BIOGRAFI GUSDUR THE AUTHORIZED BIOGHRAPHY OF ABDURRAHMAN WAHID ± GREG BARTON-LkiS Pelangi Aksara Yogyakarta 2008
Abdurrahman Abdurrahman ³Addakhil´, ³Adda khil´, itulah nama lengkapnya. Secara leksikal, Addakhil berarti ³Sang Penakluk´, sebuah nama yang ya ng diambil KH Wahid Hasyim, orang tuanya, dari seorang perintis Dinasti Umayyah yang menancapkan t onggak kejayaan Islam di Spanyol Spa nyol.. Belakangan kata Addakhil tak cukup dikenal dan diganti nama Wahid, Abdurrahman Abdurrahman Wahid, dan kemudian lebih dikenal dengan Gus Dur . ³Gus´ adalah panggilan kehormatan khas pesantren kepada anak kiai yang berarti ³ mas´. Gus Dur adalah Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara, dilahirkan di Denanyar, Jombang, Jawa Timur pada 4 Agustus 1940. Gus Dur adalah keturunan µdarah biru¶.. Ayahnya, KH Wahid Hasyim adalah biru¶ adala h putra KH Hasyim Asy¶ari, pendiri NU dan pendiri Pesantren Tebu Ireng Jombang. Ibundanya, Hj Sholehah adala h putri pendiri Pesantren Denanyar Jombang, KH Bisri Syansuri. Kakek dari pihak ibunya ini juga merupakan tokoh NU, yang menjadi Rais µ Aam PBNU setelah KH Abdul Wahab Hasbullah. Pada 1949, ketika clash dengan pemerintahan Belanda berakhir, ayahnya diangkat sebagai Menteri Agama pertama, sehingga keluarga keluarga Wahid Hasyim pindah ke Jakarta. Tamu-tamu, terdiri para tokoh yang sebelumnya biasa dijumpai di rumah kakeknya, terus berlanjut ketika ketika ayahnya menjadi menteri agama. a gama. Hal ini memberikan pengalaman tersendiri bagi Gus Dur. Ia mulai berkenalan dengan dunia politik yang didengar dari para kolega ayahnya. Sejak kanak-kanak, ibunya telah ditandai berbagai isyarat bahwa Gus Dur akan mengalami garis hidup yang berbeda dan memiliki kesadaran penuh akan tanggung jawab terhadap NU. Pada April 1953, Gus Dur pergi bersama bersa ma ayahnya mengendarai mengendarai mobil ke daerah Jawa Barat untuk meresmikan madrasah. Di suatu tempat t empat di sepanjang pegunungan pegunungan antara Cimahi-Bandung, Cimahi-Bandung, mobilnya mengalami kecelakaan. Gus Dur bisa diselamatkan, tetapi ayahnya meninggal. Kematian ayahnya membawa pengaruh tersendiri dalam kehidupannya. kehidupannya. Dalam kesehariannya, Gus Dur punya kegemaran membaca dan rajin memanfaatkan perpustakaan pribadi ayahnya. Ia juga aktif berkunjung ke perpustakaan umum di Jakarta. Pada usia belasan tahun Gus Dur telah akrab dengan berbagai majalah, surat kabar, novel dan buku-buku buku-buku serius. Karya-karya yang dibaca tidak hanya cerita, utamanya uta manya cerita silat dan fiksi, tetapi wacana tentang filsafat dan dokumen-dokumen dokumen-dokumen manca negara. Ia juga senang bermain bola, catur, dan musik. Kegemaran lain adala h nonton
bioskop. bioskop. Kegemarannya ini menimbulkan menimbulkan apresiasi mendalam dalam dunia film. fil m. Inilah sebabnya mengapa Gu Dur pada 1986-1987 1986-1987 diangkat sebagai ketua juri Festival Film Indonesia. Indonesia. Masa remaja Gus Dur sebagian Dur sebagian besar dihabiskan di Jogjakarta dan Tegalrejo. Di dua tempat ini pengembangan ilmu pengetahuannya mulai meningkat. Masa berikutnya, Gus Dur tinggal di Jombang, di pesantren Tambak Beras, sampai kemudian melanjutkan studi di Mesir. Sebelum berangkat ke Mesir, pamannya telah melamarkan seorang seora ng gadis untuknya, untuknya, yaitu Sinta Nuriyah anak ana k H Muh Sakur. Perkawinannya dilaksanakan ketika ia berada berada di Mesir. Musik Klasik Pertama kali belajar, Gus Dur kecil belajar pada sang sa ng kakek, KH Hasyim Asy¶ari. Saat serumah dengan kakek, ia diajari mengaji dan membaca Al Qur¶an. Dala m usia lima tahun ia telah lancar membaca Al Qur¶an. Pada saat ayahnya a yahnya pindah pindah Jakarta, di samping belajar formal di sekolah, Gus Dur les privat Bahasa Belanda. Guru lesnya bernama Willem Buhl, seorang Jerman yang telah masuk Islam dan mengganti namanya dengan Iskandar. Untuk menambah pelajaran Bahasa Belanda, Buhl selalu menyajikan menyajikan dengan musik klasik. Inilah pertama kali persentuhan Gu Dur dengan dunia Barat dan dari sini pula Gus Dur mulai tertarik dan mencintai musik klasik. Menjelang lulus SD, Gus Dur D ur memenangkan lomba karya tulis (mengarang) seJakarta. Karenanya wajar jika pada masa kemudian banyak tulisan Gus Dur menghiasai berbagai media massa. Setelah lulus SD, Gus Dur dikirim dikiri m orang tuanya belajar di Jogjakarta. Pada Pa da 1953 ia masuk SMEP (Sekolah Menengah M enengah Ekonomi Ekonomi Pertama) Perta ma) Gowongan, sambil mondok mondok di Pesantren P esantren Krapyak. Sekolah ini meski dikelola Gereja Katolik Roma, tetapi sepenuhnya menggunakan kurikulum sekuler. Di sekolah ini pula pertama Gus Dur belajar Bahasa Inggris. Gus Dur lalu minta pindah ke kota dan tinggal di rumah H Junaidi, pimpinan lokal Muhammadiyah dan orang yang yang berpengaruh di SMEP. Kegiatan rutinnya, setelah salat subuh, mengaji pada KH Ma¶sum Krapyak, siang sia ng hari sekolah di SMEP, dan malamnya ikut berdiskusi bersama H Junaidi dan anggota Muhammadiyah lainnya. Ketika menjadi siswa SMEP, Gus Dur didorong oleh gurunya untuk menguasai Bahasa Inggris, sehingga dala m waktu satu sat u-dua tahun Gus Dur menghabiskan beberapa buku berbahasa Inggris. Inggris . Di antara buku-buku yang dibacanya adalah karya Ernest Hemingway, John Steinbach, dan William Faulkner. Ia juga membaca beberapa karya Johan J ohan Huizinga, Andre Malraux, Ortega Y Gasset, dan beberapa karya penulis Rusia, seperti Pushkin, Tolstoy, Dostoevsky dan Mikhail Sholokov. Sholokov. Gus Dur juga melahap melaha p habis beberapa karya Wiill Durant yang berjudul µThe Story of Civilazation¶. Civilazat ion¶. Gus Dur juga aktif mendengarkan siaran radio Voice of America dan BBC
