C. Menganalisis Teks Pantun
Ketika membaca pantun atau jenis puisi lainnya,biasanya akan muncul
sejumlah pertanyaan mengenai isinya. Hal tersebut berkaitan dengan sifat
puisi yang memiliki makna samar,bahkan mengundang banyak perdebatan. Setiap
pembaca dapat mengartikan dengan berbeda. Kemungkinan-kemungkinan tersebut
sangat wajar mengingat puisi banyak menggunakan makna konotatif yang
pemaknaannya sangat ditentukan oleh pengalaman, kebiasaan, dan pengetahuan
masing-masing.ku
Untuk menganalisis pantun dapat menggunakan sejumlah pertanyaan sebagai
paduannya. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat kita ajukan pun bisa bermacam-
macam. Ada pertanyaan yang bersifat literal,interpretatif,inferensial,atau
kritis.
1. Pertanyaan literal merupakan pertanyaan yang berkaitan dengan wujud atau
hal hal yang ada pada puisi, misalnya tentang jumlah baris,rima,suku
kata,sampiran,isi atau arti katanya.
Contoh:
A. Berapa jumlah suku kata pada larik ketiga pantun tersebut?
B. Kata apa saja yang iramanya sama atau mirip dalam puisi "Ode buat
proklamator" ?
2. Pertanyaan interpretatif merupakan pertanyaan yang menuntut jawaban
berupa penafsiran atau pemaknaan kembali atas kata,larik,atau isi suatu
puisi.
Contoh:
A. Apa arti mimpi dalam larik kedua pantun tersebut?
B. Apa maksud kata kucing dalam pantun tersebut?
3. Pertanyaan inferensial merupakan pertanyaan yang menuntut simpulan atas
bentuk,isi,atau berbagai hal lainnya tentang puisi.
Contoh:
A. Apa maksud pantun yang anda sampaikan?
B. Apa kesamaan umum yang menandai suatu pantun?
4. Pertanyaan kritis merupakan pertanyaan yang berusaha menyikapi kesalahan
atau kekeliruan suatu pantun.
Contoh:
A. Layakkah kalau puisi tersebut digolongkan ke dalam bentuk pantun
mengingat sampiranku dan isinya tidak begitu jelas?
B. Bagaimana pantun bisa ditradisikan dalam kehidupan masyarakat
sekarang mengingat pantun itu merupakan cara berkomunikasi yang cukup
berbelit belit?
D. Mengevaluasi Teks Pantun
Analisis pantun yang telah kita lakukan sebelumnya bertujuan untuk menelaah
pantun atas berbagai bagiannya,yakni berdasarkan bentuk,isi,dan bahasanya.
Dengan analisis tersebut, kita dapat mengenal dan memahami pantun dengan
benar dan jelas. Evaluasi pantun bertujuan untuk memberikan penilaian atas
kebaikan dan kekurangan sesuatu pantun. Untuk sampai pada tahap evaluasi,
kita dapat memanfaatkan hasil analisis yang telah dilakukan sebelumnya.
Misalnya,dari hasil analisis,diketahui bahwa suatu pantun terdiri atas 8-16
suku kata. Pola iramanya a-a-a-a. Kata dari bahasa daerah banyak digunakan.
Maka,kita menilai bahwa pantun itu kurang baik alasannya, banyak aturan
pantun yang dilanggar.
Gambar 3.3
E. Menginterpretasi Pantun
Berdasarkan strukturnya, pantun terdiri atas 4 larik. Larik pertama dan
kedua disebut sampiran, sedangkan larik ketiga dan keempat isi.
1. Sampiran biasanya melukiskan alam dan kehidupan lainnya. Wujud
sampiran berupa pernyataan-pernyataan berkias yang berfungsi sebagai
ungkapan yang menyampirkan, menyimpangkan, atau membelokan.
2. Iai pantun berupa curahan pikiran,perasaan,keinginan,nasehat,maupun
teka-teki.
Pada umumnya,sampiran tidak ada hubungannya dengan isi. Oleh karena
itu,ketika menginterpretasi suatu pantun,kita tidak perlu memperhatikan
sampirannya. Interpretasi atau penafsiran itu kita fokuskan pada bagian
isi, yakni dengan memaknai maksud dari setiap kata atau
pernyataannya.karena makna setiap pantun itu didasarkan pada setiap baitnya
kecuali pada pantun berkait penafsiran nya pun cukup berfokus pada setiap
baitnya.
Perhatikan contoh-contoh berikut.
1. Air dalam bertambah dalam
Hujan di hulu belum lagi teduh
Hati dendam bertambah dendam
Dendam dahulu belum lagi sembuh
2. Buah pinang buah belimbing
Ketiga dengan buah mangga
Sungguh senang beristri sumbing
Biar marah tertawa juga
Kedua pantun di atas memiliki makna tersendiri. Pantun 1 berisi ungkapan
perasaan (sakit hati dan dendam),sedangkan pantun 2 berisi lelucon. Karena
adanya perbedaan perbedaan tersebut,penyampaian pantun juga harus dalam
konteks yang berbeda. Sebagai contoh,pantun 1 diutarkan dalam kondisi kesal
terhadap seorang yang telah menyakiti, sedangkan pantun 2 disampaikan
kepada seorang kawan karib.
Inti dari pantun ada pada baris ke-3 dan ke-4,sedangkan baris pertama dan
keduanya cukup kita abaikan karena bait bait itu hanya sebagai sampiran.
Gambar 3.4
F. Menyunting Teks Pantun
Masih ada satu tahap berikutnya sebelum pantun tersebut kita
publikasikan atau kita sampaikan didepan umum. Tahap yang dimaksud adalah
penyuntingan.
Penyuntingan pantun bertujuan untuk menyempurnakan suatu pantun berdasarkan
aspek bentuk,isi, dan bahasanya.
1. Berkaitan dengan bentuknya, perhatikan jumlah larik dalam setiap
baitnya, jumlah suku kata, kesesuaian pola rima, dan hubungan sampiran
dengan isinya.
2. Berkaitan dengan isinya, perhatikan kesatuannya. Apakah menyinggung SARA
atau menyinggung orang lain? Perhatikan pula kesesuaian tema pada larik-
lariknya. Apakah mengusung tema yang sama?
3. Berkaitan dengan aspek kebahasaan, perhatikan keefektifan larik-
lariknya, ketepatan pilihan katanya, dan ketepatan ejaan/tanda bacanya.
Sebagai contoh, perhatikan pantun berikut.
Anak onta menggali cacing
Mari diisikan dalam tempurung
Penjual sendiri tak kenal untung
Jadilah dagangan habis terjual