TUGAS BIOLOGI MAKALAH MANGROVE
Nama
: Daniel Tri Lakona Sinamo
NIM
: 1314521006
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS UDAYANA 2013
1
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
………………………………………. 3
1.2. Tujuan
………………………………………. 4
BAB II PEMBAHASAN 2.1 . Pengertian Ekosistem Mangrove
……………………………………..... 5
2.2 . Fungi dan Manfaat Mangrove
………………………………………. 7
2.3 . Kerusakan Mangrove
………………………………………. 14
2.4 . Cara Pencegahan Kerusakan Mangrove
………………………………………. 15
BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan
………………………………………. 17
3.2. Daftar Pustaka
………………………………………. 18
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi.
Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem yang melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju kepada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara organisme dan anorganisme. Matahari sebagai sumber dari semua energi yang ada.
Dalam ekosistem, organisme dalam komunitas berkembang bersama-sama dengan lingkungan fisik sebagai suatu sistem. Organisme akan beradaptasi dengan lingkungan fisik, sebaliknya organisme juga memengaruhi lingkungan fisik untuk keperluan hidup. Pengertian ini didasarkan pada Hipotesis Gaia, yaitu: “organisme, khususnya mikroorganisme, bersama-sama dengan lingkungan fisik menghasilkan suatu sistem kontrol yang menjaga keadaan di bumi cocok untuk kehidupan”. Hal ini mengarah pada kenyataan bahwa kandungan kimia atmosfer dan bumi sangat terkendali dan sangat berbeda dengan planet lain dalam tata surya.
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar yang memiliki sekitar 17.500 pulau dengan panjang pantai sekitar 81.000 km, sehingga negara kita memiliki potensi sumber daya wilayah pesisir laut yang besar. Ekosistem pesisir laut merupakan sumber daya alam yang produktif sebagai penyedia energi bagi kehidupan komunitas di dalamnya. Selain itu ekosistem pesisir dan laut mempunyai potensi sebagai sumber bahan pangan, pertambangan dan mineral, energi,
3
kawasan rekreasi dan pariwista. Hal ini menunjukkan bahwa ekosistem pesisir dan laut merupakan aset yang tak ternilai harganya di masa yang akan datang. Ekosistem pesisir dan laut meliputi estuaria, hutan mangrove, padang lamun, terumbu karang, ekosistem pantai dan ekosistem pulau-pulau kecil. Komponen-komponen yang menyusun ekosistem pesisir dan laut tersebut perlu dijaga dan dilestarikan karena menyimpan sumber keanekaragaman hayati dan plasma nutfah. Salah satu komponen ekosistem pesisir dan laut adalah hutan mangrove.
Hutan bakau atau disebut juga hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai di mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu.
Ekosistem hutan bakau bersifat khas, baik karena adanya pelumpuran yang mengakibatkan kurangnya aerasi tanah; salinitas tanahnya yang tinggi; serta mengalami daur penggenangan oleh pasang-surut air laut. Hanya sedikit jenis tumbuhan yang bertahan hidup di tempat semacam ini, dan jenis-jenis ini kebanyakan bersifat khas hutan bakau karena telah melewati proses adaptasi dan evolusi.
1.2.
Tujuan
Tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui lebih lanjut mnegenai pengertian hutan mangrove, ciri-ciri, fungsi dan manfaat, penyebab kerusakan hutan mangrove, serta cara pencegahan kerusakan hutan mangrove.
4
BAB II
EKOSISTEM MANGROVE
2.1. Pengertian Ekosistem Mangrove
Hutan mangrove adalah hutan yang terdapat di daerah pantai yang selalu atau secara teratur tergenang air laut dan terpengaruh oleh pasang surut air laut tetapi tidak terpengaruh oleh iklim. Sedangkan daerah pantai adalah daratan yang terletak di bagian hilir Daerah Aliran Sungai (DAS) yang berbatasan dengan laut dan masih dipengaruhi oleh pasang surut, dengan kelerengan kurang dari 8% (Departemen Kehutanan, 1994 dalam
Santoso,
2000).
