Pelajar Modern & Kuliah Gratis v 001b
Dari Buddha, S.P.A., Al-Khwarizimi hingga MOOCs.
Penyusun: Sunu Pradana ( @sunusaja )
Pada presentasi ini akan dicoba disajikan hal-hal penting dan praktis mengenai belajar di era
Internet. Bagaimana kita bisa memanfaatkan
teknologi yang tersedia untuk meningkatkan mutu proses belajar kita sebagai pribadi.
Semua disajikan dengan bahasa yang sederhana dan disertai contoh-contoh gambar.
“Mari berbagi, karena kita sudah merasakan nikmatnya dibagi” Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
2
Dikarenakan jumlah halaman dokumen ini, maka mohon bersabar untuk membuka halaman demi halaman. Kecepatannya bergantung pada besar memori dan kemampuan prosesor sistem komputer anda.
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
3
Jika membuka dokumen ini dengan aplikasi Evince maka tampilan bisa dipilih untuk mode presentasi ataupun layar penuh, mode yang hampir sama juga bisa dipilih pada aplikasi Adobe Acrobat Reader.
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
4
Disusun menggunakan :
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
5
Sebagian sumber data [Internet] :
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
6
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
7
bel·a·jar v 1 berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu: adik ~ membaca; 2 berlatih: ia sedang ~ mengetik; murid-murid itu sedang ~ karate; 3 berubah tingkah laku atau tanggapan yg disebabkan oleh pengalaman;
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
8
●
●
●
Learning is acquiring new, or modifying existing, knowledge, behaviors, skills, values, or preferences and may involve synthesizing different types of information. The ability to learn is possessed by humans, animals and some machines. Progress over time tends to follow learning curves. Learning is not compulsory; it is contextual. It does not happen all at once, but builds upon and is shaped by what we already know. To that end, learning may be viewed as a process, rather than a collection of factual and procedural knowledge.
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
9
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
10
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
11
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
12
pen·di·dik·an n proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dl usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik;
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
13
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
14
mo·dern /modérn/ 1 a terbaru; mutakhir: pasukan diperlengkapi dng senjata-senjata --; 2 n sikap dan cara berpikir serta cara bertindak sesuai dng tuntutan zaman;
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
15
ku·li·ah 1 n sekolah tinggi: -- guru; 2 n pelajaran yg diberikan di perguruan tinggi: ia memberikan -- di Fakultas Sastra; 3 v mengikuti pelajaran di perguruan tinggi: ia sedang --; 4 v ceramah: -- subuh, ceramah agama yg disampaikan setelah salat subuh; -- kerja belajar sambil praktik (di laboratorium dsb) dng bimbingan dosen; -kerja nyata mempraktikkan ilmu yg diterima di bangku kuliah secara langsung di tengah-tengah masyarakat; -- lapangan kuliah langsung praktik di lapangan yg sesuai dng keahlian bidang ilmu yg dituntut; -- Ramadan ceramah agama yg diberikan pd bulan Ramadan; -- Subuh ceramah agama yg diberikan sehabis salat Subuh; -- umum ceramah tt masalah tertentu yg boleh dihadiri oleh mahasiswa dr berbagai jurusan; ber·ku·li·ah v 1 menerima kuliah; 2 menuntut pelajaran di perguruan tinggi: pagi-pagi ia ~ di IKIP, sore ia mengajar; 3 kl memberi kuliah; mengajar (di perguruan tinggi); me·ngu·li·ahi v mengajari: aku bukan ~ mu, tetapi sekadar menasihatimu agar engkau sadar Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
16
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
17
Internet (kependekan dari interconnection-networking) secara harfiah ialah sistem global dari seluruh jaringan komputer yang saling terhubung menggunakan standar Internet Protocol Suite (TCP/IP) untuk melayani miliaran pengguna di seluruh dunia.
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
18
World Wide Web atau Waring Wera Wanua[rujukan?], biasa lebih terkenal disingkat sebagai WWW adalah suatu ruang informasi yang dipakai oleh pengenal global yang disebut Pengidentifikasi Sumber Seragam untuk mengenal pasti sumber daya berguna. WWW sering dianggap
sama
dengan
Internet
secara
keseluruhan,
walaupun
sebenarnya ia hanyalah bagian daripada Internet.[1]
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
19
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
20
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
21
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
22
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
23
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
24
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
25
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
26
Email Surat elektronik[1] atau pos elektronik [2] (bahasa Inggris: email') adalah sarana kirim mengirim surat melalui jalur jaringan komputer (misalnya Internet).
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
27
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
28
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
29
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
30
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
31
Ilmu atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.[1] Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.[2]
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
32
Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar.[1] Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimeneksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa.
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
33
Physics
(from Greek: φύσις physis "nature") is a branch of science that developed out of
philosophy, and was thus referred to as natural philosophy until the late 19th century - a term describing a field of study concerned with "the workings of nature". Currently, physics is traditionally defined as the study of matter, energy, and the relation between them. Physics is, in some senses, the oldest and most basic pure science; its discoveries find applications throughout the natural sciences, since matter and energy are the basic constituents of the natural world. The other sciences are generally more limited in their scope and may be considered branches that have split off from physics to become sciences in their own right. Physics today may be divided loosely into classical physics and modern physics.
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
34
Secara sederhana dapat dikatakan pada awalnya semua pertanyaan-pertanyaan manusia mengenai diri dan lingkungan sekitarnya dihimpun dalam Filsafat. Namun lambat laun pembahasan semakin meluas dan membutuhkan penelaahan yang lebih dalam untuk tiap bagian, untuk itu himpunan pengetahuan dibagi-bagi menjadi bagian yang lebih kecil. Ilmu-ilmu cabang ini lalu berdiri sendiri dan berkembang terus menerus hingga sekarang. Dengan kerumitan ilmu-ilmu seperti sekarang ini akan mudah bagi seorang manusia dan bahkan masyarakat untuk kehilangan pemahaman tujuan awal dari ilmu pengetahuan yaitu kebijaksanaan.
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
35
Manusia
sedari
dulu
selalu
bertanya-tanya
tentang
banyak
hal.
