BAB II DAFTAR PUSTAKA
I. ANATO ANATOMI MI MEDUL MEDULA A SPINALIS SPINALIS DAN DERM DERMAT ATOM OM ANATOMI
Medu Medull llaa Spin Spinal alis is meru merupa paka kan n bagi bagian an dari dari Susu Susuna nan n Syar Syaraf af Pusa Pusat. t. Terbentang dari foramen magnum sampai dengan L1. Medula spinalis terletak di canalis vertebralis, dan dibungkus oleh tiga meninges yaitu duramater, arakhnoid dan piamater. Syaraf Spinal dilindungi dilindungi oleh tulang vertebra, ligament, meningen spinal spinal dan juga cairan LS !li"uor cerebro spinal#. LS mengeliling mengelilingii medulla medulla spinali spinaliss di dalam dalam ruang ruang subarac subarachno hnoid. id. $agian $agian superio superiorr dimulai dimulai dari dari bagian bagian fora forame men n magn magnum um pada pada tengk tengkor orak ak,, tempa tempatt berg bergab abun ungn gnya ya deng dengan an medul medulla la oblong oblongata. ata. Medula Medula spinal spinalis is berakh berakhir ir di inferi inferior or di region region lumbal lumbal.. %iba&a %iba&ah h medulla spinalis menipis menjadi konus medularis dari ujungnya yang merupakan lanjut lanjutan an piamater piamater,, yaitu yaitu fillum fillum termin terminale ale yang yang berjala berjalan n keba&ah keba&ah dan meleka melekatt dibagian dibagian belakang os coccygea. coccygea. 'kar syaraf lumbal dan sakral terkumpul terkumpul yang disebut disebut dengan dengan auda ("uina. ("uina. Setiap pasangan pasangan syaraf keluar keluar melalui melalui foramen foramen intervertebral. intervertebral. Syaraf Spinal dilindungi oleh tulang vertebra dan ligamen dan dan juga oleh meningen spinal dan LS !li"uor cerebrospinal#. )*+
Gambar 1. Anatomi Medua !"inai! #
%isepa %isepanjan njang g medulla medulla spinalis spinalis meleka melekatt )1 pasang pasang saraf saraf spinal spinal melalu melaluii radi anterior atau radi motorik dan radi posterior atau radi sensorik. Masing* masin masing g radi radi melek melekat at pada pada medu medull llaa spin spinal alis is melal melalui ui fila fila radi radiku kular laria ia yang yang
3
membentang disepanjang segmen*segmen medulla spinalis yang sesuai. Masing* masing radi saraf memiliki sebuah ganglion radi posterior, yaitu sel*sel yang membentuk serabut saraf pusat dan tepi. )1 pasang saraf spinal diantaranya yaitu )*+
a b c d e
pasa pasang ng syar syaraf af serv servik ikal al,, 1/ pasang syaraf torakal, 0 pasa pasan ng syar syaraf af lum lumbal, bal, 0 pasa pasang ng syar syaraf af sakr sakral al dan dan 1 pasa pasang ng syar syaraf af koks koksig igea eal. l.
Gambar $. %1 "a!an& !ara' !"ina. #
Strukt Struktur ur medulla medulla spinal spinalis is terdiri terdiri dari dari substan substansi si abu abu !substan !substansia sia gris grisea# ea# yang yang dike dikelil lilin ingi gi subs substa tans nsia ia puti putih h !sub !subst stan ansi siaa alba#. alba#. Pada Pada poto potong ngan an melintang, substansia grisea terlihat seperti hurup dengan kolumna atau kornu anterior atau posterior substansia grisea yang dihubungkan dengan commisura grisea yang tipis. %idalamnya terdapat canalis centralis yang kecil. 2eluar dari medula spinalis merupakan akar ventral dan dorsal dari syaraf spinal. Substansi gris grisea ea meng mengan andu dung ng bada badan n sel dan dan dend dendri ritt dan dan neur neuron on effe effere ren, n, akso akson n tak bermyelin, syaraf sensoris dan motoris dan akson terminal dari neuron. $agian Poster Posterior ior sebaga sebagaii input input atau affere afferent, nt, anterio anteriorr sebagai sebagai 3utput 3utput atau effere efferent, nt, comissura grisea untuk refleks silang dan substansi alba merupakan kumpulan serat syaraf bermyelin.
4
4ungsi medula spinalis - )*+ a
b
Pusat gerakan otot tubuh terbesar yaitu dikornu motorik atau kornu ventralis. Mengurus
kegiatan refleks spinalis dan refleks
tungkai, 5efleks
merupakan respon ba&ah sadar terhadap adanya suatu stimulus internal ataupun eksternal untuk mempertahankan keadaan seimbang dari tubuh. 5efleks yang melibatkan otot rangka disebut dengan refleks somatis dan refleks yang melibatkan otot polos, otot jantung atau kelenjar disebut c d
refleks otonom atau visceral. Menghantarkan rangsangan koordinasi otot dan sendi menuju cerebellum Mengadakan komunikasi antara otak dengan semua bagian tubuh.
4ungsi lengkung refleks a b
)*+
5eseptor- penerima rangsang. 'feren- sel saraf yang mengantarkan impuls dari reseptor ke sistem saraf
pusat !ke pusat refleks#. c Pusat refleks - area di sistem saraf pusat !di medula spinalis- substansia grisea#, tempat terjadinya sinap !hubungan antara neuron dengan neuron d
dimana terjadi pemindahan atau penerusan impuls#. (feren- sel saraf yang memba&a impuls dari pusat refleks ke sel efektor. $ila sel efektornya berupa otot, maka eferen disebut juga neuron motorik
e
!sel saraf atau penggerak#. (fektor- sel tubuh yang memberikan ja&aban terakhir sebagai ja&aban refleks. %apat berupa sel otot !otot jantung, otot polos atau otot rangka#, sel kelenjar.
DERMATOM
5
$erkaitan dengan masukan sensorik, setiap daerah spesifik di tubuh yang dipersarafi oleh saraf spinal tertentu yang disebut area dermatom. Saraf spinal juga memba&a serat*serat yang bercabang untuk mempersarafi organ*organ dalam, dan kadang*kadang nyeri yang berasal dari salah satu organ tersebut dialihkan ke dermatom yang dipersarafi oleh saraf spinal yang sama. 6
Gambar %. Standard Neuroo&i(a )a!i'i(ation o' S"ina )ord In*ur+,
II. DEFINISI
edera medulla spinalis adalah suatu kerusakan pada medulla spinalis akibat trauma atau non trauma yang akan menimbulkan gangguan pada sistem motorik, sistem sensorik dan vegetatif. 2elainan motorik yang timbul berupa kelumpuhan atau gangguan gerak dan fungsi otot*otot, gangguan sensorik berupa hilangnya sensasi pada area tertentu sesuai dengan area yang dipersyarafi oleh level vertebra yang terkena, serta gangguan sistem vegetatif berupa gangguan pada fungsi bladder, bo&el dan juga adanya gangguan fungsi seual. ),6,17
2lasifikasi menurut 'merican Spinal 8njury 'ssociation-6
6
9rade '
ilangnya seluruh fungsi morotik
9rade $
dan sensorik diba&ah tingkat lesi ilangnya seluruh fungsi motorik dan sebagian fungsi sensorik di
9rade
ba&ah tingkat lesi. 4ungsi motorik intak tetapi dengan
9rade %
kekuatan di ba&ah ). 4ungsi motorik intak
dengan
kekuatan motorik di atas atau sama dengan ). 9rade (
4ungsi
motorik
dan
sensorik
normal. Penilaian terhadap gangguan motorik dan sensorik dipergunakan 4rankel Score. ),17 4rankel Score '
kehilangan
fingsi
motorik
dan
sensorik
lengkap !complete loss#. 4ungsi motorik hilang, fungsi sensorik utuh. 4ungsi motorik ada tetapi secara praktis tidak
4rankel Score $ 4rankel Score
berguna !dapat menggerakkan tungkai tetapi 4rankel Score %
tidak dapat berjalan#. 4ungsi motorik terganggu !dapat berjalan
4rankel Score (
tetapi tidak dengan normal :gait:#. Tidak terdapat gangguan neurologik.
