TUGAS
ASUHAN INTRA NATAL CARE MENURUT EVIDENCE BASED
OLEH KELOMPOK IV YUSDA SEMAN MY HJ. HALIJAH HJ. RAHMAWATI HADDADE JUSRIANI L HJ. St. RAHMAH
STIKES GRAHA EDUKASI PROGRAM DIV PENDIDIK TAHUN 2010 / 2011
ASUHAN PERSALINAN 1. PENDAHULUAN A. Latar belakang Komplikasi obstetr i yang menyeba bkan tingginya kasus k esak itan dan k ematian ibu di banyak negara berk embang, yaitu : 1. Per darahan pasca persalinan 2. Ek lampsia 3. Sepsis 4. Keguguran 5. Hipoter mia Ber dasarkan survei demograf i Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002/2003, AKI di indonesia adalah sebesar 307 per 100.000 k elahiran hidu p. Tingginya AKI dipengaruhi oleh penyeba b langsung dan penyeba b tidak langsung. Penyeba b langsung berkaitan dengan k ondisi saat melahirkan seperti per darahan, hipertensi atau tekanan darah tinggi saat k ehamilan (ek lampsia),inf eksi, partus lama dan k omplikasi k eguguran. Penyeba b langsung tersebut diper buruk oleh status k esehatan dan gizi ibu yang kurang baik . Sementara itu penyeba b tidak langsung antara lain adalah r endahnya taraf pendidikan per empuan,kurangnya pengetahuan k esehatan r epr oduksi, r endahnya status sosial ek onomi, k edudukan dan peranan ibu yang tidak menguntungkan dalam k eluarga, kuatnya tradisi dan budaya lokal dalam menyika pi pr oses persalinan,serta kurangnya k etersediaan pelayanan k esehatan dan k eluarga ber encana(KB). Rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJM) 2004-2009 meneta pkan sasaran penca paian AKI sebesar 226 per 100.000 k elahiran hidu p pada tahun 2009. Sementara itu Mileinium Development Goals (MDGs), meneta pkan AKI pada tahun 2015 men jadi 2/3 dar i k eadaan tahun 2000,yaitu men jadi 102 per 100.000 k elahiran hidu p. Walau pun dalam dua dekade terakhir,AKI di indonesia mengalami penurunan yang cuku p tinggi, dar i 390 pada tahun 1994 men jadi 307 per 100.000 k elahiran hidu p pada tahun 2000, angka ini masih ter masuk yang tertinggi di antara negara-negara ASEAN. Tingginya AKI ini menun jukkan bahwa dera jat k esehatan di Indonesia masih belum baik . Komplikasi obstetri yang menyebabkan tingginya kasus kesakitan dan kematian neonatus , yaitu: 1. Hipoter mia 2. Asf iksia Fokus asuhan kesehatan ibu selama 2 dasawarsa terakhir, yaitu : 1. Keluarga ber encana 2. Asuhan antenatal terf okus 3. Asuhan pasca k eguguran 4. Persalinan yang bersih dan aman serta pencegahan k omplikasi 5. Penatalaksanaan k omplikasi
B. Pembahasan Fokus utama asuhan persalinan normal telah mengalami pergeseran paradigma. Dulu f okus utamanya adalah menunggu dan menangani k omplikasi namun sekarang f okus utamanya adalah mencegah terjadinya komplikasi selama persalinan dan setelah bayi lahir sehingga akan mengurangi k esak itan dan k ematian ibu serta bayi baru lahir . Contoh pergeseran paradigma asuhan persalinan normal , yaitu : 1. Mencegah per darahan pasca persalinan yang diseba bkan oleh atoni uter i. 2. Men jadikan laserasi / episiotomi sebagai tindakan tidak rutin.
