ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DEMENSIA DENGAN GANGGUAN POLA TIDUR DI GRIYA ASIH LAWANG
LAPORAN TUGAS AKHIR
OLEH : NUR FAJARWATI MAYASARI AOA0150764
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN 2018
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DEMENSIA DENGAN GANGGUAN POLA TIDUR DI GRIYA ASIH LAWANG
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan
OLEH : NUR FAJARWATI MAYASARI AOA0150764
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN 2018
i
ii
iii
LEMBAR PENGESAHAN Laporan Tugas Akhir ini oleh Nur Fajarwati Mayasari NIM AOA0150764 dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Pasien Demensia dengan Gangguan Pola Tidur di Griya Asih Lawang”telah diuji dan dipertahankan di depan Tim Penguji ujian sidang laporan tugas akhir studi D III Keperawatan STIKes Kendedes Malang pada : Hari : Tanggal : Disahkan oleh :
Ns. Siti Kholifah, S.Kep., M.Kep NIDN. 0726068301 Penguji I
(…………… ) Tanda Tangan
(…………… ) Tanda Tangan
Ns. Eny Rahmawati, S.Kep., M.Kep NIDN. 0728097503 Penguji II/Pembimbing I
(…………… ) Tanda Tangan
(…………… ) Tanda Tangan
Ns. Dwi Nur Rahmantika, S.Kep., M.Kep Penguji III/ Pembimbing II
(…………… ) Tanda Tangan
(…………… ) Tanda Tangan
Mengetahui, Ketua Program Studi D III Keperawatan STIKes Kendedes Malang
Ns. Chinthia Kartikaningtias, S.Kep.,M.Kep NIDN. 0706028401
iv
ABSTRAK
Mayasari, Nur Fajarwati. 2018. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Demensia dengan Gangguan Pola Tidur di Griya Asih Lawang. Laporan Tugas akhir Program Studi Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendedes Malang. Pembimbing I: Ns. Eny Rahmawati, M. Kep. Pembimbing II: Ns. Dwi Nur Rahmantika, M. Kep.
Demensia adalah sindrom neurodegeneratif yang timbul karena adanya kelainan yang bersifat kronis dan progesifitas disertai dengan gangguan fungsi luhur multiple seperti kalkulasi, kapasitas belajar, bahasa, pengambilan keputusan dan juga gangguan fungsi kognitif biasanya disertai dengan memburuknya kontrol emosi, perilaku dan motivasi, dan penurunan daya ingat yang menyebabkan kerusakan memori. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan asuhan keperawatan pada klien demensia dengan gangguan pola tidur dengan menerapkan terapi musik. Metode yang digunakan adalah studi kasus yang melibatkan 2 orang klien yang didiagnosa demensia, usia 70-80 tahun, dengan hasil pengkajian Mini Mental Status Exam ringan-sedang dan The Pittsburgh Sleep Quality Index buruk dan lansia penghuni Griya Asih Lawang. Hasil dari asuhan keperawatan ini yaitu gangguan pola tidur pada klien 1 dan 2 mengalami perubahan ditunjukkan dengan klien dapat memulai sedikit lebih awal tidur pada malam hari. Kesimpulan dari studi kasus ini yaitu asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan pola tidur menggunakan terapi musik mengalami kemajuan yang tidak signifikan sehingga masalah tidak teratasi. Dengan demikian latihan ini dapat diaplikasikan sebagai asuhan keperawatan dalam melatih klien dengan gangguan pola tidur. Hal ini dapat dilihat dari hasil evaluasi dengan tercapainya target yang ditentukan yaitu ada kenaikan satu skore dari sebelumnya.
Kata kunci : Demensia, Gangguan Pola Tidur
v
ABSTRACT
Mayasari, Nur Fajarwati. 2018. Nursing Care for Dementia Patients with Sleeping Disorder at Griya Asih Lawang. . Final Project Report of Nursing Diploma III Study Program of Kendedes Health Sciences Malang. Counselor I: Ns. Eny Rahmawati, M. Kep.; Counselor II: Ns. Dwi Nur Rahmantika, M. Kep.
Dementia is neurodegenerative syndrome which occurs because a chronic disorder and progressivity accompanied by multiple major brain function disorders such as calculation, learning capacity, language, decision making as well as cognitive function disorder which usually coexist with worsen of emotion control, behavior and motivation, and memory loss that causes memory damage. The objective of this research is to provide nursing care for dementia patients with sleeping disorder by implementing music therapy. The research approach used is a case study which involves 2 patients who are diagnosed with dementia, 70-80 years old, with assessment result is Mini Status Exam light-moderate and The Pittsburgh Sleep Quality bad, and elderlies who are staying at Griya Asih Lawang. The result of this nursing care is the sleeping disorder of patient 1 and 2 is experiencing changes which are shown by the patients are starting to go to sleep a little bit early in the evening. The conclusion of this study is the nursing care to patients with sleeping disorder is having improvement insignificantly thus the problem is not resolved. Therefore, this therapy may not be able to be implemented as a nursing care in training patients with sleeping disorder. This can be seen from the evaluation result that the appointed target has been achieved which there is an improvement by 1 score from the previous one.
Keywords: Dementia, Sleeping Disorder
vi
KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, kasih sayang dan Kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal laporan tugas akhir dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Pasien Demensia dengan Gangguan Pola Tidur di Griya Asih Lawang Kabupaten Malang”sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Ahli Madya Keperawatan pada Program Studi Diploma III Keperawatan STIKes Kendedes Malang. Penulis menyadari bahwa proposal laporan tugas akhir ini tidak mungkin selesai tanpa bantuan, bimbingan, dan pengarahan.Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu.Ucapan terima kasih terutama ditujukan kepada pihak-pihak sebagai berikut. 1. dr. Muljo Hadi Sungkono, Sp.OG (K) Pembina Yayasan Kendedes Malang yang telah memberikan kesempatan menyusun proposal laporan tugas akhir. 2. drg. Suharwati ketua Yayasan Kendedes Malang yang telah memberikan kesempatan menyusun proposal laporan tugas akhir. 3. dr. Endah Puspitorini, MscIH., DTMPH., selaku PLH Ketua Yayasan Kendedes Malang yang telah memberikan kesempatan menyusun proposal laporan tugas akhir. 4. Ns. Chinthia Kartiningtias, M.Kep selaku Ketua Program Studi D III Keperawatan yang telah memberikan bimbingan sehingga proposal laporan tugas akhir ini dapat terselesaikan. 5. Ns. Eny Rahmawati, M.Kep selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan sehingga proposal laporan tugas akhir ini dapat terselesaikan. 6. Ns. Afiatur Rohimah, S.Kep selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan sehingga proposal laporan tugas akhir ini dapat terselesaikan. 7. Orang Tua dan saudara, dukungan dan doa yang selalu diberikan sehingga proposal laporan tugas akhir ini dapat selesai pada waktunya. 8. Rekan seangkatan dan pihak-pihak yang terkait dan banyak membantu dalam menyelesaikan proposal laporan tugas akhir ini. Peneliti menyadari bahwa penyusunan Proposal Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna, maka dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.Akhirnya peneliti berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Malang, Agustus2018 Penulis
Nur Fajarwati Mayasari
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................
i
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT .................................
ii
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................
iii
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................
iv
ABSTRAK
v
..............................................................................
ABSTRACT……………………………………………………………...
vi
KATA PENGANTAR ..........................................................................
vii
DAFTAR ISI ........................................................................................
viii
DAFTAR BAGAN ...............................................................................
xii
DAFTAR TABEL ................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................
xv
DAFTAR SINGKATAN ......................................................................
xvi
BAB I
PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang ...........................................................
1
1.2
Batasan Masalah .........................................................
5
1.3
Rumusan Masalah ......................................................
5
1.4
Tujuan .......................................................................
5
1.4.1 Tujuan Umum ...................................................
5
1.4.2 Tujuan Khusus ..................................................
5
Manfaat ......................................................................
6
1.5.1 Bagi Teoritis......................................................
6
1.5
viii
1.5.2 Bagi Praktis .......................................................
BAB II
6
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KonsepLansia ...............................................................
8
2.1.1 Definisi Lansia ................................................
8
2.1.2 Klasifikasi Lanjut usia.....................................
9
2.1.3 Perubaha Pada Lansia......................................
9
Konsep Demensia .......................................................
10
2.2.1 Definisia Demensia .........................................
10
2.2.2 Klasifikasi ......................................................
11
2.2.3 Etiologi ...........................................................
17
2.2.4 Manifestasi Klinis ...........................................
19
2.2.5 Patofisiologi ....................................................
20
2.2.6 WOC...............................................................
21
2.2.7 Pemeriksaan Penunjang Demensia ..................
23
2.2.8 Penatalaksanaan ..............................................
24
Konsep Kognitif .........................................................
26
2.3.1 Definisi Kognitif .............................................
26
2.2
2.3
2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fungsi Kognitif .......................................................................
26
2.3.3 Aspek-Aspek Kognitif.....................................
27
2.3.4 Penyebab Gangguan Kognitif ..........................
31
2.3.5 Penatalaksanaan Gangguan Kognitif ...............
32
2.3.6 Pemeriksaan Gangguan Kognitif .....................
32
ix
2.4
2.5
BAB III
Konsep Tidur..............................................................
35
2.4.1 Definisi Tidur..................................................
35
2.4.2 Fungsi tidur .....................................................
36
2.4.3 Tahap-tahap Siklus Tidur ...............................
36
2.4.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Tidur
38
2.4.5 Gangguan Pola Tidur ...................................... .
40
2.4.6 Pemeriksaan penunjang….…………………….
41
2.4.7 Penatalaksanaan……………………………….
44
Konsep Keperawatan ..................................................
46
2.5.1 Pengkajian ......................................................
46
2.5.2 Analisa Data....................................................
57
2.5.3 Intervensi keperawatan.......................................
58
2.5.4 Implementasi......................................................
65
2.5.5 Evaluasi..............................................................
67
METODE PENELITIAN 3.1
Metode Penelitian .......................................................
69
3.2
Batasan Ilmiah ............................................................
69
3.3
Partisipan....................................................................
70
3.4
Lokasi dan Waktu penelitian.......................................
70
3.5
Pengumpulan Data......................................................
70
3.6
Uji Keabsahan Data ....................................................
71
3.7
Alur Studi Kasus ........................................................
72
3.8
Analisis Data ..............................................................
73
x
3.9
BAB IV
74
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1
4.2
BAB V
Etika Penelitian ..........................................................
Hasil ...........................................................................
77
4.1.1 Lokasi Penelitian .............................................
77
4.1.2 Pengkajian ......................................................
77
4.1.3 Analisa Data....................................................
83
4.1.4 Diagnosa Keperawatan ....................................
86
4.1.5 Intervensi ........................................................
86
4.1.6 Implementasi ..................................................
93
4.1.7 Evaluasi ..........................................................
100
Pembahasan ................................................................
107
4.2.1 Pengkajian ......................................................
107
4.2.2 Diagnosa Keperawatan ....................................
108
4.2.3 Rencana Keperawatan .....................................
110
4.2.4 Implementasi...................................................
111
4.2.5 Evaluasi ..........................................................
112
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1
Kesimpulan ................................................................
115
5.2
Saran ........................................................................
117
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xi
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1
WOC Demensia ..............................................................................
21
Bagan 3.1
Alur Studi Kasus ................................................................
72
Bagan 4.1
Genogram ...........................................................................
78
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Pengkajian MMSE ..............................................................
34
Tabel 2.2
Pengkajian PSQI .................................................................
41
Tabel 2.3
Cara Pembacaan PSQI .........................................................
42
Tabel 2.4
SOP Terapi Musik ...............................................................
45
Tabel 2.5
Pengkajian KATZ ...............................................................
47
Tabel 2.6
Pengkajian ADL ..................................................................
48
Tabel 2.7
Pengkajian BBS ..................................................................
49
Tabel 2.8
Intervensi ............................................................................
58
Tabel 4.1
Identitas Klien .....................................................................
77
Tabel 4.2
Status Kesehatan Dan Riwayat Kesehatan ...........................
78
Tabel 4.3
Pola Kesehatan ....................................................................
79
Tabel 4.4
Pemeriksaan Fisik ...............................................................
80
Tabel 4.5
Pengkajian Psikososial Klien………………………………… 82
Tabel 4.6
Hasil Indeks ........................................................................
83
Tabel 4.7
Analisa data klien I..............................................................
83
Tabel 4.8
Analisa data klien II ............................................................
84
Tabel 4.9
Diagnosa Keperawatan ........................................................
86
Tabel 4.10
Intervensi klien I .................................................................
86
Tabel 4.11
Intervensi klien II ................................................................
89
Tabel 4.12 Implementasi klien IGangguan pola tidur berhubungan dengan halangan lingkungan
xiii
............................................................................................
93
Tabel 4.13 Implementasi klien I Kerusakan memori berhubungan dengan distraksi lingkungan ............................................................................................ Tabel 4.14 Implementasi klien II Risiko Jatuh…………………………..
95 96
Tabel 4.15 Implementasi klien II Gangguan pola tidur berhubungan dengan halangan lingkungan………………………………… 97 Tabel 4.16 Implementasi klien II Kerusakan memori berhubungan dengan distraksi lingkungan…………………………………. 99 Tabel 4.17
Evaluasi klien I Gangguan pola tidur berhubungan dengan halangan lingkungan ...........................................................
100
Tabel 4.18 Evaluasi klien IKerusakan memori berhubungan dengan distraksi lingkungan…………………………………
102
Tabel 4.19
Evaluasi klien II Risiko Jatuh ..............................................
103
Tabel 4.20
Evaluasi klien II Gangguan pola tidur berhubungan dengan halangan lingkungan ...........................................................
104
Tabel 4.21 Evaluasi klien II Kerusakan memori berhubungan dengan distraksi lingkungan…………………………………………
xiv
104
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
: Jadwal Penelitian
Lampiran 2
: Lembar Permohonan Ijin Pengambilan Kasus dari Stikes
Lampiran 3
: Lembar Permohonan Ijin Pengambilan Kasus dari Bakesbangpol
Lampiran 4
: Lembar Permohonan Ijin Pengambilan Kasus dari Griya Asih Lawang
Lampiran 5
: Lembar Persetujuan Menjadi Responden Klien I
Lampiran 6
: Lembar Persetujuan Menjadi Responden Klien I
Lampiran 7
: Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 8
: Lembar Pengkajian Dasar
Lampiran 9
: SOP Terapi Musik
Lampiran 10 : Daftar Kegiatan Klien I Lampiran 11 : Daftar Kegiatan Klien II Lampran 12
: Dokumentasi Kegiatan
xv
DAFTAR SINGKATAN MMSE
: Mini Mental Status Exam
PSQI
: Pittsburgh Sleep Quality Index
ADL
: Activities of Daily Living
WHO
: World Health Organization
NANDA
: Nursing Diagnoses; Definitions and Classification
NIC
: Nursing Interventions Classification
NOC
: Nursing Outcomes Classification
BBS
: Berg Balance Scale
TUM
: Tujuan Umum
TUK
: Tujuan Khusus
SOP
: Standart Operasional Prosedur
xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Demensia merupakan jenis penyakit tidak menular, tetapi mempunyai dampak yang membahayakan bagi fungsi kognitif lansia. Demensia adalah keadaan ketika seseorang mengalami penurunan daya ingat dan daya pikir lain yang secara nyata mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari (Nugroho, 2014). Kriteria demensia yaitu kehilangan kemampuan intelektual, termasuk daya ingat yang cukup berat, sehingga dapat mengganggu fungsi sosial dan pekerjaan (Santoso&Ismail, 2013). Demensia adalah suatu sindroma penurunan kemampuan intelektual progresif yang menyebabkan deteriorasi kognisi dan fungsional, sehingga mengakibatkan gangguan fungsi sosial, pekerjaan dan aktivitas sehari-hari. Demensia bukanlah suatu penyakit yang spesifik. Demensia merupakan istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan kumpulan gejala yang bisa disebabkan oleh berbagai kelainan yang mempengaruhi otak. Seorang penderita demensia memiliki fungsi intelektual yang terganggu dan menyebabkan gangguan dalam aktivitas sehari-hari baik dari pola aktivitas, pola nutrisi, pola tidur maupun hubungan dengan orang sekitarnya. Penderita demensia juga kehilangan kemampuan untuk memecahkan masalah, mengontrol emosi, dan bahkan bisa mengalami perubahan kepribadian dan masalah tingkah laku seperti mudah marah dan berhalusinasi. Seseorang didiagnosa demensia bila dua atau lebih fungsi otak,
1
2
seperti ingatan dan keterampilan berbahasa menurun secara signifikan tanpa disertai penurunan kesadaran (Turana, 2015). Menurut Alzheimer’s Disease International (2015), demensia merupakan suatu sindroma penurunan kemampuan intelektual progresif yang menyebabkan deteriorasi kognitif dan fungsional, sehingga mengakibatkan gangguan fungsi sosial, pekerjaan dan aktivitas sehari-hari. Demensia sendiri dapat memunculkan gejala-gejala neuropsikiatrik sehingga dapat menyebabkan penderita kesulitan untuk mengatur pola tidur, sehingga penderita mengalami gangguan pola tidurnya. Lebih dari 80% penduduk usia lanjut menderita penyakit fisik yang mengganggu fungsi mandirinya. Sejumlah 30% klien yang menderita sakit fisik tersebut menderita kondisi komorbid psikiatrik, terutama depresi dan anxietas maupun demensia. Sebagian besar usia lanjut yang menderita penyakit fisik dan gangguan mental tersebut menderita gangguan tidur. Terdapat 46,8 juta orang dinyatakan terkena demensia di dunia (World Alzheimekanr Report, 2015). Sedangkan di Asia terdapat 22,9 juta penderita demensia dan di Indonesia pada tahun 2015 lansia yang menderita demensia diperkirakan sebesar 1,2 juta jiwa, dan masuk dalam sepuluh Negara dengan demensia tertinggi di dunia dan di Asia Tenggara 2015 dan usia diatas 60 tahun merupakan usia yang rentan terkena demensia Menurut Alzheimer’s Disease International (2015). Data yang didapatkan dari dinas kesehatan didapatkan bahwa penderita demensia di Malang sebesar 2800 lansia terkena demensia (Dinkes provinsi jawa timur, 2014). Data lansia yang berada di Griya Asih Lawang pada tahun 2017 sebanyak 22 lansia dan terdapat yang mengalami tanda dan gejala demensia.
3
Ada beberapa dampak jika fungsi kognitif pada lansia demensia tidak diperbaiki. Dampak tersebut yaitu menyebabkan hilangnya kemampuan lansia untuk mengatasi kehidupan sehari-hari seperti, toileting, mandi, makan, dan gangguan pola tidur (Hutapea, 2014). Demensia juga berdampak pada pengiriman dan penerimaan pesan atau disebut kerusakan memori, risiko jatuh, defisit perawatan diri, gangguan pola tidur. Tetapi peneliti lebih tertarik kegangguan pola tidur karena jika tidak teratasi dapat menyebabkan berbagai gejala salah satunya terdapat kantung mata, tidak konsen dalam bekerja. Dampak pada penerimaan pesan, antara lain: lansia mudah lupa terhadap pesan yang baru saja diterimanya; kurang mampu membuat koordinasi dan mengaitkan pesan dengan konteks yang menyertai; salah menangkap pesan; sulit membuat kesimpulan. Dampak pada pengiriman pesan, antara lain: lansia kurang mampu membuat pesan yang bersifat kompleks; bingung pada saat mengirim pesan; sering terjadi gangguan bicara; pesan yang disampaikan salah (Nugroho, 2014). Penelitian lain dari Wreksoatmodjo ( 2013) menyatakan bahwa aktivitas fungsi kogntif yang buruk akan memperbesar resiko fungsi kogntif yang buruk dan mengganggu pola tidur dikalangan lansia. Kualitas tidur adalah suatu keadaan tidur yang dijalani seorang individu menghasilkan kesegaran dan kebugaran saat terbangun. Kualitas tidur mencakup aspek kuantitatif dari tidur, seperti durasi tidur, latensi tidur serta aspek subjektif dari tidur. Hal ini berhubungan dengan proses degeneratif sistem dan fungsi dari organ tubuh seperti gangguan kognitif pada lansia seperti penyakit demensia pada lansia atau sering dikenal oleh orang awam sebagai penyakit pikun. Gangguan tidur yang disertai gangguan kognitif salah satunya disorientasi waktu
4
menyebabkan penderitaan secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain. Gangguan pola tidur yang sering terjadi pada usia lanjut pada dasarnya sulit untuk mempertahankan tidur dan jika terbangun di malam hari, sulit untuk tidur kembali. Gangguan pola tidur pada kelompok usia lanjut cukup tinggi. Pada usia 65 tahun, mereka yang tinggal di rumah setengahnya diperkirakan mengalami gangguan tidur dan dua pertiga dari mereka yang tinggal di tempat perawatan usia lanjut juga megnalami gangguan pola tidur. Pada usia lanjut tersebut tentunya ingin tidur enak dan nyaman setiap hari, yang merupakan indikator kebahagiaan dan derajat kualitas hidup. Sedangkan insomnia dan gangguan tidur yang lain dapat dianggap sebagai bentuk paling ringan dari gangguan mental (Prayitno, 2013). Gangguan tidur juga dikenal sebagai penyebab morbiditas yang signifikan. Ada beberapa dampak serius gangguan tidur pada lansia misalnya mengantuk berlebihan di siang hari, gangguan atensi dan memori. Gangguan pola tidur yang terjadi pada lansia dengan gangguan kognitif adalah karena adanya disorientasi lingkungan, waktu, maupun tempat sehingga lansia kebingungan untuk mengatur pola tidurnya, maupun mengatur jadwal tidurnya sehingga kwalitas tidurnya pun terganggua juga inilah yang dinamakan gangguan pola tidur pada lansia dengan gangguan kognitif. Sulitnya kemampuan tidur lansia disebabkan karena perlahan-lahan matinya neuron yang terkait mengatur pola tidur yang bernama nukleus preoptic ventrolateral seiring usia bertambah. Upaya yang dapat dilakukan oleh tenaga keperawatan untuk mencegah penurunan fungsi kognitif pada lansia demensia yaitu dengan terapi kolaboratif farmakologis dan terapi non farmakologis. Disini peran perawat sendiri adalah
5
memberikan asuhan keperawatan pada lansia seperti melakukan intervensi yang sesuai dengan keluhan yang dialami lansia sehingga keluhan lansia dapat teratasi sehingga kemampuan kognitif maupun motorik dapat meningkat. Perawat juga dituntut untuk membantu dalam pemenuhan sehari-hari lansia sehingga diharapkan kualitas hidup lansia dapat meningkat dan para lansia bisa hidup produktif diusia senja mereka. Disini perawat juga memberi dukungan dalam kehidupan lansia dan mempersiapkan mereka untuk menghadapi kematian mereka (Suwandari, 2014). Berdasarkan uraian diatas, peneliti ingin meneliti terkait Asuhan Keperawatan Pada Demensia Dengan Masalah Keperawatan Gangguan Pola Tidur di Griya Asih Lawang. 1.2 Batasan Masalah Asuhan keperawatan pada klien dengan demensia dengan gangguan pola tidur di Griya Asih Lawang. 1.3 Rumusan Masalah Bagaimana proses asuhan keperawatan pada klien demensia dengan gangguan pola tidur di Griya Asih Lawang ? 1.4 Tujuan 1.4.1 Tujuan Umum Mengetahui tentang asuhan keperawatan pada klien demensia dengan gangguan pola tidur di Lansia Griya Asih Lawang. 1.4.2 Tujuan Khusus 1.
Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada klien demensia dengan gangguan pola tidur di Griya Asih Lawang.
6
2.
Mampu melakukan diagnosa keperawatan pada klien demensia dengan gangguan pola tidur di Griya Asih Lawang.
3.
Mampu melakukan intervensi keperawatan pada klien demensia dengan gangguan pola tidur di Griya Asih Lawang.
4.
Mampu melakukan implementasi keperawatan pada klien demensia dengan gangguan pola tidur di Griya Asih Lawang.
5.
Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada klien demensia dengan gangguan pola tidur di Griya Asih Lawang.
1.5 Manfaat Penulisan 1.5.1 Manfaat Teoritis Meningkatkan pengetahuan dan wawasan pada klien demensia dengan gangguan pola tidur di Griya Asih Lawang. 1.5.2 Manfaat Praktis Dapat mengaplikasikan asuhan keperawatan pada klien demensia dengan gangguan pola tidur di Griya Asih Lawang. 1) Bagi Peneliti Untuk meningkatkan pengalaman, wawasan, dan pengetahuan Mahasiswa dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien demensia dengan gangguan pola tidur di Griya Asih Lawang. 2) Bagi Institusi Pendidikan Dapat memberikan masukan kepada sistem pendidikan terutama STIKes Kendedes Malang dan sebagai tambahan referensi materi perkuliahan tentang yang terkait dengan demensia, sehingga mahasiswa dapat mengerti terhadap gambaran dan Informasinya.
7
3) Bagi Perawat Asuhan keperawatan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ide dan informasi dibidang keperawatan gerontik tentang asuhan keperawatan pada klien demensia dengan gangguan pola tidur di Griya Asih Lawang. 4) Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan Memberikan masukan kepada panti jompo terkait dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien demensia dengan gangguan pola tidur di Griya Asih Lawang. 5) Bagi Masyarakat Dapat menambah pengetahuan, wawasan dan panduan bagi masyarakat mengenai penyakit Demensia dan cara perawatanya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.1.1 Definisi Proses menua merupakan proses yang terus-menerus secara alami. Menua bukanlah suatu proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut usia. Lanjut usia akan selalu bergandengan dengan perubahan fisiologi maupun psikologi (Nugroho, 2013). Dalam buku keperawatan gerontik dan geriatric, Wahyudi Nugroho (2013) mengatakan bahwa menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan
jaringan
untuk
memperbaiki
diri/mengganti
diri
dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan dari jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang di derita. Pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa manusia secara perlahan mengalami kemunduran struktur dan fungsi organ. Kondisi ini jelas menunjukkan bahwa proses menua itu merupakan kombinasi dari bermacammacam factor yang saling berkaitan yang dapat mempengaruhi kemandirian dan kesehatan lanjut usia, termasuk kehidupan seksualnya. Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang hanya di mulai dari satu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya,
8
9
yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis, maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan-gerakan lambat, dan postur tubuh yang tidak proforsional (Iknatius, 2013). 2.1.2 Klasifikasi Lanjut usia Menurut Word Healty Organisation (WHO) dalam (Anggreini 2015), usia lanjut meliputi: 1)
Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45-59 tahun.
2)
Lanjut usia (elderly) antara 60-74 tahun.
3)
Lanjut usia tua (old) antara 75-90 tahun.
