Laporan Biofarmasetika P4 PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIKA SETELAH PEMBERIAN DOSIS TUNGGAL PADA TIKUS
>aktu paruh %t 7* menyatakan waktu yang diperlukan oleh se!umlah obat atau konsentrasi obat untuk berkurang men!adi separuhnya.
>alaupun ada ariasi, dD keseluruhan la!u absorbsi obat dapat digambarkan secara dt matematik sebagai suatu proses orde kesatu atau orde nol. &ebagian besar model farmakokinetik menganggap absorbsi mengikuti orde kesatu, kecuali apabila anggapan absorbsi orde nol memperbaiki model secara bermakna atau telah teru!i dengan percobaan. La!u perubahan !umlah obat dalam tubuh, , bergantung pada la!u absorsbsi dan eliminasi obat. La!u perubahan obat dalam tubuh pada setriap waktu sama dengan la!u absorbsi obat dikurangi la!u eliminasi obat. dD ; : dD &elama fase absorbsi, maka dt la!u absorbsi obat lebih besar daripada la!u eliminasi obat. &ebaliknya selama selam fase eliminasi, maka la!u absorbsi lebih kecil daripada la!u eliminasi. &edangkan pada waktu konsentrasi puncak obat dalam plasma, la!u absorbsi obat sama dengan la!u eliminasi obat dan tidak ada perubahan !umlah obat dalam tubuh. B
B GI c
Model absorbsi orde kesatu menganggap bahwa masukan adalah orde kesatu dan suatu eliminasi !uga orde kesatu. Persamaan diferensial yang menggambarkan la!u perubahan obat dalam tubuh 2 ; FKD dD – KD %?.@* K t terabsorbsi F adalah fraksi obat dt secara sistemik. 0leh karena obat dalam saluran cerna !uga mengikuti suatu proses penurunan a B GI B
a
0
4
Laporan Biofarmasetika P4 PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIKA SETELAH PEMBERIAN DOSIS TUNGGAL PADA TIKUS
orde kesatu %yakni diabsorbsi melintasi dinding saluran cerna*, !umlah obat dalam saluran cerna sama dengan e K t KD ; FK e – dD %?.A* Persamaan ini dapat dt diintegrasikan untuk memberikan konrasi obat %6p* dalam plasma pada setiap waktu %t* 2 6p ; e FK D e V (K K ) %?.3(* $onsentrasi maksimum adalah 6p dan waktu yang diperlukan untuk mencapai kosentrasi maksimum adalah t. >aktu yang diperlukan untuk mencapai konsentrasi maksimum tidak bergantung pada dosis tetapi bergantung pada tetapan la!u absorbsi %$a* dan eliminasi %$*. a
0 B
B
Kt
a
d
0
K at
a
maks max
t ; ln $a : ln $ ; ln %$a : $* ; ',1 log %$a # $* $a : $ $a : $ $a : $ max
ari persamaan ?.3(, dapat dilihat 6p berbanding langsung dengan dosis yang diberikan %* dan fraksi obat terabsorbsi %+*. Perhitungan t dan 6p biasanya perlu dilakukan,oleh karena pengukuran langsung dari konsentrasi obat tidak memungkinkan sehubungan dengan waktu pengambilan cuplikan yang tidak tepat. %&hargel, '(()* maks 0
maks max
Kin"tika Pa+a P"("rian Satu Ka/i S"'ara Ora/
Pada pemberian tunggal secara oral, seperti halnya pada rute pemberian lain dimana ter!adi absorpsi, berlangsung proses inasi dan proses eliminasi, yang satu di samping yang lain. $arena itu pada pencarian model farmakokinetika, hendaknya proses-proses itu termasukkan. &ehubungan dengan itu, harus ada komparteman masukkan yang mengandung depot senyawa %lihat gambar* . Model 3 kompartemen dengan kompartemen masukkan %lihat gambar* cukup !ika distribusi dalam organisme dibandingkan dengan inasi ter!adi dengan cepat dan karena itu kesetimbangan antara kompartemen pusat dan kompartemen perifer disesuaikan dengan cepat. Perhitungan model komparteman2