3. Mencegah ter jadinya r etensio plasenta. 4. Mencegah partus lama. 5. Mencegah asf iksia bayi baru lahir . Upaya preventif terhadap perdarahan pasca persalinan berupa : 1. Manipulasi seminimal mungk in. 2. Penatalaksanaan aktif kala III. 3. Mengamati dan melihat k ontraksi uterus pasca persalinan. Pencegahan retensio plasenta dengan cara mempercepat pr oses separasi dan melahirkan plasenta dengan member ikan uter otonika segera setelah bayi lahir dan melakukan penegangan tali pusat terk endali. Upaya ini disebut juga penatalaksanaan aktif kala III. Upaya mencegah partus lama berupa : 1. Menggunakan partograf untuk memantau k ondisi ibu dan janinnya sertak ema juan pr oses persalinan. 2. Menghara pkan dukungan suami dan k era bat ibu. Upaya mencegah asfiksia bayi baru lahir secara berurutan , yaitu : 1. Membersihkan mulut dan jalan na pas sesaat setelah eks pulsi k epala. 2. Menghisa p lendir secara benar . 3. Segera menger ingkan dan menghangatkan tu buh bayi. Tujuan asuhan persalinan normal yaitu mengu payakan k elangsungan hidu p dan menca pai dera jat k esehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya melalui ber bagai u paya yang ter integrasi dan lengka p serta intervensi minimal sehingga pr insip k eamanan dan kualitas pelayanan da pat ter jaga pada tingkat optimal. Praktek-praktek pencegahan pada asuhan persalinan normal meliputi : 1. Mencegah inf eksi secara k onsisten dan sistematis. 2. Member ikan asuhan rutin dan pemantauan selama persalinan dan setelah bayi lahir, ter masuk penggunaan partograf . 3. Member ikan asuhan sayang ibu secara rutin selama persalinan, pasca persalinan dan nifas. 4. Menyia pkan ru jukan ibu bersalin atau bayinya. 5. Menghindar i tindakan-tindakan ber lebihan atau ber bahaya.\ 6. Penatalaksanaan aktif kala III secara rutin. 7. Mengasuh bayi baru lahir . 8. Member ikan asuhan dan pemantauan ibu dan bayinya. 9. Menga jarkan ibu dan k eluarganya untuk mengenali secara dini bahaya yang mungk in ter jadi selama masa nifas pada ibu dan bayinya. 10. Mendokumentasikan semua asuhan yang telah diber ikan. ADA 5 DASAR ASUHAN PERSALINAN YANG BERSIH DAN AMAN , yaitu : A. Membuat k eputusan k linik B. Asuhan sayang ibu dan sayang bayi C. Pencegahan inf eksi D. Pencatatan (r ekam medis) E. R u jukan
FISIOLOGI
PROSES PERSALINAN NORMAL
PERSALINAN / PARTUS Adalah suatu pr oses pengeluaran hasil k onsepsi yang da pat hidu p, dar i dalam uterus melalui vagina atau jalan lain k e dunia luar . Partus normal / partus biasa Bayi lahir melalui vagina dengan letak belakang k epala / u bun-u bun k ecil, tan pa memakai alat / pertolongan istimewa, serta tidak melukai ibu mau pun bayi (k ecuali episiotomi), ber langsung dalam waktu kurang dar i 24 jam. Partus abnormal Bayi lahir melalui vagina dengan bantuan tindakan atau alat seperti versi / ekstraksi, cunam, vakum, deka pitasi, embr iotomi dan sebagainya, atau lahir per a bdominam dengan sectio cesar ea. Beberapa istilah Gravida : wanita yang sedang hamil Para : wanita pernah melahirkan bayi yang da pat hidu p (via ble) In partu : wanita yang sedang berada dalam pr oses persalinan SEBAB TERJADINYA PROSES PERSALINAN 1. Penurunan fungsi plasenta : kadar pr ogester on dan estr ogen menurun mendadak, nutr isi janin dar i plasenta berkurang.(pada diagram, dar i Lancet, k ok estr ogen meningkat ?) 2. Tekanan pada ganglion servikale dar i pleksus Frank enhauser, men jadi stimulasi (pacemak er ) bagi k ontraksi otot polos uterus. 3. Isk emia otot-otot uterus kar ena pengaruh hor monal dan beban, semak in merangsang ter jadinya k ontraksi. 4. Peningkatan beban / str ess pada maternal mau pun f etal dan peningkatan estr ogen mengak ibatkan peningkatan aktif itas k ortison, pr ostaglandin, oksitosin, men jadi pencetus rangsangan untuk pr oses persalinan (DIAGRAM) PERSALINAN DITENTUK AN OLEH 3 FAK TOR ³P´ UTAMA Power His (k ontraksi r itmis otot polos uterus), k ekuatan mengejan ibu, k eadaan kar diovaskular r es pirasi meta bolik ibu. Passage Keadaan jalan lahir Passanger Keadaan janin (letak, pr esentasi, ukuran/berat janin, ada/tidak k elainan anatomik mayor ) (++ faktor 2 ³P´ lainnya : psychology, physician, position)
Dengan adanya k eseimbangan / k esesuaian antara faktor -faktor ³P´ tersebut, persalinan nor mal dihara pkan da pat ber langsung.
PEMBAGIAN FASE / K ALA PERSALINAN Kala 1Pematangan dan pembukaan serviks sampai lengka p (kala pembukaan) Kala 2Pengeluaran bayi (kala pengeluaran) Kala 3Pengeluaran plasenta (kala ur i) Kala 4Masa 1 jam setelah partus, terutama untuk observasi HIS His adalah gelombang k ontraksi r itmis otot polos dinding uterus yang dimulai dar i daerah fundus uter i di mana tu ba falopii memasuk i dinding uterus, awal gelombang tersebut dida pat dar i µpacemak er¶ yang ter da pat di dinding uterus daerah tersebut. Resultante ef ek gaya k ontraksi tersebut dalam k eadaan nor mal mengarah k e daerah lokus minor is yaitu daerah kanalis servikalis (jalan laihir ) yang membuka, untuk mendor ong isi uterus k e luar . Terjadinya his, akibat : 1. k er ja hor mon oksitosin 2. r egangan dinding uterus oleh isi k onsepsi 3 3. rangsangan terhada p pleksus saraf Frank enhauser yang tertekan massa k onsepsi. His yang baik dan ideal meliputi :
1. 2. 3. 4. 5.
k ontraksi simultan simetr is di seluruh uterus k ekuatan ter besar (dominasi) di daerah fundus ter da pat per iode r elaksasi di antara dua per iode k ontraksi. ter da pat r etraksi otot-otot k or pus uter i setia p sesudah his serviks uter i yang banyak mengandung k olagen dan kurang mengandung sera but otot,akan tertar ik k e atas oleh r etraksi otot-otot k or pus, k emudian ter buka secara pasif dan mendatar (cervical effacement). Ostium uter i eksternum dan internum pun akan ter buka.
Nyeri persalinan pada waktu his dipengaruhi ber bagai faktor :
1. isk emia dinding k or pus uter i yang men jadi stimulasi sera but saraf di pleksus hipogastr ikus diteruskan k e sistem saraf pusat men jadi sensasi nyer i. 2. per egangan vagina, jar ingan lunak dalam r ongga panggul dan per itoneum, men jadi rangsang nyer i. 3. k eadaan mental pasien (pasien bersalin ser ing k etakutan, cemas/ anxietas, atau eksitasi). 4. pr ostaglandin meningkat sebagai r es pons terhada p str ess Pengukuran k ontraksi uterus 1. amplitudo : intensitas k ontraksi otot polos : bagian pertama peningkatan agak cepat, bagian k edua penurunan agak lambat. 2. fr ekuensi : jumlah his dalam waktu tertentu (biasanya per 10 menit). 3. satuan his : unit Montevide (intensitas tekanan / mmHg terhada p fr ekuensi).
Sifat his pada berbagai fase persalinan Kala 1 awal (fase laten)
Timbul tia p 10 menit dengan amplitudo 40 mmHg, lama 20-30 detik . Serviks ter buka sampai 3 cm. Fr ekuensi dan amplitudo terus meningkat. K ala 1 lan jut (fase aktif ) sampai kala 1 akhir Ter jadi peningkatan rasa nyer i, amplitudo mak in kuat sampai 60 mmHg, fr ekuensi 2-4 kali / 10 menit, lama 60-90 detik . Serviks ter buka sampai lengka p (+10cm). Kala 2 Amplitudo 60 mmHg, fr ekuensi 3-4 kali / 10 menit. Ref leks mengejan ter jadi juga ak ibat stimulasi dar i tekanan bagian ter bawah janin (pada persalinan nor mal yaitu k epala) yang menekan anus dan r ektum. Tambahan tenaga meneran dar i ibu, dengan k ontraksi otot-otot dinding a bdomen dan diafragma, berusaha untuk mengeluarkan bayi. Kala 3 Amplitudo 60-80 mmHg, fr ekuensi k ontraksi berkurang, aktif itas uterus menurun. Plasenta da pat lepas s pontan dar i aktif itas uterus ini, namun da pat juga teta p menempel (r etensio) dan memer lukan tindakan aktif (manual aid). PERSALINAN K ALA 1 : FASE PEMATANGAN / PEMBUK AAN SERVIK S DIMULAI pada waktu serviks membuka kar ena his : k ontraksi uterus yang teratur, mak in lama, mak in kuat, mak in ser ing, mak in terasa nyer i, disertai pengeluaran darah-lendir yang tidak lebih banyak dar ipada darah haid. BERAKHIR pada waktu pembukaan serviks telah lengka p (pada per iksa dalam, bibir porsio serviks tidak da pat dira ba lagi). Sela put k etu ban biasanya pecah s pontan pada saat akhir kala
I. II.
laten : pembukaan sampai menca pai 3 cm, ber langsung sek itar 8 jam. Fase aktif : pembukaan dar i 3 cm sampai lengka p (+ 10 cm), ber langsung sek itar 6 jam. III. Fase aktif terbagi atas : 1. fase akselerasi (sek itar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4 cm. 2. fase dilatasi maksimal (sek itar 2 jam), pembukaan 4 cm sampai 9 cm. 3. fase deselerasi (sek itar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai lengka p (+ 10 cm). Fase
Peristiwa penting pada persalinan kala 1 1. k eluar lendir / darah (bloody show) ak ibat ter lepasnya sumbat mukus (mucous plug) yang selama k ehamilan menumpuk di kanalis servikalis, ak ibat ter bukanya vaskular ka piler serviks, dan ak ibat pergeseran antara sela put k etu ban dengan dinding dalam uterus. 2. ostium uter i internum dan eksternum ter buka sehingga serviks menipis dan mendatar . 3. sela put k etu ban pecah s pontan (bebera pa k epustakaan menyebutkan k etu ban pecah dini jika ter jadi pengeluaran cairan k etu ban sebelum pembukaan 5 cm). 4. Pematangan dan pembukaan serviks (cervical effacement) pada pr imigravida ber beda dengan pada multipara : 1. pada pr imigravida ter jadi penipisan serviks lebih dahulu sebelum ter jadi pembukaan - pada multipara serviks telah lunak ak ibat persalinan sebelumnya, sehingga langsung ter jadi pr oses penipisan dan pembukaan
2. pada pr imigravida, ostium internum membuka lebih dulu dar ipada ostium eksternum (ins pekulo ostium tampak ber bentuk seperti lingkaran k ecil di tengah) pada multipara, ostium internum dan eksternum membuka bersamaan (ins pekulo ostium tampak ber bentuk seperti gar is lebar ) 3. per iode kala 1 pada pr imigravida lebih lama (+ 20 jam) dibandingkan multipara (+14 jam) kar ena pematangan dan pelunakan serviks pada fase laten pasien pr imigravida memer lukan waktu lebih lama. PERSALINAN K ALA 2 : FASE PENGELUARAN BAYI
DIMULAI pada saat pembukaan serviks telah lengka p. BERAKHIR pada saat bayi telah lahir lengka p. His men jadi lebih kuat, lebih ser ing, lebih lama, sangat kuat. Sela put k etu ban mungk in juga baru pecah s pontan pada awal kala 2. Peristiwa penting pada persalinan kala 2