4)
Lanjut usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
2.1.3 Perubaha Pada Lansia Proses menua menyebabkan terjadinya perubahan secara fisik dan psikososial pada lansia. 1) Perubahan Fisik Perubahan
fisik
yang
terjadi
antara
lain
penurunan
sistem
muskuloskeletal, sistem persarafan, gangguan pendengaran danpenglihatan, sistem reproduksi. Penurunan kemampuan pada sistem muskuloskeletal akibat digunakan secara terus-menerus menyebabkan sel tubuh lelah terpakai dan regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, seperti penurunan aliran darah ke otot, atropi dan penurunan massa otot, gangguan sendi, tulang kehilangan densitasnya,
10
penurunan kekuatan dan stabilitas tulang, kekakuan jaringan penghubung yang menyebabkan hambatan dalam aktivitas seperti gangguan gaya berjalan (Santoso & Rohmah 2011). 2) Perubahan Psikososial Perubahan psikososial dapat terjadi akibat adanya penyakit kronis, gangguan panca indra seperti kebutaan dan ketulian, dan gangguan gerak sehingga intensitas hubungan lansia dengan lingkungan sosialnya berkurang karena lansia lebih banyak berada di rumah. Bahkan dapat timbul kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosialnya ini(Nugroho, 2014). 3) Penurunan Fungsi Kognitif Perubahan tidak hanya terjadi pada fisik dan psikososial, tetapi juga pada kognitif, karena fungsi kognitif dipengaruhi oleh adanya perubahan pada
struktur
dan
fungsi
organ
otak,
penurunan
fungsi
sistem
muskuloskeletal, dan sistem reproduksi. Atropi yang terjadi pada otak akibat penuaan menyebabkan penurunan hubungan antarsaraf, mengecilnya saraf panca indra sehingga waktu respon dan waktu bereaksi melambat, defisit memori, gangguan pendengaran, penglihatan, penciuman, dan perabaan. Menurunya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap nada tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada orang di atas umur 65 tahun (Nugroho, 2014). 2.2 Konsep Demensia 2.2.1 Definisi Definisi demensia menurut WHO adalah sindrom neurodegeneratif yang timbul karena adanya kelainan yang bersifat kronis dan progesifitas disertai
11
dengan gangguan fungsi luhur multiple seperti kalkulasi, kapasitas belajar, bahasa, dan mengambil keputusan. Kesadaran pada demensia tidak terganggu. Gangguan fungsi kognitif biasanya disertai dengan perburukan kontrol emosi, perilaku, dan motivasi. (WHO, 2014). Demensia adalah penurunan memori yang paling jelas terjadi pada saat belajar informasi baru, meskipun dalam. Pada kasus yang lebih parah memori tentang informasi yang pernah dipelajari juga mengalami penurun. Penurunan terjadi pada materi verbal dan non verbal. Penurunan ini juga harus didapatkan secara objektif dengan mendapatkan informasi dari orang – orang yang sering bersamanya, atau pun dari tes neuropsikologi atau pengukuran status kognitif. (International Classification of Diseases 10 ( ICD 10 ), 2013). Demensia adalah sindroma klinis yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan memori yang sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari – hari. Demensia merupakan keadaan ketika seseorang mengalami penurunan daya ingat dan daya pikir lain yang secara nyata mengganggu aktivitas kehidupan sehari – hari. (Nugroho, 2015). Jadi, demensia sendiri merupakan penurunan fungsi kognitif seseorang yang dapat menyebabkan penurunan daya ingat sehingga dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, sosial, emosional. 2.2.2 Klasifikasi 1. Menurut Kerusakan Struktur Otak a. Tipe Alzheimer Alzheimer adalah kondisi dimana sel saraf pada otak mengalami kematian sehingga membuat signal dari otak tidak
12
dapat di transmisikan sebagaimana mestinya (Grayson, C. 2013). Penderita Alzheimer mengalami gangguan memori, kemampuan membuat keputusan dan juga penurunan proses berpikir. Sekitar 50-60%
penderita
demensia
disebabkan
karena
penyakit
Alzheimer. Demensia ini ditandai dengan gejala : 1) Penurunan fungsi kognitif 2) Daya ingat terganggu, ditemkanya adanya : afasia, apraksia, agnosia, gangguan fungsi eksekutif 3) Tidak mampu mempelajari / mengingat informasi baru 4) Perubahan kepribadian (depresi, obsestive, kecurigaan) 5) Kehilangan inisiatif. Penyakit Alzheimer dibagi menjadi 3 stadium berdasarkan beratnya deteorisasi intelektual : a) Stadium I (amnesia) 1. Berlangsung 2-4 tahun 2. Amnesia menonjol 3. Perubahan emosi ringan 4. Memori jangka panjang baik 5. Keluarga biasanya tidak terganggu b) Stadium II (bingung) 1. Berlangsung 2-10 tahun 2. Episode psikotik 3. Agresif
13
4. Salah mengenali keluarga c) Stadium III (akhir) 1. Setelah 6-12 tahun 2. Memori dan intelektual lebih terganggu 3. Membisu dan gangguan berjalan 4. Inkontinensia urin b. Demensia Vascular Demensia tipe vascular disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah di otak dan setiap penyebab atau faktor resiko stroke dapat berakibat terjadinya demensia. Depresi bisa disebabkan karena lesi tertentu di otak akibat gangguan sirkulasi darah otak, sehingga depresi dapat diduga sebagai demensia vaskular. Tanda-tanda neurologis fokal seperti : 1.
Peningkatan reflek tendon dalam
2.
Kelainan gaya berjalan
3.
Kelemahan anggota gerak.
c. Penyakit Lewy body (Lewy body disease) Penyakit Lewy body (Lewy body disease) ditandai oleh adanya Lewy body di dalam otak. Lewy body adalah gumpalan gumpalan protein alpha-synuclein yang abnormal yang berkembang di dalam sel-sel syaraf. Abnormalitas ini terdapat di tempat-tempat tertentu di otak, yang menyebabkan perubahan-perubahan dalam bergerak, berpikir dan berkelakuan. Orang yang menderita penyakit Lewy body dapat merasakan sangat naik-turunnya perhatian dan
14
pemikiran. Mereka dapat berlaku hampir normal dan kemudian menjadi sangat kebingungan dalam waktu yang pendek saja. Halusinasi visual (melihat hal-hal yang tidak ada) juga merupakan gejala yang umum. d. Demensia Frontotemporal (Frontotemporal dementia) Demensia
front
temporal
(Frontotemporal
dementia)
menyangkut kerusakan yang berangsur-angsur pada bagian depan (frontal) dan/atau temporal dari lobus (cuping) otak. Gejalagejalanya sering muncul ketika orang berusia 50-an, 60-an dan kadang-kadang lebih awal dari itu. Ada dua penampakan utama dari demensia front temporal– frontal (menyangkut gejala-gejala dalam kelakuan dan perubahan kepribadian) dan temporal (menyangkut gangguan pada kemampuan berbahasa). 2. Menurut usia a. Demensia senilis (usia > 65 tahun) Demensia Senilis merupakan demensia yang muncul setelah umur 65 tahun. Biasanya terjadi akibat perubahan dan degenerasi jaringan otak yang diikuti dengan adanya gambaran deteriorasi mental. b. Demensia prasenilis (usia < 65 tahun) Demensia Pre Senilis merupakan demensia yang dapat terjadi pada golongan umur lebih muda (onset dini) yaitu umur 40-59 tahun dan dapat disebabkan oleh berbagai kondisi medis yang dapat mempengaruhi fungsi jaringan otak (penyakit
15
degeneratif pada sistem saraf pusat, penyebab intra kranial, penyebab vaskular, gangguan metabolik dan endokrin, gangguan nutrisi, penyebab trauma, infeksi dan kondisi lain yang berhubungan, penyebab toksik (keracunan)). Klasifikasi lain yang berdasarkan korelasi gejala klinik dengan patologianatomisnya : a. Anterior : Frontal premotor cortex Perubahan behavior, kehilangan kontrol, anti sosial, reaksi lambat. b. Posterior: lobus parietal dan temporal Gangguan kognitif: memori dan bahasa, akan tetapi behaviour relatif baik. c. Subkortikal: apatis, forgetful, lamban, adanya gangguan gerak. d. Kortikal: gangguan fungsi luhur; afasia, agnosia, apraksia. Kriteria derajat demensia : a. Ringan : Walaupun terdapat gangguan berat daya kerja dan aktivitas sosial, kapasitas untuk hidup mandiri tetap dengan higiene personal cukup dan penilaian umum yang baik. b. Sedang :Hidup mandiri berbahaya diperlukan berbagai tingkat suportivitas. c. Berat :Aktivitas kehidupan sehari-hari terganggu sehingga tidak berkesinambungan, inkoheren. Demensia dibagai menjadi beberapa tingkat keparahan yang dapat dinilai dinilai sebagai berikut:
16
1.
Mild Tingkat kehilangan memori yang cukup mengganggu aktivitas sehari-hari, meskipun tidak begitu parah, tapi tidak dapat hidup mandiri.Fungsi utama yang terkena adalah sulit untuk mempelajari hal baru.Penurunan kemampuan kognitif menyebabkan penurunan kinerja dalam kehidupan sehari-hari, tetapi tidak pada tingkat ketergantungan individu tersebut pada orang lain. Tidak dapat melakukan tugas sehari-hari yang lebih rumit atau kegiatan rekreasi.
2. Moderat Derajat kehilangan memori merupakan hambatan serius untuk hidup mandiri.Hanya hal – hal yang sangat penting yang masih dapat diingat.Informasi baru disimpan hanya sesekali dan sangat singkat. Individu tidak dapat mengingat informasi dasar tentang di mana dia tinggal, apa telah dilakukan belakangan ini, atau nama-nama orang yang akrab., penurunan kemampuan kognitif membuat individu tidak dapat melakukan aktivitasnya tanpa bantuan orang lain dalam kehidupan sehari-hari, termasuk belanja dan penanganan kebutuhan sehari - hari. Dalam rumah, hanya tugas – tugas sederhana yang dipertahankan.Kegiatan semakin terbatas dan keadaan buruk dipertahankan. 3. Severe Derajat kehilangan memori ditandai oleh ketidakmampuan lengkap untuk menyimpan informasi baru.Hanya beberapa informasi yang dipelajari sebelumnya yang menetetap.Individu tersebut gagal
17
untuk mengenali bahkan kerabat dekatnya.Penurunan kemampuan kognitif lain ditandai dengan penurunan penilaian dan berpikir, seperti perencanaan dan pengorganisasian, dan dalam pengolahan informasi secara umum. Tingkat keparahan penurunan, harus dinilai sebagai berikut., penurunan ini ditandai dengan ada atau tidak adanya pemikiran yang dapat dimenerti.Hal – hal tersebut tadi ada minimal 6 bulan baru dapat dikatakan demensia. 2.2.3 Etiologi 1. Penyakit alzaimer Penyebab utama dari penyakit demensia adalah penyakit alzaimer, yang penyebabnya sendiri belum diketahui secara pasti. Penyakit Alzaimer disebabkan karena adanya kelainan faktor genetik atau adanya kelainan gen tertentu. Bagian otak mengalami kemunduran sehingga terjadi kerusakan sel dan berkurangnya respon terhadap bahan kimia yang menyalurkan sinyal di dalam otak. Jaringan abnormal ditemukan di dalam otak (disebut plak senilitis dan serabut saraf yang tidak teratur) dan protein abnormal. (Nugroho, 2014) 2. Serangan stroke yang berturut-turut. Stroke tunggal yang ukurannya kecil dan menyebabkan kelemahan yang ringan atau kelemahan yang timbul secara perlahan. Stroke kecil ini secara bertahap menyebabkan kerusakan jaringan otak, daerah otak yang mengalami kerusakan akibat tersumbatnya aliran darah yang disebut dengan infark. Demensia yang disebabkan
18
oleh stroke kecil disebut juga demensia multi-infark. Sebagian penderitanya memiliki tekanan darah tinggi atau kencing manis, yang keduanya menyebabkan kerusakan pembuluh darah di otak. (Nugroho, 2014) 3. Sindroma demensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya tidak dikenal kelainan yaitu : terdapat pada tingkat subseluler atau secara biokimiawi pada sistem enzim, atau pada metabolisme. (Nugroho, 2014) 4. Sindroma demensia dengan etiologi yang dikenal tetapi belum dapat diobati, penyebab utama dalam golongan : Penyakit degenerasi spino serebral. (Nugroho, 2014) 5. Sindroma demensia dengan etiologi penyakit yang dapat diobati : gangguan nutrisi, akibat intoksikasi menahun, penyakit – penyakit metabolisme. (Nugroho, 2014) 6. Neurotransmitter Neurotransmitter yang paling berperan dalam patofisiologi dari demensia adalah asetikolin dan norepineprin. Keduanya dihipotesis menjadi hipoaktif, beberapa penelitian melaporkan pada penyakit demensia ditemukanya suatu degenerasi spesifik pada neuron kolinergik pada nucleus, data lain yang mendukung adanya defisit kolinergik pada demensia adalah ditemukan konsentrasi asetikolin dan asetikolintransferase menurun (Watson, 2013) 7.
Penyakit Jisim lewy (Lewy body diseases)
19
Penyakit Jisim Lewy adalah suatudemensia yang secara klinis mirip dengan penyakit Alzheimer dan sering ditandai oleh adanya halusinasi, gambaran Parkinsonisme, dan gejala ekstrapiramidal. Inklusi Jisim Lewy ditemukan di daerah korteks serebri. Insiden yang sesungguhnya tidak diketahui. Klien dengan penyakit Jisim Lewy ini menunjukkan efek yang menyimpang (adverse effect) ketika diberi pengobatan dengan antipsikotik (Watson, 2013). 2.2.4 Manifestasi Klinis Demensia merupakan kondisi yang lama-kelamaan semakin memburuk. Penurunan fungsi dapat terjadi dalam kurun waktu yang lama sebelum gejala demensia muncul dan ditemukan. Berikut adalah tanda-tanda demensia: 1. Demensia adalah kondisi yang lama-kelamaan semakin memburuk. Penurunan fungsi dapat terjadi dalam kurun waktu yang lama sebelum gejala demensia muncul dan ditemukan. Berikut adalah tanda-tanda demensia: Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, ”lupa” menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas (Hurley, 2012). 2. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan, tahun, tempat penderita demensia berada (Hurley, 2012). 3. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar, menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mangulang kata atau cerita yang sama berkali- kali (Hurley, 2012). 4. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis yang berlebihan saat melihat sebuah drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang di lakukan orang lain, rasa takut dan gugup yang tak beralasan. Penderita demensia
20
kadang tidak mengerti mengapa perasaan-perasaan tersebut muncul (Hurley, 2012). 5. Adanya perubahan tingkah laku seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah sampai susah mengatur pola tidur (Hurley, 2012). 2.2.5 Patofisiologi Demensia sering terjadi pada usia >65 tahun , gejala yang mucul yaitu perubahan kepribadian dan tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas sehari – hari. Lansia penderita demensia tidak memeperlihatkan gejala yang menonjol pada tahap awal, mereka sebagaimana lansia pada umumnya mengalami proses penuanaan dan degeneratif. Kejanggalan awal dirasakan oleh penderita itu sendiri, mereka sulit mengingat dan sering lupa jika meletakkan suatu barang. Mereka sering kali menutup – nutupi hal tersebut dan meyakinkan bahwa itu adalah hal yang biasa pada usia mereka. Kejanggalan berikutnya mulai dirasakan oleh orang – orang terdekat yang tinggal bersama mereka, mereka merasa kawatir terhadap penurunan daya ingat yang semakin menjadi, namun sekali lagi keluarga merasa bahwa mungkin lansia kelelahan dan perlu banyak istirahat. Mereka belum mencurigai adanya sebuah masalah besar di balik penurunan daya ingat yang dialami oleh orang tua mereka. Gejala demensia berikutnya yang muncul biasanya berupa depresi pada lansia. Mereka menjaga jarak dengan lingkungan dan lebih sensitif. Kondisi seperti ini dapat saja diikuti oleh munculnya penyakit lain dan biasanya akan memperparah kondisi lansia. Pada saat ini mungkin saja lansia menjadi sangat ketakutan bahkan sampai berhalusinasi. Disinilah keluarga membawa lansia penderita demensia ke rumah sakit, dimana demensia bukanlah menjadi hal
21
utama fokus pemeriksaan. Seringkali demensia luput dari pemeriksaan dan tidak terkaji oleh tim kesehatan. Tidak semua tenaga kesehatan memiliki kemampuan untuk dapat mengkaji dan mengenali gejala demensia.
22
2.2.6 WOC Faktor genetik
Proses menua
Imunologi
Trauma
Lingkungan
Hilangnya serat – serat koligemik di korteks
Gangguan pada neuron fibriliar Atropi otak
Penurunan sel neuro koligemik
Degenerasi neuron kelainan neurotransmiter
Asetilkoin menurun
Penurunan daya ingat
Penurunan kemampuan akativitas
Gangguan kognitif
Gangguan fungsi bahasa
Muncul gejala neuro psikiatrik
Mudah lupa
Defisit perawatan diri
Gangguan memori
Perubahan persepsi sensori
Risiko jatuh
Kesulitan mengatur pola tidur
Perubahan intelektual
Kehilangan kemampuan menyelesaikan masalah
Ketidakefektifan koping
Gangguan pola tidur
Bagan 2.1 WOC Demensia
Perubahan perilaku
Kehilangan fungsi tonus otot
Perubahan mengawasi keadaan kompleks dan perpikir abstrak
Kerusakan memori
23
2.2.7 Pemeriksaan Penunjang Demensia 1. Pemeriksaan laboratorium rutin Pemeriksaan laboratorium hanya dilakukan begitu diagnosis klinis demensia ditegakkan untuk membantu pencarian etiologi demensia khususnya pada demensia reversibel, walaupun 50% penyandang demensia adalah demensia Alzheimer dengan hasil laboratorium normal,
pemeriksaan
laboratorium
rutin
sebaiknya
dilakukan.
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan : pemeriksaan darah lengkap, urinalisis, elektrolit serum, kalsium darah, ureum, fungsi hati, hormon tiroid, kadar asam folat. 2. Imaging Computed Tomography (CT) scan dan MRI (Magnetic Resonance
Imaging)
telah
menjadi pemeriksaan
rutin
dalam
pemeriksaan demensia walaupun hasilnya masih dipertanyakan. 3. Pemeriksaan EEG (Electroencephalogram) Pada pemeriksaan EEG tidak memberikan gambaran spesifik dan pada sebagian besar hasilnya normal. Pada Alzheimer stadium lanjut dapat memberi gambaran perlambatan difus dan kompleks periodik. 4. Pemeriksaan cairan otak Pungsi lumbal diindikasikan bila klinis dijumpai awitan demensia akut, penyandang dengan imunosupresan, dijumpai rangsangan meningen dan panas, tes sifilis (+), penyengatan meningeal pada CT scan. 5. Pemeriksaan neuropsikologis
24
Meliputi pemeriksaan status mental, aktivitas sehari – hari / fungsional dan aspek kognitif lainnya. Pemeriksaan neuropsikologis penting untuk sebagai penambahan pemeriksaan demensia, terutama pemeriksaan untuk fungsi kognitif, minimal yang mencakup atensi, memori, bahasa, konstruksi visuospatial, kalkulasi dan problem solving. Pemeriksaan neuropsikologi sangat berguna terutama pada kasus yang sangat ringan untuk membedakan proses ketuaan atau proses depresi. (Nugroho, 2013) 2.2.8 Penatalaksanaan Penatalaksanaan pada klien dengan demensia ada berbagai cara antara lain sebagai berikut (Turana, 2013) : 1. Farmakoterapi a. Untuk mengobati demensia alzheimer digunakan obat - obatan antikoliesterase
seperti
Donepezil,
Rivastigmine,
Galantamine,
Memantine b. Dementia vaskuler membutuhkan obat -obatan anti platelet seperti Aspirin , Ticlopidine , Clopidogrel untuk melancarkan aliran darah ke otak sehingga memperbaiki gangguan kognitif. c. Demensia karena stroke yang berturut-turut tidak dapat diobati, tetapi perkembangannya bisa diperlambat atau bahkan dihentikan dengan mengobati tekanan darah tinggi atau kencing manis yang berhubungan dengan stroke. d. Jika hilangnya ingatan disebabakan oleh depresi, diberikan obat antidepresi seperti Sertraline dan Citalopram.
25
e. Untuk mengendalikan agitasi dan perilaku yang meledak-ledak, yang bisa menyertai demensia stadium lanjut, sering digunakanobat antipsikotik (misalnya Haloperidol , Quetiapine dan Risperidone) 2. Dukungan atau Peran Keluarga (Harrisons,2014). Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu penderita tetap memiliki orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang terang, jam dinding dengan angka-angka yang besar. 3. Terapi Simtomatik (Harrisons,2014). Pada penderita penyakit demensia dapat diberikan terapi yang bersifat simtomatik, terapi tersebut meliputi : a. Diet b. Latihan fisik yang sesuai c. Terapi rekreasional dan aktifitas. d. Penanganan terhadap masalah-masalah 4. Pencegahan dan perawatan demensia Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan fungsi otak,seperti (Harrisons,2014): a.
Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol dan zat adiktif yang berlebihan.
b.
Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan setiap hari.
c.
Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif seperti kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.
26
d.
Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang memiliki persamaan minat atau hobi.
e.
Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.
2.3 Konsep Kognitif 2.3.1 Definisi Gangguan kognitif merupakan gangguan dan kondisi yang mempengaruhi kemampuan berfikir seseorang. Individu dengan masalah seperti itu akan memiliki kesulitan dengan ingatan, persepsi, dan belajar. Meskipun berbeda dari pengetahuan yang sebenarnya, kognisi memainkan peran penting dalam kemampuan seseorang untuk belajar dan akhirnya hidup sehat dan normal ketidakmampuan mengingat beberapa informasi atau keterampilan sikap aktivitas mental secara sadar seperti berpikir, mengingat, belajar, dan menggunakan bahasa.
Fungsi
pertimbangan,
kognitif pemecahan
juga
merupakan
masalah,
serta
kemampuan kemampuan
atensi, eksekutif
memori, seperti
merencanakan, menilai, mengawasi, dan melakukan evaluasi (Strub &Black, 2012); Rizzo et al, 2012). 2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fungsi Kognitif Faktor – faktor yang mempengaruhi penurunan fungsi kognitif pada lansia yaitu proses penuaan pada otak dan pertambahan usia. Sebagian besar bagian otak termasuk lobus frontal mempunyai peranan penting dalam penyimpanan ingatan di otak (Lucas, 2013). Faktor pertambahan usia yaitu bertambahnya usia seseorang maka akan semakin banyak terjadi perubahan pada berbagai sistem dalam tubuh yang cenderung mengarah pada penurunan fungsi. Pada fungsi
27
kognitif terjadi penurunan kemampuan fungsi intelektual, berkurangnya kemampuan transmisi saraf di otak yang menyebabkan proses informasi menjadi lambat, banyak informasi hilang selama transmisi, berkurangnya kemampuan mengakumulasi informasi baru dan mengambil informasi dari memori (Pranarka, 2014). 2.3.3 Aspek-Aspek Kognitif 1. Orientasi Orientasi dinilai dengan pengacuan pada personal, tempat dan waktu. Orientasi terhadap personal (kemampuan menyebutkan namanya sendiri ketika ditanya). Kegagalan dalam menyebutkan namanya sendiri sering merefleksikan negatifism, distraksi, gangguan pendengaran atau gangguan penerimaan bahasa. Orientasi tempat dinilai dengan menanyakan negara, provinsi, kota, gedung dan lokasi dalam gedung. Sedangkan orientasi waktu dinilai dengan menanyakan tahun, musim, bulan, hari dan tanggal. Karena perubahan waktu lebih sering daripada tempat, maka waktu dijadikan indeks yang paling sensitif untuk disorientasi (Tambunan, 2013). 2. Atensi Atensi adalah kemampuan untuk bereaksi atau memperhatikan satu stimulus dengan mampu mengabaikan stimulus lain yang tidak dibutuhkan. Atensi merupakan hasil hubungan antara batang otak, aktivitas limbik dan aktivitas korteks sehingga mampu untuk fokus pada stimulus spesifik dan mengabaikan stimulus lain yang tidak relevan. Konsentrasi merupakan kemampuan untuk mempertahankan
28
atensi dalam periode yang lebih lama. Gangguan atensi dan konsentrasi akan mempengaruhi fungsi kognitif lain seperti memori, bahasa dan fungsi eksekutif (Tambunan, 2013). 3. Bahasa Bahasa merupakan perangkat dasar komunikasi dan modalitas dasar yang membangun kemampuan fungsi kognitif. Jika terdapat gangguan bahasa, pemeriksaan kognitif seperti memori verbal dan fungsi eksekutif akan mengalami kesulitan atau tidak dapat dilakukan. Fungsi bahasa meliputi 4 parameter, yaitu (Tambunan, 2013) : a. Kelancaran Kelancaran mengacu pada kemampuan untuk menghasilkan kalimat dengan panjang, ritme dan melodi yang normal. Metode yang dapat membantu menilai kelancaran klien adalah dengan meminta klien menulis atau berbicara secara spontan. b. Pemahaman Pemahaman mengacu pada kemampuan untuk memahami suatu perkataan
atau
perintah,
dibuktikan
dengan
kemampuan
seseorang untuk melakukan perintah tersebut. c. Pengulangan Kemampuan seseorang untuk mengulangi suatu pernyataan atau kalimat yang diucapkan seseorang. d. Penamaan Merujuk pada kemampuan seseorang untuk menamai suatu objek beserta bagian-bagiannya.Gangguan bahasa sering terlihat pada
29
lesi otak fokal maupun difus, sehingga merupakan gejala patognomonik disfungsi otak. Penting bagi klinikus untuk mengenal gangguan bahasa
karena hubungan yang spesifik
antara sindroma afasia dengan lesi neuroanatomi. 4. Memori Fungsi memori terdiri dari proses penerimaan dan penyandian informasi, proses penyimpanan serta proses mengingat. Semua hal yang berpengaruh dalam ketiga proses tersebut akan mempengaruhi fungsi memori. Fungsi memori dibagi dalam tiga tingkatan bergantung pada lamanya rentang waktu antara stimulus dengan recall, yaitu : a.
Memori segera (immediate memory), rentang waktu antara stimulus dengan recall hanya beberapa detik. Disini hanya dibutuhkan pemusatan perhatian untuk mengingat (attention)
b.
Memori baru (recent memory), rentang waktu lebih lama yaitu beberapa menit, jam, bulan bahkan tahun.
c.
Memori lama (remote memory), rentang waktunya bertahuntahun bahkan seusia hidup.Gangguan memori merupakan gejala
yang
paling
sering
dikeluhkan
klien.