Kita
menyebutnya sebagai manusia yang berpikir. Manusia berpikir tentang tubuhnya, tentang tanaman dan hewan di sekitarnya, tentang bebatuan, tentang air, tentang gerak benda-benda. Manusia berpikir tentang hartanya tetapi manusia juga bahkan berpikir tentang jiwanya (nyawanya). Manusia berpikir tentang hal-hal yang dapat diamati oleh mata maupun pendengarannya. Manusia juga berpikir tentang hal-hal yang tidak dapat diamati langsung oleh panca indranya tanpa alat bantu. Manusia bahkan berpikir tentang udara dan jiwa.
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
36
Untuk memudahkan pengembangan ilmu pengetahuan maka kita sekarang mengenal ilmu-ilmu semacam Fisika, Matematika, Biologi. Bahkan sekarang ilmu-ilmu itu pun dipecah-pecah lagi ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil (terspesialisasi). Dahulu kesemuanya adalah bagian dari Ilmu Filsafat. Dalam dunia modern ini mudah untuk melupakan bahwa segala kerumitan dalam pengembangan sains awalnya tak lain adalah upaya untuk menjawab berbagai pertanyaan manusia. Lebih dari itu kita mencari apa yang dinamakan pencerahan, menuju kebijaksanaan. Sepanjang sejarah, diakui oleh sebagian besar manusia bahwa ada orang-orang yang disebut sebagai orang bijak. Mereka adalah orang yang dianggap bijaksana karena telah mendapat pencerahan.
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
37
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
38
Mereka yang tercerahkan ini adalah mereka yang berusaha sangat giat untuk melakukan oleh pikir. Mereka meresapi fenomena yang terjadi dalam kehidupan manusia maupun fenomena alam semesta. Misalnya di Timur kita mengenal Siddhārtha Gautama atau lebih terkenal sebagai Buddha.
sumber gambar: http://www.dangerouscreation.com/
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
39
Buddha (Sanskerta: बुद्ध berarti. Mereka yang Sadar, Yang mencapai pencerahan sejati. dari perkataan Sanskerta: "Budh", untuk mengetahui) merupakan gelar kepada individu yang menyadari potensi penuh mereka untuk memajukan diri dan yang berkembang kesadarannya. Dalam penggunaan kontemporer, ia sering digunakan untuk merujuk Siddharta Gautama, guru agama dan pendiri Agama Buddha (dianggap "Buddha bagi waktu ini"). Dalam penggunaan lain, ia merupakan tarikan dan contoh bagi manusia yang telah sadar. Penganut Buddha tidak menganggap Siddharta Gautama sebagai sang hyang Buddha pertama atau terakhir. Secara teknis, Buddha, seseorang yang menemukan Dharma atau Dhamma yang bermaksud: Kebenaran; perkara yang sebenarnya, akal budi, kesulitan keadaan manusia, dan jalan benar kepada kebebasan melalui Kesadaran, datang selepas karma yang bagus (tujuan) dikekalkan seimbang dan semua tindakan buruk tidak mahir ditinggalkan. sumber gambar: http://articles.latimes.com/
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
40
Di Barat (Eropa) yang paling terkenal hingga saat ini adalah trio Socrates, Plato, Aristoteles. Untuk memudahkan mengingatnya kita bisa menyingkat nama mereka sebagai SPA.
sumber gambar: http://geniussquared.com/
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
41
Aristoteles adalah murid Plato, Socrates adalah guru dari Plato. Begitulah zaman dahulu pengetahuan dan kebijaksanaan diwariskan dan dikembangkan dari “mulut-ke-mulut”.
Plato & Aristoteles sumber gambar: http://laroucheplanet.info/
sumber gambar: dreamstime.com
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
42
Tidak boleh dilupakan pula pencapaian kebijaksanaan oleh para ilmuwan Arab & Islam seperti Muḥammad bin Mūsā al-Khawārizmī (Arab: )محمد بن موسى الخوارزمي. Ia adalah seorang ahli matematika, astronomi, astrologi, dan geografi yang berasal dari Persia. Lahir sekitar tahun 780 di Khwārizm (sekarang Khiva, Uzbekistan) dan wafat sekitar tahun 850 di Baghdad. Hampir sepanjang hidupnya, ia bekerja sebagai dosen di Sekolah Kehormatan di Baghdad Buku pertamanya, al-Jabar, adalah buku pertama yang membahas solusi sistematik dari linear dan notasi kuadrat. Sehingga ia disebut sebagai Bapak Aljabar. Translasi bahasa Latin dari Aritmatika beliau, yang memperkenalkan angka India, kemudian diperkenalkan sebagai Sistem Penomoran Posisi Desimal di dunia Barat pada abad ke 12. Ia merevisi dan menyesuaikan Geografi Ptolemeus sebaik mengerjakan tulisan-tulisan tentang astronomi dan astrologi.
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
43
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
44
Setelah menyebutkan sebagian kecil orang-orang bijak zaman dahulu, menarik untuk mengetahui bagaimana mereka belajar dan mewariskan apa yang telah mereka capai. Metoda yang dipakai Socrates adalah dengan bertanya dan berdiskusi. Konon ia gemar sekali berkeliling pasar dan mengajukan sejumlah pertanyaan kepada setiap orang yang ia jumpai. Tentu saja tak semua pertanyaannya mudah untuk dijawab dan bahkan beberapa pertanyaannya dianggap berbahaya. Kadang pertanyaannya menginggung perasaan orang-orang penting dan berkuasa di zamannya. Orang-orang di daerah Socrates zaman itu mengganggap Socrates membahayakan kelangsungan kekuasaan dan kenyamanan hidup mereka. Mereka lalu memutuskan untuk menghukum mati Socrates dengan cara memaksanya meminum racun. Ia dituduh mengkorupsi pemikiran generasi muda dengan meracuni pikiran mereka. Bertahun-tahun kemudian, setelah ia mati, keadaan berbalik dan orang banyak mengakui kecerdasan dan kebijaksanaannya. Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
45
Socrates, Plato and Aristotle, Felt tip pen, Edding and fineliner on paper Detail from the picture: "Portrait painter: Cover of the picturebook" (Colored illustration) sumber gambar : http://www.martin-missfeldt.com/
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
46
sumber gambar: dreamstime.com
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
47
Akademi Platonik Akademi (Yunani Kuno: Ἀκαδήμεια) didirikan oleh Plato pada tahun 387 SM di Athena. Aristoteles belajar di akademi Plato selama dua puluh tahun (367 BC - 347 SM) sebelum ia mendirikan sekolahnya sendiri. Akademi ini berdiri selama periode Helenistik, hingga kematian Philo dari Larissa tahun 83 SM. Filsuf-filsuf masih terus mengajarkan filsafat Plato di Athena pada masa kekuasaan Romawi. Pada tahun 410, akademi kembali didirikan sebagai pusat neoplatonisme. Akademi Neoplato ditutup oleh Kaisar Yustinianus I pada tahun 529.
