Rukiyati, dkk. (2013), Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi, (Yogyakarta:UNY Press), p. 68.
http://umaeeblogs.wordpress.com/2012/09/23/membedah-sila-Pancasila.htm., diakses pada 20/03/2014, pukul 21.34.
http://filsafat.kompasiana.com/2014/02/10/berkembangsa-kepercayaan-atheis-di-indonesia-perspektif-sila-pertama-pancasila-630914.html., diakses pada 22/03/2014 pukul 18.33.
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/12/12/mxow48-mui-atheis-tak-sesuai-asas-pancasila.htm., diakses pada 22/03/2014 pukul 18.56.
Disebut Causa Prima karena sila ke-Tuhan-an ini memaknai bahwa Indonesia sebab yang tidak disebabkan oleh segala sesuatu yang disebut oleh berbagai agama dengan ""Nama" masing-masing agama.
ATHEISME DI INDONESIA: TIDAK DILARANG, TAPI TIDAK DIJAMIN APAPUN OLEH NEGARA.
Oleh: Arfrian Rahmanta (13407141063)
Abstrak
Indonesia merupakan negara yang berlandaskan ideolegi Pancasila yang dirumuskan oleh Founding Father. Melihat dari sudut sila pertama Pancasila beserta butir-butirnya khusunya butir pertama. Indonesia membebaskan rakyatnya untuk memeluk agama atau keyakinan apapun. Dan dengan itu butir itu justru melarang memaksakan agama dan kepercayaannya kepada siapa saja, artinya, juga kepada Atheis. Ini berarti bahwa Atheis tidak boleh dipaksa, diharuskan, atau diwajibkan bertuhan atau beragama.
Indonesia memang tidak mengakui Atheisme secara formal, namun tidak ada peraturan dari UUD ataupun Peraturan Pemerintah yang melarang adanya Atheisme. Karena itu seiring dengan berkembangnya zaman, Atheisme tumbuh subur dengan adanya kebebasan berpikir pula, yang juga merupakan pemahaman Pancasila sila pertama. Atheisme memang boleh ada di Indonesia namun tanpa mengganggu "orang yang telah beragama", dengan persyaratan jaminan akan hak-hak sebagai warga negara tidak akan didapatkan seperti seseorang yang mempunyai agama.
Kata Kunci: Atheisme, Pancasila, Sila pertama, hak-hak.
Pendahuluan
Agama Islam adalah agama mayoritas yang ada dan berkembang pesat di Indonesia. Sebenarnya kalimat sila pertama pada awalnya adalah "dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pengikut-pengikutnya" yang diganti dengan "Yang Maha Esa" (YME). Bukti ini adalah bukti otentik bahwa hampir saja negara Indonesia menjadi negara Islam dengan sebab kemayoritasan itu. Negara Indonesia saat ini adalah negara demokratis Pancasila, bukan negara Islam dan membebaskan memeluk agama sesuai keyakinan rakyat yang bernaung di NKRI.
Namun sekarang pula banyak masyarakat yang mempertanyakan akan eksisitensi dari Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai rakyat yang harus kritis terhadap perubahan ataupun modernisasi, Pancasila pada sila pertama adalah suatu dasar bahwa negara Indonesia merupakan negara yang berlandaskan agama, namun sebagai hasil pemikiran manusia yang perlu dikembangkan, Pancasila pada sila pertama ini mempunyai lubang pada perkembangan butir-butirnya.
Atheisme berkembang di Indonesia, karena pada butir-butir Pancasila terlihat lubang yang menganga pada perkembangan tafsiran dan pemahaman. Sebagai negara yang berlandaskan suatu ideologi Pancasila, berbagai pihak menilai bahwa agama yang diakui oleh Indonesia hanya ada enam agama; Islam, Kristen, Katholik, Buddha, Hindu, dan Konghucu. Redaksinya adalah "diakui" jika dipahami bahwa Atheisme itu boleh berkembang di Indonesia tanpa mengganggu "orang yang mempunyai agama", namun tidak diakui hak-haknya oleh negara.
