BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara maritim yaitu sebagian besar wilayahnya adalah perairan. Dalam suatu perairan pasti ada suatu organisme yang hidup di dalamnya, yaitu salah satunya ikan. Ikan adalah makhluk yang hidup di air, hewan berdarah dingin (poikiliterm), memiliki tulang sebagai penyangga, insang sebagai salah satu organ pernafasan, dan ekor. Habitat ikan ada yang di air tawar dan laut. Salah satu jenis ikan air tawar adalah ikan lele. Ikan lele (Clarias ( Clarias sp.) sp.) memiliki bentuk badan yang memanjang, berkepala pipih, tidak bersisik, memiliki empat pasang kumis yang memanjang sebagai alat peraba, dan memiliki alat pernapasan tambahan. Dalam proses kehidupan, organisme senantiasa berusaha mempertahankan kelangsungan hidupnya tak terkecuali pada ikan. Salah satu mekanisme dalam menjaga kelangsungan hidup adalah dengan melakukan proses metabolisme yang didapat dari asupan makanan. Organisme memerlukan makanan dan oksigen untuk melakukan metabolisme di seluruh tubuhnya. Peredaran materi, baik berupa bahan bahan- bahan bahan yang diperlukan oleh tubuh seperti oksigen maupun hasil metabolism dan sisasisa-sisanya dilakukan oleh sistem peredaran darah. Sistem peredaran darah semua hewan vertebrata mempunyai pola yang sama, namun tiaptiap-tiap kelompok mempunyai peredaran darah tertentu yang mempunyai anatomi organ peredaran darah. Darah pada ikan mempunyai dua komponen utama yaitu selsel-sel dan plasma darah. Darah merupakan cairan terpenting dalam tubuh makhluk hidup. Darah mengangkut oksigen, hormone, nutrien, dan hasil buangan. Salah satu ciri pembeda dari darah ikan adalah adanya inti pada sel darah merah (eritrosit) yang sudah matang. Eritrosit merupakan salah satu sel darah yang sangat berperan dalam proses pengangkutan materimateri-materi di dalam tubuh. Eritrosit mengandung hemoglobin yang memungkinkannya mampu mengangkut oksigen lebih banyak dari pada 1
oksigen tersebut bergerak sendiri dalam plasma darah.Sedangkan leukosit merupakan salah satu sel darah lainnya yang sangat berperan sebagai benteng tubuh dari berbagai ancaman. Pada ikan yang terserang penyakit terjadi perubahan pada nilai hematokrit, kadar hemoglobin, jumlah sel darah merah dan jumlah sel darah putih. Oleh karena itu, penting bagi kita melakukan pengujian terhadap kualitas darah dari suatu jenis ikan atau organisme akuatik lainnya untuk mengetahui dan menyimpulkan kondisi dari organisme tersebut. Pengujian tersebut dapat dilakukan dengan menghitung jumlah sel darah merah dan sel darah putih dari suatu sampel ikan.
1.2 Tujuan Tujuan dari praktikum ini adalah menghitung jumlah sel darah merah dan sel darah putih pada ikan lele ( Clarias sp.).
1.3 Manfaat Manfaat dari praktikum ini adalah praktikan dapat menghitung dan mengetahui jumlah sel darah merah dan sel darah putih pada ikan lele ( Clarias sp.).
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan
Ikan adalah makhluk yang hidup di air, hewan berdarah dingin (poikiliterm) yang
hidup
di
lingkungan
air,
pergerakan
dan
keseimbangan
dengan
menggunakan sirip serta pada umumnya bernafas dengan insang. Poikiloterm artinya dapat menyesuaikan suhu tubuh dengan suhu lingkungan atau air dimana ia
berada.