Skala kerusakan berdasarkan 'merican spinal injury association;8nternational medical society of Paraplegia !8MS3P# 9rade ' $
Tipe 2omplit
9angguan spinalis 'S';8MS3P Tidak ada fungsi sensorik dan
8nkomplit
motorik sampai S<*0 4ungsi sensorik masih baik tapi fungsi motorik terganggu
8nkomplit
sampai segmen sacral S<*0 4ungsi motoik terganggu diba&ah level, tapi otot*otot
7
motorik utama masih punya %
8nkomplit
kekuatan = ) 4ungsi motorik terganggu diba&ah level, otot*otot motorik
(
?ormal
utamanya punya kekuatan > ) 4ungsi sensorik dan motorik
normal Sedangkan lesi pada medula spinalis menurut 'S8' resived /777, terbagi atas -6 a
Paraplegi - Suatu gangguan atau hilangnya fungsi motorik atau dan sensorik karena kerusakan pada segment thoraco*lumbo*sacral.
b
@uadriplegi - Suatu gangguan atau hilangnya fungsi motorik atau dan sensorik karena kerusakan pada segment cervikal.
Spesifik Level6 1.
1 A / - @uadriplegia, kemampuan bernafas !*#.
/.
) A < - @uadriplegia, fungsi ?. Phrenicus !*#, kemampuan bernafas hilang.
).
0 A + - @uadriplegia, hanya ada gerak kasar lengan.
<.
+ A 6 - @uadriplegia, gerak biceps !B#, gerak triceps !*#.
0.
6 A - @uadriplegia, gerak triceps !B#, gerak intrinsic lengan !*#.
+.
Th1 A L1*/ - Paraplegia, fungsi lengan !B#, gerak intercostalis tertentu !*#, fungsi tungkai !*#, fungsi seksual !*#.
8
6.
%i ba&ah L/- Termasuk LM?, fungsi sensorik !*#, bladder C bo&el !*#, fungsi seksual tergantung radiks yang rusak. Sindrom cedera medulla spinalis menurut 'S8', yaitu -),6,D,17
Nama Sindroma Poa dari e!i !ara' Central cord edera pada posisi
syndrome
Keru!a-an Menyebar ke daerah
sacral.
sentral dan sebagian 2elemahan otot ekstremitas atas pada daerah lateral. %apat
dan ekstremitas ba&ah jarang
sering terjadi terjadi pada ekstremitas ba&ah
Brown- Sequard
pada daerah servikal 'nterior dan posterior 2ehilangan
Syndrome
hemisection
dari proprioseptiv
ipsilateral dan
kehilangan
medulla spinalis atau fungsi motorik. cedera
akan
menghasilkan medulla Anterior
spinalis unilateral cord 2erusakan pada
syndrome
anterior
dari
2ehilangan funsgsi motorik dan
daerah sensorik secara komplit.
putih dan abu* abu Posterior
medulla spinalis cord 2erusakan pada
syndrome
anterior
dari
equine
syndrome
proprioseptiv
daerah diskriminasi dan getaran. 4unsgis
putih dan abu* abu Cauda
2erusakan
motor juga terganggu
medulla spinalis 2erusakan pada saraf 2erusakan sensori dan lumpuh lumbal
atau
sacral flaccid pada ekstremitas ba&ah
samapi ujung medulla
dan
kontrol
spinalis
defekasi.
berkemih
dan
III.EPIDEMIOLOGI
idera
medulla
spinal
adalah
masalah
kesehatan
mayor
yang
mempengaruhi 107.777 prang di 'merika serikat, dengan perkiraan 17.777 cedera baru yang terjadi setiap tahun. 2ejadian ini lebih dominan pada pria usia muda
9
sekitar lebih 60E dari seluruh cedera. %ata dari bagian rekam medic 5umah sakit umum pusat 4atma&ati didapatkan dalam 0 bulan terakhir terhitung dari Fanuari sampai Funi /77), angka kejadian angka kejadian untuk fraktur adalah berjumlah 1+0 orang yang di dalamnya termasuk angka kejadian untuk cedera medulla spinalis yang berjumlah /7 orang !1/,0E#. Pada usia <0 tahun fraktur terjadi pada pria dibandingkan pada &anita karena olahraga, pekerjaan dan kecelakaan bermotor. Tetapi belakangan ini &anita lebih banyak dibandingkan pria karena faktor osteoporosis yang diasosiasikan dengan perubahan hormonal !menopose#. / I. ETIOLOGI
edera medula spinalis dapat dibagi menjadi dua jenis1. edera medula spinalis traumatik, terjadi ketika benturan fisik eksternal seperti yang diakibatkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh atau kekerasan, merusak medula spinalis. Sebagai lesi traumatik pada medulla spinalis dengan beragam defisit motorik dan sensorik atau paralisis. Sesuai dengan 'merican $oard of Physical Medicine and 5ehabilitation (amination 3utline for Spinal ord 8njury Medicine, cedera medula spinalis traumatik mencakup fraktur, dislokasi dan kontusio dari kolum vertebra. ),6,D,17 /. edera medula spinalis non traumatik, terjadi ketika kondisi kesehatan seperti penyakit, infeksi atau tumor mengakibatkan kerusakan pada medula spinalis, atau kerusakan yang terjadi pada medula spinalis yang bukan disebabkan oleh gaya fisik eksternal. 4aktor penyebab dari cedera medula spinalis mencakup penyakit motor neuron, myelopati spondilotik, penyakit infeksius dan inflamatori, penyakit neoplastik, penyakit vaskuler, kondisi toksik dan metabolik dan gangguan kongenital dan perkembangan. ),6,D,17
. FAKTOR RESIKO 1. Laki*laki lebih banyak dari pada perempuan - edera tulang tulang
belakang mempengaruhi jumlah yang tidak proporsional pria. $ahkan, perempuan account hanya sekitar /7 persen dari trauma cedera tulang belakang di 'merika Serikat. ),6,D,17
10
$. Menjadi antara usia 1+ dan )7 - $anyak terjadi cedera tulang belakang
traumatis jika berusia antara 1+ dan )7. 2ecelakaan kendaraan bermotor merupakan penyebab utama cedera tulang belakang untuk orang di ba&ah +0, sementara jatuh penyebab paling cedera pada orang de&asa yang lebih tua. ),6,D,17 %. Terlibat dalam perilaku berisiko - Menyelam ke dalam air terlalu dangkal atau bermain olahraga tanpa mengenakan peralatan keselamatan yang tepat
atau
mengambil
tindakan
pencegahan
yang
tepat
dapat
menyebabkan cedera tulang belakang. ),6,D,17 #. Memiliki tulang atau kelainan sendi - Sebuah cedera yang relatif kecil dapat menyebabkan cedera tulang belakang jika 'nda memiliki gangguan lain yang mempengaruhi tulang atau sendi, seperti arthritis atau osteoporosis. ),6,D,17 I. GE/ALA KLINIK
Fika medula spinalis mengalami cedera, maka saraf*saraf yang berada pada daerah yang mengalami cedera dan yang di ba&ahnya akan mengalami gangguan fungsi, yang menyebabkan hilangnya kontrol otot dan juga hilangnya sensasi. ilangnya kontrol otot atau sensasi dapat bersifat sementara atau menetap, sebagian atau menyeluruh, tergantung dari beratnya cedera yang terjadi. edera yang menyebabkan putusnya medula spinalis atau merusak jalur jalannya saraf di medula spinalis menyebabkan hilangnya fungsi yang menetap, tetapi trauma tumpul yang mengguncang medula spinalis dapat menyebabkan hilangnya fungsi sementara, yaitu bisa sampai beberapa hari, beberapa minggu, atau beberapa bulan. ilangnya kontrol otot sebagian menyebabkan timbulnya kelemahan pada otot.
