Tugas Akhir
CAKUPAN ISPA PNEUMONIA DI PUSKESMAS MERDEKA TAHUN 2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ilmiah dengan judul “Cakupan Ispa Pneumonia di Puskesmas Merdeka Tahun 2016 ” 2016 ” yang yang merup merupakan akan bagian dari sistem pembelajaran kepaniteraan klinik, khususnya di Departemen Ilmu Ilmu
Kese Keseha hatan tan Masya Masyara raka katt
dan dan
Ilmu Ilmu Kedo Kedokt kter eran an Komu Komuni nita tass
Faku Fakult ltas as
Kedokteran Universitas Sriwijaya. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dr.Alfarobi, M.Kes selaku pembimbing yang yang telah membantu memberikan ajaran dan masukan sehingga laporan ini dapat selesai. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan kasus ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Demikianlah penulisan laporan ini,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ilmiah dengan judul “Cakupan Ispa Pneumonia di Puskesmas Merdeka Tahun 2016 ” 2016 ” yang yang merup merupakan akan bagian dari sistem pembelajaran kepaniteraan klinik, khususnya di Departemen Ilmu Ilmu
Kese Keseha hatan tan Masya Masyara raka katt
dan dan
Ilmu Ilmu Kedo Kedokt kter eran an Komu Komuni nita tass
Faku Fakult ltas as
Kedokteran Universitas Sriwijaya. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dr.Alfarobi, M.Kes selaku pembimbing yang yang telah membantu memberikan ajaran dan masukan sehingga laporan ini dapat selesai. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan kasus ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Demikianlah penulisan laporan ini,
DAFTAR ISI
Sampul .......................................... ................................................................ ........................................... ........................................... ............................. ....... i Kata Pengantar ......................................... .............................................................. ........................................... ....................................... ................. ii Daftar isi................... isi ........................................ ........................................... ........................................... ........................................... ........................... ..... iii BAB I Pendahuluan ........................................ .............................................................. ........................................... ............................... .......... 1 BAB II Tinjauan Tinjauan Pustaka ........................................... ................................................................ .......................................... ..................... 5 BAB III Profil Puskesmas Merdeka............................................. Merdeka.................................................................. ....................... 24 BAB IV Pembahasan .......................................... ............................................................... ........................................... .......................... .... 36 BAB V Penutup .......................................... ................................................................ ........................................... ................................. ............ 44 Daftar Pustaka .......................................... ............................................................... ........................................... ..................................... ............... 46 Lampiran ........................................... ................................................................ ........................................... ........................................... ....................... 47
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LatarBela LatarBelakang kang
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak. World Health Organization (WHO) memperkirakan menurut kelompok umur balita terjadi pneumonia 0,29 kasus per anak/tahun di negara berkembang dan 0,05 kasus per anak/tahun di negara maju. Ini menunjukan bahwa terdapat 156 juta kasus baru di dunia per tahun dimana 151 juta kasus (96,7%) terjadi di negara berkembang dan 8,7% atau 13,1 juta diantaranya adalah pneumonia berat. Kasus terbanyak terjadi di India (43 juta), China (21 juta) dan Pakistan (10 juta) sedangkan di Indonesia terjadi 6 juta kasus. Dari semua kasus yang terjadi di masyarakat, 7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. Episode batuk-pilek pada Balita di Indonesia diperkirakan 2-3 kali per tahun. Infeksi saluran
2
(SKRT)
2004
proporsikematianBalitakarena
pneumoniamenempatiurutanpertama.12 Menurut profil kesehatan Indonesia tahun 2015, perkiraan presentase kasus penemuan pneumonia pada Provinsi Sumatera Selatan sebesar 3,61%, cakupan penemuan pneumoni pada balita di indonesia adalah 63,45%. Salah satu penyebab peningkatan penemuan pneumonia yaitu menurunnya sasaran penemuan pneumonia yang sebelumnya sama untuk semua provinsi. 4 Angka kematian akibat pneumonia pada balita sebesar 0,16% , lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2014 yaitu sebesar 0,08%. sedangkan pada kelompok bayi angka kematian lebih tinggi yaitu 0,17% dibandingkan pada kelompok umur 1-4 tahun yang sebesar 0,15%. Pneumonia juga selalu berada pada daftar 10 penyakit terbesar setiap tahunnya di fasilitas kesehatan. Hal ini menunjukkan bahwa pneumonia merupakan penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat utama dan berkontribusi tinggi
3
mempunyai perkiraan kasus pneumonia pada balita sebesar 3,61% dari jumlah
balita
di
wilayah.
