BAB I PENDAHULUAN
A. Lata Latarr Belak Belakan ang g Cidera Cidera medull medullaa spina spinalis lis adalah adalah masalah masalah keseha kesehatan tan mayor mayor yang yang mempen mempengar garuhi uhi 150.000 150.000 orang di Amerika Amerika Serikat, Serikat, dengan dengan perkiraan10 perkiraan10.000 .000 cedera baru yang terjadi setiap tahun. Kejadian ini lebih dominan pada pria usia muda sekitar lebih dari 75% dari seluruh cedera (Suzanne C. Smeltzer,2001;2220). Data dari bagian rekam medik Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati didapatkan dalam 5 bulan terakhir terhitung dari Januari sampai Juni 2003 angka kejadian angka kejadian untuk fraktur adalah berjumlah 165 orang yang di dalamnya termasuk angka kejadian untuk cidera medulla spinalis yang berjumlah 20 orang (12,5%). Pada usia 45-an fraktur banyak terjadi pada pria di bandingkan pada wanita karena olahraga, pekerjaan, dan kecelakaan bermotor. Tetapi belakangan ini wanita lebih banyak banyak dibandingk dibandingkan an pria karena faktor osteoporos osteoporosis is yang di asosiasika asosiasikan n dengan dengan perubahan hormonal (menopause) (di kutip dari Medical Surgical Nursing, Charlene J. Reeves,1999). B. Tujuan Tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas individu mata kuliah KMB III dan untuk meningkatkatkan pengetahuan penulis dalam asuhan keperawatan terutama pada klien dengan cidera medula spinalis. C. Meto Metode de Penu Penuli lisa san n Metode penulisan yang penulis gunakan adalah metode narasi yang sumbernya penulis peroleh dari buku-buku terkait dan browsing di Internet.
D. Sistem Sistemati atika ka Penuli Penulisan san 1
BAB I : Pendahulua Pendahuluan, n, yang terdiri dari latar belakang, belakang, tujuan penulisan, penulisan, metode
penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II : Tinjauan teoritis, yang terdiri dari pengertian, anatomi, etiologi, tanda dan
gejala, patofisiologi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan medis, komplikasi dan asuhan keperawatan yang terkait dengan kasus tersebut. BAB III : Penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran. Daftar Pustaka
BAB II 2
TINJAUAN TEORITIS
A. KO KONS NSEP EP DASA DASARA RAN N 1. ATOM ATOMII FIS FISIO IOLO LOGI GI
Columna Vertebralis adalah pilar utama tubuh yang berfungsi melindungi medula spinalis dan menunjang berat kepala serta batang tubuh, yang diteruskannya ke lubang-lubang paha dan tungkai bawah. Masing-masing tulang dipisahkan oleh disitus intervertebralis. Vertebralis dikelompokkan sebagai berikut : a. Vetebrata Thoracalis (atlas) Vetebrata Thoracalis mempunyai ciri yaitu tidak memiliki corpus tetapi hanya berupa cincin tulang. Vertebrata cervikalis kedua (axis) ini memiliki dens, yang yang mirip mirip dengan dengan pasak. pasak. Veterb Veterbrata rata cervital cervitalis is ketuju ketujuh h disebu disebutt promin prominan an karena mempunyai prosesus spinasus paling panjang. b. Vertebrata Thoracalis Ukurannya semakin besar mulai dari atas kebawah. Corpus berbentuk jantung, berjumlah 12 buah yang membentuk bagian belakang thorax. c. Vertebrata Lumbalis Corpus setiap vertebra lumbalis bersifat masif dan berbentuk ginjal, berjumlah 5 buah yang membentuk daerah pinggang, memiliki corpus vertebra yang besar ukurnanya sehingga pergerakannya lebih luas kearah fleksi. d. Os. Sacrum Terdiri dari 5 sacrum yang membentuk sakrum atau tulang kengkang dimana ke 5 vertebral ini rudimenter yang bergabung yang membentuk tulang bayi. 3
e. Os. Coccygis Terd Terdir irii dari dari 4 tula tulang ng yang yang juga juga dise disebu butt ekor ekor pada pada manu manusi sia, a, meng mengal alam amii rudimenter. Lengkung koluma vertebralis.kalau dilihat dari samping maka kolumna vertebralis memperlihatkan empat kurva atau lengkung antero-pesterior : lengkung vertikal pada daerah leher melengkung kedepan daerah torakal melengkung kebelakang, daer daerah ah lumb lumbal al kede kedepa pan n dan dan daera daerah h pelv pelvis is mele meleng ngku kung ng kebe kebela laka kang ng.. Kedu Keduaa lengkung lengkung yang menghadap menghadap pasterior, yaitu torakal torakal dan pelvis, disebut disebut promer promer karena mereka mempertahankan lengkung aslinya kebelakang dari hidung tulang belak belakang ang,, yaitu yaitu bentuk bentuk (sewak (sewaktu tu janin janin dengna dengna kepala kepala memben membengka gkak k ke bawah bawah sampai batas dada dan gelang panggul dimiringkan keatas kearah depan badan. Kedua Kedua lengku lengkung ng yang yang mengha menghadap dap ke anteri anterior or adalah adalah sekund sekunder er → lengkung servikal servikal berkembang berkembang ketika kanak-kanak kanak-kanak mengangka mengangkatt kepalanya kepalanya untuk melihat sekeli sekelilin lingny gnyaa sambil sambil menyel menyelidi idiki, ki, dan lengku lengkung ng lumbal lumbal di bentuk bentuk ketika ketika ia merangkak, berdiri dan berjalan serta mempertahankan tegak. (lihat gambar A1) Fungsi Fungsi dari dari kolumn kolumnaa verteb vertebral ralis. is. Sebaga Sebagaii penduk pendukung ung badan badan yang yang kokoh kokoh dan sekaligus bekerja sebagai penyangga kedengan prantaraan tulang rawan cakram intervertebralis yang lengkungnya memberikan fleksibilitas dan memungkinkan membonkok tanpa patah. Cakramnya juga berguna untuk menyerap goncangan yang terjadi bila menggerakkan berat badan seperti waktu berlari dan meloncat, dan dengan dengan demikian demikian otak dan sumsum sumsum belkang terlindung terlindung terhadap goncangan. goncangan. Disamping itu juga untuk memikul berat badan, menyediakan permukaan untuk kartan otot dan membentuk tapal batas pasterior yang kukuh untuk rongga-rongga badan dan memberi kaitan pada iga. (Eveltan. C. Pearah, 1997 ; 56 – 62) Medulla Medulla spinalis spinalis atau sumsum sumsum tulang belakang bermula ada medula ablonata, ablonata, menjulur kearah kaudal melalu foramen magnum dan berakhir diantara vertebralumbalis pertama dan kedua. Disini medula spinalis meruncing sebagai konus medularis, dna kemudian sebuah sambungan tipis dasri pia meter yang disebut filum terminale, yang menembus kantong durameter, bergerak menuju koksigis. 4
Sumsum tulang belakang yang berukuran panjang sekitar 45 cm ini, pada bagian depannya dibelah oleh figura anterior yang dalam, sementara bagian belakang dibelah oleh sebuah figura sempit. Pada sumsum tulang belakang terdapat dua penebalan, servikal servikal dan lumbal. Dari penebalan ini, plexus-plexus saraf bergerak guna melayani anggota badan atas dan bawah : dan plexus dari daerah thorax membentuk saraf-saraf interkostalis. Fungsi sumsum tulang belakang : a. Mengadakan komunikasi antara otak dan semua bagian tubuh dan bergerak refleks. Untuk terjadinya geraka refleks, dibutuhkan struktur sebagai berikut : 1. Organ sensorik : menerima impuls, misalnya kulit 2. Serabut saraf sensorik ; mengantarkan impuls-impuls tersebut menuju sel-sel dalam ganglion radix pasterior dan selanjutnya menuju substansi kelabu pada karnu pasterior mendula spinalis. 3. Sums Sumsum um tula tulang ng bela belaka kang ng,,