Plato's academy, mosaic from Pompeii.
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
48
The School of Athens by Raphael (1509–1510), fresco at the Apostolic Palace, Vatican City.
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
49
Menurut beberapa sumber, pengajaran yang dilakukan oleh Siddhārtha Gautama
Buddha tak berbeda dengan kelaziman pada zamannya yaitu dengan tatap muka. Informasi kemudian disebarkan dari “mulut-ke-mulut”.
sumber gambar: http://sgforums.com/forums/1728/topics/201378
sumber gambar: buddhanet.net
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
50
Pola penyampaian informasi, ilmu dan kebijaksanaan dengan menggunakan tutur kata adalah cara utama sebelum ditemukannya cara dan media penyampaian massal seperti kertas dan mesin cetak. Pola khas dari cara ini adalah pemberi (pengajar/guru) dan penerima (murid) harus bertemu, berada di tempat yang sama.
sumber gambar: pastorcraigsermonblog.blogspot.com
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
51
sumber gambar: blogs.skillsoft.com
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
52
sumber gambar: lostmotorcycles.blogspot.com
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
53
sumber gambar: ericwestbrook.com
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
54
sumber gambar: markthedifference.blogspot.com
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
55
sumber gambar: thebeaveronline.co.uk
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
56
Begitulah, pada zaman itu seseorang yang ingin belajar (menjadi pelajar) harus pergi berguru kepada seorang bijak. Si murid biasanya datang ke tempat sang guru berada dan berinteraksi langsung dengannya. Misalnya Aristoteles pergi berguru kepada Plato selama dua puluh tahun lamanya.
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
57
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
58
Untuk menyimpan pengetahuan, untuk menyebarkan pengetahuan lebih luas maka manusia kemudian memanfaatkan sarana yang kita kenal sebagai buku.
sumber gambar: arthistory.upenn.edu
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
59
Awalnya buku adalah benda yang mahal dan langka karena menggunakan kulit binatang (domba) sebagai media tulis.
Kata kunci untuk pencarian dengan Google: parchment, sheep, manuscript
sumber gambar: http://fridaymorningbookclub.com/
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
60
The Making of a Medieval Book ©J. Paul Getty Trust
Writing After the surface had been prepared, the parchment was ruled, usually with leadpoint or colored ink. In this prayer book, you can see the ruling in red ink. Ruling lines helped the scribe to write evenly and were part of the design of the page. The scribe wrote with a quill pen made from the feather of a goose or swan. The end of the feather was cut to form the writing nib. A slit cut into the middle of the nib allowed the ink to flow smoothly to the tip of the pen. The appearance of the script—whether rounded or angular, dense or open—was partly dependent upon the shape and the angle of the nib.
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
61
The Making of a Medieval Book ©J. Paul Getty Trust
Illumination Illumination, from the Latin illuminare, "to light up or illuminate," describes the glow created by the colors, especially gold and silver, used to embellish manuscripts. In making an illumination, the artist first made an outline drawing with leadpoint or quill and ink. Next, he or she painted the areas to receive gold leaf with a sticky substance such as bole (a refined red clay) or gum ammoniac (sap). The gold leaf was then laid down and burnished, or rubbed, to create a shiny surface, which sparkles as the pages are turned. Finally, the illuminator applied paints that were made from a wide variety of coloring agents: ground minerals, organic dyes extracted from plants, and chemically produced colorants. These pigments were usually mixed with egg white to form a kind of paint called tempera. The deep blue of this illumination was probably made from crushed stone, while the background is a solid mass of shining gold leaf. Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
62
The Making of a Medieval Book ©J. Paul Getty Trust
Binding Once the writing and illuminating had been completed, the parchment sheets were folded and nested into groups called gatherings. The gatherings were ordered in their proper sequence and sewn together onto cords or leather thongs that served as supports. Once the sewing was finished, the ends of the supports were laced through channels carved into the wooden boards that formed the front and back covers of the book. The binding was usually then covered in leather or a decorative fabric. This binding's most stunning ornamentations are the metal corner pieces and raised medallions that would protect the binding as it rested on a surface. The dyed parchment pieces inset into the central medallion were once brightly colored yellow, green, and blue, creating a stained-glass-window effect on the covers of the manuscript.
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
63
http://www.getty.edu/art/exhibitions/making/ Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
64
sumber gambar: http://futureofthebook.com/
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
65
Dengan dimilikinya kemampuan untuk menulis naskah-naskah dan buku-buku maka penyebaran pengetahuan bisa lebih luas, tetapi ini pun bukan tanpa tantangan. Permasalahan dengan naskah dan buku-buku yang menggunakan kulit hewan sebagai media tulis adalah mengenai biaya, kerumitan dan waktu pengerjaan. Kaum Arab Muslim di Baghdad lebih beruntung, mereka telah menguasai penggunaan kertas. Buku-buku yang dibuat dengan kertas membutuhkan biaya yang lebih sedikit, dan waktu pengerjaan yang lebih cepat. Buku-buku yang telah selesai diperbanyak dapat lebih cepat untuk langsung dijual di toko-toko dan disebar ke seluruh penjuru negeri.
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
66
The House of Wisdom (Arabic: ;ب يت الحكمةBayt Ul-Hikma) was a library and translation institute established in Abbasid-era Baghdad,Iraq.[1] It was a key institution in the Translation Movement and considered to have been a major intellectual centre during the Islamic Golden Age. The House of Wisdom was a society founded by Caliph Harun al-Rashid and culminating under his son al-Ma'mun, who reigned from 813–833 AD and is credited with its institution. AlMa'mun is also credited with bringing many well-known scholars to share information ideas and culture in the House of Wisdom. Based in Baghdad from the 9th to 13th centuries, many of the most learned Muslim scholars were part of this excellent research and educational institute. It had the dual purpose of translating books from other languages to Arabic and also of the preservation of translated books.[2] During the reign of al-Ma'mun, observatories were set up, and the House was an unrivalled center for the study of humanities and for science in medieval Islam, including mathematics, astronomy, medicine, alchemy and chemistry, zoology and geography and cartography. Drawing on Greek, Persian and Indian texts—including those of Pythagoras, Plato, Aristotle, Hippocrates, Euclid, Plotinus,Galen, Sushruta, Charaka, Aryabhata and Brahmagupta—the scholars accumulated a great collection of world knowledge, and built on it through their own discoveries.
