MAKALAH
AUDIT MUTU
PRODUK PERTANIAN DAN PRODUK DALAM KEMASAN PASAR BOGOR
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Mutu
Disusun Oleh :
Aggy Said H24144006
Antonio Timbul Hasiolan H24144010
Deny Dwi Prasetyo H24144022
Dimas Septoaji H24144026
Jelita Sofia Rahmi H24144051
M. Doa Restu Hidayah H24144055
Mohammad Hirza H24144064
Octaviani Hutahaean H24144075
Resti Sri Rejeki Rukmana H24144085
S Vanny Febrilla Effendi H24144091
PROGRAM ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Semakin ketatnya intensitas persaingan khususnya dalam bidang perdagangan modern dewasa ini mendorong keinginan perusahaan untuk dapat memberikan yang sesuatu hal yang relatif lebih kepada pelanggannya dibandingkan dengan apa yang diberikan pesaing. Suatu usaha terfokus kepada keinginan, harapan dan kebutuhan pelanggan (costumer focus). Perusahaan berusaha meningkatkan nilai pelanggan (costumer value) sebagai usaha untuk meningkatkan kepuasannya (costumer satisfaction). Memuaskan pelanggan berarti memenuhi semua atau sebagian besar keinginan dan harapan pelanggan dari mengonsumsi suatu produk yang dipasarkan. Pelanggan selalu membandingkan antara manfaat yang diperoleh (costumer realization) dengan pengorbanan yang dilakukan untuk mendapatkan produk tersebut (customer sacrifice).
Untuk memenuhi keinginan, kebutuhan, dan harapan pelanggan, perusahaan membangun suatu sistem audit mutu. Hal ini berkaitan dengan usaha untuk memastikan bahwa proses – proses yang berjalan dalam produksi hingga distribusi produk dapat menjamin kualitas atau mutu suatu produk dapat sesuai dengan spesifikasi pelanggan. Dalam sistem kepastian kualitas atau kepastian mutu suatu produk merupakan sesuatu hal yang dinamis dan harus mampu beradaptasi untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan keinginan, kebutuhan, dan harapan pelanggan. Salah satu contohnya adalah produk pangan yang dapat berupa produk pertanian (sayuran atau buah-buahan) maupun produk pangan olahan (produk kemasan). Produk pangan ini merupakan suatu produk yang paling sering dikonsumsi oleh pelanggan sebagai salah satu kebutuhan mereka. Kualitas atau mutu produk pangan ini juga sangat perlu untuk diperhatikan sekalipun dipasarkan di pasar tradisional karena hal ini dikaitkan dengan masalah keamanan pangan dan kesehatan bagi pelanggan yang mengkonsumsinya.
Oleh sebab itu, secara periodik perlu dilakukan sistem audit terhadap sistem kepastian mutu karena dalam menghasilkan dan memasarkan suatu produk harus memperhatikan kesesuaian produk terhadap standar mutu yang telah ditetapkan untuk memenuhi spesifikasi kebutuhan dan keinginan pelanggan. Dimana Standar adalah spesifikasi teknis yang dibakukan, disusun berdasar konsensus semua pihak terkait dengan memperhatikan syarat-syarat kesehatan, keamanan, keselamatan, lingkungan, perkembangan iptek, serta berdasar pengalaman, perkembangan masa kini dan mendatang untuk manfaat yang sebesar-besarnya.
Rumusan Masalah
Bagaimana standar mutu terhadap kualitas produk pangan baik produk pertanian segar maupun produk olahan dalam kemasan yang dipasarkan ke pelanggan ?
Bagaimana penanganan yang dilakukan apabila terjadi kerusakan terhadap produk pangan berupa produk pertanian segar ?
Bagaimana penanganan yang dilakukan apabila terjadi kerusakan terhadap produk pangan berupa produk olahan dalam kemasan ?