Menurut Nybakken (1992), hutan mangrove adalah sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu varietas komunitas pantai tropik yang didominasi oleh beberapa
spesies
pohon-pohon
yang
khas
atau
semak-semak
yang
mempunyai
kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. Hutan mangrove meliputi pohon-pohon dan semak yang tergolong ke dalam 8 famili, dan terdiri atas 12 genera tumbuhan berbunga
:
Lummitzera,
Avicennie, Laguncularia,
Sonneratia, Aegiceras,
Rhyzophora, Aegiatilis,
Bruguiera, Snaeda,
Ceriops,
dan
Xylocarpus,
Conocarpus
(Bengen,
2000). Kata
mangrove
komunitas
atau
mempunyai masyarakat
dua tumbuhan
arti, atau
pertama hutan
sebagai yang
tahan
komunitas,
yaitu
terhadap
kadar
garam/salinitas (pasang surut air laut); dan kedua sebagai individu spesies (Macnae, 1968 dalam Supriharyono, 2000). Supaya tidak rancu, Macnae menggunakan istilah “mangal” apabila berkaitan dengan komunitas hutan dan “mangrove” untuk individu tumbuhan. Hutan mangrove oleh masyarakat sering disebut pula dengan hutan bakau atau hutan payau. Namun menurut Khazali (1998), penyebutan mangrove sebagai bakau nampaknya kurang tepat karena bakau merupakan salah satu nama kelompok jenis tumbuhan yang ada di mangrove.
5
Ekosistem
mangrove
adalah
suatu
sistem
di
alam
tempat
berlangsungnya
kehidupan yang mencerminkan hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya dan diantara makhluk hidup itu sendiri, terdapat pada wilayah pesisir, terpengaruh pasang surut air laut, dan didominasi oleh spesies pohon atau semak yang khas
dan
mampu
tumbuh
dalam
perairan
asin/payau
(Santoso,
2000).
Dalam suatu paparan mangrove di suatu daerah tidak harus terdapat semua jenis spesies mangrove (Hutching and Saenger, 1987 dalam Idawaty, 1999). Formasi hutan mangrove
dipengaruhi
oleh
beberapa
faktor
seperti
kekeringan,
energi
gelombang,
kondisi pasang surut, sedimentasi, mineralogi, efek neotektonik (Jenning and Bird, 1967 dalam
Idawaty,
1999).
Sedangkan
IUCN
(1993),
menyebutkan
bahwa
komposisi
spesies dan karakteristik hutan mangrove tergantung pada faktor-faktor cuaca, bentuk lahan pesisir, jarak antar pasang surut air laut, ketersediaan air tawar, dan tipe tanah.
6
2.2.
Fungsi Dan Manfaat Hutan Mangrove
Peranan, Manfaat dan Fungsi Hutan Magrove dalam kehidupan masyarakat yang hidup di daerah pesisir sangat banyak sekali. Baik itu langsung dirasakan oleh penduduk sekitar maupun peranan, manfaat dan fungsi yang tidak langsung dari hutan mangrove itu sendiri.
Tumbuhan yang hidup di hutan mangrove bersifat unik karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut. Umumnya mangrove mempunyai sistem perakaran yang menonjol yang disebut akar nafas (pneumatofor). Sistem perakaran ini merupakan suatu cara adaptasi terhadap keadaan tanah yang miskin oksigen atau bahkan anaerob. Mangrove tersebar di seluruh lautan tropik dan subtropik, tumbuh hanya pada pantai yang terlindung dari gerakan gelombang; bila keadaan pantai sebaliknya, benih tidak mampu tumbuh dengan sempurna dan menancapkan akarnya.
Menurut kamus Webster, habitat didefinisikan sebagai “the natural abode of a plant or animal, esp. the particular location where it normally grows or lives, as the seacoast, desert, etc”. terjemahan bebasnya kira-kira adalah, tempat bermukim di alam bagi tumbuhan dan hewan terutama untuk bisa hidup dan tumbuh secara biasa dan normal, seperti pantai laut, padang pasir dan sebagainya. Salah satu tempat tinggal komunitas hewan dan tanaman adalah daerah pantai sebagai habitat mangrove. Di habitat ini bermukim pula hewan dan tanaman lain. Tidak semua habitat sama kondisinya, tergantung pada keaneka ragaman species dan daya dukung lingkungan hidupnya.