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
67
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
68
sumber gambar: http://www.allposters.com/
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
69
Exactly how paper made its way further westward from Samarkand is not known. By 794, however, there was a paper mill in Baghdad, and similar factories could soon be found in every Muslim country. Papyrus swiftly fell into oblivion. Paper became so common that Cairo grocers of the eleventh century used it to wrap their customers’ purchases, just like many of the products in today’s supermarkets. More to the point, the advent of paper lowered the price of books so drastically that public and private libraries soon became common throughout the Islamic world. Schools – and bookshops – began to proliferate, and in all likelihood the literacy rate climbed. In the Chester Beatty Library in Dublin, for example, there is a religious manuscript copied out by a 13th-century metalworker from Mosul – a simple craftsman – for his own use.
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
70
Chinese papermakers in Samarkand sumber gambar: http://islamic-arts.org/
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
71
Christian Europe, meanwhile, did not have an important center of papermaking until the middle of the 12th century, a key reason why even the important monastic libraries in Western Europe possessed collections numbering only in the hundreds of books at a time when the great Muslim libraries could boast of having tens or hundreds of thousands – and why no European equivalent of the Mosul manuscript is ever likely to be found.
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
72
The first really outstanding library in the Islamic world was the one associated with the famous Bait al-Hikma, or House of Wisdom, in Baghdad (See Aramco World, May-June 1982). According to tradition, the House of Wisdom was founded in 830 by the Abbasid caliph al-Ma’mun, although a government-supported library probably existed in the city in the previous century. The distinguished Arab-American historian Philip K. Hitti described the House of Wisdom as “a combination library, academy and translation bureau which in many respects proved the most important educational institution since the foundation of the Alexandrian Museum” some 1100 years before.
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
73
At the House of Wisdom, scholars of many nationalities and religions translated into Arabic, Greek, Persian and Indian works on mathematics, logic, astronomy, philosophy and the exact sciences, and wrote commentaries on those texts as well as original works of their own. In addition to those scientific works, the institute’s library would have housed Korans and collections of Hadith; books on Islamic jurisprudence and theology; collections of poetry; works on genealogy, history, geography and grammar; reference works; and books of proverbs, fables, anecdotes, witticisms and the like. With some differences of emphasis, books on these subjects formed the core of all the great library collections of the medieval Islamic world.
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
74
In Muslim Spain, the most celebrated library was that of Cordova; it was the pride and joy of Caliph al-Hakam II al-Mustansir (961-976), himself a scholar of no small reputation. Al-Hakam sent book-buyers to Alexandria, Damascus and Baghdad, and employed large numbers of scribes, calligraphers and bookbinders. His library is said to have contained more than 400,000 books, whose titles filled a 44-volume catalogue. In comparison, the royal library of Fatimid Cairo, founded by Caliph al-’Aziz (975-996), is supposed to have housed some 200,000 volumes, including some 2400 illuminated Korans and an autograph copy of al-Tabari’s History of the Messengers and Kings. This library was later incorporated into a House of Wisdom established in Cairo by al-’Aziz’s successor, al-Hakim (996-1021). According to the historian al-Maqrizi, the collection of the House of Wisdom of Fatimid Cairo was open “to everyone, without distinction of rank, who wished to read or consult any of the books.” Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
75
sumber gambar: http://islamic-arts.org/
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
76
sumber gambar: http://islamic-arts.org/
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
77
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
78
Penggunaan kertas untuk menggantikan kulit hewan sebagai media tulis, meningkatkan efisiensi upaya penyalinan sebuah buku. Namun demikian waktu dan tenaga yang dikeluarkan masih dirasa cukup banyak hingga mendorong untuk ditemukaannya masin cetak. Mesin ini menggantikan peran para penyalin buku.
sumber gambar: http://etc.usf.edu/clipart/11300/11358/gutenberg_11358.htm
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
79
Johannes
Gutenberg’s
printing
press
was
completed in 1440, which allowed for a mass production and distribution of books. Science, arts and religion became more readily available due to this invention. The printing press used ink, which rolled over the raised surfaces of moveable handset block letters which was then pressed on a piece of paper. This process was less expensive which allowed for more people to benefit from this. It was the beginning of a revolution for writing, which allowed us to be where we are today.
sumber: http://www.ourstory.com/thread.html?t=542786
Sources "Johannes Gutenberg - Printing Press." Inventors. Web. 07 Sept. 2011. .
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
80
sumber gambar: http://retinart.net/beautiful-things/gutenberg-book-changed-world/
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
81
Dengan bertambahnya jumlah mesin cetak, maka jumlah persediaan buku meningkat. Semakin banyak banyak orang yang memiliki akses untuk membaca buku. Kemudian hari semakin banyak orang yang akhirnya mampu membeli dan memiliki sendiri buku yang diinginkannya. Dengan adanya mesin cetak dan buku-buku, terjadi perubahan pola belajar pada manusia. Dengan buku dan media cetak lainnya, seorang yang ingin belajar (atau paling tidak ingin mengetahui sesuatu) tidak lagi mutlak perlu mendatangi lokasi sang guru. Dalam banyak kesempatan, si pelajar cukup membaca buku-buku atau media cetak lainnya.