Sedangkan
kontrol
otot yang hilang seluruhnya
menyebabkan kelumpuhan. 2etika otot mengalami kelumpuhan, maka otot tersebut seringkali kehilangan tonus ototnya sehingga menjadi lemas ! flaccid #. $eberapa minggu kemudian, kelumpuhan dapat berkembang menjadi spasme otot yang involunter !tidak disadari# dan lama !paralysis spastik#. ),6,D,17 2erusakan hebat dari medula spinalis di pertengahan punggung bisa menyebabkan kelumpuhan pada tungkai, tetapi lengan masih tetap berfungsi secara normal. 9erakan refleks tertentu yang tidak dikendalikan oleh otak akan
11
tetap utuh atau bahkan meningkat. ontohnya, refleks lutut tetap ada atau bahkan meningkat. Meningkatnya
refleks
ini
dapat
menyebabkan
spasme
pada
tungkai. 5efleks yang tetap dipertahankan menyebabkan otot yang terkena menjadi memendek, sehingga dapat terjadi kelumpuhan jenis spastik . 3tot yang spastik teraba kencang dan keras dan sering mengalami kedutan. ),6,D,17 2ompresi yang terjadi secara langsung pada bagian*bagian syaraf oleh fragmen*fragmen tulang, ataupun rusaknya ligamen*ligamen pada sistem saraf pusat dan perifer. Pembuluh darah rusak dan dapat menyebabkan iskemik. 5uptur aon dan sel membran neuron bisa juga terjadi. Mikrohemoragik terjadi dalam beberapa menit di substansia grisea dan meluas beberapa jam kemudian sehingga perdarahan masif dapat terjadi dalam beberapa menit kemudian. ),6,D,17 Sesaat setelah trauma, fungsi motorik diba&ah tingkat lesi hilang, otot flaksid, refle hilang, paralisis atonik vesika urinaria dan kolon, atonia gaster dan hipestesia. Fuga diba&ah tingkat lesi dijumpai hilangnya tonus vasomotor, keringat dan piloereksi serta fungsi seksual. 2ulit menjadi kering dan pucat serta ulkus dapat timbul pada daerah yang mendapat penekanan tulang. Spingter vesika urinaria dan anus dalam keadaan kontraksi !disebabkan oleh hilangnya inhibisi dari pusat sistem saraf pusat yang lebih tinggi. ),6,D,17 'pabila medula spinalis cedera secara komplit dengan tiba*tiba, maka tiga fungsi yang terganggu antara lain seluruh gerak, seluruh sensasi dan seluruh refleks pada bagian tubuh di ba&ah lesi. 2eadaan yang seluruh refleks hilang baik refleks tendon, refleks autonomic disebut spinal shock. 2ondisi spinal shock ini terjadi /*) minggu setelah cedera medula spinalis. 4ase selanjutnya setelah spinal shock adalah keadaan dimana aktifitas refleks yang meningkat dan tidak terkontrol. Pada lesi yang menyebabkan cedera medula spinalis tidak komplit, spinal shock dapat juga terjadi dalam keadaan yang lebih ringan atau bahkan tidak melalui shock sama sekali. Selain itu gangguan yang timbul pada cidera medula spinalis sesuai dengan letak lesinya, dimana pada GM? lesi akan timbul gangguan berupa spastisitas, hyperefleksia, dan disertai hypertonus, biasanya lesi ini terjadi jika cidera mengenai 1 hingga L1. %an pada LM? lesi akan timbul gangguan berupa flaccid, hyporefleksia, yang disertai hipotonus dan biasanya lesi ini terjadi jika cidera mengenai L) sampai cauda e"uina, di samping itu juga
12
masih ada gangguan lain seperti gangguan bladder dan bo&el, gangguan fungsi seksual, dan gangguan fungsi pernapasan. ),6,D,17 %apat durumuskan gejala*gejala yang terjadi pada cedera medulla spinalis yaitu ),6,D,17
1. 9angguan sensasi menyangkut adanya anastesia, hiperestesia, parastesia. /. 9angguan motorik menyangkut adanya kelemahan dari fungsi otot*otot dan reflek tendon myotome. ). 9angguan fungsi vegetatif dan otonom menyangkut adanya flaccid dan sapstic blader dan bo&el. <. 9angguan fungsi '%L yaitu makan, toileting, berpakaian, kebersihan diri. 0. 9angguan mobilisasi yaitu Miring kanan dan kiri, Transfer dari tidur ke duduk, %uduk, Transfer dari bed ke kursi roda, dan dari kursi roda ke bed. +. Penurunan Hital sign yaitu penurunan ekspansi thora, kapasitas paru dan hipotensi. 6. Skin problem menyangkut adanya decubitus. edera medulla spinalis juga mempengaruhi fungsi organ vital yaitu diantaranya disfungsi respirasi terbesar yaitu cedera setinggi 1*<. edera pada 1*/ akan mempengaruhi ventilasi spontan tidak efektif. Lesi setinggi 0* akan mempengaruhi m. intercostalis, parasternalis, scalenus, otot*otot abdominal, otot*otot abdominal. Selain itu mempengaruhi intaknya diafragma, trafeIius dan sebagian m. pectoralis mayor. Lesi setinggi thoracal mempengaruhi otot*otot intercostalis dan abdominal, dampak umumnya yaitu efektivitas kinerja otot pernafasan menurun. ),6,D,17 Selain itu mengganggu fungsi sistem kardiovaskular dimana terjadi karena gangguan jalur otonom, terjadi pada lesi setinggi cervical dan thoracal. 'kibat disfungsi simpatis yang mempengaruhi fungsi jantung dan dinding vascular, hilangnya control simpatis supraspinal mengakibatkan aktivitas simpatis menurun. Lesi setinggi cervical dan thoracal mengakibatkan tonus vasomotor menurun sehingga mengakibatkan hipotensi. ),6,D,17 4ungsi sistem urinaria terganggu dimana bila terjadi lesi setinggi S/ dan S<. %imana bila terjadi lesi setinggi S/ akan mengakibatkan otot detrusor vesika urinaria mengalami kelemahan tipe LM? sehingga otot detrusor melemah sedangkan S< mengatur spinkter urinaria eksterna berkontraksi karena bersifat spastic, akan mengakibatkan retensi urin. Sedangkan bila lesi setinggi S< akan
13
mengakibatkan SG( melemah !membuka# sedangkan fungsi dari otot HG normal maka akan mengakibatkan inkontinensia urin. ),6,D,17 Lesi pada badan sel parasimpatis di conus medularis, aon parasimpatis di cauda e"uine dan aon somatic pudendus setinggi T17, fungsi pembentukan fese terganggu, karena mempengaruhi dinding usus, pada lesi tersebut diatas akan mengakibatkan tipe LM?, dimana feces lebih kering dan bundar, resiko tinggi inkontinensia akibat rendahnya tonus spinkter ani. Lesi setinggi diatas conus medularis akan mengakibatkan lesi tipe GM?, dimana terjadi overaktivitas peristaltic usus, retensi fecal akibat spastic spinkter ani. ),6,D,17
II.