5
Laporan Biofarmasetika P4 PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIKA SETELAH PEMBERIAN DOSIS TUNGGAL PADA TIKUS
Perhitungan model ini diletakkan sebagai dasar. 8ntuk la!u kenaikkan konsentrasi dalam darah persamaan dibawah berlaku dengan anggapan bahwa tidak ter!adi eliminasi 2 i ;/rror2 eference source not found ; ki %a-c* Keterangan :
i; la!u inasi ki; tetapan inasi a ; kadar dalam darah, yg dlm hal penyuntikan secara intraena terletak pd t; ( c ; kadar dalam darah pada saat t Cntegrasi persamaan di atas menghasilkan c; a %3 : e :ki.t*, dengan persyaratan bahwa untuk saat t ; (. >alaupun demikian dalam keadaan sesungguhnya kinetika total yang dapat ditentukan berdasarkan kura kadar dalam darah merupakan hasil dari kinetika inasi dan kinetika eliminasi. alam gambar dibawah, bentuk kura untuk saat inasi murni, untuk eliminasi murni serta untuk inasi dan eliminasi digambarkan secara linear dan semilogaritmik. Log c
Log c
konsentrasi plasma
a
a
konsentrasi plasma
b
b
B
>aktu %t*
>aktu %t*
c
6
Laporan Biofarmasetika P4 PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIKA SETELAH PEMBERIAN DOSIS TUNGGAL PADA TIKUS
.Dambaran linier B.Dambaran semilogaritmik a $ura inasi b $ura eliminasi fungsi batemen garis putus-putus Gambar : bentuk kurva kadar obat dalam darah setelah pemberian obat secara oral dan adanya suatu kompartemen masuk serta kompartemen sentral (fungsi Batemen)
$ura yang di hasilkan dari inasi dan eliminasi diberikan lagi melalui persamaan 2 c ; /rror2 eference source not found ; % /rror2 eference source not found : /rror2 eference source not found* yang disebut fungsi batemen. Pada penggambaran secara semilogaritmik %gambar bagian B* bagian menurun dari kura berbentuk lurus yang berlangsung se!a!ar dengan bagian proses yang lebih lambat. Cni umumnya adalah eliminasi. ari bagian kura menurun yang lurus dapat ditentukan tetapan eliminasi seperti yang di gambarkan dalam gambar di atas, melalui kemiringan garis lurus, serta melalui garis ekstrapolasi konsentrasi plasma teori pada waktu t ; (. "ika konsentrasi plasma yang diperoleh secara ekstrapolasi dikurangi dengan konsentrasi yang diperoleh dengan pengukuran, maka di dapat kura absorpsi. Log c $onsentrasi plasma
$ura ini seperti kura eliminasi umumnya bersifat
>aktu %t*
7
Laporan Biofarmasetika P4 PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIKA SETELAH PEMBERIAN DOSIS TUNGGAL PADA TIKUS
eksponen, artinya kura ini pada gambaran semilogaritmik merupakan garis lurus %garis yang putus-putus pada gambar diatas*. ari kura absorpsi dapat ditentukan t 7 untuk absorpsi. pabila terdapat model ' kompartemen dengan kompartemen masukan, diperoleh bentuk kura seperti yang diberikan pada gambar kura bagian dan B di atas. %Mutschler,3AA3* C. A/at +an Ba-an
L 2
8
Laporan Biofarmasetika P4 PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIKA SETELAH PEMBERIAN DOSIS TUNGGAL PADA TIKUS
Labu takar Mikropipet abung reaksi /pendroff 5ortex mixer
B<E 2 &ulfamethoxazol %&MF* Paracetamol %P6* 6 )G dan '(G EaE0' (,3G dan 3(G sam sulfamat (,) G dan 3)G
&entrifuge abung sentrifuge &pektrofotometer $uet
Ea0< (,3 G dan 3(G <6l HE E %3-naftil* etilendiamin (,3G
19
D. Sk"a K"rja Para!"ta#/ Pr#!"+ur &"n"ta&an ka+ar Para'"ta#/
3
Pembuatan larutan stok Paracetamol 3((,( mg Paracetamol Labu takar 3((,( ml ilarutkan aIuadest panas ad 3((ml $adar larutan stock Paracetamol 3mg#ml atau 3((( =g#ml
'
Pembuatan kura baku internal
')( =l darah yang telah ditambah dengan heparin
itambah 6 '(G ',( ml diortexing % sentrifuge 3( menit, ')(( rpm * iambil supernatan 3,) ml,dimasukkan labu takar 3(,(ml itambah (,) ml <6l HE dan 3,( ml EaE0 ' 3( G, dicampur % didiamkan 3)K di tempat dingin %suhu 3) o6 ** itambah mm. &ulfamat 3)G melalui dinding tabung itambah 1,)ml Ea0< 3(G ambahkan aIuades sampai tanda batas ibaca intensitas warna pada max dengan blangko darah ata &erapan warna 4 Pembuatan kura baku Paracetamol Larutan P6 dengan kadar 3(( : ?(( =g#ml iukur absorbansi pada pan!ang gelombang maksimum ibuat kura hubungan absorbansi s kadar ) Penetapan dosis Parasetamol icari dosis terapi P6 pada manusia
i tetapkan dosis P6 awal yang diberikan pada tikus dengan cara dikonersikan dosis terapi pada manusia untuk u!i tikus H 8!i Pendahuluan +armakokinetika
isiapkan tikus dan dipuasakan
itimbang beratnya dan diambil darahnya sebagai blangko iberi Paracetamol secara per oral dengan dosis yang telah ditetapkan
ilakukan pencuplikan darah melalui ena ekor pada menit ke (,3),1(,H(,A(,3'(,3)(,3@(,'4(,1(( J ',( ml 6 '(G dengan ortexing isentrifuge %3(K, ')((* iambil 3,)(ml beningan Labu takar 3(,( ml J (,) ml <6L H E J 3,( ml EaE0' 3( G idiamkan 3) menit di tempat dingin 3)o6 J3,( ml asam sulfamat 3)G melalui dinding labu J 1,) ml Ea0< 3(G Jad kan aIuadest idiamkan ? menit sebagai 0 iukur absorbansi pada max dan ditetapkan kadarnya
E. Data P"n:aatan
; HASIL ABSORBANSI C#n!"ntra!i)<:=/*
a(!#r(an!i
(.334(( $91.099
(.31A(( %9$.199
(.''1(( 09$.799
(.1'?(( 49%.499
(.4)H(( 590.$99
(.)))(( 690.899
Data A(!#r(an!i +#!i! 649:=k: BB anu!ia
$elompok
3)
1(
4)
H(
>$8 A( 3'(
3)(
3@(
'3(
'4(
3 (.33@( (.'HH( (.3H?( (.3)3( (.13@( (.'3'(
(.3?(( (.'(3(
' (.'14( (.'??( (.3H1( (.44A( (.34A( (.3H1(
(.''((
1 (.(H'( (.1(?( (.(?)( (.(?@( (.))3( (.3'A(
(.1(@( (.3))(
(.1'?(
(.3(@(
4 (.3@3( (.3(1( (.1?@( (.(@)( (.3)H( (.4'1(
(.'34( (.(A1(
(.3?'(
(.(HA(
) (.'4@( (.1HH( (.'H'( (.(A?( (.1H1( (.')A(
(.3@4( (.1'3(
(.(H'(
(.(A'(
H (.(@)( (.''?( (.'(?( (.''A( (.'(4( (.3''(
(.'@1( (.3)H(
(.(H3(
(.(?@(
? (.3@4( (.')@( (.3(4( (.3(4( (.(@@( (.'(4( (.'A'( (.331( (.31(( $//EDE CP$C &/BDC P/
(.'(H(
F. P"r-itun:an PARACETAMOL 649 :
3. Perhitungan osis
(.(A)(
(.3()(
(.33)( (.()H(
(.(@'(
iketahui 2 osis P6 pada manusia 2 $onersi dari manusia ke tikus 2 (.(3@
Maka 2 osis pada manusia ?( kgBB 2 osis pada tikus '(( g 2 osis per $g BB tikus 2 '. Perhitungan Larutan &tock iketahui 2 Berat tikus terbesar 2 ')( g osis tikus terbesar 2
Maka 2 $onsentrasi larutan stock 2 "umlah P6 yang ditimbang 2 1. Perhitungan Larutan &tock &ebenarnya iketahui 2 Berat kertas J zat 2 3.44@1 g Berat kertas J sisa 2 (.4A?A g Berat zat 2 (.A)(4 g entang penimbangan $onsentrasi Lar. stock &ebenarnya 2 DATA PENIMBANGAN TIKUS KELOMPOK V
B"rat Tiku! > Tara
'43.4gram '3?.Agram '3@.'gram
B"rat Tara
B"rat Tiku!
HA gram HA gram HA gram
3?'.4 gram [email protected] 34A.' gram
P/
DOSIS UNTUK BERAT BADAN ? 3?'.4 N [email protected] 16$.0
;3H.'A3@ mg
'(( 107.8
[email protected] N3@,A ;34.(?3()mg '((
108.$
34A.'N 3@,A ;34.(AA) mg '((
VOLUME PEMBERIAN 16$@0 107.8 108.$
3H.'A3@
;3.?34ml →3.?( ml
34.(?3() A.)(4 34.(AA) A.)(4
;3.4@ ml →1.50ml ;3.4@ml →1.50ml
DERET BAKU Para'"ta#/ )PCT*
-
-
Larutan P6 Penimbangan P6 $ertas J zat ; (.)A)? g $ertas J sisa ; (.4A)(g Fat ; (,3((?g ; 3((.? mg $oreksi $adar /rror2 eference source not found;3((.? mg ; 3.((? mg#ml ;3((?=g#ml 3(( ml
D"r"t Baku Para'"ta#/ K#n!"ntra!i
P"r-itun:an
K#r"k!i ka+ar
9 <:=/
53. 63 ; 5'. 6' 53. 3((( =g#ml ; )(( =L. ( =g#ml 53 ; ( L %Paracetamol * arah ; )(( =L
53. 63 ; 5'. 6' ( =L. 3((? =g#ml ; )(( =L. 6' 6' ; ( =g#ml
199 <:=/
$99 <:=/
%99 <:=/
099 <:=/
499 <:=/
599 <:=/
699 <:=/
53. 63 ; 5'. 6' 53. 3((( =g#ml ; )(( =L. 3(( =g#ml 53 ; )( =L %Paracetamol * arah ; 4)( =L 53. 63 ; 5'. 6' 53. 3((( =g#ml ; )(( =L. '(( g#ml 53 ; 3(( =L %Paracetamol * arah ; 4(( =L 53. 63 ; 5'. 6' 53. 3((( =g#ml ; )(( =L. 1(( =g#ml 53 ; 3)( =L %Paracetamol * arah ; 1)( =L 53. 63 ; 5'. 6' 53. 3((( =g#ml ; )(( =L. 4(( =g#ml 53 ; '(( =L %Paracetamol * arah ; 1(( =L 53. 63 ; 5'. 6' 53. 3((( =g#ml ; )(( =L. )(( =g#ml 53 ; ')( =L %Paracetamol * arah ; ')( =L 53. 63 ; 5'. 6' 53. 3((( =g#ml ; )(( =L. H(( =g#ml 53 ; 1(( =L %Paracetamol * arah ; '(( =L 53. 63 ; 5'. 6' 53. 3((( =g#ml ; )(( =L. ?(( =g#ml 53 ; 1)( =L %Paracetamol * arah ; 3)( =L
53. 63 ; 5'. 6' )( =L. 3((? =g#ml ; )(( =L. 6' 6' ; 3((,? =g#ml 53. 63 ; 5'. 6' 3(( =L. 3((? =g#ml ; )(( =L. 6' 6' ; '(3,4 =g#ml 53. 63 ; 5'. 6' 3)( =L. 3((? =g#ml ; )(( =L. 6' 6' ; 1(',3 =g#ml 53. 63 ; 5'. 6' '(( =L. 3((? =g#ml ; )(( =L. 6' 6' ; 4(',@ =g#ml 53. 63 ; 5'. 6' ')( =L. 3((? =g#ml ; )(( =L. 6' 6' ; )(1,) =g#ml 53. 63 ; 5'. 6' 1(( =L. 3((? =g#ml ; )((=L. 6' 6' ; H(4,' =g#ml 53. 63 ; 5'. 6' 1)( =L. 3((? =g#ml ; )(( =L. 6' 6' ; ?(4,A =g#ml
PERSAMAAN GARIS PARACETAMOL
A(!#r(an!i Baku Para'"ta#/ C#n!"ntra!i)<:=/*
a(!#r(an!i
$91.099
(.334((
%9$.199
(.31A((
a; %(.33H@3* b; (.(((A' r; (.A@4A1
09$.799
(.''1((
49%.499
(.1'?((
590.$99
(.4)H((
690.899
(.)))((
P"r!aaan Kura Baku@ ? ( > a ? 9@9998$ 9@115
ata bsorbansi Percobaan Paracetamol kelompok ' dan )
Paracetamol kelompok ' waktu %menit* bsorbansi 3) (.'14(
1( H( A( 3'( 3@( '3( '4(
(.'??( (.44A( (.34A( (.3H1( (.33)( (.()H( (.(@'(
Paracetamol kelompok ) waktu%menit* bsorbansi 3) (.'4@( 4) (.'H'( A( (.1H1( 3'( (.')A( 3)( (.3@4( '3( (.(H'( '4( (.(A'( Para"t"r Farak#kin"tik Para'"ta#/
$/L0MP0$ ' ata bsorbansi $elompok ' waktu bsorban 6p %menit* si 3) (.'14( 1?A.' ? 1( (.'??( 4').? H H( (.44A( H33.? ' A( (.34A( '@?.1 @ 3'( (.3H1( 1('.) 3 3@( (.33)( ')(.H ' '3( (.()H( 3@H.@ 1 '4( (.(@'( '34.A 4
$ura Ln 6p erhadap >aktu
+ase bsorbsi
+ase /liminasi
waktu %menit* 3) 1(
).A4 H.()
H(
H.4'
A(
).HH
3'(
).?3
3@(
).)'
'3(
).'1
'4(
Ln 6p
).1?
Perhitungan +ase /liminasi waktu %menit* 6p ')(. 3@( H' 3@H. '3( @1 '34. '4( A4
R":.Lin T V! Ln C&
a;).A3'1) b; - (.((')) r; -(.)''HH( B; anti ln a ;1HA.)?1H b; - $ el ; -%-(.(('))* ; (.(('))#menit
waktu %menit*
+ase bsorbsi 6p
6pO
6pr ;Q6p6pOQ
1?A.'?' 1)).H)) 4 @ '1.H3HH 4').?H3 14'.')A ' 1 @1.)(3A H33.?3H 13H.AH3 ) ' 'A4.?))1
3) 1( H(
eg Lin 5s Ln 6pr a; '.)131 b;(.()4(@ r;(.A@3A(A ; anti Ln a ;3'.)HA@ b;$a $a;b; -%(.()4(@*;Q(.()4(@Q;(.()4(@ # menit
PM// +M$0$CE/C$ Persamaan $ura ; 6p ; Be :kt : e : ka t ?C&
?
%58@46%5"
9.99$44t
1$.4587" 9.94097t
3. +&/ B&0B&C $a ;(.()4(@ # menit 86 ;',@44.)') ;H,(1?.?') ;3),)H'.'
;31,4@H.) ;@,@[email protected])
;3H,)A1.A ;H,)H3.?) ;H,('H.))
; 86 otal
;@4,'A(.3A J ;3H(,')3.HA=g menit#ml
'. +&/ C&CB8&C 5d ; ; ;34H@.' ml tau 5d ; ; ;34A?.Hml 1. +&/ /LCMCE&C 6lirens ; ; ; 1.?44 ml#menit 7 eliminasi ;(.HA1#k;(.HA1#(.(('));'?3.?Hmenit ;4.)'A !am
$ el ;(.(('))# menit 4. Max ; ; ; )A.'?1H menit ). 6p Max; 6p ; Be :kt : e : ka t ; 6p ; 1HA.)?1He -(.((')) x )A.'?1H - 3'.)HA@e -(.()4(@ x)A.'?1H ;13?.?1-(.()(A ;13?.'' =g#ml $/L0MP0$ ) ata bsorbansi $elompok ) waktu%menit* bsorbansi 6p 1A4 3) (.'4@( .43 +&/ 4(A 4) (.'H'( B&0B&C .)4 )3@ A( (.1H1( .?4 4(H 3'( (.')A( .1( 1') 3)( (.3@4( .'' 3A1 +&/ /LCMCE&C '3( (.(H'( .1' '') '4( (.(A'( .?) $ura Ln 6p erhadap >aktu waktu%menit* Ln 6p 3) ).A @ 4) H.( ' A( H.' ) 3'( H.( 3 3)( ).? @ '3( ).' H '4( ).4 '
Perhitungan +ase /liminasi waktu%menit* 6p 4(H.1 3'( ( 1').' 3)( ' 3A1.1 '3( ' '').? '4( )
R":.Lin T V! Ln C&
a;H.H1H b; - (.(()H3H r; -(.A34H) B; anti ln a ; ?H'.(4( $ el ; (.(()H#menit +ase bsorbsi waktu %menit* 6p 6pO 3) 1A4.4(@ ?((.3A4
6pr ;Q6p6pOQ 1().?@)H
4)
4(A.)44
)A(.AAH
[email protected])3?
A(
)3@.?1A
4)@.'@1
H(.4)H(
eg Lin 5s Ln 6pr a; H.3((1 b; - (.('3@ r; -(.(AAH ; anti Ln a ; 44).AA3) b;$a $a;b; -%- (.('3@*;Q (.('3@Q;(.('3@# menit
PM// +M$0$CE/C$ Persamaan $ura ; 6p ; Be :kt : e : ka t ?C& ? ?H'.(4(" 9.9945t 44).AA3)" 9.9$17t
3. +&/ B&0B&C $a ;(.('3@# menit 86 ;',A)@.(?) ;3',()A.') ;'(,@@H.1 ;31,@?).H ;3(,A?'.@ ;3),))H.' ;H,'@H.() ; 86 otal
; 4(,13'.)J ;3'',A(H.??) =g menit#ml
'. +&/ C&CB8&C 5d ; ; ;@?3.?4 ml tau 5d ; ; ;@?3.?4ml 1. +&/ /LCMCE&C 6lirens ; ; ; 4.@@3? ml#menit 7 eliminasi ;(.HA1#k;(.HA1# ;3'1.?)mnt;'.(H !am $ el ;# menit 4. Max ; ; ; @1.@A menit :kt ). 6p Max ; 6p ; Be : e : ka t ; 6p ; ?H'.(4(" 9.9945 t 44).AA3)" 9.9$17 t ;?H'.(4(" 9.9945 7%.78 44).AA3) " 9.9$17 7%.78 ;4?H.43A-?3.H'@@ ;4(4.?A =g#ml
eliminasisi
absorbsi distribusi
Parameter +armakokinetik $ eliminasi 7 el 6l $ absorbsi 3#' abs maks 6p maks 86 total 5d
P6 kelompok ' (.((')) #menit 4.)'A !am 1.?44 ml#menit (.()4(@ #menit 12.81 menit
)A.'?1H menit 13?.''=g#ml 3H(,')3.HA %g menit#ml 34H@.' ml
P6 kelompok ) (.(()H #menit '.(H !am 4.@@3? ml#menit (.('3@ #menit 13.?A menit @1.@A menit 4(4.?A=g#ml 3'',A(H.??) %g menit#ml @?3.?4 ml
G. P"(a-a!an
Pada percobaan kali ini merupakan percobaan kelan!utan dari P3, P', dan P1 yang bertu!uan untuk menetapkan parameter farmakokinetika setelah pemberian dosis tunggal pada obat paracetamol. Pemilihan dosis paracetamol berdasarkan hasil dari P1 yang paling bagus yaitu untuk paracetamol dosis ?)( mgyang selan!utnya akan ditentukan parameter farmakokinetiknya. +armakokinetik seringkali diartikan sebagai perlakuan tubuh terhadap obat yang ditu!ukan terhadap pergerakan obat masuk ke dalam tubuh, melalui tubuh dan pergerakannya keluar dari tubuh. +armakokinetika merupakan aspek farmakologi yang mencakup nasib obat dalam tubuh yaitu absorbsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresinya %M/*. 0bat yang masuk ke dalam tubuh melalui berbagai cara pemberian umunya mengalami absorpsi, distribusi, dan pengikatan untuk sampai di tempat ker!a dan menimbulkan efek. $emudian dengan atau tanpa biotransformasi, obat diekskresi dari dalam tubuh. &eluruh proses ini disebut dengan proses farmakokinetika dan ber!alan serentak seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini.
3* bsorpsi bsrobsi merupakan proses penyerapan obat dari tempat pemberian, menyangkut kelengkapan dan kecepatan proses tersebut. '* istribusi &etelah diabsorpsi, obat akan didistribusi ke seluruh tubuh melalui sirkulasi darah. &elain tergantung dari aliran darah, distribusi obat !uga ditentukan oleh sifat fisikokimianya. istribusi obat dibedakan atas ' fase berdasarkan penyebarannya di dalam tubuh. istribusi fase pertama ter!adi segera setelah penyerapan, yaitu ke organ yang perfusinya sangat baik misalnya !antung, hati, gin!al, dan otak. &elan!utnya, distribusi fase kedua !auh lebih luas yaitu mencakup !aringan yang perfusinya tidak sebaik organ di atas misalnya otot, isera, kulit, dan !aringan lemak. istribusi dibatasi oleh ikatan obat pada protein plasma, hanya obat bebas yang dapat berdifusi dan mencapai keseimbangan. era!at ikatan obat dengan protein plasma ditentukan oleh afinitas obat terhadap protein, kadar obat, dan kadar proteinnya sendiri. Pengikatan obat oleh protein akan berkurang pada malnutrisi berat karena adanya defisiensi protein.
1* Metabolisme Metabolisme obat ialah proses perubahan struktur kimia obat yang ter!adi dalam tubuh dan dikatalis oleh enzim. Pada proses ini molekul obat diubah men!adi lebih polar, artinya lebih mudah larut dalam air dan kurang larut dalam lemak sehingga lebih mudah diekskresi melalui gin!al. &elain itu, pada umumnya obat men!adi inaktif, sehingga metabolisme sangat berperan dalam mengakhiri ker!a obat. etapi, pada obat yang metabolitnya sama aktif, lebih aktif, atau tidak toksik. da obat yang merupakan calon obat %prodrug* !ustru diaktifkan oleh enzim metabolisme ini. Metabolit aktif akan mengalami biotransformasi lebih lan!ut dan atau diekskresi sehingga ker!anya berakhir. /nzim yang berperan dalam metabolisme obat dapat dibedakan berdasarkan letaknya dalam sel, yakni enzim mikrosom yang terdapat dalam retikulum endoplasma halus %yang pada isolasi in itro membentuk mikrosom*, dan enzim nonmikrosom. $edua macam enzim metabolisme ini terutama terdapat dalam sel hati, tetapi !uga terdapat di sel !aringan lain misalnya gin!al, paru, epitel, saluran cerna, dan plasma.
4* /kskresi 0bat dikeluarkan dari tubuh melalui berbagai organ ekskresi dalam bentuk metabolit hasil biotransformasi atau dalam bentuk asalnya. 0bat atau metabolit polar diekskresi lebih cepat daripada obat larut lemak.
0bat diberikan secara oral pada hewan u!i tikus, baik pada obat sulfametoxazol maupun paracetamol. Pemberian peroral ini termasuk pemberian secara ekstraaskuler. imana pemberian ekstraaskuler ter!adi proses absorbsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi. Para'"ta#/ )PCT*
&truktur Paracetamol
Parasetamol memiliki sebuah cincin benzena, tersubstitusi oleh satu gugus hidroksil dan atomnitrogen dari gugus amida pada posisi para %3,4*. &enyawa ini dapat disintesis dari senyawa asal fenol yang dinitrasikan menggunakan asam sulfat dan natrium nitrat. Pada penggunaan per oral parasetamol diserap dengan cepat melalui saluran cerna. $adar maksimum dalam plasma dicapai dalam waktu 1( menit sampai H( menit setelah pemberian.
Langkah awal pada analisis obat paracetamol yaitu membuat larutan stok paracetamol. Pembuatan stok paracetamol menggunakan aIuadest panas sebagai pelarutnya.
endapannya dan dimasukkan ke dalam labu takar 3(,(ml. Pengambilan supernatan tanpa endapannya ini dilakukan dengan tu!uan untuk mengambil obat yang bebas dari protein plasma karena obat yang terikat pada protein plasma tidak akan aktif secara farmakologik sehingga tidak memiliki efek terapeutik atau dengan kata lain akan dapat menyebabkan data hasil pengamatan tidak alid. &etelah itu ditambahkan <6l HE sebanyak (,)ml. Penambahan <6l ini dimaksudkan untuk memberikan suasana asam dalam pembentukan reaksi diazotasi. &erta ditambahkan kedalamnya EaE0' 3(G sebanyak 3,(ml. Penambahan <6l dan EaE0' akan membentuk reaksi diazotasi yang tidak tahan terhadap suhu kamar. $arena pada suhu kamar garam diazonium akan dengan mudah terdegradasi men!adi senyawa fenol dan gas nitrogen. 0leh sebab itu, perlu dilakukan perendaman selama 3) menit ditempat dingin atau pada suhu 3) o6. 6ara yang dilakukan untuk memperoleh suhu 3) o6 yaitu dengan merendam pada air yang telah ditambahkan es batu kedalamnya. u!uan penambahan <6l dan EaE0' secara bersamaan adalah untuk mendapatkan
sam sulfamat yang ditambahkan !uga akan menghilangkan gas E' secara perlahan dengan diberikan getaran ultrasonik pada larutan. Das E' hilang ditandai dengan berkurangnya gelembung gas yang terbentuk. pabila gas E' ini tidak hilang, maka akan mengganggu pengukuran absorbansi. $emudian ditambahkan Ea0< 3(G sebanyak 1,)ml kedalamnya.
Sang termasuk dalam parameter farmakokinetik fase absobsi adalah +, $a, 86, 6p maks dan t maks. a. Eilai + yaitu menggambarkan fraksi obat yang terabsorbsi secara sistemik. 8ntuk sediaan per oral umumnya didapat nilai + sebesar @(G atau (.@. b. $a adalah tetapan yang menggambarkan kecepatan absorpsi obat , yakni masuknya obat ke dalam sirkulasi sistemik dari absorpsinya %saluran cerna pada pemberian oral, !aringan otot pada pemberian intramuskuler, dsb*. Bila ter!adi hambatan dalam proses absorpsi, akan didapatkan nilai $a yang lebih kecil. Eilai $a untuk P6 kelompok ' ; (.()4(@# menit dan P6 kelompok (.('3@#menit. c. 86 %rea 8nder 6ura* menggambarkan ukuran dari !umlah total obat aktif yang mencapai sirkulasi sistemik. 86 total P6 kelompok ' 3H(,')3.HA =g.menit#ml dan P6 kelompok ) ; 3'',A(H.??) =g.menit#ml . Luas daerah di bawah kura %86*, merupakan total area di bawah kura konsentrasi s waktu yang menggambarkan perkiraan !umlah obat yang berada dalam sirkulasi sistemik. Bila membandingkan suatu formulasi untuk acuan, parameter ini menggambarkan !umlah ketersediaan hayati dan biasa digunakan sebagai perkiraan kasar !umlah obat diabsorbsi d. tmax didapatkan untuk P6 kelompok ' adalah )A.'? menit, sementara P6 kelompok ) sebesar @1.@A menit. rtinya pada menit ke H(-A( menit setelah pemberian obat, kadar obat dalam sirkulasi sistemik mencapai puncak. berdasarkan literature t max parasetamol 1(-H( menit%$atzung* artinya dari hasil percobaan untuk tmax paracetamol sesuai teori untuk percobaan P6 kelompok '. &ementara kelompok ) tidak memenuhi literature. >aktu untuk konsentrasi puncak %tmax* menggambarkan lamanya waktu tersedia untuk mencapai konsentrasi puncak dari obat sirkulasi sistemik, dengan rumus tmax; Parameter ini tergantung pada konstanta absorbsi yang menggambarkan permulaan dari leel puncak dari respon biologis dan bisa digunakan sebagai perkiraan kasar untuk la!u absorbsi,tmax ini tidak bergantung pada dosis. maks yaitu nilai yang menun!ukkan kapan kadar obat dalam sirkulasi sistemik mencapai puncak. e. $adar puncak adalah kadar tertinggi yang terukur dalam darah#serum#plasma. 6p max ini umumnya !uga digunakan sebagai tolok ukur, apakah dosis yang diberikan cenderung memberikan efek toksik atau tidak. osis dikatakan aman apabila kadar puncak obat tidak melebihi kadar toksik minimal %$M*.
6p maks P6 $elompok ' ; 13?.''=g#ml dan P6 $elompok ) ; 4(4.?A=g#ml. ari eori Pracetamol 6max )4 T 3(.3? dari data dikatakan !ika 6p Maks kedua kelompok melampaui teori.
