BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan kelahiran bayi ialah lahirnya seorang individu yang sehat dariseorang ibu yang sehat. Bayi lahir sehat artinya tidak mempunyai gejala sisa atau tidak mempunyai kemungkinan mendapatkan gejala yang penyebabnya dapat dicegah dengan pengawasan antenatal dan perinatal yang baik. Sekarang telah banyak diketahui bahwa penyakit bayi baru lahir merupakan kelanjutan penyakit ibu atau disebabkan oleh kelainan pada kehamilan dan kelahiran. Tentang hubungan penyakit ibu dengan morbiditas janin secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut : 1. transmisi daripada bahan yang menyebabkan penyakit 2. menyebabkan induksi kelahiran prematuritas 3. menyebabkan perubahan pada status fisiologi janin 4. menyebabkan perubahan lingkungan intrauterine 5. efek farmakologis daripada obat yang diberikan pada ibu. Akibat ekstrim daripada penyakit ibu pada janin ialah abortus, kematian janin intra uterin, BBLR ( prematuritas, dismaturitas), kematian neonatal, kelainan kongenital, morbiditas neonatal dan sekuele neurologis. Khusus untuk masalah BBLR, sampai saat ini masih banyak ditemukan bayi lahir dengan berat badan lahir dengan berbagai penyebab. Dimana bayi BBLR akan mengalami banyak masalah yang akhirnya meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas pada bayi. Untuk menurunkan angka morbiditas dan mortalitas bayi karena BBLR tersebut menjadi tanggung jawab tenaga kesehatan baik dokter maupun perawat. Khususnya perawat anak dengan menggunakan menggunakan pendekatan asuhan keperawatan.
B. Tujuan 1. Tujuan umum Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk mengetahui asuhan keperawatan bayi resiko tinggi BBLR 2. Tujuan Khusus a. Dapat mengetahui pengertian BBLR b. Dapat mengetahui anatomi dan fisiologi c. Dapat mengetahui penyebab dari BBLR 1
d. Dapat mengetahui patofisiologi bayi BBLR e. Dapat mengetahui tanda dan gejala bayi BBLR f. Dapat mengetahui pemeriksaan diagnostik bayi dengan BBLR g. Dapat mengetahui penatalaksanaan bayi dengan BBLR h. Dapat mengetahui trend dan issue terkini pada bayi dengan BBLR
C. Ruang Lingkup Untuk mempermudah penulisan konsep dasar asuhan keperawatan ini agar lebih terarah dan berjalan dengan baik, maka perlu kiranya dibuat suatu batasan masalah. Adapun ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan konsep dasar asuhan ini yaitu membahas tentang konsep dasar asuhan keperawatan bayi resiko tinggi : Bayi baru lahir rendah.
D. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan makalah ini sebagai berikut : 1. Bab I Pendahuluan Sebagai langkah awal dalam penyusunan makalah ini terbagi dari latar belakang, tujuan penulisan yang terdiri dari tujuan umum dan khusus, dan sistematika penulisan. 2. Bab II Konsep Dasar dan Asuhan Keperawatan BBLR Pada bab ini berisi tentang pengertian BBLR, anatomi dan fisiologi, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, pemeriksaan diagnostic, penatalaksanaan, trend dan issue terkini BBLR, dan pada bab ini membahas tentang asuhan keperawatan pada bayi resiko tinggi BBLR. BBLR. Gejala, 3. Bab III Penutup Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dari konsep pada BBLR
2
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Dasar 1. Pengertian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. Berat saat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir (Manuaba et al., 2007; Damanik, 2008). Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction). (Pudjiadi, dkk., 2010) Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah berat bayi saat lahir kurang dari 2500 gram yang merupakan hasil dari kelahiran prematur (sebelum 37 minggu usia kehamilan). Bayi dengan berat badan lahir rendah sangat erat kaitannya dengan mortalitas
dan
morbiditas,
sehingga
akan
menghambat
pertumbuhan
dan
perkembangan kognitif serta penyakit kronis di kemudian kemudian hari (WHO, 2004). Beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu 2. Anatomi dan Fisiologi Bayi Baru Lahir (BBL, newborns) harus memulai untuk memasukkan, mencerna dan mengabsrobsi makanan setelah lahir, sebagaimana plasenta telah melakukan fungsi ini (Gorrie, et al., 1998). Saat lahir kapasitas lambung BBL sekitar 6 ml/kg BB, atau rata-rata sekitar 50-60 cc, tetapi segera bertambah sampai sekitar 90 ml selama beberapa hari pertama kehidupan. Lambung akan kosong dalam 3 jam (Olds, et al.,1980) untuk pemasukan makanan dan kosong sempurna dalam 2 sampai 4 jam. (Gorrie, et al.,1998). Spingter cardiac antara esophagus dan lambung pada neonatus masih immatur (Olds, et al.,1980), mengalami relaksasi sehingga dapat menyebabkan regurgitasi makanan segera setelah diberikan (Gorrie, et al.,1998). Regurgitasi juga dapat terjadi karena kontrol persarafan pada lambung belum sempurna (Olds, et al.,1980).