London. Ketika mengetahui bahwa Gus Dur pandai berbahasa Inggis, Pak Sumatri-seorang guru SMEP yang juga anggota Partai Komunis- memberi buku karya Lenin µWhat is To Be Done¶ . Pada saat yang sama, anak yang memasuki masa remaja ini telah mengenal Das Kapital-nya Karl Marx, filsafat Plato, Thales, dan sebagainya. Setamat SMEP, Gus Dur melanjutkan belajar di Pesantren Tegalrejo Ma gelang. Pesantren ini diasuh KH Chudhari, kiai yang memperkenalkan Gus Dur dengan ritus-ritus sufi. Di bawah bimbingan kiai ini pula, Gus Dur mengada kan ziarah ke makam-makam para wali di Jawa. Menghabiskan dua tahun di pesantren Tegalrejo, Gus Dur lalu kembali ke Jombang dan tinggal di Pesantren Tambak Beras. Saat itu usianya mendekati 20 tahun, sehingga di pesantren milik pamannya, KH Abdul Fatah, ia menjadi seorang ustadz, dan menjadi ketua keamanan. Pada usia 22 tahun, Gus Dur ke tanah suci untuk menunaikan ibadah haji, kemudian ke Mesir melanjutkan studi di Universitas Al Azhar. Pada 1966 Gus Dur pindah ke Irak. Ia masuk Departement of Religion di Universitas Bagdad sampai 1970. Di luar kampus, Gus Dur rajin mengunjungi makam-makam para wali, termasuk makam Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, pendiri jamaah tarekat Qadiriyah. Ia juga menggeluti ajaran Imam Junaid Al-Baghdadi, pendiri aliran tasawuf yang diikuti jemaah NU. Di sinilah Gus Dur menemukan sumber spiritualitasnya. Dari Baghdad, Gus Dur ingin melanjutkan studi ke Eropa. Tetapi karena persyaratan ketat, utamanya dala m bahasa, ±misalnya untuk masuk kajian klasik di Kohln harus menguasai bahasa Hebraw, Yunani atau Latin di samping bahasa Jerman±, tidak dapat dipenuhinya, akhirnya yang dilakukan adalah menjadi pelajar keliling dari satu universitas ke universitas lainnya. Pada akhirnya Gus Dur menetap di Belanda selama enam bulan dan mendirikan Perkumpulan Pelajar Muslim Indonesia dan Malaysia yang tinggal di Eropa. Untuk biaya hidup di rantau, dua kali sebulan ia pergi ke pelabuhan untuk bekerja sebagai pembersih kapal tanker. Perjalanan Karir Sepulang dari pengembaraan mencari ilmu, Gus Dur kembali ke Jombang, memilih menjadi guru. Pada 1971 ia bergabung di Fakultas Ushuludin Universitas Tebu Ireng Jombang. Tiga tahun kemudian menjadi sekretaris Pesantren Tebu Ireng, dan pada tahun sama Gus Dur mulai menekuni sebagaii kolumnis. Pada 1974 Gus Dur diminta pamannya, KH Yusuf Hasyim membantu di Pesantren Tebu Ireng dengan menjadi sekretaris. Gus Dur mulai sering mendapat undangan menjadi nara sumber pada sejumlah forum diskusi, baik di dalam maupun luar negeri. Selanjutnya Gus Dur terlibat kegiatan LSM. Pertama di LP3ES bersama Dawam Rahardjo, Aswab Mahasin, dan Adi Sasono dalam proyek pengembangan pesantren, kemudian Gus Dur mendirikan P3M yang dimotori LP3ES.
Pada 1979 Gus Dur pindah ke Jakarta. Mula-mula ia merintis Pesantren Ciganjur. Pada awal 1980 Gus Dur dipercaya sebagai wakil katib syuriah PBNU. Di sini Gus Dur terlibat diskusi dan perdebatan serius mengenai masalah agama, sosial dan politik dengan berbagai kalangan lintas agama, suku dan disiplin ilmu. Karier yang dianggap µmenyimpang¶ -dalam kapasitasnya sebagai se orang tokoh agama sekaligus pengurus PBNU adalah ketika menjadi ketua Dewan K esenian Jakarta (DKJ) pada 1983. Ia juga menjadi ketua juri dalam Festival Film Indonesia (FFI) 1986, 1987. Pada 1984 Gus Dur dipilih secara aklamasi oleh tim ahl hall wa al-¶aqdi yang diketuai KH As¶ad Syamsul Arifin untuk menduduki jabatan ketua umum PBNU pada muktamar ke-27 NU di Situbondo. Jabatan itu kembali dikukuhkan pada muktamar ke-28 di pesantren Krapyak Jogjakarta (1989), dan muktamar di Cipasung Jawa Barat (1994). Jabatan ketua umum PBNU kemudian dilepas ketika Gus Dur menjabat presiden ke-4 RI. Meskipun sudah menjadi presiden, kenylenehan Gus Dur tak hilang. Catatan karier Gus Dur yang patut juga dicatat adalah saat menjadi ketua Forum Demokrasi (1991-1999), dengan sejumlah anggota terdiri berbagai kalangan, khususnya nasionalis dan non muslim. Dari perjalanannya tersebut memberikan gambaran betapa kompleks dan rumitnya perjalanan Gus Dur, bertemu dengan berbagai macam orang yang hidup dengan latar belakang ideologi, budaya, kepentingan, strata sosial dan pemikiran yang berbeda. wikipedia/berbagai sumber Jejak Penghargaan Gus Dur: Tokoh 1990, Majalah Editor, tahun 1990 Ramon Magsaysay Award for Community Leadership, Ramon Magsaysay Award Foundation, Philipina, tahun 1991 Islamic Missionary Award from the Government of Egypt, tahun 1991 Penghargaan Bina Ekatama, PKBI, tahun 1994 Man Of The Year 1998, Majalah berita independent (REM), tahun 1998 Honorary Degree in Public Administration and Policy Issues from the University of Twente, tahun 2000 Gelar Doktor Kehormatan dari Universitas Jawaharlal Nehru, ta hun 2000 Doctor Honoris Causa dalam bidang Philosophy In Law dari Universitas Thammasat Thaprachan Bangkok, Thailand, Mei 2000 Doctor Honoris Causa dari Universitas Paris I (Panthéon-Sorbonne) pada bidang ilmu hukum dan politik, ilmu ekonomi dan manajemen, dan ilmu humaniora, tahun 2000 Penghargaan Kepemimpinan Global (The Global Leadership Award) dari Columbia University, September 2000 Doctor Honoris Causa dari Asian Institute of T echnology, Thailand, tahun 2000 Ambassador for Peace, salah satu badan PBB, tahun 2001 Doctor Honoris Causa dari Universitas Sokka, Jepang, tahun 2002 Doctor Honoris Causa bidang hukum dari Konkuk University, Seoul Korea Selatan, 21 Maret 2003.
