ASUHAN KEPERAWATAN TRAKEOSTOMI ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) TRAKEOSTOMI
A. Anatomi Fisiologi Trakea
Trakea merupakan tabung berongga yang disokong oleh cincin kartilago. Panjang trakea pada orang dewasa 10-12 cm. Trakea berawal dari kartilago krikoid yang berbentuk cincin meluas ke anterior pada esofagus, turun ke dalam thoraks di mana ia membelah menjadi dua bronkus utama pada karina. Pembuluh darah besar pada leher berjalan sejajar dengan trakea di sebelah lateral dan terbungkus dalam selubung karotis. Kelenjar tiroid terletak di atas trakea di setelah depan dan lateral. Ismuth melintas trakea di sebelah anterior, biasanya setinggi cincin trakea kedua hingga kelima. Saraf laringeus rekuren terletak pada sulkus trakeoesofagus. Di bawah jaringan subkutan dan menutupi trakea di bagian depan adalah otot-otot supra sternal yang melekat pada kartilago tiroid dan hioid. B. Definisi
Trakeostomi adalah tindakan membuat stoma atau lubang agar udara dapat masuk ke paru paru dengan memintas jalan nafas bagian atas (adams, 1997). Trakeostomi merupakan tindakan operatif yyang memiliki tujuan membuat jalan nafas baru pada trakea dengan mebuat sayatan atau insisi pada cincin trakea ke 2,3,4.
Trakeostomi adalah suatu tindakan dengan membuka dinding depan/anterior trakea untuk mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru dan memintas jalan nafas bagian atas (Hadikawarta, Rusmarjono, Soepardi, 2004). Trakeostomi merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mengatasi pasien dengan ventilasi yang tidak adekuat dan obstruksi jalan pernafasan bagian atas. Insisi yang dilakukan pada trakea disebut dengan trakeotomi sedangkan tindakan yang membuat stoma selanjutnya diikuti dengan pemasangan kanul trakea agar udara dapat masuk ke dalam paru-paru dengan menggunakan jalan pintas jalan nafas bagian atas disebut dengan trakeostomi (Robert, 1997). Istilah trakeostomi dan trakeostomi dengan maksud membuat hubungan antara leher bagian anterior dengan lumen trakea, sering saling tertukar. Definisi yang tepat untuk trakeotomi ialah membuat insisi pada trakea, sedang trakeostomi ialah membuat stoma pada trakea. Dapat disimpulkan, trakeostomi adalah tindakan operasi membuat jalan udara melalui leher dengan membuat stoma atau lubang di dinding depan/ anterior trakea cincin kartilago trakea ketiga dan keempat, dilanjutkan dengan membuat stoma, diikuti pemasangan kanul. Bertujuan mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru dan memintas jalan nafas bagian atas saat pasien mengalami ventilasi yang tidak adekuat dan gangguan lalulintas udara pernapasan karena obstruksi jalan nafas bagian atas.
C. Fungsi Trakeostomi
1. Mengurangi tahanan aliran udara pernafasan yang selanjutnya mengurangi kekuatan yang diperlukan untuk memindahkan udara sehingga mengakibatkan peningkatan regangan total dan ventilasi alveolus yang lebih efektif. Asal lubang trakheostomi cukup besar (paling sedikit pipa 7) 2. Proteksi terhadap aspirasi 3. Memungkinkan pasien menelan tanpa reflek apnea, yang sangat penting pada pasien dengan gangguan pernafasan 4. Memungkinkan jalan masuk langsung ke trachea untuk pembersihan 5. Memungkinkan pemberian obat-obatan dan humidifikasi ke traktus respiratorius 6. Mengurangi kekuatan batuk sehingga mencegah pemindahan secret ke perifer oleh tekanan negative intratoraks yang tinggi pada fase inspirasi batuk yang normal
D. Anatomi dan Fisiologi Trakea
Davies, 1997 menjelaskan bahwa trakea merupakan tabung berongga yang disokong oleh cincin kartilago. Trakea berawal dari kartilago krikoid yang berbentuk cincin stempel dan
meluas ke anterior pada esofagus, turun ke dalam thoraks di mana ia membelah menjadi dua bronkus utama pada karina. Pembuluh darah besar pada leher berjalan sejajar dengan trakea di sebelah lateral dan terbungkus dalam selubung karotis. Kelenjar tiroid terletak di atas trakea di sebelah depan dan lateral. Ismuth melintas trakea di sebelah anterior, biasanya setinggi cincin trakea kedua hingga kelima. Saraf laringeus rekuren terletak pada sulkus trakeoesofagus.
E. Indikasi Dan Kontra Indikasi Trakeostomi
Manifestasi Klinis yang mengindikasikan terjadinya trakeostomi : 1. Terjadinya obstruksi jalan nafas atas secretpada bronkus yang tidak dapat dikeluarkan secara fisiologis,missal nya pada pasien dalam keadaan koma. 2. Untuk memasang alat bantu pernafasan (respirator).apabila terdapat benda asing di subglotis.penyakit inflamasi yang menyumbat jalan nafas (missal, angina Ludwig), neoplastik atau traumatic yang timbul melalui mekanisme serupa. 3. Mengurangi ruang rugi disaluran nafas atas seperti rongga mulut,sekitar lidah dan faring.hal ini sangat berguna pada pasien dengan kerusakan paru-paru,yang kapasitas vital nya berkurang.
1. Indikasi
1. Obstruksi mekanis saluran nafas atas. Pasien yang mengalami obstruksi dan atau pun penyumbatan jalan nafas dan mengalami kegagalan dalam pemakaian intubasi endotrakeal. Antara lain akibat ; No.
Penyebab
Contoh
- Stenosis (penyempitan) subglotis atau trakea atas. - Anomali trakeoesofagus.
1.
Kongenital/bawaan
- Haemangioma (adalah kumpulan pembuluh darah kecil yang membentuk benjolan di bawah kulit). Haemangiomas pada, dagu rahang atau leher anak kadang-kadang dapat mempengaruhi jalan napas nya, menyebabkan kesulitan bernapas. Tanda pertama dari hal ini adalah stridor, ketika anak membuat suara serak dengan napas masing-masing. Jika hemangioma tumbuh, dapat menyumbat jalan napas. Pada beberapa anak, laser pengobatan hemangioma jalan napas selama microlaryngobronchoscopy a (MLB) meningkatkan
masalah pernapasan, tetapi kadang-kadang seorang anak mungkin perlu memiliki trakeostomi (pembukaan ke batang tenggorokan buatan) untuk meningkatkan pernapasan mereka. - Epiglotitis akut 2.
-Laryngotracheobronchitis
Infeksi
- Angina Ludwig (radang berat disertai supurasi di daerah bawah mulut) 3.
Tumor laring, faring, lidah, atau trakea atas tingkat lanjut dengan stridor.
Keganasan
4.
Trauma
Di maksilofasial. Luka tembak, tusuk di leher. Menghirup asap.
- Menelan cairan korosif.
5.
Kelumpuhan suara
pita
Postoperasi komplikasi tiroidektomi Operasi esophagus Operasi jantung, cerebral bulbar.
- Terhirup objek yang bersarang di saluran nafas atas menyebabkan stridor. 6.
Benda asing .
- Adanya benda asing di subglotis. Stoma berguna untuk mengambil benda asing dari subglotik, apabila tidak mempunyai fasilitas untuk bronkoskopi.
b. Perlindungan Trakeobronkial Tree dari Aspirasi. Dalam kondisi kronis di mana adanya ketidakmampuan laring atau faring dapat memungkinkan aspirasi dan menghirup air liur atau isi lambung, trakeostomi harus dilakukan. Kondisi itu di alami karena ; No.
1.
Penyebab
Penyakit neurologis
Contoh
- Polyneuritis (terganggunya transmisi syaraf atau jaringan syaraf yang kekurangan energi, misalnya Guillainâ € "Barre yaitu penyakit yang menyerang radiks saraf yang bersifat akut dan menyebabkan kelumpuhan yang gejalanya dimulai dari tungkai bawah dan meluas ke atas sampai tubuh dan otot-otot wajah).
- Tetanus. Adanya penyumbatan di rongga faring dan laring karena difteri, laryngitis, atau tetanus (kejang otot) sering ditanggulangi dengan Trakeostomi. - Bulbar poliomyelitis - Multiple sclerosis - Myasthenia gravis Menyebabkan kelumpuhan pernafasan akut.
vocal
bilateral
dengan
kegagalan
Hilangnya refleks laring dan ketidakmampuan untuk menelan dapat mengakibatkan resiko tinggi terjadinya aspirasi. - Cedera kepala - Overdosis - Keracunan 2.
Koma
- Stroke - Tumor otak Dalam situasi di mana nilai GCS kurang dari 8,pasien beresiko aspirasi karena refleks pelindung hilang.
3.
Patah tulang wajah yang parah.
Trauma Dapat mengakibatkan aspirasi darah dari saluran nafas at as.
c. Gagal nafas No.
1.
Penyebab
Kerusakan paru.
Contoh
Menyebabkan kapasitas vitalnya berkurang dan trakeostomi mengurangi ruang rugi (dead air space) di saluran nafas atas seperti rongga mulut, sekitar lidah dan faring.
- Eksaserbasi bronkitis kronis - Emfisema 2.
Penyakit paru - Asma berat. - Pneumonia berat.
3.
Penyakit neurologis.
4.
Luka dada
- Multiple sclerosis.
Kasus yang parah seperti Multiple Sclerosis (MS) menyebabkan masalah seperti disfagia (kesulitan menelan), batuk, dan gagal nafas. Dapat menyebabkan pneumotoraks yang berakibat gagal nafas.
d. Retensi sekresi bronchial No.
Penyebab
1.
Penyakit paru
2.
Penurunan tingkat kesadaran
3.
Trauma ke kandang otot toraks
Contoh
Infeksi saluran pernafasan akut
Indikasi lainnya yaitu :
Cedera parah pada wajah dan leher Setelah pembedahan wajah dan leher Hilangnya refleksi dan ketidakmampuan untuk menelan sehingga mengakubatkan resiko tinggi terjadinya aspirasi
1. Karsinoma Nasofaring Agen penyebab masuk ke saluran napas atas dan mengiritasi epitoliuma yang terdapat pada dinding mukosa nasofaring sampai berulserasi dan terinfeksi, menyebabkan pertumbuhan jaringan baru yang dapat bersifat ganas yang dapat menyebabkan obstruksi
saluran pernapasan bagian atas. Menyebabkan pertukaran O2 di dalam tubuh terhambat, sehingga pemenuhan kebutuhan O2 tidak adekuat. Selain itu, karsinoma nasofaring bisa bermetastase ke jaringan / organ tubuh lain. Gejalanya dibagi dalam 4 kelompok, yaitu:
2.
Gejala nasofaring sendiri, berupa epistaksis ringan, pilek / sumbatan hidung. Gejala telinga, berupa tinitus, rasa tidak nyaman sampai nyeri di telinga. Gejala saraf, berupa gangguan saraf otak seperti diplopia, parestesia di daerah pipi, neurolgia trigeminal, parasis / paralisis arkus faring, kelumpuhan otot bahu dan sering tersedak. Gejala / metastatis di leher, berupa benjolan di leher.
Obstruksi Laring Laring merupakan kotak kaku dan mengandung ruangan sempit antara pita suara (glotis), dimana udara harus melewati ruang ini. Adanya pembengkakan membran mukosa larings dapat menutupi jalan ini yang menjadi penyebab kematian.
Obstruksi Laring :
Hipersalivasi Suara sengau Kadang-kadang sulit membuka mulut Pembengkakan Nyeri tekan pada kelenjar submandibular Palatum mole pembengkakan Teraba fruktuasi Tonsil bengkak
3. Angina ludwig Merupakan abses leher dalam terbentuk didalam ruang potensial diantara fasia leher sebagai akibat perjalanan infeksi dari berbagai sumber seperti gigi,mulut tenggorokan.dan juga angina adalah peradangan selulitis atau flegmon dari bagian superior ruang suprahioid.ruang ini terdiri dari ruang sublingual,submental dan submaksilar.ditandai dengan pembengkakan pada bagian bawah ruang submandibular,yang mencakup jaringan yang menutupi otot-otot diantara laring dan dasar mulut. 2. Kontraindikasi Trakeostomi.
Antisipasi adanya penyumbatan karena karsinoma (sejenis kanker).
Infeksi pada tempat pemasangan. Gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol, contoh ; Hemofili.
F. Klasifikasi Trakeostomi
Menurut lama penggunaannya, trakeosomi dibagi menjadi penggunaan permanen dan penggunaan sementara, sedangkan menurut letak insisinya, trakeostomi dibedakan letak yang tinggi dan letak yang rendah dan batas letak ini adalah cincin trakea ke tiga. Jika dibagi menurut waktu dilakukannya tindakan, maka trakeostomi dibagi kepada trakeostomi darurat dengan persiapan sarana sangat kurang dan trakeostomi elektif (persiapan sarana cukup) yang dapat dilakukan secara baik (Soetjipto, Mangunkusomu, 2001). 1. Menurut Lama Pemasangan
a. Permanen (Tracheal Stoma Post Laryngectomy) Tracheal cartilage diarahkan kepermukaan kulit, dilekatkan pada leher. Rigiditas cartilage mempertahankan stoma tetap terbuka sehingga tidak diperlukan tracheostomy tube (canule). b. Sementara (Tracheal Stoma without Laryngectomy) Trachea dan jalan nafas bagian atas masih intak tetapi terdapat obstruksi. Digunakan tracheostomy tube (canule) terbuat dari metal atau Non metal (terutama pada penderita yang sedang mendapat radiasi dan selama pelaksanaan MRI Scanning). 2. Menurut Letak Insisi
a. Insisi Vertikal Dilakukan pada keadaan darurat b. Insisi Horisontal. Dilakukan pada keadaan elektif. 3. Menurut Waktu Dilakukan Tindakan
1. Darurat Tipe ini hanya bersifat sementara dan dilakukan pada unit gawat darurat. Dilakukan pembuatan lubang di antara cincing trakea satu dan dua atau dua dan tiga. Karena lubang yang dibuat lebih kecil, maka penyembuhan lukanya akan lebih cepat dan tidak
meninggalkan scar. Selain itu, kejadian timbulnya infeksi juga jauh lebih kecil. Menggunakan teknik insisi vertical. 2. Non-Darurat Tipe ini dapat sementara dan permanen dan dilakukan di dalam ruang operasi. Insisi dibuat di antara cincin trakea kedua dan ketiga sepanjang 4-5 cm. Menggunakan teknik insisi horizontal. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut :
No.
Waktu dilakukan Tindakan
Lama Penggunaan
Teknik Insisi
1.
Darurat
Sementara
Vertikal, dibuat di anatara cincin trakea 1 dan 2 atau 2 dan 3.
2.
Non-darurat
Permanen
Horizontal, dibuat di antara cincin trakea 2 dan 3 sepanjang 4-5 cm.
G. Penatalaksanaan Trakeostomi 1. Jenis Tindakan
a. Darurat, dilakukan Percutaneous Tracheostomy. Tipe ini hanya bersifat sementara dan dilakukan pada unit gawat darurat. Dilakukan pembuatan lubang di antara cincing trakea satu dan dua atau dua dan tiga. Karena lubang yang dibuat lebih kecil, maka penyembuhan lukanya akan lebih cepat dan tidak meninggalkan scar. Selain itu, kejadian timbulnya infeksi juga jauh lebih kecil. b. Elektif, dilakukan Surgical Tracheostomy. Tipe ini dapat sementara dan permanen dan dilakukan di dalam ruang operasi. Insisi dibuat di antara cincin trakea kedua dan ketiga sepanjang 4-5 cm. Selain itu, terdapat Mini trakeostomi, yaitu pada tipe ini dilakukan insisi pada pertengahan membran krikotiroid dan trakeostomi mini ini dimasukan menggunakan kawat dan dilator (Bradley, 1997). 2. Prosedur
1. Persiapan Alat
a. Alat – alat ; 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Spuit yang berisi analgesia. Pisau bedah. Pinset anatomi. Gunting panjang tumpul. Sepasang pengait tumpul. Benang bedah. Klem arteri, gunting kecil yang tajam. Kanul trakea dengan ukuran yang sesuai.
2. Jenis Pipa
1. Cuffed Tubes. Selang dilengkapi dengan balon yang dapat diatur sehingga memperkecil risiko timbulnya aspirasi. 2. Uncuffed Tubes. Digunakan pada tindakan trakeostomi dengan penderita yang tidak mempunyai risiko aspirasi. 3. Trakeostomi dua cabang (dengan kanul dalam). Dua bagian trakeostomi ini dapat dikembangkan dan dikempiskan sehingga kanul dalam dapat dibersihkan dan diganti untuk mencegah terjadi obstruksi. 4. Silver Negus Tubes. Terdiri dari dua bagian pipa yang digunakan untuk trakeostomi jangka panjang. Tidak perlu terlalu sering dibersihkan dan penderita dapat merawat sendiri 5. Fenestrated Tubes. Trakeostomi ini mempunyai bagian yang terbuka di sebelah posteriornya, sehingga penderita masih tetap merasa bernafas melewati hidungnya. Selain itu, bagian terbuka ini memungkinkan penderita untuk dapat berbicara (Kenneth, 2004). 3. Ukuran.
Ukuran trakeostomi standar adalah 0 – 12 atau 24 – 44 French. Trakeostomi umumnya dibuat dari plastik, namun dari perak juga ada. Tabung dari plastik mempunyai lumen
lebih besar dan lebih lunak dari yang besi. Tabung dari plastik melengkung lebih baik kedalam trakea sehingga iritasi lebih sedikitdan lebih nyaman bagi klien. 4. Persiapan Pasien.
1. Posisikan pasien berbaring terlentang dengan bagian kaki lebih rendah 30° untuk menurunkan tekanan vena sentral pada vena-vena leher. 2. Bahu diganjal dengan bantalan kecil sehingga memudahkan kepala untuk diekstensikan pada persendian atalanto oksipital. Dengan posisi seperti ini leher akan lurus dan trakea akan terletak di garis median dekat permukaan leher. 3. Kulit leher dibersihkan sesuai dengan prinsip aseptik dan antiseptik dan ditutup dengan kain steril. Obat anestetikum disuntikkan di pertengahan krikoid dengan fossa suprasternal secara infiltrasi. 5. Prosedur Inti.
1. Sayatan kulit 5 sentimeter, vertikal di garis tengah leher mulai dari bawah krikoid sampai fosa suprasternal, sedangkan sayatan horizontal di pertengahan jarak antara kartilago krikoid dengan fosa suprasternal atau kira-kira dua jari dari bawah krikoid orang dewasa. 2. Dengan gunting panjang yang tumpul, kulit serta jaringan di bawahnya dipisahkan lapis demi lapis dan ditarik ke lateral dengan pengait tumpul sampai tampak trakea yang berupa pipa dengan susunan cincin tulang rawan yang berwarna putih. Bila lapisan ini dan jaringan di bawahnya dibuka tepat di tengah maka trakea ini mudah ditemukan. Pembuluh darah vena jugularis anterior yang tampak ditarik ke lateral. Ismuth tiroid yang ditemukan ditarik ke atas supaya cincin trakea jelas terlihat. Jika tidak mungkin, ismuth tiroid diklem pada dua tempat dan dipotong ditengahnya. Sebelum klem ini dilepaskan ismuth tiroid diikat kedua tepinya dan disisihkan ke lateral. Perdarahan dihentikan dan jika perlu diikat.
6. Prosedur Perawatan Selang Trakeostomi
1. Jelaskan prosedur pada klien & keluarga sebelum memulai dan berikan ketenangan selama pengisapan. 2. Siapkan alat – alat yang diperlukan 3. Cuci tangan 4. Hidupkan mesin suction (portable atau wall dengan tekanan sesuai kebutuhan) 5. Buka kit kateter pengisap 6. Isi kom dengan normal salin 7. Ventilasi klien dengan bagian resusitasi manual dan aliran oksigen yang tinggi. 8. Kenakan sarung tangan pada kedua tangan ( steril ) 9. Ambil kateter pengisap dengan tangan non dominan dan hubungkan ke pengisap 10. Masukkan selang kateter samapi pada karina tanpa memberikan isapan, untuk menstimulasi reflek batuk 11. Beri isapan sambil menarik kateter, memutar kateter dengan perlahan 360 derajat tanpa menyentuh lapisan mucus saluran napas (lakukan pengisapan maksimal 10-15 detik karena pasien dapat hipoksia. 12. Reoksigenasikan dan inflasikan paru pasien selama beberapa kali nafas 13. Ulangi 4 langkah sebelumnya sampai jalan nafas bersih. 14. Bilas kateter dg normal salin antara tindakan pengisapan 15. Hisap kavitas orofaring setelah menyelesaikan pengisapan trakea 16. Bilas selang pengisap 17. Buang kateter, sarung tangan ke dalam tempat pembuangan kotor.
H. Komplikasi Trakeostomi No. 1.
Waktu Intraoperatif
Komplikasi
Haemorrhage (pendarahan). Rasa panas pada jalan nafas
Cedera pada trakea dan laring Cedera pada struktur trakeal Emboli udara Apnea Henti jantung Perforasi Ruptur pleura viseralis Sumbatan darah/secret
-Emfisema subkutan -Pneumotoraks / pneumomediastinum - Tabung berpindah - Tabung tersumbat 2.
Postoperatif
- Infeksi luka - Trakea nekrosis - Pendarahan sekunder - Masalah menelan
3.
Jangka panjang
Obstruksi jalan nafas atas Infeksi Fistula trakeoesofagus Stenosis trakea Iskemia atau nekrosis trakea
I. Indikasi Pelepasan Trakeostomi
Indikasi utama pelepasan trakeostomi adalah jika klien menunjukkan kondisi atau kemampuan paru yang adekuat. Kondisi paru yang membaik ditandai dengan : 1. 2. 3. 4.
Hasil rontgen baik, tidak terdapat bercak putih pada paru. Gejala klinis penyakit yang diderita klien berkurang atau tidak ada. Tidak terdapat infeksi lanjutan. Tanda-tanda vital klien normal.
ASUHAN KEPERAWATAN 1. PENGKAJIAN a. Anamnnesa
1. Data Demografi : Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan penanggung biaya. 2. Data Subyektif : sesak napas, nyeri 3. Data obyektif : RR meningkat, Saturasi O2 menurun 4. Pemeriksaan Fisik: B1 : Ronchi, RR meningkat, S aturasi O2 menurun 5. Pengkajian Psikososial: Ansietas terjadi pada pasien dengan trakeostomi. b. Pengkajian Teoritis Lengkap
1. Identitas Klien Lakukan pengkajian pada identitas pasien dan isi identitasnya yang meliputi : Nama, jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama dan tanggal pengkajian.
2. Keluhan Utama Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah batuk berdahak, nyeri dada, sesak napas. 3. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS) Penderita obstruksi jalan napas menampakkan gejala nyeri dada, batuk berdahak , dan disertai sesak napas dan adanya edema pada laring. 4) Riwayat Kesehatan terdahulu (RKD)
Penyakit yang pernah dialami oleh pasien sebelum masuk rumah sakit, kemungkinan pasien pernah menderita penyakit sebelumnya seperti: adanya riwayat merokok, penggunaan alcohol dan penggunaan obat kontrasepsi oral. 1. Riwayat kesehatan Keluarga (RKK) Riwayat adanya penyakit obstruksi jalan napas pada anggota keluarga yang lain seperti: penyakit Asma. 2. Data Dasar Pengkajian Pasien
1. Aktivitas/istirahat Gejala : Kelemahan, kelelahan, keletihan, napas pendek. Tanda : Frekuensi pernapasan meningkat, perubahan irama pernapasan, takipnea. 2. Sirkulasi Gejala : Riwayat adanya hipertensi. Tanda : Kenaikan tekanan darah meningkat, penampilan kemerahan, atau pucat. 3. Integritas ego Gejala : Perasaan takut aka kehilangan suara, mati, terjadinya / berulangnya kanker. Kuatir bila pembedahan mempengaruhi hubungan keluarga, kemampuan kerja dan keuangan. Tanda : Ansietas, depresi, marah dan menola, menyangkal. 4. Eliminasi Gejala : gangguan saat ini atau yang lalu / obstruksi riwayat penyakit paru 1.Makanan/cairan Gejala : Kesulitan menelan. Tanda : Kesulitan menelan, mudah tersedak, bengkak, luka (malnutrisi) 1.Neurosensori Gejala : Diplopia (penglihatan ganda, ketulian. Tanda : Parau menetap atau kehilangan suara, kesulitan menelan, ketulian konduksi, kerusakan membrane mukosa. 2.Nyeri/kenyamanan Gejala : Sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk) . Tanda : Melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan). 3.Pernafasan Gejala : Adanya riwayat merokok/mengunyah tembakau, bekerja dengan debu serbuk kayu, kimia toksik/serbuk, logam berat, riwayat penggunaan berlebihan suara, riwayat penyakit paru kronis, batuk dengan/tanpa sputum, drainase darah pada nasal. Tanda : Sputum dengan darah, hemoptisis, dispnea. 4.Keamanan Gejala : Terpajan sinar matahari berlebihan selama periode be rtahun-tahun atau radiasi. 5.Perubahan penglihatan/pendengaran. Tanda : Massa/pembesaran nodul.
6.Penyuluhan/pembelajaran Gejala :Penggunaan alcohol berulang/riwayat penyalahgunaan alkohol. Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat :7,4 hari. 7.Rencana pemulangan: Bantuan dengan perawatan luka, pengobatan, pengiriman :transpormasi, belanja, penyiapan makanan, perawatan diri, perawatan / pemeliharaan rumah. 8.Prioritas keperawatan
Mempertahankan kepatenan jalan napas, ventilasi adekuat Membantu pasien dalam mengembangkan metode komunikasi alternative Membuat/mempertahankan nutrisi adekuat. Memberikan dukungan emosi untuk penerimaan gambaran diri yang terganggu. Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan pengobatan
DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Priode Praoperasi Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang pembedahan yang akan dijalani dan dampak kondisi pada gaya hidup.
2. Priode Pasca Operasi
Resiko tinggi inefektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan sekresi sekunder terhadap trakeostomi, obstruksi kanula dalam, atau perubahan posisi selang trakeostomi. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penumpukan sekresi berlebihan dan bypass pertahanan pernafasan atas. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan ketidakmampuan untuk menghasilkan bicara sekunder terhadap trakeostomi. Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan Tubuh yang berhubungan dengan proses penyakit, anoreksia, disfagia, odinofagia, dan status puasa pasca operasi
1. Periode Praoperasi N O
Dx. Kep
Tujua n
Kriteria Hasil
Intervensi
Pertegas penjelasan dokter tentang pembedahan dan alasannya. Bila memungkinkan, jelaskan bahwa trakeostomi sementara diindikasikan dalam edema pascaoperasi setelah biopsy, distress pernafasan berat, dan gangguan lain, dan bahwa trakeostomi permanen adalah alternative untuk intubasi endotrakeal atau nasotrakeal.
1. Menyebutkan alasan untuk trakeostomi dan hasil yang diperkirakan.
1.
1. Ansietas yang berhubunga n dengan kurang pengetahuan tentang pembedahan yang akan dijalani dan dampak kondisi pada gaya hidup.
2. Menyebutkan keterbatasan bicara dan komunikasi yang diantisipasi.
Rasional
Menjelaskan tentang apa yang diperkirakan terjadi dapat membantu mengurangi ansietas klien yang berhubungan dengan ketakutan akan hal-hal yang tidak diketahui dan tidak diperkirakan.
Pengertian tentang terminologi memperbaiki pemahaman dan 3. Menggambarkan membantu Jelaskan istilah perawatan segera mengurangi dan konsep umum, pascaoperasi dan berikan literature dan ansietas. tindakan perawatan peralatan aktual, bila diri. memungkinkan. Menyiapkan Pastikan klien klien untuk apa 4. Praoperasi, mengenal hal berikut yang menunjukkan : diperkirakan kemampuan untuk dapat berkomunikasi secara mengurangi 1. Prosedur efektif ansietas karena trakeostomi menggunaka metod ketidaktahuan. 2. Stoma e lain selain bicara 3. Selang trakeostomi Dengan 4. Suksion dan meminta klien kateter mempraktikkan suksion 5. Kolar teknikkomunikas pelembab i sebelum trakeal prosedur 6. Pengikat memungkinkan trakeostomi perawat untuk
7. Oto trakea Diskusikan potensial squele bedah trakeostomi, termasuk :
1. Perubahan penampilan tubuh 2. Perubahan fungsi tubuh, misalnya ; bernafas, bicara, menyanyi, batuk, dan pembersihan sekresi.
mendeteksi dan berupaya untuk memperbaiki adanya kekurangan yang serius. Penguasaan terhadap pengganti komunikasi dapat membantu menurunkan perasaan asing dan kesepian, meningkatkan rasa kontrol klien dan mengurangi ansietas.
Jelaskan klien tentang cara-cara alternative komunikasi (misal ; kertas atau papan gambar). Minta klien menggunakan peragaan ulang untuk menunjukkan kemahiran.
2. Periode Pascaprosedur N O
1.
Dx. Kep
1. Resiko tinggi inefektif bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan peningkatan sekresi sekunder terhadap trakeostomi, obstruksi kanula
Tujua n
Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
Tinggikan Posisi ini 1. Klien akan kepala tempat memudahkan tidur 30 - 45 pernafasan mempertahankan selang trakeostomi derajat. optimal dengan paten. meningkatkan Anjurkan drainase sekresi. 2. Klien batuk dengan klien untuk efektif untuk bernafas dalam Nafas dalam membersihkan jalan dan batuk secara mengurangi nafas. teratur. penumpukan sekresi, batuk
dalam, atau perubahan posisi selang trakeostomi.
Berikan membantu mengeluarkan pelembaban adekuat udara sekresi. inspirasi. Pelembaban Pengisian diperlukan untuk salin normal menggantikan steril (5 ml) pelembaban bypass yang sesuai normalnya kebutuhan diberikan struktur Suksion 5 – nasofaringeal. 10 detik sesuai Kurang kebutuhan, pelembaban dapat dengan pada mempertahanka mengarah n teknik steril pengeringan trakeal sesuai indikasi mukosa dan gangguan dengan auskultasi paru. proses transport mukosaliar Secara dengan teratur inspeksi mengakibatkan dan bersihkan rusaknya mukosa dan kemungkinan selang trakeitis (Martin, trakeostomi. 1989).
Pertahankan status hidrasi Pengisian salin akan mencuci optimal. mukosa trakeal dan bronchial dan merangsang batuk untuk membersihkan sekresi (Mapp, 1988).
Suksion membuang sekresi dan mencegah stasis. Suksion berlebihan dapat menimbulkan hipoksia dan atau
iritasi pada mukosa trakeal (Sigler, 1993) Sekresi kering dapat menghambat jalan nafas atau menjadi sumber infeksi
Status hidrasi mempengaruhi jumlah dan karakter sekresi, klien dehidrasi beresiko terhadap pembentukan sumbatan oleh lendir. Penghisapan teratur menghilangkan sekresi yang tertumpuk, yang memberikan media baik untuk pertumbuhan mikroorganisme.
Suksion selang trakeostomi setiap jam dan sesuai kebutuhan atau yang telah dipesankan.
2.
2. Resiko tinggi terhadap infeksi yang berhubungan dengan penumpukan sekresi berlebihan dan bypass pertahanan pernafasan atas.
Pertahankan teknik steril.
Memberi perlindungan 1. Klien akan bebas Gunakan infeksi. dari infeksi pada kateter yang tempat trakeostomi. telah diberi Kateter yang besar pelumas, ukuran terlalu yang tepat dapat (kurang dari menghambat jalan nafas, setengah diameter selang kateter yang tidak dilumasi dapat trakeostomi), lumasi selang mengetuk selang kateter non- trakeostomi silikon dengan air, kateter Drainase silicon dengan abnormal dapat
pelumas larut menunjukkan air, infeksi (purulen, nonpetroleum. bau) atau kebocoran duktus (seperti Kaji batas torakal stoma terhadap susu). edema yang tak biasanya, tanda Penggantian kerusakan kulit, balutan teratur drainase, membantu pendarahan, mempertahankan bau, eritema, batas stoma tetap lesi, dan kering dan bebas krepitus udara. mukus. Ganti balutan trakeostomi setiap shift atau sesuai kebutuhan.
Hindari iritasi jaringan di sekitarnya dengan mengendurkan ruang satu jari di antara pengikat dan leher.
a. Bersihkan sekitar stoma setiap 4 jam dan sesuai kebutuhan ; gunakan hydrogen peroksida setengah kuat dan larutan salin, dan usap dengan salin.
b.Oleskan salep antibakteri bila
Ikatan harus cukup aman untuk mencegah gerakan turun naik selang trakeostomi dalam trakea tetapi tidak terlalu kencang karen dapat menekan vena jugularis eksterna.
Pembersihan teratur menghilangkan sumber kontaminasi potensial. Dokter mungkin membiarkan stoma tanpa balutan selama periode pascaoperasi segera untuk memudahkan pengkajian dan pembersihan.
dipesankan. c.Bila selang trakeostomi dijahit, bersihkan sekitar stoma menggunakan bola kapas. Berdasarkan hasil pengkajian, lakukan konsultasi yang tepat (misal patologis wicara ,optalmologist, atau otorhinolaringologist).
Klien mungkin memerlukan intervensi intensif, khusus unutk memastikan komunikasi yang efektif.
Pengertian klien bahwa trakeostomi normalnya tidak mengganggu struktur anatomi yang bertanggung jawab terhadap penghasilan bunyi, dan bahwa kerusakan bunyi mungkin sementara, dapat membantu klien mengatasi kerusakan bicara dan dapat mendorong penggunaan metode komunikasi pengganti (Trwley, 1987).
Sebelum pembedahan jelas-kan klien tentang efek 1. Klien akan yang mengkomunika diperkirakan sikan dari trakeostokebutuhan mi terhadap dasar dengan bicara. menggunakan bentuk Jelaskan komunikasi fisiologi normal pengganti. penghasilan bicara dan bagaimana trakeostomi mengganggu mekanisme ini
3.
Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan ketidakmampua n untuk menghasilkan bicara sekunder terhadap trakeostomi.
Setelah mengidentifikas i me-tode komunikasi Penggunaan pengganti yang bentuk tepat, instruksikan kli- komunikasi en untuk pengganti dapat
mempraktikkan pa-da praoperasi, bila memungkinkan. Anjurkan staf dan para pendukung untuk mempraktik-kan juga komunikasi peng-ganti. Jelakan peran dan pentingnya nutrisi pada pemulihan jaringan pasca operasi.
4.
4. Resiko Tinggi terhadap Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan Tubuh yang berhubungan dengan proses penyakit, anoreksia, disfagia, odinofagia, dan status puasa pasca operasi.
1. Klien mempertahankan berat badan atau penurunan tidak lebih dari 2 kg dalam periode pasca operasi. 2. Klien mengkonsumsi jumlah cairan dan nutrisi adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolism basal pada periode pasca operasi. 3. Masukan nutrisi dan cairan adekuat tanpa aspirasi atau tersedak sebelum pulang.
membantu menurunkan ansietas dan perasaan terisolasi dan asing, meningkatkan control terhadap situasi, dan meningkatkan keamanan (Sawyer, 1990).
Penjelasan perlunya nutrisi pasca operasi optimal dapat membantu meminimalkan miskosepsi dan memudahkan Pantau berat kepatuhan klien. badan. Kecenderunga Evaluasi n berat badan konsistensi dapat makanan yang mengindikasikan dapat ditoleransi kebutuhan pasien tanpa suplemen diet aspirasi. atau perubahan teknik pemberian Berikan makan pada klien makan melalui dengan selang (sesuai peningkatan ketentuan atau kebutuhan nutrisi yang telah atau mereka yang dipesankan) dan akan diouasakan ajarkan prinsip- selama lebih dari 1 sampai 2 hari prinsip (Taylor, 1989). pemberian makan melalui selang. Semi padat atau makanan Pertahankan dihaluskan hygiene oral mungkin yang baik ditoleransi lebih sebelum dan baik, karen awal
setelah makan bila diberikan makanan peroral.
menelan dan gerakan makanan dari konsistensi ini dikontrol lebih baik daripada cairan Bekerja sama dengan ahli gizi (Mendelsohn, 1993). untuk memastikan kebutuhan Untuk nutrisi pasien mempertahankan bila klien berat badan, mengalami memudahkan defisit nutrisi penyembuhan pra operasi atau luka, dan masukan nutrisi membantu dibatasi pada mencegah infeksi periode pasca (Sigler, 1993). operasi. Untuk menjaga suture tetap bersih dan merangsang nafsu makan. Bila klien mendapat makan melalui selang atau mengalami kesulitan mempertahankan masukan nutrisi adekuat, masukan dari ahli gizi mungkin diperlukan untuk menetapkan kebutuhan nutrient dan cairan bagi klien untuk memudahkan pemulihan luka dan mencegah dehidrasi.
DAFTAR PUSTAKA
Nurseslab, (2011).Tracheostomy nursing care & management.nurseslabs. diakses 27 september 2011 pukul 19.42, dari web site http://nurseslabs.com/nursing procedures/tracheostomy-nursing-care-management/
Lindman, MD; Chief Editor: Arlen D Meyers, MD, MBA, (2011). Tracheostomy. Medscape reference. Diakses 28 september 2011 pukul 06.16, dari web site http://emedicine.medscape.com/article/865068-overview Aaron, (1996). Tracheostomy care. Diakses 28 september 2011 pukul 06.30, dari web site http://www.tracheostomy.com/care/care.htm Bryant, LR., Trinkle, J., Dublier L.(1971) Reappraisal of tracheal injury from cuffed tracheostomy tubes. Journal of the American Medical Association 215:4 Gibson, I. (1983) Tracheostomy management. Nursing 2(18), pp538-540
Griggs, A. (1998) Tracheostomy: Suctioning and humidification. Nursing Standard Continuing Education Reader pp18-23 Hooper, M. (1996) Nursing care of the patient with a tracheostomy. Nursing Standard 15(10), pp 40-43 Claudia Russell.,&Basil Matta. (2004). Tracheostomy, A Multiprofesional Handbook. London San Fransisco:GMM. Davis, FA. Understanding The Respiratory System. 2007. Doenges, Marylin E. dkk. (2000). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 3 EGC. Jakarta Reeves, Charlene J. Dkk. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Salemba Medika. JakartA Trakeostomi. Avilable from http.www.detikhealth.com. accesed at April 5, 2010.