Istilah
amnesiasecara umum merupakan efek fungsi memori. Ketidakmampuan mempelajari materi baru setelah brain insult disebut amnesia anterograd. Sedangkan amnesia retrograd merujuk pada amnesia pada yang terjadi sebelum brain insult. Hampir semua klien demensia menunjukkan masalah memori
30
pada awal perjalanan penyakitnya. Tidak semua gangguan memori merupakan gangguan organik. Klien depresi dan ansietas sering mengalami kesulitan memori. Istilah amnesia psikogenik jika amnesia hanya pada satu periode tertentu, dan pada pemeriksaan tidak dijumpai defek pada recent memori (Tambunan, 2013). 5. Visuospasial Kemampuan
visuospasial
merupakan
kemampuan
konstruksional seperti menggambar atau meniru berbagai macam gambar (misal : lingkaran, kubus) dan menyusun balok-balok. Semua lobus berperan dalam kemampuan konstruksi dan lobus parietal terutama hemisfer kanan berperan paling dominan. Menggambar jam sering digunakan untuk skrining kemampuan visuospasial dan fungsi eksekutif dimana berkaitan dengan gangguan di lobus frontal dan parietal (Tambunan, 2013). 6. Fungsi eksekutif Fungsi eksekutif dari otak dapat didefenisikan sebagai suatu proses kompleks seseorang dalam memecahkan masalah / persoalan baru. Proses ini meliputi kesadaran akan keberadaan suatu masalah, mengevaluasinya, menganalisa serta memecahkan / mencari jalan keluar suatu persoalan (Tambunan, 2013). 7. Fungsi konstruksi kemampuan seseorang untuk membangun dengan sempurna. Fungsi ini dapat dinilai dengan meminta orang tersebut untuk
31
menyalin gambar, memanipulasi balok atau membangun kembali suatu bangunan balok yang telah dirusak sebelumnya. 8. Kalkulasi: kemampuan seseorang untuk menghitung angka. 9. Penalaran: kemampuan seseorang untuk membedakan baik buruknya suatu hal, serta berpikir abstrak. 2.3.4 Penyebab Gangguan Kognitif 1. Faktor Predisposisi Pada umumnya gangguan kognitif disebabkan oleh gangguan pada fungsi sususnan saraf pusat. Susunan saraf pusat memerlukan untuk nutrisi sebagai fungsi, jika ada gangguan dalam pengiriman nutrisi maka hal ini akan mengakibatkan gangguan pada fungsi susunan saraf pusat.salah satu faktor yang dapat menyebabkan yaitu adalah suatu keadaan penyakit seperti infeksi sistematik, gangguan peredaran darah, keracunan zat-zat (Namun demikain banyak juga faktor lain yang menurut beberapa ahli dapat menimbulkan gangguan kognitif, misalnya kekurangan vitamin, malnutrisi, dan gangguan jiwa fungsional beck, Rawlins dan Williams, 2014). 2. Faktor Presipitasi Ganggauan kognitif yang berdampak di otak. Hipoksia dapat juga berupa anemia Hipoksia, Hitoksi Hiposia, Hipoksemia Hipoksia, atau Iskemik Hipoksia. Semua kondisi ini menimbulkan distribusi aliran nutrisi ke otak berkurang. Gangguan metabolisme sering menganggu fungsi mental, hipotiroidisme, hipoglikemia. Racun,
32
virus lain yang menyerang otak mengakibatkan ganggaun pada fungsi otak beck, Rawlins dan Williams, 2014). 2.3.5 Penatalaksanaan Gangguan Kognitif Karena tidak ada penyebab secara yang pasti dari gangguan kognitif dan gejalanya pun berbeda – beda dari setiap penderitanya, maka tak ada obat penyembuh utama. Perawatan yang dilkuakan bervariasi dan sering disesuaikan tergantung pada kondisi dan gejalanya. Pengelolaan masalah kognitif dilakukan oleh penyedia layanan kesehatan yang berbed a, mulai dari dokter sampai pekerja social (Elias FM, 2013). 1. Dengan cara terapi, termasuk terapi perilaku dan okupasi untuk memungkinkan klien tersebut berfungsi senormal dan semandiri mungkin. 2. Obat-obatan seperti penguat suasana hati dan obat yang menghalangi atau memperkuat neurotransmitter tertentu yang terkait dengan gangguan tertentu. 3. Penggunaan teknologi untuk meningkatkan penyimpanan informasi dan ingatan. 4. Dengan Konseling untuk klien maupun keluarganya. 2.3.6 Pemeriksaan Gangguan Kognitif Ada berbagai cara untuk menentukan apakah seorang lansia tersebut mengalami gangguan kognitif atau seberapa berat gangguan kognitif yang dialaminya, permeriksaan terseut antara lain : 1. Cognitive Performance Scale (CPS) Pemeriksaan
Cognitive
Performace
Scale
ini
pertama
sekali
diperkenalkan oleh Morris pada tahun 1994, dengan 5 bentuk pengukuran.
33
Dimana bentuk – bentuk pengukuran tersebut meliputi status
koma
(comatose status), kemampuan dalam membuat keputusan (decision making), kemampuan memori (short – term memory), tingkat pengertian (making self understood) dan makan (eating). Tiap kategori dibagi dalam 7 grup, dimana pada skala nol (0) dinyatakan intact sampai skala enam (6) dinyatakan sebagai gangguan fungsi kognitif yang sangat berat (very severe impairment). Penelitian yang ada menunjukkan bahwa CPS memberikan penilaian fungsi kognitif yang akurat dan penuh arti pada populasi dalam suatu institusi (Hartmaier dkk.2015 ). Skor CPSdidasarkan pada : a) Apakah seseorang itu koma b) Kemampuannya dalam membuat keputusan c) Kemampuannya untuk membuat dirinya sendiri mengerti d) Apakah terdapat gangguan pada short-term memory atau delayed recall e) Apakah terdapat ketergantungan dalam self performance dalam hal makan (eating) 2. Mini Mental State Examination (MMSE) Pemeriksaan Mini Mental State Examination (MMSE) ini awalnya dikembangkan untuk skrining demensia, namun sekarang digunakan secara luas untuk pengukuran fungsi kogntif secara umum. Pemeriksaan MMSE kini adalah instrumen skriningyang paling luas digunakan untuk menilai status kognitif dan status mentalpada usia lanjut (Kochhann dkk. 2013). Sebagai satu penilaian awal, pemeriksaan MMSE adalah tes yang paling banyak dipakai. Pemeriksaan status mental MMSE Folstein adalah tes yang
34
paling sering dipakai saat ini. Penilaian dengan nilai maksimal 30, cukup baik dalam mendeteksi gangguan kognitif, menetapkan data dasar dan memantau penurunan kognitif dalam kurun waktu tertentu, skor MMSE. a. Normal 24 – 30. b. Gangguan fungsi kognitif Bila skor kurang dari 24
( Asosiasi
Alzheimer Indonesia, 2013) Tabel 2.1 Pengkajian MMSE No Aspek Kognitif Nilai
Nilai Klien Klien 1
Kriteria
Klien 2 Menyebutka dengan benar
1
Orientasi
5
5
2
Regristrasi
3
3
Perhatian dan kalkulasi
5
1) Tahun 2) Musim 3) Tanggal 4) Hari 5) Bulan Dimana kita sekarang berada 1) Negara Indonesia 2) Provinsi 3) Kolta 4) Panti Werda 5) Wisma Pemeriksa menyebutkan nama 3 objek 1 detik untuk mengatakan masing-masing objek, kemudian tanyakan kepada klien ketiga objek tadi. 1) Objek 2) Objek 3) Objek Ex : Objek yang ada di sekitar Griya Asih Lawang (meja, kursi, kipas angin) Minta klien untuk memulai dari angka 100 kemudian dikurangi 7 sampai 5 kali atau tingkat 1) 93
35
4
5
Mengingat
3
Bahasa
9
Total
Interpretasi hasil : 25-30 : tidak ada gangguan kognitif 18-23: gangguan kognitif sedang 0-17: gangguan kognitif berat
2) 86 3) 79 4) 72 5) 65 Minta klien untuk mengulangi ketiga objek pada no. 2 tadi, bila benar 1 poin untuk masing-masing objek 1) Tunjukan pada klien suatu benda dan tanyakan namanya pada klien a) Misal : jam tangan b) Misal : pensil 2) Minta klien untuk mengulang kata tak, ada, jika,dan, atau, tetapi. Bila benar saru nilai satu poin 3) Minta klien untuk mengikut perintah berikut yang terdiridari 3 langkah a) Ambil kertas ditangan anda, lipat dua buah dan taruh dilantai b) Ambil keras ditangan anda c) Lipat dua d) Taruh dilantai 4) Perintah pada klien untuk hal berikut a) Tutup mata anda 5) Perintah klien untuk menulis kalimat dan menyalin gambar a) Tulis satu kalimat b) Menyalin gambar
36
2.4 Konsep Tidur 2.4.1 Definisi Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh semua orang. Setiap orang memerlukan istirahat dan tidur yang cukup untuk dapat berfungsi secara optimal (Haryati, 2013). Tidur adalah suatu proses yang sangat penting bagi manusia, karena dalam tidur terjadi proses pemulihan, proses ini bermanfaat mengembalikan kondisi seseorang pada keadaan semula, dengan begitu, tubuh yang tadinya mengalami kelelahan akan menjadi segar kembali (Castro, 2014). Tidur adalah suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan status kesadaran yang terjadi selama periode tertentu. Beberapa ahli berpendapat bahwa tidur diyakini dapat memulihkan tenaga karena tidur memberikan waktu untuk perbaikan dan penyembuhan sistem untuk periode keterjagaan berikutnya (Salam dkk, 2014). 2.4.2 Fungsi tidur Tidur menggunakan kedua efek psikologis pada jaringan otak dan organorgan tubuh manusia. Tidur dalam beberapa cara dapat menyegarkan kembali aktivitas tingkatan normal dan aktivitas normal pada jaringan otak. Sehingga tidur berfungsi untuk mengembalikan tenaga untuk beraktivitas sehari-hari, memperbaiki kondisi yang sedang sakit, tubuh menyimpan energy selama tidur dan penurunan laju metabolik basal penyimpanan persediaan energi tubuh (Harsono, 2013).
37
2.4.3 Tahap-tahap Siklus Tidur Tidur merupakan aktivitas yang melibatkan sistem saraf pusat, saraf perifer, endokrik kardiovaskuler, respirasi dan musculoskeletal. Pengaturan dan kontrol tidur tergantungg dari hubungan antara dua mekanisme serebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk tidur dan bangun. Reticular Activating System (RAS) di batang otak diyakini mempunyai sel khusus dalam mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran (Harsono, 2013). 1. Tidur REM (Rapid Eye Movement) Tidur REM merupakan tidur dalam kondisi aktif atau tidur paradoksial yang ditandai dengan mimpi yang bermacam-macam, otot-otot yang meregang, kecepatan jantung dan pernapsan tidak teratur (sering lebih cepat), perubahan tekanan darah, gerakan otot tidak teratur, gerakan mata cepat. Saraf-saraf simpatetik bekerja selama tidur REM. Diperkirakan terjadi proses penyimpanan secara mental yang digunakan sebagai pelajaran, adaptasi psikologis dan memori (Faraguna, 2013). 2. Tidur NREM (Nonrapid Eye Movement) Tidur NREM merupakan tidur yang nyaman dan dalam tidur gelombang pendek karena gelombang otak selama tidur NREM lebih lambat dari pada gelombang alpha dan beta pada orang yang sadar atau tidak dalam keadaan tidur. Tanda tidur NREM adalah mimpi yang berkurang, keadaan istirahat, tekanan darah dan kecepatan pernapasan turun, metabolism turun dan gerakan mata lambat (Kaplan dkk, 2010). Biasanya tidur pada malam hari itu adalah tidur NREM. Tidur saat ini sangat dalam, tidur penuh dan dapat memulihkan kembali beberapa fungsi fisiologis. Pada umumnya,
38
semua proses metabolism mengacu pada tanda-tanda vital, metabolisme turun dan aktivitas menurun (Faraguna, 2013). Tidur NREM mempunyai empat tahap (Mental Health Foundation, 2013) : 1. Tahap I
Merupakan tahap transisi, berlangsung selama lima menit yang mana seseorang beralih dari sadar menjadi tidur. Seseorang merasa rileks, mata bergerak, kecepatan jantung dan pernapasan turun ecara jelas. Gelombang alpha sewaktu seseorang masih sadar diganti dengan gelombang beta yang lebih lambat dan dapat dibangunkan dengan mudah. 2. Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh menurun. Mata masih bergerak, kecepatan jantung dan pernapasan turun secara jelas, suhu tubuh dan metabolisme menurun. Gelombang otak ditandai dengan sleep spindles dan gelombang K komplek yang berlangsung pendek dalam waktu 10-15 menit. 3. Tahap III
Kecepatan jantung, pernapasan serta proses tubuh berlanjut mengalami penurunan dan sulit dibangunkan. Gelombang otak menjadi lebih teratur dan terdapat penambahan gelombang delta yang lambat. 4. Tahap IV
Merupakan tahap tidur dalam, yang ditandai dengan predominasi gelombang delta yang melambat. Kecepatan jantung dan pernapasan
39
turun, rileks, jarang bergerak dan sulit dibangunkan dan mengalami 4 sampai 6 kali siklus tidur dalam waktu 7-8 jam. 2.4.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Tidur Kualitas tidur merujuk pada kemampuan seseorang untuk dapat tidur dan mendapatkan tidur REM dan NREM yang tepat. Kualitas tidur adalah jumlah total waktu tidur seseorang. Faktor yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas tidur, yaitu (Nasional Institutes of Health, 2013) . 1.
Lingkungan Lingkungan dapat mendukung dan menghambat tidur. Temperatur, ventilasi, penerangan ruangan dan kondisi kebisingan sangat berpengaruh terhadap tidur seseorang.
2.
Kelelahan Kelelahan akan berpengaruh terhadap pola tidur seseorang. Semakin lelah seseorang maka akan semakin pendek tidur REMnya.
3.
Penyakit Sakit menyebabkan nyeri dapat menimbulkan masalah tidur. Seseorang yang sedang sakit membutuhkan waktu tidur lebih lama dari keadaan normal. Sering sekali pada orang sakit pola tidurnya juga akan terganggu karena penyakitnya seperti rasa nyeriyang ditimbulkan oleh luka.
4. Gaya hidup Orang yang bekerja shift dan sering berubah shiftnya harus mengatur kegiatan agar dapat tidur pada waktu yang tepat. Keadaan rileks sebelum istirahat merupakan faktor yang berpengaruh terhadap seseorang untuk dapat tidur.
40
5.
Obat – obatan dan alcohol Beberapa obat-obatan berpengaruh terhadap kualita tidur. Obat-obatan yang mengandung diuretic menyebabkan insomnia, anti depresan akan memsupresi REM. Orang yang minum alcohol terlalu banyak sering kali mengalami gangguan tidur.
6. Merokok Nikotine mempunyai efek menstimulasi tubuh dan perokok seringkali mempunyai lebih banyak kesulitan untuk bisa tidur dibandingkan dengan yang tidak perokok. Dengan menahan tidak merokok setalah makan malam orang biasanya akan tidur lebih baik. Banyak perokok melaporkan pola tidurnya menjadi lebih baik ketika mereka berhenti merokok. 2.4.5 Gangguan Pola Tidur Gangguan pola tidur merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan adanya gangguan dalam jumlah, kualitas atau waktu tidur pada seorang individu (Harsono, 2014). Gangguan pola tidur antara lain : 1. Insomnia Insomnia adalah ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur baik kualitas maupun kuantitas. Jenis insomnia ada 3 macam yaitu insomnia inisial atau tidak dapat memulai tidur, insomnia intermitten atau tidak bisa mempertahankan tidur atau sering terjaga dan insomnia terminal atau bangun secara dini dan tidak dapat tidur kembali. 2. Hipersomnia Hipersomnia merupakan kebalikan dari insomnia. Hipersomnia merupakan kelebihan tidur lebih dari 9 jam di malam hari dan biasanya
41
berkaitan dengan gangguan psikologis seperti depresi atau kegilasahan, kerusakan sistem saraf pusat dan gangguan pada ginjal, hati atau gangguan metabolisme. 3. Parasomnia Parasomnia merupakan suatu rangkaian gangguan yang mempengaruhi tidur yang dapat menghilang sendiri dalam penghidupan masa dewasa tengah dan selanjutnya. Mengigau, mimpi yang aneh serta seram, somnabulisme atau automatisme tidur, bruksisme, dan paralisis tidur dapat disajikan sebagai keluhan, yang dapat ditanggulangi oleh setiap medikus praktikus. 4. Narkolepsia Narkolepsia adalah serangan mengantuk yang mendadak pada beberapa kali sehari. Sering disebut sebagai serangan tidur. Penyebabnya tidak di ketahui tetapi tidak diperkirakan akibat kerusakan genetik sitem sarap pusat. 2.4.6 Pemeriksaan penunjang Tabel 2.2 Pengkajian PSQI The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) No 1 2 3 4 5
Pertanyaan Sekitar pukul berapa anda biasanya tidur di malam hari? Berapa menit anda membutuhkan waktu untuk dapat tertidur di malam hari? Sekitar pukul berapa anda biasanya bangun tidur di pagi hari? Berapa menit anda terjaga sebelum bangun dari tempat tidur ? Seberapa sering anda Tidak Pernah Kurang dari 1 atau 2 kali terjaga karena : ( 0) sekali dalam dalam seminggu seminggu (1) (2)
a.
Tidak dapat tertidur dalam waktu 30 menit
b.
Terbangun ditengah malam
3 kali atau lebih dalam seminggu (3)
42
atau pagi-pagi sekali
6
7
8
c.
Terbangun karena ingin ke kamar mandi
d.
Terganggu pernafasan
e. f.
Batuk/mendengkur terlalu keras Merasa kedinginan
g.
Merasa kepanasan
h.
Mimpi buruk
i.
Merasa kesakitan
j.
Alasan lain :
Seberapa sering anda mengkonsumsi obat untuk membantu agar anda dapat tertidur (resep/bebas) ? Berapa sering anda tidak dapat menahan kantuk ketika bekerja, makan atau aktifitas lainnya ? Berapa sering anda mengalami kesukaran berkonsentrasi ke pekerjaan ? Sangat baik
9
Cukup baik
Buruk
Sangat buruk
Bagaimana anda menilai kualitas tidur anda sebulan ini ?
*Jawablah pertanyaan dengan sebenar-benarnya dan berilah tanda checklist (√) pada kolom yang sesuai dengan keadaan bapak ibu saat ini Tabel 2.2 Cara pembacaan PSQI
Komponen Kualitas subyektif
No item Tidur secara
9
Jawaban Sangat baik Cukup baik Buruk Sangat buruk
Penilaian skor 0 1 2 3
43
Durasi Tidur (lamanya waktu tidur)
G a m b Skor Latensi Tidur a r a n Latensi Tidur
4
5a
2
(waktu yang diperlukan untuk memulai tidur)
k e Efesiensi 1+3 s tidur i Rumus: m Jumlah lama tidur p 100% Gangguan tidur pada u malam hari 5b, 5c, Jumlah lamanya ditempat 5d, 5e, l tidur 5f, 5g, 5h, a 5i, 5j n Disfungsi tidur siang hari
Penggunaan obat tidur
7+8
6
>7 jam
0
6-7 jam 5-6 jam <5 jam Sangat baik Cukup baik Buruk
1 2 3 0 1 2
Sangat buruk ≤ 15 menit 16-30 menit 31-60 menit >60 menit >85 % 75-84 %
3 0 1 2 3 0 1
65-74 % <65 %
2 3
Sangat baik
0
Cukup baik Buruk Sangat buruk Sangat baik Cukup baik Buruk
1 2 3 0 1 2
Sangat buruk 0 <1 1-2 >3
3 0 1 2 3
Sumber: Curcio et al. (2013) Apabila semakin tinggi skor nilai yang didapatkan maka akan semakin buruk kualitas tidur seseorang. Keuntungan dari PSQI adalah memiliki nilai validitas dan reliabilitas tinggi. Namun, kuesioner PSQI ini juga memiliki kekurangan yaitu dalam pengisian kuesioner hasil yang diperoleh kurang benar dikarenakan keterbatasan dan kesulitan dari responden sehingga perlu dilakukan pendampingan. Kuesioner kualitas tidur terdiri dari pertanyaan terbuka dan tertutup. Pertanyaan untuk nomor
44
5-8 adalah pertanyaan tertutup dan masing-masing mempunyai rentang skor yaitu 0-3yang artinya 0= tidak pernah dalam sebulan terakhir, 1= 1 kali seminggu, 2= 2 kali seminggu dan 3= lebih dari 3 kali seminggu. Interpretasi nilai skor kualitas tidur baik apabila skor nilai 1-5, ringan 6-7, sedang 8-14 dan kualitas tidur buruk jika skor nilai mencapai 15-21. 2.4.7 Penatalaksanaan 1) Terapi musik Definisi terapi musik adalah suatu profesi di bidang kesehatan yang menggunakan musik dan aktivitas musik untuk mengatasi berbagai masalah dalam aspek fisik, psikologis, kognitif dan kebutuhan sosial individu yang mengalami cacat fisik (Djohan 2014). Terapi musik adalah suatu terapi kesehatan menggunakan musik dimana
tujuannya adalah untuk meningkatkan atau
memperbaiki kondisi fisik, emosi, kognitif, dan sosial bagi individu dari berbagai kalangan usia (Suhartini 2014) Manfaat terapi musik : 1.
Mampu menutupi bunyi dan perasaan yang tidak menyenangkan.
2.
Mampu memperlambat dan menyeimbangkan gelombang dalam otak.
3.
Mempengaruhi denyut jantung, nadi dan tekanan darah manusia.
4.
Bisa
mengurangi
ketegangan
otot
dan
45
memperbaiki gerak dan koordinasi tubuh. 5.
Bisa mengatur hormon (hubungannya dengan stres).
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) “Terapi Musik” Pengertian : Pemanfaatan kemampuan elemen musik oleh terapis kepada klien
musik
dan
Tujuan : Memperbaiki kondisi fisik, emosional, dan kesehatan spiritual klien Persiapan alat dan bahan :
1. Mp3 Musik 2. Headset
Tabel 2.4 SOP Terapi Musik PROSEDUR Pre interaksi 1 Cek catatan keperawatan atau catatan medis klien (jika ada) 2 Siapkan alat-alat 3 Identifikasi faktor atau kondisi yang dapat menyebabkan kontra indikasi 4 Cuci tangan Tahap orientasi 5 Beri salam dan panggil klien dengan namanya 6 Jelaskan tujuan, prosedur, dan lamanya tindakan pada klien/keluarga Tahap kerja 7 Berikan kesempatan klien bertanya sebelum kegiatan dilakukan 8 Menanyakan keluhan utama klien 9 Jaga privasi klien. Memulai kegiatan dengan cara yang baik 10 Menetapkan perubahan pada perilaku dan/atau fisiologi yang diinginkan seperti relaksasi, stimulasi, konsentrasi, dan mengurangi rasa sakit. 11 Menetapkan ketertarikan klien terhadap musik. 12 Identifikasi pilihan musik klien. 13 Berdiskusi dengan klien dengan tujuan berbagi pengalaman dalam musik. 14 Pilih pilihan musik yang mewakili pilihan musik klien
46
15 16
Bantu klien untuk memilih posisi yang nyaman. Batasi stimulasi eksternal seperti cahaya, suara, pengunjung, panggilan telepon selama mendengarkan musik.
17 18 19 20 21 22
Dekatkan mp3 musik dan perlengkapan dengan klien. Pastikan mp3 dan perlengkapan dalam kondisi baik. Dukung dengan headphone jika diperlukan. Nyalakan musik dan lakukan terapi musik. Pastikan volume musik sesuai dan tidak terlalu keras. Hindari menghidupkan musik dan meninggalkannya dalam waktu yang lama. Fasilitasi jika klien ingin berpartisipasi aktif seperti memainkan alat musik atau bernyanyi jikan diinginkan dan memungkinkan saat itu.
23 24 25
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Hindari stimulasi musik setelah nyeri/luka kepala akut. Menetapkan perubahan pada perilaku dan/atau fisiologi yang diinginkan seperti relaksasi, stimulasi, konsentrasi, dan mengurangi rasa sakit. Menetapkan ketertarikan klien terhadap musik. Identifikasi pilihan musik klien. Terminasi Evaluasi hasil kegiatan (kenyamanan klien) Simpulkan hasil kegiatan Berikan umpan balik positif Kontrak pertemuan selanjutnya Akhiri kegiatan dengan cara yang baik Bereskan alat-alat Cuci tangan Dokumentasi Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan -
Nama Px, Umur, Jenis kelamin, dll
-
Keluhan utama
-
Tindakan yang dilakukan (terapi musik)
-
Lama tindakan
-
Jenis terapi musik yang diberikan
-
Reaksi selama, setelah terapi pemberian terapi musik
-
Respon klien.
-
Nama perawat
-
Tanggal pemeriksaan
47
2.5 Konsep Keperawatan 2.5.1 Pengkajian 1. Aktifitas istirahat Gejala: Merasa lelah Tanda: Siang/malam gelisah, tidak berdaya, gangguan pola tidur, penurunan minat atau perhatian pada aktivitas yang biasa, hobi, ketidakmampuan untuk menyebutkan kembali apa yang dibaca/ mengikuti acara program televisi.Gangguan keterampilan motorik, ketidakmampuan untuk melakukan hal yang telah biasa yang dilakukannya, gerakan yang sangat bermanfaat. Pada pengkajian aktivitas ada beberapa indeks : a) Indeks Kemandirian Katz Tabel 2.5 Pengkajian KATZ N
Aktivitas
o 1.
2.
3.
Mandi Mandiri : Bantuan hanya pada satu bagian mandi ( seperti punggung atau ekstremitas yang tidak mampu ) atau mandi sendiri sepenuhnya Tergantung : Bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh, bantuan masuk dan keluar dari bak mandi, serta tidak mandi sendiri Berpakaian Mandiri : Mengambil baju dari lemari, memakai pakaian, melepaskan pakaian, mengancingi/mengikat pakaian. Tergantung : Tidak dapat memakai baju sendiri atau hanya sebagian Ke Kamar Kecil Mandiri :
Mandiri
Tergantung
48
Masuk dan keluar dari kamar kecil kemudian membersihkan genetalia sendiri Tergantung : Menerima bantuan untuk masuk ke kamar
kecil dan menggunakan memakai pempers
pispot,
Berpindah Mandiri : Berpindah ke dan dari tempat tidur untuk duduk, bangkit dari kursi sendiri Bergantung : Bantuan dalam naik atau turun dari tempat tidur atau kursi, tidak melakukan satu, atau
4.
lebih perpindahan Kontinen Mandiri : BAK dan BAB seluruhnya dikontrol sendiri Tergantung : Inkontinensia parsial atau total; penggunaan kateter,pispot, enema dan pembalut ( pampers) Makan Mandiri : Mengambil makanan dari piring dan menyuapinya sendiri Bergantung : Bantuan dalam hal mengambil makanan dari piring dan menyuapinya, tidak makan sama sekali, dan makan parenteral ( NGT)
5.
6.
Keterangan : Beri tanda ( v ) pada point yang sesuai kondisi klien b) Barthel ADL (Activities of Daily Living) Indeks Tabel 2.6 Pengkajian ADL No 1.
ADL Mengontrol BAB
2.
Mengontrol BAK
Nilai 0 1 2 0 1
3.
4.
Membersihkan diri (lap muka, sisir rambut, skt gigi) Toileting
2 0 1 0 1
Keterangan Inkontinensia Kadang-kadang Inkontinensia Kontinensia teratur Inkontinensia Kadang-kadang Inkontinensia Kontinensia teratur Butuh pertolongan orang lain Mandiri Tergantung pertolonhan orang lain Perlu pertolongan pada
K.1
K.2
49
beberapa aktivitas, tetapi beberapa aktivitas masih dapat dikerjakan sendiri
5.
6.
7.
2 0 1
Makan
Berpindah dari kursi ke tempat tidur
2 3 0 1
Mobilisasi / berjalan
2 3 0
Bantuan minimal 2 orang Mandiri Tidak mampu
1 2
Menggunakan kursi roda Berjalan dibantu dengan orang lain Mandiri
3 8.
Mandiri Tidak mampu Butuh pertolongan orang lain penuh Bantuan minimal Mandiri Tidak mampu Perlu pertolongan untuk dapat duduk
Berpakaian
0 1
9.
Naik turun tangga
10.
Mandi
2 0 1 2 0 1 TOTAL
Tergantung pertolongan orang lain Sebagaian dibantu Mandiri Tidak mampu Butuh pertolongan Mandiri Tergantung pertolongan orang lain Mandiri
Nilai ADL : 20 : Mandiri 12-19: Ketergantungan ringan 9-11 : Ketergantungan sedang 5-8 : Ketergantungan berat 0-4 : Ketergantungan total c) BBS (Berg Balance Scale) Indeks Tabel 2.7 Pengkajian BBS No
Item Keseimbangan
Skor (0-4)
Skor Klien 1
Skor Klien
50
2 1.