Nusantaranews- Informasi, Fakta dan Opini y y y y
Beranda Indonesia Buku Tamu Nusantaraku
Biografi Gus Dur«Bapak DemokrasiPluralisme Desember 30, 2009 tags: Abdurrahman Wahid, gus dur , presiden indonesia oleh nusantaraku
Biografi Singkat, Bapak Demokrasi-Pluralis Presiden Kiai Haji Abdurrahman Wahid atau dikenal sebagai Gus Dur lahir di Jombang, Jawa Timur, pada 7 September 1940. Gus Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara dari keluarga yang sangat terhormat dalam komunitas Muslim Jawa Timur. Kakek dari ayahnya adalah K.H. Hasyim Asyari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU) , sementara kakek dari pihak ibu, K.H. Bisri Syansuri, adalah pengajar pesantren pertama yang mengajarkan kelas pada perempuan. Ayah Gus Dur, K.H. Wahid Hasyim, terlibat dalam Gerakan Nasionalis dan menjadi Menteri Agama tahun 1949. Ibunya, Ny. Hj. Sholehah, adalah putri pendiri Pondok Pesantren Denanyar Jombang. Selain Gus Dur, adiknya Gus Dur juga merupakan sosok tokoh nasional.
Berdasarkan silsilah keluarga, Gus Dur mengaku memiliki darah Tionghoa yakni dari keturunan Tan Kim Han yang menikah dengan Tan A Lok, saudara kandung Raden Patah (Tan Eng Hwa), pendiri Kesultanan Demak. Tan A Lok dan Tan Eng Hwa merupakan anak dari Putri Campa, puteri Tiongkok yang merupakan selir Raden Brawijaya V (Suara Merdeka, 22 Maret 2004). Gus Dur sempat kuliah di Universitas Al Azhar di Kairo-Mesir (tidak selesai) selama 2 tahun dan melanjutkan studinya di Universitas Baghdad-Irak. Selesai masa studinya, Gus Dur pun pulang ke Indonesia dan bergabung dengan Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) pada 1971. Gus Dur terjun dalam dunia jurnalistik sebagai kaum µcendekiawan¶ muslim yang progresif yang berjiwa sosial demokrat. Pada masa yang sama, Gus Dur terpanggil untuk berkeliling pesantren dan madrasah di seluruh Jawa. Hal ini dilakukan demi menjaga agar nilai-nilai tradisional pesantren tidak tergerus, pada saat yang sama mengembangkan pesantren. Hal ini disebabkan pada saat itu, pesantren berusaha mendapatkan pendanaan dari pemerintah dengan cara mengadopsi kurikulum pemerintah. Karir KH Abdurrahman Wahid terus merangkak dan menjadi penulis nuntuk majalah Tempo dan koran Kompas. Artikelnya diterima dengan baik dan ia mulai mengembangkan reputasi sebagai komentator sosial. Dengan popularitas itu, ia mendapatkan banyak undangan untuk memberikan kuliah dan seminar, membuat dia harus pulang-pergi antara Jakarta dan Jombang, tempat Wahid tinggal bersama keluarganya. Meskipun memiliki karir yang sukses pada saat itu, Gus Dur masih merasa sulit hidup hanya dari satu sumber pencaharian dan ia bekerja untuk mendapatkan pendapatan tambahan dengan menjual kacang dan mengantarkan es untuk digunakan pada bisnis Es Lilin istrinya (Barton.2002. Biografi Gus Dur , LKiS, halaman 108) Sakit Bukan Menjadi Penghalang Mengabdi
Pada Januari 1998, Gus Dur diserang stroke dan berhasil diselamatkan oleh tim dokter. Namun, sebagai akibatnya kondisi kesehatan dan penglihatan Presiden RI ke-4 ini memburuk. Selain karena stroke, diduga masalah kesehatannya juga disebabkan faktor keturunan yang disebabkan hubungan darah yang erat diantara orangtuanya. Dalam keterbatasan fisik dan kesehatnnya, Gus Dur terus mengabdikan diri untuk masyarakat dan bangsa meski harus duduk di kursi roda. Meninggalnya Gus Dur pada 30 Desember 2009 ini membuat kita kehilangan sosok guru bangsa. Seorang tokoh bangsa yang berani berbicara apa adanya atas nama keadilan dan kebenaran dalam kemajemukan hidup di nusantara.
Selama hidupnya, Gus Dur mengabdikan dirinya demi bangsa. Itu terwujud dalam pikiran dan tindakannya hampir dalam sisi dimensi eksistensinya. Gus Dur lahir dan besar di tengah suasana keislaman tradisional yang mewataki NU, tetapi di kepalanya berkobar pemikiran modern. Bahkan dia dituduh terlalu liberal dalam pikiran tentang keagamaan. Pada masa Orde Baru, ketika militer sangat ditakuti, Gus Dur pasang badan melawan dwi fungsi ABRI. Sikap itu diperlihatkan ketika menjadi Presiden dia tanpa ragu mengembalikan tentara ke barak dan memisahkan polisi dari tentara. Setelah tidak lagi menjabat presiden, Gus Dur kembali ke kehidupannya semula. Kendati sudah menjadi partisan, dalam kapasitasnya sebagai deklarator dan Ketua Dewan Syuro PKB, ia berupaya kembali muncul sebagai Bapak Bangsa. Seperti sosoknya sebelum menjabat presiden. Meski ia pernah menjadi Ketua Umum Nahdlatul Ulama (NU), sebuah organisasi Islam terbesar di Indonesia dengan anggota sekitar 38 juta orang. Namun ia bukanlah orang yang sektarian. Ia seorang negarawan. Tak jarang ia menentang siapa saja bahkan massa pendukungnya sendiri dalam menyatakan suatu kebenaran. Ia seorang tokoh muslim yang berjiwa kebangsaan. ³Tidak penting apa pun agama atau sukumu. Kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak pernah tanya apa agamamu´ -Gus Dur- (diungkap kembali oleh Hermawi Taslim) Dalam komitmennya yang penuh terhadap Indonesia yang plural, Gus Dur muncul sebagai tokoh yang sarat kontroversi. Ia dikenal sebagai sosok pembela yang benar. Ia berani berbicara dan berkata yang sesuai dengan pemikirannya yang ia anggap benar, meskipun akan berseberangan dengan banyak orang. Apakah itu kelompok minoritas atau mayoritas. Pembelaannya kepada kelompok minoritas dirasakan sebagai suatu hal yang berani. Reputasi ini sangat menonjol di tahuntahun akhir era Orde Baru. Begitu menonjolnya peran ini sehingga ia malah dituduh lebih dekat dengan kelompok minoritas daripada komunitas mayoritas Muslim sendiri. Padahal ia adalah seorang ulama yang oleh sebagian jamaahnya malah sudah dianggap sebagai seorang wali.