Menyangkut Hak Asasi Manusia (HAM), di Indonesia sendiri juga telah ada peraturan perundang-undangan yang telah mengatur bersumber dari Pancasila khususnya sila kedua. Sila pertama memang menjadi Causa Prima, namun sila-sila Pancasila adalah sama tanpa ada kedudukan yang lebih tinggi diantara sila lainnya. Inilah yang menjadi rancu antara adanya Atheisme dan hak-hak mereka yang tidak terjamin.
Atheisme sendiri di Indonesia didalangi karena ada pergerakan liberalisme dan sekularisme. Sekularisme adalah paham tentang netralitas negara terhadap agama-agama tanpa ada pembedaan antara "agama langit" dan "agama bumi", karena itu negara tidak mengatur masalah-masalah agama. Liberalisme adalah paham mengenai kebebasan, khususnya kebebasan beragama dan berkeyakinan serta kebebasan berpikir. Kebebasan berkeyakinan dan kebebasan berpikir, menimbulkan adanya kaum Atheis. Dan hal ini membahayakan eksistensi dari sila pertama Pancasila.
Suatu kerangka masalah yang dapat diambil adalah penjelasan akan butir-butir Pancasila pada sila pertama, Pandangan sila pertama Pancasila akan Atheisme, tumbuhnya Atheisme di Indonesia, dan penyebab tumbuhnya Atheisme di Indonesia serta tidak ada jaminan hak-hak seorang Atheis untuk dipenuhi oleh negara.
Metedologi yang digunakan untuk membantu karya ilmiah ini adalah studi kepustakaan yang memberikan data-data dan informasi sebagai bahan dari penyusunan karya ilmiah ini.
Pancasila sebagai ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
Banyak definisi akan filsafat, namun jika dirangkum dari kesemuanya dapat diperoleh dari hasil berpikir filsafat yang mempunyai kesamaan dengan ciri-ciri radikal, sistematis, dan bersifat universal. Filsafat sebagai hasil berpikir dapat dipakai acuan, orientasi, atau dasar dalam kehidupan pribadi ataupun kelompok karena ia meyakini kebenaran yang terkandung di dalam pemikiran filsafat tersebut. filsafat yang demikian ini secara umum diartikan sebagai ideologi.
Ideologi sendiri secara praktis dalam suatu negara diartikan sebagai kesatuan gagasan-gagasan dasar yang disusun secara sistematis dan dianggap menyeluruh tentang manusia dan kehidupannya, baik itu individu, sosial maupun kehidupan bernegara.
Syarat utama berdirinya sebuah bangsa adalah mempunyai filosofi negara atau dasar negara atau ideologi negara. Disinilah letak perdebatan kerasnya. Para Founding Father kita dulu, ada beberapa dari mereka mencoba merumuskan dasar negara. Banyak model atau konsep dasar negara diperlihatkan di antara pembuat konsep itu terdapat Soekarno dan Moh. Yamin. Sampai akhirnya ditemukanlah Pancasila seperti yang sekarang ini. Di antara kelima sila tersebut menarik membicarakan sila pertama, karena pada sila inilah pangkal masalah dari problem kebangsaan atas nama Agama. Sedangkan sejauh ini tidak ada pihak manapun yang secara terang-terangan menentang bunyi dan butir pada sila kedua hingga ke lima.
Ketika semua Founding Father telah sepakat untuk menjadikan negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan Ketuhanan. Muncul problem ketika kalimat Ketuhanan ini berbunyi "Ketuhanan dengan Kewajiban Menjalankan syariat Islam bagi pengikut-pengikutnya". Oleh Soekarno pada waktu itu yang juga salah satu panitia kecil perumus Pancasila, tidak setuju. Ia bepikir bila itu dibawa pada sidang BPUPKI, konstituante akan menimbulkan perpecahan di antara sesama anak bangsa. Dengan demikian akan menggagalkan upaya pembentukan negara yang telah lama diperjuangkan. Sementara waktu itu, Bangsa Indonesia, dalam berada masa krisis, dimana negara Indonesia harus didirikan dan konsekuensi dari berdirinya negara adalah adanya suatu konstitusi yang dimiliki dan disepakati bersama.
Dalam perdebatan panjang itu akhirnya kelompok Islam yang keukeh terhadap kalimat itu setuju untuk diganti. Namun negara Indonesia tetap harus negara berdasarkan Ketuhanan, kalimat "dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pengikut-pengikutnya" diganti dengan "Yang Maha Esa", sehingga menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa seperti sila pertama Pancasila sekarang ini.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa di Indonesia terdapat berbagai macam suku bangsa, adat istiadat hingga berbagai macam agama dan aliran kepercayaan. Dengan kondisi sosiokultur yang begitu heterogen dibutuhkan sebuah ideologi yang netral namun dapat mengayomi berbagai keragaman yang ada di Indonesia. Pancasila inilah yang cocok dengan sosiokultur Indonesia.
Konsep negara Pancasila adalah konsep negara agama-agama. Konsep negara yang menjamin setiap pemeluk agama untuk menjalankan agamanya secara utuh, penuh dan sempurna. Negara Pancasila bukanlah negara agama, bukan pula negara sekular apalagi negara atheis. Sebuah negara yang tidak tunduk pada salah satu agama, tidak pula memperkenankan pemisahan negara dari agama, apalagi sampai mengakui tidak meyakini terhadap agama manapun. Negara Pancasila mendorong dan memfasilitasi semua penduduk untuk tunduk pada agamanya. Penerapan hukum-hukum agama secara utuh dalam negara Pancasila adalah dimungkinkan. Semangat pluralisme dan ketuhanan yang dikandung Pancasila telah siap mengadopsi kemungkinan itu. Tak perlu ada ketakutan ataupun kecemburuan apapun, karena hukum-hukum agama hanya berlaku pada pemeluknya. Penerapan konsep negara agama-agama akan menghapus superioritas satu agama atas agama lainnya. Tak ada lagi asumsi mayoritas–minoritas. Bahkan pemeluk agama dapat hidup berdampingan secara damai dan sederajat. Adopsi hukum-hukum agama dalam negara Pancasila akan menjamin kelestarian dasar negara Pancasila, prinsip Bhineka Tunggal Ika dan NKRI.
Agama yang diakui di Indonesia ada lima, yaitu Islam, Kristen, Katolik, Budha dan Hindu. Sebuah kesalahan fatal bila menjadikan salah satu agama sebagai standar tolak ukur benar salah dan moralitas bangsa. Karena akan terjadi perselisihan dan timbul gesekan antar agama. Kalaupun penggunaan dasar agama haruslah mengakomodir standar dari Islam, Kristen, Katolik, Buddha dan Hindu bukan berdasarkan salah satu agama entah agama mayoritas ataupun minoritas.
Butir-Butir Pancasila di sila pertama
Ketetapan MPR no. II/MPR/1978 tentang Ekaprasetia Pancakarsa menjabarkan kelima asas dalam Pancasila menjadi 45 butir pengamalan sebagai pedoman praktis bagi pelaksanaan Pancasila. Ketetapan ini kemudian dicabut dengan Tap MPR no. I/MPR/2003. Antara lain:
Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaanya masing masing.
Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.
Dari butir-butir yang telah disebutkan di atas, telah di sebutkan bahwa dalam kehidupan beragama itu tidak diperbolehkan adanya suatu paksaan. Setelah ketetapan ini dicabut, tidak pernah dipublikasikan kajian mengenai apakah butir-butir ini benar-benar diamalkan dalam keseharian warga Indonesia.
Manusia selain merupakan makhluk ciptaan Tuhan juga merupakan mahluk sosial, yang berarti bahwa manusia memerlukan pergaulan dengan manusia lainnya. Setiap manusia perlu bersosialisasi dengan anggota masyarakat lainnya.