Duduk ke berdiri
4 : dapat berdiri tanpa menggunakan tangan. 3 : mampu berdiri secara mandiri menggunakan tangan. 2 : mampu berdiri menggunakan tangan setelah mencoba. 1 : perlu bantuan minimal untuk berdiri atau menstabilkan. 0 : perlu asisten sedang atau maksimal untuk berdiri.
2.
Berdiri penunjang
tanpa
4 : dapat berdiri dengan aman selama 2 menit. 3 : Mampu berdiri 2 menit dengan pengawasan. 2 : dapat berdiri 30 detik yang tidak dibantu/ditunjang. 1 : membutuhkan beberapa waktu untuk mencoba berdiri 30 detik yang tidak dibantu. 0 : tidak dapat berdiri secara mandiri selama 30 detik.
3.
Duduk penunjang
tanpa
4 : bisa duduk dengan aman dan aman selama 2 menit. 3 : bisa duduk 2 menit dengan pengawasan. 2 : mampu duduk selama 30 detik. 1 : bisa duduk 10 detik. 0 : tidak dapat duduk tanpa penunjang.
4.
Berdiri ke duduk
4 : duduk dengan aman dengan menggunakan minimal tangan. 3 : mengontrol posisi turun dengan menggunakan tangan. 2 : menggunakan punggung kaki terhadap kursi untuk mengontrol posisi turun.
51
1 : duduk secara mandiri tetapi tidak terkendali. 0 : kebutuhan membantu untuk duduk. 5.
Berpindah
4 : dapat berpindah aman dengan penggunaan ringan tangan. 3 : dapat berpindah kebutuhan yang pasti aman dari tangan. 2 : dapat pengawasan.
berpindah
dengan
1 : membutuhkan satu orang untuk membantu 0 : membutuhkan dua orang untuk membantu atau mengawasi. 6.
Berdiri dengan menutup mata
4 : dapat berdiri 10 detik dengan aman. 3 : dapat berdiri 10 detik dengan pengawasan. 2 : mampu berdiri 3 detik. 1 : tidak dapat menjaga mata tertutup 3 detik tapi tetap aman. 0 : membutuhkan bantuan agar tidak jatuh.
7.
Berdiri dengan kaki rapat
4 : mampu menempatkan kaki bersama-sama secara mandiri dan berdiri 1 menit aman. 3 : mampu menempatkan kaki bersama-sama secara mandiri dan berdiri 1 menit dengan pengawasan. 2 : mampu menempatkan kaki bersama-sama secara mandiri tetapi tidak dapat tahan selama 30 detik. 1 : memerlukan bantuan untuk mencapai posisi tapi mampu berdiri selama 15 detik. 0
: memerlukan bantuan untuk mencapai posisi dan tidak dapat tahan selama 15 detik.
52
8.
Menjangkau ke depan dengan lengan
4 : dapat mencapai ke depan dengan percaya diri 25cm (10 inci). 3: dapat mencapai ke depan 12cm (5 inci). 2 : dapat mencapai ke depan 5cm (2 inci). 1 : mencapai ke depan membutuhkan pengawasan.
tetapi
0 : kehilangan keseimbangan ketika mencoba/memerlukan dukungan eksternal. 9.
Mengambil dari lantai
barang
4 : dapat mengambil sandal aman dan mudah. 3 : dapat mengambil sandal tetapi membutuhkan pengawasan. 2 : tidak dapat mengambil tetapi mencapai 2-5cm (1-2 inci) dari sandal dan menjaga keseimbangan secara bebas. 1 : tidak dapat mengambil dan memerlukan pengawasan ketika mencoba. 0 : tidak dapat mencoba/membantu kebutuhan untuk menjaga dari kehilangan keseimbangan atau jatuh.
10.
Menoleh ke belakang
4 : tampak belakang dari kedua sisi. 3 : tampak belakang satu sisi saja. 2 : hanya menyamping tetapi tetap mempertahankan keseimbangan. 1 : perlu pengawasan saat berputar. 0 : butuh bantuan untuk menjaga dari kehilangan keseimbangan atau jatuh.
11.
Berputar 360 derajat
4 : mampu berputar 360 derajat dengan aman dalam 4 detik atau kurang. 3 : mampu berputar 360 derajat dengan aman satu sisi hanya 4 detik
53
atau kurang. 2 : mampu berputar 360 derajat dengan aman tetapi perlahan-lahan. 1 : membutuhkan pengawasan yang ketat. 0 : membutuhkan saat berputar. 12.
Menempatkan kaki bergantian di bangku
4 : mampu berdiri secara mandiri dengan aman dan menyelesaikan 8 langkah dalam 20 detik. 3 : mampu berdiri secara mandiri dan menyelesaikan 8 langkah dalam waktu kurang dari 20 detik. 2 : dapat menyelesaikan 4 langkah tanpa bantuan tetapi dalam pengawasan. 1 : dapat menyelesaikan lebih dari 2 langkah perlu asisten minimal. 0 : membutuhkan bantuan agar tidak jatuh/tidak mampu untuk mencoba.
13.
Berdiri dengan satu kaki di depan
4 : mampu menempatkan tandem kaki secara mandiri dan tahan dalam 30 detik. 3 : mampu menempatkan kaki depan mandiri dan tahan selama kurang dari 30 detik. 2 : dapat mengambil langkah kecil secara mandiri dan tahan selama 20 detik. 1 : kebutuhan membantu untuk melangkah tapi dapat bertahan selama 15 detik. 0 : kehilangan keseimbangan saat melangkah atau berdiri.
14.
Berdiri dengan satu kaki
4 : mampu mengangkat kaki secara mandiri dan tahan lebih dari 10 detik. 3 : mampu mengangkat kaki secara mandiri dan tahan 5-10 detik. 2 : mampu mengangkat kaki secara
54
mandiri dan tahan lebih dari 3 detik. 1 : mencoba untuk angkat kaki tidak bisa tahan 3 detik tetapi tetap berdiri secara mandiri. 0 : tidak dapat mencoba untuk mencegah jatuh. Total skor
Total skor : 56 Interpretasi 0-20
: harus memakai kursi roda (wheelchair bound)
21-40
: berjalan dengan bantuan
41-56
: mandiri/independen
2. Sirkulasi Gejala: Riwayat penyakit vaskuler serebral/sistemik. hipertensi, episode emboli (merupakan faktor predisposisi). 3. Integritas ego Gejala : Curiga atau takut terhadap situasi/orang khayalan, kesalahan persepsi terhadap lingkungan, kesalahan identifikasi terhadap objek dan orang, penimbunan objek : meyakini bahwa objek yang salah penempatannya telah dicuri. kehilangan multiple, perubahan citra tubuh dan harga diri yang dirasakan. Tanda : Menyembunyikan ketidakmampuan (banyak alasan tidak mampu untuk melakukan kewajiban, mungkin juga tangan membuka buku namun tanpa membacanya) , duduk dan menonton yang lain, aktivitas pertama mungkin menumpuk benda tidak bergerak dan emosi stabil, gerakan berulang (melipat membuka lipatan melipat kembali kain), menyembunyikan barang, atau berjalan-jalan.
55
4. Eliminasi Gejala: Dorongan berkemih. Tanda: Inkontinensia urine/feses, cenderung konstipasi/ imfaksi dengan diare. 5. Hygene Gejala : Perlu bantuan /tergantung orang lain Tanda : tidak mampu mempertahankan penampilan, kebiasaan personal yang kurang, kebiasaan pembersihan buruk, lupa untuk pergi kekamar mandi, lupa langkah-langkah untuk buang air, tidak dapat menemukan kamar mandi dan kurang berminat pada atau lupa pada waktu makan: tergantung pada orang lain untuk memasak makanan dan menyiapkannya dimeja, makan, menggunakan alat makan. 6. Neurosensori Gejala : Pengingkaran terhadap gejala yang ada terutama perubahan kognitif,dan atau gambaran yang kabur, keluhan hipokondria tentang kelelahan, pusing atau kadang-kadang sakit kepala. adanya keluhan dalam kemampuan kognitif, mengambil keputusan, mengingat yang berlalu, penurunan tingkah laku (diobservasi oleh orang terdekat). Kehilangan sensasi propriosepsi (posisi tubuh atau bagian tubuh dalam ruang tertentu). dan adanya riwayat penyakit serebral vaskuler/sistemik, emboli atau hipoksia yang berlangsung secara periodik (sebagai factor predisposisi) serta aktifitas kejang (merupakan akibat sekunder pada kerusakan otak).
56
Tanda : Kerusakan komunikasi : afasia dan disfasia; kesulitan dalam menemukan kata- kata yang benar (terutama kata benda); bertanya berulang-ulang atau percakapan dengan substansi kata yang tidak memiliki arti; terpenggal-penggal, atau bicaranya tidak terdengar. Kehilangan kemampuan untuk membaca dan menulis bertahap (kehilangan keterampilan motorik halus). 7. Kenyamanan Gejala : Adanya riwayat trauma kepala yang serius ( mungkin menjadi factor predisposisi atau factor akselerasinya), trauma kecelakaan ( jatuh, luka bakar dan sebagainya). Tanda : Ekimosis, laserasi dan rasa bermusuhan/menyerang orang lain. 8. Interaksi sosial Gejala : Merasa kehilangan kekuatan. faktor psikososial sebelumnya; pengaruh personal dan individu yang muncul mengubah pola tingkah laku yang muncul. Tanda : Kehilangan control sosial,perilaku tidak tepat. 9. Riwayat tidur Pengkajian riwayat tidur antara lain: kuantitas (lama tidur) dan kualitas tidur di siang maupun malam hari, aktivitas dan rekreasi yang dilakukan sebelumnya, kebiasaan sebelum ataupun pada saat tidur, lingkungan tidur, dengan siapa klien tidur, obat yang dikonsumsi sebelum tidur, asupan dan stimulan, perasaan klien mengenai tidurnya, apakah ada kesulitan tidur, dan apakah ada perubahan pola tidur. Gejala klinis :
57
Gejala klinis ditandai dengan perasaan lelah, gelisah, emosi, apatis, adanya kehitaman di daerah sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, dan mata perih, perhatian tidak fokus, serta sakit kepala. 10. Penyimpangan tidur : Penyimpangan tidur meliputi perubahan tingkah laku dan auditorik, meningkatnya kegelisahan, gangguan persepsi, halusinasi visual dan auditorik, bingung, dan disorientasi tempat dan waktu, ganguan koordinasi, serta bicara rancu, tidak sesuai, dan intonasinya tidak teratur. 2.5.2 Analisa Data 1) Data subyektif a) Klien mengatakan tidak ada rasa kantuk, perasaan gelisah. b) Klien mengatakan tidak mampu mengawali saat tidur. 2) Data obyektif a) Klien sering merasa gelisah, disorientasi waktu. b) Klien mengalami perubahan tingkah laku, kebingungan. c) Klien tampak konjungtiva merah, dan sering merasakan mata perih 3) Diagnosa keperawatan a) Risiko Jatuh b) Kerusakan memori b/d distraksi lingkungan c) Defisit perawatan diri b/d kelemahan muskuloskeletal d) Ketidakefektifan koping b/d ketidakmampuan mengenal situasi yang komplek
58
e) Gangguan pola tidur b/d halangan lingkungan (disorientasi waktu, lingkungan, tempat) 2.5.3
Intervensi keperawatan Table 2.8 Intervensi NO 1.
Diagnosa Keperawatan Kerusakan Memori Definisi: ketidakmampuan mengingat informasi ( Nanda, 2015) Batasan Karakteristik :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Ketidakma mpuan melakukan keterampil an yang telah dipelajari sebelumny a Ketidakma mpuan mempelaja ri informasi baru Ketidakma mpuan mempelaja ri keterampil an baru Ketidakma mpuan mengingat informasi actual Keidakma mpuan mengingat perilaku tertentu yang pernah dilakukan Ketidakma
NOC
NIC
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x kunjungan , kesadaran klien terhadap identitas personal, waktu dan tempat lebih baik. NOC : Manajemen Demensia N Indikator 1 2 3 4 5 o 1 Kesulitan . mengingat dan memproses informasi yang baru terjadi 2 Kesulitan melakukan kebutuhan dasar sehari-hari
Manajemen demensia 1) Perkenalkan diri saat melakukan kontak dengan klien 2) Monitor daya ingat klien 3) Panggil klien dengan jelas, dengan lama ketika melakukan interaksi dan berbicara secara perlahan 4) Berikan alat untuk mengingat suatu informasi 5) Ingatkan klien untuk jadwal yang harus dilakukan oleh klien 6) Berikan waktu istirahat untuk mengurangi kelelahan dan stress 7) Pilih aktifitas sesuai kemampuan pengelolaan kognitif dan minat klien 8) Beri latihan orientasi misalnya klien berlatih mengenai informasi pribadi dan tanggal
Keterangan : Beri tanda (X) sesuai dengan nilai skoring klien sebelum intervensi Beri tanda (√) sesuai dengan nilai skoring klien setelah intervensi
1) Sangat terganggu a) Tidak dapat memproses informasi atau bahkan tidak ada informasi yang dapat diingat atau diproses. b) Sangat ketergantungan dengan orang lain. Tidak dapat melakukan sama sekali kegiatan sehari-hari. 2) Terganggu a) Kehilangan memori yang parah.Hanya informasi yang sangat sederhana yang dapat diterima oleh klien. b) Dapat pemenuhan kebutuhan sehari-hari dibutuhkan bantuan dari orang lain secara maksimal.
59
7.
8.
9.
NO 2.
mpuan mengingat peristiwa Ketidakma mpuan menyimpa n informasi Lupa melakukan perilaku pada waktu yang telah dijadwalka n Mudah lupa
Diagnosa Keperawatan Defisit perawatan diri (mandi) Definisi : hambatan untuk melakukan aktifitas mandi secara mandiri Batasan karateristik:
1.
2.
3.
Ketidakma mpuan membasuh tubuh Ketidakma mpuan mengingat waktu untuk mandi Ketidakma mpuan mengambil pealatan mandi
3) Cukup terganggu a) susah menerima dan memproses informasi yang sederhana tetapi terkadang masih ada informasi yang dapat diterima. b) Dapat melakukan kegiatan sehari hari dengan antuan orang lain secara minimal dan menggunakan alat bantu. 4) Sedikit terganggu a) Dapat menerima dan memproses informasi yang bersifat sederhana. b) Dapat melakukan kegiatan sehari hari dengan bantuan orang lain atau hanya dengan alat bau. 5) Normal a) Dapat menerima da memproses informasi dengan baik b) Dapat melakukan kegiatan sehari-har secara mandiri. NOC Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah defisit perawatan diri dapat teratasi. NOC : Perawatan Diri : Mandi N Indikator 1 2 3 4 5 o 1. Mengambil alat mandi 2. Mencuci wajah 3. Mencuci bagian atas sampai bawah tubuh Mengeringk an tubuh
Keterangan : Beri tanda (X) sesuai dengan nilai skoring klien sebelum intervensi Beri tanda (√) sesuai dengan nilai skoring klien setelah intervensi Skoring :
1) Sangat terganggu a) Mengambil alat mandi : tidak mampu
secara tepat 9) Memberikan kegiatan yang dapat mengasah kerja otak 10) Sediakan pengingat dengan menggunakan gambar dengan cara yang tepat( mengunakan simbol, gambar, tulisan ) 11) Kolaborasi dengan perawat yang lain agar selalu memantau klien dan mengingtkan klien 12) Kolaborasi dengan tim medis lainnya. NIC Bantuan perawatan diri : mandi (kebersihan tubuh) 1) Observasi keadaan umum klien dan kebersihan tubuh 2) Sediakan lingkungan yang terapeutik dengan memastikan suasana rileks dan privasi 3) Sediakan barang pribadi yang diinginkan (sabun mandi, pasta gigi dan sikat gigi, lotion, deodoran) 4) Letakkan
60
Faktor yang berhubungan :
1.
2. 3.
Gangguan neuromusk ular Gangguan kognitif Kelemahan
2)
3)
4)
5)
b) Mencuci wajah :tidak mampu melakukan sendiri c) Mencuci tubuh bagian atas sampai bawah : tidak mampu d) Mengeringkan badan tidak mampu Terganggu a) Mengambil alat mandi bantuan orang lain b) Mencuci wajah :melakukan hanya ¼ bagian wajah dengan bantuan c) Mencuci tubuh bagian atas sampai bawh :melakukan dengan bantuan dari 2-3 orang d) Mengeringkan badan: mampu melakukan hanya 1 bagian tubuh Cukup terganggu a) Mengambil alat mandi : mampu mengambil hanya 1 alat saja b) Mencuci wajah :mampu melakukan hanya ½ bagian wajah dengan bantuan c) Mencuci tubuh bagian atas sampai bawah :melakukan dengan bantuan 2 orang d) Mengeringkan badan: mampu melakukan hanya 2 bagian tubuh Sedikit terganggu a) Mengambil alat mandi : mampu mnegambil 2 ampai 3 alat mandi b) Mencuci wajah : mampu melakukan setengah bagian tanpa bantuan c) Mencuci tubuh bagian atas sampai bawah :melakukan dengan bantuan 1 orang d) Mengeringkan badan : mampu melakukan hanya pada 2 sampai 3 bagian tubuh Normal a) Mengambil alat mandi : mengambil semua alat mandi yang diperlukan b) Mencuci wajah : melakukan seluruh wajah c) Mencuci bagian bawah dan
5)
6)
7)
8)
handuk, sabun, sikat gigi dan pasta gigi serta aksesois lain yang diperlukan disisi tempat tidur Jaga kebersihan klien Dukung keluarga untuk berpartisipasi untuk menjaga kebersihan klien Fasilitasi klien untuk melakukan mandi sendiri Berikan bantuan sampai klien benar-benar mampu merawat diri
61
NO 3
atas tubuh : melakukan tanpa bantuan d) Mengeringkan badan : melakukan utuh NOC
Diagnosa Keperawatan Ketidakefektifan koping
Definisi: Ketidakmampua n untuk membentuk penilaian valid tentang stresor, ketidakmampua n pilahan respon yang dilakukan, ketidakmampua n untuk menggunakan sumber daya yan ada, Faktor resiko: 1. Akses dukungan sosial tidak adekuat 2. Kesulitan mengorganis asi informasi 3. Ketidakmam puan memenuhi kebutuhan dasar 4. Ketidakmam puan mengatasi masalah 5. Ketidakmam puan menghadapi masalah 6. Ketidakmam pan mengikuti informasi 7. Perubahan konsentrasi 8. Strategi koping tidak
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan asia/ klien mengalami koping yang efektif N o
Indikator
1
Konsentrasi
2
Memproses informasi
1 2 3 4 5
Keterangan : Beri tanda (X) sesuai dengan nilai skoring klien sebelum intervensi Beri tanda (√) sesuai dengan nilai skoring klien setelah intervensi Skoring :
1) Sangat terganggu a) Klien sama sekali tidak dapat konsentrasi b) Klien tidak dapat memproses informasi 2) Terganggu a) konsentrasi terhadap hal hal yang sederhana tetai terkadang tidak dapat konsentrasi b) Hanya hal hal yang sederhana yang dapat diproses dan terkaang tidak bisa 3) Cukup terganggu a) Dapat konsentrasi terhadap hal hal yang sederhana b) Hanya informasi hal-hal yang sederhana yang dapat diproses 4) Sedikit terganggu a) Dapat konsentrasi terhadap hal-hal yang rumit b) Dapat memproses informasi terhadap hal yang rumit 5) Normal a) Dapat konsentrasi dengan baik b) Dapat memproses informasi dengan baik
NIC 1) Amati penyebab tidak efektifnya konsep diri. 2) Amati kekuatan seperti kemampuan untuk menceritakan kenyataan dan mengenali sumber tekanan 3) Monitor risiko membahayakan diri 4) Bantu klien menentukan tujuan yang realistis dan mengenali ketrampilan dan pengetahuan pribadi 5) Anjurkan klien untuk membuat pilihan dan ikut serta dalam perencanaan perawatan dan aktivitas yang terjadwal 6) Berikan aktivitas fisik dan mental yang tidak melebihi kemampuanklie n Jika memiliki 7) Gunakan pendengaran dan penerimaan aktif dalam membantu klien mengekspresika
62
efektif
NO
4
Diagnosa Keperawatan Gangguan tidur
NOC
pola
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan 3 x 24 jam pada klien dengan gangguan pola tidur dapat Definisi : Interupsi jumlah teratasi. waktu dan kualitas akibat faktor eksternal Faktor Resiko 1. Kesulitan jatuh tertidur 2. Ketidakpua san tidur 3. Menyataka n tidak
NOC : Kriteria hasil : N Indikato o r 1 Waktu tidur 2
3
Kualitas tidur
1 2 3 4 5
n emosi 8) Hindaripenenan gan yang salah; berikan jawaban jujur dan berikan hanya informasi yang diminta 9) Dukunglah perilaku penanggulanga n; berikan klien waktu untuk bersantai 10) Bantu klien untuk menjelaskan arti gejala yang mereka miliki 11) Anjurkan penggunaan relaksasi perilaku kognitif (misal terapi musik,guided imagery) 12) Gunakan teknik selingan selama prosedur yang menyebabkan klien merasa ketakutan NIC
Environment management (manajemen lingkungan) 1) Perkenalkan diri 2) Monitoring TTV 3) Beri edukasi pentingnya kebutuhan tidur 4) Kaji pola tidur dengan cara observasi 5) Monitoring
63
4.
merasa cukup tidur Perubahan pola tidur normal
Teknik relaksasi 4
Lingkun gan Keterangan : Beri tanda (X) sesuai dengan nilai skoring klien sebelum intervensi Beri tanda (√) sesuai dengan nilai skoring klien setelah intervensi
1) Sangat parah a) Waktu tidur : 0-2 jam b) Kualitas tidur : perasaan lelah, kelopak mata bengkak, pusing c) Teknik relaksasi : tidak bias/mampu melakukan teknik relaksasi d) Lingkungan : mengatakan tidak nyaman 2) Parah a) Waktu tidur : 3-4 jam b) Kualitas tidur : tidur tidak puas, hitam disekitar mata, pusing c) Teknik relaksasi : bias dilakukan teknik relaksasi tapi tidak terpengaruh d) Lingkungan : belum terbiasa dengan lingkungan 3) Sedang a) Waktu tidur : 5-6 jam b) Kualitas tidur : selalu terbangun saat tidur, gelisah c) Teknik relaksasi : sedikit bisa dilakukan teknik relaksasi d) Lingkungan : mulai merasa nyaman dengan lingkungan 4) Ringan a) Waktu tidur : 7 jam b) Kualitas tidur : sakit kepala, mudah menguap c) Teknik relaksasi : bias melakukan teknik relaksasi tapi masih dibantu d) Lingkungan : sedikit merasa nyaman 5) Normal a) Waktu tidur : 8 jam b) Kualitas tidur : tidak ada gangguan tidur/merasa
kenyamanan setelah tidur 6) Observasi sering terbangun pada malam hari 7) Ciptakan lingkungan yang aman 8) Berikan tempat tidur dan lingkungan yang bersih dan nyaman 9) Berikan posisi tidur yang membuat klien yang nyaman 10) Berikan terapi nafas dalam 11) Berikan terapi musik pada klien
64
NO 5
Diagnosa Keperawatan Risiko jatuh Definisi : Peningkata n kerentanan untuk jatuh yang dapat menyebabkan bahaya fisik Faktor Resiko
1. Dewasa a. Usia 65 tahun atau lebih b. Riwayat jatuh c. Prosthesis eksremita s bawah d. Pengguna an alat bantu 2. Lingkungan a. Lingkung an yang tidak terorganis ir b. Ruang yang memiliki pencahay aan yang redup c. Lantai yang licin 3. Fisiologis a. Sakit akut b. Kelemaha n dari ekstermit as bawah c. Arthritis
nyaman c) Teknik / relaksasi : bias melakukan teknik relaksasi d) Lingkungan : merasa nyaman dan terbiasa dengan lingkungan NOC Tujuan :Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam diharapkan risiko jatuh tidak dapat terjadi NOC : Kejadian jatuh N Indikator 1 2 3 4 5 o 1 Susah saat 2 berdiri susah saat 3 berjalan kesulitan melakuka n kegiatan dasar hidup seharihari Keterangan : Beri tanda (X) sesuai dengan nilai skoring klien sebelum intervensi Beri tanda (√) sesuai dengan nilai skoring klien setelah intervensi
1) Sangat terganggu a) Susah saat berdiri: tidak dapat berdiri b) Susah saat berjalan : tidak dapat berjalan sepenuhnya c) Kesulitan melakukan kegiatan kehidupan seharihari :dibantu orang lain dengan sepenuhnya 2) Terganggu a) Susah saat berdiri : dapat berdiri dengan bantuan orang lain atau alat sepenuhnya b) Susah saat berjalan : dapat berjalan dengan bantuan orang lain atau alat bantu dengan sepenuhnya c) Kesulitan melakukan kegiatan kehidupan seharihari: diabntu orang dengan sepenuhnya 3) Cukup terganggu
NIC 1) Mengidentifika si defisit kognitif atau fisik yang dapat meningkatkan potensi jatuh dalam lingkungan tertentu. 2) Mengidentifika si perilaku dan faktor yang mempengaruhi resiko jatuh 3) Mengidentifika si karakteristik lingkungan yang dapat meningkatkan potensi untuk jatuh ( misalnya : lantai yang licin dan tangga terbuka ) 4) Mendorong klien untuk menggunakan tongkat atau alat pembantu berjalan 5) Membantu toilet seringkali,inter val dijadwalkan 6) Tempat artikel mudah dijangkau dari klien
65
a) Susah saat berdiri : dapat berdiri dengan bantuan orang lain atau alat minimal b) Susah saat berjalan : dapat berjalan dengan bantuan orang lain atau alat bantu dengan minimal c) Kesulitan melakukan kegiatan kehidupan seharihari: diabntu orang dengan minimal 4) Sedikit terganggu a) Susah saat berdiri : dapat berdiri dengan mengunakan alat bantu saja b) Susah saat berjalan : dapat berjalan dengan alat bantu saja c) Kesulitan melakukan kegiatan kehidupan seharihari: mengunakan alat bantu saja 5) Tidak terganggu a) Susah saat berdiri : dapat berdiri sendiri dengan alat bantu b) Susah saat berjalan : dapat berjalan sendiri tanpa alat bantu c) Kesulitan melakukan kegiatan kehidupan seharihari : tidak ada kesulitan
2.5.4
Implementasi adalah tahap ke empat dalam tahap proses keperawatan dalam melaksanakan tindakan perawatan sesuai dengan rencana (Hidayat, 2013). Implementasi merupakan tahap keempat dari proses dokumentasi keperawatan yang dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan. Dengan rencana keperawatan yang diberikan dibuat berdasrkan diagnosa yang tepat, intervensi diharapkan dapat mencapai
66
tujuan yang diharapkan untuk meningkatkan status kesehatan. Implementasi meliputi klien, perawat dan staf lainnya yang akan melaksanakan rencana keperawatan. Komponen lain dari proses keperawatan, seperti pengkajian dan peencanaan berlajut selama komponen ini. Didalam konsep konsep asuhan keperawatan ini klien melakukan intervensi atau perencanaan yang sudah disusun kepaa para klien lansia seperti melakukan terapi aktivitas dan lain-lain. Menurut Debora tahun 2013 Implementasi merupakan suatu tahapan keempat dari proses keperawatan. Tahap ini muncul jika perencanaan yang dibuat diaplikasikan pada klien. Tindakan yang dilakukan mungkin sama, mungkin juga berbeda dengan urutan yang telah dibuat pada perencanaan. Aplikasi yang dilakukan pada klien akan berbeda, disesuaikan dengan kondisi klien saat itu dan kebutuhan yang paling dirasakan oleh klien. Implementasi keperawatan membutuhkan fleksibilitas dan kreatifitas perawat. Sebelum melakukan suatu tindakan, perawat harus mengetahui alasan mengapa tindakan tersebut dilakukan. Perawat harus yakin bahwa: 1. Tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan tindakan yang sudah direncanakan. 2. Dilakukan dengan cara yang tepat, aman, serta sesuai dengan kondisi klien. 3. Selalu dievaluasi apakah sudah efektif. 4. Aktivitas yang dilakukan pada tahap implementasi Jenis – jenis Implementasi :
67
Menurut Asmadi (2013) dalam melakukan implementasi keperawatan terdapat tiga jenis implementasi keperawatan, yaitu : 1. Independent
implementations
adalah
suatu
tindakan
yang
dilakukan secara mandiri oleh perawat tanpa petunjuk dari tenaga kesehatan lainnya. Independent implementations ini bertujuan untuk membantu klien dalam mengatasi masalahnya sesuai dengan kebutuhan klien itu sendiri, seperti contoh : membantu klien dalam memenuhi activity daily living (ADL), memberikan perawatan diri, menciptakan lingkungan yang aman, nyaman dan bersih untuk klien,
memberikan
dorongan
motivasi,
membantu
dalam
pemenuhan psiko-sosio-spiritual klien, membuat dokumentasi, dan lain-lain. 2. Interdependent/collaborative implementations adalah tindakan perawat yang dilakukan berdasarkan kerjasama dengan tim kesehatan yang lain. Contohnya dalam pemberian obat, harus berkolaborasi dengan dokter dan apoteker untuk dosis, waktu, jenis obat, ketepatan cara, ketepatan klien, efek samping dan respon klien setelah diberikan obat. 3. Dependen implementations adalah pelaksanaan rencana tindakan medis/instruksi dari tenaga medis seperti ahli gizi, psikolog, psikoterapi, dan lain-lain dalam hal pemberian nutrisi kepada klien sesuai dengan diet yang telah dibuat oleh ahli gizi dan latihan fisik sesuai dengan anjuran bagian fisioterapi.
68
2.5.5
Evaluasi Evaluasi merupakan
langkah proses yang memungkinkan
perawat untuk menetukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil meningkatkan kondisi klien atau tidak. Kriteria proses yaitu menilai pelaksanaan proses keperawatan sesuai situasi, kondisi dan kebutuhan klien. Evaluasi proses harus dilaksanakan untuk membantu keefektifan terhadap tindakan. Kriteria keberhasilan yaitu menilai hasil asuhan keperawatan yang ditujukan dengan perubahan tingkah laku klien. Disini peneliti melakukan evaluasi apakah intervensi yang telah dilakukan sudah berhasil dalam meningkatkan memori klin, mengurangi defisit perawatan diri klien, membantu klien dalam keefektifan koping dan mencegah resiko jatuh pada klien. Evaluasi adalah tahap kelima dari proses keperawatan. Pada tahap ini perawat membandingkan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan kriteria hasil yang sudah ditetapkan serta menilai apakah masalah yang terjadi sudah teratasi seluruhnya, hanya sebagian, atau bahkan belum teratasi semuanya. Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan yaitu suatu proses yang digunakan mengukur dan memonitor kondisi klien untuk mengetahui kesesuaian tindakan keperawatan, perbaikan tindakan keperawatan, kebutuhan kliet saat ini, perlunya dirujuk pada tempat kesehatan lainnya dan apakah perlu menyusun ulang prioritas diagnosis supaya kebutuhan klien bisa terpenuhi (Debora, 2011).
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain yang digunakan dalam laporan penelitian ini adalah studi kasus, yaitu studi yang mengeksplorasi suatu masalah atau fenomena dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam dan menyertakan berbagai sumber informasi. Studi kasus dibatasi oleh waktu dan tempat, serta kasus yang dipelajari berupa peristiwa, aktivitas atau individu (Parwoto, 2015). Studi kasus ini adalah studi kasus untuk mengeksplorasi asuhana keperawatan pada klien lansia dengan demensia disertai gangguan pola tidur di Griya Asih Lawang. 3.2
Batasan Ilmiah Batasan istilah adalah pernyataan yang menjelaskan istilah – istilah yang
menjelaskan istilah – istilah kunci yang menjadi focus studi kasus. Beberapa batasan istilah antara lain : 1. Definisi demensia menurut WHO adalah sindrom neurodegeneratif yang timbul karena adanya kelainan yang bersifat kronis dan progesifitas disertai dengan gangguan fungsi luhur multiple seperti kalkulasi, kapasitas belajar, bahasa, dan mengambil keputusan. Kesadaran pada demensia tidak terganggu. Gangguan fungsi kognitif biasanya disertai dengan perburukan kontrol emosi, perilaku, dan motivasi. (WHO, 2014). 2. Gangguan pola tidur merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan adanya gangguan dalam jumlah, kualitas atau waktu tidur pada seorang individu (Harsono, 2014). 3.3
Partisipan
69
70
Subyek yang digunakan sebagai partisipan dalam studi kasus ini adalah dua klien yang memiliki masalah keperawatan dan diagnosa medis yang sama. Partisipan atau unit yang diteliti dalam studi kasus ini klien demensia dengan gangguan pola tidur di Griya Asih Lawang, Kabupaten Malang. 1. Inklusi a. Lansia usia 70-80 tahun b. Lansia dengan hasil pemeriksaan PSQI buruk saat pengkajian. c. Lansia dengan hasil pemeriksaan MMSE ringan-sedang saat pengkajian. 2. Ekslusi a. Lansia demensia dengan komplikasi b. Lansia meninggal sebelum selesai penelitian c. Lansia dengan gangguan pendengaran 3.4
Lokasi dan Waktu penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Griya asih Lawang jl. Pramuka RT 06 RW
07 Lawang penelitian dilaksanakan selama 14 hari dengan 3x kunjungan pada tanggal 20 Juli s/d 3 Agustus 2018 dengan responden para lansia penghuni Griya Asih Lawang. 3.5
Pengumpulan Data 1. Wawancara Wawancara dilakukan untuk memperoleh hasil anamnese tentang identitas klien, keluhan utama yang dirasakan klien, riwayat penyakit sekarang, penyakit dahulu dan riwayat penyakit keluarga, pola aktivitas sehari-hari yang dilakukan klien sebelum sakit dan pada saat sakit.
71
Sumber data dapat diperoleh dari ungkapan secara langsung yang disampaikan oleh klien maupun keluarga klien. 2. Observasi dan pemeriksaan fisik Observasi dan pemeriksaan fisik dilakukan secara fisik disini yang perlu diperhatiakan oleh peneliti adalah tingkat kecemasan klien, raut wajah klien , pola aktivitas sehari-hari klien, tanda- tanda vital klien dan juga fungsi dari organ-organ klien masih berfungsi dengan baik atau ada tidaknya gangguan. 3. Studi dokumentasi dan angket (hasil pemeriksaan diagnostik dan data lain yang relevan). 3.6
Uji Keabsahan Data Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data atau informasi
yang diperoleh sehingga menghasilkan data dengan validitas tinggi. Uji keabsahan data dilakukan dengan: 1. Memperpanjang waktu pengamatan atau tindakan 2. Sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari tiga sumber data utama yaitu klien, perawat yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. 3. Keabsahan data perlu dijamin akan kebenarannya, peneliti telah melakukan dengan konfirmasi informasi yang telah ditemukan dengan cara melakukan verifikasi tingkat kepercayaan (credibility) dengan tujuan untuk menilai kebenaran dari temuan data yang telah dibuat oleh peneliti berdasarkan informasi dari partisipan.
72
4. Partisipan diberi kesempatan untuk membaca berulang kali dan dimohon memberikan penilaian apakah isi temuan data tersebut sesuai dengan pengalaman diri sendiri (Prawoto, 2015) 3.7 Alur Studi Kasus Pemohonan Surat Ijin Penelitian
Populasi Seluruh Klien Demensia Dengan Gangguan Pola Tidur
Peneliti Menentukan Sample dengan 2 Partisipan Berdasarkan Inklusi Yang Ditentukan Peneliti
Menjelaskan Maksud Dan Tujuan Peneliti
Informed Consent Memastikan Legalitas Persetujuan Dengan Surat Persetujuan Bersedia Menjadi Responden
Uji Keabsahan Data Menggunakan Triangulasi Sumber, Teknik Dan Waktu
Analisa Data
Hasil dan Pembahasan
Penarikan kesimpulan
Penyajian data
Bagan 3.1 Alur Studi Kasus
73
3.8 Analisis Data Analisis data dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik analisis yang digunakan dengan cara menarasikan jawabanjawaban yang diperoleh dari hasil interprestasi wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah. Teknik analisis yang digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya diinterprestasikan dan dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut. Urutan dalam analisis adalah: 1. Pengumpulan data Data dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara, observasi, dokumen). Hasil ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam bentuk transkrip (catatan terstruktur). 2. Mereduksi data Dari hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan dijadikan satu dalam bentuk transkrip dan dikelompokkan menjadi data subyektif dan obyektif, dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik kemudian dibandingkan nilai normal. 3. Penyajian data Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun teks naratif. Kerahasiaan dari klien dijamin dengan jalan mengaburkan identitas dari klien serta surat informed consent yang telah disetujui responden.
74
4. Kesimpulan Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan hasil penelitian terdahulu secara teoritis dengan perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan dengan metode induksi. Data yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan, dan evaluasi. 3.9 Etika Penelitian Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan. Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut (Hidayat, 2014): 1. Informed consent (persetujuan) Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent
tersebut
diberikan
sebelum
penelitian
dilakukan
dengan
memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak klien. Beberapa informasi yang ada dalam informed consent tersebut antara lain: a. Partisipasi klien b. Tujuan dilakukannnya tindakan c. Komitmen
75
d. Prosedur pelaksanaan e. Potensial masalah yang akan terjadi f. Manfaat g. Kerahasiaan 2. Anonimity (tanpa nama) Masalah etika keperawatan adalah masalah yang memberikan jaminan dalam penggunakan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan
atau
mencantumkan
nama
responden
pada
lembar
pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan inisial pada nama klien. 3. Confidentiality (kerahasian) Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.
Semua
informasi
yang
tealah
dikumpulkan
dijaminan
kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset. Pada penelitian ini peneliti menjaga kerahasiaan dengan cara tidak menyebarkan informasi apapun yang berasal dari klien kepada orang lain. 4. Justice (keadilan) Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam praktek profesional ketika perawat bekerja untuk klien yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan
76
kesehatan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan rencana terapi yang sama pada 2 partisipan yang berbeda. 5. Veracity (Kejujuran) Nilai ini diperlukan oleh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Dalam penelitian ini peneliti menyampaikan penjelasan dengan jujur kepada partisipan. 6. Beneficence Manfaat suatu penelitian yang harus secara nyata lebih besar kadarnya dibanding risiko yang munkin akan dialami oleh subjek penelitian dan harus dilakukan dengan metode yang benar secara ilmiah serta harus dilaksanakan oleh penelitian yang kompeten. Dalam penelitian ini peneliti mempelajari instrumen – instrumen terapi yang diberikan pada partisipan agar peneliti mendapat manfaat penelitian ini. 7. Nonmaleficience Mengusahakan semaksimal mungkin agar subjek tidak terpapar oleh perlakuan yang akan merugikan jiwa maupun kesehatan dan kesejahteraannya. Peneliti lebih berhati – hati dari mulai perencanaan tindakan, sampai implementasi karena agar klien tidak merasaa dirugikan.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Lokasi Penelitian
Griya Asih Lawang merupakan lembaga dibawah yayasan Diakonia GPIB Rumah Asuh Anak Lansia GRIYA ASIH LAWANG yang beralamat di JL.Pramuka RT 06 RW O7 Ds Ngarmato Kelurahan Lawang Kecamatan Lawang. Didalam Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih lawang ini menampung anak yatim atau yatim piatu dan juga lansia atau disebut dengan panti werdha dengan sistem rumah asuh atau pendampingan saja. Griya Asih Lawang terdiri dari bangunan asrama panti werdha, bangunan anak yatim, 2
bangunan aula, perkantoran dan rumah dinas dengan luas 6000 m dengan personil organisasi sebanyak 21 orang dengan tugas yang telah dibagi masingmasing, dan terdapat 24 lansia di Griya Asih Lawang. 4.1.2
Pengkajian a. Identitas klien
Tabel 4.1 Identitas Klien Identitas Klien Nama Usia Jenis kelamin Alamat
Status pernikahan Agama Pekerjaan Suku bangsa Tanggal masuk Tanggal pengkajian
Klien 1 Ny. L 72 th P Jl.Kalimas Baru 1/3A Perak Utara Pabean Canhan Surabaya Menikah Kristen IRT Jawa 17 September 2017 2 Juli 2018 77
Klien 2 Ny. Y 77 th P Jl.Irian Jaya 96 Situbondo
Janda Kristen Swasta Cina 07 November 2007 7 Juli 2017
78
Diagnosa medis
Demensia
Demensia
b. Status kesehatan Tabel 4.2 Status Kesehatan Dan Riwayat Kesehatan Riwayat Penyakit
Klien 1
Klien 2
Keluhan Utama
Klien mengeluh sering lupa dan sering terbangun saat malam hari ± 2x / malam. Riwayat Penyakit Klien datang ke Griya Asih Sekarang Lawang dengan diantarkan keluarga tanpa keluhan atau riwayat penyakit. Riwayat Dahulu
Klien mengatakan sering lupa dan susah untuk mengawali tidur. Klien datang ke Griya Asih Lawang denga diantarkan keluarga dengan kondisi klien mengalami gangguan mobilitas fisik. Penyakit Klien tidak memiliki Klien tidak memiliki riwayat riwayat penyakit terdahulu. penyakit terdahulu.
Sering Riwayat Dalam keluarga klien tidak Penyakit Keluarga ada riwayat penyakit seperti hipertensi, diabetes militus dan lain-lain.
Dalam keluarga klien tidak ada riwayat penyakit seperti hipertensi, diabetes militus dan lain-lain.
c. Genogram
Klien 1 Ket : : perempuan
: laki-laki X
: meninggal : menikah
X
X
X
X
X X
: penderita / klien
79
Klien 2
Ket : : perempuan
: laki-laki X
: meninggal : menikah
X
X
X
X
X
: penderita / klien
Bagan 4.1 Genogram d. Pola kesehatan
Tabel 4.3 Pola Kesehatan POLA KESEHATA N Pola Nutrisi
Pola Eliminasi
KLIEN1
KLIEN2
Klien makan 3x1 sehari dengan gizi seimbang yang telah ditentukan oleh panti. Klien memenuhi kebutuhan makan tanpa dibantu oleh orang lain. Jumlah minuman 8 gelas/hari Frekuensi minuman 2000 ml/24 jam
Jumlah makanan 1 porsi, 3 x 1 Jenis makanan nasi, lauk, dan sayur Cara pemberian makanan melalui oral. Klien memenuhi kebutuhan makan tanpa dibantu oleh orang lain. Jumlah minuman 7 gelas/hari 1500 Frekuensi minuman ml/24 jam Klien mengatakan lupa
BAB lancar, warnanya kuning, bentuknya padat Frekuensi BAK 5x/hari, warnanya kuning cerah, bau khas kencing Pola Klien tidur 3 jam/hari Istirahat/tidur Tidur siang 1 jam/hari, malam 2 jam/hari Tidur tidak nyaman sering terbangun Pola Personal Mandi 2x perhari, pakai Hygiene sabun, mandi pagi dan sore secara mandiri
Klien lupa, klien mengatakan tidurnya sering terbangun.
Mandi 2x perhari, pakai sabun, mandi pagi dan sore secara dengan bantuan
80
Pola Aktifitas
Klien mengikuti aktivitas Aktivitas sehari-hari dibantu senam pagi setiap hari alat (kursi roda). dipanti.
Ketergantung an
Klien beraktifitas mandiri
secara Klien beraktifitas dibantu orang lain dan alat bantu (kursi roda)
e. Pemeriksaan fisik
Tabel 4.4 Pemeriksaan Fisik Klien 1
Klien 2
Suhu
36,7 ºC
36,2 ºC
Nadi Tekanan Darah Pernafasan
82 x/menit 110/70 mmHg 18 x/menit
77 x/menit 120/90 mmHg 24 x/menit
GCS
4 5 6 Compos mentis
4 5 6 Compos mentis
TB
153 cm
157 cm
BB
56 kg
65 kg
Keadaan Umum
Baik
Baik
Kepala Ekspresi wajah
Grimace (-) tegang (-)
Grimace (-) tegang (-)
Rambut
Rambut berwarna tidak rata, bersih
Rambut berwarna putih tidak rata, tidak lepek dan bersih
Kulit Kepala
Bersih dan tidak ada lesi
Bersih dan tidak ada lesi
Mata
Simetris, konjungtiva anemis, sklera putih, tidak ada benjolan, reaksi pupil terhadap cahaya responnya mengecil, pupil isokor, terdapat kantung mata
Hidung
Simetris, tidak ada polip, tidak terdapat pernafasan cuping hidung
Simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih, tidak ada benjolan, reaksi pupil terhadap cahaya responya mengecil, pupil isokor, terdapat kantung mata Simetris, tidak ada polip, tidak terdapat pernafasan cuping hidung
Telinga
Simetris, baik
Mulut
Bibir atas dan bawah Bibir atas dan bawah
putih
pendengaran Simetris, pendengaran tidak baik
81
simetrsis, tidak terdapat simetrsis, tidak terdapat bibir sumbing, gigi palsu bibir sumbing, gigi gusi gusi dan lidah bersih. dan lidah bersih dan adanya karang gigi Leher Asimetris/simetris
Pembesaran kelenjar lymfe
Bentuknya simetris
Bentuknya simetris
Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran kelenjar lymfe kelenjar lymfe
Pemeriksaan Thorak Pulmonum Inspeksi
Pergerakan dada simetris, Pergerakan dada bentuknya normal chest simetris, bentuknya normal chest
Palpasi
Tidak ada nyeri tekan, pergerakan antara kanan dan kiri seimbang
Tidak ada nyeri tekan, pergerakan antara kanan dan kiri seimbang
Perkusi
Sonor
Sonor
Auskultasi
Tidak ada suara nafas tambahan seperti ronchi dan whezing Ronchi Whezing
Tidak ada suara nafas tambahan seperti ronchi dan whezing Ronchi Whezing
Cardiovaskular Inspeksi
Ictus cordis tidak tampak
Palpasi
Ictus cordis teraba
Ictus cordis tidak tampak Ictus cordis teraba
Perkusi
Batas jantung normal: atas (N=ICS II), bawah (N=ICS V), kiri (N=ICS V Clavikula Sinistra), kanan (N=ICS IV Sternalis Dextra) Batas kanan : Pekak
Auskultasi Abdomen Inspeksi Auskultasi
batas batas batas Mid batas Mid
Batas jantung normal: batas atas (N=ICS II), batas bawah (N=ICS V), batas kiri (N=ICS V Mid Clavikula Sinistra), batas kanan (N=ICS IV Mid Sternalis Dextra) Batas kanan : Pekak
Batas kiri :Pekak S1 S2 tunggal
Batas kiri :Pekak S1 S2 tunggal
Bentuknya datar
Bentuknya datar
Adanya suara bising usus
Adanya suara bising usus
82
12x/menit
11x/menit
Perkusi
Timpani
Timpani
Palpasi
Saat dipalpasi perutnya tidak teraba adanya pembesaran hepar dan tidak ada nyeri tekan
Saat dipalpasi perutnya tidak teraba adanya pembesaran hepar dan tidak ada nyeri tekan
Inguinal – Geeatalia dan Anus
Tidak terdapat kelainan pada daerah genetalia
Tidak terdapat kelainan pada daerah genetalia
Kekuatan otot D
S
D
S
5
5
5
5
5
5
1
1
Tidak terbatas
Rentang gerak
Deformitas Tremor
Terbatas saat bergerak
Tidak ada deformitas Ada tremor
ada deformitas ada termor
Tidak ada edema kaki
Tidak ada edema kaki
Edema kaki
Penggunaan bantu
alat
Tidak bantu
menggunakan
alat
Menggunakan alat bantu kursi roda Tidak bisa berjalan
Normal
Gaya Berjalan
f. Psikososial 4.5 Tabel Pengkajian Psikososial Klien No Keterangan
Klien 1
1
Komunikasi dengan orang lain
2
Hubungan orang lain
3
Peran kelompok Kesedihan dirasakan
4
Klien sering berkomunikasi dengan orang lain dengan Hubungan dengan orang lain lumayana baik dalam Klien melakukan perannya dengan baik yang Jauh dari keluarga terutama tidak punya anak
Klien 2 Klienjarang berkomunikasi dengan orang lain Hubungan dengan orang lain baik Klien melakukan perannya dengan baik Tidak ada
83
5
Stabilitas emosi
Kurang baik, kadang- Baik kadang marah
4.1.3 Pengkajian Indeks Tabel 4.6 Hasil Indeks
1.
No
Instrumen KATZ
Klien 1 Mandiri
2.
Barthel indeks
Mandiri
3. 4. 5.
MMSE PSQI BBS
Sedang Buruk -
Klien 2 Tergantung pada orang lain Ketergantungan berat sedang Buruk Memakai kursi roda (wheelchair bound)
4.1.4 Analisa data Tabel 4.7 Analisa data klien 1 No
Data
Etiologi
Masalah keperawatan
1.
Ds : klien mengatakan sering lupa Do:
Proses menua
Kerusakan memori
1. Klien tampak bingung mengerutkan alisnya saat diberi pertanyaan tanggal berapa hari ini 2. Klien tidak ingat terhadap informasi yang diberikan peneliti pada pertemuan terakhir kali. 3. Hasil dari pengkajian MMSE dengan skor 19 (sedang)
Gangguan penurunan daya ingat, gangguan kognitif, gangguan memori
2.
Ds :Klien mengatakan sering terbangun pada malam hari karena ingin ke kamar mandi. Do : 1. Klien sering terbagun malam hari ± 1-2 x/malam 2. Klien tampak susah
Perubahan mengawasi keadaan kompleks dan berpikir abstrak
Kerusakan memori
Proses menua
Gangguan terhadaplingkungan, gangguan sosial seperti teman sekitar
Gangguan pola tidur
84
3. 4.
5.
mengawali untuk tidur kembali miring kanan kiri saat akan tidur Terdapat kantung mata Saat pagi klien tampak sering menguap Hasil dari pengkajian PSQI skor 21 mengalami kualitas tidur buruk
Susah mengawali tidur, sering terbangun dimalam hari
Kesulitan mengatur pola tidur Gangguan pola tidur
Tabel 4.8 Analisa data klien II No 1
Data Ds : mengatakan lupa Do:
Etiologi klien sering
1. Klien saat menjawab pertanyaan sering lupa. 2. Klien bertanya nama peneliti berulangulang. 3. Hasil dari pengkajian MMSE dengan skor 22 (sedang) 2
Ds :Klien mengatakan sering terbangun pada malam hari Do : 1. Klien tampak susah mengawali untuk tidur kertas diletakkan diatas mukanya sering dibuka dan ditutup 2. Terdapat
Masalah keperawatan Kerusakan memori
Proses menua
Gangguan penurunan daya ingat, gangguan kognitif, gangguan memori
Perubahan mengawasi keadaan kompleks dan berpikir abstrak
Kerusakan memori
Proses menua
Gangguan terhadaplingkungan, gangguan sosial seperti teman sekitar
Susah mengawali tidur
Kesulitan mengatur pola tidur
Gangguan pola tidur
85
kantung mata Saat pagi klien tampak sering menguap. 4. Saat duduk di kursi roda klien sering ertidur 6. Hasil dari pengkajian PSQI 19 (buruk)
Gangguan pola tidur
Ds : klien mengatakan kaku di lutut dan susah digerakkan.
Proses menua
3.
3
1. 2.
3.
4.
5.
Usia klien 77 tahun Bagian kaki klien susah diluruskan. Klien melakukan aktivitas dengan bantuan orang lain dan alat. Tampak sering tertidur di kursi roda sehingga posisi duduk condong ke depan. Skore BBS 9 (penggunaan kursi roda)
6. Kekuatan otot 5 2
5 2
Kehilangan fungsi otot
Kekakuan sendi, penggunaan kursi roda
Risiko jatuh
Risiko jatuh
86
4.1.3 Diagnosa Keperawatan Tabel 4.9 Diagnosa Keperawatan Tanggal muncul Klien 1
Prioritas diagnosa
TTD
Gangguan pola tidur berhubungan dengan halangan lingkungan Kerusakan memori berhubungan dengan distraksi lingkungan
Klien 2 Risiko jatuh Gangguan pola tidur berhubungan dengan halangan lingkungan Kerusakan memori berhubungan dengan distraksi lingkungan
4.1.5 Intervensi Tabel 4.10 Intervensi klien I No
Diagnosa Keperawatan (Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi (NIC)
1.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan halangan lingkungan.
1) Perkenalkan diri 2) Monitoring TTV 3) Kaji pola tidur dengan cara observasi 4) Monitoring kenyamanan setelah tidur 5) Observasi sering terbangun pada malam hari 6) Ciptakan lingkungan yang aman 7) Berikan tempat tidur dan lingkungan yang bersih dan nyaman 8) Berikan posisi tidur yang membuat klien yang nyaman 9) Berikan terapi nafas dalam 10) Berikan terapi musik pada klien
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan 3 x kunjungan dalam 14 hari pada klien dengan gangguan pola tidur dapat teratasi. Dengan kriteria hasil : 1. mengawali tidur malam 1 jam lebih awal sebelum pemberian terapi 2. Terbangun dimalam hari berkurang 1x dari sebelumnya 3. Kualitas tidur membaik NOC : Tidur No Indikator 1 2 3 4 5 1
Waktu tidur
2
Kualitas tidur
3
Teknik relaksasi
X
√ √
X
X
√
4
Lingkunga n
X
√
Keterangan : Beri tanda (X) sesuai dengan nilai skoring klien sebelum intervensi
87
Beri tanda (√) sesuai dengan nilai skoring klien setelah intervensi
1) Sangat parah a) Waktu tidur : 0-2 jam b) Kualitas tidur : perasaan lelah, kelopak mata bengkak, pusing c) Teknik relaksasi : tidak mampu melakukan teknik relaksasi d) Lingkungan : mengatakan tidak nyaman 2) Parah a) Waktu tidur : 3-4 jam b) Kualitas tidur : tidur tidak puas, hitam disekitar mata, pusing c) Teknik relaksasi : sedikit dapat melakukan dengan bantuan orang lain d) Lingkungan : belum terbiasa dengan lingkungan 3) Sedang a) Waktu tidur : 5-6 jam b) Kualitas tidur : gelisah c) Teknik relaksasi : sedikit bisa dilakukan teknik relaksasi dibantu minimal d) Lingkungan : mulai merasa nyaman dengan lingkungan 4) Ringan a) Waktu tidur : 7 jam b) Kualitas tidur : mudah menguap c) Teknik relaksasi : dapat melakukan teknik relaksasi tapi sering lupa d) Lingkungan : sedikit merasa nyaman 5) Normal a) Waktu tidur : 8 jam b) Kualitas tidur : tidak ada gangguan tidur/merasa nyaman c) Teknik / relaksasi : dapat melakukan teknik relaksasI d) Lingkungan : merasa nyaman dan terbiasa dengan lingkungan 2.
Kerusakan memori berhubungan dengan distraksi lingkungan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x kunjungan dalam 14 hari , kesadaran klien terhadap identitas personal, waktu dan tempat lebih baik Dengan kriteria hasil : 1. Gangguan kognitif menurun 1 angka dari hasil sebelum intervensi 2. Fokus kepada lawan berbicara NOC : Manajemen Demensia N Indikator 1 2 3 4 5 o
1) Perkenalkan diri saat melakukan kontak dengan klien 2) Monitor daya ingat klien 3) Panggil klien dengan jelas, dengan lama ketika melakukan interaksi dan berbicara secara perlahan 4) Berikan alat untuk mengingat suatu informasi 5) Ingatkan klien untuk jadwal yang harus dilakukan oleh klien 6) Berikan waktu istirahat untuk
88
1 .
2
Kesulitan mengingat dan memproses informasi yang baru terjadi Kesulitan melakukan kebutuhan dasar seharihari
X
√
7)
8) X
√
9) 10)
Keterangan : Beri tanda (X) sesuai dengan nilai skoring klien sebelum intervensi Beri tanda (√) sesuai dengan nilai skoring klien setelah intervensi
1) Sangat terganggu a) Tidak dapat memproses informasi atau bahkan tidak ada informasi yang dapat diingat atau diproses. b) Sangat ketergantungan dengan orang lain. Tdak dapat melakukan sama sekali kegiatan sehari-hari. 2) Terganggu a) Hanya informasi yang sangat sederhana yang dapat diterima oleh klien. b) Dapat pemenuhan kebutuhan sehari-hari dibutuhkan bantuan dari orang lain secara maximal. 3) Cukup terganggu a) Susah memproses informasi yang sederhana tetapi masih ada informasi yang dapat diterima. b) Dapat melakukan kegiatan sehari hari dengan bantuan orang lain secara minimal 4) Sedikit terganggu a) Dapat memproses informasi yang bersifat sederhana. b) Dapat melakukan kegiatan sehari hari dengan bantuan orang lain atau hanya dengan alat bantu. 5) Normal a) Dapat memproses informasi dengan baik Dapat melakukan kegiatan sehari-har secara mandiri.
11)
12)
mengurangi kelelahan dan stress Pilih aktifitas sesuai kemampuan pengelolaan kognitif dan minat klien Beri latihan orientasi misalnya klien berlatih mengenai informasi pribadi dan tanggal secara tepat Memberikan kegiatan yang dapat mengasah kerja otak Sediakan pengingat dengan menggunakan gambar dengan cara yang tepat( mengunakan simbol, gambar, tulisan ) Kolaborasi dengan perawat yang lain agar selalu memantau klien dan mengingtkan klien Kolaborasi dengan tim medis lainnya
89
Tabel 4.11 Intervensi klien II No
Diagnosa Keperawatan (Tujuan dan Kriteria Hasil
1.
Risiko jatuh 1) Mengidentifikasi defisit Tujuan :Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x kognitif atau fisik yang dapat kunjungan dalam 14 hari diharapkan risiko jatuh meningkatkan potensi jatuh tidak dapat terjadi dalam lingkungan tertentu. Dengan kriteria hasil : 2) Mengidentifikasi perilaku dan 1. Mematuhi saat beraktivitas menggunakan faktor yang mempengaruhi alat bantu resiko jatuh 2. Beraktivitas secara dibantu orang lain 3) Mengidentifikasi karakteristik minimal. lingkungan yang dapat NOC : Kejad.an jatuh meningkatkan potensi untuk jatuh ( misalnya : lantai yang 1 2 3 4 5 No Indikator licin dan tangga terbuka ) 1 Susah saat X √ 4) Mendorong klien untuk berdiri menggunakan tongkat atau alat 2 susah saat X √ pembantu berjalan berjalan 5) Membantu toilet 3 kesulitan X √ seringkali,interval dijadwalkan melakukan kegiatan dasar hidup sehari-hari Keterangan : Beri tanda (X) sesuai dengan nilai skoring klien sebelum intervensi Beri tanda (√) sesuai dengan nilai skoring klien setelah intervensi
1) Sangat terganggu a) Susah saat berdiri: tidak dapat berdiri b) Susah saat berjalan : tidak dapat berjalan sepenuhnya c) Kesulitan melakukan kegiatan kehidupan sehari-hari :dibantu orang lain dengan sepenuhnya 2) Terganggu a) Susah saat berdiri : dapat berdiri dengan bantuan orang lain atau alat sepenuhnya b) Susah saat berjalan : dapat berjalan dengan bantuan orang lain atau alat bantu dengan sepenuhnya c) Kesulitan melakukan kegiatan kehidupan sehari-hari: diabntu orang dengan sepenuhnya kecuali makan minum 3) Cukup terganggu a) Susah saat berdiri : dapat berdiri dengan bantuan orang lain atau alat minimal b) Susah saat berjalan : dapat berjalan dengan bantuan orang lain atau alat bantu dengan minimal c) Kesulitan melakukan kegiatan kehidupan sehari-hari: diabntu orang dengan minimal
Intervensi (NIC)
90
4) Sedikit terganggu a) Susah saat berdiri : dapat berdiri dengan mengunakan alat bantu saja b) Susah saat berjalan : dapat berjalan dengan alat bantu saja c) Kesulitan melakukan kegiatan kehidupan sehari-hari: mengunakan alat bantu saja 5) Tidak terganggu a) Susah saat berdiri : dapat berdiri sendiri dengan alat bantu b) Susah saat berjalan : dapat berjalan sendiri tanpa alat bantu c) Kesulitan melakukan kegiatan kehidupan sehari-hari : tidak ada kesulitan 2.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan halangan lingkungan.
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan 3 x kunjungan dalam 14 hari pada klien dengan gangguan pola tidur dapat teratasi. Dengan kriteria hasil : 1. mengawali tidur malam 1 jam sebelum terapi 2. Terbangun dimalam hari berkurang 1x dari sebelumnya 3. Kualitas tidur membaik NOC : Tidur No Indikator 1 2 3 4 5 1
Waktu tidur
2
Kualitas tidur
3
Teknik relaksasi
X
X
√
X
√
X
√
√
4
Lingkunga n
Keterangan : Beri tanda (X) sesuai dengan nilai skoring klien sebelum intervensi Beri tanda (√) sesuai dengan nilai skoring klien setelah intervensi
1) Sangat parah a) Waktu tidur : 0-2 jam b) Kualitas tidur : perasaan lelah, kelopak mata bengkak, pusing c) Teknik relaksasi : tidak mampu melakukan teknik relaksasi d) Lingkungan : mengatakan tidak nyaman 2) Parah a) Waktu tidur : 3-4 jam b) Kualitas tidur : tidur tidak puas, hitam
1) Perkenalkan diri 2) Monitoring TTV 3) Kaji pola tidur dengan cara observasi 4) Monitoring kenyamanan setelah tidur 5) Observasi sering terbangun pada malam hari 6) Ciptakan lingkungan yang aman 7) Berikan tempat tidur dan lingkungan yang bersih dan nyaman 8) Berikan posisi tidur yang membuat klien yang nyaman 9) Berikan terapi nafas dalam 10) Berikan terapi musik pada klien
91
disekitar mata, pusing c) Teknik relaksasi : sedikit dapat melakukan dengan bantuan orang lain d) Lingkungan : belum terbiasa dengan lingkungan 3) Sedang a) Waktu tidur : 5-6 jam b) Kualitas tidur : gelisah c) Teknik relaksasi : sedikit bisa dilakukan teknik relaksasi dibantu minimal d) Lingkungan : mulai merasa nyaman dengan lingkungan 4) Ringan a) Waktu tidur : 7 jam b) Kualitas tidur : mudah menguap c) Teknik relaksasi : dapat melakukan teknik relaksasi tapi sering lupa d) Lingkungan : sedikit merasa nyaman 5) Normal a) Waktu tidur : 8 jam b) Kualitas tidur : tidak ada gangguan tidur/merasa nyaman c) Teknik / relaksasi : dapat melakukan teknik relaksasI d) Lingkungan : merasa nyaman dan terbiasa dengan lingkungan 3.
Kerusakan memori berhubungan dengan distraksi lingkungan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x kunjungan dalam 14 hari , kesadaran klien terhadap identitas personal, waktu dan tempat lebih baik Dengan kriteria hasil : a. Gangguan kognitif menurun 1 angka dari hasil sebelum intervensi b. Fokus kepada lawan berbicara NOC : Manajemen Demensia N Indikator 1 2 3 4 5 o 1 Kesulitan X √ . mengingat dan memproses informasi yang baru terjadi 2 Kesulitan melakukan X √ kebutuhan dasar seharihari Keterangan : Beri tanda (X) sesuai dengan nilai skoring klien sebelum intervensi
1) Perkenalkan diri saat melakukan kontak dengan klien 2) Monitor daya ingat klien 3) Panggil klien dengan jelas, dengan lama ketika melakukan interaksi dan berbicara secara perlahan 4) Berikan alat untuk mengingat suatu informasi 5) Ingatkan klien untuk jadwal yang harus dilakukan oleh klien 6) Berikan waktu istirahat untuk mengurangi kelelahan dan stress 7) Pilih aktifitas sesuai kemampuan pengelolaan kognitif dan minat klien 8) Beri latihan orientasi misalnya klien berlatih mengenai informasi pribadi dan tanggal secara tepat 9) Memberikan kegiatan yang dapat mengasah kerja otak 10) Sediakan pengingat dengan
92
Beri tanda (√) sesuai dengan nilai skoring klien setelah intervensi
1) Sangat terganggu a) Tidak dapat memproses informasi atau bahkan tidak ada informasi yang dapat diingat atau diproses. b) Sangat ketergantungan dengan orang lain. Tdak dapat melakukan sama sekali kegiatan sehari-hari. 2) Terganggu a) Hanya informasi yang sangat sederhana yang dapat diterima oleh klien. b) Dapat pemenuhan kebutuhan sehari-hari dibutuhkan bantuan dari orang lain secara maximal. 3) Cukup terganggu a) Susah memproses informasi yang sederhana tetapi masih ada informasi yang dapat diterima. b) Dapat melakukan kegiatan sehari hari dengan bantuan orang lain secara minimal 4) Sedikit terganggu a) Dapat memproses informasi yang bersifat sederhana. b) Dapat melakukan kegiatan sehari hari dengan bantuan orang lain atau hanya dengan alat bantu. 5) Normal a) Dapat memproses informasi dengan baik Dapat melakukan kegiatan sehari-har secara mandiri.
menggunakan gambar dengan cara yang tepat( mengunakan simbol, gambar, tulisan ) 11) Kolaborasi dengan perawat yang lain agar selalu memantau klien dan mengingtkan klien 12) Kolaborasi dengan tim medis lainnya
93
4.16 Implementasi
Tabel 4.12 Implementasi klien I Gangguan pola tidur berhubungan dengan halangan lingkungan Kunjungan ke 1 2018 Jam 19.00
Implementasi
Kunjungan ke 2 Jam
1. Memperkenalkan diri saat melakukan 20.00 kontak dengan klien a. Meyebutkan nama b. Menyebutkan asal c. Menatap mata klien saat memperkenalkan diri 2. Mengukur TTV a. Mengukur tekanan darah b. Mengukur pernafasan 3. Mengkaji pola tidur a. Mencatat mulai jam berapa diatas tempat tidur b. Mencatat mulai jam berapa mulai tidur c. Mencatat kebiasaan sebelum tidur d. Mencatat efisiensi tidur menggunakan rumus yang ditentukan 4. Mengkaji kenyamanan setelah bangun tidur a. Peneliti menanyakan keadaan klien saat setelah bangun tidur pusing,
Implementasi
Kunjungan ke 3 Jam
1. Memperkenalkan diri saat melakukan 20.00 kontak dengan klien a. Meyebutkan nama b. Menyebutkan asal c. Menatap mata klien saat memperkenalkan diri 2. Mengukur TTV a. Mengukur tekanan darah b. Mengukur pernafasan 3. Mengkaji pola tidur a. Mencatat mulai jam berapa diatas tempat tidur b. Mencatat mulai jam berapa mulai tidur c. Mencatat kebiasaan sebelum tidur d. Mencatat efisiensi tidur menggunakan rumus yang ditentukan 4. Mengkaji kenyamanan setelah bangun tidur a. Peneliti menanyakan keadaan klien saat setelah bangun tidur
Implementasi
1. Memperkenalkan diri saat melakukan kontak dengan klien a. Meyebutkan nama b. Menyebutkan asal c. Menatap mata klien saat memperkenalkan diri 2. Mengukur TTV a. Mengukur tekanan darah b. Mengukur pernafasan 3. Mengkaji pola tidur a. Mencatat mulai jam berapa diatas tempat tidur b. Mencatat mulai jam berapa mulai tidur c. Mencatat kebiasaan sebelum tidur d. Mencatat efisiensi tidur menggunakan rumus yang ditentukan 4. Mengkaji kenyamanan setelah bangun tidur a. Peneliti menanyakan keadaan klien saat setelah bangun tidur
94
lelah. 5. Mengobservasi sering terabangun pada malam hari a. Peneliti mencatat mulai jam berapa klien terbangun 6. Menciptakan lingkungan yang nyaman a. Peneliti mengkaji kenyamanan klien saat akan tidur b. Klien memposisikan tidur lebih menengah dan mendekati tembok c. Klien lebih suka menghadap tembok saat tidur d. Klien saat tidur lebih suka menyalahkan lampu kamar 7. Memberikan terapi relaksasi a. Mengajarkan terapi musik 30 menit sebelum tidur b. Peneliti mengajarkan mengurangi minum sebelum tidur agar mengurangi BAK dimalam hari agar tidak sering terbangun pada malam hari c. Klien melakukan terapi musik dengan bantuan peneliti atau asisten peneliti yang berada di griya asih lawang.
pusing, lelah. 5. Mengobservasi sering terabangun pada malam hari a. Peneliti mencatat mulai jam berapa klien terbangun 6. Menciptakan lingkungan yang nyaman a. Peneliti mengkaji kenyamanan klien saat akan tidur b. Klien memposisikan tidur lebih menengah dan mendekati tembok c. Klien lebih suka menghadap tembok saat tidur d. Klien saat tidur lebih suka menyalahkan lampu kamar 7. Memberikan terapi relaksasi a. Mengajarkan terapi musik 30 menit sebelum tidur b. Peneliti mengajarkan mengurangi minum sebelum tidur agar mengurangi BAK dimalam hari agar tidak sering terbangun pada malam hari c. Klien melakukan terapi musik dengan bantuan peneliti atau asisten peneliti yang berada di griya asih lawang.
pusing, lelah. 5. Mengobservasi sering terabangun pada malam hari a. Peneliti mencatat mulai jam berapa klien terbangun 6. Menciptakan lingkungan yang nyaman a. Peneliti mengkaji kenyamanan klien saat akan tidur b. Klien memposisikan tidur lebih menengah dan mendekati tembok c. Klien lebih suka menghadap tembok saat tidur d. Klien saat tidur lebih suka menyalahkan lampu kamar 7. Memberikan terapi relaksasi a. Mengajarkan terapi musik 30 menit sebelum tidur b. Peneliti mengajarkan mengurangi minum sebelum tidur agar mengurangi BAK dimalam hari agar tidak sering terbangun pada malam hari c. Klien melakukan terapi musik dengan bantuan peneliti atau asisten peneliti yang berada di griya asih lawang.
95
Tabel 4.13 Implementasi klien I Kerusakan memori berhubungan dengan distraksi lingkungan Kunjungan ke 1 2018 Jam Implementasi 09.0 1. Memperkenalkan diri saat melakukan 0 kontak dengan klien
2.
3.
4.
5.
6.
a. Meyebutkan nama b. Menyebutkan asal c. Menatap mata klien saat memperkenalkan diri Memonitor daya ingat klien a. Menanyakan kembali nama klien b. Menanyakan kembali alamat klien Memanggil klien dengan jelas, dengan lama ketika melakukan interaksi dan berbicara secara perlahan a. Berbicara sedikit keras dan jelas b. Mendekatkan mulut peneliti ketelingga klien saat berbicara Mengingatkan klien untuk jadwal yang harus dilakukan oleh klien a. Melakukan kontrak dengan klien Memberikan waktu istirahat untuk mengurangi kelelahan dan stress a. Peneliti melakukan 45 menit setiap kali pertemua dengan klien Memilih aktifitas sesuai kemampuan pengelolaan kognitif dan minat klien
Kunjungan ke 2 Jam 10.00
Implementasi
Kunjungan ke 3 Jam
1. Memperkenalkan diri saat melakukan 10.00 kontak dengan klien a. Meyebutkan nama b. Menyebutkan asal c. Menatap mata klien saat memperkenalkan diri 2. Memonitor daya ingat klien a. Menanyakan kembali nama klien b. Menanyakan kembali alamat klien 3. Memanggil klien dengan jelas, dengan lama ketika melakukan interaksi dan berbicara secara perlahan a. Berbicara sedikit keras dan jelas b. Mendekatkan mulut peneliti ketelingga klien saat berbicara 4. Mengingatkan klien untuk jadwal yang harus dilakukan oleh klien a. Melakukan kontrak dengan klien 5. Memberikan waktu istirahat untuk mengurangi kelelahan dan stress a. Peneliti melakukan 45 menit setiap kali pertemua dengan klien 6. Memilih aktifitas sesuai kemampuan
Implementasi
1. Memperkenalkan diri saat melakukan kontak dengan klien a. Meyebutkan nama b. Menyebutkan asal c. Menatap mata klien saat memperkenalkan diri 2. Memonitor daya ingat klien a. Menanyakan kembali nama klien b. Menanyakan kembali alamat klien 3. Memanggil klien dengan jelas, dengan lama ketika melakukan interaksi dan berbicara secara perlahan a. Berbicara sedikit keras dan jelas b. Mendekatkan mulut peneliti ketelingga klien saat berbicara 4. Mengingatkan klien untuk jadwal yang harus dilakukan oleh klien a. Melakukan kontrak dengan klien 5. Memberikan waktu istirahat untuk mengurangi kelelahan dan stress a. Peneliti melakukan 45 menit setiap kali pertemua dengan klien 6. Memilih aktifitas sesuai kemampuan
96
a. Peneliti melakukan pendampingan senam otak 7. Memberi latihan orientasi misalnya klien berlatih mengenai informasi pribadi dan tanggal secara tepat a. Memberikan informasi tentang informasi sederhana keklien seperti hari, tanggal dan tahun
pengelolaan kognitif dan minat klien a. Peneliti melakukan pendampingan senam otak 7. Memberi latihan orientasi misalnya klien berlatih mengenai informasi pribadi dan tanggal secara tepat a. Memberikan informasi tentang informasi sederhana keklien seperti hari, tanggal dan tahun
pengelolaan kognitif dan minat klien a. Peneliti melakukan pendampingan senam otak 7. Memberi latihan orientasi misalnya klien berlatih mengenai informasi pribadi dan tanggal secara tepat a. Memberikan informasi tentang informasi sederhana keklien seperti hari, tanggal dan tahun
Tabel 4.14 Implementasi klien II Risiko Jatuh Kunjungan ke 1 Jam 10.00
Implementasi
Kunjungan ke 2 Jam
1. Mengidentifikasi perilaku dan faktor 09.00 yang mempengaruhi resiko jatuh a. Melihat klien tremor atau tidak 2. Mengidentifikasi karakteristik lingkungan yang dapat meningkatkan potensi untuk jatuh ( misalnya : lantai yang licin dan tangga terbuka ) a. Melihat kondisi lingkungan dari klien 3. Mendorong klien untuk menggunakan tongkat atau alat pembantu berjalan a. Klien menggunakan kursi roda 4 Membantu toilet seringkali, interval dijadwalkan
Implementasi
Kunjungan ke 3 Jam
1. Mengidentifikasi perilaku dan faktor 10.00 yang mempengaruhi resiko jatuh a. Melihat klien tremor atau tidak 2. Mengidentifikasi karakteristik lingkungan yang dapat meningkatkan potensi untuk jatuh ( misalnya : lantai yang licin dan tangga terbuka ) a. Melihat kondisi lingkungan dari klien 3. Mendorong klien untuk menggunakan tongkat atau alat pembantu berjalan a. Klien menggunakan kursi roda 4. Membantu toilet seringkali, interval
Implementasi
1. Mengidentifikasi perilaku dan faktor yang mempengaruhi resiko jatuh a. Melihat klien tremor atau tidak 2. Mengidentifikasi karakteristik lingkungan yang dapat meningkatkan potensi untuk jatuh ( misalnya : lantai yang licin dan tangga terbuka ) a. Melihat kondisi lingkungan dari klien 3. Mendorong klien untuk menggunakan tongkat atau alat pembantu berjalan a. Klien menggunakan kursi roda 4. Membantu toilet seringkali, interval dijadwalkan
97
5
a. Klien memakai pempers Tempat artikel mudah dijangkau dari pasien a. Aktivitas klien dalam pengawasan
dijadwalkan a. Klien memakai pempers 5. Tempat artikel mudah dijangkau dari pasien a. Aktivitas klien dalam pengawasan
a. Klien memakai pempers 5. Tempat artikel mudah dijangkau dari pasien a. Aktivitas klien dalam pengawasan
Tabel 4.15 Implementasi klien II Gangguan pola tidur berhubungan dengan halangan lingkungan Kunjungan ke 1 2018 Jam 19.30
Implementasi
Kunjungan ke 2 Jam
1. Memperkenalkan diri saat melakukan 19.30 kontak dengan klien a. Meyebutkan nama b. Menyebutkan asal c. Menatap mata klien saat memperkenalkan diri 2. Mengukur TTV a. Mengukur tekanan darah b. Mengukur pernafasan 3. Mengkaji pola tidur a. Mencatat mulai jam berapa diatas tempat tidur b. Mencatat mulai jam berapa mulai tidur c. Mencatat kebiasaan sebelum tidur d. Mencatat efisiensi tidur menggunakan rumus yang ditentukan 4. Mengkaji kenyamanan setelah bangun
Implementasi
Kunjungan ke 3 Jam
1. Memperkenalkan diri saat melakukan 19.00 kontak dengan klien a. Meyebutkan nama b. Menyebutkan asal c. Menatap mata klien saat memperkenalkan diri 2. Mengukur TTV a. Mengukur tekanan darah b. Mengukur pernafasan 3. Mengkaji pola tidur a. Mencatat mulai jam berapa diatas tempat tidur b. Mencatat mulai jam berapa mulai tidur c. Mencatat kebiasaan sebelum tidur d. Mencatat efisiensi tidur menggunakan rumus yang ditentukan 4. Mengkaji kenyamanan setelah bangun
Implementasi
1. Memperkenalkan diri saat melakukan kontak dengan klien a. Meyebutkan nama b. Menyebutkan asal c. Menatap mata klien saat memperkenalkan diri 2. Mengukur TTV a. Mengukur tekanan darah b. Mengukur pernafasan 3. Mengkaji pola tidur a. Mencatat mulai jam berapa diatas tempat tidur b. Mencatat mulai jam berapa mulai tidur c. Mencatat kebiasaan sebelum tidur d. Mencatat efisiensi tidur menggunakan rumus yang ditentukan 4. Mengkaji kenyamanan setelah bangun
98
tidur a. Peneliti menanyakan keadaan klien saat setelah bangun tidur pusing, lelah. 5. Mengobservasi sering terabangun pada malam hari a. Peneliti mencatat mulai jam berapa klien terbangun 6. Menciptakan lingkungan yang nyaman a. Peneliti mengkaji kenyamanan klien saat akan tidur b. Klien memposisikan tidur lebih menengah dan mendekati tembok c. Klien lebih suka saat memulai tidur mukanya tertutup oleh kertas 7. Memberikan terapi relaksasi a. Mengajarkan terapi musik 30 menit sebelum tidur b. Peneliti mengajarkan mengurangi minum sebelum tidur agar mengurangi BAK dimalam hari agar tidak sering terbangun pada malam hari c. Klien melakukan terapi musik dengan bantuan peneliti atau asisten peneliti yang berada di griya asih lawang.
tidur a. Peneliti menanyakan keadaan klien saat setelah bangun tidur pusing, lelah. 5. Mengobservasi sering terabangun pada malam hari a. Peneliti mencatat mulai jam berapa klien terbangun 6. Menciptakan lingkungan yang nyaman a. Peneliti mengkaji kenyamanan klien saat akan tidur b. Klien memposisikan tidur lebih menengah dan mendekati tembok c. Klien lebih suka saat memulai tidur mukanya tertutup oleh kertas 7. Memberikan terapi relaksasi a. Mengajarkan terapi musik 30 menit sebelum tidur b. Peneliti mengajarkan mengurangi minum sebelum tidur agar mengurangi BAK dimalam hari agar tidak sering terbangun pada malam hari c. Klien melakukan terapi musik dengan bantuan peneliti atau asisten peneliti yang berada di griya asih lawang.
tidur a. Peneliti menanyakan keadaan klien saat setelah bangun tidur pusing, lelah. 5. Mengobservasi sering terabangun pada malam hari a. Peneliti mencatat mulai jam berapa klien terbangun 6. Menciptakan lingkungan yang nyaman a. Peneliti mengkaji kenyamanan klien saat akan tidur b. Klien memposisikan tidur lebih menengah dan mendekati tembok c. Klien lebih suka saat memulai tidur mukanya tertutup oleh kertas 7. Memberikan terapi relaksasi a. Mengajarkan terapi musik 30 menit sebelum tidur b. Peneliti mengajarkan mengurangi minum sebelum tidur agar mengurangi BAK dimalam hari agar tidak sering terbangun pada malam hari Klien melakukan terapi musik dengan bantuan peneliti atau asisten peneliti yang berada di griya asih lawang.
99
Tabel 4.16 Implementasi klien II Kerusakan memori berhubungan dengan distraksi lingkungan Kunjungan ke 1 2018 Jam 09.0 0
Implementasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Kunjungan ke 2 Jam
Memperkenalkan diri saat melakukan 10.00 kontak dengan klien a. Meyebutkan nama b. Menyebutkan asal c. Menatap mata klien saat memperkenalkan diri Memonitor daya ingat klien a. Menanyakan kembali nama klien b. Menanyakan kembali alamat klien Memanggil klien dengan jelas, dengan lama ketika melakukan interaksi dan berbicara secara perlahan a. Berbicara sedikit keras dan jelas b. Mendekatkan mulut peneliti ketelingga klien saat berbicara Mengingatkan klien untuk jadwal yang harus dilakukan oleh klien a. Melakukan kontrak dengan klien Memberikan waktu istirahat untuk mengurangi kelelahan dan stress a. Peneliti melakukan 45 menit setiap kali pertemua dengan klien Memilih aktifitas sesuai kemampuan pengelolaan kognitif dan minat klien a. Peneliti melakukan pendampingan senam otak dan
Implementasi
Kunjungan ke 3 Jam
1. Memperkenalkan diri saat melakukan 10.00 kontak dengan klien a. Meyebutkan nama b. Menyebutkan asal c. Menatap mata klien saat memperkenalkan diri 2. Memonitor daya ingat klien a. Menanyakan kembali nama klien b. Menanyakan kembali alamat klien 3. Memanggil klien dengan jelas, dengan lama ketika melakukan interaksi dan berbicara secara perlahan c. Berbicara sedikit keras dan jelas d. Mendekatkan mulut peneliti ketelingga klien saat berbicara 4. Mengingatkan klien untuk jadwal yang harus dilakukan oleh klien a. Melakukan kontrak dengan klien 5. Memberikan waktu istirahat untuk mengurangi kelelahan dan stress a. Peneliti melakukan 45 menit setiap kali pertemua dengan klien 6. Memilih aktifitas sesuai kemampuan pengelolaan kognitif dan minat klien a. Peneliti melakukan
Implementasi
1. Memperkenalkan diri saat melakukan kontak dengan klien a. Meyebutkan nama b. Menyebutkan asal c. Menatap mata klien saat memperkenalkan diri 2. Memonitor daya ingat klien a. Menanyakan kembali nama klien b. Menanyakan kembali alamat klien 3. Memanggil klien dengan jelas, dengan lama ketika melakukan interaksi dan berbicara secara perlahan a. Berbicara sedikit keras dan jelas b. Mendekatkan mulut peneliti ketelingga klien saat berbicara 4. Mengingatkan klien untuk jadwal yang harus dilakukan oleh klien a. Melakukan kontrak dengan klien 5. Memberikan waktu istirahat untuk mengurangi kelelahan dan stress a. Peneliti melakukan 45 menit setiap kali pertemua dengan klien 6. Memilih aktifitas sesuai kemampuan pengelolaan kognitif dan minat klien a. Peneliti melakukan
100
7.
mengarahkan gerakan senam otak Memberi latihan orientasi misalnya klien berlatih mengenai informasi pribadi dan tanggal secara tepat a. Memberikan informasi tentang informasi sederhana keklien seperti hari, tanggal dan tahun
pendampingan senam otak dan mengarahkan gerakan senam otak 7. Memberi latihan orientasi misalnya klien berlatih mengenai informasi pribadi dan tanggal secara tepat a. Memberikan informasi tentang informasi sederhana keklien seperti hari, tanggal dan tahun
pendampingan senam otak dan mengarahkan gerakan senam otak 7. Memberi latihan orientasi misalnya klien berlatih mengenai informasi pribadi dan tanggal secara tepat a. Memberikan informasi tentang informasi sederhana keklien seperti hari, tanggal dan tahun
4.17 Evaluasi Tabel 4.17 Evaluasi klien I Gangguan pola tidur berhubungan dengan halangan lingkungan
Kunjungan ke 1
S: Klien mengatakan sering terbangun saat malam hari O:
Kunjungan ke 2
S: Klien mengatakan tadi malam tidurnya masih S: Klien mengatakan malah tidak bias tidur saat sering terbangun menerapkan terapi musik O:
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Klien sering terbagun malam hari 3 x/malam Klien tampak susah mengawali untuk tidur kembali miring kanan kiri saat akan tidur Saat tidur klien menyalakan lampunya Klien mampu melakukan terapi musik mandiri meskipun terkadang masih sering diingatkan Terdapat kantung mata Saat pagi klien tampak sering menguap Hasil dari pengkajian PSQI skor 21 mengalami kualitas tidur buruk
Kunjungan ke 3
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
O: Klien sering terbagun malam hari ± 1-2 x/malam Klien tampak susah mengawali untuk tidur kembali miring kanan kiri saat akan tidur Terdapat kantung mata Saat pagi klien tampak sering menguap Hasil dari pengkajian PSQI skor 21 mengalami kualitas tidur buruk Saat tidur klien menyalakan lampunya Klien mampu melakukan terapi musik mandiri
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Klien sering terbagun malam hari ± 1-2 x/malam Klien tampak susah mengawali untuk tidur kembali miring kanan kiri saat akan tidur Terdapat kantung mata Saat pagi klien tampak sering menguap Saat tidur klien menyalakan lampunya Klien mampu melakukan terapi musik mandiri meskipun terkadang masih sering diingatkan Hasil dari pengkajian PSQI skor 21 mengalami
101
Akhir
3
Target
4
1
Waktu tidur
1
2
1
1
Waktu tidur
1
2
2
2
Kualitas tidur
2
4
3
2
Kualitas tidur
2
4
3
Teknik relaksasi
1
2
2
Teknik relaksasi
1
2
2
Lingkungan
3
5
5
Lingkungan
3
5
5
Awal
1
Awal
Akhir
Awal 2
2
NOC : Tidur No Indikator
Akhir
Kualitas tidur
1
NOC : Tidur No Indikator
Target
2
Waktu tidur
Target
1
kualitas tidur buruk
meskipun terkadang masih sering diingatkan
NOC : Tidur No Indikator
3
Teknik relaksasi 4
Lingkungan
1 3
2 5
2
3
3
5 4
4
A : Masalah Belum Teratasi P : Lanjutkan Intervensi 1-8 A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan Intervensi 1-7
A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan Intervensi 1-8
102
Tabel 4.18 Evaluasi klien I Kerusakan memori berhubungan dengan distraksi lingkungan Kunjungan ke 1
Kunjungan ke 2
Kunjungan ke 3
4
2
A : Masalah belum teratasi
3
4
3 1
3
4
4 2
Kesulitan mengingat dan memproses informasi yang baru terjadi Kesulitan melakukan kebutuhan dasar sehari-hari
3
4
3
3
4
4
Akhir
4
Kesulitan mengingat dan memproses informasi yang baru terjadi Kesulitan melakukan kebutuhan dasar sehari-hari
Target
3
1
Akhir
3
Target
4
Akhir
3
NOC : Manajemen Demensia No Indikator
Awal
2
Kesulitan mengingat dan memproses informasi yang baru terjadi Kesulitan melakukan kebutuhan dasar sehari-hari
Target
1
No Indikator Awal
NOC : Manajemen Demensia No Indikator
Awal
S: Saat ditanya hari ini hari apa? Klien menjawab S: Klien mengatakan lupa dengan peneliti S:klien mengatakan ingat hari ini tanggal berapa, O: lupa sekarang hari apa. tetapi lupa dengan hari ini hari apa. 1. Klien tampak bingung mengerutkan alisnya O: O: 1. Klien tampak bingung mengerutkan alisnya saat diberi pertanyaan tanggal berapa hari ini 1. Klien tampak bingung mengerutkan alisnya saat saat diberi pertanyaan tanggal berapa hari ini 2. Klien tidak ingat terhadap informasi yang diberi pertanyaan tanggal berapa hari ini 2. Klien tidak ingat terhadap informasi yang diberikan peneliti pada pertemuan terakhir kali. 2. Klien tidak ingat terhadap informasi yang diberikan peneliti pada pertemuan terakhir kali. 3. Hasil dari pengkajian MMSE dengan skor 19 diberikan peneliti pada pertemuan terakhir kali. 3. Hasil dari pengkajian MMSE dengan skor 19 (sedang) 3. Hasil dari pengkajian MMSE dengan skor 19 (sedang) 4. Klien focus kepada lawan berbicara (sedang) 4. Klien focus kepada lawan berbicara 5. Kesulitan mengingat informasi 4. Klien focus kepada lawan berbicara 5. Kesulitan mengingat informasi 6. Klien melakukan senam otak selama ± 15 5. Kesulitan mengingat informasi 6. Klien melakukan senam otak selama ± 15 menit dengan bantuan DVD 6. Klien melakukan senam otak selama ± 15 menit NOC : Manajemen Demensia menit dengan bantuan DVD dengan bantuan DVD
103
A : Masalah Belum Teratasi P : Lanjutkan Intervensi 1-7
P : Lanjutkan Intervensi 1-7
A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan Intervensi 1-7
Tabel 4.19 Evaluasi klien 2 Risiko Jatuh Kunjungan ke 1
Kunjungan ke 2
Kunjungan ke 3
S: klien mengatakan mandi secara mandiri hanya saja S: klien mengatakan mandi secara mandiri hanya S: klien dapat mandi sendiri dan hanya diawasi diawasi oleh orang lain saja diawasi oleh orang lain oleh orang lain O:
1
1
Susah berdiri susah
saat 1 saat
2
1
2 2 NOC : Kejad.an jatuh No Indikator
1
Susah berdiri
saat 1
Akhir
saat
2
K/U baik Kesadaran compos mentis Klien selalu diawasi oleh orang lain Klien berusia lanjut Skore BBS 9 Kekuatan otot Klien tidak pernah jatuh 5 5
Targe t
saat 1
2
NOC : Kejad.an jatuh No Indikator
Akhir
2
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Awal
K/U baik Kesadaran compos mentis Klien selalu diawasi oleh orang lain Skore BBS 9 Klien berusia lanjut Kekuatan otot 5 5
Targe t
2
Akhir
Susah berdiri susah
1. 2. 3. 4. 5.
Targe t
2
NOC : Kejad.an jatuh No Indikator
1
O: 4.
K/U baik Kesadaran compos mentis Klien selalu diawasi oleh orang lain Klien berusia lanjut Skore BBS 9 Kekuatan otot 5 5
Awal
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Awal
O:
2
1
104
berjalan
berjalan
2
Kesulitan melakukan
1
2
2
2
Kesulitan melakukan
1
2
2
2
3
kegiatan dasar 2 hidup sehari-hari
3
2
3
kegiatan dasar 2 hidup sehari-hari
3
2
3
A : Masalah Belum Teratasi P : Lanjutkan Intervensi 1,2,3,6,7
A : Masalah Teratasi Sebagian P : Lanjutkan Intervensi 1,2,3,6,7
susah saat berjalan Kesulitan 1 melakukan kegiatan dasar 2 hidup sehari-hari
2
2
3
3
A : Masalah Teratasi Sebagian P : Lanjutkan Intervensi 1,2,3,6,7
Tabel 4.20 Evaluasi klien II Gangguan pola tidur berhubungan dengan halangan lingkungan Kunjungan ke 1
S: Klien mengatakan sering terbangun saat malam hari O: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Klien sering terbagun malam hari 3 x/malam Klien tampak susah mengawali untuk tidur kembali miring kanan kiri saat akan tidur Dapat melakukan terapi musik dengan bantuan orang lain Terdapat kantung mata Saat pagi klien tampak sering menguap Hasil dari pengkajian PSQI skor 21 mengalami kualitas tidur buruk
Kunjungan ke 2
Kunjungan ke 3
S: Klien mengatakan tadi malam tidurnya masih S: Klien mengatakan malah tidak bias tidur saat sering terbangun menerapkan terapi musik O: 1. 2.
3. 4. 5.
Klien sering terbagun malam hari 3 x/malam Klien tampak susah mengawali untuk tidur kembali miring kanan kiri saat akan tidur dan menutupi wajahnya dengan kertas Terdapat kantung mata Saat pagi klien tampak sering menguap Hasil dari pengkajian PSQI skor 21 mengalami kualitas tidur buruk
O: 1. 2.
3. 4. 5.
Klien sering terbagun malam hari 3 x/malam Klien tampak susah mengawali untuk tidur kembali miring kanan kiri saat akan tidur dan menutupi wajahnya dengan kertas Dapat melakukan terapi musik dengan bantuan orang lain Saat tidur klien menyalakan lampu kamarnya Terdapat kantung mata
105
5
Indikator
1
Waktu tidur
1
2
1
1
Waktu tidur
1
2
1
2
Kualitas tidur
4
5
4
2
Kualitas tidur
4
5
5
Teknik relaksasi
1
2
2
Teknik relaksasi
1
2
2
Lingkungan
4
5
5
Lingkungan
4
5
5
Awal
No
Akhir
4
1
Indikator
Saat pagi klien tampak sering menguap Hasil dari pengkajian PSQI skor 21 mengalami kualitas tidur buruk NOC : Tidur
Target
Kualitas tidur
2
No
6. 7.
Akhir
Awal 1
Saat tidur klien menyalakan lampu kamarnya Dapat melakukan terapi musik dengan bantuan orang lain NOC : Tidur
Target
2
Waktu tidur
6. 7.
Awal
1
Akhir
Saat tidur klien menyalakan lampu kamarnya
Target
7.
NOC : Tidur No Indikator
4
3
Teknik relaksasi 4
Lingkungan
1 4
2 5
2
3
5 4
A : Masalah Belum Teratasi P : Lanjutkan Intervensi 1-8
3
A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan Intervensi 1-7
4
A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan Intervensi 1-8
Tabel 4.21 Evaluasi klien II Kerusakan memori berhubungan dengan distraksi lingkungan Kunjungan ke 1
Kunjungan ke 2
S: Saat ditanya hari ini hari apa? Klien menjawab lupa S: Klien mengatakan lupa dengan peneliti O: sekarang hari apa.
Kunjungan ke 3
S:klien mengatakan ingat hari ini tanggal berapa, tetapi lupa dengan hari ini hari apa.
106
A : Masalah Belum Teratasi P : Lanjutkan Intervensi 1-7
3
3
2
Kesulitan mengingat dan memproses informasi yang baru terjadi Kesulitan melakukan kebutuhan dasar sehari-hari
A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan Intervensi 1-7
3
4
3 1
2
3
3 2
Kesulitan mengingat dan memproses informasi yang baru terjadi Kesulitan melakukan kebutuhan dasar sehari-hari
A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan Intervensi 1-7
3
4
3
2
3
3
Akhir
1
NOC : Manajemen Demensia No Indikator
Target
2
3
Akhir
4
Target
3
No Indikator
Awal
2
Kesulitan mengingat dan memproses informasi yang baru terjadi Kesulitan melakukan kebutuhan dasar sehari-hari
1. Klien tampak bingung mengerutkan alisnya O: 1. Klien tampak bingung mengerutkan alisnya saat diberi pertanyaan tanggal berapa hari ini saat diberi pertanyaan tanggal berapa hari ini 2. Klien tidak ingat terhadap informasi yang diberikan peneliti pada pertemuan terakhir 2. Klien tidak ingat terhadap informasi yang diberikan peneliti pada pertemuan terakhir kali. kali. 3. Hasil dari pengkajian MMSE dengan skor 19 3. Hasil dari pengkajian MMSE dengan skor 19 (sedang) (sedang) 4. Klien focus kepada lawan berbicara 4. Klien focus kepada lawan berbicara 5. Kesulitan mengingat informasi 6. Klien melakukan senam otak selama ± 15 5. Kesulitan mengingat informasi 6. Klien melakukan senam otak selama ± 15 menit dengan bantuan DVD menit dengan bantuan DVD NOC : Manajemen Demensia
Akhir
1
Target
NOC : Manajemen Demensia No Indikator
Awal
1. Klien tampak bingung mengerutkan alisnya saat diberi pertanyaan tanggal berapa hari ini 2. Klien tidak ingat terhadap informasi yang diberikan peneliti pada pertemuan terakhir kali. 3. Hasil dari pengkajian MMSE dengan skor 19 (sedang) 4. Klien focus kepada lawan berbicara 5. Kesulitan mengingat informasi 6. Klien melakukan senam otak selama ± 15 menit dengan bantuan DVD
Awal
O:
107
1.2 Pembahasan 4.1.6 Pengkajian Pada kasus yang dikelola peneliti, klien 1 berusia 75 tahun, berjenis kelamin perempuan dan klien 2 berusia 77 tahun, berjenis kelamin perempuan pada tanggal 2 juli 2018 peneliti melakukan pengkajian dasar pada klien dan juga pengkajian tentang kemampuan kognitif klien menggunakan MMSE dan didapatkan total skor 19 yang menurut kriteria tergolong gangguan kognitif sedang, keluhan klien : klien mengeluh sering lupa terhadap informasi yang diterimanya dan susah untuk mengingatnya. Sedangkan klien 2 klien mengalami demensia dengan hasil pengkajian MMSE dengan hasil 22 dan termasuk gangguan kognitif sedang hasil pengkajian pada tanggal 2 Juli 2018 adalah klien mengatakan lupa dengan informasi yang didapatkan bahkan untuk mengingat nama saja klien mengalami kesulitan. Menurut teori memang benar seseorang didiagnosa demensia bila salah satu atau lebih fungsi otak, seperti ingatan dan keterampilan berbahasa menurun secara signifikan tanpa disertai penurunan kesadaran (Turana, 2015). Gangguan pola tidur merupakan salah satu dampak dari demensia yang tidak tertangani, dan fungsi kognitif pada lansia demensia tidak diperbaiki. Gangguan pola tidur sering terjadi pada usia lanjut pada dasarnya sulit untuk mempertahankan tidur dan jika terbangun di malam hari, sulit untuk tidur kembali. Dan melakukan pengkajian tentang gangguan pola tidur menggunakan PSQI dan didapatkan total skor 21 untuk klien 1 yang menurut kriteria tergolong gangguan kualitas tidur buruk, keluhan klien : sering terbangun dimalam hari biasa sampai 1-2x dalam semalam. Sedangkan untuk klien 2 PSQI dan didapatkan total skor 19 yang menurut kriteria tergolong gangguan
108
kualitas tidur bruk, keluhan klien : sering terbangun dimalam hari, saat tidur kedua klien lebih suka menyalakan lampu kamarnya, untuk klien 1 kebiasaan sebelum tidur adalah klien lebih suka tidur lebih ketengah kemudian menghadap tembok, sedangkan untuk klien 2 kebiasaan sebelum tidur menutupi mukanya deangan kertas. Dalam penelitian Ernawati, Ahmad Syauqy, Siti Haisah ini diperoleh lansia bisa tidur dalam waktu 30-60 menit. Sulitnya kemampuan tidur lansia disebabkan karena perlahan-lahan matinya neuron yang terkait mengatur pola tidur yang bernama nucleus preoptic ventrolateral seiring usia bertambah. Selain itu, lambatnya lansia untuk bisa tidur dapat disebabkan karena kecemasan dan depresi yang dialaminya. 4.1.7 Diagnosa Keperawatan Hasil dari pengkajian pada kedua klien terdapat tanda dan gejala yang sesuai dengan masalah keperawatan yang diangkat oleh peneliti yaitu gangguan pola tidur. Pada Ny. L ditandai dengan data subyektif klien mengeluh sering terbangun dimalam hari dan sulit untuk mengawali tidur malam yang didapatkan data objektif pada Ny. L tampak sering terbangun pada malam hari, saat pagi hari sering menguap, terdapat kantung mata, saat pagi hari klien tampak ingin tidur. Selain melalui pengkajian dasar peneliti juga melakukan pengkajian tentang pola tidur menggunakan PSQI dan didapatkan skor 21 yang disimpulkan bahwa klien mengalami gangguan pola tidur buruk. Pada Ny. Y didapatkan data subyektif klien mengatakan kalau tidur malam untuk mengawali tidur susah. Data objektif pada Ny. Y tampak sering terbangun pada malam hari, saat pagi hari sering menguap, terdapat kantong mata, saat pagi hari klien tampak ingin tidur, saat pagi hari tampak tertidur dikursi rodanya. Selain melalui pengkajian dasar peneliti juga melakukan pengkajian tentang pola tidur menggunakan
109
PSQI dan didapatkan skor 19 yang disimpulkan bahwa klien mengalami gangguan pola tidur buruk. Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh semua orang. Setiap orang memerlukan istirahat dan tidur yang cukup untuk dapat berfungsi secara optimal (Haryati, 2013). Gangguan pola tidur merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan adanya gangguan dalam jumlah, kualitas atau waktu tidur pada seorang individu (Harsono, 2014). Diagnosa prioritas kedua yang diangkat adalah gangguan pola tidur berhubungan dengan halangan lingkungan karena pada lansia sering mengalami gangguan tidur dan kerusakan memori berhubungan dengan distraksi lingkungan didapatkan klien dengan gangguan kognitif sedang. Menurut riset ditemukan sulitnya kemampuan tidur lansia disebabkan karena perlahan-lahan matinya neuron yang terkait mengatur pola tidur yang bernama nucleus preoptic ventrolateral seiring usia bertambah. Selain itu, lambatnya lansia untuk bisa tidur dapat disebabkan karena kecemasan dan depresi yang dialaminya. Untuk diagnosa selanjutnya peneliti menemukan diagnose yang sama diantara 2 klien tersebut yaitu kerusakan memori dengan pengkajian MMSE untuk klen 1 terdapat skore 19 sedangkan untuk klien 2 terdapat skore MMSE 22 yang artinya kedua klien ini mengalami gangguan kognitif sedang. Menurut teori memang benar seseorang didiagnosa demensia bila salah satu atau lebih fungsi otak, seperti ingatan dan keterampilan berbahasa menurun secara signifikan tanpa disertai penurunan kesadaran (Turana, 2015). Menurut riset benar memang hal ini berhubungan dengan proses degeneratif sistem dan fungsi dari organ tubuh seperti gangguan kognitif pada lansia, maka tidak salah jika lansia lebih banyak mengalami gangguan kognitif.
110
Untuk diagnosa prioritas pada klien ke-2 adalah risiko jatuh diagnosa ini tidak dialami oleh klien ke-1 dengan didapatkannya data klien pemeriksaan BBS sedang dikarenakan peneliti mengambil responden lansia usia 70-80 tahun yang rentan sekali mengalami jatuh. Risiko jatuh sering diwaspadai saat lanjut usia selain dari faktor usia juga karena penurunan fungsi organ tubuh yang sangat berbeda jauh dari fungsi organ tubuh saat muda. 4.1.8 Rencana Keperawatan Diagnosa keperawatan yang sudah dirumuskan melalui analisa data pengkajian pada klien Ny. L dan Ny. Y maka akan dilakukan intervensi keperawatan dengan tujuan dan kriteria hasil dalam melakukan perencanaan dalam waktu 14 hari dengan 3 kali kunjungan diharapkan gangguan pola tidur klien dapat teratasi, gangguan pola tidur dapat berkurang. Menurut hasil dari teori peneliti melakukan intervensi yang diberikan pada klien 1 dan 2 dengan gangguan pola tidur perawat harus melakukan perencanaan antara lain:Kaji pola tidur dengan cara observasi, Monitoring TTV, Beri edukasi pentingnya kebutuhan tidur, Kaji pola tidur dengan cara observasi, Monitoring kenyamanan setelah tidur, Observasi sering terbangun pada malam hari, Ciptakan lingkungan yang aman, Berikan tempat tidur dan lingkungan yang bersih dan nyaman, Berikan posisi tidur yang membuat klien yang nyaman, Berikan terapi musik pada klien. Tindakan
keperawatan
seorang
perawat
harus
melakukan
intervensi
keperawatan yang berpedoman pada NIC. Rencana Keperawatan pada gangguan pola tidur memiliki beberapa indikator keberhasilan yang dicapai diantaranya kualitas tidur baik, waktu tidur lebih lama. Saat intervensi dilaksanakan banyak perbedaan
111
teori dengan lapangan sehingga peneliti memodifikasi yang sesuai dengan keadaan klien. Menurut riset juga tidak mudah menemukan kasus yang sesuai dengan teori sehingga untuk mengaplikasikan intervensi tidak semua di ambil dari teori. 4.1.9 Implementasi Implementasi merupakan tahap keempat dari proses asuhan keperawatan yang dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan berdasarkan diagnosa yang tepat, intervensi diharapkan dapat mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan untuk mendukung dan mencapai status kesehatan klien (Wijaya, 2013), pada penelitian ini peneliti menggunakan terapi musik selama 30 menit sebelum tidur kepada klien yang diharapkan dengan pemberian implementasi ini gangguan pola tidur klien dapat berkurang. Peneliti sering kehilangan data dikarenakan beberapa faktor salah satunya adalah lingkungan sehingga klien meskipun sudah mendengarkan terapi musik tetapi masih sulit mengawali tidurnya. Dari riset yang menjadi acuan peneliti ini terdapat perubahan hormon saat lansia sehingga dapat mengganggu kualitas tidurnya, jadi tidak salah jika sudah dilaksanakan terapi tetapi tetap mengalami gangguan pola tidur. Dalam
implementasi
selanjutnya
menggunakan
senam
otak
membantu
meninggkatkan kognitif klien, dilakukan ±15-30 menit setiap pagi. Peneliti hanya mendampingi saat senam otak dan mengarahkan gerakan yg ditirukan lewat video yang diputar, yang lebih membutuhkan pengarahan adalah pada klien ke-2 karena memang ada penurunan penglihatan. Disini peneliti tidak melakukan kolaborasi dikarenakan memang dilingkungan klien tidak ada fasilitasyang menunjang untuk melakukan kolaborasi seperti pemberian obat dari dokter atau ahli medis lainnya.
112
Selain itu tidak dilakukan semua perencanaan karena sesuai dengan kondisi klien dan lingkungan. Untuk implementasi selanjutnya hanya diberikan ke klien 2 karena yaitu risiko jatuh terdapat pemeriksaan BBS terdapat skore 9 yang artinya klien harus memakai kursi roda. Kebetulan klien sudah memakai kursi roda peneliti hanya mengajarkan posisi duduk di kursi roda dengan baik, dan penggunaan kursi roda dengan benar. 4.1.10 Evaluasi Tindakan keperawatan sebanyak 3 kali kunjungan. Pada kunjungan ke-1 bahwa Ny. L didapatkan hasil data subjektif klien mengeluh sering terbangun pada malam hari, dan susah mengawali tidur malam. Data objektif pada Ny. L klien nampak sering terbangun pada malam hari, saat pagi hari sering menguap, terdapat kantong mata, saat pagi hari klien tampak ingin tidur. Pada pertemuan ke-2 didapatkan hasil data subjektif klien masih mengeluh sering terbangun pada malam hari, dan susah mengawali tidur malam. Data objektif klien masih nampak terbangun pada malam hari, saat pagi hari sering menguap, terdapat kantong mata, saat pagi hari klien tampak ingin tidur. Klien sudah mulai mempraktekkan terapi musik sebelum tidur. Pada pertemuan ke-3 didapatkan hasil data klien masih sering terbangun pada malam hari, dan susah mengawali tidur malam. Data objektif yang di dapatkan nampak terbangun pada malam hari, saat pagi hari sering menguap, terdapat kantong mata, saat pagi hari klien tampak ingin tidur. Klien menerapkan terapi musik sebelum tidur tetapi masih mengalami gangguan pola tidur dikarenakan lingkungan nya karena teman satu kamarnya sering berbicara keras sehingga klien merasa sulit untuk tenang saat akan memulai tidur.
113
Pada kunjungan ke-2 bahwa Ny. Y didapatkan hasil data subjektif klien mengeluh susah mengawali tidur malam. Data objektif pada Ny. Y klien nampak susah mengawali tidur pada malam hari, saat pagi hari sering menguap, terdapat kantong mata, saat pagi hari klien tampak ingin tidur, saat pagi hari klien sering tertidur dikursi roda. Pada pertemuan ke-2 didapatkan hasil data subjektif klien masih mengeluh susah mengawali tidur malam. Data objektif klien masih nampak susah mengawali tidur pada malam hari, saat pagi hari sering menguap, terdapat kantong mata, saat pagi hari klien tampak ingin tidur, saat pagi hari klien sering tertidur dikursi roda. Klien sudah mulai mempraktekkan terapi musik sebelum tidur dengan bantuan peneliti atau asisten peneliti. Pada pertemuan ke-3 didapatkan hasil data klien masih susah mengawali tidur malam. Data objektif yang di dapatkan nampak susah mengawali tidurnya di malam hari, saat pagi hari sering menguap, terdapat kantong mata, saat pagi hari klien tampak ingin tidur, sering tertidur di kursi roda. Klien menerapkan terapi musik sebelum tidur dibantu oleh peneliti atau asisten peneliti. Pada klien gangguan kognitif dengan gangguan pola tidur selain dilakukan senam otak juga dilakukan terapi musik untuk mengatasi gangguan pola tidurnya, fungsinya untuk merelaksasi fikiran seseorang sehingga lebih mudah mengatur tidurnya terutama dimalam hari. Usia lanjut sendiri merupakan
hal yang harus
diterima sebagai suatu kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir dengan kematian (Supraba, 2015) pada usia lanjut terjadilah penurunan kognitif yang dipengaruhi oleh adanya perubahan pada struktur dan fungsi organ otak yang menyebabkan seorang lansia akan sering lupa.
