BAB V ANALISIS PERANCANGAN LOKASI RANCANG Analisis perancangan terdiri atas beberapa jenis analisis, yaitu analisis aktivitas dan kebutuhan ruang, analisis tapak dan zoning kawasan, analisisi kriteria terukur, analisis kriteria tak terukur, analisis elemen-elemen citra kota, analisis elemen rancang kota, dan analisis elemen estetika kota. 5.1 Analisisi Karakteristik Aktivitas dan Pengguna Analisis aktivitas dan kebutuhan ruang dilakukan guna identifikasi aktivitas apa saja yang ada di lokasi perancangan sehingga dapat diketahui apa saja fasilitas yang dibutuhkan dan siapa saja penggunanya. Lokasi perancangan yang berada di Kawasan Pecinan Semarang termasuk dalam cagar budaya kota semarang, hal ini tercantum pada PERDA Kota Semarang No 14 Tahun 2011 Pasal 69. Berdasarkan hal tersebut Kawasan Pecinan dapat juga sebagai kawasan wisata Kota Semarang serta ditunjang dengan adanya kegiatan perdagangan di daerah tersebut. Pada Kawasan Pecinan selain sebagai kawasan wisata dan perdagangan, juga merupakan tempat hunian dimana mayoritas penduduknya adalah etnis tionghoa sehingga daerah tersebut menjadi kental akan budaya tionghoanya. Luas lahan lokasi perancangan adalah 12,9 ha dan seluruh kawasan merupakan ruang terbangun. Konsep yang dikembangkan pada lokasi perancangan adalah Smart City yang meliputi smart utility (prasarana), mobility (mobilitas), living (gaya hidup) dan environment (lingkungan). Penerapan konsep tersebut dilakukan pada sentra perdagangan dan permukiman sebagai fungsi utama serta kawasan peribadatan dan rekreasi sebagai fungsi penunjang aktivitas masyarakat di Kawasan Pecinan.Untuk dapat mendukung konsep “Smart Heritage City” pada lokasi perancangan, maka terdapat pembagian fungsi kawasan yang terdiri atas fungsi utama, fungsi penunjang dan fungsi pelayanan. Berikut adalah tabel analisis karakteristik ruang pada lokasi perancangan: Tabel V.1 Analisis Karakteristik Ruang pada Lokasi Perancangan Kelompok Aktivitas
Jenis Aktivitas
Jenis Kegiatan
Hunian
Tempat hunian
Komersil
Kegiatan perdagangan yang terdiri dari jual beli barang dan jasa
Utama
Peribadatan
Beribadah
Rekreasi
Tempat Rekreasi
Penunjang
Karakteristik Ruang Mudah dalam menjangkau fasilitas penunjang dan fasilitas pelayanan Aksesibilitas tinggi, ramai, bising dan strategis Mudah dijangkau, tenang dan nyaman Aksesibilitas tinggi, ramai, bising dan
Jenis Ruang
Pengguna
Rumah Tunggal
Penduduk
Ruko Toko)
Penduduk
(Rumah
Pasar
Penduduk
Klenteng
Penduduk
Museum
Penduduk
strategis
Pelayanan
Keamanan
Menjaga keamanan lokasi perancangan
Strategis dan berada pada main entrance lokasi perancangan
Pos Keamanan
Penduduk
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 2A, 2014
5.1.1 Fungsi Utama Fungsi utama pada lokasi perancangan ialah fungsi hunian dan fungsi komersil. Hal ini didukung oleh lokasinya yang berdekatan dengan Pasar Johar yaitu pasar tradisional terbesar di Kota Semarang. Selain itu Kawasan Pecinan dapat diakses dengan 4 jalan utama yang langsung menuju Kawasan Pecinan yaitu dari jalan KH. Agus Salim, Jlana Jagalan, Jalan Gajahmada Ke Jalan Kranggan dan dari Jalan Gajahmada ke Jalan Wotgandul. Konsep lokasi perancangan ini ialah Smart Heritage City dimana nantinya pengembalian desain asli dari permukiman khas etnis Tionghoa dengan tetap mempertahankan fungsi hunian perdagangannya. Tujuan dari konsep ini adalah mengembalikan bentuk dan fungsi hunian untuk etnis tionghoa yang livability namun tetap mempertahankan kawasan perdagangan serta tetap menjaga budaya etnis Tionghoa yang berkembang di daerah tersebut. 5.1.2 Fungsi Penunjang Fungsi penunjang atau aktivitas penunjang merupakan aktivitas yang dikembangkan sebagai penunjang atau pendukung dari aktivitas utama yaitu perdagangan dan permukiman. Berikut uraian fungsi penunjang di Kawasan Pecinan: a. Sarana Peribadatan Ibadah merupakah salah satu kebutuhan rohani bagi manusia, sehingga diperlukan sarana yang dapat mewadahi akan kebutuhan tersebut. Keberadaan sarana peribadatan pada lokasi perancangan didasarkan pada mayoritas pemeluk agama pada lokasi perancangan, dimana mayoritas penduduknya adalah etnis Tionghoa. Saat ini, pada lokasi perancangan masih terdapat 3 klenteng kuno yang merupakan sarana peribadatan masyarakat. Klenteng-klenteng yang ada tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah namun juga merupakan bangunan yang memberikan kesan akan kehidupan etnis Tionghoa di masa lampau. Pada perancangan ini difokuskan pada konservasi klenteng-klenteng yang masih ada, sehingga kesan/ ciri khas pada Kawasan Pecinan tidak hilang. Klenteng-klenteng tersebut juga menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat karena nilai sejarah dan nilai budayanya yang tinggi. b. Sarana Rekreasi Penyediaan sarana rekreasi di lokasi perancangan dikhususkan untuk mendukung kegiatan pariwisata, mengingat bahwa Kawasan Pecinan merupakan salah satu kawasan cagar budaya yang memiliki nilai sejarah dan kebudayaan yang tinggi. Oleh karena itu, direncanakan sarana rekreasi berupa Museum Heritage Center sebagai galeri kebudayaan dan sejarah Kawasan Pecinan. Museum tersebut nantinya akan direncanakan dengan melakukan alih fungsi bangunan yang sudah tidak lagi digunakan/ dihuni. 5.1.3 Fungsi Pelayanan Fungsi pelayanan merupakan fungsi terakhir yang berfungsi untuk memberikan pelayanan bagi masyarakat. Pada lokasi perancangan direncanakan adanya pos keamanan