Karir Organisasi NU Pada awal 1980-an, Gus Dur terjun mengurus Nahdlatul Ulama (NU) setelah tiga kali ditawarin oleh kakeknya. Dalam beberapa tahun, Gus Dur berhasil mereformasi tubuh NU sehingga membuat namanya semakin populer di kalangan NU. Pada Musyawarah Nasional 1984, Gus Dur didaulat sebagai Ketua Umum NU. Selama masa jabatan pertamanya, Gus Dur fokus dalam mereformasi sistem pendidikan pesantren dan berhasil meningkatkan kualitas sistem pendidikan pesantren sehingga dapat menandingi sekolah sekular. Selama memimpin organisasi massa NU, Gus Dur dikenal kritis terhadap pemerintahan Soeharto. Pada Maret 1992, Gus Dur berencana mengadakan
Musyawarah Besar untuk merayakan ulang tahun NU ke-66 dan mengulang pernyataan dukungan NU terhadap Pancasila. Wahid merencanakan acara itu dihadiri oleh paling sedikit satu juta anggota NU. Namun, Soeharto menghalangi acara tersebut, memerintahkan polisi untuk mengembalikan bus berisi anggota NU ketika mereka tiba di Jakarta. Akan tetapi, acara itu dihadiri oleh 200.000 orang. Setelah acara, Gus Dur mengirim surat protes kepada Soeharto menyatakan bahwa NU tidak diberi kesempatan menampilkan Islam yang terbuka, adil dan toleran. Menjelang Munas 1994, Gus Dur menominasikan dirinya untuk masa jabatan ketiga. Mendengar hal itu, Soeharto ingin agar Wahid tidak terpilih. Pada mingguminggu sebelum Munas, pendukung Soeharto, seperti Habibie dan Harmoko berkampanye melawan terpilihnya kembali Gus Dur. Ketika musyawarah nasional diadakan, tempat pemilihan dijaga ketat oleh ABRI dalam tindakan intimidasi. Terdapat juga usaha menyuap anggota NU untuk tidak memilihnya. Namun, Gus Dur tetap terpilih sebagai ketua NU untuk masa jabatan ketiga. Selama masa ini, Gus Dur memulai aliansi politik dengan Megawati Soekarnoputri dari Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Megawati yang menggunakan nama ayahnya memiliki popularitas yang besar dan berencana tetap menekan rezim Soeharto.
Menjadi Presiden RI ke-4 Pada Juni 1999, partai PKB ikut serta dalam arena pemilu legislatif. PKB memenangkan 12% suara dengan PDI-P memenangkan 33% suara. Dengan kemenangan partainya, Megawati memperkirakan akan memenangkan pemilihan presiden pada Sidang Umum MPR. Namun, PDI-P tidak memiliki mayoritas penuh, sehingga membentuk aliansi dengan PKB. Pada Juli, Amien Rais membentuk Poros Tengah, koalisi partai-partai Muslim. Poros Tengah mulai menominasikan Gus Dur sebagai kandidat ketiga pada pemilihan presiden dan komitmen PKB terhadap PDI-P mulai berubah. Pada 19 Oktober 1999, MPR menolak pidato pertanggungjawaban Habibie dan ia mundur dari pemilihan presiden. Beberapa saat kemudian, Akbar Tanjung, ketua Golkar dan ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyatakan Golkar akan mendukung Gus Dur. Pada 20 Oktober 1999, MPR kembali berkumpul dan mulai memilih presiden baru. Abdurrahman Wahid kemudian terpilih sebagai Presiden Indonesia ke-4 dengan 373 suara, sedangkan Megawati hanya 313 suara. Tidak senang karena calon mereka gagal memenangkan pemilihan, pendukung Megawati mengamuk dan Gus Dur menyadari bahwa Megawati harus terpilih sebagai wakil presiden. Setelah meyakinkan jendral Wiranto untuk tidak ikut serta dalam pemilihan wakil presiden dan membuat PKB mendukung Megawati, Gus Dur pun berhasil meyakinkan Megawati untuk ikut serta. Pada 21 Oktober 1999, Megawati ikut serta dalam pemilihan wakil presiden dan mengalahkan Hamzah Haz dari PPP.
Pengabdian Sebagai Presiden RI ke-4 Pasca ke jat an rezi Orde Baru pada 1998, Indones ia menga lami ancaman disintegrasi kedau latan negara. Konf lik meletus di eberapa daerah dan ancaman separatis semak in nyata. Menghadap i hal itu, Gus Dur melakukan pendeka tan yang lunak terhadap daerah-daerah yang berkecamuk. Terhadap Aceh, Gus Dur member ikan ops i referendum otonomi dan bukan kemerdekaan seper ti referendum T imor T imur. Pendeka tan yang lebih lembut terhadap Aceh dilakukan Gus Dur dengan mengurang i jumlah personel militer di Neger i Seramb i Mekkah tersebut. Netralisasi Ir ian Jaya, dilakukan Gus Dur pada 30 Desember 1999 dengan mengun jungi i bukota Ir ian Jaya. Selama kun jungannya, Pres iden Abdurrahman Wahid berhas il meyak inkan pemimpin-pemimpin Papua bahwa ia mendorong penggunaan nama Papua. Sebagai eorang Demokrat saya t i ak bi sa menghalang i keing inan rakyat Aceh untuk menentukan nasib send ir i. Tetapi sebagai seorang republ ik, saya d iwajibkan untuk menjaga keutuhan Negara kesatuan Republ ik Indonesia. Presiden Abdurrahman Wahid dalam wawancara dengan R adio Nether land ¡
Benar« Gus Dur lah men jadi pemimpin yang meletak fondas i perdama ian Aceh. Pada pemer intahan Gus Dur lah, pembicaraan dama i antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM dan Indones ia men jadi terbuka. Padaha l, sebelumnya, pembicaraan dengan GAM sesuatu yang tabu, sehingga peluang perdama ian seper ti ditutup rapat, apa lagi jika sampa i mengakomodas i tuntutan kemerdekaan. Saat se jumlah tokoh nas ional mengecam pendeka tannya untuk Aceh, Gus Dur tetap memilih menempuh cara-cara penye lesaian yang lebih simpatik : menga jak tokoh GAM duduk sa tu me ja untuk membahas penye lesaian Aceh secara dama i. Bahkan, secara rahas ia, Gus Dur mengir im Bondan Gunawan, P js M ent er i Sekretar is Negara, menemu i Panglima GAM Abdullah Syaf ii di pedalaman Pidie. Di masa Gus Dur pu la, untuk per tama ka linya terci pta Jeda Kemanus iaan. Selain usaha perdamaa ian da lam wadah NK R I, Gus Dur disebut sebaga i pionir dalam mereformasi militer agar keluar dar i ruang politik . Di bidang pluralisme, Gus Dur men jadi Bapak ³Tionghoa´ Indones ia. Dialah tokoh nas ional yang