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
82
Dengan penyebaran buku (tercetak) manusia pun dapat dengan lebih mudah mengembangkan ilmu pengetahuan. Seseorang dapat dengan lebih mudah mempelajari suatu pengetahuan baru yang ditemukan orang lain lewat buku. Kemudian pengetahuan yang baru didapat dari buku tersebut dapat dengan lebih cepat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan dan keadaan sekitar si pelajar. Dengan menggunakan buku sebagai sumber belajar maka si pelajar bisa menyesuaikan waktu belajarnya sendiri. Tidak lagi perlu datang ketempat si orang bijak dan mengikuti pengaturan waktunya. Begitu kuatnya pengaruh buku cetak bagi peradaban sehingga teknologinya terus menerus dikembangkan, bahkan hingga saat ini. Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
83
sumber gambar: xsophiestimetravelblogx.wordpress.com
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
84
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
85
Dengan semakin murahnya harga perangkat elektronik, semakin besarnya kemempuan produsen, dan semakin luasnya jangkauan distribusi barang maka era buku elektronik menjadi sebuah konsekuensi yang logis. Secara sederhana buku elektronik adalah lembaran-lembaran tulisan dan gambar yang dibaca dengan perangkat elektronik. Biasanya berupa komputer PC, laptop, tablet bahkan telepon genggam. Dengan semakin majunya teknologi, buku elektronik juga bisa diisi dengan tayangan animasi, audio bahkan video. Buku elektronik dalam bentuk paling primitif bisa berupa sebuah plain text. Tetapi sekarang umumnya dalam bentuk file berformat PDF, doc, epub maupun mobi.
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
86
Contoh situs download buku sekolah elektronik:
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
87
Contoh situs download buku sekolah elektronik http://bse.kemdiknas.go.id/:
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
88
Contoh aplikasi pembaca dokumen dan buku di Android:
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
89
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
90
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
91
History of education Presumably every generation, since the beginning of human existence, somehow passed on its stock of values, traditions, methods and skills to the next generation. [1] The passing on of culture is also known as enculturation and the learning of social values and behaviours is socialization. The history of the curricula of such education reflects history itself, the history of knowledge, beliefs, skills and cultures of humanity.[2][3] As the customs and knowledge of ancient civilizations became more complex, many skills were passed down from a person skilled at the job - for example in animal husbandry, farming, fishing, food preparation, construction, military skills. Oral traditions were central in societies without written texts.[4] Literacy in preindustrial societies was associated with civil administration, law, long distance trade or commerce, and religion.[5] A formal schooling in literacy was provided to an elite group either at religious institutions or at the palaces of the rich and powerful.
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
92
School The concept of grouping students together in a centralized location for learning has existed since Classical antiquity. Formal schools have existed at least since ancient Greece (see Academy), ancient Rome (see Education in Ancient Rome) ancient India (see Gurukul), and ancient China (see History of education in China). The Byzantine Empire had an established schooling system beginning at the primary level. According to Traditions and Encounters, the founding of the primary education system began in 425 AD and "... military personnel usually had at least a primary education ...". The sometimes efficient and often large government of the Empire meant that educated citizens were a must. Although Byzantium lost much of the grandeur of Roman culture and extravagance in the process of surviving, the Empire emphasized efficiency in its war manuals. The Byzantine education system continued until the empire's collapse in 1453 AD.[4]
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
93
Islam was another culture that developed a school system in the modern sense of the word. Emphasis was put on knowledge, which required a systematic way of teaching and spreading knowledge, and purpose-built structures. At first, mosques combined both religious performance and learning activities, but by the 9th century, the Madrassa was introduced, a proper school that was built independently from the mosque. They were also the first to make the Madrassa system a public domain under the control of the Caliph. The Nizamiyya madrasa is considered by consensus of scholars to be the earliest surviving school, built towards 1066 AD by Emir Nizam Al-Mulk.
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
94
In Europe, universities emerged during the 12th century; here, scholasticism was an important tool, and the academicians were called schoolmen. During the Middle Ages and much of the Early Modern period, the main purpose of schools (as opposed to universities) was to teach the Latin language. This led to the term grammar school, which in the United States informally refers to a primary school, but in the United Kingdom means a school that selects entrants based on ability or aptitude. Following this, the school curriculum has gradually broadened to include literacy in the vernacular language as well as technical, artistic, scientific and practical subjects.
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
95
Seiring bertambahnya kemampuan daya pikir kolektif manusia maka bertambah pula jumlah pengetahuan yang dikumpulkan dalam bentuk ilmu. Ilmu pengetahuan semakin luas tetapi pada saat yang sama juga semakin mendalam, semakin kompleks. Perlu dicari cara agar suatu generasi mampu mewariskan pengetahuan yang sudah dihimpun kepada generasi berikutnya secara efektif. Di sisi lain ilmu pengetahuan perlu secara terus menerus dipelihara, diuji dan dikembangkan. Sering kali untuk memahami suatu hal diperlukan beberapa generasi yang terus menerus mempelajarinya. Ini artinya untuk tiap generasi perlu dilatih ilmuwan-ilmuwan baru sebagai penerus.
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
96
Kebutuhan untuk menyampaikan pengetahuan dari generasi ke generasi berikutnya dan kebutuhan untuk menlatih para ilmuwan baru menuntun kepada apa yang sekarang kita sebut sebagai sekolah. Sekolah adalah suatu sistem yang disusun dan dibangun untuk menjawab setidaknya dua kebutuhan mendasar bagi ilmu pengetahuan tersebut. Di belakang hari, sebagai mana banyak hal lainnya dalam kehidupan manusia, pendidikan tidak hanya melayani ilmu pengetahuan semata. Pendidikan kemudian berkaitan erat dengan aspek ekonomi, aspek politik dan aspek sosial lainnya. Pendidikan digunakan untuk melatih manusia-manusia baru sebagai tenaga kerja. Untuk membangun sistem ekonomi yag baik, dirasa perlu untuk mencari cara melatih pekerja dengan cepat dan murah. Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
97
Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa / murid di bawah pengawasan guru. Sebagian besar negara memiliki sistem pendidikan formal, yang umumnya wajib. Dalam sistem ini, siswa kemajuan melalui serangkaian sekolah. Nama-nama untuk sekolah-sekolah ini bervariasi menurut negara … , tetapi umumnya termasuk sekolah dasar untuk anak-anak muda dan sekolah menengah untuk remaja yang telah menyelesaikan pendidikan dasar.