dima dimana na
sera serabu but-s t-sera erabu butt
sara saraff
peng penghu hubu bung ng
menghantarkan impuls-impuls menuju karnu anterior medula spinalis. 4. sel saraf motorik ; dalam karnu anterior medula spinalis yang menerima dan mengalihkan impuls tersebut melalui serabut sarag motorik. 5. Organ motorik yang melaksanakan gerakan karena dirangsang oleh impuls saraf motorik. 6. Kerusakan Kerusakan pada sumsum tulang belakang belakang khususny khususnyaa apabila apabila terputus terputus pada daerah daerah toraka torakall dan lumbal lumbal mengak mengakiba ibatka tkan n (pada (pada daerah daerah toraka torakal) l) parali paralisis sis beber beberapa apa otot otot interk interkost ostal, al, paralis paralisis is pada pada otot otot abdome abdomen n dan otot-o otot-otot tot pada pada kedua anggota gerak bawah, serta paralisis sfinker pada uretra dan rektum.
2. PENGERTIAN
5
Cidera medula spinalis adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkan oleh benturan pada daerah medulla spinalis (Brunner & Suddarth, 2001) Cidera Cidera medull medullaa spinal spinalis is adalah adalah buatan buatan kerusa kerusakan kan tulang tulang dan sumsum sumsum yang yang mengak mengakiba ibatka tkan n ganggu gangguan an sistem sistem persya persyarafa rafan n didalam didalam tubuh tubuh manusi manusiaa yang yang diklasifikasikan sebagai : - komplet (kehilangan sensasi dan fungsi motorik total) - tidak komplet (campuran kehilagan sensori dan fungsi motorik) Cide Cidera ra medu medull llan an spin spinal alis is adala adalah h suat suatu u keru kerusa saka kan n fung fungsi si neur neurol olog ogis is yang yang disebabkan sering kali oleh kecelakaan lalu lintas. Apabila cedera itu mengenai daerah servikal pada lengan, badan dan tungkai mata penderita itu tidak tertolong. Dan apabil apabilaa saraf saraf frenitu frenituss itu tersera terserang ng maka maka dibutu dibutuhka hkan n pernaf pernafasan asan buatan buatan,, sebelum alat pernafasan mekanik dapat digunakan. 3. ETIOLOGI
Penyebab dari cidera medulla spinalis yaitu : - kecelakaan otomobil, industri - terjatuh, olah-raga, menyelam - luka tusuk, tembak - tumor. 4. PATO PATOFI FISI SIOL OLOG OGII
Kerusak Kerusakan an medull medullaa spinal spinalis is berkis berkisar ar dari dari kamosi kamosio o sement sementara ara (pasie (pasien n sembuh sembuh sempurna) sampai kontusio, laserasi dan kompresi substansi medulla, (lebih salah satu atau dalam kombinasi) sampai transaksi lengkap medulla (membuat pasien paralisis). Bila hemoragi terjadi pada daerah medulla spinalis, darah dapat merembes ke ekstradul subdural atau daerah suaranoid pada kanal spinal, segera sebelum terjadi 6
kontusio atau robekan pada cedera, serabut-serabut saraf mulai membengkak dan hancur. Sirkulasi darah ke medulla spinalis menjadi terganggu, tidak hanya ini saja tetapi proses patogenik menyebabkan kerusakan yang terjadi pada cidera medulla spinalis akut. Suatu rantai sekunder sekunder kejadian-kej kejadian-kejadian adian yang menimbulak menimbulakn n iskemia, iskemia, hipoksia, hipoksia, edema, lesi, hemorargi. Cidera medulla spinalis dapat terjadi pada lumbal 1-5 - Lesi 11 – 15 : kehilangan sensorik yaitu sama menyebar sampai lipat paha dan bagian dari bokong. - Lesi L2 : ekstremitas bagian bawah kecuali 1/3 atas dari anterior paha. - Lesi L3 : Ekstremitas bagian bawah. - Lesi L4 : Ekstremitas bagian bawah kecuali anterior paha. - Lesi L5 : Bagian luar kaki dan pergelangan kaki.