1. Bagian ter bawah janin (pada persalinan nor mal : k epala) turun sampai dasar panggul. 2. Ibu timbul perasaan / r ef leks ingin mengejan yang mak in berat. 3. Per ineum mer egang dan anus membuka (hemor oid f isiologik ) 4. Kepala dilahirkan lebih dulu, dengan su boksiput di bawah simf isis (simf isis pu bis sebagai sumbu putar / hipomok lion), selan jutnya dilahirkan badan dan anggota badan. 5. Kemungk inan diper lukan pemotongan jar ingan per ineum untuk memper besar jalan lahir (episiotomi). Lama kala 2 pada pr imigravida + 1.5 jam, multipara + 0.5 jam. Gerakan utama pengeluaran janin pada persalinan dengan letak belakang kepala: 1. Kepala masuk pintu atas panggul : sumbu k epala janin da pat tegak lurus dengan pintu atas panggul (sink litismus) atau mir ing / membentuk sudut dengan pintu atas panggul (asink litismus anter ior / poster ior ). 2. Kepala turun k e dalam r ongga panggul, ak ibat : 1) tekanan langsung dar i his dar i daerah fundus k e arah daerah bok ong, 2) tekanan dar i cairan amnion, 3) k ontraksi otot dinding perut dan diafragma (mengejan), dan 4) badan janin ter jadi ekstensi dan menegang. 3. Fleksi : k epala janin f leksi, dagu menempel k e toraks, posisi k epala beru bah dar i diameter oksipito-fr ontalis (puncak k epala) men jadi diameter su boksipito br egmatikus (belakang k epala). 4. Rotasi interna (putaran paksi dalam) : selalu disertai turunnya k epala, putaran u bunu bun k ecil k e arah depan (k e bawah simf isis pu bis), membawa k epala melewati distansia inters pinarum dengan diameter bipar ietalis. 5. Ekstensi : setelah k epala menca pai vulva, ter jadi ekstensi setelah oksiput melewati bawah simf isis pu bis bagian poster ior . Lahir berturut-turut : oksiput, br egma, dahi, hidung, mulut, dagu. 6. Rotasi eksterna (putaran paksi luar ) : k epala ber putar k embali sesuai dengan sumbu r otasi tu buh, bahu masuk pintu atas panggul dengan posisi anter oposter ior sampai di bawah simf isis, k emudian dilahirkan bahu depan dan bahu belakang. 7. Eks pulsi : setelah bahu lahir, bagian tu buh lainnya akan dik eluarkan dengan mudah. Selan jutnya lahir badan (toraks,a bdomen) dan lengan, pinggul / tr okanter depan dan belakang, tungkai dan kak i.
PERSALINAN K ALA 3 : FASE PENGELUARAN PLASENTA
DIMULAI pada saat bayi telah lahir lengka p. BERAKHIR dengan lahirnya plasenta. Kelahiran plasenta : lepasnya plasenta dar i insersi pada dinding uterus, serta pengeluaran plasenta dar i kavum uter i. Lepasnya plasenta dar i insersinya : mungk in dar i sentral (Schultze) ditandai dengan per darahan baru, atau dar i tepi / marginal (Matthews-Duncan) jika tidak disertai per darahan, atau mungk in juga ser empak sentral dan marginal. Pelepasan plasenta ter jadi kar ena per lekatan plasenta di dinding uterus adalah bersifat adhesi, sehingga pada saat k ontraksi mudah lepas dan ber darah. Pada k eadaan nor mal, k ontraksi uterus bertambah k eras, fundus setinggi sek itar / di atas pusat. Plasenta lepas s pontan 5-15 menit setelah bayi lahir . (jika lepasnya plasenta ter jadi sebelum bayi lahir, disebut solusio/a bru ptio placentae k eadaan gawat darurat obstetr ik !!). K ALA 4 : OBSERVASI PASCAPERSALINAN
Sampai dengan 1 jam post partum, dilakukan observasi. 7 pokok penting yang harus diperhatikan pada kala 4 : 1) k ontraksi uterus harus baik, 2) tidak ada per darahan pervaginam atau dar i alat genital lain, 3) plasenta dan sela put k etu ban harus sudah lahir lengka p, 4) kandung k encing harus k osong, 5) luka-luka di per ineum harus dirawat dan tidak ada hematoma, 6) r esume k eadaan umum bayi, dan 7) r esume k eadaan umum ibu.
Pada pelaksaaan asuhan persalinan dulu ter dir i dar i 60 langkah dimana ter da pat tindakan membersihkan jalan nafas pada bayi saat k epala sudah k eluar dar i jalan lahir,, k emudian jadi 58 langkah yaitu...