Bangsa Indonesia yang beraneka agama, menjalankan ibadahnya masing-masing dimana pemeluk melaksanakan ajaran agama sesuai dengan norma agamanya. Agar tidak terjadi pertentangan antara pemeluk agama yang berbeda, maka hendaknya dikembangkan sikap toleransi beragama, yaitu sikap hormat menghormati sesama pemeluk agama yang berbeda, sikap menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai ajaran agama masing-masing, dan tidak boleh memaksakan suatu agama kepada orang lain. Toleransi beragama tidak berarti bahwa ajaran agama yang satu bercampur aduk dengan ajaran agama lainnya.
Atheisme dipandang dari segi Pancasila sila pertama
Paham atheisme merupakan sebuah pemahaman dimana seseorang tidak memiliki kepercayaan pada Tuhannya, ia berpikir kalau semua ini hanya semata mata siklus hidup yang memang berjalan dengan sendirinya.
Di Indonesia, Pancasila sebagai landasan ideologis negara pada sila pertama telah menentukan bahwa Negara Indonesia adalah berlandaskan pada Ketuhanan Yang Maha Esa. Selanjutnya, dalam butir pertama sila pertama Pancasila dinyatakan: Percaya dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Artinya, memang secara ideologi, setiap warga negara Indonesia percaya dan takwa kepada Tuhan YME dan memeluk suatu agama. Butir ini justru melarang memaksakan agama dan kepercayaannya kepada siapa saja, artinya, juga kepada Atheis. Ini berarti bahwa Atheis tidak boleh dipaksa, diharuskan, atau diwajibkan bertuhan atau beragama.
Namun, memang terkadang ditemui adanya warga negara Indonesia yang tidak mempercayai atau memeluk suatu agama tertentu (atheis). Dan memang belum ada satu peraturan perundang-undangan yang secara tegas melarang dan menentukan sanksi bagi seseorang yang menganut atheisme. Akan tetapi, dengan seseorang menganut atheisme, akan memberikan dampak pada hak-hak orang tersebut di mata hukum.
Secara hukum, tidak ada peraturan perundang-undangan yang secara tegas melarang seseorang menganut paham Atheisme. Di sisi lain, konsekuensi hukum dari paham Atheisme yang dianutnya, orang yang bersangkutan boleh jadi tidak dapat menikmati hak-hak yang pada umumnya bisa dinikmati mereka yang menganut agama tertentu di Indonesia.
Atheisme memang tidak diakui secara formal di negara ini, seperti juga halnya banyak agama dan kepercayaan lain. Tidak diakui secara formal tidak berarti Atheisme bertentangan dengan hukum.
Sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia (UU no. 10/2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan pasal 2), tafsir hukum Pancasila juga diturunkan dan ditafsir menjadi konstitusi dan undang-undang yang berlaku.
Memang ada masalah bahwa konstitusi kita tidak menjamin sekularisme, dalam arti negara bisa turut campur masalah keagamaan rakyatnya. Tapi kita memiliki satu ayat bagus di UUD 45. Pasal 29 ayat 2, "Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu."
Tumbuhnya para Atheis di Indonesia
Di belahan Bumi bagian manapun, saat ini tidak lepas dari pengaruh pemikiran dari manapun. Termasuk di kawasan Timur Tengah yang tercatat sebagai kawasan lahirnya agama-agama besar dunia. Pengaruh ideologi dari Barat tidak dapat begitu saja diabaikan. Kini di Timur Tengah pun sudah mulai bermunculan orang-orang yang mengaku sebagai Atheis.
Jumlah penduduk Bumi dewasa ini sekitar 6,5 milyar manusia. Menurut Survei Encyclopedia Britanica tahun 2005, hampir 12 persen di antranya adalah orang yang tidak beragama. Dan 2,3 persennya lagi atheis alias tidak ber-Tuhan.