untuk menjaga keamanan mengingat bahwa sebagian besar penggunaan lahan adalah perdagangan dan permukiman. Pos keamanan tersebut terdapat pada main entrance dan site entrance pada lokasi perancangan. Selanjutnya akan dilakukan analisis karakteristik pengguna, dimana merupakan jumlah dan jenis pengguna yang akan diwadahi dalam lokasi perancangan. Jumlah pengguna tersebut dihitung berdasarkan Carrying Capacity, jumlah tersebut merupakan kapasitas maksimum pengguna yang dapat diwadahi dalam lokasi perancangan.Namun dari Carrying Capacity tersebut, jumlah pengguna yang digunakan adalah sebesar 3200 jiwa berdasarkan asumsi penduduk eksisting yang ada pada lokasi perancangan
Carrying Capacity Fungsi Terbangun (70%) Luas Lokasi Perancangan
Ruang Terbangun (100%)
9.03 ha
12.9 ha
12.9 ha
Sirkulasi (30%)
129,000 / 10m2 12,900 jiwa Asumsi sebesar 3200 jiwa
3.87 ha
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 2A, 2014
Gambar 5.1 Analisis Karakteristik Pengguna pada Lokasi Perancangan
Dari bagan tersebut terlihat analisis karakteristik pengguna pada lokasi perancangan yang meliputi sebagian Kawasan Pecinan dengan luas sebesar 12.9 hektar, dengan kapasitas ruang terbangun sebesar 100%. Nilai tersebut merupakan kondisi eksiting pada lokasi perancangan mengingat bahwa seluruh kawasan merupakan kawasan terbangun, baik itu berupa ruko, rumah dan ataupun klenteng. Ruko-ruko yang ada juga bermacam jenisnya, mulai dari tekstil, bank, rumah makan, salon dan lain sebagainya. Tabel V.3 Perhitungan Carrying Capacity dan Analisis Pengguna pada Lokasi Perancangan Fungsi Ruang
Persentase (%)
Luas Lokasi perencanaan tapak Luas Ruang Terbangun Luas Fungsi Terbangun Luas Sirkulasi Carrying Capacity
100 % dari luas lokasi perancangan 70 % dari luas ruang terbangun 30 % dari luas ruang terbangun luas fungsi terbangun : 10m2 129,000 : 10
Luas
Satuan
129,000
m2
129,000 90,300
m2
38,700
12,900
jiwa
m2
Jumlah Bangunan Ruko dan Rumah Eksisting Rumah Tunggal Eksisting
75 unit
2,400
Rumah Toko
725 unit
87,000
m2
Jumlah Rumah
800 unit
89,400
Asumsi Penduduk
1 KK terdiri dari 4 jiwa jumlah rumah x 4 jiwa
Asumsi Pengguna yang Direncanakan
m2
3,200
jiwa
3,200
jiwa
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 2A, 2014
5.2
Analisis Kebutuhan Ruang Analisis kebutuhan ruang merupakan perhitungan antara jumlah dengan luas ruang yang dibutuhkan pada setiap aktivitas yang akan diwadahi dalam perencanaan lokasi perancangan dengan mempertimbangkan jumlah pengguna dan standar penggunaan aktivitas tersebut. Berikut adalah hasil analisis kebutuhan ruang terbangun pada lokasi perancangan: Tabel V.3 Analisis Kebutuhan Ruang pada Lokasi Perancangan Kelomp ok Aktivita s
Jenis Ruang
Penggu na
Jumlah Penggu na
Standa r (jiwa/ m2)
Rumah Tunggal
Pendud uk
3200 jiwa
4 jiwa/ 4x8 m2
Ruko
Pendud uk
3200 jiwa
4 jiwa/ 5X20 m2
Pasar
Pendud uk
3200 jiwa
-
Klenteng 1
Pendud uk
3200 jiwa
290 m2
Klenteng 2
Pendud uk
3200 jiwa
153 m2
Klenteng 3
Pendud uk
3200 jiwa
66 m2
Rekreasi
Museum
Pendud uk
3200 jiwa
12x20 m2
Keamana n
Pos Keamanan
Pendud uk
3200 jiwa
4x3 m2
Jenis Aktivita s
Sumbe r
Juml ah (unit )
Luas (m2)
Ket
75
2,40 0
Eksisti ng
725
87,0 00
Eksisti ng
1
139
Eksisti ng
1
290
Eksisti ng
1
153
Eksisti ng
1
66
Eksisti ng
1
240
Renca na
1
12
Eksisti ng
Aktivitas Utama Hunian
Utama Komersil
Kondisi Eksisti ng Kondisi Eksisti ng Kondisi Eksisti ng
Aktivitas Penunjang
Peribada tan Penunja ng
Pelayan an
Kondisi Eksisti ng Kondisi Eksisti ng Kondisi Eksisti ng Best Practic e China Town Singap ore Kondisi Eksisti ng
Luas Fungsi Terbangun
90,300 m2
Luas Sirkulasi
38,700 m2
Luas Ruang Terbangun
129,000 m2
Total Luas Lokasi Perancangan
129,000 m2
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 2A, 2014
5.2 Analisis Hubungan Antar Kelompok Aktivitas Hubungan antar ruang menjelaskan bagaimana keterkaitan antar aktivitas yang akan diwadahi dalam ruang-ruang. Penentuan hubungan antar ruang ini digunakan sebagai dasar dalam peletakan kelompok aktivitas yang akan direncanakan. Keterkaitan masing-masing ruang yang berbeda tersebut terjadi karena setiap jenis aktivitas yang diwadahi di setiap ruang antara satu dengan lainnya dapat saling bertolak belakang maupun saling terkait. a. Hubungan erat, bahwa antara aktivitas X dan aktivitas Y saling terkait erat. misalnya aktivitas hunian (permukiman) dan perdagangan (ruko) sangat membutuhkan sarana penunjang dan pelayanan seperti peribadatan (klenteng), persampahan (TPS), transportasi dll. b. Hubungan tidak erat , bahwa antara aktivitas X dan aktivitas Y saling bertolak belakang (tidak terkait). misalnya aktivitas perdagangan tidak memiliki hubungan yang erat dengan aktivitas peribadatan, dll. Berikut adalah skema hubungan antar ruang Kelurahan Kudu.
Permukiman Perdagangan Peribadatan Rekreasi Keamanan
Ada Hubungan Tidak Ada Hubungan
Permukiman sebagai aktivitas utama memiliki keterkaitan atau hubungan erat dengan aktivitas lain seperti perdagangan, peribadatan, rekreasi dan aktivitas pelayanan seperti keamanan. Hal tersebut dikarenakan masyarakat yang bermukim membutuhkan adanya aktivitas penunjang dan pelayanan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Perdagangan yang juga sebagai aktivitas utama pada lokasi perancangan memiliki hubungan yang sangat erat dengan persampahan karena aktivitas perdagangan dan jasa dapat menimbulkan sampah setiap harinya. Selain dengan persampahan, permukiman, rekreasi dan keamanan juga memiliki hubungan yang erat dengan perdagangan. 5.3
Analasis Organisasi Ruang Analisis keruangan merupakan analisis yang berisi kasaran dari siteplan perumahan yang akan diterapkan dalam lokasi perencanaan yaitu Kawasan Pecinan dengan tema smart heritagecity. Siteplan yang akan dibuat nanti tentunya akan mengacu pada organisasi keruangan yang telah dibuat. Selain itu dengan adanya organiasi ruang dapat menentukan cara pembagian zona-zona aktivitas dalam daerah perencanaan yang disesuaikan dengan karakter ruang yang dibutuhkan masing-masing aktivitas tersebut. Diharapkan organisasi keruangan yang telah dibuat mampu menampung dan memfasilitasi semua kegiatan penduduk terutama untuk memenuhi kegiatan utama penduduk.
SIDE ENTRANCE PERMUKIMAN
KLENTENG
PERMUKIMAN
PERMUKIMAN
RUKO
RUKO RUKO
RUKO
PERMUKIMAN
KLENTENG
KLENTENG
PERMUKIMAN
MUSEUM (SARANA REKREASI)
PASAR
KEAMANA N
POS OJEK/BECAK
MAIN ENTRANCE
5.2 ANALISIS TAPAK 5.2.1 Analisis Konstelasi Wilayah studi rancanga ini adalah kawasan pecinan Semarang yang ada di Kelurahan Kranggan, Kecamatan Semarang Tengah. Kawasan pecinan Semarang yang menjadi wilayah studi, memiliki luas 12 ha, hampir separuh dari luas seluruh Kelurahan Kranggan yaitu 25,5 ha. Dalam merencang kawasan konservasi yaitu kawasan pecianan harus melalui banyak pertimbangan yang disesuaikan dengan peraturan peundangundangan yang sudah ada. Untuk mengetahui dan menentukan konsep perancangan kawasan pecinan Semarang ini, perlu dilakukan analisi konstelasi wilayah studi mikro dengan wilayah studi makro agar arah pengembangannya satu sama lain singkron. Berikut adalah analisis konstelasi wilayah studi perencanaan kawasan pecinan Semarang: Konstelasi Kecamatan Semarang Tengah terhadap Kota Semarang Mengacu pada Peraturan Daerah Kota Semarana No.14 Tahun 2011 Tentang RTRW Kota Semarang tahun 2011-2031, lokasi perancangan terletakdi Kecamatan Semarang Tengah yang termasuk Bagian Wilayah Kota (BWK) I. Dalam Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 6 Tahun 2004 Tentang Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) Kota Semarang Bagian Wilayah Kota I, fungsi kawasan Kecamatan Semarang Tengah diantaranya adalah pengembangan kawasan perdagangan dan jasa, perkantoran, permukiman, dan kawasan cagar budaya/ koservasi. Kecamatan Semarang Tengah merupakan pusat aktivitas Kota Semarang, bahkan menjadi pusat pemerintahan Kota Semarang. Oleh karena itu keberadaan Semarang Tengah sangat mempengaruhi Kota Semarang. Terlebih lagi, Kecamatan Semarang Tengah memiliki beberapa kampung tua di Kota Semarang dan cagar budaya yang salah satunya adalah kawasan pecianan. Cagar budaya yang ada di wilayah Kecamatan Semarang Tengah dihararapkan menjadi daya tarik wisata Kota Semarang, sejalan dengan slogan Kota Semarang tahun 2011 yaitu Semarang Pesona Asia.
Konstelasi Lokasi Perencanaan Tapak Terhadap Kecamatan Genuk
Wilayah studi perancangan yaitu kawasan pecinan Semarang terletak di Kelurahan Kranggan yang merupakan Bagian Wilayah Kota (BWK) I blok 1.2, seperti yang disebut pada Rencana Detail Tata Ruang Kota-Kota Semarang BWK I Tahun 2011-2031, yang diperuntukkan pemukiman, perdagangan dan jasa, dan cagar budaya. Kawasan pecianan Semarang ini merupakan kawasan cagar budaya yang diperkuat dengan adanya SK Wali Kota Semarang No. 464/50/1992. Dengan adanya kawasan cagar budaya ini, diharapkan dapat menjadi salah satu daya tarik wisata Kota Semarang. Sehingga diharapkan dapat menambah pendapatan Kota Semarang dari sektor pariwisatanya. Kawasan pecianan ini akan direncanakan dengan konsep smart city tetapi tetap mempertahankan nilai-nilai sejarah yang ada di dalamnya. Oleh karena hal tersebut, maka keaslian nilai-nila sejarah yang ada pada bangunan, lingkungan dan suasana pecianan akan tetap dipertahankan untuk menjaga warisan budaya.
5.2.2
Analisis Lingkungan Analisis dilakukan untuk menentukan kecocokan tata letak zoning tapak terhadap fungsi-fungsi penggunaan ruang di sekitarnya. Analisis ini berfungsi sebagai pertimbangan dalam penentuan zoning kawasan yang dilihat dari faktor eksternal tapak yang direncanakan. Analisis Lingkungan Data
Respon Kawasan Pasar Johar/ Perdagangan
Kawasan Perdagangan (Toko Emas Wahid Hasyim) Deretan Perdagangan dan Jasa (Jl. Gg. Pinggir)
Permukiman
Deretan perdagangan dan jasa (Jl. Wotgandul)
Analisis Lingkungan Data Di sekitar wilayah studi kawasan Pecinanan adalah kawasan perdagangan dan jasa. Di bagian utara wilayah studi kawasan pecinan merupakan kawasan pasar Johar Semarang. Sedangkan bagian barat wilayah studi merupakan campuran antara deretan ruko yang mayoritas adalah toko emas yang ada di Jalan K.H. Wahid Hasyim dan permukiman di Kelurahan Kranggan. Bagian selatan wilayah studi mikro merupakan deretan ruko dan perkantoran dan bagian timur merupakan deretan juga ruko.
5.2.3
Respon Kawasan perdagangan dan jasa adalah kawasan yang berfungsi sebagai area public, zona ini merupakan zona yang produktif, dimanfaatkan untuk kegiatan perdagangan dan jasa. Karena zona komersil cenderung ramai maka tidak cocok jika berdekatan dengan sekolah yang membutuhkan ketenangan. Zona pemukiman cocok dikembangkan pada kawasan yang berada pada area privat, tidak berbatasan dengan pusat perbelanjaan dan area lain yang berfungsi sebagai area publik.
Analisis Topografi Analisis topografi berfungsi untuk menentukan pengembangan penggunaan ruang untuk kegiatan yang sifatnya terbangun maupun non terbangun. Analisis topografi ini dilihat dari kontur kawasan pecinan. Untuk kontur rapat, cocok dikembangkan sebagai zona non terbangun dan kontur renggang cocok digunakan untuk zona terbangun. Namun, pada wilayah studi ini yaitu kawasan pecinan Semarang merupakan dataran, sehingga hanya memiliki kontur yang renggang. Data
Analisis Topografi Respon
Analisis Topografi Respon
Data Kontur Interval 2 m
5.2.4
Zona Terbangun merupakan zona dengan kontur renggang yang menunjukkan topografi datar sehingga dapat dikembangkan sebagai fungsi terbangun misal permukiman, perdagangan, dan lain-lain. Pada wilayah studi kawasan pecianan terdapat kontur dengan interval 2 meter, tetapi karena wilayah yang memiliki kontur hanya sedikit dan terletak di pojok wilayah studi, maka wilayah tersebut ikut dimasukkan ke dalam zona terbangun. Wilayah studi kawasan pecinan seluruhnya adalah zona terbangun karena memiliki topografi yang datar yaitu 0-2%. Pada kondisi eksistingnya pun kawasan pecinan merupakan kawasan padat bangunan.
Analisis Kebisingan Analisis Kebisingan
Data
Respon
Zona Bising Tinggi Merupakan jalan lokal namun dengan banyaknya kendaraan yang berlalu lalang. Baik mobil, motor, ataupun becak. Terlebih lagi merupakan kawasan perdagangan dan jasa, sehingga banyak
Zona kegiatan publik Zona kegiatan publik merupakan zona yang membutuhkan karakter ruang dengan tingkat kebisingan tinggi, sehingga
Analisis Kebisingan Data truk barang yang bongkar muat di zona tersebut. Zona Bising Sedang Merupakan jalan lingkungan, namun kendaraan yang berlalu lalang masih cukup banyak seperti mobil dan motor dari pegawai dari perkantoran (banyak bank) yang ada Jalan Gang Besen dan Gang Tengah. Zona Bising Rendah Merupakan jalan lokal dan jalan lingkungan, namun masih banyak kendaraan beroda empat yang melewati jalan di zona tersebut. Karena jalan lokal dan lingkungan tersebut merupakan jalan pintas untuk ke jalan utama. Daripada memutar terlalu jauh karena jalan satu arah di kawasan pecinan, banyak masyarakat yang menggunakan jalan pintas tersebut.
5.2.5 Data
Analisis Aksesibilitas Analisis Aksesibilitas Respon
Respon cocok dikembangkan sebagai fungsi perdagangan, jasa dan komersil lainnya. Pada kondisi eksisting pun, kawasan tersebut adalah deretan ruko, perkantoran, dan bank. Zona kegiatan privat Zona kegiatan privat merupakan zona yang membutuhkan karakter ruang dengan tingkat kebisingan rendah, sehingga dapat dikembangkan sebagai fungsi hunian. Kondisi eksisting, bangunan pada gang-gang kecil (Gang Cilik, Gang Baru, Gang Blakang) di kawasan pecianan memiliki fungsi hunian.
Data Zona akses tinggi
Analisis Aksesibilitas Respon Zona kegiatan publik
Merupakan jalan lokal yang memiliki volume kendaraan yang tinggi, yaitu Jalan Beteng di sebelah barat wilaya, sedangkan bagian selatan adalah Jalan Wotgandul dan bagian utara adalah Gang Warung. Untuk jalan lingkungan yang memiliki akses tinggi adalah Gang Pinggir, Gang Besen dan Gang Tengah. Hal tersebut dikarenakan jalan tersebut terdapat deretan ruko dan perkantoran Zona akses rendah Pada zona akses rendah ini, dilewati oleh jalan lingkungan. Pada wilayah studi kawasan pecianan ini, merupakan Jalan Gang Cilik, Jalan Gang Baru, Jalan Blakang dan Jalan Gang Gambiran.
Zona kegiatan publik membutuhkan karakter ruang dengan aksesibilitas tinggi sehingga dapat dikembangkan sebagai kawasan perdagangan dan jasa, dan lainlain. Dengan adanya aksesibilitas tinggi maka, zona kegiatan publik dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat. Pada kondisi eksisting, keempat jalan yang menjadi batas wilayah studi mudah diakses dari jalan kolektor yaitu Jalan K.H. Wahid Hasyim dan lokasi kawasan Pecinan juga dekat dengan Jalan MT. Haryono. Zona kegiatan privat Zona kegiatan privat membutuhkan karakter ruang dengan aksesibilitas rendah sehingga dapat dikembangkan sebagai kawasan hunian, sarana peribadatan dan lain-lain. Karena baik hunian dan sarana peribadatan membutuhkan ketenangan agar tercipta kenyamanan bagi para penghuninya.
5.2.6
Analisis Drainase Analisis Drainase DATA
Drainase primer berupa kali semarang Drainase Sekunder dimana kondisi alirannya tidak lancar karena tersumbat oleh sampah-sampah.
RESPON
Arah Aliran Air Drainase tersier dengan lebar 30 cm Drainase Sekunder dengan Lebar 50 cm Drainase Primer Berupa Kali Diterapkan sistem drainase terbuka pada setiap jenis drainase sehingga memudahkan proses pemeliharaan dan pembersihan. Perlu adanya normalisasi fungsi drainase sekunder yang tersumbat untuk mengoptimalkan fungsi drainase dalam menampung limpasan air.
5.1.1
Analisis Vegetasi Analisis Vegetasi Data
1.
Tidak adanya ruang terbuka hijau berupa taman bermani maupun hutan kota Tidak adanya jalur hijau kawasan sebagai peneduh pejalan kaki
Respon
Pada kondisi di kawasan perancangan yang merupakan kawasan konservasi sulit dialokasikan lahan untuk ruang terbuka hijau karena kondisi eksisting kawasan yang sudah padat bangunan, namun penyediaan rung terbuka dapat diusahakan dengan roof garden dan juga tanaman pot disekitar jalan utama (Jalan Beteng dan Gang Warung)
5.1.2
Analisis View Analisis View Data
Respon
2 2
1
1
2
1
View To Site: Gerbang Pecinan dan bundaran pecinan serta bangunan ruko-ruko khas pecinan
2
View From Site: Jembatan kebon dalem dan Kali Semarang dan lingkungan pasar johar
2
1
2
View to Site: Gerbang dan bundaran Pecinan akan tetap dipertahankan dengan tambahan ornamen khas etnis Tiong Hoa yang dapat membuat kawasan lebih menarik View from Site: akan tetap mengarah ke kali semarang dan juga lingkungan pasar johar
5.1.3
Analisis Arah Angin dan Lintasan Matahari Analisis Arah Angin Dan Lintasan Matahari Data
Arah matahari pada lokasi tapak yaitu dari timur ke barat. Arah angin pada lokasi tapak yaitu bertiup dari arah timur laut ke barat daya. Arah Matahari Arah Angin
Respon
Sumbu Ideal: merupakan garis perpotongan antara jalur lintasan matahari dan jalur arah angina dimana sumbu ideal merupakan sumbu untuk menentukan arah orientasi bangunan pada suatu tapak. Orientasi Bangunan Sejajar Dengan Sumbu Ideal: bangunan yang sesuai dengan sumbu ideal maka mendapat pencahayaan yang cukup dan juga mengurangi resiko terkena terpaan angina yang kencang.