Tujuan
Untuk dapat memperoleh spesifikasi produk yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan pelanggan
Untuk mengetahui penanganan yang dilakukan apabila terjadi kerusakan terhadap produk pangan berupa produk pertanian segar.
Untuk mengetahui penanganan yang dilakukan apabila terjadi kerusakan terhadap produk pangan berupa produk olahan dalam kemasan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Audit Mutu
Pengertian audit mutu dapat dijumpai dalam Panduan Audit Sitem Manajemen Mutu SNI 19-19011-2002. Dalam panduan tersebut, audit mutu didefinisikan sebagai proses sistematik, independen dan terdokumentasi untuk memperoleh bukti audit dan mengevaluasinya secara objektif untuk menentukan sampai sejauh mana kriteria audit dipenuhi (BSN, 2002). Audit Sistem Mutu biasanya dilakukan untuk menentukan tingkat kesesuaian aktivitas organisasi terhadap standar Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 yang telah ditentukan serta efektivitas dari penerapan system tersebut.
Sedangkan menurut The International Standard For Terminology In Quality Manajement, ISO 8402, audit mutu merupakan suatu pengujian yang sitematis dan independent untuk menentukan apakah aktivitas mutu dan hasil sesuai dengan pengaturan yang direncanakan, dan apakah pengaturan tersebut dapat diimplementasikan secara efektif dan cocok untuk mencapai tujuan. Jadi dalam hal audit ini, auditor menguji kesesuaian terhadap standard system mutu yang berlaku dan mengedentifikasi perbaikan yang mungkin dilakukan.
2.2 Tujuan Audit Mutu
Dari pengertian audit mutu yang diuraiakan di atas, bahwa tujuan audit mutu adalah untuk mendapatkan data dan informasi faktual dan signifikan sebagai dasar pengambilan keputusan, pengendalian manajemen, perbaikan dan/atau perubahan. Temuan hasil audit selanjutnya dianalisis, dinilai kecukupan dan kesesuaiannya terhadap standar ISO 9001:2000. Hasil temuan auditor tersebut akan digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan, pengendalian manajemen, perbaikan dan/atau perubahan. Secara rinci tujuan umum dari audit mutu yaitu (Willy Susilo,2000) :
Untuk memperoleh prioritas permasalahan yang tengah dihadapi organisasi.
Untuk merencanakan pengembangan usaha Untuk memenuhi persyaratan suatu sistem manajemen yang digunakan sebagai acuan.
Untuk memenuhi persyaratan regulasi ataupun persyaratan kontrak dengan (misalnya) pelanggan.
Untuk mengevaluasi terhadap pemasok.
Untuk menemukan adanya potensi resiko kegiatan organisasi.
Sedangkan tujuan audit mutu secara khusus adalah untuk memberikan umpan balik tentang kinerja organisasi yang diuraikan sebagai berikut (Iskandar Indranata,2006):
Mengarahkan pencapaian sasaran, memberikan sense of urgency .
Menemukan peluang perbaikan.
Memastikan apakah sistem diterapkan secara efektif.
Mendeteksi penyimpangan-penyimpangan terthadap kebijakan mutu sedini mungkin.
2.3 Prinsip Audit Mutu
Audit mutu didasarkan pada sejumlah prinsip. Ketaatan dan kepatuhan terhadap prinsip tersebut merupakan prasyarat untuk memberikan kesimpulan audit yang sesuai dan cukup serta memungkinkan auditor bekerja secara independen untuk mencapai kesamaan kesimpulan pada situasi serupa. Prinsip Audit Mutu, secara garis besar terdiri dari dua prinsip yaitu prinsip-prinsip yang terkait dengan auditor dan prinsip-prinsip yang terkait dengan kegiatan audit.
1. Prinsip-prinsip yang terkait dengan auditor, yaitu :
Kode Etik sebagai Dasar Profesionalisme.