PATOFISIOLOGI
%efisit neurologis yang berkaitan dengan cedera medula spinalis terjadi akibat dari proses cedera primer dan sekunder. Sejalan dengan kaskade cedera berlanjut, kemungkinan penyembuhan fungsional semakin menurun. 2arena itu, intervensi terapeutik sebaiknya tidak ditunda, pada kebanyakan kasus, &indo& period untuk intervensi terapeutik dipercaya berkisar antara + sampai /< jam setelah cedera. Mekanisme utama yaitu cedera inisial dan mencakup transfer energi ke korda spinal, deformasi korda spinal dan kompresi korda paska trauma yang persisten. Mekanisme ini, yang terjadi dalam hitungan detik dan menit setelah cedera, menyebabkan kematian sel yang segera, disrupsi aksonal dan perubahan metabolik dan vaskuler yang mempunyai efek yang berkelanjutan. Proses cedera sekunder yang bermula dalam hitungan menit dari cedera dan berlangsung selama berminggu*minggu hingga berbulan*bulan, melibatkan kaskade yang kompleks dari interaksi biokimia, reaksi seluler dan gangguan serat traktus. Sangat jelas bah&a peningkatan produksi radikal bebas dan opioid endogen, pelepasan yang berlebihan dari neurotransmitter eksitatori dan reaksi inflamasi sangat berperan penting. Lebih jauh lagi, profil m5?' !messenger 5ibonucleic 'cid# menunjukkan beberapa perubahan ekspresi gen setelah cedera medula spinalis dan perubahan ini ditujukan sebagai target terapeutik. ),6,D,17 $eberapa teori telah diusulkan untuk menjelaskan patofisiologi dari cedera sekunder. Teori radikal bebas menjelaskan bah&a, akibat dari penurunan kadar anti*oksidan yang cepat, oksigen radikal bebas berakumulasi di jaringan
14
sistem saraf pusat yang cedera dan menyerang membrane lipid, protein dan asam nukleat. al ini berakibat pada dihasilkannya lipid peroidase yang menyebabkan rusaknya membran sel. Teori kalsium menjelaskan bah&a terjadinya cedera sekunder bergantung pada influks dari kalsium ekstraseluler ke dalam sel saraf. 8on kalsium mengaktivasi phospholipase, protease, dan phosphatase. 'ktivasi dari enIim*enIim ini mengakibatkan interupsi dari aktivitas mitokondria dan kerusakan membran sel. Teori opiate receptor mengusulkan bah&a opioid endogen mungkin terlibat dalam proses terjadinya cedera medula spinalis dan bah&a antagonis opiate !contohnya naloone# mungkin bisa memperbaiki penyembuhan neurologis. Teori inflamasi berdasarkan pada hipotesis bah&a Iat* Iat inflamasi !seperti prostaglandin, leukotrien, platelet*activating factor, serotonin# berakumulasi pada jaringan medula spinalis yang cedera dan merupakan mediator dari kerusakan jaringan sekunder. $ila bagian cervical 1*< yang terkena mengakibatkan pola nafas menjadi efektif dan kelumpuhan total dan kemungkinan untuk bertahan hidup sangat kecil.
),6,D,17
Tulang belakang yang mengalami gangguan trauma !kecelakaan mobil, jatuh dari ketinggian, cedera olahraga# atau penyakit !Transverse Myelitis, Polio, Spina $ifida, 4riedreich dari ataia# dapat menyebabkan kerusakan pada medulla spinalis, tetapi lesi traumatic pada medulla spinalis tidak selalu terjadi karena fraktur dan dislokasi. (fek trauma yang tidak langsung bersangkutan tetapi dapat menimbulkan lesi pada medulla spinalis disebut &hiplash atau trauma indirek. Jhiplash adalah gerakan dorsapleksi dan anterofleksi berlebihan dari tulang belakang secara cepat dan mendadak. Trauma &hiplash terjadi pada tulang belakang bagian cervikalis ba&ah maupun thorakalis ba&ah misalnya pada &aktu duduk dikendaraan yang sedang berjalan cepat kemudian berhenti secara mendadak, atau pada &aktu terjun dari jarak tinggi, menyelam yang dapat mengakibatkan paraplegia. Trauma tidak langsung dari tulang belakang berupa hiperekstensi, hiperfleksi, tekanan vertical !terutama pada T.1/sampai L./#, rotasi. 2erusakan yang dialami medulla spinalis dapat bersifat sementara atau menetap.akibat trauma terhadap tulang belakang, medula spinalis dapat tidak berfungsi untuk sementara !komosio medulla spinalis#, tetapi dapat sembuh kembali dalam
15
beberapa hari. 9ejala yang ditimbulkan adalah berupa oedema, perdarahan peri vaskuler dan infark disekitar pembuluh darah. Pada kerusakan medulla spinalis yang menetap, secara makroskopis kelainannya dapat terlihat dan terjadi lesi, contusion, laseratio dan pembengkakan daerah tertentu di medulla spinalis. Laserasi medulla spinalis merupakan lesi berat akibat trauma tulang belakang secara langsung karena tertutup atau peluru yang dapat mematahkan atau mengeserkan ruas tulang belakang !fraktur dan dislokasi#.lesi transversa medulla spinalis
tergantung
pada
segmen
yang
terkena
!segmen
transversa,
hemitransversa, kuadran transversa#. Trauma ini bersifat &hiplash yaitu jatuh dari jarak tinggi dengan sifat badan berdiri, jatuh terduduk, terdampar eksplosi atau fraktur dislokasio.kompresi medulla spinalis terjadi karena dislokasi, medulla spinalis dapat terjepit oleh penyempitan kanalis vertebralis.),6,D,17 Suatu segmen medulla spinalis dapat tertekan oleh hematoma ekstra meduler traumatic dan dapat juga tertekan oleh kepingan tulang yang patah yang terselip diantara duramater dan kolumna vertebralis.gejala yang didapat sama dengan sindroma kompresi medulla spinalis akibat tumor, kista dan abses didalam kanalis vertebralis. 'kibat hiperekstensi dislokasio, fraktur dan &hislap radiks saraf spinalis dapat tertarik dan mengalami jejas. pada trauma &hislap, radiks colmna 0*6 dapat mengalami hal demikian, dan gejala yang terjadi adalah nyeri radikuler spontan yang bersifat hiperpatia, gambaran tersbut disebut hematorasis atau neuralgia radikularis traumatik yang reversible.jika radiks terputus akibat trauma tulang belakang, maka gejala defisit sensorik dan motorik yang terlihat adalah radikuler dengan terputusnya arteri radikuler terutama radiks T. atau T.D yang akan menimbulkan defisit sensorik motorik pada dermatoma dan miotoma yang bersangkutan dan sindroma system anastomosis anterial anterior spinal.),6,D,17 Medula spinalis dan radiks dapat rusak melalui < mekanisme berikut - ),6,D,17 1. 2ompresi oleh tulang, ligamentum, herniasi diskus intervertebralis dan
hematom. Kang paling berat adalah kerusakan akibat kompresi tulang dan kompresi oleh korpus vertebra yang mengalami dislokasi tulang dan kompresi oleh korpus vertebra yang mengalami dislokasi ke posterior dan trauma hiperekstensi.