3
BBL mempunyai usus yang lebih panjang dalam ukurannya terhadap besar bayi dan jika dibandingkan dengan orang dewasa. Keadaan ini menyebabkan area permukaan untuk absorbsi lebih luas (Gorrie, et al.,1998). al.,1998). Bising usus pada keadaan normal dapat didengar pada 4 kuadran abdomen dalam jam pertama setelah lahir akibat bayi menelan udara saat menangis dan sistem saraf simpatis merangsang peristaltik (Simpson & Creehan, 2001). Saat lahir saluran cerna steril. s teril. Sekali bayi terpapar dengan lingkungan luar dan cairan mulai masuk, bakteri masuk ke saluran cerna. Flora normal usus akan terbentuk dalam beberapa hari pertama kehidupan (Gorrie, et al.,1998) sehingga meskipun saluran cerna steril saat lahir, pada kebanyakan bayi bakteri dapat dikultur dalam 5 jam setelah lahir. Bakteri ini penting untuk pencernaan dan untuk sintesa vitamin K (Olds, et al.,1980). Enzim-enzim penting untuk mencerna karbohidrat, protein, dan lemak sederhana ada pada minggu ke-36-38 usia gestasi. Bayi baru lahir cukup bila mampu menelan, mencerna, memetabolisme dan mengabsorbsi protein dan karbohidrat sederhana serta mengemulsi lemak (Jensen et al.,2004). Amilase pankreas mengalami defisiensi selama 3-6 bulan pertama setelah lahir. Sebagai akibat, BBL tidak bisa mencerna jenis karbohidrat yang kompleks seperti yang terdapat pada sereal. Selain itu BBL juga mengalami defisiensi lipase pankreas. Lemak yang ada di dalam Asi lebih bisa dicerna dan lebih sesuai untuk bayi dari pada lemak yang terdapat pada susu formula ( Gorrie, et al.,1998). Feses pertama yang dieksresi oleh bayi disebut mekonium, berwarna gelap, hitam kehijauan, kental, konsistensinya seperti aspal, lembut, tidak berbau, dan lengket. Mekonium terkumpul dalam usus fetus sepanjang usia gestasi, mengandung partikel partikel dari cairan amnion seperti sel kulit dan rambut, sel-sel yang terlepas dari saluran cerna, empedu dan sekresi usus yang lain (Gorrie, et al.,1998 & Olds, et al.,1980). Feses mekonium pertama biasanya keluar dalam 24 jam pertama setelah lahir. Jika tidak keluar dalam 36-48 jam, bayi harus diperiksa patensi anus, bising usus dan distensi abdomen dan dicurigai kemungkinan obstruksi (Gorrie, et al., 1998 & Simpson & Creehan, 2001). Tipe kedua feses yang dikeluarkan oleh bayi disebut feses t ransisional, berwarna coklat kehijauan dan konsistensinya lebih lepas dari pada fese s mekonium. Feses ini
4
merupakan kombinasi dari mekonium dan feses susu. Keadaan feses selanjutnya sesuai tipe makanan yang didapat oleh bayi (Gorrie, et al, 1980).