Kode Etik merupakan dasar profesionalisme auditor dalam pelaksaan audit. Profesionalisme dari seorang auditor tercermin pada sikap dapat dipercaya, memiliki integritas, dapat menjaga kerahasiaan dan berpendirian. Seorang auditor harus mampu menunjukkan sikap berpendirian, yaitu sikap mampu memberikan penilaian yang proporsional dan kontekstual.
Menyajikan hasil yang obyektif dan akurat.
Seorang auditor berkewajiban untuk melaporkan hasil temuan audit secara benar dan akurat. Temuan audit, kesimpulan audit dan laporan audit mencerminkan pelaksanaan kegiatan audit secara benar dan akurat. Hambatan signifikan yang ditemukan selama audit dan perbedaan pendapat yang tidak terselesaikan antara tim audit dan auditi harus dilaporkan.
Profesional, memiliki kompetensi sebagai auditor.
2. Prinsip Audit yang relevan dengan kegiatan audit, yaitu :
Independen-auditor (mandiri dan tidak berpihak) tidak melakukan audit pada area yang bukan tanggungjawabnya.
Bukti Obyektif sebagai dasar membuat kesimpulan audit, dapat diverifikasi dan sample audit yang diambil cukup mewakili.
Terencana, audit harus terencana secara sistematik sesuai dengan kebutuhan dan tujuan organisasi.
Auditor harus berkualifikasi dan independen.
Maksud dan tujuan dari audit harus diklarifikasi dan disetujui.
Audit harus direncanakan dan dipersiapkan secara memadai.
Orang yang bertanggung jawab atas aktifitas yang akan diaudit harus secara baik dan diberitahukan sebelum dan sesudah audit.
Rencana audit dan laporan akhir harus tertulis.
Auditor harus menindaklanjuti tindakan perbaikan.
Penilaian terhadap standar harus obyektif, faktual dan apabila mungkin kuantitatif.
Audit tidak mengganggu kegiatan operasional yang berjalan.
Frekuensi, intensitas dan luas audit bervariasi dengan kebutuhan aktual.
Kertas kerja dan dokumen audit harus disimpan dengan baik dan teratur.
Uji petik untuk mengumpulkan bukti harus tidak memihak dan dapat dipercaya.
2.3 Alasan Melakukan Audit Mutu
Dalam Sistem Manajemen Mutu (SMM) ada beberapa alasan melakukan audit berkesinambungan yaitu untuk melihat efektivitas system berdasar sampling dan lokasi/ bagian, walaupun alasan yang pokok memberi jaminan dan mencegah timbulnya masalah-masalah dan meningkatkan efektivitas SMM alasan melakukan Audit antara lain menurut (Iskandar Indranata, 2006):
Mengembangkan sistem pada organisasi.
Meyakinkan organisasi akan efektivitas dan kesesuaian akan system itu sendiri.
Meyakinkan organisasi dalam memilih pemasok baru, bahwa SMM pemasok sesuai dengan apa yang diinginkan organisasi.
Meyakinkan organisasi bahwa pemasok yang ada masih memenuhi persyaratan yang ditetapkan organisasi.
Memenuhi kesesuaian standar/undang-undang, bahwa organisasi harus terus menerus mengimplementasikan dan memelihara SMM secara konsisten.
2.4 Manfaat Audit Mutu
Menilai ketaatan terhadap prosedur pengendalian mutu dan standar program mutu.
Menilai proses pengembalian keputusan untuk keabsahan.