Parameter +ase istribusi Sang termasuk dalam parameter farmakokinetik fase absobsi adalah 5d . 5d merupakan olume distribusi, menggambarkan banyaknya cairan tubuh yang terdistribusi obat selain itu 5 menggambarkan suatu factor yang harus diperhitungkan dalam memperhatikan !umlah obat dalam tubuh dari konsentrasi obat yang ditemukan dalam kompartemen cuplikan. 5olume distribusi disebut !uga sebagai olume dimana obat terlarut. Pada model kompartemen satu terbuka /5,distribusi berlangsung sangat cepat sehingga sering diabaikan. .
ari eori dapat dilihat !ika nilai 5d praktikum tidak sesuai dengan teori 5d dilihat pada tabel diatas. Parameter +ase /liminasi ari konsentrasi P6 dalam plasma diperoleh fase /liminasi yaitu dari menit ke 3)( hingga '4( yang termasuk dalam parameter farmakokinetik fase eliminasi adalah t3#' , $el, dan 6l. a. t7 eliminasi yang didapat untuk P6 $elompok ' adalah 4.) !am dan P6 $elompok ) adalah '.(H "am, berdasarkan literatur t7 untuk parasetamol 3-4 !am %tan
ari data didapatkan !ika 6l dari kedua kelompok tidak sesuai dengan 6l teori.
ari keseluruhan Parameter, hasil yang diperoleh dari kelompok kami sesuai dengan tabel di atas dimana dibandingkan literatur ini menun!ukkan ada parameter yang hasilnya mendekati namun ada pula parameter yang hasilnya kurang sesuai kemungkinan disebabkan dari faktor-faktor tertentu. Beberapa faktor yang mempengaruhi nilai parameter farmakokinetik tidak sesuai dengan literatur, salah satunya adalah kondisi fisiologis hewan u!i, dimana peneliti tidak bisa mengontrol apa yang ter!adi selama per!alanan obat didalam tubuh hewan u!i. +aktor stress yang dialami hewan u!i !uga menentukan kualitas darah yang diambil.
<. $esimpulan 3. Parameter farmakokinetika adalah besaran yang diturunkan secara matematis dari model berdasarkan hasil pengukuran kadar obat utuh dan atau metabolitnya di dalam darah, urin, atau cairan hayati lainnya. '.
eliminasisi
absorbsi distribusi
Parameter +armakokinetik $ eliminasi 7 el 6l $ absorbs 3#' abs maks 6p maks 86 total 5d
P6 kelompok ' (.((')) #menit 4.)'A !am 1.?44 ml#menit (.()4(@ #menit 12.81 menit
)A.'?1H menit g#ml 3H(,')3.HA %g menit#ml 34H@.' ml
P6 kelompok ) (.(()H #menit '.(H !am 4.@@3 ml#menit (.('3@ #menit 13.?A menit menit =g#ml 3'',A(H.??) %g menit#ml @?3.?4 ml
C. Datar Pu!taka nief. '(('. !er"alanan Press.
Dan #asib $bat Dalam Badan .
SogyakartaU8DM
Mutschler, /rnst.3AA3. Dinamika $bat . /disi kelima. Bandung 2 CB. &hargel, L dan ndrew B.6.S8. '((). Biofarmasetika dan Farmakokinetika %erapan edisi && . &urabaya 2 irlangga 8niersity Press. nonim, 3AA). Farmakope &ndonesia edisi &' . "akarta2 epkes C. Farmakologi dan %erapi ,
'((?. "akarta 2 epartemen farmakologi dan erapi +akultas $edokteran 8niersitas Cndonesia.
itschel, >. dkk. andbook of Basic !harmacochinetic : &ncluding linical *plication8&2merican Pharmaceutical ssociation, publishby mer Pharmacist ssn. >ahyono, !oko. '((A. 8!i $etersediaan
&etiya, niek. '((A. Pengaruh &irkadian Pada +armakokinetik &ulfametoksazol 0ral engan ata arah $elinci. Ma!alah +armasi. &urabaya2 irlangga.
.
LMPCE PC$/ 3. Pembuatan sam trikloroasetat %6* '(G sebanyak )(mL 6ara pembuatan2 a. itimbang asam trikloroasetat )g, dimasukkan dalam beaker glass b. ilarutkan dengan aIuadest, diad kan hingga )(mL '. Pembuatan Ea.Eitrit 3(G sebanyak )(mL 6ara pembuatan2 a. itimbang Ea. Eitrit 3(g, dimasukkan dalam beaker glass b. ilarutkan dengan aIuadest, diad kan hingga )(mL 1. Pembuatan sam sulfamat 3)G sebanyak )(mL 6ara pembuatan2 a. itimbang asam sulfamat ?,)g, dimasukkan dalam beaker glass b. ilarutkan dengan aIuadest, diad kan hingga )(mL 4. Pereaksi rinder +ecl1 ; @g
). <6l HE
6ara pembuatan2 a. itimbang <6l '3,H'mL, dimasukkan dalam beaker glass b. ilarutkan dengan aIuadest, diad kan hingga )(mL H. Ea0< 3(G sebanyak )(mL
6ara pembuatan2 a. itimbang Ea0< 3(g, dimasukkan dalam beaker glass b. ilarutkan dengan aIuadest, diad kan hingga )(mL
Mengetahui, osen Pengampu
&emarang, 0ktober '(3) Praktikan
Sustisia ian, &.+arm., pt. Eur ochmah %3(4313333H*
Eurul
Pegia Marti %3(431333''*
achmat Meidy tma!a %3(431333'@*
Eadia Eur risky %3(434333?H*