5. MANI MANIFE FEST STAS ASII KL KLIN INIS IS
- nyeri akut pada belakang leher, yang menyebar sepanjang saraf yang terkena - paraplegia - tingkat neurologik - paralisis sensorik motorik total - kehilangan kontrol kandung kemih (refensi urine, distensi kandung kemih) - penurunan keringat dan tonus vasomoto - penurunan fungsi pernafasan 7
- gagal nafas (Diane C. Baughman, 200 : 87) 6. PEME PEMERI RIKS KSAN AN DIA DIAGN GNOS OSTI TIK K
- Sinar X spinal Mene Menent ntuk ukan an loka lokasi si dan dan jeni jeniss cede cedera ra tula tulan n (frak (fraktu tur, r, disl dislok okas asi) i),, unut unutk k kesejajaran, reduksi setelah dilakukan traksi atau operasi - Skan ct Menentukan tempat luka / jejas, mengevaluasi ganggaun struktural - MRI Mengidentifikasi adanya kerusakan saraf spinal, edema dan kompresi - Mielografi. Untu Untuk k memp memper erlih lihat atka kan n kolu kolumn mnaa spin spinal alis is (kan (kanal al vert verteb ebra ral) l) jika jika fakto faktor r put putol olog ogis isny nyaa tida tidak k jelas jelas atau atau dicu dicurig rigai ai adan adanny nyaa dilu dilusi si pada pada ruan ruang g sub sub anakhnoid medulla spinalis (biasanya tidak akan dilakukan setelah mengalami luka penetrasi). - Foto Foto ronsen ronsen torak, torak, memper memperlih lihatka atkan n keadan keadan paru paru (conto (contoh h : peruba perubahan han pada pada diafragma, atelektasis) - Pemeri Pemeriksa ksaan an fungsi fungsi paru paru (kapas (kapasita itass vita, vita, volume volume tidal) tidal) : menguk mengukur ur volume volume inspirasi maksimal khususnya pada pasien dengan trauma servikat bagian bawah atau pada trauma torakal dengan gangguan pada saraf frenikus /otot interkostal). - GDA : Menunjukan kefektifan penukaran gas atau upaya ventilasi (Marilyn E. Doengoes, 1999 ; 339 – 340)
8
7. KOMPLIKASI
- Neurogenik shock. - Hipoksia. - Gangguan paru-paru - Instabilitas spinal - Orthostatic Hipotensi - Ileus Paralitik - Infeksi saluran kemih - Kontraktur - Dekubitus - Inkontinensia blader - Konstipasi 8. PENATALAKSANAAN CEDERA MEDULA SPINALIS (FASE AKUT)
Tujuan Tujuan penatalaksa penatalaksanaan naan adalah untuk untuk mencegah mencegah cedera medula spinalis spinalis lebih lanjut dan untuk mengobservasi gejala perkembangan defisit neurologis. Lakukan resu resusi sita tasi si sesu sesuai ai
kebu kebutu tuha han n
dan dan
pert pertah ahan anka kan n
oksi oksige gena nasi si dan dan
kest kestab abil ilan an
kardiovaskuler. Farmakoterapi Berikan steroid dosis tinggi (metilpredisolon) untuk melawan edema medela. Tindakan Respiratori 1. Berikan oksigen untuk mempertahankan PO 2 arterial yang tinggi.