Untuk
memudahkan
mengenali
ikan
maka
spesies
tersebut
dikelompokan berdasarkan ciri yang dimiliki. Dalam hal pengelompokan memang terdapat beberapa perbedaan antara ahli taksonomi ikan. Menurut Eschmeyer (1998), ikan dibagi menjadi enam kelas, yakni Myxini, Cephalaspidomorphi, Elasmobranchii, Sacropterygii, dan Actinopterygii. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam, dengan jumlah spesies lebih dari 27.000 spesies di seluruh dunia. Struktur tubuh ikan sebagian besar dibentuk oleh rangkanya, tulang penyusun tubuhnya ada tulang rawan, dan adapula tulang sejati. Insang dan ekor yang mereka miliki membantu mereka untuk bergerak dengan cepat di dalam air (Fujaya 1999). 2.2 Deskripsi Ikan Lele Ikan lele termasuk ke dalam jenis ikan air tawar. Ikan lele mempunyai bentuk badan yang berbeda dengan jenis ikan lainnya. Ikan lele memiliki bentuk badan yang memanjang, berkepala pipih, berkulit licin berlendir, tiidak bersisik, memiliki empat pasang kumis yang memanjang sebagai alat peraba, dan memiliki alat pernapasan tambahan (arborescent). Tubuhnya memiliki warna yang berbeda untuk setiap jenis lele. Tiap-tiap lele mempunyai warna khas yang membalut tubuhnya. Ikan lele memiliki ukuran mulut yang relatif lebar dan hampir membelah setengah dari lebar kepalanya. Rongga mulut pada ikan lele diselaputi sel-sel penghasil lendir yang mempermudah jalannnya makanan ke segmen berikutnya, 3
juga terdapat organ pengecap yang berfungsi menyeleksi makanan. Faring pada ikan ( filter feeder ) berfungsi untuk menyaring makanan, karena insang mengarah pada faring maka material bukan makanan akan dibuang melalui celah insang (Fujaya, 2002). Sebagai alat bantu untuk berenang, ikan lele juga mempunyai 3 buah sirip tunggal, yaitu sirip dubur, sirip ekor, dan sirip punggung. Ikan lele juga mempuyai dua buah sirip yang berpasangan, yaitu sirip perut dan sirip dada. Di samping digunakan sebagai alat bantu berenang, sirip juga memiliki fungsi untuk menjaga keseimbangan tubuh ikan lele saat diam atau tidak bergerak. Pada bagian sirip dada terdapat sirip yang runcing dan keras yang disebut patil yang digunakan sebagai senjata. Di samping itu, patil juga bermanfaat sebagai alat untuk berjalan di darat tanpa air dalam rentang waktu yang lama dan dengan jarak tempuh yang cukup jauh. Ikan lele memiliki kemampuan hidup di dalam lumpur dan air dengan kandungan oksigen rendah. Hal ini disebabkan karena ikan ini memiliki alat pernapasan tambahan (arborescent) yang terdapat di dalam ruang udara sebelah atas insang, sehingga ikan lele dapat mengambil oksigen untuk bernafas langsung dari udara di luar air. Ikan lele termasuk hewan malam (nokturnal), yang aktif bergerak pada malam hari dan bersembunyi pada siang hari. Pakan ikan lele berupa pakan alami dan pakan tambahan (Suyanto 2007).
2.3 Klasifikasi Ikan Mas Menurut Saanin (1984), klasifikasi dari ikan lele ( Clarias sp.) adalah sebagai berikut :
Gambar 1. Ikan Lele (Sumber : http://transferfactorformula.com/ikan-lele- penyebab-kanker/,2016) 4
Phylum
: Chordata
Kelas
: Pisces
Subkelas : Teleostei Ordo
: Ostareophyci
Famili
: Claridae
Genus
: Clarias
Spesies
: Clarias sp.
2.4 Habitat Ikan Lele
Ikan lele merupakan jenis ikan konsumsi air tawar. Ikan lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin. Habitat ikan lele adalah semua perairan tawar, meliputi sungai dengan aliran yang tidak terlalu deras atau perairan yang tenang seperti waduk, danau, telaga, rawa, dan genangan air seperti kolam. Ikan lele sangat toleransi terhadap suhu air yang cukup tinggi yaitu 20º – 35ºC, disamping itu lele dumbo dapat hidup pada kondisi lingkungan perairan yang jelek. Ikan lele tahan hidup di perairan yang mengandung sedikit oksigen dan relatif tahan terhadap pencemaran bahan- bahan organik, karena ikan lele memiliki alat pernapasan tambahan yang disebut organ arborescent (Fredi 2015).
2.5 Darah pada Ikan
Darah merupakan salah satu komponen sistem transport yang sangat vital keberadaannya. Fungsi vital darah di dalam tubuh antara lain sebagai pengangkut zat-zat kimia seperti hormon, pengangkut zat buangan hasil metabolisme tubuh, dan pengangkut oksigen dan karbondioksida. Selain itu, komponen darah seperti trombosit dan plasma darah memiliki peran penting sebagai pertahanan pertama dari serangan penyakit yang masuk ke dalam tubuh. Gambaran darah suatu organisme dapat digunakan untuk mengetahui kondisi kesehatan yang sedang dialami
oleh
organisme
tersebut.