APN 58 LANGK AH Untuk melakukan asuhan persalinan normal (APN) dirumuskan 58 langkah asuhan persalinan normal sebagai berikut : 1. Mendengar & Melihat Adanya Tanda Persalinan K ala Dua. 2. Memastikan k elengka pan alat pertolongan persalinan ter masuk mematahkan ampul oksitosin & memasukan alat suntik sekali pakai 2½ ml k e dalam wadah partus set. 3. Memakai celemek plastik . 4. Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dgn sa bun & air mengalir . 5. Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yg akan digunakan untuk pemer iksaan dalam. 6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin dan letakan k embali k edalam wadah partus set. 7. Membersihkan vulva dan per ineum dengan ka pas basah dengan gerakan vulva k e per ineum. 8. Melakukan pemer iksaan dalam - pastikan pembukaan sudah lengka p dan sela put k etu ban sudah pecah. 9. Mencelu pkan tangan kanan yang bersarung tangan k e dalam larutan k lor in 0,5%, membuka sarung tangan dalam k eadaan ter balik dan mer endamnya dalam larutan k lor in 0,5%. 10. Memer iksa denyut jantung janin setelah k ontraksi uterus selesai ± pastikan DJJ dalam batas nor mal (120 ± 160 x/menit). 11. Member i tahu ibu pembukaan sudah lengka p dan k eadaan janin baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his a pa bila ibu sudah merasa ingin meneran. 12. Meminta bantuan k eluarga untuk menyia pkan posisi ibu untuk meneran (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman. 13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dor ongan yang kuat untuk meneran. 14. Mengan jurkan ibu untuk ber jalan, ber jongk ok atau mengambil posisi nyaman, jika ibu belum merasa ada dor ongan untuk meneran dalam 60 menit. 15. Meletakan handuk bersih (untuk menger ingkan bayi) di perut ibu, jika k epala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 ± 6 cm. 16. Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bok ong ibu 17. Membuka tutu p partus set dan memperhatikan k embali k elengka pan alat dan bahan 18. Memakai sarung tangan DTT pada k edua tangan. 19. Saat k epala janin ter lihat pada vulva dengan diameter 5 - 6 cm, memasang handuk bersihuntuk mender ingkan janin pada perut ibu. 20. Memer iksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin 21. Menunggu hingga k epala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara s pontan. 22. Setelah k epala melakukan putaran paksi luar, pegang secara bipar ental. Mengan jurkank epada ibu untuk meneran saat k ontraksi. Dengan lembut gerakan k epala k earah bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pu bis dan k emudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang. 23. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah k earah per ineum ibu untuk menyanggah k epala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusur i dan memegang tangan dan siku sebelah atas.
24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan k ir i menyusur i punggung k earah bok ong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan ar i telin juk tangan k ir i diantara k edua lutut janin) 25. Melakukan penilaian selintas : a. Apakah bayi menangi kuat dan atau berna pas tan pa k esulitan? b. Apakah bayi bergerak aktif ? 26. Menger ingkan tu buh bayi nulai dar i muka, k epala dan bagian tu buh lainnya k ecuali bagian tangan tan pa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk /kain yang k er ing. Membiarkan bayi atas perut ibu. 27. Memer iksa k embali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus. 28. Member itahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitasin agar uterus berk ontraksi baik . 29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM (intramaskuler ) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan as pirasi sebelum menyuntikan oksitosin). 30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan k lem k ira-k ira 3 cm dar i pusat bayi. Mendor ong isi tali pusat k e arah distal (ibu) dan jepit k embali tali pusat pada 2 cm distal dar i k lem pertama. 31. Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 k lem tersebut. 32. Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau ster il pada satu sisi k emudian melingkarkan k embali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya. 33. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di k epala bayi. 34. Memindahkan k lem pada tali pusat hingga ber jarak 5 -10 cm dar i vulva 35. Meletakan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simf isis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat. 36. Setelah uterus berk ontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan, sementara tangan k ir i menekan uterus dengan hati-hati k earah dor oskrainal. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 ± 40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul k ontraksi ber ikutnya dan mengulangi pr osedur . 37. melakukan penegangan dan dor ongan dorsokranial hingga plasenta ter lepas, minta ibu meneran sambil penolong menar ik tali pusat dengan arah seja jar lantai dan k emudian k earah atas, mengikuti por os jalan lahir (teta p lakukan tekanan dorso-kranial). 38. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati. Bila per lu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan k edua tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah r obeknya sela put k etu ban. 39. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uter i dengan menggosok fundus uter i secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jar i tangan k ir i hingga k ontraksi uterus baik (fundus tera ba k eras) 40. Per iksa bagian maternal dan bagian f etal plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa seluruh k otiledon dan sela put k etu ban sudah lahir lengka p, dan masukan k edalam kantong plastik yang tersedia. 41. Evaluasi k emungk inan laserasi pada vagina dan per ineum. Melakukan pen jahitan bila laserasi menyeba bkan per darahan. 42. Memastikan uterus berk ontraksi dengan baik dan tidak ter jadi per darahan pervaginam. 43. Membiarkan bayi teta p melakukan k ontak kulit k e kulit di dada ibu paling sedik it 1 jam. 44. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, ber i tetes mata antibiotik pr of ilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha k ir i anter olateral. 45. Setelah satu jam pember ian vitamin K1 ber ikan suntikan imunisasi Hepatitis B di paha kanan anter olateral. 46. Melan jutkan pemantauan k ontraksi dan mencegah per darahan pervaginam.
47. Menga jarkan ibu/k eluarga cara melakukan masase uterus dan menilai k ontraksi. 48. Evaluasi dan estimasi jumlah k ehilangan darah. 49. Memer iksakan nadi ibu dan k eadaan kandung k emih setia p 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setia p 30 menit selama jam k edua pasca persalinan. 50. Memer iksa k embali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik . 51. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan k lor in 0,5% untuk dek ontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di dek ontaminasi. 52. Buang bahan-bahan yang terk ontaminasi k e tempat sampah yang sesuai. 53. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Membersihkan sisa cairank etu ban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan k er ing. 54. Memastikan ibu merasa nyaman dan ber itahu k eluarga untuk membantu a pa bila ibu ingin minum. 55. Dek ontaminasi tempat persalinan dengan larutan k lor in 0,5%. 56. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan k lor in 0,5% melepaskan sarung tangan dalam k eadaan ter balik dan mer endamnya dalam larutan k lor in 0,5% 57. Mencuci tangan dengan sa bun dan air mengalir . 58. Melengka pi partograf . Untuk memahami lebih mendalam 58 langkah tersebut ada lima Topik Mater i yang dia jarkan dengan Metode yang digunakan adalah teor i dengan aquisisi pada model dan dilan jutkan dengan praktek pada k lien k elima mater i tersebut adalah 1. Lima Benang Merah Asuhan Persalinan Nor mal 2. Pencegahan Inf eksi 3. K ala I-IV Persalinan ter masuk penggunaan partograf, posisi dan pimpinan meneran, mana jemen aktif kala III 4. Asuhan Bayi Baru Lahir 5. Pengenalan Dini dan Penanganan Awal Komplikasi Persalinan
Daftar pustaka Ditulis pada Mar et 14, 2009Sumber : Jar ingan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Repr oduksi (JNPK-KR). Buku Acuan Asuhan Persalinan Nor mal. Jakarta : JNPK-KR , Maternal & Neonatal Car e, Departemen Kesehatan Repu blik Indonesia. 2002 Sumber : Fisiologi Pr oses Persalinan Nor malK uliah Obstetr i Ginek ologidr . Nugr oho K ampono / dr . H. Endy M. Moegni Ditulis pada Mar et 14, 2009 htt p://terselu bung.cz.cc/ http://www.askep-askeb.cz.cc/2010/01/asu han-persalinan-normal.html diakses tanggal 25 januar i 2011, jam 15.00 WITA htt p://andaners.wor dpr ess.com/ diakses tanggal 28 januar i 2011, 10.00 WITA http://maidun-gleekapay.blogspot.com/2010/06/intra-natal-care-inc.html diakses tanggal 29 januari 2011, jam 11.00 WITA.