114
Diusia lanjut juga sering terjadi kasus gangguan pola tidur karena adanya disorientasi lingkungan, waktu, maupun tempat sehingga lansia kebingungan untuk mengatur pola tidurnya, maupun mengatur jadwal tidurnya sehingga kwalitas tidurnya. Penyakit demensia sendiri tidak dapat disembuhkan karena penyakit ini diengaruhi oleh beberapa faktor antara lain usia. Pada usia lanjut kemampuan kognitif maupun motorik menurun dan hal ini merupakan hal yang wajar dan tidak bisa disembuhkan. Terapi musik sendiri dilakukan untuk merelaksasi fikiran saja sehingga lebih tenang untuk mengawali tidur. Berdasarkan hasil evaluasi yang telah peneliti lakukan, masalah keperawatan yang muncul pada kedua klien tidak dapat teratasi. Hal ini dapat dibuktikan dengan tidak tercapainnya masing-masing indikator yang diharapkan oleh peneliti. Hal ini disebabkan karena terapi musik haruslah dilakukan secara rutin setengah jam sebelum tidur, sedangkan untuk kedua klien ini peneliti mengobservasi selama 14 hari tetapi masih sering lupa untuk dilaksanakan oleh klien, dan terdapat satu faktor yang tidak terkaji yaitu sering BAK pada malam hari pada klien ke-1 sehingga pola tidur masih terganggu.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1.1 Kesimpulan 1.1.1 Pengkajian Pengkajian pada klien 1 dan 2 dilakukan pada tanggal 2 juli 2018 . Klien 1 bernama Ny. L berusia 72 tahun, berjenis kelamin perempuan. Klien didiagnosa menderita demensia dengan gangguan pola tidur dan didapatkan data subjektif klien sering megeluh lupa akan informasi yang didapatnya dan susah mengigat informasi, dan mengeluh susah mengawali tidur pada malam hari dan sering terbangun dimalam hari. Data objektif yang di dapatkan klien tampak bingung, klien tampak sering menguap dipagi hari, klien tampak sering terbangun pada malam hari bias sampai 12x/malam, terdapat kantong mata, klien dalam pengawasan saat melakukan kegiatan sehari-hari meskipun bias melakukan aktivitas sendiri. Klien 2 bernama Ny. Y berusia 77 tahun, berjenis kelamin perempuan. Klien di diagnonsa demensia dan gangguan pola tidur didapatkan data subjektif klien mengatakan susah dalam mengingat informasi dan susah untuk mengawali tidurnya saat malam hari. Data objektif yang di dapatkan, keadaan klien tampak bingung saat di beri informasi, klien saat malam hari tampak susah untuk mengawali tidurnya, saat pagi hari klien sering menguap, klien saat pagi hari tampak sering tertidur dikursi rodanya. Klien dibantu sepenuhnya oleh orang lain saat melakukan aktivitas.
115
116
1.1.2 Diagnosa Keperawatan Dari hasil pengkajian pada Ny. L dan Ny. Y didapatkan diagnosa keperawatan yang muncul adalah: risiko jatuh, gangguan pola tidur berhubungan dengan halangan lingkungan dan kerusakan informasi berhubungan dengan distraksi lingkungan . 1.1.3 Rencana Keperawatan Diagnosa keperawatan yang sudah dirumuskan melalui analisa data pengkajian pada klien Ny. L dan Ny. Y maka akan dilakukan intervensi keperawatan dengan tujuan dan kriteria hasil dalam melakukan perencanaan dalam waktu 14 hari dengan 3 kali kunjungan diharapkan gangguan pola tidur klien dapat teratasi, gangguan pola tidur dapat berkurang. Menurut hasil dari teori peneliti melakukan intervensi yang diberikan pada klien 1 dan 2 dengan gangguan pola tidur perawat harus melakukan perencanaan antara lain: 1. Kaji pola tidur dengan cara observasi 2. Monitoring TTV 3. Beri edukasi pentingnya kebutuhan tidur 4. Kaji pola tidur dengan cara observasi 5. Monitoring kenyamanan setelah tidur 6. Observasi sering terbangun pada malam hari 7. Ciptakan lingkungan yang aman 8. Berikan tempat tidur dan lingkungan yang bersih dan nyaman 9. Berikan posisi tidur yang membuat klien yang nyaman 10. Berikan terapi musik pada klien. 1.1.4 Implementasi Pada penelitian ini peneliti menggunakan terapi musik kepada klien yang diharapkan dengan pemberian implementasi ini gangguan pola tidur klien dapat berkurang. Tindakan keperawatan pada klien 1 jam 19.30 peneliti melakukan pengkajian, membina hubungan saling percaya dengan klien, mengajarkan klien untuk melakukan terapi musik sebelum tidur selama setengah jam melakukan terapi
117
musik yang fungsinya untuk merelaksasi fikiran agar lebih mudah memulai tidur, klien 2 jam 18.30 mengobservasi klien, melakukan pengkajian dan bina hubungan saling percaya, implementasi yang dilakukan hampir sama dengan implementasi yang diberikan pada klien 1. 1.1.5 Evaluasi Evaluasi yang diberikan pada klien 1 dan 2 yang telah dilakukan implementasi maka didapatkan klien 1 Ny. L dengan data subjektif : klien masih susah mengawali tidurnya dimalam hari, dan untuk terapi musiknya dapat dilakukan klien secara mandiri dengan tetap diobservasi peneliti. Data objektif pada Ny. L klien sudah dapat melakukan terapi musik secara mandiri meskipun kadang lupa untuk dilakukan dan klien masih dalam pengawasan orang lain saat melakuka aktivitas, Sedangkan evaluasi Ny. Y dengan data subjektif : tidurnya mulai bias agak sore an. Data obektif : klien melaksanakan terapi musik dengan bantuan peneliti atau asisten peneliti dan klien masih dibantu sepenuhnya oleh orang lain saat melakukan aktivitas. 1.2 Saran 1.2.1 Bagi klien Diharapkan klien mampu melakukan terapi musik sebelum memulai tidur secara rutin untuk mencapai hasil yang maksimal meskipun masih membutuhkan bantuan minimal dari orang lain. 1.2.2 Bagi instansi lapangan Diharapkan bagi tenaga kesehatan dapat menggunakan latihan ini sebagai salah satu intervensi kolaboratif dalam melakukan asuhan keperawatan kepada klien demensia dengan gangguan pola tidur menggunakan terapi musik.
118
1.2.3 Bagi peneliti selanjutnya Diharapkan peneliti selanjutnya mampu melanjutkan dan mengembangkan cara atau teknik terapi dalam membantu penderita demensia untuk mengatasi gangguan pola tidur dengan melihat data awal pada peneliti sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA Alzheimer’s Australia. 2016. What is dimentia ?.Diakses Januari 2018. Bulecheck, G, M.2015. Nursing Incomes Classification. America: Elsevier Inc. Cohen , Hyland , dkk.2012.The utility of mandatory depression screening of dimentia patients in nursing homes.Diakses febuari 2018. Eprints.undip.ac.id/44525/3/Danu_kumajaya_22010110110028_BAB_II.pdf Herdman, T. Heather . 2015. NANDA International Diagnosis Keperawatan Definisi Dan Klasifikasi 2015-2017. Jakarta:EGC Verghese, Joe . 2014. Motoric cognitive risk syndrome.Diakses Januari 2018 http://m.neurology.org/content/83/8/718.short Marjolein E. de Vugt. 2013. The impact of early dementia diagnosis and intervention on informal caregivers. Diakses febuari 2017 http://www.sciencedirect.com/science/article/pii Milders , Mc bain , dkk.2013. Cognitive stimulation by caregivers for people with dimentia.Diakses Desember 2017. Moorhed, S.2015.Nursing Outcomes Classification.America: Elsevier Inc. Pratiwi. 2013. Pola komsumsi pangan, aktivitas fisik, riwayat penyakit, riwayat demensia keluarga dan kejadian demensia pada lansia di panti werdha tresna Bogor. Diakses Januari 2018. American Musik Therapy Association.2006.Musik Therapy in The Treatment and Managemen to fpain www.musiktherapy.orgfactsheets.pain.pdf. Diakses april 2018 Prawoto, Edy.2015. Panduan penyusunan karya tulis ilmiah : studi kasus program DIII keperawatan. Jawa timur : AIPDIKI. WHO. Definition of an older or elderly person. Available from URL : htttp://www.who.int/whosis/ mds/mds _definition Staiberg, M. 2010. Risk factors for neuropsychiatric symptoms in dementia.Diakses pada tanggal 4 Desember 2017.
Verghese, annweller, dkk, 2014.Motoriccognitive risk syndromemulticountry prevalence and dimentia risk.Diakses Februari 2018. Verhey & de vugt. 2013. The impact of early dementia diagnosis and intervention on informal caregives. Diakses maret 2017.Diakses Desember 2017. Febriana, Angita.2014. demensia. Diakses febuari 2018 www1-media.acehprov.go.id/uploads/Angila_Febrina_Demensia.pdf www21.ha.org.hk/sub/EM/files/Dementia-Indonesia.pdf?ext=.pd Halim, Samuel.,2007. Efek Mozart dan terapimusik dalam dunia kesehatan.
www.tempo.co.id/medika. Diakses juli 2018.Pandoe, Wing. 2006. Musik terapi. http://www.my-opera.com/paw. Diakses maret 2018 Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 3, Nomor 3, September-Desember 2015 Widya. 2013. Mengatasi Insomnia. Katahati. Yogyakarta
Lampiran 1 JADWAL PENELITIAN
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
URAIAN Informasi Penyelenggaran LTA Penyerahan surat permohonan kepada pembimbing Pengajuan judul LTA Konfirmasi judul LTA Penelusuran literature Pembuatan proposal LTA Revisi proposal oleh pembimbing Seminar proposal LTA Revisi dan persetujuan proposal oleh kedua pembimbing Pengurusan Ijin Penelitian Pelaksanaan penelitian dan penulisan laporan Pendaftaran ujian LTA Pelaksanaan ujian LTA Revisi laporan LTA
Januari ’18 1 2 3 4
Februari’18 1 2 3 4
Maret’18 1 2 3 4
BULAN April’18 1 2 3 4
Mei’18 1 2 3
Juni – Juli’18 4 1 2 3 4
Agustus’18 1 2 3 4
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6 PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada : Yth.Bapak/Ibu Ditempat
Dengan hormat, Dalam rangka untuk menyelesaikan tugas akhir Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kendedes Malang, dengan ini saya : Nama
: Nur Fajarwati Mayasari
Nim
: AOA0150764
Bertujuan memberikan asuhan keperawatan dengan judul berjudul “Asuhan keperawatan pada pasien lansia yang mengalami Demensia dengan gangguan pola tidur di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih Lawang”. Untuk melancarkan pelaksanaan penelitian ini saya mengharapkan partisipan bapak/ibu. Saya sebagai penulis menjamin kerahasiaan jawaban dan identitas sebagai responden, sehingga tidak perlu mencantumkan nama terang. Atas kesediaanya menjadi responden, penulis mengucapkan banyak terimakasih.
Malang, Hormat saya,
Nur Fajarwati Mayasari NIM. AOA0150764
Lampiran 7
PENGKAJIAN DATA DASAR
Nama Mahasiswa NIM
: :
A. IDENTITAS KLIEN Nama Umur Jenis Kelamin Agama Suku / Bangsa Status Perkawinan Pendidikan Alamat
Tempat Praktik Tanggal Praktik
: : : : : : : :
No. RM Tanggal MRS Tanggal Pengkajian Diagnosa Medis
B. STATUS KESEHATAN SAAT INI 1. Keluhan Utama a) Saat MRS :
b) Saat Pengkajian :
2. Riwayat Penyakit Saat Ini
C. STATUS KESEHATAN 1. Penyakit yang pernah dialami ( ) Kecelakaan ( ) Operasi ( ) Penyakit
: :
: : : :
2. Alergi
:
3. Imunisasi
:
: : : :
4. Kebiasaan
:
5. Obat-obatan yang digunakan
:
A. RIWAYAT KELUARGA Genogram :
B. POLA AKTIVITAS - LATIHAN NO
AKTIVITAS
1.
Pola Nutrisi
2.
Pola Eliminasi
3.
Pola Istirahat / Tidur
4.
Pola Personal Hygine
5.
Pola Aktivitas
6.
Ketegantungan
DI RUMAH
DI RUMAH SAKIT
Keterangan Pemberian Skor: 0 : Mandiri 1 : Menggunakan alat bantu 2 : Dibantu orang lain (Minimal) 3 : Dibantu orang lain (Maksimal) 4 : Tidak mampu C. POLA NUTRISI – METABOLIK POLA NUTRISI - METABOLIK Jenis Diet / makanan Frekuensi / pola
DI RUMAH
DI RUMAH SAKIT
Porsi yang dihabiskan Komposisi menu Nafsu makan Jenis minuman Frekuensi / Pola
POLA ELIMINASI 1. BAB (Buang Air Besar) POLA ELIMINASI DI RUMAH
DI RUMAH SAKIT
Frekuensi / Pola Konsistensi Warna dan Bau Kesulitan
2. BAK (Buang Air Kecil) POLA ELIMINASI DI RUMAH
DI RUMAH SAKIT
Frekuensi / Pola Konsistensi Warna dan Bau Kesulitan
D. POLA TIDUR – ISTIRAHAT POLA TIDUR - ISTIRAHAT Tidur Siang Tidur Malam Kebiasaan Sebelum Tidur
DI RUMAH
DI RUMAH SAKIT
E. POLA KEBERSIHAN DIRI POLA KEBERSIHAN DIRI
DIRUMAH
Mandi Keramas Gosok gigi
F. POLA TOLERANSI – KOPING STRESS
G. POLA PERAN – HUBUNGAN
H. POLA KOMUNIKASI
I. PEMERIKSAAN FISIK 1. Status Umum Keadaan Umum : Kesadaran : GCS : TTV : TD Nadi Tinggi Badan : Berat Badan : 2. Kepala dan Leher a. Kepala : b. Mata c. Hidung
: :
: :
RR : Suhu :
DIRUMAH SAKIT
d. Mulut
:
e. Telinga
:
f. Leher
:
3. Dada Jantung Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi
: : : : :
Paru Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi
: : : : :
4. Payudara dan Ketiak
5. Abdomen Inspeksi
:
Palpasi
:
Perkusi
:
Auskultasi
:
6. Genetelia dan Anus a. Genetelia : b. Anus
:
7. Ekstremitas Edema Kekuatan Otot 8. Kulit dan Kuku a. Kulit b. Kuku
: : : :
1. Pengkajian Fungsional Klien a. Pengkajian KATZ KATZ Indeks No
Aktivitas
1.
Mandi Mandiri : Bantuan hanya pada satu bagian mandi ( seperti punggung atau ekstremitas yang tidak mampu ) atau mandi sendiri sepenuhnya Tergantung : Bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh, bantuan masuk dan keluar dari bak mandi, serta tidak mandi sendiri
7.
8.
9.
10.
11.
Berpakaian Mandiri : Mengambil baju dari lemari, memakai pakaian, melepaskan pakaian, mengancingi/mengikat pakaian. Tergantung : Tidak dapat memakai baju sendiri atau hanya sebagian Ke Kamar Kecil Mandiri : Masuk dan keluar dari kamar kecil kemudian membersihkan genetalia sendiri Tergantung : Menerima bantuan untuk masuk ke kamar kecil dan menggunakan pispot, memakai pempers Berpindah Mandiri : Berpindah ke dan dari tempat tidur untuk duduk, bangkit dari kursi sendiri Bergantung : Bantuan dalam naik atau turun dari tempat tidur atau kursi, tidak melakukan satu, atau lebih perpindahan Kontinen Mandiri : BAK dan BAB seluruhnya dikontrol sendiri Tergantung : Inkontinensia parsial atau total; penggunaan kateter,pispot, enema dan pembalut ( pampers) Makan Mandiri : Mengambil makanan dari piring dan menyuapinya sendiri
Mandiri K.1
K.2
Tergantung K.1
K.2
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
Bergantung : Bantuan dalam hal mengambil makanan dari piring dan menyuapinya, tidak makan sama sekali, dan makan parenteral ( NGT)
Keterangan : Beri tanda ( v ) pada point yang sesuai kondisi klien
b. Modifikasi dari Barthel Indeks No 1.
ADL Mengontrol BAB
2.
Mengontrol BAK
Nilai 0 1 2 0 1
3.
4.
Membersihkan diri (lap muka, sisir rambut, skt gigi) Toileting
2 0 1 0 1
11.
12.
13.
Makan
2 0 1
Kadang-kadang Inkontinensia Kontinensia teratur Butuh pertolongan orang lain Mandiri Tergantung pertolonhan orang lain Perlu pertolongan pada beberapa aktivitas, tetapi beberapa aktivitas masih dapat dikerjakan sendiri Mandiri Tidak mampu Butuh pertolongan orang lain penuh Bantuan minimal Mandiri Tidak mampu Perlu pertolongan untuk dapat duduk
Berpindah dari kursi ke tempat tidur
2 3 0 1
Mobilisasi / berjalan
2 3 0
Bantuan minimal 2 orang Mandiri Tidak mampu
1 2
Menggunakan kursi roda Berjalan dibantu dengan orang lain Mandiri
3 14.
Keterangan Inkontinensia Kadang-kadang Inkontinensia Kontinensia teratur Inkontinensia
Berpakaian
0
Tergantung pertolongan orang lain
K.1 2
K.2 1
2
2
1
0
2
0
3
3
3
1
3
0
2
0
15.
Naik turun tangga
16.
Mandi
1
Sebagaian dibantu
2 0 1 2 0
Mandiri Tidak mampu Butuh pertolongan Mandiri Tergantung pertolongan orang lain Mandiri
1 TOTAL
NilaiADL : 20 : Mandiri 12-19: Ketergantungan ringan 9-11 : Ketergantungan sedang 5-8 : Ketergantungan berat 0-4 : Ketergantungan total a. Psikososial No
Keterangan
Klien 1
1
Komunikasi dengan orang lain
2
Hubungan dengan orang lain
3
Peran dalam kelompok
4
Kesedihan dirasakan
5
Stabilitas emosi
Klien 2
yang
2. Pengkajian Status Mental Gerontik a. Identifikasi aspek kognitif mental dengan menggunakan MMSE No
Aspek Kognitif
Nilai
Nilai Klien Klien 1
Klien 2
Kriteria
1
0
1
0
20
7
1
2
3
4
Orientasi
`1
3
5
3
3
3
3
3
5
3
4
2
3
Regristrasi
Perhatian dan kalkulasi
Mengingat 3
5
5
Bahasa 9
7
6
Menyebutka dengan benar 1) Tahun 2) Musim 3) Tanggal 4) Hari 5) Bulan Dimana kita sekarang berada 1) Negara Indonesia 2) Provinsi 3) Kolta 4) Panti Werda 5) Wisma Pemeriksa menyebutkan nama 3 objek 1 detik untuk mengatakan masing-masing objek, kemudian tanyakan kepada klien ketiga objek tadi. 1) Objek 2) Objek 3) Objek Minta klien untuk memulai dari angka 100 kemudian dikurangi 7 sampai 5 kali atau tingkat 1) 93 2) 86 3) 79 4) 72 5) 65 Minta klien untuk mengulangi ketiga objek pada no. 2 tadi, bila benar 1 poin untuk masing-masing objek 1) Tunjukan pada klien suatu benda dan tanyakan namanya pada klien a) Misal : jam tangan b) Misal : pensil 2) Minta klien untuk mengulang kata tak, ada, jika,dan, atau, tetapi. Bila benar saru nilai satu poin 3) Minta klien untuk mengikut perintah berikut yang terdiridari 3 langkah a) Ambil kertas ditangan anda, lipat dua buah dan taruh dilantai b) Ambil keras ditangan anda c) Lipat dua d) Taruh dilantai 4) Perintah pada klien untuk hal berikut a) Tutup mata anda
5) Perintah klien untuk menulis kalimat dan menyalin gambar a) Tulis satu kalimat b) Menyalin gambar Total
19
22
Interpretasi hasil : 25-30 : tidak ada gangguan kognitif 18-23: gangguan kognitif sedang 0-17: gangguan kognitif berat
3. Pengkajian pola tidur a. Pengkajian PSQI klien 1 Kunjungan 1 (20-07-2018)
Kesimpulan : 1. Klien 1 dengan skor total 21 dapat disimpulkan kualitas tidur buruk sebelum mendapatkan terapi musik.
Kunjungan 2 (27-07-2018)
Kesimpulan : 1. Klien 1 dengan skor total 19 dapat disimpulkan kualitas tidur buruk sesudah mendapatkan terapi musik.
Kunjungan 3 (03-08-2018)
Kesimpulan : 1. Klien 1 dengan skor total 19 dapat disimpulkan kualitas tidur buruk sesudah mendapatkan terapi musik.
b. Pengkajian PSQI klien 2 Kunjungan 1 (20-07-2018)
Kesimpulan : 1. Klien 1 dengan skor total 19 dapat disimpulkan kualitas tidur buruk sebelum mendapatkan terapi musik.
Kunjungan 2 (27-07-2018)
Kesimpulan : 1. Klien 1 dengan skor total 18 dapat disimpulkan kualitas tidur buruk sesudah mendapatkan terapi musik.
Kunjungan 3 (03-08-2018)
Kesimpulan : 1. Klien 1 dengan skor total 18 dapat disimpulkan kualitas tidur buruk sesudah mendapatkan terapi musik.
Gambaran kesimpulan kuesioner kualitas tidur Komponen Kualitas
No item Tidur secara
9
subyektif
Durasi Tidur (lamanya waktu tidur)
4
Skor Latensi Tidur
5a
Latensi Tidur (waktu yang diperlukan untuk memulai tidur)
2
Efesiensi tidur Rumus:
1+3
Jumlah lama tidur Gangguan tidur pada malam hari 5b, 5c, Jumlah lamanya ditempat 5d, 5e, tidur 5f, 5g, 5h, 5i, 5j Disfungsi tidur siang hari
7+8
Penggunaan obat tidur
6
Jawaban Sangat baik Cukup baik Buruk
Penilaian skor 0 1 2
Sangat buruk >7 jam
3 0
6-7 jam 5-6 jam <5 jam Sangat baik Cukup baik Buruk
1 2 3 0 1 2
Sangat buruk ≤ 15 menit 16-30 menit 31-60 menit >60 menit >85 % 75-84 %
3 0 1 2 3 0 1
65-74 % <65 %
2 3
Sangat baik
0
Cukup baik Buruk Sangat buruk Sangat baik Cukup baik Buruk
1 2 3 0 1 2
Sangat buruk 0 <1 1-2 >3
3 0 1 2 3
Sumber: Curcio et al. (2013) Apabila semakin tinggi skor nilai yang didapatkan maka akan semakin buruk kualitas tidur seseorang. Keuntungan dari PSQI adalah memiliki nilai validitas dan reliabilitas tinggi. Namun, kuesioner PSQI ini juga memiliki kekurangan yaitu dalam pengisian kuesioner hasil yang diperoleh kurang benar dikarenakan keterbatasan dan kesulitan dari responden sehingga perlu dilakukan pendampingan. Kuesioner kualitas tidur terdiri dari pertanyaan terbuka dan tertutup. Pertanyaan untuk nomor 5-8 adalah pertanyaan tertutup dan masing-masing mempunyai rentang skor yaitu 0-3yang artinya 0= tidak pernah dalam sebulan terakhir, 1= 1 kali seminggu, 2= 2 kali seminggu dan 3= lebih dari 3 kali seminggu. Interpretasi nilai skor kualitas tidur baik apabila skor nilai 1-5, ringan 6-7, sedang 8-14 dan kualitas tidur buruk jika skor nilai mencapai 15-21.
4. Pemeriksaan BBS
Total skor : 56 Interpretasi 0-20 : harus memakai kursi roda (wheelchair bound) 21-40
: berjalan dengan bantuan
41-56
: mandiri/independen
ANALISA DATA Nama Klien Diagnosa Medis
No
: :
Data
No. RM Tanggal Pengkajian
Etiologi
: :
Masalah Keperawatan
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN (Berdasarkan Prioritas)
Tanggal muncul Klien 1
Prioritas diagnosa
TTD
Klien 2
RENCANA KEPERAWATAN No 1.
3.
4.
Diagnosa Keperawatan (Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi (NIC)
Implementasi Kunjungan ke 1 2018 Jam
Implementasi
Kunjungan ke 2 Jam
Implementasi
Kunjungan ke 3 Jam
Implementasi
EVALUASI
O :
O :
No
Akhir
No Indikator
Akhir
No Indikator
Target
O :
Awal
S :
Target
S :
Awal
S :
1
1
1
2
2
2
A
:
A
:
A
:
P
:
P
:
P
:
Indikator
Akhir
Kunjungan ke 3
Target
Kunjungan ke 2
Awal
Kunjungan ke 1
Lampiran 8
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) “Terapi Musik” Pengertian : Pemanfaatan kemampuan musik dan elemen musik oleh terapis kepada klien Tujuan : Memperbaiki kondisi fisik, emosional, dan kesehatan spiritual pasien Persiapan alat dan 1. Mp3 Musik bahan : 2. Headset 3. Alat-alat musik yang sesuai NO PROSEDUR Pre interaksi 1 Cek catatan keperawatan atau catatan medis klien (jika ada) 2 Siapkan alat-alat 3 Identifikasi faktor atau kondisi yang dapat menyebabkan kontra indikasi 4 Cuci tangan Tahap orientasi 5 Beri salam dan panggil klien dengan namanya 6 Jelaskan tujuan, prosedur, dan lamanya tindakan pada klien/keluarga Tahap kerja 7 Berikan kesempatan klien bertanya sebelum kegiatan dilakukan 8 Menanyakan keluhan utama klien 9 Jaga privasi klien. Memulai kegiatan dengan cara yang baik 10 Menetapkan perubahan pada perilaku dan/atau fisiologi yang diinginkan seperti relaksasi, 11 12 13 14 15 16
17 18
stimulasi, konsentrasi, dan mengurangi rasa sakit. Menetapkan ketertarikan klien terhadap musik. Identifikasi pilihan musik klien. Berdiskusi dengan klien dengan tujuan berbagi pengalaman dalam musik. Pilih pilihan musik yang mewakili pilihan musik klien Bantu klien untuk memilih posisi yang nyaman. Batasi stimulasi eksternal seperti cahaya, suara, pengunjung, panggilan telepon selama mendengarkan musik. Dekatkan mp3 musik dan perlengkapan dengan klien. Pastikan mp3 dan perlengkapan dalam kondisi baik.
19 20 21 22 23
24 25
Dukung dengan headphone jika diperlukan. Nyalakan musik dan lakukan terapi music. Pastikan volume musik sesuai dan tidak terlalu keras. Hindari menghidupkan musik dan meninggalkannya dalam waktu yang lama. Fasilitasi jika klien ingin berpartisipasi aktif seperti memainkan alat musik atau bernyanyi jikan diinginkan dan memungkinkan saat itu. Hindari stimulasi musik setelah nyeri/luka kepala akut. Menetapkan perubahan pada perilaku dan/atau fisiologi yang diinginkan seperti relaksasi,
stimulasi, konsentrasi, dan mengurangi rasa sakit. 26 Menetapkan ketertarikan klien terhadap musik. 27 Identifikasi pilihan musik klien. Terminasi 28 Evaluasi hasil kegiatan (kenyamanan klien) 29 Simpulkan hasil kegiatan 30 Berikan umpan balik positif 31 Kontrak pertemuan selanjutnya 32 Akhiri kegiatan dengan cara yang baik 33 Bereskan alat-alat 34 Cuci tangan Dokumentasi 35 Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan -
Nama Px, Umur, Jenis kelamin, dll
-
Keluhan utama
-
Tindakan yang dilakukan (terapi musik)
-
Lama tindakan
-
Jenis terapi music yang diberikan
-
Reaksi selama, setelah terapi pemberian terapi musik
-
Respon pasien.
-
Nama perawat
-
Tanggal pemeriksaan
Lampiran 9
Lampiran 10 Dokumentasi Kegiatan
Lampiran 12