5.1.4
Zoning Kawasan ZONING KAWASAN
Zona permukiman cocok dikembangkan di kawasan yang tingkat kebisingannya rendah, yaitu tidak di dekat jalan utama karena hunian merupakan area privat Zona pedagangan jasa (komersial) akan dibangun disepanjang jalan utama yang sifatnya adalah area publik
5.3 ANALISIS KRITERIA TERUKUR DAN TAK TERUKUR 5.3.1 Analisis Kriteria Terukur Kriteria terukur merupakan alat analisis dalam perancangan kota yang digunakan untuk mengetahui secara kuantitatif syaratsyarat tertentu dalam proses perancangan kota. Nilai tersebut selanjutnya akan digunakan untuk mengetahui bentuk amplop bangunan. Beberapa diantara kriteria terukur yang digunakan dalam perancangan kawasan compact city pada wilayah studi adalah perhitungan KDB, ketinggian bangunan, dan GSB. a. Analisis Koefisien Dasar Bangunan (KDB) Nilai KDB merupakan persentase maksimal luasan lahan yang dapat dibangun pada wilayah perancangan.Analisis KDB dilakukan dengan tujuan untuk meminimalisir kegiatan eksploitasi lahan. Menurut RDTRK Kecamatan Semarang Tengah, arahan penggunaan lahan di Kecamatan Semarang Tengah adalah sebagai permukiman, Perdagangan dan Jasa, fasilitas pendidikan, kesehatan, serta perkantoran. A. Analisis KDB pada luas lahan perancangan S = 0,0011 A = 12,9 Ha = 129.000 m2 C = 1,8 (Daerah dengan ruang terbuka dan kawasan infiltrasi minim serta kelerengan datar) I = 7,678.10-8 m/detik a)
Iinf = S x A 0,0011 x 129.000 m2
d) OS =
𝐼𝑖𝑛𝑓 𝑄1𝐻𝑎
142 liter/menit
2,3 1,37
2,3 liter/detik
1,67 Ha
b)
Qinf = C x I x A
e)
1,8 x (7,678 x 10-8 m/detik) x 129.000 m2
c)
KDB =
𝐴−𝑂𝑆 𝑥 100% 𝐴
1.782.832 x 10-8 m/detik
11,23 𝑥 100% 12,9
17,8 liter/detik
87% 90%
Q1Ha =
1𝐻𝑎 𝑥 𝑄𝑖𝑛𝑓 𝐴
1𝐻𝑎 𝑥 17,8 12,9
1,37 liter/detik/Ha Berdasarkan hasil perhitungan diatas, KDB wilayah perancangan adalah 90% yang artinya total luasan yang dapat dibangun adalah sebesar 11,61 Ha. Luasan tersebut tidak sesuai dengan kondisi eksisting karena saat ini luasan lahan terbangun yang sudah mencapai 100%. Lahan terbangun yang dimaksud berupa bangunan permukiman dan fasilitas serta jaringan prasarana. B. Perhitungan Ketinggian Bangunan FAR =
𝐴 𝐾𝐷𝐵 𝑥 𝐴
12,9 𝐻𝑎 90% 𝑥 12,9 𝐻𝑎
1,11 Nilai FAR yang telah didapat tersebut kemudian disesuaikan dengan grafik LUI sehingga diketahui bahwa maksimal pada kawasan perancangan dibangun bangunan 6 lantai, atau ketinggiannya 24 meter. Namun karena di wilayah perancangan umumnya ketinggian bangunan hanya 2-3 lantai berkisar 6-12 meter, dan karena sifat ketinggian bangunan merupakan salah satu ciri dari kawasan pecinan maka ketinggian bangunan tersebut akan dipertahankan
Jarak Antar Bangunan dan Garis Sempadan Bangunan 1. Perhitungan Jarak Antar Bangunan JAB dihitung berdasarkan ketinggian bangunan dengan menggunakan ALO (Angle of Lights Obstruction), dimana JAB merupakan jarak yang terkecil, diukur di antara permukaan-permukaan denah dari bangunan-bangunan atau jarak antara dinding terluar yang berhadapan antara dua bangunan. Ketinggian bangunan di Kawasan Pecinan rata-rata 10 meter. Perhitungan ALO merupakan perhitungan dengan sudut yang telah ditentukan sebesar 45°, dengan perhitungannya adalah sebagai berikut: JAB= Tinggi Bangunan/Tg ALO = 10 meter/1= 10 meter Namun perhitungan menggunakan ALO kurang rasional sehingga JAB ditentukan menggunakan persyaratan dari Departemen Pekerjaan Umum yaitu: Tinggi Bangunan (m)
Jarak Bangunan (m)
0–8
3
8 – 14
3–6
14 – 40
6–8
>40
>8
Sumber: Departemen Pekerjaan Umum, 1987 Karena Kawasan Pecinan merupakan kawasan konservasi, maka jarak antar bangunan di Kawasan Pecinan tidak sesuai dengan ketentuan diatas namun jarak antar bangunan berdempetan sesuai dengan ciri khas Kawasan Pecinan sebagai kawasan sejarah etnis Tionghoa yang terdiri dari bangunan-bangunan lama khas Tionghoa. 2. Perhitungan Garis Sempadan Bangunan Garis sempadan adalah garis yang pada pendirian bangunan ke arah yang berbatasan di atas permukaan tanah yang tidak boleh terlampaui. Garis sempadan ini terdiri dari:
1. Sempadan muka : yang berbatasan dengan jalan 2. Sempadan belakang : yang berbatasan dengan jalan atau bangunan di belakangnya. 3. Sempadan samping : yang berbatasan dengan jalan atau bangunan di sampingnya. 4. Sempadan pagar : garis dimana harus dipasang bagian luar dari pagar-pagar persil atau pagar-pagar pekarangan. Garis Sempadan Bangunan ditetapkan untuk: -
Memberi batasan keamanan bagi pengguna jalan terhadap lingkungan sekitarnya
-
Memberikan ruang untuk sirkulasi udara dan sinar matahari
-
Ruang untuk resapan air tanah
-
Berguna untuk keadaan darurat, misalnya kebakaran
Perhitungan GSB akan dilakukan pada titik pertemuan antara jalan kolektor sekunder dengan jalan lokal.