3. Etiologi Etiologi atau penyebab dari BBLR (Proverawati dan Ismawati, 2010): a. Faktor ibu 1) Penyakit a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan antepartum, pre ekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih. b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi, HIV/AIDS, penyakit jantung. c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol. 2) Ibu a) Angka kejadian prematitas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20 tahun atau lebih dari 35 tahun. b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun). tahun). c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya. 3) Keadaan sosial ekonomi a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang. b) Aktivitas fisik yang berlebihan. b. Faktor janin Faktor janin meliputi: kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar. c. Faktor plasenta Faktor plasenta disebabkan oleh: hidramnion, plasenta previa, solutio plasenta sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini. d. Faktor lingkungan Lingkungan yang berpengaruh antara lain: tempat tinggal di dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.
5
4.
Patofisiologi
Faktor Ibu : Keadaan gizi ibu Usia ibu Penyakit ibu Taksemia gravidum Perdarahan anteoartum DM, Pre eklamsia Keadaan lain, perokok, alkohol, narkotik Golongan sosial ekonomi
Faktor janin Hidramion Kehamilan Ganda Kelainan kromosom
Faktor lingkungan Tempat tinggal di dataran tinggi Radiasi Zat zat racun
BBLR
Sindrom aspirasi Akspiksia intra uterin janin Cairan amnion bercampur dengan mekonium dan lengket di paru janin
Imaturias Hepar
Gangguan konjugasi hepar
Defisit Albumin
Bayi tampak kurus Relatif lebih panjang Kulit longgar, jaringan lemak
Hiperbilirubinemia
Bilirubin indirec >20m /dl ᵌ
Kernicterus Letargi Kejang tonus otot meningkat, leher kaku kemampuan hisap menurun
Resiko perubahan suhu Resiko kerusakan integritas kulit Masalah kolaborasi hipoglikemia Prematur KDG <20mgdl Matur KGD <30 mgdl
6
Tanda : Pucat, tidak mau minum, lemah, apatis, kejang
5. Tanda dan Gejala a. Panjang badan kurang dari 46cm b. Berat badaan kurang dari 2500 gram c. Kulit kemerah-merahan tipis mengkilap d. Kepala relative lebih besar jika disbanding badannya e. Rambut lanugo masih banyak terutama di daerah da erah kuduk dan kuping f. Kuku belum sampai ke ujung jari g. Rambut belum panjang dan luas h. Pada bayi wanita labia mayora belum menutupi labia minor, pada bayi laki laki testis belum turun i. Tangis sangat lemah daya hisap sangat kuat j. Kulit ditutupi vernik skaseosa. k. Kulit ditelapak tangan dan kaki tampak licin dan belum terlihat garis-garis transversal.
6. Pemeriksaan Diagnostik a. Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.00024.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis ).2. b. Hematokrit ( Ht ) : 43%- 61 % ( peningkatan sampai 65 % atau lebihmenandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atauhemoragic prenatal/perinatal ).3. c. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengananemia atau hemolisis berlebihan ).4. d. Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari,dan 12 mg/dl pada 3-5 hari.5. e. Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelahkelahiran rata-rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga.6. f. Pemantauan elektrolit ( Na, K, Cl ) : biasanya dalam batas normal padaawalnya.7. g. Pemeriksaan Analisa gas darah.
7
7. Penatalaksanaan a. Penatalaksanaan Prematuritas Murni Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk pertumbuhan dan perkembangan serta penyesuaian diri dengan lingkungan hidup di luar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan dan bila perlu oksigen, mencegah infeksi serta mencegah kekurangan vitamin dan zat besi. 1) Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/ BBLR Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah dan permukaan badan relatif luas oleh karena itu bayi prematuritas harus dirawat di dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila bayi dirawat dalam inkubator maka suhu bayi dengan berat badan, 2 kg adalah 35 derajat celcius dan untuk bayi dengan beratbadan 2-2,5 kg adalah 33-34 derajat der ajat celcius. Bila inkubator tidak ada bayi dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas, sehingga panas badannya badannya dapat dipertahankan. 2) Makanan bayi prematur Alat pencernaan bayi prematur masih belum sempurna, lambung kecil, enzimpencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan
kalori110
Pemberian
kal/kg
minum
BB sehingga
bayi
sekitar
3
pertumbuhannya jam
setelah
dapat
lahir
dan
meningkat. didahului
denganmenghisap cairan lambung. Refleks menghisap masih lemah, sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi frekuensi yang lebih sering. ASI merupakan makanan yang paling utama,sehingga ASI lah yang paling dahuludiberikan. Bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sondemenuju lambung. Permulaan cairan diberikan sekitar 50-60 cc/kg BB/ hari danterus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cc/kg BB/ hari.