berani membela orang Tionghoa untuk mendapat hak yang sama sebagai warga negara. Pada tanggal 10 Maret 2004, beberapa tokoh Tionghoa Semarang memberikan penghargaan KH Abdurrahman Wahid sebagai ³Bapak Tionghoa´. Hal ini tidak lepas dari jasa Gus Dur mengumumkan bahwa Tahun Baru Cina (Imlek) menjadi hari libur opsional yang kemudian diperjuangkan menjadi Hari Libur Nasional. Tindakan ini diikuti dengan pencabutan larangan penggunaan huruf Tionghoa. Dan atas jasa Gus Dur pula akhirnya pemerintah mengesahkan Kongfucu sebagai agama resmi ke-6 di Indonesia. Selain berani membela hak minoritas etnis Tionghoa, Gus Dur juga merupakan pemimpin tertinggi Indonesia pertama yang menyatakan permintaan maaf kepada para keluarga PKI yang mati dan disiksa (ant ara 500 000 hingga 800 000 jiwa ) dalam gerakan pembersihan PKI oleh pemerintahan Orde Baru. Dalam hal ini, Gus Dur memang seorang tokoh pahlawan anti diskriminasi. Dia menjadi inspirator pemuka agama-agama untuk melihat kemajemukan suku, agama dan ras di Indonesia sebagian bagian dari kekayaan bangsa yang harus dipelihara dan disatukan sebagai kekuatan pembangunan bangsa yang besar. ¢
¢
Dalam kapasitas dan µambisi¶-nya, Presiden Abdurrahman Wahid sering melontarkan pendapat kontroversial. Ketika menjadi Presiden RI ke-4, ia tak gentar mengungkapkan sesuatu yang diyakininya benar kendati banyak orang sulit memahami dan bahkan menentangnya. Kendati suaranya sering mengundang kontroversi, tapi suara itu tak jarang malah menjadi kemudi arus perjalanan sosial, politik dan budaya ke depan. Dia memang seorang yang tak gentar menyatakan sesuatu yang diyakininya benar. Bahkan dia juga tak gentar menyatakan sesuatu yang berbeda dengan pendapat banyak orang. Jika diselisik, kebenaran itu memang seringkali tampak radikal dan mengundang kontroversi. Kendati pendapatnya tidak selalu benar ² untuk menyebut seringkali tidak benar menurut pandangan pihak lain ² adalah suatu hal yang sulit dibantah bahwa banyak pendapatnya yang mengarahkan arus perjalanan bangsa pada rel yang benar sesuai dengan tujuan bangsa dalam Pembukaan UUD 1945 . Bagi sebagian orang, pemikiran-pemikiran Gus Dur sudah terlalu jauh melampui zaman. Ketika ia berbicara pluralisme diawal diawal reformasi, orang-orang baru mulai menyadari pentingnya semangat pluralisme dalam membangun bangsa yang beragam di saat ini. Dan apabila kita meniliki pada pemikirannya, maka akan kita dapatkan bahwa sebagian besar pendapatnya jauh dari interes politik pribadi atau kelompoknya. Ia berani berdiri di depan untuk kepentingan orang lain atau golongan lain yang diyakninya benar. Malah sering seperti berlawanan dengan suara kelompoknya sendiri. Juga bahkan ketika ia menjabat presiden, sepetinya jabatan itu tak mampu mengeremnya untuk menyatakan sesuatu. Sepertinya, ia melupakan jabatan politis yang empuk itu demi sesuatu yang diyakininya benar. Sehingga saat ia menjabat presiden, banyak orang menganggapnya aneh karena sering kali melontarkan pernyataan yang mengundang kontroversi.
Belum satu bulan menjabat presiden, Gus Dur sudah mencetuskan pendapat yang memerahkan kuping sebagian besar anggota DPR. Di hadapan sidang lembaga legislatif, yang anggotanya segaligus sebagai anggota MPR, yang baru saja memilihnya itu, Gus Dur menyebut para anggota legislatif itu seperti anak Taman Kanak-Kanak . Selama menjadi Presiden RI itu, Gus Dur mendapat kritik karena seringnya melakukan kunjungan ke luar negeri sehingga dijuliki ³ P residen P ewisat a³. Pada tahun 2000, muncul dua skandal yang menimpa Presiden Gus Dur yaitu skandal Buloggate dan Bruneigate. Pada bulan Mei 2000, BULOG melaporkan bahwa $4 juta menghilang dari persediaan kas Bulog. Tukang pijit pribadi Gus Dur mengklaim bahwa ia dikirim oleh Gus Dur ke Bulog untuk mengambil uang. Meskipun uang berhasil dikembalikan, musuh Gus Dur menuduhnya terlibat dalam skandal ini. Pada waktu yang sama, Gus Dur juga dituduh menyimpan uang $2 juta untuk dirinya sendiri. Uang itu merupakan sumbangan dari Sultan Brunei untuk membantu di Aceh. Namun, Gus Dur gagal mempertanggungjawabkan dana tersebut. Skandal ini disebut skandal Bruneigate. Dua skandal ³Buloggate´ dan ³Brunaigate´ menjadi senjata bagi para musuh politik Gus Dur untuk menjatuhkan jabatan kepresidenannya. Pada 20 Juli, Amien Rais menyatakan bahwa Sidang Istimewa MPR akan dimajukan pada 23 Juli. TNI menurunkan 40.000 tentara di Jakarta dan juga menurunkan tank yang menunjuk ke arah Istana Negara sebagai bentuk penunjukan kekuatan. Gus Dur kemudian mengumumkan pemberlakuan dekrit yang berisi (1) pembubaran MPR/DPR, (2) mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat dengan mempercepat pemilu dalam waktu satu tahun, dan (3) membekukan Partai Golkar sebagai bentuk perlawanan terhadap Sidang Istimewa MPR. Namun dekrit tersebut tidak memperoleh dukungan dan pada 23 Juli, MPR secara resmi memberhentikan Gus Dur dan menggantikannya dengan Megawati Sukarnoputri. Itulah akhir perjalanan Gus Dur menjadi Presiden selama 20 bulan. Selama 20 bulan memimpin, setidaknya Gus Dur telah membantu memimpin bangsa untuk berjalan menuju proses reformasi yang lebih baik. Pemikiran dan kebijakannya yang tetap mempertahankan NKRI dalam wadah kemajukan berdemokrasi sesuai dengan UUD 1945 dan Pancasila merupakan jasa yang tidak terlupakan.
Hal-Hal Positif dari Gus Dur All religions insist on peace. From this we might think that the religious struggle for peace is simple « but it is not. The deep problem is that people use religion wrongly in pursuit of victory and triumph. This sad fact then leads to conflict with people who have different -KH Abdurrahman Wahid- (source) Mantan Ketua DPP PKB, Hermawi Taslim yang selama 10 tahun terakhir turut bersama Gus Dur dalam segala aktivitasnya mengungkapkan tiga prinsip dalam hidup Gus Dur yang selalu ia sampaikan kepada orang-orang terdekatnya. y y y
Pertama : Akan selalu berpihak pada yang lemah. Kedua : Anti-diskriminasi dalam bentuk apa pun. Ketiga : Tidak pernah membenci orang, sekalipun disakiti.
Gus Dur merupakan salah tokoh bangsa yang berjuang paling depan melawan radikalisme agama. Ketika radikalisme agama sedang kencang-kencangnya bertiup, Gus Dur menantangnya dengan berani. Dia bahkan mempersiapkan pasukan sendiri bila harus berhadapan melawan kekerasan yang dipicu agama. Gus Dur menentang semua kekerasan yang mengatasnamakan agama. Dia juga pejuang yang tidak mengenal hambatan.
beliefs.
Gus Dur dalam pemerintahannya telah menghapus praktik diskriminasi di Indonesia. Tak berlebihan kiranya bila negara dan rakyat Indonesia memberikan penghargaan setinggi-tingginya atas darma dan baktinya. Layaknya kiranya Gus Dur mendapat penghargaan sebagai Bapak Pluralisme dan Demokratisasi di Indonesia.