Lebar Jalan
km/jam
mil/jam
Kolektor Sekunder
8m
-
40
25
Lokal
3m
-
20
12,5
Hierarki Jalan
Perhitungan GSB Jalan Kolektor dengan Jalan Lokal Va = 25 mil/jam Vb = 12,5 mil/jam A1 = 4 m B1 = 1,5
Kecepatan Kendaraan
Lebar Bahu Jalan
Ta = 1,22 Tb = 0,90 Da = 0,063 (Va)2 + 1,47 (ta) (Va) + 16 = 0,063 (25) 2 + 1,47 (1,22) (25) + 16 = 100,21 feet = 30,552 m
Vb = (Db-16) (Va)/Da 12,5 = (Db-16) (25)/100,21 12,5 = (Db-16) x 0,25 Db = 66 feet = 20,121 m
Mencari a2 -> b2 = 0 Db = a (Da) Da-b (a1 + a2) (Da) Da - (b1 + b2) 20,121 = (4 + a2) (30,552) 30,552 – (1,5 + 0) a2 = 5,13 m
Mencari b2 -> a2 = 0 Db = a (Da) Da-b (a1 + a2) (Da) Da - (b1 + b2) 20,121 = (4 + 0) (30,552) 30,552 – (1,5 + b2) b2 = 22,98 m
Garis Sempadan Jalan kolektor = a a = a1 + a2 = 4 + 5,13 = 9,13 m Garis sempadan jalan lokal = b b = b1 + b2 = 1,5 + 22,98 = 24,48 Berdasarkan hasil perhitungan diatas, nilai GSB yang dihasilkan sangat besar dan tidak dapat diterapkan pada Kawasan Pecinan. Apalagi Kawasan Pecinan yang memiliki letak-letak bangunan yang sangat berdekatan sesuai dengan ciri khas permukiman Tionghoa sehingga GSB yang ada di Kawasan Pecinan tidak sesuai dengan perhitungan GSB yang seharusnya.
5.3.2 Analisis Kriteria Tak Terukur A. Access Data
Respon
Jalan Kolektor Sekunder Jalan Lokal
Keterjangkauan pengguna untuk menuju kawasan pecinancukup mudah karena kawasan pecinan dilewati oleh jalan kolektor sekunder pada gang Waroeng. Adapun jalan yang boleh dilalui oleh kendaraan adalah gang Wotgandul, jalan Benteng, dan jalan Besen. - Belum adaparkiran komunal dan halte bus yang menunjang kegiatan akses di kawasan pecinan.
-
-
B. Compatibility
Rencana lokasi pos ojek dan becak Rencana lokasi parkir komunal Rencana lokasi gudang Rencana kawasan Parkir Onstreet Parkir onstreet dialokasikan di bagian depan sekitar main enterance supaya dapat mengurangi kendaraan masuk ke dalam kawasan, diharapkan pengunjung dapat memarkir kendaraan dilokasi tersebut untuk kemudian berjalan ke daerah sekitarnya Dengan adanya rencana lokasi , rencana lokasi halte bus, parkir komunal dan rencana lokasi gudang untuk bongkar muat dapat membuat akses akan semakin mudah.
Data
-
-
Compability adalah aspek kecocokan antara bangunan lama dengan bangunan baru yang dapat dilihat dari warna, tekstur, skala, proporsi dan fasade bangunan (Kevin Lynch). Terdapat beberapa ruko dengan gaya arsitektur modern dengan kondisi yang baik dan warna yang terang berada bersebelahan dengan ruko dengan gaya arsitektur China kuno yang kondisinya kurang terawat dan warna yang sudah kusam. Hal ini cukup menunjukan adanya kesenjangan sosial di kawasan pecinan. Belum adanya sempadan bangunan karena satu bangunan dengan bangunan yang lain saling berhimpit dan saling memanfaatkan ruang semaksimal mungkin karena lahan yang ada terbatas.
Respon
-
Tetap mempertahankan ruko ataupun rumah bergaya arsitektur pecinan sebagai nilai Budaya china khusus di kawasan pecinan namun gedung gedung tua tersebut akan direvitalisasi lagi menjadi gedung yang layak huni.
C. View Data
-
View yang ada berupa gerbang pecinan dan Deretan pertokoan di gang warung yang juga merupakan Woroeng Semawis dimalam hari saat weekend. View adalah orientasi manusia sebagai pengguna terhadap lingkungannya yang terlihat di sini belum memiliki bea karena hampir semua bangunan memiliki ketinggian yang sejajar.
Respon
-
Mempertahankan view yang ada berupa gerbang pecinan dan Waroeng Semawis yang ada saat Weekend, serta mengangkat kembali kesan bangunan khas ruko pecinan
D. Identity Data
-
-
Identity merupakan kesan dari satu objek yang dapat menjadi ciri satu kawasan. Unsur yang sering kali dikaitkan dengan identik adalahlandmark yang dapat menjadi penanda satu kawasan. Landmark dapat berupa gerbang, persimpangan, tugu, dll yang digunakan sebagai ikon satu kawasan. Identity yang ada di kawasan pecinan berupa gerbang pecinan yang sekaligus menjadi main entrance. Selain itu identity dari kawasan ini juga dapat berupa klenteng-klenteng yang menjadi ciri khas kawasan pecinan
Respon
Identity dari kawasan perancangan masih akan mengandalkan gerbang pecinan selain itu klenteng-klenteng eksisting yang juga memberikan kesan tersendiri dari kawasan pecinan
E. Sense Data
Respon
Gambar perdagangan
-
-
Sense adalah kesan atau suasana yang ditimbulkan saat kawasan tersebut masih asli dengan lingkungan pecinan yang khas, banyak bangunan berlantai 2 yang khas dan kuno serta dilengkapi dengan ornamen khas China. Bentuk permukiman (bangunan) yang padat dan kompak menjadi ciri lain kawasan pecinan ini yang juga telah bersifat anorganik.
-
Pemilihan untuk tetap mempertahankan bangunan kuno menjadi daya tarik (sense) wisata tersendiri bagi para pengguna maupun pengunjung.
F.