Untuk
diperlukankerjasamadankinerja fungsionalkesehatanmulaidari
yang yang
menjalankan
upaya
baikantara
tersebut unit-unit
cakupanwilayahkerjanyadari
yang
kecilsampaibesar.5 Puskesmasmerupakan
unit
fungsional
yang
cakupanwilayahkerjanyakecildanmerupakanujungtombakdalampembanguna nkesehatan di Indonesia karenaPuskesmasadalahfasilitaspelayanankesehatan yang menyelenggarakanupayakesehatanmasyarakatdanupayakesehatanperseorang antingkatpertama,
denganlebihmengutamakanupayapromotifdanpreventif,
untukmencapaiderajatkesehatanmasyarakat
yang
setinggi-tingginyadi
wilayahkerjanya.Puskesmasmenyelenggarakanpelayanankesehatanterdepand anterdekatdenganmasyarakatdalambentukkegiatanpokokmenyeluruhdanterp
4
1.3. TujuanPenulisan 1.3.1 TujuanUmum
Mengetahui,
mengidentifikasi,
danmenganalisispenyebabsertamenyusunrencanatindaklanjutpemecah anmasalahbelumtercapainya target cakupan program MTBS dengan pneumonia yang ditemukan di Puskesmas Merdeka. 1.3.2 TujuanKhusus
1. Megetahui cakupan penemuan penderita pneumonia di Puskesmas Merdeka Palembang tahun 2016. 2. Mengidentifikasipenyebabbelumtercapainya target MTBS dengan pneumonia yang ditemukan di PuskesmasMerdeka Palembang tahun 2016. 3. Memberikanpemecahanmasalahterpilih yang ditemukan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pneumonia 2.1.1 Definisi Pneumonia
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli) yang ditandai dengan batuk disertai nafas cepat dan atau kesukaran bernafas, disebabkan terutama oleh bakteri dan merupakan penyakit saluran pernafasan akut yang sering menyebabkan kematian. Walaupun banyak pihak yang sependapat bahwa pneumonia merupakan suatu keadaan inflamasi, namun sangat sulit untuk membuat suatu definisi tunggal yang universal. Pneumonia didefinisikan berdasarkan gejala dan tanda klinis, serta perjalanan penyakitnya. World Health Organization (WHO) mendefinisikan pneumonia hanya berdasarkan penemuan klinis
6
mengurang atau decreased lung compliance akibat infeksi pneumonia yang berat. Pada usia di bawah 3 bulan, kejadian pneumonia diikuti dengan penyakit pendahulu seperti otitis media, conjuctivitis, laryngitis dan pharyngitis. 10,12,3 Program
Pemberantasan
Penyakit
ISPA
(P2ISPA)
mengkalsifikasikan penyakit pneumonia menjadi dua golongan, yakni golongan umur 2 bulan - <5 tahun dan golongan umur < 2 bulan. Untuk anak berumur 2 bulan - <5 tahun, klasifikasi dibagi atas batuk bukan pneumonia, pneumonia, dan pneumonia berat sedangkan untuk anak berumur kurang dari 2 bulan, maka diklasifikasikan atas bukan pneumonia dan pneumonia berat. Dalam pendekatan manajemen terpadu balita sakit (MTBS) klasifikasi pada kelompok umur < 2 bulan adalah infeksi bakteri sistemik dan infeksi bakteri lokal.10,3,5 Pneumonia berat pada anak umur 2 bulan - <5 tahun dilihat dari
7
Tabel 2.1. Klasifikasi ISPA menurut kelompok umur 2,3 Kelompok Umur
2 bulan - <5 tahun
< 2 bulan
Kriteria
Gejala Klinis
Batuk bukan pneumonia
Tidak ada napas cepat dan tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah
Pneumonia
Adanya napas cepat dan tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
Pneumonia berat
Adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
Bukan Pneumonia
Tidak ada napas cepat dan tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam yang kuat
Penumonia Berat
Adanya napas cepat dan tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam yang kuat
8
Tabel 2.2 Etiologi pneumonia menurut umur Usia Lahir – 20 hari
3 minggu -3 bulan
4 bulan – 5 tahun
5 tahun- remaja
Etiologi yang sering Bakteri E. colli Streptococcus grup B Listeria monocytogenes
Bakteri Chalmydia trachomatis Streptococcus pneumonia Virus Virus adeno Virus influenza Respiratory syncytial virus Virus parainfluenza 1,2,3 Bakteri Chalmydia trachomatis Streptococcus pneumonia Mycoplasma pneumoniae Virus Virus adeno Virus influenza Respiratory syncytial virus Virus rinovirus parainfluenza Bakteri Chalmydia trachomatis
Etiologi yang jarang Bakteri Bakteri an aerob Haemophillus influenza Streptococcus pneumonia Ureaplasma urealyctims Virus Bakteri Bordetella pertussis Haemophilus influenza tipe B Moraxella cathralis Staphylococcus aureus Ureaplasma urealyctims Virus Virus sitomegalo Bakteri Haemophilus influenza tipe B Moraxella cathralis Staphylococcus aureus Neisseria meningitidis Virus Virus varisela-Zoster