Doktor kehormatan dan Penghargaan Lain Dikancah internasional, Gus Dur banyak memperoleh gelar Doktor Kehormatan (Doktor Honoris Causa) dibidang humanitarian, pluralisme, perdamaian dan demokrasi dari berbagai lembaga pendidikan diantaranya : y y y
y
y
y
y y
y
y
Doktor Kehormatan dari Jawaharlal Nehru University, India (2000) Doktor Kehormatan dari Twente University, Belanda (2000) Doktor Kehormatan bidang Ilmu Hukum dan Politik, Ilmu Ekonomi dan Manajemen, dan Ilmu Humaniora dari Pantheon Sorborne University, Paris, Perancis (2000) Doktor Kehormatan bidang Filsafat Hukum dari Thammasat University, Bangkok, Thailand (2000) Doktor Kehormatan dari Chulalongkorn University, Bangkok, Thailand (2000) Doktor Kehormatan dari Asian Institute of Technology, Bangkok, Thailand (2000) Doktor Kehormatan dari Soka Gakkai University, Tokyo, Jepang (2002) Doktor Kehormatan bidang Kemanusiaan dari Netanya University, Israel (2003) Doktor Kehormatan bidang Hukum dari Konkuk University, Seoul, Korea Selatan (2003) Doktor Kehormatan dari Sun Moon University, Seoul, Korea Selatan (2003)
Penghargaan-penghargaan lain : y y
y y
Penghargaan Dakwah Islam dari pemerintah Mesir (1991) Penghargaan Magsaysay dari Pemerintah Filipina atas usahanya mengembangkan hubungan antar-agama di Indonesia (1993) Bapak Tionghoa Indonesia (2004) Pejuang Kebebasan Pers
Selamat Jalan Gus Dur
Gus Dur wafat pada hari Rabu, 30 Desember 2009, di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, pada pukul 18.45 akibat berbagai komplikasi penyakit, terutama gangguan ginjal, yang dideritanya sejak lama. Sebelum wafat ia harus menjalani hemodialisis (cuci darah) rutin. Seminggu sebelum dipindahkan ke
Jakar ta ia sempat dirawat di Jombang seusa i mengadakan per jalanan di Jawa Timur. Gus Dur d i makamkan di Jombang Jawa T imur Selamat jalan Gus Dur. Ter ima kasih atas pengabdian dan sumbangs ihnya bag i juangan Demokrasi dan Solidar itas rakyat dan bangsa ini. Jasa- jasamu da lam per antar umat beragama di Indones ia tidak akan kami lupakan. Semoga ama-l jasai badahnya mendapat tempat yang µagung¶. Salam hormat dan ech-wan, 30 Desember 2009
turut
berbela
sungkawa,
R eferensi utama : wik i pedia ²- gusdur.net ²-kompas ² 3 Pr insi p Hidup Gus Dur Baca Juga : Kumpulan Anekdot, Joke dan Humor A la GusDur
Super WP Plugins AUTOBLOG Much Better Than Wp Robot
Klik Here!
You are here: Home > Unik > SEJARAH LENGKAP GUS DUR Perjalanan PENDIDIKAN GusDur GURU BANGSA
31.12.09 SEJARAH LENGKAP GUS DUR Perjalanan PENDIDIKAN GusDur GURU BANGSA
Inilah sejarah lengkap Perjalanan pendidikan Gus Dur sang Guru Bangsa. Sebagai insan yang haus akan ilmu pendidikan dan sangat gemar membaca buku, sosok Abdurrahman Wahid patut diteladani sebagai seorang intelektual Islam yang sangat brilian dan banyak membe rikan kontribusi bagi perkembangan keilmuan
di
tanah
air
Indonesia.
Pertama kali belajar, Gus Dur kecil belajar pada sang kakek, K.H.
Hasyim
Asy¶ari. Saat serumah dengan kakeknya, ia diajari mengaji dan membaca al Qur¶an . Dalam usia lima tahun ia telah lancar membaca al-Qur¶an . Pada saat sang ayah pindah ke Jakarta, di samping belajar formal di sekolah, Gus Dur masuk juga mengikuti les privat Bahasa Belanda. Guru lesnya bernama Willem Buhl, seorang Jerman yang telah masuk Islam, yang mengganti namanya dengan
Iskandar .
Untuk men ambah p elajaran Ba hasa Be landa tersebut, Buhl selalu menyajikan musik klasik yang biasa dinikmati oleh orang dewasa. Inilah pertama kali persentuhan Gu Dur d engan dunia Barat dan dari sini pula Gus Dur mulai tertarik dan
mencintai
musik
klasik.
meningkatan kemampuan ahasa Ingr isnya sekaligus untuk menggali inf rmasi, us
ur aktif mendengarkan siaran lewat radi
L ndon . Ketika mengetahui
ahwa
us
V i e
f Amer i a dan
ur pandai dalam
BBC
ahas a Inggis, Pak
Sumatr i seorang guru SMEP yang juga anggota Par tai Komunis -member i buku karya Lenin µ hat is To Be
one¶
.
Pada saat yang sama, anak yang memasuki
masuki masa rema ja ini telah mengenal Plato,Thales, dan sebagainya. kekayaan
inf ormasi
Setamat dar i SMEP Magelang yang
ar i paparan ini tergambar dengan jelas
dan
us
as Kapital -nya Kar l Mar x, filsaf at
keluasan
wawasan
us
ur .
ur melan jutkan bela jarnya di Pesantren Tegare jo
awa Tengah. Pesantren ini diasuh oleh K.H. Chudhar i, sosok kyai
humanis,
memperkenalkan
saleh us
praktek r itual mistik. mengadakan
ziarah
dan
guru
di intai.
Kyai
Chudhar i
inilah
yang
ur dengan r itus -r itus sufi dan menanamkan praktek i bawah bimbingan kyai ini pula, ke
kuburan -kuburan
Pada saat masuk ke pesantren ini,
us
keramat
para
us wali
ur mulai di
awa .
ur membawa seluruh koleksi buku -
bukunya, yang membuat santr i -santr i lain terheran-heran. Pada saat ini pula
us
ur telah mampu menun jukkan kemampuannya dalam berhumor dan berbi ara. alam kaitan dengan yang terakh ir ini ada sebuah kisah menar ik yang patut diungkap dalam paparan ini adalah pada acara imtihan -pesta akbar yang diselenggarakan sebelum puasa pada saat perpisahan santr i yang selesai menamatkan
bela jar-dengan
menyediakan
mendatangkan semua hiburan rakyat, seper ti:
makanan
dan
minuman
dan
amelan, tar ian tradisional, kuda
lumping, jathilan, dan sebagainya. elas, hiburan -hiburan seper ti tersebut di atas sangat tabu bagi dunia pesantren pada umumnya. Akan tetapi itu ada dan ter jadi di
Pesantren
Tegalre jo.
Setelah menghabiskan dua tahun di pesantren Tegalre jo,
us
ur pindah
kembali ke ombang, dan tinggal di Pesantren Tambak Beras. Saat itu usianya mendekati 20 tahun, sehingga di pesantren milik pamannya, K.H. Abdul Fatah, ia men jadi seorang ustadz, dan men j adi ketua keamanan. Pada usia 22 tahun,
us
ur berangkat ke tanah suci, untuk menunaikan ibadah ha ji, yang kemudian diteruskan
ke
Mesir untuk
melan jutkan
studi
di
ni ersitas
al - Azhar .
Per tama kali sampai di Mesir , ia merasa kecewa karena tidak dapat lan gsung masuk dalam
ni ersitas al- Azhar , akan tetapi harus masuk Aliyah (semacam
sekolah persiapan). pela jaran
yang
kebosanan,
us
i sekolah ia merasa bosan, karena harus mengulang mata
telah
ditempuhnya
di
Indonesia.
ntuk
menghilangkan
ur ser ing mengun j ungi perpustakaan dan pusat layanan
inf ormasi Amer ika ( SIS) dan toko-toko buku dimana ia dapat memperoleh buku buku
yang
dikehendaki.