9
2. Terapkan perawatan yang sangat berhati-hati untuk menghindari fleksi atau eksistensi leher bila diperlukan inkubasi endrotakeal. 3. Pertimbangan alat pacu diafragma (stimulasi listrik saraf frenikus) untuk pasien dengan lesi servikal yang tinggi. Reduksi dan Fraksi skeletal 1. Cedera medulla spinalis membutuhkan immobilisasi, reduksi, dislokasi, dan stabilisasi koluma vertebrata. 2. Kurangi fraktur servikal dan luruskan spinal servikal dengan suatu bentuk traksi skeletal, yaitu teknik tong /capiller skeletal atau halo vest. 3. Gantung pemberat dengan batas sehinga tidak menggangu traksi Intervensi bedah = Laminektomi Dilakukan Bila : 1. Deformitas tidak dapat dikurangi dengan fraksi 2. Terdapat ketidakstabilan signifikan dari spinal servikal 3. Cedera terjadi pada region lumbar atau torakal 4. Status Neurologis mengalami penyimpanan untuk mengurangi fraktur spinal atau dislokasi atau dekompres medulla. (Diane C. Braughman, 2000 ; 88-89)
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Cedera Medulla Spinalis 10
1. Pengkajian
a. Aktifitas /Istirahat Kelumpuhan otot (terjadi kelemahan selama syok pada bawah lesi. Kelemahan umum /kelemahan otot (trauma dan adanya kompresi saraf). b. Sirkulasi Hipotensi, Hipotensi posturak, bradikardi, ekstremitas dingin dan pucat. c. Eliminasi Retensi urine, distensi abdomen, peristaltik usus hilang, melena, emisis berwarna seperti kopi tanah /hematemesis. d. Integritas Ego e. Takut, cemas, gelisah, menarik diri.
f. Makanan /cairan Mengalami distensi abdomen, peristaltik usus hilang (ileus paralitik) g. Higiene Sangat ketergantungan dalam melakukan aktifitas sehari-hari (bervariasi) h. Neurosensori h. Neurosensori Kelumpuhan, kelemahan (kejang dapat berkembang saat terjadi perubahan pada syok spinal). Kehilangan sensasi (derajat bervariasi dapat kembaki normak setelah syok spinal sembuh).
11
Kehilangan tonus otot /vasomotor, kehilangan refleks /refleks asimetris termasuk tendon dalam. Perubahan reaksi pupil, ptosis, hilangnya keringat bagian tubuh yang terkena karena pengaruh trauma spinal. i. Nyeri i. Nyeri /kenyamanan Mengalami deformitas, postur, nyeri tekan vertebral. j. Pernapasan Pernapasan dangkal /labored, periode apnea, penurunan bunyi napas, ronki, pucat, sianosis. k. Keamanan Suhu yang berfluktasi *(suhu tubuh ini diambil dalam suhu kamar).
l. Seksualitas Ereksi tidak terkendali (priapisme), menstruasi tidak teratur. (Marikyn E. Doengoes, 1999 ; 338-339) 2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidak efektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan kelemahan /paralisis otot-otot otot-otot abdomen abdomen dan intertiostal intertiostal dan ketidakmam ketidakmampuan puan untuk untuk membersihk membersihkan an sekresi. 2. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan fungsi motorik dan sesorik. 3. Resiko terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan penurunan immobilitas, penurunan sensorik.
12
4. Retensi urine yang berhubungan dengan ketidakmampuan untuk berkemih secara spontan. 5. Konsti Konstipas pasii berhub berhubung ungan an dengan dengan adanya adanya atoni atoni usus usus sebaga sebagaii akibat akibat ganggu gangguan an autonomik. 6. Nyeri 6. Nyeri yang berhubungan dengan pengobatan immobilitas lama, cedera psikis dan alt traksi (Diane C. Boughman, 2000 : 90) 3. PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI IMPLEMENTASI
Tujuan perencanaan dan implementasi dapat mencakup perbaikan pola pernapasan, perba perbaika ikan n mobili mobilitas tas,, pemelih pemeliharaa araan n integr integritas itas kulit, kulit, mengh menghilan ilangka gkan n retensi retensi urine, urine, perbaikan fungsi usus, peningkatan rasa nyaman, dan tidak terdapatnya komplikasi.