16
$. 5egangan jaringan yang berlebihan akan menyebabkan gangguan pada
jaringan, hal ini biasanya terjadi pada hiperfleksi. Toleransi medula spinalis terhadap regangan akan menurun dengan bertambahnya usia. %. (dema medula spinalis yang timbul segera setelah trauma menyebabkan gangguan aliran darah kapiler dan vena. #. 9angguan sirkulasi akibat kompresi tulang atau sistem arteri spinalis anterior dan posterior.
III. KOMPLIKASI 1. Glcer decubitus - Merupakan komplikasi paling utama pada cedera
medulla spinalis. Terjadi karena tekanan yang pada umumnya terjadi pada daerah pinggul !ischial tuberositas dan trochanter pada femur#. Pada cedera medulla spinalis tidak hanya terjadi perubahan dari tonus otot dan sensasi saja, tapi juga peredaran darah ke kulit dan jaringan subkutan berkurang. ),6,D,17 $. 3steoporosis dan fraktur - 2ebanyakkan pasien dengan cedera medulla spinalis akan mengalami komplikasi osteoporosis. Pada orang normal, tulang akan tetap sehat dan kokoh karena aktifitas tulang dan otot yang menumpu. 2etika aktifitas otot berkurang atau hilang dan tungkai tidak melakukan aktifitas menumpu berat badan, maka mulai terjadi penurunan kalsium, phospor sehingga kepadatan tulang berkurang. ),6,D,17 %. Pneumonia, atelektasis, aspirasi - Pasien dengan cedera medula spinalis di ba&ah Th<, akan beresiko tinggi untuk berkembangnya restriksi fungsi paru. Terjadi pada 17 tahun dalam cedera medulla spinalis dan dapat progresif sesuai keadaan. ),6,D,17 #. %eep Hein Trombosis !%HT# - Merupakan komplikasi terberat dalam cedera medula spinalis, yaitu terdapat perubahan dari kontrol neurologi yang normal daripada pembuluh darah. 0. ardiovasculer disease - 2omplikasi
dari
sistem
kardiorespirasi
merupakan resiko jangkapanjang pada cedera medulla spinalis. . Syringomyelia - $erpengaruh pada spasme, phantom sensation, perubahan refleks dan autonom visceral. ,. ?europatic pain - Merupakan masalah yang penting dalam cedera medulla spinalis. $erbagai macam nyeri hadir dalam cedera medulla spinalis. 2erusakan pada daerah tulang belakang dan jaringan lunak di sekitarnya
17
dapat berakibat rasa nyeri pada daerah cedera. $iasanya pasien akan merasakan terdapat phantom limb pain atau nyeri yang menjalar pada level lesi ke inervasinya. ),6,D,17 2. Perubahan Tonus 3tot - 'kibat yang paling terlihat pada S8 adalah paralysis dari otot*otot yang dipersarafi oleh segmen yang terkena. 2erusakan dapat mengenai traktus descending motorik, ', dan saraf spinalis, atau kombinasi dari semuanya. Saat mengenai traktus descending, akan terjadi flaccid dan hilangnya refleks. 2emudian kondisi tersebut akan diikuti dengan gejala autonom seperti berkeringat dan inkontinensia dari bladder dan bo&el. %alam beberapa minggu akan terjadi peningkatan tonus otot saat istirahat, dan timbulnya refleks. ),6,D,17 3. 2omplikasi Sistem respirasi - $ila lesi berada di atas level < akan menimbulkan paralysis otot inspirasi sehingga biasanya penderita membutuhkan alat bantu pernafasan, hal tersebut disebabkan gangguan pada n. intercostalis. 2omplikasi pulmonal yang terjadi pada lesi disegmen 0 A Th 1/, timbul karena adanya gangguan pada otot ekspirasi yang mendapat persarafan dari level tersebut, seperti m. adbominalis dan m. intercostalis. Paralysis pada m. obli"ues eksternalis juga menghambat kemampuan penderita untuk batuk dan mengeluarkan sekret. ),6,D,17 14. 2ontrol $ladder dan $o&el - Pusat urinaris pada spinal adalah pada conus medullaris. 2ontrol refleks yang utama berasal dari segmen secral. Selama fase spinal shock, bladder urinary menjadi flaccid. Semua tonus otot dan refleks pada bledder hilang. Lesi di atas conus medullaris akan menimbulkan refleks neurogenic bladder berupa adanya spastisitas, kesulitan menahan $'2, hipertrophy otot detrusor, dan refluks urethral. Lesi pada conus medullaris menyebabkan tidak adanya refleks bladder, akbiat dari flaccid dan menurunnya tonus otot perineal dan sphincter utethra. 9angguan pada bo&el sama seperti pada bladder ditambah dengan adanya lesi pada cauda e"uina. ),6,D,17 11. 5espon Seksual - 5espon seksual berhubungan langsung dengan level dan complete atau incompletenya trauma. Terdapat dua macam respon, reflekogenic atau respon untuk stimulasi eksternal yang terlihat pada penderita dengan lesi GM?, dan pshycogenic, dimana timbul melalui aktifitas kognisi seperti fantasi, yang berhubungan dengan lesi pada LM?.