Bakteri Haemophilus influenza tipe B
9
a. Umur Umur mempengaruhi mekanisme pertahanan tubuh seseorang. Bayi dan balita mempunyai mekanisme pertahanan tubuh yang masih lemah dibandingkan dengan orang dewasa sehingga balita masuk dalam kelompok yang rawan terkena infeksi, misalnya diare, ISPA dan pneumonia. b. Status Gizi Status gizi sangat berpengaruh terhadap daya tahan tubuh. Balita yang mempunyai status gizi baik maka akan mempunyai daya tahan tubuh yang baik dibandingkan dengan balita status gizi kurang maupun buruk. Keadaan gizi yang buruk muncul sebagai bagian dari faktor risiko kejadian pneumonia. c. Status Imunisasi Cakupan imunisasi akan berperan besar dalam upaya pemberantasan
10
f. Defisiensi Vitamin A Pada kasus kekurangan vitamin A, fungsi kekebalan tubuh menurun sehingga mudah terserang infeksi. Lapisan sel yang menutupi trakea dan paru mengalami kreatinisasi sehingga mudah dimasuki oleh kuman dan virus yang menyebabkan infeksi saluran napas terutama pneumonia. g. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) BBLR menentukan pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental pada masa balita. Bayi dengan BBLR mempunyai risiko kematian yang lebih besar dibandingkan dengan bayi dengan berat lahir normal terutama pada bulan-bulan pertama kelahiran karena pembentukan zat kekebalan kurang sempurna sehingga lebih mudah terkena penyakit infeksi terutama penumonia dan infeksi saluran pernapasan lainnya.6 3. Faktor Ektrinsik
11
informasi dan pemahaman yang diperoleh dari seorang ibu. Tingkat jangkauan
pelayanan kesehatan yang rendah sangat mempengaruhi
risiko morbiditas dan mortalitas pneumonia karean akan terlambat memperoleh diagnosa sehingga mempengaruhi upaya pertolongan yang dibutuhkan.8
2.1.4 Cara Penularan Pneumonia
Pneumonia termasuk kedalam penyakit menular yang ditularkan melalui udara. Sumber penularan adalah penderita pneumonia yang menyebarkan kuman ke udara pada saat batuk atau bersin dalam bentuk droplet . Inhalasi merupakan cara terpenting masuknya kuman penyebab pneumonia kedalam saluran pernapasan yaitu bersama udara yang dihirup, disamping itu terdapat juga cara penularan langsung yaitu melalui percikan droplet yang dikeluarkan oleh penderita saat batuk, bersin dan berbicara
12
Anak pneumonia dengan hipoksemia berisiko lima kali lebih sering meninggal dibandingkan anak pneumonia tanpa hipoksemia. Pada pemeriksaan foto thoraks menunjukkan infiltrasi melebar.8
2.2
Pengendalian Pneumonia di Indonesia 2.2.1 Pencegahan dan Penanggulangan Pneumonia10
1. Pencegahan penyakit menular Pneumonia Upaya pencegahan penyakit pneumonia meliputi kelengkapan imunisasi, perbaikan gizi anak termasuk promosi ASI, peningkatan kesehatan ibu hamil untuk mencegah BBLR, mengurangi kepadatan hunian rumah, dan memperbaiki ventilasi rumah. 2. Penanggulangan penyakit menular pneumonia Suatu upaya untuk menekan penyakit menular di masyarakat serendah mungkin sehingga tidak menjadi gangguan kesehatan bagi masyarakat. Ada
13
Penanggulangan penyakit pneumonia menjadi fokus kegiatan utama program P2 ISPA. Program ini mengupayakan agar istilah pneumonia lebih dikenal di masyarakat sehingga memudahkan kegiatan penyuluhan dan penyebaran informasi tentang penanggulangan pneumonia.
2.2.2
Program Pemberantasan Penyakit ISPA di MTBS10
Program P2 ISPA adalah suatu program pemberantasan penyakit menular yang ditujukan untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian akibat infeksi saluran pernapasan akut, terutama pneumonia pada usia di bawah lima tahun. Program P2 ISPA dikembangkan dengan mengacu pada konsep manajemen terpadu pemberantasan penyakit menular dan penyehatan lingkungan berbasis wilayah. Konsep terpadu meliputi penanganan pada sumber penyakit, faktor risiko lingkungan, faktor risiko perilaku,
faktor
risiko
perilaku
dan
kejadian
penyakit
dengan
14
f.
Melatih semua petugas kesehatan di wilayah puskesmas yang diberi wewenang mengobati penderita penyakit ISPA.
g.
Melatih kader untuk bisa mengenal kasus pneumonia serta dapat memberikan penyuluhan terhadap ibu-ibu tentang penyakit ISPA.
h.