Telah banyak diketahui bahwa pulau, sebagai salah satu habitat komunitas mangrove, bersifat dinamis, artinya dapat berkembang meluas ataupun berubah mengecil bersamaan dengan berjalannya waktu. Bentuk dan luas pulau dapat berubah karena aktivitas proses vulkanik atau karena pergeseran lapisan dasar laut. Tetapi sedikit orang yang mengetahui bahwa mangrove berperan besar dalam dinamika perubahan pulau, bahkan cukup mengagetkan bila ada yang menyatakan bahwa mangrove itu dapat membentuk suatu pulau. Dikatakan bahwa mangrove berperan penting dalam „membentuk pulau‟.
7
Beberapa berpendapat bahwa sebenarnya mangrove hanya berperan dalam menangkap, menyimpan, mempertahankan dan mengumpulkan benda dan partikel endapan dengan struktur akarnya yang lebat, sehingga lebih suka menyebutkan peran mangrove sebagai “shoreline stabilizer” daripada sebagai “island initiator” atau sebagai pembentuk pulau. Dalam proses ini yang terjadi adalah tanah di sekitar pohon mangrove tersebut menjadi lebih stabil dengan adanya mangrove tersebut. Peran mangrove sebagai barisan penjaga adalah melindungi zona perbatasan darat laut di sepanjang garis pantai dan menunjang kehidupan organisme lainnya di daerah yang dilindunginya tersebut. Hampir semua pulau di daerah tropis memiliki pohon mangrove.
Bila buah mangrove jatuh dari pohonnya kemudian terbawa air sampai menemukan tanah di lokasi lain tempat menetap buah tersebut akan tumbuh menjadi pohon baru. Di tempat ini, pohon mangrove akan tumbuh dan mengembangkan sistem perakarannya yang rapat dan kompleks. Di tempat tersebut bahan organik dan partikel endapan yang terbawa air akan terperangkap menyangkut pada akar mangrove. Proses ini akan berlangsung dari waktu ke waktu dan terjadi proses penstabilan tanah dan lumpur atau barisan pasir (sand bar). Melalui perjalanan waktu, semakin lama akan semakin bertambah jumlah pohon mangrove yang datang dan tumbuh di lokasi tanah ini, menguasai dan mempertahankan daerah habitat baru ini dari hempasan ombak laut yang akan meyapu lumpur dan pasir. Bila proses ini berjalan terus, hasil akhirnya adalah terbentuknya suatu pulau kecil yang mungkin akan terus berkembang dengan pertumbuhan berbagai jenis mangrove serta organisme lain dalam suatu ekosistem mangrove.
Dalam proses demikian inilah mangrove dikatakan sebagai bisa membentuk pulau. Sebagai barisan pertahanan pantai, mangrove menjadi bagian terbesar perisai terhadap hantaman gelombang laut di zona terluar daratan pulau. Hutan mangrove juga melindungi bagian dalam pulau secara efektif dari pengaruh gelombang dan badai yang terjadi. Mangrove merupakan pelindung dan sekaligus sumber nutrien bagi organisme yang hidup di tengahnya.
Daun mangrove yang jatuh akan terurai oleh bakteri tanah menghasilkan makanan bagi plankton dan merupakan nutrien bagi pertumbuhan algae laut. Plankton dan algae yang berkembang akan menjadi makanan bagi berbagai jenis organisme darat dan air di habitat yang bersangkutan.
8
Demikianlah suatu ekosistem mangrove dapat terbentuk dan berkembang dari pertumbuhan biji mangrove.
Pada saat terjadi badai, mangrove memberikan perlindungan bagi pantai dan perahu yang bertambat. Sistem perakarannya yang kompleks, tangguh terhadap gelombang dan angin serta mencegah erosi pantai. Pada saat cuaca tenang akar mangrove mengumpulkan bahan yang terbawa air dan partikel endapan, memperlambat aliran arus air. Apabila mangrove ditebang atau diambil dari habitatnya di pantai maka akan dapat mengakibatkan hilangnya perlindungan terhadap erosi pantai oleh gelombang laut, dan menebarkan partikel endapan sehingga air laut menjadi keruh yang kemudian menyebabkan kematian pada ikan dan hewan sekitarnya karena kekurangan oksigen. Proses ini menyebabkan pula melambatnya pertumbuhan padang lamun (seagrass).
Ekosistem hutan mangrove memberikan banyak manfaat baik secara tidak langsung (non economic value) maupun secara langsung kepada kehidupan manusia (economic vallues). Beberapa manfaat mangrove antara lain adalah:
Menumbuhkan pulau dan menstabilkan pantai.