INTERVENSI
1. Tujuan : Meningkatkan pernapasan yang adekuat Kriteria hasil : Batuk efektif, pasien mampu mengeluarkan seket, bunyi napas normal, jalan napas bersih, respirasi normal, irama dan jumlah perna pernapas pasan, an, pasien pasien,, mampu mampu melaku melakukan kan reposi reposisi, si, nilai nilai AGD : PaO2 > 80 mmHg, PaCO 2 = 35-45 mmHg, PH = 7,35 – 7,45
Rencana Tindakan
a. Kaji kemampuan batuk dan reproduksi sekret
13
R/ Hilangnya kemampuan motorik otot intercosta dan abdomen berpengaruh terhadap kemampuan batuk. b. Pertahankan jalan nafas (hindari fleksi leher, brsihkan sekret) R/ Menutup jalan nafas. c. Monitor warna, jumlah dan konsistensi sekret, lakukan kultur R/ Hilangnya refleks batuk beresiko menimbulkan pnemonia. d. Lakukan suction bila perlu R/ Pengambilan secret dan menghindari aspirasi. e. Auskultasi bunyi napas R/ Mendeteksi adanya sekret dalam paru-paru. f. Lakukan latihan nafas R/ mengembangkan alveolu dan menurunkan prosuksi sekret. g. Berikan minum hangat jika tidak kontraindikasi R/ Mengencerkan sekret h. Berikan oksigen dan monitor analisa gas darah R/ Meninghkatkan suplai oksigen dan mengetahui kadar olsogen dalam darah.
i. Monitor tanda vital setiap 2 jam dan status neurologi R/ Mendeteksi adanya infeksi dan status respirasi. 2. Tujuan : Memperbaiki mobilitas
14
Kriteri Kriteriaa Hasil Hasil : Memper Mempertah tahank ankan an posis posisii fungsi fungsi dibukt dibuktika ikan n oleh oleh tak adanya adanya kontraktur, footdrop, meningkatkan kekuatan bagian tubuh yang sakit sakit /kompe /kompensa nsasi, si, mendem mendemons onstra trasik sikan an teknik teknik /peril /perilaku aku yang yang memungkinkan melakukan kembali aktifitas. Rencana Tindakan
a. Kaji fungsi-fungsi sensori dan motorik pasien setiap 4 jam. R/ Menetapkan kemampuan dan keterbatasan pasien setiap 4 jam. b. Ganti posisi pasien setiap 2 jam dengan memperhatikan kestabilan tubuh dan kenyamanan pasien. R/ Mencegah terjadinya dekubitus. c. Beri papan penahan pada kaki R/ Mencegah terjadinya foodrop
d. Gunakan otot orthopedhi, edar, handsplits R/ Mencegah terjadinya kontraktur. e. Lakukan ROM Pasif setelah 48-72 setelah cedera 4-5 kali /hari R/ Meningkatkan stimulasi dan mencehag kontraktur. f. Monitor adanya nyeri dan kelelahan pada pasien. R/ Menunjukan adanya aktifitas yang berlebihan. g. Konsultas Konsultasikan ikan kepada kepada fisiotrepi fisiotrepi untuk untuk latihan latihan dan penggunaan penggunaan otot seperti splints R/ Memberikan pancingan yang sesuai. 15
3. Tujuan : Mempertahankan Intergritas kulit Kriteria Hasil : Keadaan kulit pasien utuh, bebas dari kemerahan, bebas dari infeksi pada lokasi yang tertekan. Rencana Tindakan
a. Kaji faktor resiko terjadinya gangguan integritas kulit R/ Salah Salah satu satuny nyaa yait yaitu u immo immobi bili lisa sasi si,, hila hilang ngny nyaa sens sensas asi, i, Inko Inkont ntin inen ensi siaa bladder /bowel. b. Kaji keadaan pasien setiap 8 jam R/ Mencegah lebih dini terjadinya dekubitus. c. Gunakan tempat tidur khusus (dengan busa) R/ Mengurangi tekanan 1 tekanan sehingga mengurangi resiko dekubitas d. Ganti posisi setiap 2 jam dengan sikap anatomis R/ Daerah Daerah yang yang terteka tertekan n akan akan menimb menimbulk ulkan an hipoks hipoksia, ia, peruba perubahan han posisi posisi meningkatkan sirkulasi darah. e. Pertahankan kebersihan dan kekeringan tempat tidur dan tubuh pasien. R/ Lingkungan yang lembab dan kotor mempermudah terjadinya kerusakan kulit f. Lakukan pemijatan khusus / lembut diatas daerah tulang yang menonjol setiap 2 jam dengan gerakan memutar. R/ Meningkatkan sirkulasi darah g. Kaji status nutrisi pasien dan berikan makanan dengan tinggi protein R/ Mempertahankan integritas kulit dan proses penyembuhan 16
h. Lakukan perawatan kulit pada daerah yang lecet / rusak setiap hari R/ Mempercepat proses penyembuhan 4. Tujuan : Peningkatan eliminasi urine Kriteria Hasil : Pasien dpat mempertahankan pengosongan blodder tanpa residu dan distensi, keadaan urine jernih, kultur urine negatif, intake dan output cairan seimbang Rencana tindakan
a. Kaji tanda-tanda infeksi saluran kemih R/ Efek dari tidak efektifnya bladder adalah adanya infeksi saluran kemih
b. Kaji intake dan output cairan R/ Mengetahui adekuatnya gunsi gnjal dan efektifnya blodder. c. Lakukan pemasangan kateter sesuai program R/ Efek trauma medulla spinalis adlah adanya gangguan refleks berkemih sehingga perlu bantuan dalam pengeluaran urine d. Anjurkan pasien untuk minum 2-3 liter setiap hari R/ Mencegah urine lebih pekat yang berakibat timbulnya ........ e. Cek bladder pasien setiap 2 jam R/ Mengetahui adanya residu sebagai akibat autonomic hyperrefleksia f. Lakukan pemeriksaan urinalisa, kultur dan sensitibilitas R/ Mengetahui adanya infeksi
17
g. Monitor temperatur tubuh setiap 8 jam R/ Temperatur yang meningkat indikasi adanya infeksi. 5. Tujuan : Memperbaiki fungsi usus Kriteria hasil : Pasien bebas konstipasi, keadaan feses yang lembek, berbentuk. Rencana tindakan
a. kaji pola eliminasi bowel R/ Menentukan adanya perubahan eliminasi
b. Berikan diet tinggi serat R/ Serat meningkatkan konsistensi feses c. Berikan minum 1800 – 2000 ml/hari jika tidak ada kontraindikasi R/ Mencegah konstipasi d. Auskultasi bising usus, kaji adanya distensi abdomen R/ Bising usus menentukan pergerakan perstaltik e. Hindari penggunaan laktasif oral R/ Kebiasaan menggunakan laktasif akan tejadi ketergantungan f. Lakukan mobilisasi jika memungkinkan R/ Meningkatkan pergerakan peritaltik g. Berikan suppositoria sesuai program R/ Pelunak feses sehingga memudahkan eliminasi 18
h. Evaluasi dan catat adanya perdarah pada saat eliminasi R/ Kemungkinan perdarahan akibat iritasi penggunaan suppositoria 6. Tujuan : Memberikan rasa nyaman Krit Kriter eria ia
hasi hasill
:
Mela Melapo pork rkan an
penur enuru unan nan
men mengid gidenti entifi fika kasi sik kan
rasa rasa
cara cara-c -car araa
nyer nyerii untu ntuk
/ket /ketid idak ak meng engatas atasii
nyam nyaman an,, nyer nyeri, i,
mendem mendemons onstras trasika ikan n penggu penggunaa naan n ketera keterampi mpilan lan relaksa relaksasi si dan aktifitas hiburan sesuai kebutuhan individu. Rencana tindakan