Memantau
aktifitas
pemberantasan
dan
melakukan
evaluasi
keberhasilan pemberantasan penyakit ISPA. i.
Mendeteksi hambatan yang ada serta menanggulanginya termasuk aktifitas pencatatan dan pelaporan serta pencapaian target.
Paramedis Puskesmas mempunyai tugas sebagai berikut: a. Melakukan penatalaksanaan standar kasus-kasus ISPA sesuai petunjuk yang ada. b. Melakukan konsultasi kepada dokter puskesmas untuk kasus-kasus ISPA tertentu seperti pneumonia berat, penderita dengan wheezing dan
15
2.2.3 Tahap Penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas 7
Penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) dilakukan melalui 4 (empat) tahap sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan Tahap ini mempersiapkan staf Puskesmas yang terlibat dalam proses penyusunan PTP agar memperoleh persamaan pandangan dan pengetahuan tentang tahap perencanaan. Tahap ini dilakukan dengan cara : 1) Kepala
Puskesmas
membentuk
Tim
penyusun
PTP
yang
anggotanya staf puskesmas 2) Kepala puskesmas menjelaskan pedoman PTP kepada tim 3) Puskesmas mempelajari kebijakan dan pengarahan yang telah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten, Dinas Kesehatan Provinsi dan Departemen Kesehatan
16
Analisa masalah dapat dilakukan melalui kesepakatan kelompok tim penyusun PTP dan konsil kesehatan kecamatan/Badan Penyantun Puskesmas melalui tahap : a)
Identifikasi Masalah Masalah adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Identifikasi masalah dilaksanakan dengan membuat daftar masalah yang dikelompokkan menurut jenis program, cakupan, mutu, ketersediaan sumber daya. Contoh tabel Identifikasi Masalah No.
1 2 3 dst
Program
Target
Pencapaian
Masalah
17
Masalah
Masalah 1
Masalah 2
Masalah 3
Kriteria
Tingkat Urgensi (U) Tingkat Keseriusan (S) Tingkat Perkembangan (G) UxSxG
c) Merumuskan Masalah Hal ini mencakup apa masalahnya, siapa yang terkena masalahnya, berapa besar masalahnya, dimana masalah itu terjadi dan bilamana masalah itu terjadi (what, who, when, where, how)
d) Mencari Akar Penyebab Masalah Mencari akar penyebab masalah dapat dilakukan dengan
18
Gambar 2.1. Diagram Sebab Akibat dari Ishikawa ( Fishbone)
MANUSIA
METODE
Masalah
SARANA
DANA
LINGKUNGAN
e) Menetapkan Cara-Cara Pemecahan Masalah Untuk menetapkan cara pemecahan masalah dapat dilakukan dengan kesepakatan diantara anggota tim. Bila tidak terjadi kesepakatan dapat
19
ditujukan
untuk
menurunkan
kesakitan
dan
kematian
sekaligus
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan anak balita di unit rawat jalan kesehatan dasar seperti Puskesmas, Pustu, Polindes, Poskesdes, dll. Klinik MTBS ini melayani pasien anak, yaitu usia 0-5 tahun. Pada pelaksanaannya klinik ini dilayani oleh perawat terlatih. Pada klinik ini mulai dikembangkan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) untuk anak usia 2 bulan sampai 5 tahun dan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) untuk anak
usia
0-2
bulan.
Dengan
sistem
MTBS
dan
MTBM
ini,
penatalaksanaan terhadap anak sakit dilakukan secara komprehensif, tidak hanya terfokus pada keluhan sakit anak, namum juga dilakukan terhadap pemantauan terhadap status gizi, riwayat kelahiran, riwayat atau pola makan dan riwayat imunisasinya. Dengan demikian, apabila pada anak sakit ini terdapat permasalahan gizi atau imunisasi, atau penyakitnya berbasis lingkungan, maka akan dilakukan rujukan ke klinik gilinganmas,
20
anak kemudian memeriksa dengan cara 'lihat dan dengar' atau 'lihat dan raba'. Setelah itu petugas akan mengklasifikasikan semua gejala berdasarkan hasil tanya-jawab dan pemeriksaan. Berdasarkan hasil klasifikasi penyakit, petugas akan menentukan tindakan/pengobatan, misalnya anak dengan klasifikasi Pneumonia Berat atau Penyakit Sangat Berat akan dirujuk ke dokter Puskesmas.
Penemuan Penderita Pneumonia
Penemuan dan tatalaksana pneumonia merupakan kegiatan inti dalam pengendalian pneumonia balita. Penemuan penderita pneumonia dapat dilakukan secara pasif yaitu penderita datang ke fasilitas kesehatan seperti Puskesmas, puskesmas pembantu dan rumah sakit atau dapat pula secara aktif yaitu petugas kesehatan bersama dengan kader secara aktif menemukan penderita baru dan penderita pneumonia yang seharusnya
21
c.
Penyebut Jumlah perkiraan pneumonia balita ada suatu wilayah tertentu dalam waktu yang sama
d.
Ukuran atau konstanta Persentase (%)
e.
Contoh Perhitungan Apabila jumlah penduduk suatu wilayah 30.000 jiwa, jumlah balita Puskesmas A adalah 3000 balita, maka perkiraan jumlah penderita pneumonia balita tahun 2013 di puskesmas A adalah 10% dari jumlah balita, maka : Jumlah perkiraan penderita pneumonia balita = 10% x 3000 balita = 300 balita. Jumlah penderita pneumonia yang
22
- Pengobatan - Fasilitasi penderita pneumonia berat yang memerlukan rujukan - Pembinaan care seeking b. Penyediaan alat c. Pelatihan petugas d. Penyuluhan ke masyarakat e. Jejaring kerja dan kemitraan f. Pengumpulan, pengolahan, dan analisis data g. Monitoring atau supervise ke sarana kesehatan h. Pertemuan evaluasi i. Pencatatan dan pelaporan
2.3.6
Sumber Daya Manusia4
a. Dokter Spesialis anak
BAB III PROFIL UMUM PUSKESMAS
2.1
Visi, Misi, Motto, dan Nilai Puskesmas Merdeka 2.1.1 Visi
Tercapainya Kecamatan Bukit Kecil Sehat dengan bertumpu pada pelayanan prima dan pemberdayaan masyarakat. 2.1.2 Misi
1. Meningkatkan kemitraan pada semua pihak. 2. Meningkatkan profesionalitas provider dan pemberdayaan masyarakat. 3. Meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan yang bermutu prima. 4. Mengikuti standar yang telah ditetapkan.
25
Letak Geografis Puskesmas Merdeka Palembang 2.1.6 Letak dan Wilayah Kerja
Puskesmas Merdeka terletak di Jalan Merdeka No. 66 Kelurahan Talang Semut Kecamatan Bukit Kecil. Puskesmas ini tepat di pinggir jalan raya yang cukup strategis dan mudah dijangkau oleh masyarakat. Selain itu juga banyak dilalui oleh kendaraan umum dan pejalan kaki. Tabel 1. Luas Wilayah Kerja Puskesmas Merdeka No.
Kelurahan
Luas Wilayah
1.
19 Ilir
35,5 km 2
2.
22 Ilir
9 km2
3.
26 Ilir
31,5 km 2
4.
Talang Semut
47 km 2
26
Berdasarkan keadaan sosial ekonominya, mata pencaharian pada empat kelurahan hampir sama, yaitu diantaranya: ∑
Buruh kasar
∑
Pegawai negeri
∑
Pedagang
∑
Pensiunan
∑
Petani
27
Tabel 2. Peta Demografi di Wilayah Kerja Puskesmas Merdeka Tahun 2016 Kelurahan No
Deskripsi
Talang
Jumlah
19 Ilir
22 Ilir
26 Ilir
3211
3899
14858
7833
29801
a. KK Gakin
431
577
1760
776
3544
b. KK NoGakin
320
237
1684
878
3119
3
Jumlah Ibu Bersalin (Bulin)
70
85
325
172
652
4
Jumlah Ibu Meneteki (Buteki)
66
78
4078
158
600
5
Jumlah Ibu Nifas (Bufas)
70
85
2303
337
817
1
Jumlah Penduduk
2
Jumlah Kepala Keluarga (KK)
Semut
28
15
Jumlah SD/Madrasah Ibtidaiyah
16
17
a. Negeri
0
0
2
0
2
b. Swasta
0
0
3
3
6
a. Negeri
0
0
0
1
1
b. Swasta
0
0
2
1
3
a. Negeri
0
0
0
0
0
b. Swasta
0
0
0
4
4
Jumlah SMP/Sederajatnya
Jumlah SMA/Madrasah Aliyah
29
Enam program pokok Puskesmas tersebut adalah: 1. Promosi Kesehatan (Promkes) 2. Sanitasi (Kesehatan Lingkungan) 3. KIA/KB 4. Perbaikan Gizi Masyarakat 5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P) 6. Pengobatan Program spesifik yang dilaksanakan di Puskesmas Merdeka: 1. Klinik Kesehatan Reproduksi (Kespro) 2. Klinik Gilingan Mas 3. Klinik Gawat Darurat 4. Klinik PTM (Penyakit Tidak Menular) 5. Klinik Kesehatan Remaja 6. Klinik Santun Lansia
30
Poli ini melayani pengobatan umum bagi pasien dewasa, yaitu pasien usia lebih dari 6 tahun. Pengobatan dilakukan terhadap pasien umum, Askes, maupun pasien gakin (Jamkesmas). Di samping itu, Poli Umum ini juga melayani tindakan kegawatdaruratan dan rujukan pasien dari unit-unit fungsional lainnya yang tidak dapat ditangani di Puskesmas maupun terhadap pasien-pasien dengan kasus penyakit kronik yang sudah berobat rutin di Rumah Sakit. Namun, sebelum dilakukan rujukan, Poli Umum juga akan melakukan perbaikan keadaan umum pasien, baik kasus gawat darurat
umum
maupun
kebidanan.
Selayaknya
pelayanan
kegawatdaruratan (UGD) dilaksanakan di tempat terpisah dengan pelayanan Poli Umum. Namun karena keterbatasa n ruangan di Puskesmas, ruang Poli Umum dan UGD dijadikan satu. Di klinik ini dilayani pula pengobatan terhadap penderita TB Paru dan Kusta selain penyakit lainnya. Pada prinsipnya, pelayanan kesehatan yang
31
demikian, apabila pada anak sakit ini terdapat permasalahan gizi dan atau imunisasi, atau penyakitnya berbasis lingkungan, maka akan dilakukan rujukan ke klinik gilinganmas. Di samping itu, pada Poli MTBS ini juga akan senantiasa dilakukan penyuluhan sesuai dengan permasalahan anak. Di samping pengobatan, Poli MTBS juga melakukan pemantauan terhadap tumbuh kembang anak usia 0-60 bulan melalui upaya Stimulasi, Intervensi, dan Deteksi Dini Tumbuh Kembang (SIDDTK). Pada kegiatan ini, dilakukan deteksi dini, stimulasi terhadap kasus dengan gangguan tumbuh kembang dan rujukan kasus dengan gangguan tumbuh kembang tersebut. 4. Poli Pelayanan Kesehatan Gigi (Poli Gigi) Poli ini melayani pengobatan dan perawatan gigi bagi seluruh lapisan masyarakat yang membutuhkannya terutama pengobatan dasar seperti pencabutan dan penambalan gigi.
32
6. Laboratorium Melayani pemeriksaan laboratorium sederhana seperti tes kehamilan, Hb, golongan darah, kimia darah, urine rutin, darah rutin, dan BTA sputum. Pelayanan dilakukan setiap hari bagi pasien yang membutuhkan. 7. Penyuluhan Kesehatan Dilakukan pada perorangan ataupun perkelompok, baik dilaksanakan di Puskesmas, sekolah ataupun di tempat lain yang membutuhkan. Pelayanan ini akan dilaksanakan oleh tenaga-tenaga penyuluh yang menguasai materi yang dibahas. Kegiatan penyuluhan meliputi kegiatan di dalam gedung dan kegiatan luar gedung. 8. Poli Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut (Poli Lansia) Puskesmas Merdeka khusus melayani pelayanan kesehatan terhadap pasien lansia, yang terbagi menjadi dua yaitu pralansia 49 sampai 59 tahun
33
telah memiliki 10 posyandu lansia, yang terdapat di masing-masing Kelurahan. Kegiatan PosyanduLansia yang dilaksanakan sebulan sekali ini meliputi
pemeriksaan
kesehatan
berkala,
pengobatan,
pengajian,
penyuluhan kesehatan, dan senam lansia. Kegiatan di posyandu lansia ini dilakukan oleh kader dan petugas dari Puskesmas. 9. Poli Kesehatan Reproduksi (Kespro) Klinik Kesehatan Reproduksi (Kespro) merupakan salah satu program Puskesmas Merdeka yang khusus memberikan perhatian terhadap permasalahan kesehatan reproduksi di wilayah kerja Puskesmas Merdeka. Kegiatan ini dilaksanakan oleh seorang tenaga dokter umum, perawat, dan bidan. Pelayanan kesehatan reproduksi dilaksanakan di dalam maupun di luar gedung Puskesmas Merdeka. Kegiatan di dalam gedung meliputi pemeriksaan dan pengobatan terhadap pasien dengan permasalahan
34
namun juga pada riwayat pubertas, perkembangan mental, riwayat merokok, memakai napza, dan lain sebagainya. Selain itu, pasien remaja akan diberikan konseling sesuai dengan penyakit dan permasalahan kesehatan lain yang ditemui pada saat itu, dan terakhir diberikan obat. Sedangkan kegiatan PKPR di luar gedung, meliputi penyuluhan tentang reproduksi, napza, dan merokok. Di samping itu, juga diadakan kegiatan survei permasalahan perilaku remaja. Untuk meningkatkan peran serta remaja dalam bidang kesehatan. Maka di setiap sekolah diadakan pelatihan kader kesehatan remaja ( peerconselor ). Peerconselor ini diharapkan akan mampu mempromosikan perilaku hidup bersih dan sehat di tatanan sekolah dan mampu memberikan pertolongan pertama terhadap permasalahan kesehatan yang terjadi di sekolahnya. 11. Klinik PTM Mulai tahun 2013 Puskesmas Merdeka membuka Klinik PTM dimana
35
2.3
Ketenagaan
Untuk kelancaran pelaksanaankegiatan sehari-harinya, Puskesmas Merdeka dipimpin oleh seorang Pimpinan Puskesmas sejak April 2016 dijabat oleh dr. Hj. DestyAryani, M.Kes yang dibantu oleh 2 orang dokter umum, 1 orang dokter spesialis kandungan, 2 orang dokter gigi, 3 orang sarjana kesehatan masyarakat, 6 orang perawat ahli madya, 4 orang perawat, 2 orang perawat gigi, 6 orang bidan, 2 orang asisten apoteker, 1 orang sanitarian, 1 orang petugas gizi, dan 1 orang analis. Sesuai dengan komitmen yang telah disepakati bersama antara pimpinan Ana seluruh staf Puskesmas Merdeka, maka diadakan jadwal pembelajaran dan pelatihan baik di dalam maupun di luar Puskesmas. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan keterampilan sumber daya manusia yang ada di Puskesmas Merdeka.
BAB IV PEMBAHASAN
4.1
Identifikasi Penyebab
Salah satu program manajemen terpadu balita sakit di Puskesmas Merdeka tahun 2016 yaitu untuk penemuan penderita pneumonia balita, pencapaiannya masih dibawah target yaitu 48,6 % dari ketetapan kebijakan 100%. Rumus:
Perhitungan :
37
Penyebab masalah bisa berasal dari input, proses, dan lingkungan. Input terdiri dari 5 komponen, yaitu: Man, Money, Method, Material, dan Machine. Sedangkan pada proses terdiri dari P1 (perencanaan), P2 (Pergerakan dan pelaksanaan), dan P3 (Pengawasan, pengendalian, dan penilaian). Disamping itu, lingkungan dapat mempengaruhi input dan proses. Program Perencanaan Pengendalian ISPA di Puskesmas Merdeka dijalankan oleh dokter dan bidan/perawat. Program disusun dan dijalannya dengan koordinasi antar tenaga medis dan kader di wilayah Kerja Puskesmas Merdeka. Tersedia 16 Posyandu balita yang termasuk ke dalam wilayah kerja Puskesmas Merdeka. Puskesmas mempunyai ruangan khusus MTBS. Terdapat stetoskop, termometer, ARI timer, timbangan bayi, obat-obatan termasuk antibiotik yang dibutuhkan untuk pengobatan pneumonia dan buku panduan MTBS. Metode pendataan dimulai dari
38
Tabel 4.1 Kemungkinan Penyebab Masalah Berdasarkan Pendekatan Sistem INPUT
Man
KEKURANGAN
1.
Pemeriksaan awal hingga akhir tidak selalu dilakukan oleh dokter namun oleh bidan/perawat
2.
Petugas program ISPA merangkap tugas lain
3.
Kurangnya pelatihan dan pembinaan kaderisasi P2ISPA di Posyandu serta melakukan kunjungan rumah berupa care seeking untuk mencari penderita pneumonia balita
Money Method
4.
Penemuan kasus hanya dilakukan secara pasif
5.
Kurang kerjasama lintas sektoral
6.
Pengisian form MTBS belum dilakukan dengan lengkap
Material Machine
7. Kurangnya media informasi seperti brosur dan leaflet.
39
Rekapitulasi Penyebab Masalah
Berdasarkan analisis pendekatan sistem, maka didapatkan penyebab masalah adalah sebagai berikut: 1.
Pemeriksaan awal hingga akhir tidak selalu dilakukan oleh dokter namun oleh bidan/perawat yang kurang kompeten
2.
Petugas program ISPA merangkap tugas lain
3.
Kurangnya pelatihan dan pembinaan kader P2ISPA di Posyandu
4.
Penemuan kasus hanya dilakukan secara pasif yaitu dari kunjungan pasien
5.
Kurang kerjasama lintas sektoral
6.
Pengisian form MTBS belum dilakukan dengan lengkap
7.
Kurangnya media informasi seperti brosur dan leaflet.
8.
Belum ada pembinaan masyarakat tentang penyakit pneumonia
9.
Dalam pelaksanaan program petugas di MTBS kurang maksimal dalam penggunaan algoritma MTBS
40
Selain itu untuk mencari akar penyebab masalah dapat menggunakan fishbone diagram seperti tertera dalam gambar berikut.
Metode
Manusia
Kinerja petugas belum maksimal dalam penggunaan algroitma MTBS
Algoritma MTBS tidak digunakan maksimal
Peran kader kurang Kurang bimbingan dari dokter puskesmas
Kurang dilatih oleh petugas kesehatan
Penyuluhan kepada masyarakat kurang Pencarian kasus hanya secara pasif
tidak dilakukan care seeking
Pelaksanaan program penemuan pneumonia belum memadai
41
4.2
Prioritas Masalah
Masalah yang mempunyai total angka tertinggi dari hasil penjumlahan yang akan menjadi prioritas masalah. Tabel 4.2 Prioritas Masalah berdasarkan USG
U: urgent (mendesak) S: serious (Gawat) G: Growth (Perkembangan)
Paling mendesak 5 Fatal 5 Sangat cepat 5
Sangat mendesak 4 Sangat gawat 4 Cepat 4
Mendesak
Biasa
3 Gawat
2 Biasa
3 Agak Cepat 3
2 Biasa
Tidak mendesak 1 Tidak Gawat 1 Lambat
2
1
Tabel 4.3 Penentuan Prioritas Masalah No
Aspek Masalah
Urgensi Seriousness Growth
Total
42
7.
Kurangnya pelatihan dan pembinaan kader P2ISPA di Posyandu
5
4
4
80
8.
Dalam pelaksanaan program, petugas kurang maksimal dalam penggunaan algoritma MTBS
5
4
4
80
9.
Kurangnya media informasi seperti brosur dan leaflet
4
3
3
36
10.
Belum ada pembinaan masyarakat tentang penyakit pneumonia
4
3
3
36
11.
Sosialisasi dan budaya dengan melakukan pendekatan tokoh
3
3
3
27
43
pneumonia di Puskesmas Merdeka Palembang tahun 2016
Merdeka 2. Mengikutsertakan masyarakat sebagai
dan
tokoh instansi
motivator
serta
lain lebih
menggiatkan dan melatih kader dalam
mengelola
kegiatan
penemuan kasus pneumonia 3. Melakukan care seeking , pada balita
yang
pernderita
kontak pneumonia
dengan atau
memiliki resiko. 4. Sosialisasi
dan
pembinaan
masyarakat tentang gejala dan bahaya dari pneumonia dengan
44
Tabel 4.5 Penyelesaian Masalah Terpilih No
1.
Alternatif Penyelesaian Masalah Mengadakan pelatihan dan
pembinaan
Urgensi
Seriousness
Growth
Total
5
5
5
125
5
5
5
125
petugas
puskesmas dalam mendeteksi penemuan kasus pneumonia 2.
Melakukan care seeking , pada
45
pneumonia melalui Program Pemberantasan (P2) ISPA yang ada di Puskesmas Merdeka Palembang adalah
Mengadakan pelatihan dan pembinaan petugas
puskesmas dalam mendeteksi kasus pneumonia serta menggiatkan program kunjungan rumah (care seeking ) agar tidak ada pasien pneumonia yang terabaikan atau yang tidak terdata dan juga dilakukan follow up agar dapat melihat perkembangan PHBS dalam keluarga tersebut. Pemilihan penyelesaian masalah ini diharapkan lebih efektif dalam penemuan kasus pneumonia. Penyelesaian masalah ini juga diharapkan memiliki dampak yang lebih baik dibandingkan penyelesaian masalah yang lain sehingga tercapainya target keberhasilan penemuan kasus pneumonia di wilayah kerja Puskesmas Merdeka Palembang.
BAB V PENUTUP 5.1.
Kesimpulan
Berdasarkan Evaluasi Program MTBS Puskesmas Merdeka Palembang dengan cara pendekatan sistem dapat diambil kesimpulan bahwa Program MTBS di Puskesmas Merdeka Palembang tahun 2016 belum berhasil sepenuhnya. 1.
Cakupan penemuan penderita Pneumonia di Puskesmas Merdeka Palembang tahun 2016 adalah 48,6 %
2.
Penyebab tidak tercapainya target program MTBS dengan pneumonia di
Puskesmas
Merdeka
Palembang
dengan
prioritas
masalah
penemuan kasus hanya dilakukan secara pasif. 3.
Penyelesaian masalah untuk tercapainya target program MTBS
DAFTAR PUSTAKA
1. Azwar, A. 2002. Pengantar Epidemiologi. Penerbit Binapura Aksara. Edisi Revisi. Jakarta Barat. 2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Di Kabupaten / Kota. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 828/MenKes/SK/IX/2008. Biro Hukum dan Organisasi SetJen DepKes RI. 3. Kementerian Kesehatan RI. 2014. Permenkes RI No 75 Tahun 2014 Tentang Puskesmas. Jakarta: Depkes RI. 4. Feriani. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pneumonia. (http://www.lontar.ui.ac.id/file=digital/1256875yang-Literatur , Diakses 4 April 2016) 5. Kementerian Kesehatan RI. 2011. Buku Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) untuk Kader. Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman. 6. Balitbangkes Kementerian Kesehatan RI. 2013. Hasil Riset Kesehatan