Saat ini, Atheisme tidak hanya berkembang di luar negeri. Banyak anak muda terdidik Indonesia mulai "terjangkiti" pemikiran Atheis. Atheisme di Indonesia tumbuh mulai dari kalangan muda yang pada dasarnya minat mempelajari apapun, termasuk aliran-aliran pemikiran tertentu sangat tinggi, tidak hanya mereka yang sedang kuliah di luar negeri, di kampus dalam negeri bahkan kampus-kampus berlatar belakang agama Islam misalnya, mulai muncul orang Atheis. Banyak kelompok-kelompok kajian yang mereka bentuk di dunia maya. Karena di dunia maya mereka lebih merasa bebas untuk mengutarakan pemkiran Atheisme-nya, mereka dapat berdiskusi dan bertukar pikiran dengan bebas tanpa rasa takut.
Di dunia maya para Atheis dapat memakai identitas palsu, sehingga mereka merasa bebas beradu argumentasi "melawan" agama dan tanpa perlu takut terhadap ancaman diskriminasi dan kekerasan fisik. Karena apabila di dunia nyata mereka diketahui identitasnya dapat mengancam hubungan sosialnya, misalnya mereka dapat dijauhi oleh teman-temannya, ditinggalkan oleh keluarganya, atau bahkan mendapat cemoohan sampai bisa jadi mendapat kekerasan fisik. Hal ini karena memang di Indonesia, nilai religious masih begitu kuat menyelimuti segala aspek budaya, mulai dari yang bersifat pribadi sampai pada kehidupan ekonomi, politik, dan sosial, yang di dalam segala aspek tersebut termuat nilai-nilai religious. Sehingga orang atheis di Indonesia adalah minoritas. Berbeda dengan yang ada di Barat misalnya, yang keberadaan orang-orang Atheis di sana merupakan hal yang lumrah dan merupakan bagian dari HAM yang dihormati dan setiap individu diberi kebebasan berkeyakinan.
Penyebab Tumbuhnya Atheis di Indonesia
Dewasa ini, teknologi telah memfasilitasi manusia dengan luar biasa, segala aspek kehidupan dapat dipermudah dengan bantuan teknologi. Teknologi informasi adalah salah satu prestasi manusia dalam bidang teknologi.
Kebebasan berekspresi, mengungkapkan ide, pendapat, dan gagasan kini begitu terjamin di dunia maya. Setiap individu mempunyai kesempatan melihat, menunjukan, dan mengkritisi setiap kejadian yang baru terjadi. Apalagi kondisi politik dan ekonomi, setiap orang di setiap ruang dunia maya bebas mengungkapkan pendapat kritis terhadapnya. Masalah korupsi dan pemilu, yang kini kian menjadi topik yang menarik.
Kondisi Negara saat ini saya kira bisa jadi salah satu faktor tumbuhnya Atheisme di Indonesia. Bobroknya sistem Pemerintahan yang didasarkan pada nilai agama membuat sebagian masyarakat Indonesia mempertanyakan kembali peran agama dalam mempengaruhi baiknya tingkatan individu, kemudian masyarakat perlahan skeptis terhadap keberhasilan agama membentuk karakter bangsa yang bermoral. Beberapa waktu lalu deras berita tentang institusi negara berdasarkan nilai agama terlilit korupsi. Kondisi ini semakin membuat kaum Atheis Indonesia bersemangat mengkritisi posisi agama dalam kehidupan dan berusaha menunjukan dirinya dengan membawa nilai-nilai Atheis. Atheis di Indonesia kini mengajak masyarakat untuk melihat kembali penting dan tidaknya agama dalam membentuk Negara yang ideal. Kegagalan moralitas agama dalam menciptakan suasana yang kondusif menjadi dasar argument Atheis untuk mengajak masyarakat Indonesia mencoba formulasi baru tatanan sosial-politik, yaitu tatanan yang berdasarkan nilai-nilai sekular dan materialis.
Kemudian yang sekarang kita rasakan adalah tidak adanya batas wilayah penyebaran pemikiran. Segala konsep pemikiran dan ideologi bebas menyebar kemana-mana, ke setiap pojok negara. Pemikiran negara lain dengan mudah masuk dalam setiap lingkungan akademis mahasiswa, yang kemudian mahasiswa bebas mempelajari pemikiran bercorak sekular, materialis, dan liberal ala Barat, yang merupakan cikal bakal lahirnya pemikiran Atheis.