Livability Data
-
-
Kenyamanan untuk tinggal masih kurang pada saat ini, hal ini dikarenakan kesan kumuh yang terlihat pada kampung pecinan terutama yang terletak di sebelah sungai, selain itu banyak gedung kuno yang tidak terawat karena sudah banyak ditinggalkan. Oleh karena itu kami berusaha untuk memperbaiki kawasan pecinan supaya bisa kembali nyaman untuk ditinggali dengan menerapkan konsep desa wisata. Berkaitan dengan hal diatas, jumlah fasilitas pemenuhan kebutuhan jumlahnya akan disesuaikan kembali aren selain kawasan pecinan digunakan sebagai mukiman, perdagangan dan jasa serta digunakan sebagai lokasi desa wisata.
Respon
Permukiman Perdagangan dan Jasa
-
Klenteng Fasilitas dan kawasan perkantoran
Kelengkapan sarana prasarana penunjang seperti gudang, perdagangan dan jasa, kelenteng, ruang terbuka hijau berupa taman dapat dimanfaatkan wargamaupun pengunjung.
5.4 Analisis Elemen Citra Kota A. Path Data
Path adalah jalur atau lintasan yang berada di Kawasan Pecinan. Foto di atas adalah foto jalanan di Gang Waroeng.
Respon Jaringan jalan yang akan direncanakan secara garis besar sama tetapi akan ditambah jaringan jalan baru tetapi jalan Gang Waroeng akan dipertahankan karena digunakan untuk perdangan dan jasa.
B. Nodes Data
Respon
Nodes yang akan dikembangkan dikawasan perancangan kan tetap diarahkan pada main enterance
Nodes yang merupakan persimpangan jalan di Kawasan Pecinan akan di pertahankan karena berada di Main Entrance Pecinan dan merupakan khas dari Kawasan Pecinan
C. Edges Data
Respon Edges adalah batasan dari suatu wilayah dapat berbentuk jaringan jalan maupun garis batas seperti trotoar ataupun median jalan. Edges yang digunakan dianalisis ini berbentuk jaringan jalan. Edges yang direncanakan tidak berbeda dengan bentuk aslinya karena akan tetap mempertahankan bentuk asli dari kawasan pecinan.
D. Landmark Data
Respon
Tema yang dipakai adalah heritage smart city. Maka landmark yang berupa klenteng akan dipertahankan karena memiliki nilai budaya dalam kawasan Pecinan.
Kawasan pecinan identik dengan penduduk dengan etnis tiong hoa dan pasti terdapat tempat ibadah agama kong hu chu yaitu klenteng yang dapat dijadikan landmark suatu kawasan pecinan. Klenteng tersebut bernama Klenteng hok bio.
E. District Data
Kawasan Waroeng Semawis menjadi salah satu elemen citra kota yaitu district karena memiliki fungsi yang berbeda dari daerah sekitarnya yaitu sebagai pusat street food pada malam hari
Respon Kawasan Pecinan sangat terkenal dengan waroeng semawis yang merupakan salah satu daya tarik terkuat masyarakat untuk datang ke daerah Pecinan. Waroeng semawis juga adalah semacam event mingguan yang hanya ada pada tiap akhir pekan yang berisi jajanan makanan jalanan dan penjualan barang-barang, waroeng semawis memiliki nilai budaya etnis tiong hoa yang kuat maka cocok untuk dipertahankan sesuai dengan tema yang diambil yaitu heritage smart cities.
5.5 5.4.1
Analisis Elemen Perancangan Kota Tata Guna Lahan (Land Use) Data
Penggunaan lahan pada lokasi perancangan yang berada di Kelurahan Kranggan, Kecamatan Semarang Tengah adalah perdagangan dan jasa, permukiman, dan sarana pendidikan. Dari peta tata guna lahan di atas, hampir seluruh kawasan digunakan untuk perdagangan dan jasa. Namun kawasan ini tidak memiliki open space yang dapat menngurangi terjadinya bahaya banjir.
Respon
Berdasarkan kondisi eksisting, maka rencana penggunaan lahan dibagi menjadi 4 zona utama, yaitu: Ruang terbuka non hijau (warna abu abu), Perkantoran (Biru) Zona permukiman (warna Orange) & perdagangan dan jasa (merah). Hal ini mempertimbangkan kondisi konservasi wilayah perancangan sehingga tidak banyak dilakukan perubahan dalam alokasi penggunaan lahannya
5.4.2
Bentuk dan Massa Bangunan (Building form and Massing) Data Respon Pada konsep perancangan untukbentuk dan massa bangunan masih akan berpatok pada kondisi eksisting, hal ini dikarenakan sifat bentuk dan massa bangunan di kawasan ini mempunyai ciri tersendiri yang harus dipertahankan. Sehingga KDB di wilayah perancangan akan tetap menggunakan 100% dengan ketinggian 8-12 meter dan jarak antar bangunan 0 meter karena di kawasan pecinan bangunan nya memang berdempetan. Hanya saja antar blok bangunan masih akan dipisahkan oleh jalan yang ada dikawasan perancangan.
Mayoritas ketinggian bangunan di wilayah studi antara 8 – 12 meter (2 lantai). Jarak antara satu bangunan dengan bangunan lainnya sangat dekat. Bentuk permukiman yang terdapat pada lokasi perencanaan merupakan hunian berupa ruko (rumah toko) sederhana yang kental dengan ciri bangunan khas tionghoa. Namun tidak sedikit bangunan yang sudah mengalami modifikasi menjadi rumah dengan gaya masa kini.
5.4.3
Sirkulasi dan Parkir (Circulation and Parking) Data
Jalan lokal di lokasi perancangan memiliki lebar sekitar 3 meter dengan perkerasan aspal. Sedangkan untuk jalan lokal memiliki lebar 2 meter dengan perkerasan paving dan aspal. Pada lokasi perancangan, sudah terdapat jalur khusus untuk pejalan kaki namun belum terdapat tempat transit angkutan umum di sepanjang jaringan jalan/jalur sirkulasi. Pada kondisi eksisting tidak terdapat tempat parkir baik untuk kendaraan pribadi ataupun kendaraan umum sehingga tidak sesuai jika dijadikan kawasan wisata berbasis heritage. Pada wilayah studi bahu jalan digunakan sebagai tempat parkir kendaraan yang berkunjung ke lokasi perancangan.
Respon
Keberadaan ruang parkir khusus, baik itu parkir on street ataupun off street sangat dibutuhkan di lokasi perancangan ini. Pada perencanaannya di lokasi perancangan ini akan dialokasikan parkir umum yang dekat dengan pusat perdagangan dan jasa dengan tipe parkir on street
.
5.4.4 Ruang Terbuka (Open Space) Tabel Tabel Analisis Ruang Terbuka Data
Respon
Pada lokasi perancangan tidak dapat ditemukan open space berupa ruang terbuka hijau maupun ruang terbuka non hijau. Saat ini, lokasi perancangan didominasi oleh bangunan ruko dan tempat ibadah khas tionghoa.