a. Kaji terhadap terhadap adanya adanya nyeri, nyeri, bantu pasien mengidenti mengidentifikasi fikasi dan menghitun menghitung g nyeri, misalnya lokasi, tipe nyeri, intensitas pada skala 0 – 1R/ Pasien biasanya melaporkan nyeri diatas tingkat cedera misalnya dada / punggung atau kemungkinan sakit kepala dari alat stabilizer b. Berikan tindakan kenyamanan, misalnya, perubahan posisi, masase, kompres hangat / dingin sesuai indikasi. R/ Tind Tindak akan an alter alterna nati tiff meng mengon ontro troll nyeri nyeri digu diguna naka kan n untu untuk k keun keuntu tung ngan an emosionlan, selain menurunkan kebutuhan otot nyeri / efek tak diinginkan pada fungsi pernafasan. c. Dorong penggunaan teknik relaksasi, misalnya, pedoman imajinasi visualisasi, latihan nafas dalam. R/ Memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol, dan dapat meningkatkan kemampuan koping d. kolaborasi kolaborasi pemberian obat sesuai sesuai indikasi, indikasi, relaksasi relaksasi otot, misalnya dontren (dantrium); analgetik; antiansietis.misalnya diazepam (valium) R/ Dibu Dibutu tuhk hkan an untu untuk k meng menghi hila lang ngka kan n spas spasme me /nye /nyeri ri otot otot atau atau untu untuk k menghilangkan-ansietas dan meningkatkan istrirahat. 19
4. Evalusi
1. Klien dapat meningkatkan pernafasan yang adekuat 2. Klien dapat memperbaiki mobilitas 3. Klien dapat mempertahankan integritas kulit 4. klien mengalami peningkatan eliminasi urine 5. Klien mengalami perbaikan usus / tidak mengalami konstipasi 6. Klien menyatakan rasa nyaman (Marilyn E. Doenges 1999 ; 340 – 358, Diane C Baurghman, 2000 : 91 – 93)
BAB III
PENUTUP
20
A. Kesi Kesimp mpul ulan an
Columna Vertebralis adalah pilar utama tubuh yang berfungsi melindungi medula spinalis dan menunjang berat kepala serta batang tubuh, yang diteruskannya ke lubang-lubang paha dan tungkai bawah. Masing-masing tulang dipisahkan oleh disitus intervertebralis.
Cidera medullan spinalis adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkan sering kali oleh kecelakaan lalu lintas. Apabila cedera itu mengenai daerah servikal pada lengan, badan dan tungkai mata penderita itu tidak tertolong. Dan apabila saraf frenitus itu terserang maka dibutuhkan pernafasan buatan, sebelum alat pernafasan mekanik dapat digunakan.
B. Saran
Mahasiswa diharapakan mampu mengasah kemampuannya dan pengetahuannya melalui media diskusi yang telah direncanakan dalam mata kuliah ini. Bagi para dosen agar dapat memberikan bimbingan yang lebih intensif agar mahasiswa lebih faham mengenai asuhan keperawatan terutama pada klian dengan cidera medula spinalis.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah , Edisi 8 Vol. 3 . Jakarta : EGC. 21
Carpenito, L. T, 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 6. Jakarta ; EGC
Doengoes, M. E, 1999, Rencana Asuham Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta ; EGC
Luckma Luckman, n, J. and Sorens Sorensens ens R.C. R.C. 1993. 1993. Medical Medical Surgica Surgicall Nursing Nursing a Psychoph Psychophysio ysiologi logicc
approach , Ed : 4. Philadelphia ; WB, Souders Company.
Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran . Jilid 2. Edisi 3 Jakarta : FKUI
Pearce Evelyn C. 1997. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis . Jakarta : PT. Gramedia.
22