18
Pria dengan level lesi yang tinggi dapat mencapai refleive erection, tapi bukan ejakulasi. Pada lesi yang lebih ke ba&ah ia dapat lebih cepat untuk ejakulasi, tetapi kemampuan ereksinya sulit. Lesi pada cauda e"uina tidak memungkinkan terjadinya ejakulasi ataupun ereksi. ),6,D,17 1$. Menstruasi biasanya terhambat ) bulan, fertilasi dan kehamilan tidak terhambat, tapi kehamilan harus segera diakhiri, terutama pada trisemester terakhir. Persalinan akan terjadi tanpa sepengetahuan ibu hamil akibat dari hilangnya sensasi, dan persalinan dia&ali dengan dysrefleksia autonomik. ),6,D,17
I5. PENEGAKAN DIAGNOSIS Anamne!i! 1. 2eluhan utama - 2eluhan yang memba&a pasien untuk berobat.
2ebanyakan kasus cedera medulla spinal datang dengan keluhan kelemahan pada ektremitas. Tanyakan keluhan sudah berapa lama dirasakan.,D,17 $. 5PS 2aji keluhan kelemahan - Lokasi kelemahan !bagian sktremitas •
mana saja# paraplegia tau "uadriplegi, kelmahan timbulnya tiba* tiba atau perlahan*lahan, gejala semakin parah atau tidak, timbul setelah makan atau tidak, obat*obatan yang digunakan utnuk •
mengurangi gejala, hasil pengobatan. ,D,17 2aji keluhan tambahan - ?yeri !lokasi, terus menerus atau hilang timbul, nyeri menjalar atau tidak, kapan nyeri bertambah, kapan nyeri berkurang. 2esemutan, sesak, nyeri pada perut, keluhan $'2 !inkontinensia atau retensi urin#, $'$ !konstipasi#. ilangnya sensasi rasa. 9angguan fungsi seksual. ,D,17 Tanya sebelumnya apakah pernah alami gejala yang sama, kegiatan sehari*hari !angkat yang berat*berat#. Pola $'2 dan $'$ sebelum sakit. ,D,17
19
%. 5P% - 5i&ayat trauma sebelumnya, ri&ayat kelainan tulang belakang,
ri&ayat %M, T, 'lergi, Lo& back pain, osteoporosis, osteoarthritis, ri&ayat T$. ,D,17 #. 5P2 - 5i&ayat kelainan tulang belakang, osteoporosis, T$. ,D,17 Pemeri-!aan
Pemeriksaan 4isik Pemeriksaan a&al dimulai dengan penilaian kondisi jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi darah. Pada kasus cedera, sangat penting diperiksa keadaan jalan nafas dan pernafasannya karena pada trauma 1*<. ,D,17 1. 8nspeksi - 8nspeksi adalah pemeriksaan secara visual tentang kondisi serta
kemampuan gerak dan fungsinya. 'pakah ada oedem pada anggota gerak, pengecilan otot ! atropi #, &arna, dan kondisi kulit sekitarnya, kemampuan beraktifitas, alat bantu yang digunakan untuk beraktifitas, posisi pasien, dll. ,D,17 $. Palpasi - Palpasi adalah pemeriksaan terhadap anggota gerak dengan menggunakan tangan dan membedakan antara kedua anggota gerak yang kanan dan kiri. Palpasi dilakukan terutama pada kulit dan subcutaneus untuk mengetahui temperatur, oedem, spasme, dan lain sebagain ya. ,D,17 %. Pemeriksaan 4ungsi 9erak - %alam hal ini meliputi fungsi gerak aktif, gerak pasif, dan gerak isometrik. Pada pemeriksaan ini umumnya pada pasien ditemukan adanya rasa nyeri, keterbatasan gerak, kelemahan otot, dan sebagainya. ,D,17 #. Pemeriksaan 4ungsional - %alam pemeriksaan fungsional meliputi kemampuan pasien dalam beraktifitas baik itu posisioning miring kanan* kiri ! setiap / jam #, transfer dari tidur ke duduk, dari tempat tidur ke kursi roda, dan sebaliknya. ,D,17 0. Pemeriksaan 2husus a 2ekuatan 3tot - Pengukuran ini digunakan untuk melihat kekuatan otot dari keempat anggota gerak tubuh. %an dilakukan dengan b
menggunakan metode manual muscle testing ! MMT #. ,D,17 53M ! Lingkup 9erak Sendi # - Pemeriksaan 53M dilakukan dengan
menggunakan
menggunakan
metode
Measurement #. ,D,17
goniometer 8S3M
dan
dituliskan
!8nternational
dengan
Standar
3f
20
(
Pemeriksaan ?yeri dengan H'S ! Hisual 'nalog Scale # - H'S merupakan salah satu metode pengukuran nyeri yang dapat digunakan untuk menilai tingkat nyeri yang dirasakan oleh pasien. Pasien diminta untuk menunjukan letak nyeri yang dirasakan pada garis yang berukuran 17 cm, dimana pada ujung sebelah kiri !nilai 7# tidak ada nyeri, dan pada ujung sebelah kanan ! nilai 17 # nyeri
d
sekali. ,D,17 Pemeriksaan
Sensoris
-
Pemeriksaan
ini
dilakukan
untuk
menentukan sensori level. Sensori level adalah batas paling kaudal dari segment medula spinalis yang fungsi sensorisnya normal. Tes ini terdiri dari / tes area dermatom yang diperiksa dengan menggunakan tes tajam tumpul dan sentuhan sinar, dengan kriteria penilaiannya sebagai berikut - ,D,17 ?ilai 7 - tidak ada dapat merasakan !absent #. ?ilai 1 - merasakan sebagian ! impaired # dan hiperaestesia. ?ilai / - dapat merasakan secara normal. ?T ! not testable # - diberikan pada pasien yang tidak dapat merasakan karena tidak sadarkan diri. e. Pemeriksaan Motorik - Pemeriksaan
ini
dilakukan
untuk
menentukan motorik levelnya. Motorik level adalah batas paling kaudal dari segment medula spinalis yang fungsi motoriknya normal.
8dentifikasi kerusakan
motorik
lebih
sulit, karena
menyangkut innervasi dari beberapa otot. Tidak adanya innervasi, berarti pada otot tersebut terjadi kelemahan atau kelumpuhan. Pemeriksaan
kekuatan
otot
tersebut
bisa
menggunakan
pemeriksaan dengan Manual Muscle Test !MMT#, dengan skala penilaian sebagai berikut - ?ilai uruf Skala %efinisi - ,D,17 7 !ero# - Tidak ditemukan kontraksi dengan palpasi. 1 ! Tr # Trace - 'da kontraksi tetapi tidak ada gerakan / ! P# Poor - 9erakan dengan 53M penuh, tidak dapat mela&an gravitasi. ) !4# 4air - 9erakan penuh mela&an gravitasi < !9# 9ood - 9erakan 53M penuh dan dapat mela&an tahanan. 0 !?# ?ormal - 9erakan 53M penuh dan dapat mela&an tahanan maksimal.
21
Pada pemeriksaan motorik dengan menggunakan manual muscle testing ini biasanya dilakukan pada daerah myotom, antara lain ,D,17
0 - 4leksi siku ! m. biceps, m. brachialis # + - (kstensi pergelangan tangan ! m. ekstensor carpi radialis longus dan brevis # 6 - (kstensi siku ! m. triceps # - 4leksi digitorum profundus jari tengah !m. fleksor digitorum profundus# Th 1 - 'bduksi digiti minimi !m. abduktor digiti minimi # L / - 4leksi hip ! m. iliopsoas # L ) - (kstensi knee ! m. @uadriceps # L < - %orso fleksi ankle !m. tibialis anterior # L 0 - (kstensi ibu jari kaki !m. ekstensor hallucis longus # S 1 - Plantar fleksi ankle !m. gastrocnemius, m. soleus # Pemeri-!aan Penun*an& 1. Laboratorium 3steocalsin - Suatu protein tulang yang disekresi oleh osteoblast. $*cross lap - parameter untuk proses rosorpsi !penyerapan tulang#
untuk mengetahui fungsi osteoklas. (lektrolit - kalsium total. %arah lengkap - b, T, Leukosit, trombosit. 2imia darah - 9ula darah / jam pp, gula darah puasa. Hit % 2alsitonin. $. 4oto Polos Hertebra. Merupakan langkah a&al untuk mendeteksi kelainan* kelainan yang melibatkan medula spinalis, kolumna vertebralis dan jaringan di sekitarnya. Pada trauma servikal digunakan foto 'P, lateral, dan odontoid. Pada cedera torakal dan lumbal, digunakan foto 'P dan Lateral. 4oto polos posisi antero*posterior dan lateral pada daerah yang diperkirakan mengalami trauma akan memperlihatkan adanya fraktur dan mungkin disertai dengan dislokasi. Pada trauma daerah servikal foto dengan posisi mulut terbuka dapat membantu dalam memeriksa adanya kemungkinan fraktur vertebra 1*/. ,D,17 %. T*scan Hertebra - %apat melihat struktur tulang, dan kanalis spinalis dalam potongan aksial. T*Scan merupakan pilihan utama untuk mendeteksi cedera fraktur pada tulang belakang. ,D,17
22
#. M58 Hertebra - M58 dapat memperlihatkan seluruh struktur internal
medula spinalis dalam sekali pemeriksaan serta untuk melihat jaringan lunak. 0. Pungsi Lumbal - $erguna pada fase akut trauma medula spinalis. Sedikit peningkatan tekanan likuor serebrospinalis dan adanya blokade pada tindakan @ueckenstedt menggambarkan beratnya derajat edema medula spinalis, tetapi perlu diingat tindakan pungsi lumbal ini harus dilakukan dengan hati*hati, karena posisi fleksi tulang belakang dapat memperberat dislokasi yang telah terjadi. %an antefleksi pada vertebra servikal harus dihindari bila diperkirakan terjadi trauma pada daerah vertebra servikalis tersebut. ,D,17 . Mielografi - Mielografi dianjurkan pada penderita yang telah sembuh dari trauma pada daerah lumbal, sebab sering terjadi herniasi diskus intervertebralis. ,D,17 5. DIAGNOSIS BANDING 1. Sindrom 9uillain barre Suatu kelainan sistem saraf akut dan difus yang mengenai radiks
spinal dan saraf perifer, dan juga kadang*kadang saraf kranialis yang biasa timbul setelah suatu infeksi. 9ejala utama kelumpuhan yang simetris tipe LM? dari otot*otot ekstremitas, badan dan kadang*kadang muka. $iasanya karena infeksi virus maka dalam anamnesis tanyakan apakah sebelumnya pernah batu pilek, diare. Terdapat infiltrasi sel mononuclear, limfosit berukuran kecil. serabut saraf mengalami degenerasi segmental dan aksonal sehingga lesi ini bisa terbatas pada segmen proksimal radiks spinal tersebar disepanjang saraf perifer. Tipe penjalaran kelemahan pada ektremitas berjalan dari distal ke proksimal dan sembuh perlahan*lahan dari proksimal ke distal. 9ejala makin bertambah, menyebar secara assenden kebadan, anggota gerak atas dan cranial, kelemahan simetris dan diikuti oleh hiporefleks atau arefleks. %isamping itu terdapat gangguan sensibilitas parastesi. Sensibilitasnya ekstroseptif > dari sensibilitas propioseptik, nyeri otot seperti nyeri setelah aktivitas fisik. Saraf cranial yang terkena yaitu > yang kenan ?.888, 8H, H8, H88, 88. 11
23
Pemeriksaan
yang
dilakukan
yaitu
dengan
lumbal
fungsi
terdapatnya peningkatan protein, dan 7E diagnose dapat ditegakkan dengan pemeriksaan (M9 dimana terdapat kelainan poliradiluloneuropati. Selain itu kelumpuhan dapat juga terjadi di otot*otot penggerak bola mata sehingga penderita melihat satu objek menjadi dua yang dapat disertai gangguan koordinasi anggota gerak .11 /.
Paralisis flaksid Paralisis flaksid yaitu kelainan yang ditandai dengan kadar kalium yang rendah = ),0 mmol;L dengan gejala kelemahan atau kelumpuhan skeletal. Pada saat serangan terjadi pergerakan kalium dari cairan ekstraseluler masuk ke dalam sel. %iluar serangan kalium darah menjadi normal. $iasanya terjadi pada otot kaki atau tangan. $iasanya gejala timbul setelah makan kekenyangan. %itandai dengan serangan episodic berupa kelemahan otot atau paralisis flaksid akibat perpindahan kalium ke ruang intraselular otot rangka. Serangan muncul setelah tidur atau istirahat, tetapi dapat dicetuskan oleh, latihan fisik. %iagnosis ditegakkan apabila timbul kelemahan otot disertai kadar kalium plasma yang rendah !=),7 m(";L# dan kelemahan otot membaik setelah pemberian kalium. 2elainan (29 dapat berupa pendataran gelombang T, supresi segmen ST, munculnya gelombang G, sampai dengan aritmia berupa fi brilasi ventrikel, takikardia supraventrikular, dan blok jantung. Terapi biasanya simtomatik. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan ialah (29, elektromiografi !(M9#, dan biopsi otot. $iopsi otot menunjukkan hasil normal saat di luar serangan, tetapi saat serangan, dapat ditemukan miopati vakuolar, yaitu vakuola retikulum endoplasma otot berdilatasi dengan sitoplasma sel otot penuh terisi glikogen, dan ukuran serat otot bervariasi. Pemeriksaan kadar kalium urin saat serangan, (kskresi kalium yang rendah dan tidak ada kelainan asam basa. 1/
5I.
PENATALAKSANAAN
Prin!i" utama "enataa-!anaan Trauma Medua S"inai!
24
1.
$.
'$ - pertahankan jalan nafas, beri oksigen bila ada keadaan sesak, beri cairan infuse / line untuk mencegah terjadinya shok. 8mmobilisasi - Tindakan immobilisasi harus sudah dimulai dari tempat kejadian;kecelakaan sampai ke unit ga&at darurat, yang pertama ialah immobilisasi
dan
stabilkan
leher
dalam
posisi
normal
dengan
menggunakan cervical collar. egah agar leher tidak terputar !rotation#. $aringkan penderita dalam posisi terlentang !supine# pada tempat atau alas %.
