BAHASA DAN KELAS SOSIAL
MAKALAH
UN UK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Pemerolehan Bahasa y ng dibina oleh Dr. Rizman Usman, M.Pd
oleh Yoga Mahardika 140212807588
UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS PASCASARJANA JURUSAN KEGURUAN BAHASA 2014
PENDAHULUAN
Dalam interaksi, manusia menggunakan bahasa agar dapat menyampaikan informasi yang akan diungkapkan. Bahasa tersebut dapat dipergunakan untuk menyampaikan gagasan, ide, keinginan, perasan, atau pengalaman kepada orang lain. Hal ini dapat dikatakan bahwa bahasa akan mempunyai variasi-variasi sesuai kelompok penuturnya. Ragam tersebut dikenal dengan ragam bahasa. Ragam bahasa disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam dan disebabkan oleh para penuturnya yang tidak homogen. Ragam bahasa ini ada dua pandangan, ragam bahasa dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa dan keragaman fungsi bahasa. Jadi ragam bahasa itu terjadi sebagai akibat dari adanya keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa. 1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan manusia ada yang disebut dengan masyarakat, masyarakat itu bukan masyarakat yang homogen. Hal ini dapat dilihat dari gender, pendidikan, status sosial, kelas sosial, umur, pekerjaan, pe kerjaan, agama a gama dan pranata sosial sehingga terbentuk variasi bahasa. Sebagai contoh bahasa yang digunakan oleh dosen, guru, kyai dan profesi lainnya tentu berbeda dengan bahasa yang digunakan oleh sopir, penjual bakso, penjual dipasa r. Bahasa yang digunakan oleh kalangan mahasiswa tentu berbeda dengan bahasa yang digunakan oleh buruh yang rata-rata pendidikannya berkahir pada jenjang SMP atau SMA. Berikut akan dipaparkan berbagai variasi sosial pengguna bahasa berdasarkan kelas sosial. Istilah status sosial tidak lepas dari kelas sosial sebagai istilah yang memiliki kemiripan, namun dalam realitanya keduanya memiliki perbedaan. Sumarsono (2013:43) mengemukakan bahwa kelas sosial mengacu pada golongan masyarakat yang mempunyai kesamaan dalam bidang kemasyarakatan seperti ekonomi, pekerjaan, pendidikan, kedudukan, kasta dan sebagainya. Pada status sosial harus dibedakan antara kasta dan kelas sosial, yakni kasta bersifat tertutup, artinya masing-masing kasta tidak bebas atau seenaknya masuk ke kasta yang
lainnya sedangkan kelas sosial bersifat terbuka, yakni memungkinkan adanya mobilitas sosial atau proses berpindah dari kelas sosial yang satu ke kelas sosial yang lain. Penelitian mengenai kelas sosial dilakukan oleh Labov yang menghasilkan bahwa seorang individu dari kelas tertentu, umur tertentu, jenis kelamin tertentu akan menggunakan variasi bentuk bahasa tertentu, sehingga dengan hasil penelitian ini kita dapat membuat korelasi antara ciri-ciri kebahasaan dan kelas sosial. Lepas dari penelitian tersebeut Labov juga berhipotesis bahwa penutur memiliki
frekuensi tingkat penggunaan prestige sebuah
bahasa
berdasarkan latar belakang kelas sosial. 1.2 Rumusan Masalah
Makalah ini mencangkup beberapa masalah, diantaranya: 1) Apa yang dimaksud kelas sosial? 2) Bagaimana keragaman bahasa dalam kelas sosial?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini memaparkan pengertian kelas sosial beserta ragam bahasa dalam kelas sosial.
PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Kelas Sosial
Kelas
sosial
diartikan
sebagai
suatu
lapisan
orang-orang
yang
berkedudukan sama dalam kontinum (rangkaian kesatuan) status sosial. Pengertian ini memberitahukan bahwa dalam masyarakat terdapat orang-orang yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama memiliki kedudukan sosial yang kurang lebih sama. Peter Beger (dalam Sunarto, 1993:115) mendifinisikan kelas sosial sebagai “a type of stratification in which one’s general position in society is basicallydetermined by economic criteria” criteria” seperti yang dirumuskan Max dan Weber, bahwa konsep kelas dikaitkan dengan posisi seseorang dalam masyarakat berdasarkan kriteria ekonomi, maksudnya disini adalah pembedaan kedudukan
seseorang dalam masyarakat berdasarkan kriteria ekonomi. Yang mana apabila semakin tinggi perekonomian seseorang maka semakin tinggi pula kedudukannya, dan bagi mereka perekonomiannya bagus (berkecukupan) termasuk kategori kelas tinggi (high (high class), class), begitu juga sebaliknya bagi mereka yang perekonomiannya cukup bahkan kurang, mereka termasuk kategori kelas menengah (middle ( middle class) class) dan kelas bawah (lower (lower class). class). Sumarsono (2007:43) juga menjelaskan bahwa kelas sosial ( social ( social class) class) mengacu pada golongan masyarakat yang mempunyai kesamaan tertentu dalam bidang kemasyarakatan seperti ekonomi, pekerjaan, pendidikan, kedudukan, kasta, dan sebagainya. Sebagai contoh, sebut saja A, adalah seorang Bapak di keluarganya, yang juga berstatus sosial sebagai dosen. Jika dia dosen di perguruan tinggi negeri, bisa jadi dia juga masuk ke dalam kelas dosen negeri. Maka, dapat dikatakan bahwa dia termasuk dalam kelas sosial golongan "terdidik". Dari beberapa definisi yang dikemukakan para ahli sosiologi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kelas sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarchis (hierarchis), ), yang mana terjadinya pembedaan kelas dalam masyarakat tersebut didasarkan pada faktor ekonomi, pendidikan, pekerjaan dan keterkaitan status (jabatan) seorang anggota keluarga dengan status anggota keluarga yang lain, bilamana jabatan kepala keluarga naik, maka status anggota keluarga yang lain ikut naik pula.
2.2 Ragam Bahasa dalam Kelas Sosial
Kelas sosial sering mengacu pada golongan masyarakat yang mempunyai kesamaan tertentu dalam bidang kemasyarakatan seperti ekonomi, pekerjaan, pendidikan, kedudukan, kedudukan, kasta, dan sebagainya (Sumarsono, 2013:43). Kelas sosial lebih cenderung bersifat terbuka dalam artian memungkinkan seseorang untuk berpindah dari kelas satu ke kelas yang lain. Lain halnya dengan kasta yang bersifat tertutup karena seseorang dari golongan tertentu tidak boleh masuk ke dalam golongan yang lain. Dalam diri seorang individu memungkinkannya untuk mempunyai status sosial lebih dari satu. Hal ini disebabkan dalam kelas sosial masih bisa dikelompokkan lagi ke dalam golongan yang lebih khusus.
Perbedaan antar kelompok masyarakat tercermin dalam ragam bahasa yang digunakan. Berbeda dari ragam bahasa dialek regional yang salah satunya ditandai oleh batas daerah, tanda dalam ragam bahasa kelas sosial adalah penggunanya. Sehingga Sehingga dalam sebuah ragam bahasa dialek regional re gional kadang masih terdapat ragam bahasa kelas sosial jika ditilik dari penggunanya. Sebagian besar masyarakat Indonesia adalah masyarakat kelas menengah-ke bawah yang terdiri dari berbagai kalangan, antara lain pedagang, pekerja, buruh, pegawai kelas rendahan. Dalam masyarakat juga sering ditemukan pembedaan terhadap kaum terdidik (orang-orang yang menempuh pendidikan hingga jenjang perguruan tinggi) dan tidak terdidik (umumnya hanya mengenyam pendidikan hingga jenjang pendidikan SD-SMP) yang menjadi mayoritas masyarakat Indonesia. Kebanyakan dari mereka menggunakan ragam umum dalam percakapan seharihari. Seperti yang kita ketahui bahwa biasanya kosa kata dalam ragam umum sangat sedikit mengandung ragam baku. Dalam lingkungan masyarakat kita melihat bahwa ada pembeda-bedaan yang berlaku dan diterima secara luas oleh masyarakat. Di sekitar kita ada orang yang menempati jabatan tinggi seperti Gubernur dan Wali Kota dan jabatan rendah seperti camat dan lurah. Di sekolah