Penyimpangan
fisiologis
ikan
akan
menyebabkan komponen-komponen darah juga mengalami perubahan. Perubahan gambaran darah dan kimia darah, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, dapat menentukan kondisi kesehatannya. 5
Seperti pada hewan vertebrata berdarah dingin lainnya, salah satu ciri pembeda dari darah ikan adalah adanya inti pada sel darah merah (eritrosit) yang sudah matang. Jenis sel-sel matang lainnya yang biasanya ditemukan dalam periferal darah ikan yang sehat secara normal morfologinya mirip seperti sel-sel darah pada manusia. Hemoglobin merupakan protein yang terdiri dari protoporfirin, globin dan besi yang bervalensi 2 (ferro). Satu gram hemoglobin dapat mengikat sekitar 1,34 ml oksigen. Kadar hemoglobin yang rendah dapat dijadikan sebagai petunjuk mengenai rendahnya kandungan protein pakan, defisiensi vitamin atau ikan mendapat infeksi. Sedangkan kadar tinggi menunjukkan bahwa ikan sedang berada dalam kondisi stress. Darah ikan tersusun atas cairan plasma dan sel-sel darah yang terdiri dari selsel darah merah (eritrosit), sel-sel darah putih (leukosit) dan keping darah (trombosit). Volume darah dari ikan teleostei, heleostei, dan chondrostei adalah sekitar 3% dari bobot tubuh, sedangkan ikan chondrocthyes memiliki darah sebanyak 6,6% dari berat tubuhnya. Jumlah organ yang membuat darah pada ikan lebih banyak jumlahnya bila dibandingkan dengan mamalia. Plasma darah merupakan cairan jernih berisikan mineral terlarut, hasil pencernaan makanan yang diabsorbsi hasil buangan jaringan, enzim, anti bodi, dan gas terlarut. Eritrosit (sel darah merah) merupakan sel yang paling banyak jumlahnya. Eritrosit ikan berinti, berwarna merah kekuningan. Eritrosit dewasa berbentuk lonjong, kecil, dan berdiameter 7 – 36 mikron (bergantung kepada spesies ikannya). Jumlah eritrosit tiap mm 3 darah berkisar antara 20.000 – 3.000.000. Pengangkutan O 2 dalam darah bergantung kepada jumlah Hb yang terdapat di dalam eritrosit. Ukuran eritrosit ikan lele berkisar antara (10 x 11 μm) – (12 x 13 μm), dengan diameter inti berkisar antara 4 – 5 μm. Jumlah eritrosit ikan lele adalah 3,18 x 10 6 sel/ml. Jika diwarnai dengan pewarnaan Giemsa, inti sel akan berwarna ungu dan dikelilingi oleh plasma berwarna biru muda. Rendahnya eritrosit merupakan indikator terjadinya anemia, sedangkan tingginya jumlah eritrosit menandakan ikan dalam keadaan stres (Hafni 2014). Leukosit (sel darah putih) mempunyai bentuk lonjong atau bulat, tidak 6
berwarna, dan jumlahnya tiap mm 3 darah ikan berkisar 20.000-150.000 butir, serta merupakan unit yang aktif dari sistem pertahanan (imun) tubuh. Sel -sel leukosit akan ditranspor secara khusus ke daerah terinfeksi. Leukosit terdiri dari dua macam sel yaitu sel granulosit (terdiri dari netrofil, eusinofil, dan basofil dan sel agranulosit) dan sel granulosit (terdiri dari limfosit, trombosit, dan monosit). Limfosit memiliki peranan dalam respon imunitas dan monosit merupakan sel makrofag yang berperan penting dalam memfagosit mikroorganisme patogen. Pada ikan lele, mas, dan nila, leukosit jenis eosinofil dan basofil jarang ditemukan, kecuali bila ada reaksi kekebalan dengan perantaraan sel (Nabib dan Pasaribu 1989). Ukuran rata – rata limfosit berkisar antara 4,5 - 12 μm. Persentase normal limfosit pada ikan teleostei berkisar antara 71,12 – 82,88%. Jumlah limfosit di dalam darah ikan lebih banyak dibandingkan dengan limfosit pada mamalia. Kepadatan limfosit pada ikan sebesar 48 x 10 3 sel/mm3, sedangkan pada mamalia sekitar 2 x 10 3 sel/mm3 (Blaxhall 1972). Sedangkan trombosit sangat berperan dalam proses pembekuan darah dan berfungsi untuk mencegah kehilangan cairan tubuh pada kerusakan-kerusakan di permukaan. Tombosit pada ikan berbentuk bulat memanjang atau lonjong dan berperan dalam proses pembekuan darah karena ikut serta dalam mengaktifkan protrombin menjadi trombin. Ciri khusus trombosit adalah adanya lingkaran sitoplasma tipis di sekeliling inti yang akan berwarna ungu tua saat diwarnai dengan Giemsa. Ukuran rata –rata trombosit berkisar antara (4 x 7 μm) – (5 x 13 μm) (Blaxhall 1972).
2.6 Nilai Hematokrit
Hematokrit merupakan persentase volume eritrosit (sel darah merah) dalam darah ikan. Hematokrit digunakan untuk mengukur perbandingan antara eritrosit dengan plasma, sehingga hematokrit memberikan rasio total eritrosit dengan total volume darah dalam tubuh. Nilai hematokrit dipengaruhi oleh ukuran dan jumlah eritrosit (Ganong 1995). Hasil pemeriksaan terhadap hematokrit dapat dijadikan sebagai salah satu patokan untuk menentukan keadaan kesehatan ikan, nilai hematokrit kurang dari 22% menunjukkan terjadinya anemia. Kadar hematokrit 7
ini bervariasi tergantung pada faktor nutrisi, umur ikan, jenis kelamin, ukuran tubuh dan masa pemijahan. Nilai hematokrit pada ikan teleostei berkisar antara 20 -30% dan pada ikan laut bernilai sekitar 42%. Pada ikan yang memiliki aktivitas tinggi, seperti ikan predator blue marlin ( Macaira nigricans) memiliki hematokrit 43% dan mackrel, 52,5%. Sedangkan pada ikan nototheneniid Pagothenia bermacchii hanya 21% (Fujaya 2004). Nilai hematokrit secara langsung berhubungan dengan jumlah eritrosit dan konsentrasi hemoglobin (Swenson 1977). Nilai hematokrit di bawah 30% menunjukan adanya defisiensi eritrosit (Nabib dan Pasaribu 1989). Amlacher (1970) melaporkan bahwa selain infeksi bakteri, nafsu makan juga berpengaruh pada jumlah eritrositsehingga berpengaruh pula terhadap nilai hematokrit dan konsentrasi hemoglobin di dalam sirkulasi darah. Ada 3 metode untuk menentukan nilai hematokrit, yaitu :
Darah dimasukkan ke dalam tabung Winsrobe yang mempunyai skala, kemudian diputar dengan kecepatan 3000 putaran per menit selama setengah jam (sebelum dimasukkan ke dalam tabung darah diberi antikoagulan terlebih dahulu.
Mikrohematokrit, pada metode ini digunakan tabung kapiler khusus, alat pemutar dan papan skala untuk menentukan % volume sel darah merah. Kecepatan pemutaran adalah 11000rpm selama 4 menit.
Hematokrit dapat dilakukan secara elektronik. Pada metode ini menggunakan alat darah yang mampu meneruskan aliran, sedangkan sel darah merah bersifat menghambat aliran listrik darah yang telah dicampurdengan antikoagulan dihisap pada tabung khusus dan diselipkan pada alat baca. Dengan hanya menekan tombol, nilai hematokrit dapat dibaca pada galvanometer.
Variabel-variabel yang cenderung meningkatkan dan menurunkan nilai hematokrit :
Meningkatnya nilai Hematokrit dapat disebabkan oleh dehidrasi, waktu tornikuet berkepanjangan, terpapar suhu dingin, peningkatan aktivitas otot, posisi berdiri tegak, diare berat, luka bakar, pembedahan dan 8
teknik centrifugasi.
Menurunnya nilai hematokrit dapat terjadi pada beberapa kondisi tubuh seperti: anemia, leukimia, malnutrisi dan gagal ginjal.
2.7 Perhitungan Jumlah Eritrosit
Perhitungan jumlah eritrosit yaitu darah sampel dihisap dengan pipet yang berisi bulir pengaduk warna merah sampai skala 0,5, selanjutnya ditambah Larutan Hayem sampai skala 101. Darah dalam pipet diaduk dengan cara menggoyangkan pipet membentuk angka delapan selama 3 -5 menit sehingga darah tercampur rata. Dua tetes pertama larutan darah dalam pipet tersebut dibuang, selanjutnya larutan darah tersebut diteteskan di atas haemocytometer yang telah diletakkan gelas penutup di atasnya. Jumlah sel darah merah dapatdihitung dengan bantuan mikroskop dengan pembesaran 400x. Perhitungan dilakukan pada 5 kotak besar haemocytometer dan jumlahnya dihitung denganrumus (Nabib dan Pasaribu, 1989).
1 ∑ = ∑ ℎ 2.8 Perhitungan Jumlah Leukosit
Penghitungan jumlah leukosit yaitu darah sampel dihisap dengan pipet yang berisi bulir pengaduk warna putih sampai skala 0,5 kemudian ditambahkan Larutan Turk’s sampai skala 11. Sampel darah diencerkan dengan larutan Turks untuk menghancurkan sel darah merah agar jumlah sel darah putih dapat dihitung. Kemudian darah dalam pipet diaduk dengan cara menggoyangkan pipet membentuk angka delapan selama 3-5 menit sehingga darah tercampur rata. Dua tetes pertama larutan darah dalam pipet tersebut dibuang, selanjutnya larutan darah tersebut diteteskan di atas haemocytometer yang telah diletakkan gelas penutup di atasnya. Jumlah sel darah merah dapat dihitung dengan bantuan mikroskop dengan pembesaran 400x. Perhitungan dilakukan pada 5 kotak besar haemocytometer dan jumlahnya dihitung dengan rumus (Nabib dan Pasaribu, 1989). 9
1 ∑ = ∑ ℎ 2.9 Larutan Hayem dan Larutan Turks
Larutan hayem merupakan larutan yang digunakan untuk mencegah penggumpalan darah saat akan dihitung jumlah eritrositnya. Selain itu, larutan hayem juga berfungsi sebagai pewarna agar eritrosit dapat terlihat jelas bentuknya. Komposisi larutan hayem menurut Anonim (2007) terdiri atas 5 gram Na2SO4, 1gram NaCl, 0.5 gram HgCl 2, dan 200 ml akuades atau larutan hayem’s terdiri dari HgCl 25 gram, NaCl 5 gram, Na 2SO4 2,5gramdan Akuades 1000 ml. Sampel darah diencerkan dengan larutan Turk'ss untuk menghancurkan sel darah merah agar jumlah sel darah putih dapat dihitung. Komposisi larutan Turk's's terdiri atas Acetil Acid Glacial 2 ml, Gentian Violet 1ml, dan Akuades 100 ml.
2.10 Haemocytometer
Haemacytometer merupakan alat yang didesain khusus untuk menghitung sel darah tetapi haemocytometer juga dapat digunakan untuk menghitung sel tipe lain yang berukuran mikroskopik. Haemacytometer ditemukan oleh Louis Charles Malassez dan terdiri atas gelas kaca mikroskop dengan bentuk seperti empat persegi panjang dengan lekukan yang membentuk kamar. Kamar diukir dengan menggoreskan laser yang membentuk garis tegak lurus. Alat ini dibuat dengan sangat hati-hati oleh orang yang ahli sehingga batas area bergaris diketahui dan kedalaman kamar diketahui.
Gambar 2. Bagian-bagian Haemocytometer (sumber : http://www.ruf.rice.edu, 2010 )
Haemocytometer Improved Neubaeur (Counting Chamber) berupa lempeng 10
kokoh yang dirancang untuk mendapatkan suspensi sel dalam lapisan tipis di atas guratan yang digoreskan pada lempeng. Guratan -guratan terdiri dari segiempatsegiempat dan bujur sangkar yag besar yang tersusun dalam baris dan kolom. Satu kelompok yang terdiri dari 25 bujur sangkar di pusatnya dipisahkan lebih jauh menjadi 16 bujur sangkar kecil. Bagian tengah lempeng lebih rendah daripada serambi di bagian luar. Jalur yang mirip dengan parit dalam memisahkan bagian tengah dari bagian luar serambi pada setiap sisi. Lapisan penutupnya tebal sehingga tahan bengkok. Hal ini memungkinkan adanya lapisan tipis suspensi sel dengan ketebalan yang diketahui dan seragam, yang terletak di atas segiempatsegiempat dengan luas yang diketahui. Rapatan sel diperkirakan dengan menghitung sel dalam bujur -sangkar yang khas. Jenis pengaturan dalam guratan tidak akan mempengaruhi penentuan. Yang penting adalah penggunaan yang benar dari lempeng-lempeng penghitung (Michael 1994).
Gambar 3. Counting Chamber (sumber : http://www.waybuilder.net, 2008)
11
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Fisiologi Hewan Air ini dilaksanakan hari Rabu tanggal 23 November 2016 pada pukul 08.00 sampai 10.00. Bertempat di Laboratorium FHA lantai 1, Dekanat FPIK UNPAD.
3.2 Alat dan Bahan
Dalam pelaksanaan praktikum ini digunakan alat-alat dan bahan sebagai berikut : 3.2.1Alat :
a. Haemacytometer ( kamar hitung tipe “ Improved Neubaeur” dan pipet Thomma) untuk menghitung sel darah. b. Mikroskop untuk melihat sel darah merah dan sel darah putih. c. Hand counter untukjumlah perhitungan sel darah merah dan sel darah putih. d. Diseccting kit untuk peralatan alat bedah ikan. e. Pipet tetes untuk meneteskan suatu larutan. f. Cover glass untuk menutup objek yang telah diletakan diatas kaca preparet.
3.2.2 Bahan :
a. Ikan lele b. Larutan Hayem”s c. Larutan Turks d. Alkohol
12
3.3
Prosedur Praktikum
a. Perhitungan Sel Darah Merah Disiapkan mikroskop dengan perbesaran tertentu (40x), lalu diletakkan haemacytometer dibawah mikroskop, diamati sampai terlihat kotak – kotak kecil baik untuk tempat perhitungan SDM maupun SDP.
Ditempatkan ikan pada wadah lalu lukai bagian pangkal ekornya dengan pisau bedah.
Darah yang keluar segera dihisap dengan pipet thoma sebatas skala 0,5 dan dihentikan penghisapan dengan ditekan ujung lidah ke ujung karet penghisap , kemudian ditambahkan larutan hayem’s sampai skala 101 .
Karet penghisap dilepaskan dari pipet dan kedua ujung pipet diletakan dengan ibu jari dan telunjuk agar cairan tidak keluar, selanjutnya digerakan dengan arah memutar selama 3 menit agar merata.
Ditetesi kamar hitung dengan cairan darah tadi melalui parit haemocytometer , biarakan beberapa saat, kemudian dilakukan perhitungan dengan hand counter.
Untuk sel darah merah dilakukan dengan menghitung kelima kotak dan hitung persel kotak kemudian dijumlah dan dibagi lima untuk rata-rata. Faktor pengali 200x10x25=50.000 yang harus dikalikan dengan jumlah rata-rata sela darah merah tersebut.
13
b. Perhitungan Sel Darah Putih Disiapkan mikroskop dengan perbesaran tertentu (40x), lalu diletakkan haemacytometer dibawah mikroskop, diamati sampai terlihat kotak – kotak kecil baik untuk tempat perhitungan SDM maupun SDP.
Ditempatkan ikan pada wadah lalu lukai bagian pangkal ekornya dengan pisau bedah.
Darah yang keluar segera dihisap dengan pipet thoma sebatas skala 0,5 dan dihentikan penghisapan dengan ditekan ujung lidah ke ujung karet penghisap , kemudian ditambahkan larutan Turk's sampai skala 11.
Karet penghisap dilepaskan dari pipet dan kedua ujung pipet diletakan dengan ibu jari dan telunjuk agar cairan tidak keluar, selanjutnya digerakan dengan arah memutar selama 3 menit agar merata.
Ditetesi kamar hitung dengan cairan darah tadi melalui parit haemocytometer , biarakan beberapa saat, kemudian letkana perhitungan dengan menggunakan hand counter.
Untuk sel darah putih dilakukan dengan menghitung keempat kotak dan hitung persel kotak kemudian dijumlah dan dibagi empat untuk rata-rata. Faktor pengali 20x16x10=3200 yang harus dikalikan dengan jumlah rata-rata sela darah putih tersebut. 14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan Tabel 1. Perhitungan Sel Darah Putih Lele Kelompok 9 Pengenceran
Jumlah Sel Darah Putih Kel
Total
Rata-
dengan
Rata
Larutan Hayem's
9
1
2
3
4
235
216
209
200
860
215
20
Luas Kotak Hitung
6
Ketebalan
Jmlah Sel Darah
Haemasit ometer
Putih (Sel/mm
(mm)
3)
10
688000
Tabel 2. Perhitungan Sel Darah Merah Lele Kelompok 9 Pengenceran Jumlah Sel Darah Putih
Kel
1 9
dengan
2
3
Total
4
Rata-
Larutan
Rata
Hayem's
Luas Kotak Hitung
Ketebalan
Jmlah Sel Darah
Haemasito meter
Merah (Sel/mm
(mm)
3)
5
88 67 89 56 67
367
73.4
200
25
10
3670000
Tabel 3. Perhitungan Sel Darah Putih Lele Lab FHA Pengenceran
Jumlah Sel Darah Putih Kel
Total
Rata-
dengan
Rata
Larutan Hayem's
Luas Kotak Hitung
Ketebalan
Jmlah Sel Darah
Haemasit ometer (mm)
Putih (Sel/mm 3)
1
2
3
4
1
196
256
269
348
1069
267.25
855200
2
235
244
307
339
1125
281.25
900000
3
105
124
190
198
617
154.25
4
121
113
145
154
533
133.25
426400
5
115
150
128
136
529
132.25
423200
20
16
10
493600
15
6
123
15
121
111
370
92.5
296000
7
115
120
135
127
497
124.25
397600
8
115
109
107
124
455
113.75
364000
9
235
216
209
200
860
215
688000
10
211
143
176
150
680
170
544000
11
233
158
204
154
749
187.25
599200
12
70
42
72
45
229
57.25
183200
13
126
98
109
115
448
112
358400
14
78
90
116
115
399
99.75
319200
15
178
196
181
187
742
185.5
593600
Tabel 4. Perhitungan Sel Darah Merah Lele Lab FHA Pengenceran Jumlah Sel Darah Putih Kel
Total
1
2
3
4
RataRata
dengan
Luas
Larutan
Kotak
Hayem's
Hitung
Ketebalan Haemasito meter (mm)
Jumlah Sel Darah Merah (Sel/mm 3)
5
1
83 59 67 66
100
375
75
3750000
2
66 61 59 55
63
304
60.8
3040000
3
65 56 43 56
78
298
59.6
2980000
4
98 76 99 89
90
452
90.4
4520000
5
40 35 40 28
38
181
36.2
1810000
6
25 25 46 76
34
206
41.2
2060000
7
54 69 77 65
78
343
68.6
3430000
8
54 54 56 55
56
275
55
9
88 67 89 56
67
367
73.4
3670000
10
76 78 77 79
56
366
73.2
3660000
11
88 86 90 85
91
440
88
4400000
12
45 67 89 56
77
334
66.8
3340000
13 100 112 98 96
100
506
101.2
5060000
14
57 65 66 45
38
271
54.2
2710000
15
80 112 96 96
80
464
92.8
4640000
200
25
10
2750000
16
4.2 Pembahasan Pada praktikum Perhitungan Sel Darah Merah dan Sel Darah Putih digunakan Larutan Hayem’s dan Larutan Turks. Larutan Hayem adalah larutan isotonis yang
dipergunakan sebagai pengencer darah dalam penghitungan sel darah merah. Apabila sampel darah dicampur dengan larutan Hayem maka sel darah putih akan hancur, sehingga yang tinggal hanya sel darah merah saja. Larutan Hayem terdiri dari 5gr Na-sulfat, 1 gr NaCl, 0,5gr HgCl2 dan 100 ml aquadest. Larutan Hayem dibuat dari campuran senyawa natrium sulfat (berair kristal)5g, natrium klorida 1g, merkuri klorida 0,5g dan air ditambahkan hingga volumenya menjadi 200 ml. Larutan harus disaring sebelum dipakai. Untuk mengencerkan darah dalam pipet eritrosit, lalu kemudian dimasukkan kedalam kamar hitung Hemasitometer. Jumlah sel darah merah dihitung dalam volume tertentu dengan menggunakan faktor konversi. Sebagai larutan pengencer digunakanlah larutan hayem ini. Untuk mengencerkan darah dalam pipet leukosit, lalu kemudian dimasukkan kedalam kamar hitung Hemasitometer. Jumlah sel darah putih dihitung dalam volume tertentu dengan menggunakan faktor konversi. Sebagai larutan pengencer digunakanlah larutan Turk ini. Larutan Turk adalah larutan yang sejenis dengan larutan Hayem, hanya saja fungsi dan komposisinya yang berbeda. Larutan ini digunakan untuk pengencer darah pada saat penghitungan sel darah putih. komposisi larutan turk terdiri dari larutan gentian violet 1% dalam 1 mL air, asam asetat glacial 1 mL, dan 100 mL aquadest. Tabel 1 dan Tabel 2 adalah tabel yang menunjukan jumlah sel darah merah dan sel darah putih pada ikan lele kelompok kami. Jumlah sel darah merahnya 3670000 Sel/mm3. Jika dibandingkan dengan literatur jumlah tersebut jauh dari normal. Jumlah eritrosit pada ikan teleostei berkisar antara (1,05 - 3,0) x 106 sel/mm3 (Irianto 2005). Rendahnya eritrosit merupakan indikator terjadinya anemia, sedangkan tingginya jumlah eritrosit menandakan ikan dalam keadaan stres. Dapat dipastikan bahwa ikan milik kelompok kami sedang dalam keadaan stress. Jumlah sel darah putihnya 688000 Sel/mm 3. Jika dibandingkan dengan literatur jumlah tersebut juga jauh dari normal. Leukosit tidak berwarna dan jumlah leukosit total ikan teleostei berkisar antara 20.000-150.000 butir tiap mm3. Pada Tabel 3 yaitu pada tabel Hasil Pengamatan Kelas Kelautan Sel Darah Merah pada Ikan Lele (Clarias sp.) terlihat bahwa hasilnya berbeda-beda pada masingmasing kelompok. Jumlah Sel Darah Merah terbesar adalah 5060000 Sel/mm 3, sedangkan Jumlah Sel Darah Merah terkecil adalah 1810000 Sel/mm 3. Jumlah eritrosit pada ikan teleostei berkisar antara (1,05 - 3,0) x 106 sel/mm 3 (Irianto 17
2005). Jumlah leukosit total ikan teleostei berkisar antara 20.000-150.000 butir tiap mm3. Menurut kami perolehan hasil perhitungan pada kelopmpok kami dengan kelompok lain jika dibandingkan, tidak sedikit yang mendapat hasil yang jauh berbeda dari hasil kelompok kami. Leukosit tidak berwarna dan jumlah leukosit total ikan teleostei berkisar antara 20.000-150.000 butir tiap mm 3. Dari hasil pengamatan, kelompok kami memperoleh jumlah sel darah putih / leukosit adalah 688000 sel/mm3. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah leukositnya berada pada keadaan tidak normal karena melampaui jumlah normal leukosit ikan teleostei atau ikan lele. Beberapa faktor yang mempengaruhi ketidaknormalan jumlah leukosit tersebut adalah menurut Moyle dan Chech (1988), leukosit berfungsi sebagai sistem pertahanan tubuh yang akan dikirim secara khusus ke daerah yang terinfeksi dan mengalami peradangan yang serius. Arry (2007) melaporkan bahwa peningkatan jumlah leukosit total terjadi akibat adanya respon dari tu buh ikan terhadap kondisi lingkungan pemeliharaan yang buruk, faktor stres dan infeksi penyakit. Sedangkan penurunan jumlah leukosit total disebabkan karena adanya gangguan pada fungsi organ ginjal dan limpa dalam memproduksi leukosit yang disebabkan oleh infeksi penyakit. Menurut Irianto (2005), salah satu contoh penyakit pada ikan yang menyebabkan gangguan pada ginjal dan limpa antara lain Aeromonas hydrophila.