Menilai karakteristik mutu suatu produk serta proses yang berkaitan dengan spesifikasi dari pelanggan atau pendesain melalui pengendalian dari inspkesi reguler
Memperbaiki efektivitas dari program manajemen mutu
Mengeksplorasi penyebab kerusakan, keluhan pelanggan dan masalah lain
Memperoleh sertifikasi normal dari program manajemen mutu
Mengarahkan dan memotivasi staff dan manajemen untuk menciptakan kesadaran mutu
Menunjukkan perhatian manajemen mutu terhadap pemasok untuk memperoleh perlindungan atas tuntutan liabilitas produk
Memperkenalkan formalitas dan konsistensi dalam program mutu
Melakukan pelatihan dan memberikan pengetahun teknis
Hasil audit mutu dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Salah satu manfaat audit yang paling sentral adalah sebagai dasar untuk mengambil keputusan, melakukan perbaikan, meningkatkan efisiensi dan efektivitas fungsi organisasi. Dengan informasi hasil penilaian auditor dan rekomendasi yang disampaikan, akan memungkinkan pimpinan unit operasi melakukan tindakan perbaikan untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas maupun produktivitas usaha secara lebih terarah. Proses audit merupakan media pembelajaran dan pertumbuhan yang tidak ternilai harganya bagi para pelaku audit itu sendiri. Karena melalui proses audit, tejadi proses pemahaman secara mendalam tentang seluk beluk operasi organisasi serta permasalahannya yang dihadapinya, baik permasalahan skala organisasi maupun permasalahan spesifik yang ada pada setiap fungsi dalam organisasi. Dengan demikian seorang auditor secara disadari atau tidak telah mempelajari proses manajemen organisasi secara komprehensif dan manajemen fungsional secara intensif.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Sejarah Pasar Bogor
Pasar Bogor adalah pasar pertama di kota Bogor, pasar ini berdiri di sekitar tahun 1770 pada masa pemerintahan Gubernur Jendral Belanda bernama Petrus Albertus van Der Parra. Dia menjabat sejak tahun 1761 sampai 1775. Dilihat dari tanggal berdirinya maka Pasar Bogor jauh lebih tua dibandingkan dengan Pasar Anyar. Selisih satu abad lebih antar keduanya.pasar tersebut.
Ada dua hal yang berkaitan dengan awal mula berdirinya Pasar Bogor. Yang pertama adalah peristiwa pembantaian etnis Cina atau Tionghoa di Batavia tahun 1740. Korbannya mencapai 10,000 orang dari etnis tersebut dan mengakibatkan eksodus warga etnis Cina dari Batavia. Salah satu tujuan pengungsian mereka adalah Bogor. Untuk pengawasan akibat apa yang terjadi di Batavia, kelompok etnis Cina tersebut dilokalisir di kawasan sekitar yang sekarang bernama Jalan Suryakencana. Yang kedua adalah berdirinya pesanggrahan Buitenzorg, atau yang dikenal sekarang dengan Istana Bogor tahun 1745. Menyesuaikan dengan nama Buitenzorg yang berarti "Tanpa Kecemasan" atau "Tempat yang tenang", Gubernur Jenderal Belanda melarang aktifitas ekonomi di Bogor selain untuk warga Eropa.
Pada sekitar tahun 1745-1750-an, pemukiman pribumi terus berkembang dan membutuhkan lahan. Sementara lahan di sekitar pesanggrahan Buitenzorg, yang dimiliki gubernur jenderal Belanda masih banyak yang kosong. Akhirnya sebagian disewakan kepada pribumi. Perkampungan pertama berdiri di tahun 1752, yang bernama Kampeong Bogor, lokasinya ditengarai berada di yang sekarang menjadi Taman Meksiko di Kebun Raya Bogor. Terpisah hanya oleh jalan Otto Iskandardinata dan pagar Kebun Raya.
Perkembangan pesat di kawasan ini mencuri perhatian Gubernur Jendral Belanda tahun 1761-1775 Petrus Albertus van der Parra. Perhatianya berkaitan dengan masih banyaknya lahan kosong milik Belanda.