Kondisi ini memunculkan banyak diskusi membahas sila pertama Pancasila. Contohnya diskusi yang terjadi di website-nya Atheis di Indonesia, ABAM (Anda Bertanya Atheis Menjawab).
Uniknya, mereka penganut Atheis dilarang memaksakan ataupun mengajak ajaran Atheis pada seseorang yang sudah beragama, jika terjadi akan diberi hukuman menurut peraturan tertulis yang sah, yaitu pada pasal 156a KUHP yang berbunyi:
"Dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun, barang siapa dengan sengaja di muka umum mengeluarkan perasaan atau melakukan perbuatan:
a. Yang pada pokoknya bersifat permusuhan, penyalahgunaan atau penodaan kepada suatu agama yang dianut di Indonesia;
b. Dengan maksud agar supaya orang tidak menganut agama apapun juga, yang bersendikan Ketuhanan Yang Maha Esa."
Dengan ditunjuknya nilai spiritual sebagai dasar kehidupan bangsa Indonesia kemudian secara langsung membatasi kebebasan berkeyakinan. Keyakinan yang tidak berlandaskan pada nilai-nilai ke-Tuhanan adalah melanggar hukum.
Penganut Atheisme di Indonesia tidak dijamin apapun
"- REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat yang tidak memeluk satu kepercayaan atau agama dilarang tinggal di Indonesia. Pemerintah pun diminta untuk tidak memberikan pelayanan pada mereka dalam bentuk apapun.
Wasekjen MUI, Tengku Zulkarnaen, mengatakan Kemendagri harus menarik kembali pernyataan, tidak beragama tetap diakui negara. Menurut dia, Indonesia berdasarkan Ketuhanan yang maha esa. Kalau ada atheisme, kata dia, harus keluar dari negara ini. "Pejabat Kemendagri itu harus cabut kembali ucapannya. Orang yang atheis itu tidak berhak mendapatkan jaminan apapun dari negara" katanya, Kamis (12/12).
Sebelumnya, Dirjen Dukcapil Irman mengatakan, bila memang ada warga yang mengaku tidak beragama, tidak ada paksaan untuk mengisi kolom tersebut di formulirnya. Menurut dia, pihaknya tetap akan memfasilitasi kepengurusan administrasi kependudukan mereka.
Tengku menilai, pernyataan tersebut keliru, karena membuka ruang bagi masyarakat untuk tidak memeluk agama. Pemerintah diminta konsisten atas persoalan itu, bukan sembarangan memberikan toleransi yang mencederai asas-asas Pancasila. "Mereka yang atheis, tidak boleh mendapat jaminan apa-apa. Itu konsekuensi, karena negara hanya menjamin masyarakat yang menganut agama serta kepercayaan."
Anggota Komisi VIII DPR, Hidayat Nur Wahid, mengatakan Atheisme dinilai sangat bertentangan dengan prinsip undang-undang. Dengan memberikan jaminan pada masyarakat tidak beragama mendapat fasilitas kependudukan akan membuka peluang adanya orang melanggar aturan tersebut. "Untuk KTP ini, Pemerintah harus punya aturan yang tegas. Jangan sampai membuka celah masuknya aliran tak bertuhan," kata Hidayat.
Menurutnya, perlu ada petunjuk pelaksana bagaimana mengurus dokumen kependudukan. Kalau memang ada kolom yang tidak diisi, maka warga tersebut harus dianggap belum memenuhi syarat pendaftaran. Dia menambahkan, pengosongan kolom agama di E-KTP terhadap penganut keyakinan pun berpotensi menimbulkan Atheisme. Karena, dengan tidak adanya identitas keagamaan di bentuk fisik kartu kependudukan, dikhawatirkan timbul anggapan baru di masyarakat.