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
98
Selain sekolah-sekolah inti, siswa di negara tertentu juga mungkin memiliki akses dan mengikuti sekolah-sekolah baik sebelum dan sesudah pendidikan dasar dan menengah. TK atau pra-sekolah menyediakan sekolah beberapa anak-anak yang sangat muda (biasanya umur 3-5 tahun). Universitas, sekolah kejuruan, perguruan tinggi atau seminari mungkin tersedia setelah sekolah menengah. Sebuah sekolah mungkin juga didedikasikan untuk satu bidang tertentu, seperti sekolah ekonomi atau sekolah tari. Alternatif sekolah dapat menyediakan kurikulum dan metode non-tradisional. Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
99
Kata sekolah berasal dari Bahasa Latin: skhole, scola, scolae atau skhola yang memiliki arti: waktu luang atau waktu senggang, dimana ketika itu sekolah adalah kegiatan di waktu luang bagi anak-anak di tengah-tengah kegiatan utama mereka, yaitu bermain dan menghabiskan waktu untuk menikmati masa anak-anak dan remaja. Kegiatan dalam waktu luang itu adalah mempelajari cara berhitung, cara membaca huruf dan mengenal tentang moral (budi pekerti) dan estetika (seni). Untuk mendampingi dalam kegiatan scola anak-anak didampingi oleh orang ahli dan mengerti tentang psikologi anak, sehingga memberikan
kesempatan
yang
sebesar-besarnya
kepada
anak
untuk
menciptakan sendiri dunianya melalui berbagai pelajaran di atas. Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
100
Saat ini, kata sekolah berubah arti menjadi: merupakan bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran.
Primary School in "open air". Teacher with class, from the outskirts of Bucharest, around 1842.
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
101
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
102
Mudah bagi kita untuk menyangka bahwa pola pendidikan dengan sekolah sebagai sentralnya adalah satu-satunya cara yang paling benar. Terutama jika kita berargumen bahwa pola pendidikan ini telah menghasilkan sejumlah besar professor dan ilmuwan. Tetapi kembali kepada tujuan dasarnya pendidikan bukanlah sekedar bertujuan untuk menghasilkan professor ataupun tenaga akademik lainnya. Pendidikan adalah upaya untuk memuliakan manusia, mengembangkan akal pikirnya untuk berbeda dengan binatang di muka bumi. Selain itu pendidikan adalah untuk semua manusia sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya. Pendidikan melayani dan mengembangkan semua potensi baik pada diri manusia.
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
103
Ada banyak permasalahan pendidikan yang dialami sistem yang semata-mata mengandalkan persekolahan konvensional sebagai ujung tombak. Seluruh permasalahan itu diluar dari cakupan pembahasan dokumen ini. Namun ada beberapa yang bisa disebutkan yang akan menjadi alasan dikembangkannya metode dan sarana pengajaran dan pendidikan alternatif: ●
Keterbatasan penyebaran lokasi sekolah dan akses fisik siswa
●
Minat dan potensi siswa
●
Preferensi pola belajar siswa
●
Pengaturan waktu belajar siswa
●
Pengetahuan, kondisi dan dedikasi pengajar
●
Sistem administrasi sekolah
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
104
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
105
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
106
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
107
click here:https://www.youtube.com/watch?v=zDZFcDGpL4U
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
108
Dalam presentasinya yang menarik Sir Ken Robinson mengemukakan beberapa permasalahan dengan pola pendidikan publik yang ada sekarang ini. Dua yang alternatif solusinya dapat diungkapkan di dokumen ini adalah bagimana membiarkan
siswa
untuk
belajar
secara
mandiri
mengikuti
dan
mengembangkan minat bakatnya dan bagaimana menjadikan proses belajar itu menjadi suatu proses yang menyenangkan dan menarik.
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
109
Homeschooling or homeschool (also called home education or home based learning) is the education of children at home, typically by parents or by tutors, rather than in other formal settings of public or private school. Although prior to the introduction of compulsory school attendance laws, most childhood education occurred within the family or community,[1] homeschooling in the modern sense is an alternative in developed countries to attending public or private schools. Homeschooling is a legal option for parents in many countries, allowing them to provide their children with a learning environment as an alternative to public or private schools outside the home. Parents cite numerous reasons as motivations to homeschool their children. The three reasons that are selected by the majority of homeschooling parents in the United States are concern about the school environment, to provide religious or moral instruction, and dissatisfaction with academic instruction at public and private schools. Homeschooling may also be a factor in the choice of parenting style. Homeschooling can be an option for families living in isolated rural locations, living temporarily abroad, to allow for more traveling, while many young athletes and actors are taught at home. Homeschooling can be about mentorship and apprenticeship, where a tutor or teacher is with the child for many years and then knows the child very well. Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
110
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
111
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
112
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
113
Salah satu permasalahan dengan metode belajar tatap muka di sekolah adalah bahwa sering kali hal itu membosankan. Bertatap muka, pengajar bercerita adalah pola penyampaian yang sudah berlangsung ratusan tahun, jauh sebelum era gangguan perangkat elektronik dan candu digital seperti sekarang ini. Zaman itu belum ada bioskop, televisi, apalagi YouTube. Belum ada XBOX, PlayStation maupun game-game di perangkat telepon. Era multimedia belum lahir saat itu. Beberapa upaya untuk menjadikan proses belajar menyenangkan dengan audiovisual & multimedia telah dilakukan seiring dengan peningkatan kemampuan perangkat dan sistem teknologi. Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
114
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
115
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
116
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
117
Era awal booming multimedia dikenali dengan istilah CBT (Computer-Based Training). Umumnya era ini ditandai dengan semakin banyaknya informasi yang disampaikan melalui video. Siswa dapat belajar mandiri dengan menggunakan perangkat komputer. Yang diperlukan hanyalah CD player ataupun DVD player. Tidak diperlukan koneksi ke jaringan lokal (intranet) ataupun ke jaringan yang lebih besar (internet). Cara belajar ini tidak memerlukan koneksi Internet karena tidak memerlukan kegiatan interaktif.
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
118
E-learning includes all forms of electronically supported learning and teaching, including Edtech. The information and communication systems, whether networked learning or not, serve as specific media to implement the learning process.[1] This often involves both out-of-classroom and in-classroom educational experiences via technology, even as advances continue in regard to devices and curriculum. Abbreviations like CBT (Computer-Based Training), IBT (Internet-Based Training) or WBT (Web-Based Training) have been used as synonyms to e-learning. E-learning is the computer and network-enabled transfer of skills and knowledge. Elearning applications and processes include Web-based learning, computer-based learning, virtual education opportunities and digital collaboration. Content is delivered via the Internet, intranet/extranet, audio or video tape, satellite TV, and CD-ROM. It can be self-paced or instructor-led and includes media in the form of text, image, animation, streaming video and audio.