Penyewaan lahan kepada pribumi (walau bukan untuk tujuan ekonomi) ternyata menghasilkan pemasukan yang besar bagi pendahulunya. Hal yang mengilhami van der Parra untuk menyewakan lebih banyak lagi lahan tak terpakai dengan harapan pemasukan akan lebih besar lagi. Demi tujuan itu , sang gubernur akhir mengundang semua orang (termasuk pribumi) untuk menyewa lahan di sekitar Buitenzorg. Penyewaan tanpa batasan bahkan untuk kegiatan perekonomian yang sebelumnya dilarang.
Berkembangnya perekonomian membuat kebutuhan akan interaksi antara penjual dan pembeli juga meningkat. Di tahun 1770 pembangunan pasar pertama inidimulai dan ketika berdiri dinamakan sebagai Pasar Baroe. Lokasinya dipilih berdekatan dengan pemukiman penduduk yaitu Kampung Bogor. Hal yang logis mengingat situasi Bogor saat itu masih berupa hutan. Bahkan jalan-jalan yang ada sekarang belum ada.
Mulanya hanya beroperasi seminggu sekali. Kemudian menjadi setiap Senin dan Jumat karena ternyata sangat ramai. Hal yang tentu saja membuat tersenyum para Gubernur Jenderal karena keuntungan berlimpah dikantongi dari sewa lahan. Nama pasar tersebut akhirnya bergeser. Karena dekat dengan Kampoeng Bogor, Lama kelamaan namanya menjadi Pasar Bogor dibandingkan Pasar Baroe.
Beberapa puluh tahun setelah berdiri, perkembangan Pasar Bogor semakin pesat. Hal yang disebabkan semakin terhubungnya akses dari dan menuju Bogor pada tahun 1808. Pembangunan Jalan Raya Pos yang melintasi Bogor mendongkrak perdagangan disini. Berbagai macam hasil bumi diperdagangkan. Sayur Mayur dari daerah Puncak masuk ke Pasar Bogor serta berbagai hasil bumi lainnya. Perkembangan berlanjut ketika di tahun 1873, jalur kereta api antara Batavia dan Bogor dibangun. Status pasar yang sebelumnya pasar lokal berubah menjadi pasar regional. Pasar Bogor saat itu menjadi penyuplai berbagai hal seperti kina, kopi, gula, kentang, sayur mayur bagi Batavia.
3.2 Audit Mutu Produk Pertanian (Tomat)
Produk Pertanian yang kami analisis mutunya adalah tomat di Pasar Bogor, berikut atribut produk pertanian yang kami teliti :
No.
Atribut
Produk Layak
Produk Tidak Layak
1.
Warna
Merah, Kejingga-jinggaan
Merah Kecokelatan, Kotor
2.
Rasa
Asam Manis Segar
Bau Busuk
3.
Keseragaman
Tidak Seragam karena tidak ada proses penyortiran.
Tidak seragam karena tidak ada proses penyortiran.
4.
Harga
Rp 12.000/kg
Rp 6.000/kg
5.
Ukuran
Beragam
Beragam
6.
Bentuk
Bagus Bulat
Tidak Layak, Bonyok
7.
Berat
800 gram
200 gram
8.
Jumlah Sampling
1 Kg
9.
Persentase Baik dan Cacat
80%
20 %
3.3 Audit Mutu Produk Kemasan (Roti)
Produk dalam kemasan yang kami analisis mutunya adalah Roti di Pasar Bogor, berikut atribut produk dalam kemasan yang kami teliti :
No.
Atribut
Produk Layak
Produk Tidak Layak
1.
Warna
Kuning kecokelatan
Kebiruan karena mengandung jamur Penicillium
2.
Rasa
Enak, Manis
Bau Tengik
3.
Keseragaman
Beragam
Beragam
4.
Harga
Rp 13.000/pcs
-
5.
Ukuran
25 x 15 cm
25 x 15 cm
6.
Bentuk
Baik
Buruk
7.
Berat
± 200 gram
8.
Jumlah Sampling
20 pcs
1 pcs
9.