Sebaiknya, kata Hidayat, masyarakat yang meyakini aliran atau paham tertentu diarahkan untuk menginduk pada satu agama. Dia mengatakan, hal itu juga sekaligus mengurangi konflik horizontal di kalangan bawah."
Pancasila adalah dasar filosofis yang ditetapkan pada awal kemerdekaan Indonesia, disusun sebagai hasil kompromi dari berbagai kelompok pada waktu itu. Pancasila terbuka untuk berbagai interpretasi.
Jadi jelaslah bahwa Atheisme sangat berpengaruh pada penerapan Pancasila. Seorang Atheisme tidak akan mendapat perlindungan dari Negara Indonesia. Sejatinya negara Indonesia merupakan negara yang sangat memberikan toleransi pada agama. Pancasila merupakan dasar penguat adanya agama dan persatuan yang ada di Indonesia, sebagai warga negara yang baik, kita harus menjadikan Pancasila sebagai pedoman hidup.
Kesimpulan:
Pancasila sebagai Ideologi negara mempunyai sila pertama yang bisa dibilang sebagai Causa Prima namun tetap setara dengan sila-sila lainnya. Sila pertama ini dalam butir-butirnya membuat pemahaman yang memahami bahwa Atheisme boleh ada, karena telah di sebutkan bahwa dalam kehidupan beragama itu tidak diperbolehkan adanya suatu paksaan. Namun Ini menjelaskan butir-butir sila pertama Pancasila sendiri timbul banyak pemahaman.
Pada sila pertama, karena ada pemahaman bahwa tidak ada pemaksaan dalam beragama, berarti Atheisme diperbolehkan di Indonesia, tetapi konsekuensinya di mata hukum mereka tidak ada jaminan dalam hak-hak bernegaranya. Pancasila sebenarnya sangat tidak membolehkan rakyat tidak beragama, karena sesuatu yang ada karena mempunyai Pencipta yaitu Tuhan. Atheisme dinilai sangat bertentangan dengan prinsip undang-undang.
Tumbuh pesatnya kaum Atheis, tidak salah jika modernisasi dan kemajuan teknologi yang cepat mengantarkan ideologi dan pemikiran-pemikiran menjadi pemicu utama. Diharapkan penikmat informasi sekarang ini harus kritis agar tidak dilubangi oleh pemahaman Pancasila salah.
Suatu kebebasan berekspresi dan mengutarakan pemikiran atau pendapat adalah salah satu penyebab timbulnya Atheisme di samping masalah-masalah agama yang bertabrakan dengan negara, bobroknya Pemerintahan yang didasari oleh agama, dan ideal atau tidak sebuah negara disertai agama dengan membentuk tatanan yang baru berdasarkan sekular dan materialisme.
Seorang Atheisme tidak akan mendapat perlindungan dari Negara Indonesia. Sejatinya negara Indonesia merupakan negara yang sangat memberikan toleransi pada agama. Pancasila merupakan dasar penguat adanya agama dan persatuan yang ada di Indonesia, sebagai warga negara yang baik, kita harus menjadikan Pancasila sebagai pedoman hidup.
Daftar Pustaka.
M. Dawam Rahardjo. 2010. Merayakan Kemajemukan Kebebasan dan Kebangsaan. Jakarta: Kencana.
Rukiyati, dkk. 2013. Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: UNY Press.
Sunoto. 1984. Mengenal Filsafat Pancasila Pendekatan Melalui Sejarah dan Pelaksanaannya. Yogyakarta: PT. Hanimdita.
http://filsafat.kompasiana.com/2014/02/10/berkembangsa-kepercayaan-atheis-di-indonesia-perspektif-sila-pertama-pancasila-630914.html., diakses pada 22/03/2014 pukul 18.33.
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/12/12/mxow48-mui-atheis-tak-sesuai-asas-pancasila.htm., diakses pada 22/03/2014 pukul 18.56.
http://umaeeblogs.wordpress.com/2012/09/23/membedah-sila-Pancasila.htm., diakses pada 20/03/2014, pukul 21.34.