Laporan Pendahuluan
Survey dan Pengumpulan Data Jenis survey yang dilakukan antara lain adalah : 4.1.1 Survey Topografi 4.1.1.a. Pelaksanaan Survey Pemetaan topografi dilaksanakan dengan melakukan pengukuran kerangka dasar yang terdiri dari pengukuran kerangka dasar horisontal dan vertikal. Pengukuran ters terseb ebut ut dilak dilakuk ukan an pada pada selu seluru ruh h bata batass (gar (garis is terlu terluar ar)) dari dari area area yang yang akan akan dipetakan. Tujuan pembuatan kerangka dasar ini adalah untuk membuat titik kont kontro roll dan dan refe referen rensi si untu untuk k keper keperlu luan an peng penguk ukur uran an sela selanj njut utny nya, a, misa misalka lkan n pembuatan poligon cabang (cut lines), pengukuran situasi dan detail topografi. Secara umum tahapan pelaksanaan lapangan adalah sebagai berikut : 1. Pembuata Pembuatan n dan pemasa pemasangan ngan tugu tugu (Bench (Bench Mark)/Pat Mark)/Patok ok Poligon Poligon a.
Penyebaran Bench Mark (BM) terlebih dahulu dahulu direncanakan direncanakan pada peta kerja dan diasumsikan dipasang beberapa buah BM. Bench Mark yang dipasang dipasang tersebut tersebut dalam pelaksanaa pelaksanaannya nnya dapat diikatkan diikatkan terhadap terhadap Titik Kerangka Nasional (apabila ada) yang dipasang dan diukur oleh
I-1
Laporan Pendahuluan
Bakosurtanal atau Badan Pertanahan Nasional (BPN), sehingga menjadi satu sistem dengan Peta Nasional.
b. Secara umum pemasangan BM harus ditempatkan pada tempat yang stabil dan mengutamakan keamanan dan mudah ditemukan bila saat diperlukan, hal tersebut menjadi penting karena tugu yang terpasang tersebut akan dipakai untuk rekonstruksi. Agar mudah terlihat warna tugu tersebut diberi warna yang mencolok. Hal tersebut berlaku juga untuk pemasangan patok poligon. c. Jarak antar patok poligon dapat dipasang ± 50 m atau disesuaikan dengan keadaan medan dan kemampuan jangkauan alat. Persyaratan tersebut dimaksudkan untuk mengontrol kesalahan-kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran. d. Bench Mark dibuat sepasang pada posisi : 1. Titik Awal Pengukuran 2. Pojok/titik sudut batas-batas utama area pemetaan (kerangka dasar) 3. Pada setiap kerapatan 1000 meter dari seluruh area pemetaan e. Spesifikasi Bench Mark dan Patok Poligon : 1.
BM pada titik awal dan titik sudut kerangka dasar dibuat dari beton dengan ukuran : 20 x 20 cm dengan panjang 120 cm, ditanam ke dalam tanah sedalam 100 cm
2.
BM pada kerapatan 1000 meter dibuat dengan pipa PVC ukuran 3 (tiga) inchi dengan ukuran panjang 120 cm, ditanam ke dalam tanah sedalam 100 cm
I-2
Laporan Pendahuluan
3.
Patok poligon dibuat dari kayu keras dengan diameter 5 cm, panjang 40 cm, ditanam ke dalam tanah sedalam 25 cm
Pengukuran Kerangka dasar Horisontal Dari hasil perencanaan pada
2.
peta kerja akan didapatkan jumlah jalur poligon, jumlah loop poligon, jumlah BM yang dipasang, perkiraan jumlah jarak poligon, serta penetapan jumlah jalur poligon utama dan poligon cabang, sehingga pada dasarnya untuk pengukuran kerangka dasar horisontal terdapat dua jenis pekerjaan poligon yaitu : a. Pengukuran Poligon Utama Pengukuran poligon utama, digunakan sebagai kerangka acuan untuk mendapatkan kerangka dasar horizontal (X,Y,Z) yang mempunyai keandalan ukuran, dimana keandalan ukuran tersebut dinyatakan oleh ketelitian penutup sudut dan ketelitian linier jaraknya. Karena poligon utama merupakan titik dasar teknik maka diperlukan persyaratan tertentu pada pelaksanaan pengukurannya. Pengukuran poligon utama dilakukan dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut : a/
Pengukuran poligon utama ini menggunakan alat ukur teodolite Total Station yang mempunyai ketelitian pembacaan terkecilnya 1 (satu) detik
b/
Untuk memperkecil salah penutup sudut, pengukuran panjang sisi polygon diusahakan mempunyai jarak yang relatif jauh (minimum 50 m).
c/
Dihindari melakukan pengukuran sudut lancip (< 60o) yang dapat memperbesar kesalahan penutup sudut.
I-3
Laporan Pendahuluan
d/
Guna
memperkecil
kesalahan
penempatan
target
prisma
digunakan metoda centering optis yaitu tinggi tripod/kaki tiga target depan akan menjadi tinggi tripod alat pada perpindahan alat kesisi polygon berikutnya. e/
Pengukuran poligon dilakukan tertutup atau terikat sempurna.
f/
Titik-titik poligon harus diikatkan dengan titik-titik kerangka dasar horisontal yang berada pada sistem daerah atau lokasi yang akan dipetakan.
g/
Toleransi salah penutup sudut maksimum adalah 10” √n, dimana n adalah
jumlah
titik
pengamatan/polygon
(dimungkinkan
melakukan kesalahan pengukuran sudut tidak lebih dari 10 detik dikali akar dari jumlah titik pengamatan/polygon). h/
Ketelitian
jarak
linier
harus
lebih
kecil
dari
1/10.000
(dimungkinkan melakukan kesalahan pengukuran jarak tidak lebih dari 1 meter untuk setiap jarak 10 km) b. Pengukuran Poligon Cabang Maksud dilakukan pengukuran poligon cabang adalah untuk pengikatan titik-titik detail ditengah-tengah areal pengukuran yang jauh dari jalur poligon utama hingga dengan adanya titik-titik poligon cabang akan memperbanyak cakupan titik detail yang ada di lapangan. Pengukuran poligon utama dilakukan dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut : a.
Pengukuran sudut dan jarak menggunakan alat ukur yang sama dengan pengukuran poligon utama
b.
Poligon cabang dibuat pada setiap jarak 50 meter
I-4
Laporan Pendahuluan
c.
Pengukuran poligon cabang menggunakan metode terikat sempurna, diikatkan pada titik kerangka dasar/poligon utama
d.
Pengukuran beda tinggi untuk poligon cabang/cut lines dilakukan dengan cara trigonometris
e.
Toleransi salah penutup sudut maksimum adalah 20” √n, dimana n adalah jumlah titik pengamatan/poligon.
f.
Ketelitian jarak linier harus lebih kecil dari 1/5.000
g.
Toleransi ketelitian beda tinggi adalah 40 mm √D, (D = jumlah panjang jarak jalur pengukuran dalam kilometer), kecuali pada jalur dimana diletakkan posisi BM toleransinya 20 mm √D
3.
Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal Pengukuran Kerangka Vertikal dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut : a. Pengukuran kerangka dasar vertikal menggunakan alat ukur theodolite Total Station yang mempunyai ketelitian pembacaan terkecilnya 1 (satu) detik yang pengambilan datanya bersamaan dengan pengukuran titik-titik kerangka dasar horisontal b. Titik-titik kerangka dasar vertical diikatkan dengan titik-titik kerangka dasar vertikal yang berada pada sistem daerah atau lokasi yang akan dipetakan c. Pengukuran dilakukan dengan cara trigonometris d. Toleransi ketelitian beda tinggi adalah 15 mm √D, (D = jumlah panjang jarak jalur pengukuran dalam kilometer),
4.
Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal
I-5
Laporan Pendahuluan
Untuk menampilkan peta tiga dimensi maka dilakukan pengukuran situasi dan detail dimana obyek yang diukur adalah segala obyek yang ada di lapangan baik berupa detail alam maupun detail buatan manusia. Pengukuran situasi dan detail dilakukan dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut : a. Pengukuran situasi dilakukan dengan cara trigonometris b. Akurasi alat yang digunakan minimal 30” c. Pengukuran situasi dilakukan dengan metode grid dengan kerapatan maksimal 15 meter d. Jika terdapat perubahan bentuk pada topografi maka perubahan tersebut harus diukur e. Setiap data pengukuran harus dilengkapi dengan sketsa lapangan f. Setiap data ukur harus diberi kode seperti kaki slope, kepala slope, elevasi, alur (creek), jalan, sungai, rawa dll. g. Pengukuran sungai, alur (creek), jalan dilakukan oleh tim khusus (tersendiri) h. Pengukuran harus diikatkan pada titik-titik poligon utama dan poligon cabang i. Toleransi ketelitian linear pengukuran situasi adalah 1 : 1.000 j. Pengukuran jalan dilakukan pada kedua sisinya dengan kerapatan maksimal 20 meter k. Pengukuran sungai dilakukan pada tepi atas, tepi bawah dan as dengan kerapatan maksimal 15 meter l. Pengukuran alur dilakukan pada as dengan kerapatan maksimal 15 meter
I-6
Laporan Pendahuluan
4.1.1.b. Hasil Survey Dari survey topografi yang dilakukan, hasilnya dituangkan dalam bentuk peta kondisi existing Dermaga Muhammad Saunan. Peta ini mencakup titik –titik penting yang akan digunakan dalam merencanakan perletakan bangunan, elevasi bangunan, volume galian timbunan dn lain-lain.
I-7
Laporan Pendahuluan
Gambar 4.1 Denah Kondisi Existing Dermaga Muhammad Saunan
I-8
Laporan Pendahuluan
4.1.1 Survey Geoteknik Survey Geoteknik yang dilakukan dalam perencanaan Detail Engineering Desain (DED) dan Masterplan Dermaga Muhammad Saunan ini terdiri dari : 1. Penyelidikan Tanah Penyelidikan
Tanah
(Soil
Investigation)
yang
dimaksud
adalah
mengambil sampel tanah dari sekitar lokasi Dermaga kemudian mengujinya di Laboratorium. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan metode Undisturb Sampel degan menggunakan Bor tangan (Hand Auger). Cara ini termasuk yang paling sederhana dalam pembuatan lubang dalam tanah dengan menggunakan alat bor. Alat bor seperti pada gambar.. hanya dapat digunakan bila tanah mempunyai kohesi yang cukup, sehingga lubang bor dapat tetap stabil di sepanjang lubangnya. Alat ini tidak dapat digunakan pada pasir yang terendam air. Penetrasi mata bor terbatas pada kekuatan tangan yang memutarnya, oleh karena itu tanah harus tidak mengandung batu atau lapisan tanah keras lainnya.bor tangan dapat menembus sampai 10m, tapi umumnya kedalaman bor maksimum 6 sampai 8 meter. Alat ini sering digunakan dalam penyelidikan tanah untuk proyek-proyek jalan raya , kereta api, dan lapangan terbang, dimana kedalaman lubang yang dibutuhkan pada jalan raya hanya berkisar pada kedalaman 4m. untuk pembuatan lubang yang lebih dalam pada tanah kohesif, bor ulir dapat digunakan ( GAMBAR 2.2B).
I-9
Laporan Pendahuluan
Gambar. 4.2 Bor Tangan (Hand Auger)
Sampel diambil dari beberapa lokasi yang diperkirakan mewakili dan atau diperkirakan menjadi lokasi bangunan. Dari setiap lokasi yang dilakukan
pengambilan
sampel,
diambil
sampel
dari
beberapa
kedalaman antara 1 meter sampai dengan 5 meter dengan interval 1 meter. Pengujian di Laboratorium diharapkan mendapatkan hasil berupa: Kohesi (c), sudut geser (Ø), berat isi tanah ( Ɣ), water content (w) dan void ratio (v) 2.
Uji Sondir (CPT) Uji sondir atau Cone Penetration Test (CPT) merupakan alat test daya dukung tanah yang sifatnya insitu atau langsung di lapangan. Hasil yang
I - 10
Laporan Pendahuluan
diperolehnya berupa tahanan ujung (konus) dan tahanan friksi atau lekat. Untuk sementara seluruh hasil penyelidikan tanah yang dilakukan belum dapat ditampilkan karena masih dalam tahap analisa dan perhitungan.
4.2.1 Data Pengamatan Visual a. Kondisi Eksisting dan Lingkungan Yang dimaksud dengan kondisi Eksisting dan Lingkungan adalah hasil pengamatan mengenai keadaan eksisting dan lingkungan dermaga Muhammad Saunan secara visual berupa kondisi tanah, kondisi bangunan baik bangunan dermaga maupun lingkungan sekitarnya, lalu lintas yang melewati dermaga, baik itu moda darat maupun air, dan lainlain. Setelah dilakukan pengamatan, kondisi dermaga Muhammad Saunan adalah sebagai berikut : 1. Kondisi tanah disebagian besar lokasi dermaga adalah pasir yang didapat dari hasil penyedotan materil pasir sungai pawan. Sebagian yang lain berupa tanah lanau yang ditumbuhi semak belukar dan pepohonan. 2. Bangunan yang ada di dermaga Muhammad Saunan adalah : - Fender Kapal Barang - Fender Speed Boat (Perahu cepat) - Kantor - Rumah semi permanen
I - 11
Laporan Pendahuluan
- Garasi Speed Boat 3. Bangunan yang ada di sekitar dermaga Muhammad Saunan sebagian besar terdiri dari bangunan semi permanen dengan pondasi tiang tongkat kayu, dinding lapis semen dengan atap seng. 4. Jalan akses yang melewati dermaga Muhammad Saunan mempunyai lebar 3,5 sampai dengan 4 meter dengan bahu jalan rata-rata 1 meter. Akses jalan ini cukup dekat dengan pasar dan kota ketapang, meski lalu lintasnya tidak begitu padat. 5.
Lalu lintas moda air cukup ramai terutama untuk kapal barang, terbukti dengan jarangnya dermaga barang yang ada kosong dari kapal yang bersandar. Sementara lebar jalur dermaganya cukup sempit sehingga menyulitkan proses bongkar muat barang.
6. Masih terdapat lahan yang cukup luas dan belum dimanfaatkan di dalam lingkungan dermaga
sehingga
peluang
pengembangan
dermaga ini cukup besar.
b. Kondisi Spesifik Kedermagaan Dari seluruh pengamatan visual yang paling penting adalah pengamatan terhadap pasang naik dan pasang surut permukaan air. Dari pengamatan visual yang dikonfirmasikan kepada warga sekitar disimpulkan bahwa keadaan pasang naik paling tinggi adalah setinggi 3 meter dari bak pengukur kedalaman. Sementara Pasang surut terrendah adalah setinggi 1 meter dari bak pengukur kedalaman.
4.2.1 Data Resmi
I - 12
Laporan Pendahuluan
Data resmi yang diperoleh dari kantor dermaga Muhammad Saunan adalah berupa data armada penumpang umum yang dilayani di dermaga Muhammad Saunan.
I - 13
Laporan Pendahuluan
Tabel 4.1 Data Armada
I - 14