Persentase Baik dan Cacat
95,3 %
4,7 %
3.4 Tinjauan Lapangan
Penelitian dilakukan pada tanggal 19 November Pukul 09.00 di Pasar Bogor dengan sampel tomat untuk produk pertanian dan roti untuk produk dalam kemasan, hasil yang kami dapatkan dilapangan adalah sebagai berikut :
Gambar 1. Roti Layak Konsumsi
Gambar 2. Roti Berjamur
Gambar 3. Tomat Layak Konsumsi
Gambar 4. Tomat Busuk dan Bentuk Tidak Sempurna
Gambar 5. Kondisi Pasar Bogor Pada Saat Tinjauan Lapangan
Analisis Tinjauan Lapangan
Setelah melakukan tinjauan lapang di pasar bogor, kelompok kami mengambil sampel pada pedagang tomat. Produk tomat yang dijual oleh pedagang sayur yang terdapat di pasar, terdapat banyak produk tomat yang memiliki kualitas mutu yang tidak baik atau tidak segar. Dari sekian banyak tomat yang dijual, ditemukan banyak produk tomat dengan keadaan busuk. Tidak seperti di pasar modern yang telah melakukan penyeleksian sebelum dijual, sehingga buah tomat yang jual hanya yang memiliki kualitas mutu yang baik. Di pasar tradisional terutama di pasar bogor para penjual sayur langsung menjual semua produk tomat yang ada tanpa melakukan penyeleksian.
Setelah melakukan sesi wawancara dengan pedagang tomat di pasar, bahwa produk tomat yang dijual dalam keadaan mutu yang baik, maupun dalam keadaan mutu yang kurang baik (busuk). Karena buah tomat yang dijual paling lama berada di tempat penyimpanan selama 3 hari saja, selebihnya langsung habis terjual. Produk tomat dengan kualitas yang baik dijual seharga Rp 12.000/kg, sedangkan untuk produk tomat yang kualitasnya buruk dijual dengan harga murah sesuai dengan kondisi kerusakan produk tomat yang dijual.
Produk tomat dengan kualitas buruk dijual dengan harga murah agar semua produk yang dijual semuanya terjual dan tidak ada sisa. Produk tomat yang berkualitas baik biasanya dibeli oleh konsumen untuk keperluan pribadi, sedangkan produk tomat dengan kualitas buruk biasanya dibeli oleh para pedagang untuk diolah menjadi saus. Sehingga tidak terdapat tomat yang tidak dijual sehingga tidak terdapat kerugian.
Produk selanjutnya yang diteliti oleh kelompok kami adalah produk kemasan yang dijual di Pasar Bogor. Kelompok kami mengambil sampel sebuah produk roti dalam kemasan. Sampel yang diambil dari toko yang menjual berbagai macam makanan tradisional, makanan kecil kiloan, dan berbagai macam produk kemasan termasuk produk roti. Kelompok kami menemukan satu buah produk roti dengan merek yang kurang terkenal. Setelah kita meliat dengan teliti ternyata pada kemasan produk roti tidak terdapat tanggal kadarluarsa. Apabila produk yang tidak memiliki tanggal kadarluarsa sehingga konsumen tidak mengetahui apakah produk roti tersebut masih layak di konsumsi atau tidak.
Setelah melakukan wawancara dengan pedagang roti tersebut, produk roti yang diambil menjadi sampel adalah produk yang baru dikirim ke toko pada hari kami melakukan tinjauan lapang. Menurut pedagang roti bahwa produk roti tersebut dapat bertahan selama 2 hari kedepan. Tetapi setelah kelompok kami mencermati keadaan produk roti ditemukan jamur di dalam roti dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Dapat disimpulkan bahwa produk tersebut sudah lama tersedia namun belum laku terjual. Seharusnya pedagang selalu mengecek keadaan produk yang dijual apakah masih layak dijual atau tidak. Pedagang tidak boleh menipu konsumen terhadap produk yang dijualnya, karena akan dapat merugikan konsumen.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA