BAB V TEORI HUKUM : ARTI DAN KEGUNAAN DALAM PENELITIAN HUKUM A. Apa itu Teori ? “Ah teori …” ,
begitu mungkin komentar seorang kawan ketika
kita sedang berbicara mengenai hal yang serius, berkesan ruwet dan ilmiah. Komentar tersebut tidak selalu salah, setidaknya soal keilmiahan dari teori, namun bukan selalu ruwet dan “berat” kalau membahas mengenai teori . Justru teori itu adalah penyerderhanaan dari sesuatu yang ruwet untuk menjadi mudah dipahami. Pernahkan kita mengingat, ketika Albert Einstein memaparkan konsep relativitas dari energi dengan serangkaian hitungan yang begitu berbelit, tetapi pada akhirnya hanya didalilkan E = mc2? Atau ketika Darwin menjelaskan panjang lebar mengenai proses evolusi mahkluk hidup, namun dia hanya katakan dengan singkat teorinya, yaitu survival of the fittest Teori, baik dalam ilmu alam maupun ilmu sosial tidak jauh berbeda. Semua adalah usaha untuk merumuskan suatu yang luas dan tidak jelas menjadi sesuatu yang gamblang dan ringkas. Dari suatu fenomena atau gelaja-gelaja yang terpisah menjadi satu penjelasan umum yang gampang dipahami. Jagad raya yang menyimpan misteri coba diungkap secara sederhana dan peradaban manusia yang penuh dengan kisah cinta dan tragedi selama berabad-abad dijabarkan dalam rumusan pendek, semua ini adalah usaha manusia untuk memahami dunia dan kehidupannya dengan menggunakan teori. Dapat diamati fenomena berikut ini : a. Perseteruan manusia dari jaman nabi Adam AS hingga perang teluk antara Amerika dan Irak, b. Kisah pembangunan sebuah bangsa pada masa Alexander Agung sampai pada jaman globalisasi sekarang ini, c. Sang Fir’aun sangat berkuasa bagaikan tuhan dan seiring perubahan jaman telah telah muncul pimpinan pimpinan yang lebih lebih demokratis seperti Presiden di hari ini.
98
Kisah panjang fenomena diatas hanya perlu diterangkan alam teori sederhana seperti misalnya teori konflik sosial, teori pembangunan dan atau teori kekuasaan. Teori, seperti halnya ciptaan manusia lainnya, mempunyai sifatnya yang fana. Ia tidak lekang oleh waktu dan ruang. Kebenaran suatu teori harus diyakini suatu saat akan diganti dengan kebenaran teori yang lebih baru. Ini dapat terjadi karena objek yang diteliti memang mengalami perubahan atau kepentingan dari manusia juga telah mengalami pergeseran. Selain itu teori juga tidak bisa diberlakuakan untuk setiap peristiwa dengan sama persis. Teori hanya digunakan untuk memberikan identifikasi secara umum (general ( general ). ). Artinya, kadang kala ada kasus yang menyimpang dari teori yang telah dirumuskan. Dalam konteks ilmu sosial, kebenaran teori jarang berlaku secara lama.
Perbedaan
kebutuhan,
peradaban,
pola-pola
hubungan
kemajuan sosial
teknologi, dan
pergeseran
orientasi
terhadap
pencukupan materi akan mempengaruhi kebenarannya. Teori, dalam ilmu sosial sering kali harus terjerat pada tempat dan masa ia diciptakan. Ketika diterapkan dibelahan dunia yang lain dalam jaman yang berbeda, kebenarannya akan disangsikan. Agak berbeda dengan teori hukum alam atau matematika walaupun tidak ada yang kekal kecenderungan kecenderungan bertahannya cukup lama. Teori, dalam kesehariannya dapat dimaknai berbeda beda, baik oleh awam maupun oleh para ahli. Penjelasan mengenai teori selalu berbeda antara satu sama lain, tergantung ruang lingkup keilmuan yang digunakan. Untuk itu perlu dipahami definisi teori dari beberapa ahli berikut ini.
Fred N Kerlinger dalam bukunya Foundation of Behavioral Research menjelaskan teori:80 ” Suatu Suatu teori adalah seperangkat konsep , batasan dan proposisi yang menyajikan suatu pandangan sistematis tentang fenomena dengan merinci hubungan hubungan antar variabel dengan tujuan menjelaskan dan memprediksi gejala tersebut.”
80
Fred NKerlinger, 2004, Asas-Asas Penelitian Behavioral, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, hlm. 14.
99
Pendapat Gorys Keraf tentang definis teori adalah: 81 ” Teori Teori adalah asas-asas umum dan abstrak yang diterima secara ilmiah dan sekurang kurangnya dapat dipercaya untuk menerangkan fenomena fenomena yang ada “ Dari pendapat di atas, bisa ditarik kesimpulan bahwa yang namanya
teori
adalah
suatu
penjelasan
yang
berupaya
untuk
menyederhanakan menyederhanakan pemahaman mengenai mengenai suatu fenomena fenomena atau teori juga merupakan simpulan dari rangkaian berbagai fenomena menjadi sebuah penjelasan yang sifatnya umum. Misalkan
kita
mendapati
beberapa
kenyataan
tentang
kecenderungan para penguasa, baik di luar negeri atau di negeri sendiri, melakukan tidakan yang korup dan memperkaya diri sendiri. Maka bisa disimpulkan suatu teori, “seseorang “seseorang yang berkuasa itu cenderung untuk melakukan korupsi” (the (the power tend to corrupt )”. )”. atau diamati perlaku masyarakat
jawa,
menyelesaikan
jika
menghadapi
masalahnya
melalui
perselisihan forum
selalu
musyawarah
pengadilan, artinya orang bisa merumuskan teori,
berupaya bukan
ke
“musyawarah dan
penyelesaian penyelesaian konflik orang jawa.” Kebenaran teori ini memang tidak lekang oleh ruang dan waktu, khususnya teori teori dalam ilmu sosial. Berbeda dengan teori dalam ilmu alam, walaupun sama-sama tidak lekang jaman, namun keberlakukannya reletif lebih langgeng dari pada teori ilmu sosial. Kita tentunya masih ingat teori Phytagoras tentang jumlah kuadrat dari dua sisi pendek sama dengan kuadrat sisi panjang dari segi tiga siku-siku sampai hari ini masih dinyatakan benar. Hal ini disebabkan karena gejala alam yang menjadi dasar dari ilmu alam tidak mangalami perubahan karena perbedaan tempat dan waktu, sedangkan teori ilmu sosial yang berdasar pada perilaku masyarakat sangat rentan untuk berubah. Kondisi masyarakat di dunia timur tentunya sangat berbeda dengan masyarakat di dunia barat, dan hal ini akan membawa dampak terhadap teori yang dirumuskan. Begitu pula dengan teori di jaman masyarakat teradisional dengan masyarakat sekarang yang sudah modern. Contoh yang gampang ditemui dan tetap menjadi perdebatan hingga hari ini adalah teori-teori mengenai demokrasi. 81
hlm 47
Prosesi
demokrasi
sebagai
tercermin
dalam
perilaku
Gorys Keraf, 2001, Argumetasi 2001, Argumetasi dan Narasi , Penerbit Gramedia,
100
masyarakat di Amerika misalnya, sangat berbeda dengan di negara China, demokrasi yang ditafsirkan oleh Sukarno berbeda dengan tafsir Suharto dan berbeda pula pada jaman reformasi di Indonesia. Indonesia. Namun demikian, walaupun secara kasuistik berbeda, para ahli ilmu sosial tetap berupaya mencari benang merah yang bisa dijadikan kesimpulan adanya gambaran yang umum tentang fenomena sosial sebagai sebuah teori agar bisa diterapkan diberbagai tempat dan diberbagai jaman. Itulah nilai kebenaran sebuah teori untuk dihormati.
B. Teori dalam Ilmu hukum Tidak beda dengan ilmu pengetahuan lainnya, ilmu hukum juga mempunyai teori-teori yang digunakan untuk memberikan penjelasan umum mengenai berbagai fenomena hukum yang terjadi. Pemahaman perkembangannya
dan
pengertian
sangatlah
tentang
beragam.
JJH
teori
hukum
Bruggink
dalam
memberikan
penjelasan mengenai teori hukum dalam dua hal yaitu: 1. Teori hukum dalam arti luas yaitu seluruh rangkaian dalam ilmu hukum 2. Teori hukum dalam ari sempit adalah merupakan keseluruhan pernyatan yang saling berkaitan dengan berkenan dengan sistem konseptual aturan-aturan hukum dan putusan putusan hukum. 82 Perbedaaannya bisa diamati dari bagan berikut ini :
Dogmatika hokum
Sejarah Hukum
Perbandingan Hukum
Sosiologi hukum
Psikologi hukum
Ilmu Hukum Teori Hukum (dalam arti sempit) Filsafat Hukum
1. Teori Hukum dalam Arti Luas
82
160-162
JJH Bruggink,1999, Refleksi Tentang Hukum,Citra Hukum,Citra Aditya , hlm.
Teori Hukum dalam Arti Luas
101
Teori hukum hukum dalam dalam artinya yang luas luas dapat dapat diartikan diartikan
sebagai
kajian dari ilmu hukum itu sendiri . Para ahli dengan berbagai karyanya seperti Satjipto Rahardjo 83 dalam bukunya bukunya yang berjudul ilmu hukum hukum dan atau
W.Friedmann
dalam
bukunya
Teori
dan
Filsafat
Hukum84
menjelaskan yang dimaksud dengan teori hukum adalah aliran atau mazhab mazhab dalam ilmu hukum seperti teori hukum alam, teori positivisme dan utilitarianisme dan sebagainnya . Dalam tulisan ini bisa dijelaskan secara sederhana beberapa definisi dari teori-teori di atas. a. Teori hukum alam, yaitu teori yang menjelaskan bahwa hukum berasal dari tuhan atau dari rasionalitas manusia yang bersifat universal
dan
abadi.
Teori
ini
mengacu
pada
pencarian
keadailan dan dasar dasar moralitas dari kehidupan manusia b. Teori Hukum Positivisme, yaitu teori yang menjelaskan bahwa hukum
adalah
suatu
perintah
yang
berbentuk
peraturan
perundangan yang dibuat secara formal oleh lembaga yang memepunyai kewenangan seperti negara c. Teori Hukum Murni, yaitu teori yang menjelaskan bahwa hukum adalah terdiri dari sistem norma dan mempunyai hirakhi dimana norma yang lebih bawah harus mengacu pada norma yang lebih atas dan norma tertinggi disebut norma dasar ( basic norm) norm) d. Teori utilitarianisme, yaitu teori yang menjelaskan bahwa hukum harus dibuat demi kemanfaatan orang banyak. Hukum tersebut harus melindungi bagi orang yang menaati untuk menciptakan
kebahagian
dan
memberi
sanksi
bagi
yang
melanggar untuk memberi kesengsaraan ( pain and pleasure) pleasure) e. Teori Realisme Hukum, yaitu teori yang menjelaskan bahwa hukum tidak saja merupakan susunan norma yang terpisah dari kehidupan sosial. Hukum harus berkembang sesuai dengan perkembangan sosial f.
Teori Antrhopologi Hukum, yaitu teori yang menjelaskan bahwa hukum tumbuh dan berkembang sesuai dengan jiwa dan nilai
83
Satjipto Rahardjo,2000, Ilmu Hukum,Citra Hukum,Citra Aditya Bakti, hlm. 253-
300. 84
Lihat W.Friedmann, 1990, Teori dan Filsafat Filsafat Hukum, Hukum, terjemahan oleh Muhammad Arifin, Rajawali , Jakarta
102
nilai yang hidup dalam masyarakat (volkgeist) (volkgeist) . Hukum akan mati ketika masyarakat kehilangan nilai-nilai. g. Teori Hukum Kritis, yaitu teori yang menjelaskan bahwa hukum adalah
bagian
dari
alat
kerja
politik.
Untuk
melakukan
perubahan hukum diperlukan proses dekonstruksi melalui politik . Selain contoh di atas, sesungguhnya masih banyak teori –teori hukum dalam arti luas yang bisa kita pelajari dalam buku-buku tentang teori hukum. Penulisan teori ini pada proposal diletakan didalam tinjauan pustaka atau kerangka teori. Cara penulisannya bisannya dibedakan antara konsep penelitian dengan teori penelitian.
2. Teori Hukum dalam Arti Sempit Teori hukum dalam arti sempit seperti yang dijelaskan oleh Bruggink
adalah
suatu
pernyataan
konseptaul
yang
memberikan
penjelasan mengenai hubungan diantara peraturan-peraturan hukum dan putusan-putusan hukum. Hal ini sering diterjemahkan bahwa teori hukum adalah teori yang berkait dengan kaidah peraturan . Teori ini berbicara secara spesifik mengenai hal hal yang berkait dengan konsepsi-konsepsi hukum, prinsip-prinsip hukum, doktrin-doktrin dan kaidah kaidah hukum. Contoh sederhana meneganai meneganai teori hukum dalam arti sempit, yaitu a. Teori Badan Hukum b. Teori Perlindungan hukum bagi konsumen c. Teori Penyelenggaran Pemerintahan Yang bersih d. Teori Bikameral dalam Tata Negara e. Teori Hukum Agraria f.
Teori Hukum Perkawinan Islam
g. Teori Perjanjian Syariah h. Teori Hukum Lembaga Internasional i. j.
Teori Hukum Perburuhan Teori Hukum Tentang Pemidanaan
k. Teori hukum kesehatan l.
Teori hukum perusahaan
m. Teori Tanggung jawab n. Teori Keadilan ... dan sebagainya
103
Penjelasan
teori-teori
diatas
bisa
didapatkan
dari
peraturan
perundangan yang mengatur mengenai hal tersebut atau merujuk pada pendapat para pakar dalam buku-buku hukum. Artinya, teori hukum ini merupakan ketentuan dalam kaidah hukum dan ajaran para ahli. Teori hukum dalam arti yang sempit
ini biasannya digunakan
dalam penelitian hukum normatif walaupun mungkin juga digunakan dalam penelitian hukum empiris . Penulisan teori hukum pada proposal penelitian diletakkan didalam tinjauan pustaka atau kerangka teori , dan biasanya tidak dibedakan antara konsep penelitian dengan teori penelitian
3. Teori-Teori Sosiologi Hukum Selain teori hukum dalam arti luas ataupun teori hukum dalam arti sempit masih terdapat teori teori hukum yang dapat digunakan dalam penelitian hukum. Teori ini berkait dengan tipe penelitian hukum empiris , yang mengkaji hukum hubungannya dengan perilaku sosial . Teori yang bisa digunakan dapat dibedakan dalam 2 ranah , yaitu teori hukum dalam ranah empiris (teori yuridis sosiologi) dan teori ranah ilmu sosial tentang hukum (teori sosiologi tentang hukum ). Masing-masing dapat dijelaskan secara sederhana berikut ini:
a. Teori-Teori Yuridis Sosiologi Teori ini sesungguhnya dibangun berdasarkan teori hukum yang dihubungkan dengan kondisi sosial dimana hukum dalam arti sistem norma itu diterapkan. Teori ini banyak digagas oleh para pemikir hukum yang beraliran realisme seperti Oliver W. Holmes, Karl N Llewellyn, Roscoe Pound, Cardozo, Richard Posner dan tokoh tokoh lainnya yang umumnya bekerja dalam tradisi common law system . Di Indonesia tokoh yang intens mengkaji persoalan ini adalah Muhtar Kusumaatmadja Contoh teori tersebut beberapa diantaranya adalah : 1) Teori hukum dan pembangunan: teori ini menjelaskas mengenai fungsi hukum sebagai alat untuk merekayasa masyarakat dalam proses pembangunan ( law as a tool of social engineering)
104
2) Teori efektifitas hukum: Teori ini menjelaskan mengenai bekerjanya sebuah aturan perundangan ketika diterapkan di dalam masyarakat . Termasuk didalamnnya adalah penjelasan mengenai hambatanhambatan 3) Teori analisis ekonomi terhadap hukum (economic analysis of Law ): Teori ini menjelaskas mengenai bekerjannya hukum di dalam masyarakat berdasarkan pertimbangan ekonomi (cost and benefit). Yaitu pertimbangan untung rugi bagi masyarakat ketika menaati atau menyimpangi hukum. 4) Teori budaya hukum: Teori ini menjelaskan mengenai nilai nilai yang diyakini masyarakat dan pengaruhnya terhadap ketaatan dan penyimpangan
masyarakat
terhadap
hukum
atau
bagaimana
perilaku masyarakat ketika menerapkan hukum.
b. Teori Sosiologi Tentang Hukum Teori ini sesungguhnya adalah teori yang dibangun dari konsepsi ilmu sosial dan bukan dari konsepsi ilmu hukum. Teori ini sering digunakan oleh para ahli untuk mengkaji hukum sebagai suatu gejala sosial. Hukum disini bukan diamati sekedar sebagai sebuah produk dari sistem norma seperti peraturan, namun hukum dikonsepsikan sebagai
perilaku
sosial
yang
ajeg
dan
terlembagakan
serta
mendapatkan legitimasi secara sosial. Pengagas teori ini dimotori oleh para sosiolog yang mempunyai perhatian terhadap hukum seperti Max weber, Eugen Ehrlich, Emile Durkheim, Karl Mark , Auguste Comte, Herbert Spencer dan lainnya. Beberapa contoh teori sosiologi tentang hukum bisa disebutkan dibawah ini
85
:
1) Teori positivisme awal (early positivism) : yaitu teori yang mengkaji bahwa proses perkembanga masyarakat dapat dipelajari secara ilmiah. Proses ini berkembang dari tahap ketuhanan (theological stage), tahap metaphisik (methaphysical stage) dan terakhir tahap
85
Teori-teori ini bisa dipelajari lebih jelas dalam buku George Ritzer dan Douglas Goodman,2005, Teori Sosiologi Modern,terjemahan Alimandan, Kencana . Lihat juga Daniel Little, 1991, Varieties of Social Explanation, Westview Press.
105
ilmiah (scientific (scientific stage). stage). Bentuk hukum mempunyai karateristik yang tercermin dari tiap tahapnya. 2) Teori Sosial Darwin ( Social Darwinism) Darwinism) yaitu teori yang mengkaji mengenai evolusi sosial yang didasarkan pada teori natural selection
dari
Darwin
bahwa
yang
mampu
bertahan
dalam
perubahan jaman adalah yang terkuat (survival ( survival of the fittest ). ). Teori ini coba dikaitkan dengan keberadaan masyarakat dalam kompetisi pasar bebas dimana yang terkuat akan mampu bertahan. Hukum disini diasumsikan sebagai kekuatan yang mengatur pasar. 3) Teori Meterialisme Sejarah (history (history materialism) materialism) yaitu teori yang mengkaji bahwa masyarakat akan mengalami perubahan sesuai dengan cara mereka memenuhi kebutuhannya. Hukum disini di persepsikan sebagai tatacara masyarakat dalam berproduksi dan mendistribusikan mendistribusikan kebutuhan . Atau bisa pula pula dilihat dari dari hubungan antar kelas sosial sosial yaitu antara pemilik modal dan kaum proletar. proletar. 4) Teori Sruktural Fungsional (Structural ( Structural Fuctional Theory): Theory): yaitu teori yang mengkaji bahwa masyarakat dianggap sebagai organisma tubuh masnusia yang masing masing mempunyai kedudukan dan fungsinya. Hukum disini di konsepsikan sebagai pola harmonisasi hubungan hubungan antar “anggota “anggota tubuh”
masyarakat agar berjalan berjalan baik baik
dan seimbang. 5) Teori Peran (Role (Role Theory ): ): yaitu teori yang mengkaji bahwa masyarakat akan berperilaku sesuai dengan status dan perannya. Status yaitu mengenai posisi yang diduduki sedangkan peran adalah perilaku yang diharapkan karena kedudukan kita . Hukum dikonsespsikan
sebagai
bentuk
kesesuaian
antara
kedudukan
dengan peranan yang dibawakan sesorang dalam masyarakat. 6) Teori Pilihan Rasional (rational (rational choice theory ): ): yaitu teori yang mengkaji bahwa perilaku manusia mempunyai kecenderungan untuk menyesuaikan dengan rasionalitas yang ada. Manusia akan melakukan pilihan berdasarkan tujuan dan kemampuan yang dimiliki .Hukum disini dikonsepsikan sebagai kesesuaian pilihan manusia dengan pertimbangan rasio dan keyakinan atas tujuan dan kemampuan.
106
Selain yang disebutkan di atas, masih banyak teori teori sosial yang dapat digunakan untuk mengakji hukum dalam tipe penelitian sociology of law melalui buku buku hukum dan sosiologi yang banyak beredar. Untuk lebih mudahnya, cara memperlajari buku-buku hukum atau sosiologi
klasik tersebut, sebaiknya tidak langsung pada buku ”babon”
nya (asli), sebab akan terasa berat dan sulit dipahami. Akan lebih baik jika mulai dari buku buku yang ditulis oleh penulis lain yang membahas pendapat pemikiran tentang buku aslinya. Misalkan membaca bukunya Pak Satjipto Rahardjo atau pak Sutandyo yang menulis mengenai pemikiran Roscou Pound, Weber, dan Holmes. Atau tulisan Frans Magnis mengenai pemikiran Karl Mark, Atau membaca tulisan Khudzaifah Dimyati dalam buku Teoritisasi Hukum yang banyak menulis perkembangan teori hukum dan pengaruhnya terhadap pemikiran hukum di Indonesia atau bisa juga membaca buku Teori Hukum yang ditulis oleh Ojte Salman. Setelah kita mendapatkan sedikit pencerahan, baru menuju ke buku ”babon” nya. nya.
C. Kegunaan Teori dalam Penelitian Setiap penelitian tidak akan pernah meninggalkan teori-teori yang mendukung atau relevan dengan topik tulisan yang bersangkutan. Diutamakan teori-teori tersebut berkaitan langsung dengan pokok masalahnya. Teori ini bermanfaat untuk memberikan dukungan analisis terhadap topik yang sedang dikaji. Di samping itu teori ini dapat memberikan bekal kepada kita apabila akan mengemukakan hipotesis dalam tulisannya. Hal di atas penting karena dalam hal penelitian, hipotesis ini dapat dipakai sebagai tolok ukur sekaligus tujuan dari penelitian yang bersangkutan dalam bentuk pembuktian dan yang kemudian tertuang dalam kesimpulan. Ketidaktepatan pemilih dan penggunaan teori akan berakibat pada kegersangan dalam membangun pemikiran ilmiah dan pembahasan hasil penelitian yang yang tidak tajam atau, bahkan bahkan kurang relevan. Begitu Begitu pula pula jumlah teori yang yang terlalu sedikit akan mempersempit bagi bagi ruang analisis, dan juga apabila terlalu banyak teori justru akan mempersulit kita untuk menggunakannya, atau justru tulisan kita dianggap sebagai kliping teori saja. Hal ini sering terjadi karena sesungguhnya kita belum mengerti
107
arti dan kegunaan teori dalam penelitian. Lalu pertanyaannya : untuk apa kegunaan teori dalam penelitian? Banyak buku-buku hukum yang menulis tentang teori hukum, tetapi tidak banyak tulisan yang memberi jawaban memuaskan untuk pertanyaan ini. Atau ketika coba diskusikan dengan para kolega, justru kadang
terjebak
dalam
perdebatan
dalam
forum
seminar
tanpa
kesepakatan pendapat pendapat mengenai kegunaan teori. Namun demikian buku sederhana ini tetap mencoba memberikan sedikit alternative alternative solusi tentang teori teori dan kegunaan kegunaan praktisnya dalam penelitian hukum yang mendasarkan dari sumber yang sangat terbatas. Penggunan teori dalam penelitian seringkali berbeda menurut jenis dan tipe penelitiannnya, termasuk juga bagaimana cara kita memastikan beberapa banyak teori sesungguhnya yang dperlukan dalam penelitian .Untuk itu harus dipahami tujuan dan tugas teori hukum menurut Kelsen seperti yang dikutip Khudzaifah Dimyati86 yaitu: Tujuan teori hukum, seperti ilmu pengetahuan lainnya, adalah untuk mengurangi kekacauan dan kemajemukan menjadi kesatuan …. dan tugas teori hukum adalah untuk menjelaskan hubungan antara norma-norma dasar dan semua norma dibawahnya … suatu teori harus bersifat praktis dan berguna dalam pemecahan masalah kehidupan. Mencermati penjelasan di atas, maka kegunaan teori hukum, khususnya dalam konteks system norma,adalah untuk membangun kesatuan system norma dan hubungan yang konstruktif didalamnnya agar mampu memberikan manfaat untuk menjawab masalah. Artinya, teori hukum harus dijadikan dasar dalam memberikan preskripsi atau penilaian apa yang seharusnya menurut hukum. Selain itu, teori juga bisa digunakan untuk menjelaskan fakta dan peristiwa hukum yang terjadi. Untuk itu, orang dapat meletakkan fungsi dan kegunaan teori
hukum dalam penelitian sebagai “ sebagai “pisau pisau analisis” analisis” pembaha pembahasan san tentang peristiwa atau fakta hukum yang diajukan dalam masalah penelitian.
Selain itu ada metode lain penggunaan teori dalam penelitian yang dikenal sebagai gaya Gallileo (Gallileo (Gallileo’s style) style) yaitu:
86
Khudzaifah Dimyati, 2004, Teorisasi Hukum, Universitas Muhammadiyah Surakarta Press, hlm 40
108
Bagi Gallileo, fakta fakta yang diperoleh lewat observasi dan eksperiment diperlukan sebagai fakta objektif yang sedikitpun tidak ada sangkut pautnya dengan ide subjektif yang dikandung sebelumnya….. Fakta-fakta Fakta-fakta observasi mungkin cocok dan mungkin juga tidak cocok dengan skema alam semesta yang sudah diakui (teori yang mapan). Tetapi hal yang paling paling penting penting dari pendapat Gallileo adalah menerima fakta-fakta untuk kemudian membangun teori yang cocok. 87 Dari gaya Gallileo ini dapat idipahami bahwa fungsi teori yang sudah ada mungkin berguna dalam membangun ide subyektif dalam penelitian, dan kegunaanya hanya sebagai rujukan saja namun kedudukan tidak akan digunakan untuk memberikan penilaian terhadap fakta-fakta yang ditemui . Justru dari fakta-fakta yang ada itulah nantinya akan dibangun teori baru.Perihal ini pada umumnya dikenal dengan istilah grounded theory 88 yaitu penyusunan teori yang berdasarkan data dan dilakukan secara induktif (teoritisasi data). Dalam penelitian seperti ini, peneliti tidak memulai dengan teori tertentu lalu membuktikannya, namun dengan suatu bidang kajian dan hal– hal –hal yang terkait dengan bidang tersebut untuk kemudian disusun teori grounded yang tersususn baik dengan memenuhi kriteria (1) kesesuaian (2) pemahaman (3) generalisasi (4) kontrol. Secara
sederhana
dapat
digambarkan
skema
mengenai
perbandingan antara penggunaan teori sebagai “pisau analisa” yang menggunakan logika deduktif dan grounded theory atau gaya Gallileo yang menggunakan logika induktif dalam penelitian hukum.