‘
18
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan kita dapat mengetahui bahwa jumlah sel darah merah (eritrosit) adalah 3.670.000 sel/ml dan jumlah sel darah putih (leukosit) adalah 688.000 sel/ml. Jumlah sel darah ini bervariasi, tergantung dari musim, spesies serta kondisi kesehatan ikan. Pada ikan- ikan budidaya, seperti ikan mas, nila, baung, patin, lele, dan bawal, jumlah sel darah merah sekitar 2-3 juta sel/ ml. Sedangkan jumlah sel putih sekitar 200.000- 300.000 sel/ ml. Hal ini menunjukan kesalahan pada perhitungan sel darah putih karena beberapa prosedur yang tidak teliti, dan tergantung pada kondisi ikan lele yang terjadi.
5.2 Saran
Diharapkan praktikan dapat melakukan perhitungan sel darah merah ataupun putih dengan teliti dan hati-hati agar kesalahan dalam perhitungan sel darah tidak terjadi, sehingga dapat diperoleh data yang valid.
19
DAFTAR PUSTAKA
Amlacher E. 1970. Text Book of Fish Disease. D.A.T.F.H. Publication. New York. USA. hlm 302. Blaxhall PC. 1972. The Haemothological Assessment of The Health of Fresh Water Fish. A Review of Selected Literature. Journal of Fish Biology 4 : 593-604 Fujaya, Y. 1999. Fisiologi Ikan: Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Rineka Cipta. Jakarta. Fredi.2015. Klasifikasi
dan
Morfologi
Ikan
Lele.Diakses
dari
http://fredikurniawan.com/klasifikasi-dan-morfologi-ikan-lele/
pada
tanggal 28 November 2016 pukul 19.15 WIB. Hafni.2014. Penjelasan Fungsi dan Komposisi Darah (Eritrosit Leukosit dan Trombosit).Diakses
dari
http://www.materisma.com/2014/01/penjelasan-
fungsi-dan-komposisi-darah.html pada tanggal 28 November 2016 pukul 19.36 WIB. Irianto Agus. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Michael, P. 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium . UI Press, Jakarta. Nabib R, Pasaribu FH. 1989. Patologi Dan Penyakit Ikan. Departemen Pendidikan
dan
Kebudayaan.
Direktorat
Jendral
Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Bioteknologi. IPB. Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid I dan II. Bina Cipta. Bandung. Suyanto. 2007. Budidaya Ikan Lele. Penebar Swadaya : Jakarta. Swenson. 1977. Dukes Physiology of Domestic Animal . Ed ke-9. Cornell Univ. Press, London.
20
LAMPIRAN
Lampiran 1. Alat dan Bahan
Gambar 1. Wadah Plastik dan Timbangan (Dokumentasi Pribadi, 2016)
Gambar 2. Mikroskop (Dokumentasi Pribadi, 2016)
Gambar 3. Hand Counter (Dokumentasi Pribadi, 2016)
Gambar 4. Pipet Thoma (Dokumentasi Pribadi, 2016)
Gambar 4. Ikan Lele (Dokumentasi Pribadi, 2016)
Gambar 5. Larutan Hayem dan Larutan Turks (Dokumentasi Pribadi, 2016)
21
Lampiran 2. Kegiatan Praktikum
Gambar 1. Ikan lele ditimbang (Dokumentasi Pribadi, 2016)
Gambar 2. Ikan lele diiris untuk diambil darahnya (Dokumentasi Pribadi, 2016)
Gambar 3. Darah dihisap dengan pipet thoma (Dokumentasi Pribadi, 2016)
Gambar 4. Ditambahkan larutan Hayem (Dokumentasi Pribadi, 2016)
Gambar 5. Darah diteteskan ke haemocytometer (Dokumentasi Pribadi, 2016)
Gambar 6. Pengamatan dan Perhitungan Sel Darah Merah (Dokumentasi Pribadi, 2016)
22
Gambar 7. Pengamatan dan Perhitungan Sel Darah Putih (Dokumentasi Pribadi, 2016)
23