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
119
Dengan perkembangan jaringan komunikasi elektronik, maka setidaknya dua perusahaan CBT telah memanfaatkan Internet. Bukan hanya sebagai sarana promosi dan pemasaran tetepi juga sudah menggunakan Internet sebagi media transfer bahan pelajaran (content delivery).
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
120
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
121
Berbeda dengan sekolah konvensional, yang lazim disebut brick-and-mortar school, maka sekolah Internet tidak memiliki gedung khusus. Sekolah ini bisa berada di bangunan kayu atau bangunan beton. Bisa berlangsung di dalam ruangan berpendingin atau di pinggir jalan.
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
122
link: http://www.ted.com/talks/sugata_mitra_the_child_driven_education.html
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
123
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
124
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
125
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
126
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
127
spacemart.com
trust.org
businessinsider.com
news.bbc.co.uk
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
128
digitalopportunity.org
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
129
saharareporters.com
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
130
sampabon.wordpress.com
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
131
Dalam batasan pembahasan kali ini secara sederhana belajar dengan menggunakan Internet dapat dibagi menjadi dua bagian. Pertama adalah belajar secara bebas tanpa tata urutan tertentu (tidak terstruktur) dan yang kedua adalah cara belajar yang terstruktur. Pola belajar yang pertama biasanya didasari atas kebutuhan informasi tertentu, bisa berasal dari rasa ingin tahu atau ada pemicu dari lingkungan sekitarnya. Misalnya seseorang yang ingin mengetahui infomasi mengenai pemeliharaan kesehatan jantung, bisa langsung mencari informasi spesifik yang dibutuhkan.
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
132
Pola belajar yang kedua adalah pola belajar yang terstruktur, sederhananya ini mirip dengan pola belajar di sekolah konvensional. Ilmu dipelajari secara berurutan, teratur berdasarkan pemahaman dan pengalaman para pendahulu. Misalnya sebelum mempelajari kalkulus, seorang pelajar akan terlebih dahulu mempelajari aritmatika lalu kemudian aljabar. Cara belajar yang berurutan ini penting karena pada beberapa bagian dari ilmu pengetahuan, untuk bisa memahami suatu bagian maka dianggap perlu untuk sebelumnya sudah memahami bagian yang lain. Bagian yang yang perlu dipelajari
terlebih
dahulu
ini
sering
kali
disebut
sebagai
prasyarat
(prerequisite).
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
133
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
134
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
135
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
136
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
137
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
138
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
139
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
140
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
141
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
142
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
143
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
144
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
145
Untuk mengakses penuh mind-map mengenai belajar mandiri via Inernet ini, silahkan menggunakan (klik) link berikut: Belajar mandiri via Internet mind-map
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
146
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
147
Salah satu kendala dalam menggunakan Internet bagi sebagian pelajar adalah masalah bahasa pengantar. Banyak sekali bahan pelajaran yang bagus yang disampaikan dalam bahasa Inggris atau bahasa dunia lainnya. Selain karena faktor bahasa internasional juga disebabkan untuk sains dan teknologi negaranegara yang dikenal sebagai negara maju adalah negara-negara yan aktif dan unggul dalam mengembangkan IPTEK. Kita sebagian besar masih mengekor dan belajar dari mereka, entah mau diakui ataupun tidak. Solusi dari tantangan ini adalah dengan menggunakan kamus. Baik berupa buku kamus maupun kamus elektronik. Kamus yang disediakan secara online pun sekarang sudah sangat mudah untuk dipergunakan. Satu yang paling dikenal adalah Google Translate.
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
148
Contoh beberapa aplikasi penterjemah/kamus pada Android
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
149
http://translate.google.com
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
150
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
151
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
152
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
153
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
154
A massive open online course (MOOC) is a type of online course aimed at large-scale participation and open access via the web. MOOCs are a recent development in the area of distance education, and a progression of the kind of open education ideals suggested by open educational resources.
Though the design of and participation in a MOOC may be similar to college or university courses, MOOCs typically do not offer credits awarded to paying students at schools. However, assessment of learning may be done for certification.
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
155
MOOCs originated from within the open educational resources movement and connectivist roots. More recently, a number of MOOC-type projects have emerged independently, such as Coursera, Udacity, and edX.[1] The prominence of these projects' founders, contributing institutions, and financial investment helped MOOCs gain significant public attention in 2012.[2] Some of the attention behind these new MOOCs center on making e-learning more scalable either sustainable or profitable. http://en.wikipedia.org/wiki/Massive_open_online_course
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
156
Secara sederhana MOOC dapat dianggap sama dengan sekolah atau perguruan tinggi konvensional. Perbedaan utamanya jika pelajar biasanya mendatangi secara fisik gedung sekolah dan kampus universitas, pada untuk mengakses layanan MOOC pelajar hanya perlu menggunakan perangkat komputer dan jaringan Ineternet. Secara umum layanan MOOC hampir dapat dipergunakan di seluruh dunia pada saat yang bersamaan sepanjang terdapat perangkat komputasi (komputer PC/laptop/netbook/ultrabook/tablet) dan koneksi ke jaringan Internet.
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
157
Hampir mirip dengan belajar di sekolah atau perguruan tinggi konvensional, pelajaran di situs MOOC umumnya sudah ditata sedemikian rupa hingga terstruktur dengan baik. Pelajar dengan mudah mengikuti urut-uturan pelajaran yang hendak dipelajarinya. Situs MOOC biasanya sudah memilih dan menyusun bahan-bahan pelajaran sedemikian rupa hingga lebih gampang untuk dipelajari. Bahan pelajaran di situs MOOC menggunakan beberapa media, misalnya teks HTMLS pada halaman web, teks dalam file PDF atau dokumen, gambar, audio dan video. Ada juga MOOC yang memberikan layanan aplikasi interaktif agar pelajar bisa langsung mencoba apa yang sedang dipelajarinya, misalnya KhanAcademy.org.