ada kepala sekolah dan ada staf sekolah. Di RT atau RW kita ada orang kaya, orang biasa saja dan ada orang miskin. Perbedaan itu tidak hanya muncul dari sisi jabatan tanggung jawab sosial saja, namun juga terjadi akibat perbedaan ciri fisik, keyakinan dan lain-lain. Perbedaan ras, suku, agama, pendidikan, jenis kelamin, usia atau umur, kemampuan, tinggi badan, cakep jelek, dan lain sebagainya juga membedakan manusia yang satu dengan yang lain. Pengkaitannya dengan bahasa jawa, kita mengambil beberapa contoh sebagai berikut: Bahasa Jawa mengenal undhak-undhuk basa dan menjadi bagian integral dalam tata krama masyarakat Jawa dalam berbahasa. Dialek Surakarta biasanya menjadi rujukan dalam hal ini. Bahasa Jawa bukan satu-satunya bahasa yang mengenal hal ini karena beberapa bahasa Austronesia lain dan bahasa-bahasa Asia
Timur seperti bahasa Korea dan bahasa Jepang juga mengenal hal semacam ini. Dalam sosiolinguistik, undhak-undhuk merupakan merupakan salah satu bentuk register. Menurut Uhlenbeck (dalam Chaer dan Agustina, 2010:40) variasi bahasa dibagi menjadi tiga, yaitu krama, madya, dan ngoko. ngoko . Lalu diperinci lagi menjadi muda krama, kramantara, dan wreda krama madyangoko, madyantara, dan madya krama; ngoko sopan dan ngoko andhap . Di antara masing-masing bentuk ini terdapat bentuk "penghormatan" (ngajengake, ( ngajengake, honorific) honorific ) dan "perendahan" (ngasorake, humilific). humilific). Seseorang dapat berubah-ubah registernya pada suatu saat tergantung status yang bersangkutan dan lawan bicara. Status bisa ditentukan oleh usia, posisi sosial, atau hal-hal lain. Seorang anak yang bercakap-cakap dengan sebayanya akan berbicara dengan varian ngoko, ngoko, namun ketika bercakap dengan orang tuanya akan menggunakan krama andhap andhap dan krama inggil . Sistem semacam ini terutama dipakai di Surakarta, Yogyakarta, dan Madiun. Dialek lainnya cenderung kurang memegang erat tata-tertib berbahasa se macam ini. Jika dihubungkan dengan beberapa teori, mengenai hubungan ragam bahasa dan kelas sosial, Labov membuktikan (dalam (dal am Sumarsono, 2013:50) bahwa seseorang individu tertentu dari kelas sosial tertentu, umur tertentu, jenis kelamin tertentu akan menggunakan variasi bentuk tertentu, sejumlah kira-kira sekian kali atau sekian persen dan dalam suatu situasi tertentu. Berikutnya, Bernstein juga mengemukakan bahwa ada dua ragam bahasa penutur, (1) kode terperinci yang cenderung digunakan dalam situasi formal dan (2) kode terbatas yang cenderung digunakan dalam situasi non-formal. Pandangan ini dimaksudkan bahwa perbedaan bahasa dapat menimbulkan perbedaan daya daya kognisi (hasil belajar). Mengenai hal ini, jelas senada dengan apa yang ungkapkan “hipotesis Spir-Whorf”. Dalam hipotesis Sapir-Whorf menyatakan bahwa pandangan manusia tentang lingkungannya dapat ditentukan oleh bahasanya. Tetapi pernyataan ini tidaklah dianggap benar seutuhnya. Ini dapat dibuktikan oleh beberapa sanggahan, di antaranya yaitu (1) lingkungan fisik tempat suatu masyarakat hidup dapat dicerminkan dalam bahasanya, (2) lingkungan sosial dapat dicerminkan dalam bahasa dan sering dapat berpengaruh pada struktur kosakata, (3) adanya lapisan-lapisan masyarakat feodal dan kasta menimbulkan
pula pengaruh dalam bahasa, dan (4) lingkungan dan struktur sosial, nilai-nilai masyarakat (social value) dapat value) dapat pula berpengaruh pada bahasa masyarakat i tu.
PENUTUP
Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh semua orang, baik dari kalangan atas maupun kalangan rendah. Itulah yang menyebabkan mengapa banyak sekali variasi dalam bahasa. kelas sosial di dalam bahasa itu merupakan sebuah peraturan atau tatak rama dalam berbicara kepada orang lain, yang biasa di kenal dengan tindak tutur kesopanan dalam berbicara. Kelas sosial memiliki dampak pada penggunaan bentuk-bentuk prestige suatu bahasa. Semakin rendah kelas sosial seseorang, semakin banyak pemakaian bentuk nonbaku dari suatu bahasa.
KAJIAN PUSTAKA
Chaer, Abdul dan Agustina, Leonie. 2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal . Jakarta: PT Rineka Cipta Sumarsono. 2013. Sosiolinguistik . Yogyakarta; Sabda dan Pustaka Pelajar. Sunarto, Kamanto. 1993 Pengantar 1993 Pengantar Sosiologi. Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.