enteritis, infeksi parasit cacing, coccidiosis, atau pankreatitis akut
Pencegahan dan Pengobatan
Pencegahan infeksi CPV dapat dilakukan dengan melakukan vaksinasi, dan hal ini telah terbukti merupakan cara yang paling efektif untuk mencegah endemik CPV di berbagai negara. Pengobatan difokuskan pada mengobati gejala dan mencegah infeksi bakteri sekunder.
Parvovirus menyebabkan dehidrasi, muntah dan sejumlah berak berdarah. Pengobatan dini sangat penting. Cairan akan diberikan intravena atau subkutan. Anjing juga akan diberikan antiemetik untuk menghentikan muntah. Antibiotik akan diberikan untuk melawan infeksi sekunder dan / atau sepsis.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Infeksi CPV merupakan infeksi virus yang akut, kontagius dan infeksius yang menyerang anjing terutama anjing muda yang dapat berakibat fatal. Pada anak anjing umur di bawah 1 bulan umumnya infeksi CPV bertipe miokarditis, sedangkan pada umur yang lebih tua infeksi CPV umumnya bertipe enteritis. Pemberian vaksinasi merupakan cara pencegahan yang paling efektif untuk mengurangi kasus CPV. Monitoring kekebalan pasca vaksinasi perlu dikembangkan untuk mengevaluasi program vaksinasi yang tepat dan menghindari kegagalan vaksinasi dan mutasi agen CPV yang baru.
DAFTAR PUSTAKA
PRATELLI , ET AL. Canine Parvovirus (CPV) Vaccination: Comparison of Neutralizing
Antibody Responses in Pups after Inoculation with CPV2 or CPV2b Modified Live Virus Vaccine . CLIN. DIAGN. LAB. IMMUNOL VOL. 8, 2001.
SENDOW, INDRAWARTI. 2003. Canine parvovirus pada anjing. Balai Penelitian Veteriner, PO Box 151, Bogor 16114
SCHAUDIEN, ET AL. 2010. Leukoencephalopathy Associated with Parvovirus Infection in Cretan Hound Puppies. JOURNAL OF CLINICAL MICROBIOLOGY, Sept. 2010, p. 3169–3175.