87
Otje Salman dan Anton Susanto, 2004, Teori Hukum : Mengingat, Mengumpulkan dan Membuka Kembali , Refika Aditama, hlm 32 88 Anslem Strauss dan Juliet Corbin, 2003, Dasar Dasar Penelitian Kualitatif ,terjemahan ,terjemahan Muhammad Shodiq , Pustaka Pelajar, hlm 10-15
109
TEORI HUKUM
Grounded Teori
Logika Induktif
Teori Sebagai Pisau analisa
Logika Deduktif
FAKTA EMPIRIS
Setelah dibahas mengenai dua model penggunaan teori dalam penelitian , maka selanjutnya akan kita kaji penggunaan teori dari sudut pandang yang lain. John W Cresswell dalam bukunya Research Design mengenalkan
cara
penggunaan
teori
sebagai
instrument
89
untuk
membangun hipotesis .demikian penjelasannya : Bahwa teori merupakan serangkaian bagian (atau variabel) yang saling berhubungan yang dibentuk menjadi dalil atau hipotesa yang menentukan hubungan variable . Pandangan sistematis ini dapat berupa argumen atau pemikiran yang menjelaskan (atau meramalkan) fenomena fenomena yang muncul di dunia … (dengan kata lain) teori adalah yang didefinisikan sebagai penentu bagaimana dan mengapa variable variable itu saling berhubungan…” berhubungan…” Bentuk
teori,
lanjutnya,
dapat
berupa
serangkaian
hipotesa
pernyataan logis “jika…maka” .Dimana .Dimana hipotesa ini nantinya kan diuji kebenarannya di dalam penelitian. Kami memberikan istilah tentang proses tersebut sebagai teori sebagai alat uji. Proses ini menuntut penggunaan teori dengan logika deduktif dengan urutan : pertama kita tentukan hipotesanya berdasarkan teori untuk kemudian diuji dalam observasi dilapangan. Setelah didapat hasil uji tersebut , maka ditarik kesimpulan apakah teori teori yang dibangun dibangun diawal berhasil (diterima) (diterima) atau
89
John W Cresswell , 1994, Research Design, Sage Publication, terjemahan oleh oleh Aris Budiman, hlm 78 -81 -81
110
gagal (ditolak) . Skema sederhana untuk menjelaskan alur proses uji teori adalah sebagai berikut :
TEORI HUKUM Teori digunakan untuk menyusun hipotesa
HIPOTESA
Hasilnya akan menyimpulkan teori ditolak atau diterima
hipotesa diuji melalui observasi
OBSERVASI
GAGAL
BERHASIL
Setelah diungkap dan dibahas mengenai kegunaan toeri dalam penelitian hukum maka bisa dirumuskan sebagai berikut:
1.
Teori sebagai Pisau Analisis a. yaitu teori yang digunakan untuk dijadikan panduan dalam melakukan analisa , dengan memberikan penilaian ( preskripsi ) terhadap temuan fakta atau peristiwa hukum yang ada sudah sesuai
dengan teori atau tidak. Selain Selain itu, teori juga bisa
digunakan untuk menjelaskan fakta dan peritiwa hukum yang terjadi. b. Cara
penggunaan
teori
semacam
ini
dilakukan
dengan
menggunakan logika deduktif c. Dalam penelitian hukum, cara penggunaan teori ini tepat untuk tipe penelitian hukum normatif, walaupun dapat juga digunakan dalam penelitian empiris.
2.
Grounded Theory ) Teori sebagai Temuan Penelitian ( (Grounded a. Teori dibangun dari data yang berupa temuan fakta-fakta hukum berdasarkan observasi langsung ke lapangan, proses ini sering disebut dengan istilah teoritisasi data.
111
b. “Teori” awal yang digunakan hanya sebagai rujukan, namun tidak ada pengaruhnya terhadap hasil penelitian. c. Cara
penggunaan
teori
semacam
ini
dilakukan
dengan
menggunakan logika induktif d. Dalam penelitian hukum, cara penggunaan teori ini tepat untuk tipe penelitian yuridis empiris.
3.
Teori sebagai Alat Uji a. Teori digunakan untuk menyusun hipotesa yang selanjutanya akan diuji dengan fakta-fakta dilapangan , apakah teori tersebut ditolak atau diterima. b. Kebenaran teori yang digunakan hanya bersifat tentative, dan kebenaran
yang
sesungguhnya
adalah
kebenaran
terakhir
berdasarkan fakta-fakta untuk memperbaharui atau menegaskan teori lama. c. Cara
penggunaan
menggunakan
logika
teori
semacam
deduktif
dalam
ini
dilakukan
penelitian
dengan
hukum,
cara
penggunaan teori ini tepat untuk tipe penelitian yuridis empiris.
D. Pertanyaan dan Tugas 1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan teori? 2. Jelaskan teori hukum dalam arti sempit dan teori hukum dalam arti luas? 3. Berikanlah beberapa contoh teori hukum dan teori sosiologi hukum? 4. Berikanlah penjelasan tentang penggunanan teori dalam penelitian hukum ,serta ,serta gambarkan skema skema kerja masing-masing penggunaa teori tersebut? 5. Carilah teori-teori hukum yang akan digunakan dalam penelitian saudara?