Terdapat kondisi yang menguntungkan saat pemer intahan Presiden
us
ur berada di Mesir , di bawah
amal Abdul Nasr , seora ng nasioonalis yang dinamis,
Kairo men jadi era keemasan kaum intelektual. Kebebasan untuk mengeluarkkan pendapat mendapat per lindungan yang cukup. Pada tahun 1966
us
ur pindah
ke Irak, sebuah negara modern yang memiliki peradaban Islam yang cukup ma ju.
i Irak ia masuk dalam
epar tement of Religion di
tahun 1970. Selama di Baghdad berbeda dengan di Mesir .
us
ni ersitas Bagdad samapi
ur mempunyai pengalaman hidup yang
i kota ser ibu satu malam ini
us
ur mendapatkan
rangsangan intelektual yang tidak d idapatkan di Mesir . Pada waktu yang sama ia kembali bersentuhan dengan buku -buku besar karya sar jana or ientalis Barat. Ia kembali menekuni hobinya secara intensif dengan membaca hampir semua buku yang
ada
i luar dunia kampus,
us
di
ni ersitas.
ur ra ji n mengun jungi makam-makam keramat para
wali, termasuk makam Syekh Abdul
adir al -Jailani, pendir i jamaah tarekat
adir iyah. Ia juga menggeluti a jaran Imam Junaid al -Baghdadi, seorang pendir i aliran tasawuf yang diikuti oleh jamaah N
.
i sinilah
sumber
us
ur me nemukan spir itualitasnya.
Kodisi politik yang ter jadi di Irak, ikut mempengaruhi perkembangan pemikiran politik
us
ur pada saat itu. Kekagumannya pada kekuatan nasionalisme Arab,
khususnya kepada Saddam Husain sebagai salah satu tokohnya, men jadi luntur ketika
syekh
yang
dikenalnya,
Azis
Badr i
tewas
terbunuh.
Selepas bela jar di Baghdad
us
ur bermaksud melan jutkan studinya ke Eropa.
Akan tetapi persyaratan yang ketat, utamanya dalam bahasa -misalnya untuk masuk dalam ka jian klasik di Kohln, harus menguasai bahasa Hebraw, Yunani atau Latin dengan baik di samping bahasa Jerman -tidak dapat dipenuhinya, akhirnya yang dilakukan adalah melakukan kun jungan dan men jadi pela jar keliling,
dar i
satu
uni ersitas
ke
uni ersitas
lainnya.
Pada akhirnya ia menet ap di Belanda selama enam bulan dan mendir ikan Perkumpulan Pela jar Muslim Indonesia dan Malaysia yang tinggal di Eropa. ntuk biaya hidup dirantau, dua kali sebulan ia pergi ke pelabuhan untuk beker ja sebagai pembersih kapal tanker .
us
ur juga sempat per gi ke McGill
ni ersity
di Kanada untuk mempela jar i ka jian -lka jian keislaman secara mendalam.
Namun, akhirnya ia kembali ke Indonesia setelah ter ilhami ber ita -ber ita yang menar ik sekitar perkembangan dunia pesantren. Per jalanan keliling studi Gus ur berakhir pada tahun 1971, ketika ia kembali ke Jawa dan mulai memasuki kehidupan barunya, yang sekaligus sebagai per jalanan
Meski demikian, semangat bela jar Gus 1979 Gus
awal kar iernya.
ur tidak surut. Buktinya pada tahun
ur ditawar i untuk bela jar ke sebuah uni ersitas di Australia guna
mendapatkkan gelar doktor . Akan tetapi maksud yang baik itu tidak dapat dipenuhi, sebab semua promotor tidak sanggup, dan menggangap bahwa Gus ur tidak membutuhkan gelar tersebut. Memang dalam kenyataannya beberapa diser tasi calon doktor dar i Australia justru dikir imkan kepada Gus
ur untuk
dikoreksi, dibimbing yang kemudian diper tahankan di hadapan sidang akademik. republika. Se j angsa
endidi
n
lengkap -
o ok intelek
ang
http://www.republika.co.id/berita/brea king-news/nasional/09/12/31/99128perjalanan-pendidikan-gus-dur Perjalanan Pendidikan Gus Dur Kamis, 31 Desember 2009 07:46 WIB Pertama kali belajar, Gus Dur kecil belajar pada sang kakek, K.H. Hasyim Asy¶ari. Saat serumah dengan kakeknya, ia diajari mengaji dan membaca alQur¶an. Dalam usia lima tahun ia telah lancar membaca al-Qur¶an. Pada saat sang ayah pindah ke Jakarta, di samping belajar formal di sekolah, Gus Dur masuk juga mengikuti les privat Bahasa Belanda. Guru lesnya bernama Willem Buhl, seorang Jerman yang telah masuk Islam, yang mengganti namanya dengan Iskandar. Untuk menambah pelajaran Bahasa Belanda tersebut, Buhl selalu menyajikan musik klasik yang biasa dinikmati oleh orang dewasa. Inilah pertama kali persentuhan Gu Dur dengan dunia Barat dan dari sini pula Gus Dur mulai tertarik dan mencintai musik klasik. Menjelang kelulusannya di Sekolah Dasar, Gus Dur memenangkan lomba karya tulis (mengarang) se-wilayah kota Jakarta dan menerima hadiah dari pemerintah. Pengalaman ini menjelaska n bahwa Gus Dur telah mampu menuangkan gagasan/ide-idenya dalam sebuah tulisan. Karenanya wajar jika pada masa kemudian tulisan-tulisan Gus Dur menghiasai berbagai media massa. Setelah lulus dari Sekolah Dasar, Gus Dur dikirim orang tuanya untuk belajar di Yogyakarta. Pada tahun 1953 ia masuk SMEP (Sekolah Menengah Ekonomi Pertama) Gowongan, sambil mondok di pesantren Krapyak. Sekolah ini meskipun dikelola oleh Gereja Katolik Roma, akan tetapi sepenuhnya menggunakan kurikulum sekuler. Di sekolah ini pula pertama kali Gus Dur belajar Bahasa Inggris. Karena merasa terkekang hidup dalam dunia pesantren, akhirnya ia minta pindah ke kota dan tinggal di rumah Haji Junaidi, seorang pimpinan lokal Muhammadiyah dan orang yang berpengaruh di SMEP. Kegiatan rutinnya, setelah shalat subuh mengaji pada K.H. Ma¶shum Krapyak, siang hari sekolah di SMEP, dan pada malam hari ia ikut berdiskusi bersama dengan Haji Junaidi dan anggota Muhammadiyah lainnya. Ketika menjadi siswa sekolah lanjutan pertama tersebut, hobi membacanya semakin mendapatkan tempat. Gus Dur, misalnya, didorong oleh gurunya untuk menguasai Bahasa Inggris, sehingga dalam waktu satu-dua tahun Gus Dur menghabiskan beberapa buku dalam bahasa Inggris. Di antara buku-buku yang pernah dibacanya adalah karya Ernest Hemingway, John Steinbach, dan William Faulkner. Di samping itu, ia juga membaca sampai tuntas beberapa karya Johan Huizinga, Andre Malraux, Ortega Y. Gasset, dan beberapa karya penulis Rusia, seperti: Pushkin, Tolstoy, Dostoevsky dan Mikhail Sholokov. Gus Dur juga melahap habis beberapa karya Wiill Durant yang berjudul µThe Story of Civilazation¶. Selain belajar dengan membaca buku-buku berbahasa Inggris, untuk meningkatan kemampuan bahasa