Salah satu peran dan sekaligus manfaat ekosistem mangrove, adalah adanya sistem perakaran mangrove yang kompleks dan rapat, lebat dapat memerangkap sisa-sia bahan organik dan endapan yang terbawa air laut dari bagian daratan. Proses ini menyebabkan air laut terjaga kebersihannya dan dengan demikian memelihara kehidupan padang lamun (seagrass) dan terumbu karang. Karena proses ini maka mangrove seringkali dikatakan pembentuk daratan karena endapan dan tanah yang ditahannya menumbuhkan perkembangan garis pantai dari waktu ke waktu. Pertumbuhan mangrove memperluas batas pantai dan memberikan kesempatan bagi tumbuhan terestrial hidup dan berkembang di wilayah daratan. Akar pohon mangrove juga menjaga pinggiran pantai dari bahaya erosi. Buah vivipar yang dapat berkelana terbawa air hingga menetap di dasar yang dangkal dapat berkembang dan menjadi kumpulan mangrove di habitat yang baru. Dalam kurun waktu yang panjang habitat baru ini dapat meluas menjadi pulau sendiri.
9
Menjernihkan air.
Akar pernafasan (akar pasak) dari api-api dan tancang bukan hanya berfungsi untuk pernafasan tanaman saja, tetapi berperan juga dalam menangkap endapan dan bisa membersihkan kandungan zat-zat kimia dari air yang datang dari daratan dan mengalir ke laut. Air sungai yang mengalir dari daratan seringkali membawa zat-zat kimia atau polutan. Bila air sungai melewati akar-akar pasak pohon api-api, zat-zat kimia tersebut dapat dilepaskan dan air yang terus mengalir ke laut menjadi bersih. Banyak penduduk melihat daerah ini sebagai lahan marginal yang tidak berguna sehingga menimbunnya dengan tanah agar lebih produktif. Hal ini sangat merugikan karena dapat menutup akar pernafasan dan menyebabkan pohon mati.
Mengawali rantai makanan.
Daun mangrove yang jatuh dan masuk ke dalam air. Setelah mencapai dasar teruraikan oleh mikro organisme (bakteri dan jamur). Hasil penguraian ini merupakan makanan bagi larva dan hewan kecil air yang pada gilirannya menjadi mangsa hewan yang lebih besar serta hewan darat yang bermukim atau berkunjung di habitat mangrove.
Melindungi dan memberi nutrisi.
Akar tongkat pohon mangrove memberi zat makanan dan menjadi daerah nursery bagi hewan ikan dan invertebrata yang hidup di sekitarnya. Ikan dan udang yang ditangkap di laut dan di daerah terumbu karang sebelum dewasa memerlukan perlindungan dari predator dan suplai nutrisi yang cukup di daerah mangrove ini. Berbagai jenis hewan darat berlindung atau singgah bertengger dan mencari makan di habitat mangrove.
10
Manfaat bagi manusia.
Masyarakat daerah pantai umumnya mengetahui bahwa hutan mangrove sangat berguna dan dapat dimanfaatkan dalam berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan hidup. Pohon mangrove adalah pohon berkayu yang kuat dan berdaun lebat. Mulai dari bagian akar, kulit kayu, batang pohon, daun dan bunganya semua dapat dimanfaatkan manusia. Beberapa kegunaan pohon mangrove yang langsung dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari antara lain adalah:
Tempat tambat kapal.
Daerah teluk yang terlidung seringkali dijadikan tempat berlabuh dan bertambatnya perahu. Dalam keadaan cuaca buruk pohon mangrove dapat dijadikan perlindungan dengan bagi perahu dan kapal dengan mengikatkannya pada batang pohon mangrove. Perlu diperhatikan agar cara tambat semacam ini tidak dijadikan kebiasaan karena dapat merusak batang pohon mangrove yang bersangkutan.
Obat-obatan.
Kulit batang pohonnya dapat dipakai untuk bahan pengawet dan obat-obatan. Macam-macam obat dapat dihasilkan dari tanaman mangrove. Campuran kulit batang beberapa species mangrove tertentu dapat dijadikan obat penyakit gatal atau peradangan pada kulit. Secara tradisional tanaman mangrove dipakai sebagai obat penawar gigitan ular, rematik, gangguan alat pencernaan dan lain-lain. Getah sejenis pohon yang berasosiasi dengan mangrove (blind-youreye mangrove) atau Excoecaria agallocha dapat menyebabkan kebutaan sementara bila kena mata, akan tetapi cairan getah ini mengandung cairan kimia yang dapat berguna untuk mengobati sakit akibat sengatan hewan laut. Air buah dan kulit akar mangrove muda dapat dipakai mengusir nyamuk. Air buah tancang dapat dipakai sebagai pembersih mata. Kulit pohon tancang digunakan secara tradisional sebagai obat sakit perut dan menurunkan panas. Di Kambodia bahan ini dipakai sebagai penawar racun ikan, buah tancang dapat membersihkan mata, obat sakit kulit dan di India dipakai menghentikan pendarahan. Daun mangrove bila di masukkan dalam air bisa dipakai dalam penangkapan ikan sebagai bahan pembius yang memabukkan ikan (stupefied).
11
Pengawet.
Buah pohon tancang dapat dijadikan bahan pewarna dan pengawet kain dan jaring dengan merendam dalam air rebusan buah tancang tersebut. Selain mengawetkan hasilnya juga pewarnaan menjadi coklat-merah sampai coklat tua, tergantung pekat dan lamanya merendam bahan. Pewarnaan ini banyak dipakai untuk produksi batik, untuk memperoleh pewarnaan jingga-coklat. Air rebusan kulit pohon tingi dipakai untuk mengawetkan bahan jaring payang oleh nelayan di daerah Labuhan, Banten.
Pakan dan makanan.
Daunnya banyak mengandung protein. Daun muda pohon api-api dapat dimakan sebagai sayur atau lalapan. Daun-daun ini dapat dijadikan tambahan untuk pakan ternak. Bunga mangrove jenis api-api mengandung banyak nectar atau cairan yang oleh tawon dapat dikonversi menjadi madu yang berkualitas tinggi. Buahnya pahit tetapi bila memasaknya hatihati dapat pula dimakan. .
Bahan mangrove dan bangunan.
Batang pohon mangrove banyak dijadikan bahan bakar baik sebagai kayu bakar atau dibuat dalam bentuk arang untuk kebutuhan rumah tangga dan industri kecil. Batang pohonnya berguna sebagai bahan bangunan. Bila pohon mangrove mencapai umur dan ukuran batang yang cukup tinggi, dapat dijadikan tiang utama atau lunas kapal layar dan dapat digunakan untuk balok konstruksi rumah tinggal. Batang kayunya yang kuat dan tahan air dipakai untuk bahan bangunan dan cerocok penguat tanah. Batang jenis tancang yang besar dan keras dapat dijadikan pilar, pile, tiang telepon atau bantalan jalan kereta api. Bagi nelayan kayu mangrove bisa juga untuk joran pancing. Kulit pohonnya dapat dibuat tali atau bahan jaring.
12
Beberapa manfaat dan fungsi hutan mangrove dapat dikelompokan sebagai berikut:
A.Manfaat / Fungsi Fisik :
1. Menjaga agar garis pantai tetap stabil
2. Melindungi pantai dan sungai dari bahaya erosi dan abrasi.
3. Menahan badai/angin kencang dari laut
4. Menahan hasil proses penimbunan lumpur, sehingga memungkinkan terbentuknya lahan baru.
5. Menjadi wilayah penyangga, serta berfungsi menyaring air laut menjadi air daratan yang tawar
6. Mengolah limbah beracun, penghasil O2 dan penyerap CO2.
B.
Manfaat / Fungsi Biologis :
1. Menghasilkan bahan pelapukan yang menjadi sumber makanan penting bagi plankton, sehingga penting pula bagi keberlanjutan rantai makanan. 2. Tempat memijah dan berkembang biaknya ikan-ikan, kerang, kepiting dan udang. 3. Tempat berlindung, bersarang dan berkembang biak dari burung dan satwa lain. 4. Sumber plasma nutfah & sumber genetik. 5. Merupakan habitat alami bagi berbagai jenis biota.
C.
Manfaat / Fungsi Ekonomis :
1. Penghasil kayu : bakar, arang, bahan bangunan. 2. Penghasil bahan baku industri : pulp, tanin, kertas, tekstil, makanan, obat-obatan, kosmetik, dll
13
3. Penghasil bibit ikan, nener, kerang, kepiting, bandeng melalui pola tambak silvofishery 4. Tempat wisata, penelitian & pendidikan.