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
158
Berikut adalah beberapa MOOC terkemuka saat ini:
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
159
Beberapa universitas terkemuka dunia aktif mendukung dan mengembangkan MOOC. Misalnya beberapa contoh universitas yang mendukung MOOC Coursera:
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
160
Beberapa universitas terkemuka dunia aktif mendukung dan mengembangkan MOOC. Misalnya beberapa contoh universitas yang mendukung MOOC Coursera:
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
161
Beberapa universitas terkemuka dunia aktif mendukung dan mengembangkan MOOC. Misalnya beberapa contoh universitas yang mendukung MOOC edx:
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
162
Contoh menu dan tampilan situs MOOC:
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
163
Contoh menu dan tampilan situs MOOC:
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
164
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
165
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
166
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
167
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
168
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
169
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
170
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
171
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
172
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
173
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
174
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
175
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
176
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
177
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
178
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
179
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
180
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
181
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
182
Sebagian besar pelajaran di MOOC dapat diakses gratis :
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
183
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
184
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
185
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
186
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
187
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
188
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
189
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
190
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
191
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
192
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
193
Seorang bernama C. Mark Halberstadt memberi pengakuan bagaimana MOOC seperti KhanAcademy benar-benar membantunya untuk belajar. Sebagai orang dewasa Mark selalu mengakami kesulitan dalam belajar matematika. Ia mengatakan hampir tidak mungkin menemukan pengajar yang bersedia mengulang-ulang pelajaran yang sama lebih dari 30 kali seperti yang telah “dilakukan” video dari KhanAcadmy untuknya.
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
194
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
195
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
196
MOOC sebagaimana tipe lain pelajaran via online (elearning) paling baik untuk dipergunakan oleh mereka yang betul-betul ingin belajar. Mereka yang ingin sekali memperoleh ilmu pengetahuan yang baru, mengubah cara dan pola pikir, mengubah sikap dan perilaku mereka. Sebagian MOOC memberikan semacam keterangan jika seseorang telah selesai belajar. Bahkan ada MOOC yang dalam proses akreditasi oleh beberapa lembaga di Amerika Serikat. Namun demikian MOOC ditujukan bagi mereka yang betul-betul hendak mencari ilmu, bukan yang sekedar mencari ijazah. Di Indonesia, sampai saat ini, yang bisa diharapkan dari MOOC adalah ilmu pengetahuan dan bukan ijazah. Karena surat keterangan MOOC belum tentu “laku” untuk dibangga-banggakan. Hal ini justru bagus dalam rangka peningkatan mutu manusia Indonesia masa depan. Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
197
Salah satu keunggulan MOOC adalah bahwa siswa seringkali dapat langsung belajar dari para penemu, peneliti dan pakar yang sangat ahli di bidangnya masing-masing. Para siswa juga dapat langsung menyimak penampilan para pengajar yang sangat antusias dan berdedikasi di bidangnya masing-masing. Sebagai contoh, kita dapat mengikuti Walter Lewin, seorang pakar fisika dari MIT.
http://www.nytimes.com
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
198
tivate.com
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
199
http://www.nytimes.com
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
200
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
201
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
202
http://www.nytimes.com
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
203
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
204
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
205
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
206
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
207
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
208
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
209
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
210
blog.seattlechinesegarden.org
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
211
http://www.cacbc.org/kung_fu/
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
212
fortbenningphotos.com
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
213
fortbenningphotos.com
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
214
slu.edu
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
215
unr.edu
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
216
indonesiaproud.wordpress.com
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
217
kaskus.co.id
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
218
vngks.com
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
219
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
220
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
221
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
222
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
223
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
224
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
225
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
226
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
227
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
228
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
229
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
230
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
231
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
232
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
233
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
234
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
235
Setelah era kejayaan Yahoo dan Altavista, sulit untuk dibantah bahwa sekarang ini masih eranya Google. Namun demikian mesin pencari milik Google bukanlah satu-satunya yang bisa kita pergunakan. Ada beberapa alternatif lainnya yang juga menawarkan ciri khas dan keunggulannya masing-masing.
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
236
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
237
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
238
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
239
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
240
Masih ingat gambar ini?
sumber gambar: dreamstime.com
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
241
Zaman dahulu pewarisan pengetahuan bersifat linear, seorang bijak mengajar seorang lain agar juga menjadi bijak. Lalu seorang guru mengajar beberapa murid di satu saat yang sama. Tetapi keduanya masih memiliki kesamaan bahwa ada sinkronisasi waktu yang mutlak dan kesamaan lokasi.
A
B
C
D sumber gambar: dreamstime.com
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
242
Di era penyebaran buku dan bahan tercetak lainnya, seseorang pelajar dapat belajar dari serang guru dan pada saat yang sama bisa mempelajari karya dari guru dari gurunya.
A
A
B
B
C
C
D
D
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
243
Era Internet memberikan cita rasa demokrasi pada bidang IPTEK. Hampir semua orang yang memiliki kesempatan waktu dan sarana bisa belajar dari siapa saja.
A
A
B
B
C
C
D
D
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
244
A
A B C
A B C
D
D
B
A B C
C
D
A B C D Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
A B C
D
D
245
Dengan Internet dan kemajuan ICT kita berkesempatan untuk mengembalikan proses pendidikan ke tujuannya semula, untuk memuliakan manusia mencapai kebijaksanaan. Pendidikan tidak lagi merupakan tata upacara untuk meraih gengsi. Proses “belajar” tidak lagi merupakan suatu kepura-puraan dalam upaya memperoleh selembar ijazah. Pendidikan memang memudahkan manusia untuk bertahan hidup dengan cara mempermudah upaya untuk “mencari makan” dan menghindari bahaya. Tetapi pendidikan lebih dari sekedar pelatihan motorik agar manusia bisa bekerja sebagai bagian dari proses produksi suatu barang atau jasa. Belajar adalah untuk mengubah cara dan pola pikir sehingga dapat mengubah sikap dan tingkah laku dalam upaya untuk mencapai pencerahan kebijaksanaan. Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
246
k-international.com
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
247
“Suatu generasi di suatu negeri bisa saja kalah dalam pencapaian IPTEK dari generasi yang sama di negeri lain. Tapi generasi itu tidak boleh kalah dalam membantu generasi berikutnya untuk menjadi generasi yang lebih baik.” Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
248
Untuk generasi masa depan, untuk Indonesia yang lebih baik.
sumber gambar: http://www.pariwisata.wonogirikab.go.id
Sunu Pradana [www.pikirsa.wordpress.com]
249