Ingrisnya sekaligus untuk menggali informasi, Gus Dur aktif mendengarkan siaran lewat radio Voice of America dan BBC London. Ketika mengetahui bahwa Gus Dur pandai dalam bahasa Inggis, Pak Sumatri-seorang guru SMEP yang juga anggota Partai Komunis-memberi buku karya Lenin µWhat is To Be Done¶ . Pada saat yang sama, anak yang memasuki masuki masa remaja ini telah mengenal Das Kapital-nya Karl Marx, filsafat Plato,Thales, dan sebagainya. Dari paparan ini tergambar dengan jelas kekayaan informasi dan keluasan wawasan Gus Dur. Setamat dari SMEP Gus Dur melanjutkan belajarnya di Pesantren Tegar ejo Magelang Jawa Tengah. Pesantren ini diasuh oleh K.H. Chudhari, sosok kyai yang humanis, saleh dan guru dicintai. Kyai Chudhari inilah yang memperkenalkan Gus Dur dengan ritus-ritus sufi dan menanamkan praktek praktek ritual mistik. Di bawah bimbingan kyai ini pula, Gus Dur mulai mengadakan ziarah ke kuburan-kuburan keramat para wali di Jawa. Pada saat masuk ke pesantren ini, Gus Dur membawa seluruh koleksi buku-bukunya, yang membuat santri-santri lain terheran-heran. Pada saat ini pula Gus Dur telah mampu menunjukkan kemampuannya dalam berhumor dan berbicara. Dalam kaitan dengan yang terakhir ini ada sebuah kisah menarik yang patut diungkap dalam paparan ini adalah pada acara imtihan-pesta akbar yang diselenggarakan sebelum puasa pada saat perpisahan santri yang selesai menamatkan belajardengan menyediakan makanan dan minuman dan mendatangkan semua hiburan rakyat, seperti: Gamelan, tarian tradisional, kuda lumping, jathilan, dan sebagainya. Jelas, hiburan-hiburan seperti tersebut di atas sangat ta bu bagi dunia pesantren pada umumnya. Akan tetapi itu ada dan t erjadi di Pesantren Tegalrejo. Setelah menghabiskan dua tahun di pesantren Tegalrejo, Gus Dur pindah kembali ke Jombang, dan tinggal di Pesantren Tambak Beras. Saat itu usianya mendekati 20 tahun, sehingga di pesantren milik pa mannya, K.H. Abdul Fatah, ia menjadi seorang ustadz, dan menjadi ketua keamanan. Pada usia 22 tahun, Gus Dur berangkat ke tanah suci, untuk menunaikan ibadah haji, yang kemudian diteruskan ke Mesir untuk melanjutkan studi di Universitas al-Azhar. P ertama kali sampai di Mesir, ia merasa kecewa karena tidak dapat langsung masuk dalam Universitas alAzhar, akan tetapi harus masuk Aliyah (semacam sekolah persiapan). Di sekolah ia merasa bosan, karena harus mengulang mata pelajaran yang telah ditempuhnya di Indonesia. Untuk menghilangkan kebosanan, Gus Dur sering mengunjungi perpustakaan dan pusat layanan informasi Amerika (USIS) dan toko-toko buku dimana ia dapat memperoleh buku-buku yang dikehendaki. Terdapat kondisi yang menguntungkan saat Gus Dur berada di Mesir, di bawah pemerintahan Presiden Gamal Abdul Nasr, seorang nasioonalis yang dinamis, Kairo menjadi era keemasan kaum intelektual. Kebebasan untuk mengeluarkkan pendapat mendapat perlindungan yang cukup. Pada tahun 1966 Gus Dur pindah ke Irak, sebuah negara modern yang memiliki peradaban Islam yang cukup maju. Di Irak ia masuk dalam Departement of Religion di Universitas Bagdad sa mapi tahun 1970. Selama di Baghdad Gus Dur mempunyai pengalaman hidup yang berbeda dengan di Mesir. Di kota seribu satu malam ini Gus Dur mendapatkan rangsangan intelektual yang tidak didapatkan di Mesir. Pada waktu yang sama ia kembali bersentuhan dengan buku-buku besar karya sarjana orientalis Barat. Ia kembali menekuni hobinya secara intensif dengan membaca hampir semua buku yang ada
di Universitas. Di luar dunia kampus, Gus Dur rajin mengunjungi makam-makam keramat para wali, termasuk makam Syekh Abdul Qadir al-Jailani, pendiri jamaah tarekat Qadiriyah. Ia juga menggeluti ajaran Imam Junaid al-Baghdadi, seorang pendiri aliran tasawuf yang diikuti oleh jamaah NU. Di sinilah Gus Dur menemukan sumber spiritualitasnya. Kodisi politik yang terjadi di Irak, ikut mempengaruhi perkembangan pemikiran politik Gus Dur pada saat itu. Kekagumannya pada kekuatan nasionalisme Arab, khususnya kepada Saddam Husain sebagai salah satu tokohnya, menjadi luntur ketika syekh yang dikenalnya, Azis Badri tewas terbunuh. Selepas belajar di Baghdad Gus Dur bermaksud melanjutkan studinya ke Eropa. Akan tetapi persyarata n yang ketat, utamanya dalam bahasa-misalnya untuk masuk dalam kajian klasik di Kohln, harus menguasai bahasa Hebraw, Yunani atau Latin dengan baik di samping bahasa Jerman-tidak dapat dipenuhinya, akhirnya yang dilakukan adalah melakukan kunjungan dan menjadi pelajar keliling, dari satu universitas ke universitas lainnya. Pada akhirnya ia menetap di Belanda selama enam bulan dan mendirikan Perkumpulan Pelajar Muslim Indonesia dan Malaysia yang tinggal di Eropa. Untuk biaya hidup dirantau, dua kali sebulan ia pergi ke pelabuhan untuk bekerja sebagai pembersih kapal tanker. Gus Dur juga sempat pergi ke McGill University di Kanada untuk mempelajari kajian-lkajian keislaman secara mendalam. Namun, akhirnya ia kembali ke Indonesia setelah terilhami berita-berita yang menarik sekitar perkembangan dunia pesantren. Perjalanan keliling studi Gus Dur berakhir pada tahun 1971, ketika ia kembali ke Jawa dan mulai memasuki kehidupan barunya, yang sekaligus sebagai perjalanan awal kariernya. Meski demikian, semangat belajar Gus Dur tidak surut. Buktinya pada tahun 1979 Gus Dur ditawari untuk belajar ke sebuah universitas di Australia guna mendapatkkan gelar doktor. Akan tetapi maksud yang baik itu tidak dapat dipenuhi, sebab semua promotor tidak sanggup, dan menggangap bahwa Gus Dur tidak membutuhkan gelar tersebut. Memang dalam kenyataannya beberapa disertasi calon doktor dari Australia justru dikirimkan kepada Gus Dur untuk dikoreksi, dibimbing yang kemudian dipertahankan di hadapan sidang akademik. */kpo