2.3. Kerusakan Mangrove
Ada beberapa faktor penyebab kerusakan lingkungan hutan mangrove di Indonesia. Pertama, pemanfaatan hutan mangrove yang lepas kontrol alias liar karena masyarakat yang menempati daerah pesisir ketergantungannya sangat tinggi. Kedua, konversi lingkungan hutan mangrove yang mengutamakan bisnis semata, seperti perkebunan, tambak, industri, wisata, dan pemukiman, tanpa adanya pertimbangan tentang kelestarian hutan itu sendiri. Namun, dua penyebab utamanya adalah ketidaktahuan tentang arti dan peran penting hutan mangrove bagi kehidupan dan kurangnya penguasaan tentang teknik-teknik pengelolahan mangrove yang ramah lingkungan. Selain itu, penyebab kerusakan mangrove bisa ditimbulkan dari faktor lain, seperti hama yang selalu menyerang pohon mangrove, yang dikenal sebagai scale insect atau kutu loncat. Serangga hama ini jika menyerang tanaman mangrove memiliki ciri-ciri khas, yakni daun mangrove menjadi kuning, kemudian rontok dan mati. Selain serangga hama ini, kepiting bisa mematikan tanaman mangrove yang masih muda, terutama di daerah tambak, kepiting menggigit batang mangrove yang muda dengan cara melingkar sehingga akan mengakibatkan putusnya suplai makanan terputus, karena ulah kepiting itu lama kelamaan mangrove akan mati. Tentu usaha saat pembibitan akan sia-sia jika diserang kepiting. Sedangkan karena rusaknya hutan mangrove menyebabkan instrusi air laut; turunnya kemampuan ekosistem mendegradasikan sampah organik; penurunan keanekaragaman satwa di daerah pesisir; pencemaran pantai, kemampuan ekosistem menahan tiupan angin dan gelombang air laut menurun, abrasi pantai meningkat; sumber makanan dan tempat pemijahan (perkembangbiakan) biota laut menurun. Kerusakan dan punahnya hutan mangrove bisa diperhatikan di sepanjang garis pantai negara kita yang panjangnya mencapai 81.000 kilometer.
14
2.4. Cara Pencegahan Kerusakan Mangrove
Tentu saja kerusakan hutan mangrove semakin hari semakin memprihatinkan. Sebenarnya, ada beberapa usaha atau solusi untuk memperbaiki kerusakan hutan mangrove tersebut. 1. Usaha menanam kembali mangrove di wilayah yang termasuk habitatnya. Masyarakat sebaiknya dilibatkan dalam usaha penanaman kembali mangrove. Masyarakat bisa dilibatkan dalam hal pembibitan, penanaman, pemeliharaan, dan pemanfaatan yang berbasiskan konservasi. Usaha ini bisa memberikan pelajaran kepada masyarakat, selain juga memberi peluang kerja. 2. Dengan memberikan evaluasi dan pengaturan ulang tata ruang wilayah pesisir, sekitar kawasan hutan mangrove. 3. Penegakan hukum yang adil. 4. Memperluas program komunikasi terhadap konservasi lingkungan hutan mangrove. 5. Penanaman kesadaran dan motivasi kepada masyarakat untuk menjaga, melestarikan, dan memanfaatkan lingkungan hutan mangrove dengan bertanggungjawab. 6. Izin usaha pemanfaatan hutan mangrove diperketat. 7. Meningkatkan pengetahuan dan penerapan kearifan lokal soal konservasi. Masalah konservasi sendiri sudah ditetapkan oleh pemerintah dalam Keputusan Presiden (Keppres) No. 32 Tahun 1990. 8. Memperbaiki ekosistem daerah pesisir secara terencana dan berbasis masyarakat. Langkah yang cepat dan tepat harus dilakukan untuk mengatasi kerusakan hutan mangrove. Menciptakan desain besar soal tata ruang daerah pesisir harus segera dilaksanakan. Perlu juga membagi zona per kawasan, seperti kawasan konservasi, kawasan pemanfaatan, kawasan penyangga, dan kawasan inti. Sampai saat ini, hanya Pemalang yang mempunyai Peraturan Daerah soal pelestarian lingkungan hutan mangrove.