Pada perancangannya, ruang terbuka non hijau akan dijadikan open space baik itu berupa sitting area disepanjang gang warung maupun ruang terbuka di tengah kawasan dan di halaman klenteng yang selain memiliki fungsi sebagai sirkulasi udara juga merupakan tempat rekreasi penduduk.
5.4.5
Jalur Pejalan Kaki (Pedestrian Ways) Data
Respon
Dengan pembuatan pedestrian ways yang menarik, aman, nyaman dan juga ditambah banyaknya street furniture seperti pepohonan di pinggir jalan akan menarik masyarakat untuk lebih memilih berjalan kaki daripada menggunakan kendaraan bermotor untuk jarak dekat. Fungsi lainnya dari pedestrian ways ini juga dapat menekan penggunaan kendaraan bermotor yang dapat menimbulkan polusi di kawasan
Pedestrian pada lokasi perancangan belum cukup baik, ruas jalan tidak dibatasi oleh saluran air dan jalur yang dikhususkan bagi pejalan kaki. Pedestrian hanya terdapat disepanjang Jalan Gg. Warung namun belum berfungsi secara optimal karena sering digunakan sebagai tempat parkir kendaraan. heritage ini.
5.4.6
Aktivitas Pendukung (Activity Support) Data
Respon Perancangan wilayah studi untuk pendukung aktivitas, seperti contohnya aktivitas perdagangan dan jasa serta fasilitas pendukungnya akan dijadikan dalam satu zona.
Waroeng Semawis akan tetap dipertahankan dengan penataan yang lebih baik dan menarik. Dan akan dikembangkan Heritage Center sebagai pusat sejarah kawasan
Terdapat aktivitas pendukung seperti aktivitas perdagangan dan jasa serta sarana peribadatan yang mewadahi masyarakat tionghoa untuk beribadat. Lokasi Perancangan merupakan salah satu lokasi strategis untuk dijadikan sebagi kawasan perdagangan di Kota Semarang dengan arsitekturnya yang khas, cocok dikembangkan sebagai lokasi wisata.
5.4.7 Data
Penanda (Signage)
Penanda jalan yang terdapat di wilayah studi hanya berupa nama jalan, tetapi tidak terdapat petunjuk arah jalan. Jalan utama yang terdapat di wilayah studi pun tidak memiliki rambu lalu lintas. Beberapa penanda komersial seperti baliho, spanduk, papan iklan perumahan, maupun papan nama toko dapat ditemui di sepanjang jalan utama, namun jumlahnya masih terbilang sedikit. Menurut hasil pengamatan, pada wilayah studi tidak terdapat penanda jalan satu arah sehingga menyebabkan akses yang sulit bagi para pengunjung yang datang.
Respon Di lokasi perancangan, setiap sudut akan diberi penunjuk jalan. Fungsinya agar orang yang melewati jalan tersebut mengetahui kemana arah tujuan mereka. Hal tersebut juga memudahkan orangorang pendatang atau hanya lewat daerah tersebut. Selain itu juga pengaturan pemasangan spanduk, baliho, papan iklan, dan papan nama toko agar mudah diketahui oleh masyarakat dan dilakukan penataan agar tidak mengganggu fungsi utama jalan.
5.4.8
Preservasi (Preservation) Data
Lokasi perancangan masuk dalam daftar kawasan revitalisasi melalui Surat Keputusan (SK) Wali Kota No 650/157 tanggal 28 Juni 2005 yang mengatur tentang Revitalisasi Kawasan Pecinan, dan sekaligus sebagai pusat wisata budaya Tionghoa di Kota Semarang. Selain itu didukung pula dengan adanya Undangundang Cagar Budaya No 5/1992 yang menyatakan bahwa bangunan bersejarah yang telah berumur lebih dari 50 tahun dilindungi dan dijadikan cagar budaya sehingga dibutuhkan pemeliharaan dan perlindungan terhadap kawasan tersebut.
Respon Sebagai salah satu kawasan bersejarah dan kawasan wisata di Kota Semarang, pada lokasi perancangan akan disediakan Museum sebagai tempat peninggalan sejarah Pecinan dan dilakukan kebijakankebijakan untuk memelihara agar keberadaan klenteng tetap terjaga.
5.6
Analisis Elemen Estetika Proporsi dan Skala Data
Ditemukan bahwa di kawasan Pecinan memiliki proporsi yang tidak seimbang dalam pengembangan kawasannya, hampir tidak ada RTH dan didominasi oleh building coverage di wilayah studi ini meskipun letaknya dekat dengan sungai.
Respon Pada perancangan nantinya, kawasan ini akan dihidupkan ruang terbuka hijau berupa pohon-pohon pinggir jalan dan juga menggunakan konsep green roof, sehingga bisa mengurangi kesan panas dan kering pada wilayah ini, selain itu juga akan dibuat sebuah lahan parkir komunal untuk menyeimbangkan lahan non terbangun terhadap lahan terbangun.
Sumbu Data Pada wilayah studi ini, gang Benteng dan Wotgandul berperan sebagai sumbu-sumbu lokasi perancangan
Respon Pada perancangan nantinya sumbu-sumbu ini akan ditingkatkan lagi aktivitasnya dan meminimalisir adanya kemacetan jalan akibat parkir sembarangan dengan memberikan penanda-penanda jalan.
Hirarki Data
Bangunan-bangunan pada kawasan pecinan ini memiliki tinggi bangunan yang sama dan seimbang karena beberapa bangunan dimanfaatkan sebagai ruko.
Respon Pada perancangan nantinya hirarki bangunan akan tetap mempertahankan bentuk dan ketinggian bangunan yang sudah seimbang.
Irama Data
Respon Pada perancangan nantinya akan ditambahkan lampu-lampu jalan yang memiliki irama yang sama dengan menggunakan panel surya, selain itu akan diarahkan juga irama berupa lampu jalan yang bernuansa pecinan
Irama pada wilayah studi ini berupa penataan tiang listrik pada pinggir jalan Konteks dan Kontras Data
Respon Kedua aspek ini nantinya akan tetap dipertahankan dan akan Aspek konteks pada dilestarikan bangunan-bangunan yang memiliki nilai budaya dan wilayah studi adalah sebagai titik wisata kebudayaan nantinya adanya bangunanbangunan bernilai budaya tionghoa yang masih beroperasi sampai sekarang namun penataan kawasannya masih kurang maksimal. Sedangkan aspek kontras pada wilayah studi ini ditunjukkan oleh keberadaan beberapa bentuk bangunan klenteng terhadap bangunan-bangunan disekitarnya.