#.
yang keras. ,D,17 Stabilisasi Medis - Terutama sekali pada penderita tetraparesis atau tetraplegia. ,D,17 a Periksa vital signs b Pasang ?9T ( Pasang kateter urin Segera normalkan vital signs. Pertahankan tekanan darah yang normal dan perfusi jaringan yang baik. $erikan oksigen, monitor produksi urin, bila perlu monitor '9%' !analisa gas darah#, dan periksa apa ada neurogenic shock.
Pemberian megadose Methyl Prednisolone, Sodium Succinate
dalam kurun &aktu + jam setaleh kecelakaan dapat memperbaiki 0.
konntusio medula spinalis. ,D,17 Mempertahankan posisi normal vertebra !Spinal 'lignment# - $ila terdapat fraktur servikal dilakukan traksi dengan ruthfield tong atau 9ardnerJells tong dengan beban /.0 kg perdiskus. $ila terjadi dislokasi traksi diberikan dengan beban yang lebih ringan, beban ditambah setiap 10 menit sampai
.
terjadi reduksi. ,D,17 %ekompresi dan Stabilisasi Spinal - $ila terjadi realignment artinya terjadi dekompresi. $ila realignment dengan cara tertutup ini gagal maka dilakukan open reduction dan stabilisasi dengan approach anterior atau
,.
posterior. ,D,17 5ehabilitasi - 5ehabilitasi fisik harus dikerjakan sedini mungkin. Termasuk dalam program ini adalah bladder training, bo&el training, latihan otot pernafasan, pencapaian optimal fungsi*fungsi neurologik dan program kursi roda bagi penderita paraparesis;paraplegia. ,D,17
Medi-a Mento!a 1. Methylprednisolone merupakan pilihan pengobatan untuk cedera tulang
belakang akut. Fika metilprednisolon diberikan dalam &aktu delapan jam
25
dari cedera, beberapa orang mengalami perbaikan ringan. Tampaknya untuk bekerja dengan mengurangi kerusakan pada sel*sel saraf dan mengurangi peradangan di dekat lokasi cedera. ?amun, itu bukan obat untuk cedera tulang belakang. $erikan metil prednisolon - dosis )7 Mg; 2gbb, 8H perlahan*lahan selama 10 menit. Metil prednisolon mengurangi kerusakan membran sel yang berkontribusi pada kematian neuron, mengurangi infalamasi dan menekan aktifitas sel*sel imun yang mempunyai kontribusi serupa pada kerusakan neuron dan peningkatan sekunder asam arakidonat mencegah peroksidasi lemak pada membran sel. Metilprednisolon merupakan terapi yang paling umum digunakan untuk
cedera
medula
spinalis
traumatika
dan
direkomendasikan
oleh National Institute of Health di 'merika Serikat. ?amun demikian penggunaannya sebagai terapi utama cedera medula spinalis traumatika masih dikritisi banyak pihak dan belum digunakan sebagai standar terapi. ,D,17
$. $ila terjadi spastisitas otot, berikan - %iaIepam )0; 17 Mg;ari,
$aklopen )0 Mg hingga ) /7 Mg sehari. Spasmolitik otot atau relaksan secara tradisional digunakan untuk mengobati gangguan musculoskeletal yang menyakitkan. (fek samping sedasi dan pusing yang umum terjadi. Selain ituobat clonaIepam yang merupakan benIodiaIepine. ,D,17 %. $ila ada rasa nyeri bisa diberikan - 'nalgetika golongan ?S'8%s !anti inflamasi#. Gji klinis menunjukan analgetik ini berguna sebagai pengobatan untuk nyeri, namun penggunaan jangka panjang harus dihindari karena sering terjadi efek samping yang merugikan pada fungsi ginjal dan gastrointestinal. 3pioid analgetik umumnya aman bila digunakan dengan tepat, dan efek samping yang serius yang relative jarang terjadi. #. 'ntidepresan trisiklik - digunakan dalam pengobatan nyeri kronik untuk mengurangi insomnia, dan juga mengurangi sakit kepala. Seperti amitriptilin. Non Medi-a Mento!a 1. 4isioterapi - 4isioterapi dapat berperan sejak fase a&al terjadinya trauma
sampai pada tahap rehabilitasi. Pada penderita S8 kerusakan yang terjadi
26
pada medulla spinalis bersifat permanen, karena seperti yang kita ketahui bah&a setiap kerusakan pada sistem saraf maka tidak akan terjadi regenerasi dari sistem saraf tersebut dengan kata lain sistem tersebut akan tetap rusak &alaupun ada regenerasi akan kecil sekali peluangnya. $erdasarkan hal tersebut maka intervensi yang diberikan oleh fisioterapi pun
bertujuan
untuk
meningkatkan
kemandirian
pasien
dengan
kemampuan yang dimilikinya untuk memenuhi kebutuhan sehari*harinya. Peran fisioterapis menurut 2epMen2es 1)+) Pasal 1 ayat / adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan !fisik, elektroterapeutis dan mekanis#, pelatihan fungsi, komunikasi . Selama tahap a&al rehabilitasi, terapis biasanya menekankan pemeliharaan dan penguatan fungsi otot yang ada, pembangunan kembali keterampilan motorik halus dan belajar teknik adaptif untuk menyelesaikan tugas*tugas sehari*hari. ,D,17 $. 3perasi - Pada saat ini laminektomi dekompresi tidak dianjurkan kecuali pada kasus*kasus tertentu. 8ndikasi untuk dilakukan operasi - ,D,17 a 5eduksi terbuka dislokasi dengan atau tanpa disertai fraktur pada b
daerah servikal, bilamana traksi dan manipulasi gagal. 'danya fraktur servikal dengan lesi parsial medula spinalis dengan fragmen tulang tetap menekan permukaan anterior medula spinalis
(
meskipun telah dilakukan traksi yang adekuat. ,D,17 Trauma servikal dengan lesi parsial medula spinalis, dimana tidak tampak adanya fragmen tulang dan diduga terdapat penekanan medula spinalis oleh herniasi diskus intervertebralis. %alam hal ini perlu dilakukan
pemeriksaan
mielografi dan
scan tomografi
untuk
membuktikannya. ,D,17 d 4ragmen yang menekan lengkung saraf. e 'danya benda asing atau fragmen tulang dalam kanalis spinalis. ' Lesi parsial medula spinalis yang berangsur*angsur memburuk setelah pada mulanya dengan cara konservatif yang maksimal menunjukkan perbaikan, harus dicurigai hematoma. ,D,17 5II.
PROGNOSIS
27
Pasien dengan cedera medula spinalis komplet hanya mempunyai harapan untuk sembuh kurang dari 0E. Fika kelumpuhan total telah terjadi selama 6/ jam, maka peluang untuk sembuh menjadi tidak ada. Fika sebagian fungsi sensorik masih ada, maka pasien mempunyai kesempatan untuk dapat berjalan kembali sebesar 07E. Secara umum, D7E penderita cedera medula spinalis dapat sembuh dan mandiri. Penyebab kematian utama adalah komplikasi disabilitas neurologik yaitu - pneumonia, emboli paru, septikemia, dan gagal ginjal. ,D,17