15
Partisipasi masyarakat merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh masyarakat, utamanya yang berada di daerah sekitar hutan mangrove untuk mengelola juga mempertahankan ekosistem dari hutan mangrove secara terus-menerus. Kegiatan ini harus mempertimbangkan aspek kelestarian lingkungan hidup. Partisipasi masyarakat dilakukan tidak hanya dengan menyumbang tenaga, tapi juga harus diartikan lebih luas lagi, tetapi harus menyangkut mulai dari taraf perencanaan, pelaksanaan, kemudian pemanfaatan. Peran masyarakat sangatlah penting untuk terjadinya keberhasilan program, karena sangat bergantung kepada hasil kerja sama yang dilakukan oleh masyarakat. Perlu adanya pertemuan serta diskusi bagi para anggota masyarakat di lingkungan sekitar hutan mangrove. Dalam pertemuan tersebut, masyarakat akan membahas serta mendiskusikan berbagai soal mengenai kondisi lingkungan hutan mangrove. Dengan adanya pertemuan dan diskusi ini, masyarakat dapat mengidentifikasi serta menginventarisasi masalah-masalah yang terjadi di lingkungan pantai. Di samping itu, juga akan ada banyak ide serta alternatif dalam memecahkan masalah yang datangnya dari masyarakat itu sendiri. Pemerintah dapat berperan sebagai fasilitator dalam memberikan arahan juga membantu pelaksanaan program dan perencanaan ide yang sebelumnya telah disepakati oleh masyarakat. Diharapkan nantinya akan timbul kesadaran dari masyarakat tentang arti penting lingkungan hutan mangrove bagi manusia juga kehidupan makhluk lainnya.
16
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Ekosistem Hutan Mangrove sangat berperan penting terhadap kehidupan makhluk hidup. Bila keseimbangan ekosistem Hutan Mangrove terganggu ataupun dengan sengaja dirusak, maka secara langsung hal tersebut akan berdampak pada kelangsungan hidup makhluk hidup, baik manusia, tumbuhan maupun hewan, sebab beberapa makhluk hidup bergantung pada ekosistem Hutan Mangrove. Selain itu, bila Hutan Mangrove di alih fungsikan menjadi tambak, lalu dialih fungsikan lagi menjadi perkebunan kelapa sawit, hal itu tidak dapat memberikan investasi yang lama disebabkan salinitas diwilayah tersebut sangat tinggi, dan juga jenis tanah yang digunakan sebagai perekebunan tersebut kurang cocok untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit,serta hal itu hanya akan menurunkan kualitas tanah. Dan juga, bila ekosistem Hutan Mangrove terusik, secara tidak langsung akan berdampak pada ekosistem yang lain, karena ekosistem yang satu dengan yang lain saling memiliki keterkaitan atau hubungan. Disamping itu, flora fauna yang hidup dalam ekosistem tersebut dapat terganggu pertumbuhan dan perkembangannya, dan yang paling parah flora fauna tersebut punah. Bila hal itu terjadi, maka manusia pun akan merasakan dampaknya sendiri.
17
Daftar Pustaka
Hutan Mangrove. http://www.lablink.or.id/Eko/Wetland/lhbs-mangrove.htm. Diakses Sabtu, 28 Desember 2013
Hutan Bakau Hutan Mangrove; Definisi dan Fungsi. http://alamendah.files.wordpress.com Diakses Sabtu, 28 Desember 2013
Peranan, Manfaat dan Fungsi Hutan Mangrove. http://ekologihutan.blogspot.com Diakses Sabtu, 28 Desember 2013
Hutan Mangrove Indonesia, Sumber Daya Alam Yang Terlupakan. http://oryza-sativa135rsh.blogspot.com/2010/05/hutan-mangrove-indonesia-sumber-daya.html Diakses Sabtu, 28 Desember 2013
Hutan Mangrove dan Luasannya di Indonesia. http://mbojo.files.wordpress.com Diakses Sabtu, 28 Desember 2013
Makalah Hutan Mangrove http://worldofnaveezha.wordpress.com/2013/04/07/makalah-hutan-mangrove/ Diakses Sabtu, 28 Desember 2013
Kerusakan Lingkungan Hutan Mangrove http://www.anneahira.com/kerusakan-lingkungan-hutan.htm Diakses Sabtu, 28 Desember 2013
18