8
3) Menghindari infeksi Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan anti bodibelum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif sudah dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas ( BBLR). Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan baik. b.
Penatalaksanaan dismaturitas (KMK) 1) Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterina serta menemukan gangguan pertumbuhan misalnya dengan pemeriksaan ultrasonografi. 2) Memeriksa kadar gula darah ( true glukose ) dengan dextrostix ataulaboratorium kalau hipoglikemia perlu diatasi. 3) Pemeriksaan hematokrit dan mengobati hiperviskositasnya. 4) Bayi membutuhkan lebih banyak kalori dibandingkan dengan bayi SMK. 5) Melakukan
tracheal-washing
pada
bayi
yang
diduga
akan
menderitaaspirasi mekonium. 6) Sebaiknya setiap jam dihitung frekuensi pernafasan dan bila frekuensi lebih dari 60 x/ menit dibuat foto thorax
8. Trend dan Isue Data World Health Organization (WHO) memperlihatkan sekitar 20 juta bayi berat lahir rendah (BBLR) lahir setiap tahunnya yang dapat disebabkan oleh kelahiran
sebelum
waktunya
(prematur)
maupun
perkembangan
janin
terhambat saat dalam kandungan. Bayi dengan berat lahir rendah merupakan penyumbang tertinggi angka kematian neonatal (AKN).Dari sekitar 4 juta kematian neonatal, prematur dan BBLR menyumbang lebih dari seperlima kasus. Prevalensi BBLR di Indonesia berkisar antara 2 hingga 17,2% dan menyumbang 29,2% AKN.Perawatan Metode Kanguru (PMK) merupakan alternatif pengganti incubator dalam perawatan BBLR. Kangaroo Kangaroo Mother Care (KMC) atau Perawatan Metode Kanguru (PMK) merupakan perawatan untuk bayi berat lahir rendah atau lahiran prematur dengan melakukan kontak 9
langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu atau skin-to-skin contact , dimana ibu menggunakan suhu tubuhnya untuk menghangatkan bayi.
10
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. Berat saat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. Menurut data World Health Organization (WHO) memperlihatkan sekitar 20 juta bayi berat lahir rendah (BBLR) lahir setiap tahunnya yang dapat disebabkan oleh kelahiran sebelum waktunya (prematur) maupun perkembangan janin terhambat saat dalam kandungan. BBLR dapat disebabkan dari beberapa faktor, seperti faktor ibu, usia ibu, keadaan social ekonomi dan sebab lainnya l ainnya (ibu perokok). Beberapa tanda dan gejala pada BBLR adalah panjang badan bayi kurang dari 46 cm, berat badan bayi kurang dari 2500 gram, kulit kemerah-merahan tipis mengkilap, kepala relative lebih besar jika dibandingkan badannya. Pada bayi lahir rendah dapat dilakukan tindakan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan di luar uterus seperti, pengaturan suhu badan bayi prematuritas/BBLR, makanan bayi premature, menghin dari infeksi. Sedangkan tindakaan yang dapat dilakukan pada dismaturitas adalah pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine, memeriksa kadar gula darah, pemeriksaan hematocrit.
11
DAFTAR PUSTAKA
digilib.unila.ac.id/6610/113/BAB%20II.pdf Doengoes, M. dkk, 2001, Rencana perawatan maternal/bayi , Ed 2, Jakarta; EGC Gorrie T.M., McKinney E.S., & Murray S.S. (1998). 2 nd edition. Foundation of Maternal
–
Newborn Nursing. Philadelphia. W.B. W.B. Saunders Company. Manuaba, I.B.G dkk. 2007. Pengantar Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC Proverawati Atikah, & Ismawati Cahyo, S. (2010). BBLR : Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha Medika. Pudjiadi Antonius, H., Hegar Badriul, dkk. (2010). Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: IDAI Simpson R.K. & Creehan A.P. (2001). Perinatologi Nursing.Lippincott, Philadelphia.
12