LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN SINDROM
NEFROTIK
Disusun Oleh :
1. Lailul Muna [20161257]
PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA III KESEHATAN
AKADEMI KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH KENDAL
2017/2018
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN SINDROM
NEFROTIK
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah I
Dosen Pembimbing :
Sri Hesthi Sonyo R, S.Kep, Ns, M.Kep
Disusun Oleh :
1. Lailul Muna [20161257]
PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA III KESEHATAN
AKADEMI KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH KENDAL
2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah
melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul "LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN SINDROM NEFROTIK" ini dengan baik. Makalah
ini dibuat guna memenuhi tugas dari mata kuliah keperawatan medikal bedah I
oleh ibu Sri Hesthi Sonyo R, S.Kep, Ns, M.Kep. Ucapan terima kasih tidak
lupa kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah ini, diantaranya:
1. Ibu Sulastri, S.Kep., Ns., M.Kes., direktur Akper Muhammadiyah Kendal
2. Ibu Sri Hesthi Sonyo R, S.Kep, Ns, M.Kep, dosen pembimbing
3. Teman – teman yang telah membantu dan bekerjasama sehingga tersusun
makalah ini.
4. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan motivasi dalam
pembuatan makalah ini yang namanya kami tidak dapat sebutkan satu
persatu.
Kami menyadari atas kekurangan kemampuan penulis dalam pembuatan makaah
ini, sehingga akan menjadi suatu kehormatan besar bagi kami apabila
mendapatkan kritikan dan saran yang membangun untuk menyempurnakan makalah
ini.
Demikian akhir kata dari kami, semoga makalah ini bermanfaat bagi semua
pihak dan menambah wawasan bagi pembaca.
Kendal, September 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Sindrom Nefrotik
B. Etiologi
C. Anatomi Fisiologi Ginjal
D. Patofisiologi
E. Manifestasi Klinis
F. Pathways
G. Pemeriksaan Penunjang
H. Penatalaksanaan
I. Konsep Asuhan Keperawatan
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Didalam tubuh manusia, terdapat salah satu organ penting yang
berkaitan erat dengan sindrom nefrotik, yaitu ginjal. Ginjal berfungsi
mengatur keseimbangan tubuh dan mengekskresikan zat-zat yang sudah tidak
berguna dan beracun jika terus berada didalam tubuh. Ginjal sangat
penting bagi tubuh kita, karena ginjal bertugas mempertahankan
homeostatis bio kimiawi normal didalam tubuh manusia, dengan cara
mengeluarkan zat sisa melalui proses filtrasi, absorbsi, dan augmentasi.
Pada saat proses urinasi, bladder berkontraksi dan urin dikeluarkan
melalui uretra. Tetapi semua fungsi organ tersebut tidak luput dari
adanya abnormalitas fungsi, yang mana jika hal itu terjadi dapat
menyebabkan suatu masalah atau gangguan, salah satunya yaitu sindrom
nefrotik (Siburian, 2013; Astuti, 2014).
Sampai pertengahan abad ke-20 morbiditas Sindrom Nefrotik pada anak
masih tinggi yaitu melebihi 50% sedangkan angka mortalitas mencapai 23%.
Angka kejadian di Indonesia pada Sindrom Nefrotik mencapai 6 kasus
pertahun dari 100.000 anak berusia kurang dari 14 tahun (Alatas, 2002).
Mortalitas dan prognosis anak dengan sindroma nefrotik bervariasi
berdasarkan etiologi, berat, luas kerusakan ginjal, usia anak, kondisi
yang mendasari dan responnya terhadap pengobatan (Betz & Sowden, 2002).
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penyusun dalam penyusunan makalah ini terbagi menjadi dua bagian,
yaitu tujuan umum dan tujuan khusus, dimana :
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penyusunan makalah ini yaitu untuk mengetahui dan
memahami tentang konsep dasar penyakit sindrom nefrotik dan asuhan
keperawatan yang benar pada pasien dengan sindrom nefrotik.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat mengetahui dan memahami tentang konsep dasar penyakit sindrom
nefrotik yang meliputi definisi sindrom nefrotik, etiologi, anatomi
fisiologi ginjal, patofisiologi, manifestasi klinis, pathways,
pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan.
b. Dapat mengidentifikasi konsep asuhan keperawatan yang benar pada klien
dengan sindrom nefrotik yang meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi, dan evaluasi keperawatan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Sindrom Nefrotik
Sindroma Nefrotik adalah status klinis yang ditandai dengan
peningkatan permeabilitas membran glomerulus terhadap protein yang
mengakibatkan kehilangan urinarius yang massif (Whaley & Wong, 2003).
Sindroma nefrotik adalah kumpulan gejala klinis yang timbul dari
kehilangan protein karena kerusakan glomerulus yang difus (Luckman,
1996). Sindrom Nefrotik ditandai dengan proteinuria masif ( 40 mg/m2
LPB/jam atau rasio protein/kreatinin pada urine sewaktu >2mg/mg),
hipoproteinemia, hipoalbuminemia ( 2,5 gr/dL), edema, dan hiperlipidemia
(Behrman, 2001).
Nefrotik sindrom merupakan gangguan klinis ditandai oleh (1)
peningkatan protein dalam urin secara bermakna (proteinuria) (2)
penurunan albumin dalam darah (3) edema, dan (4) serum kolesterol yang
tinggi dan lipoprotein densitas rendah (hiperlipidemia). Tanda-tanda
tersebut dijumpai di setiap kondisi yang sangat merusak membran kapiler
glomerulus dan menyebabkan peningkatan permeabilitas glomerulus (Brunner
& Suddarth, 2001)
Whaley and Wong (1998) membagi tipe-tipe Sindrom Nefrotik :
1. Sindroma Nefrotik lesi minimal (MCNS : Minimal Change Nefrotik
Sindroma) : Merupakan kondisi yang tersering yang menyebabkan sindroma
nefrotik pada anak usia sekolah.
2. Sindroma Nefrotik Sekunder : Terjadi selama perjalanan penyakit
vaskuler kolagen, seperti lupus eritematosus sistemik dan purpura
anafilaktoid, glomerulonefritis, infeksi sistem endokarditis,
bakterialis dan neoplasma limfoproliferatif.
3. Sindroma Nefirotik Kongenital : Faktor herediter sindroma nefrotik
disebabkan oleh gen resesif autosomal. Bayi yang terkena sindroma
nefrotik, usia gestasinya pendek dan gejala awalnya adalah edema dan
proteinuria. Penyakit ini resisten terhadap semua pengobatan dan
kematian dapat terjadi pada tahun-tahun pertama kehidupan bayi jika
tidak dilakukan dialisis.
B. Etiologi
Penyebab sindrom nefrotik dibagi menjadi dua menurut Muttaqin, 2012
adalah:
1. Primer, yaitu berkaitan dengan berbagai penyakit ginjal, seperti
glomerulonefritis, dan nefrotik sindrom perubahan minimal
2. Sekunder, yaitu yang diakibatkan infeksi, penggunaan obat, dan
penyakit sistemik lain, seperti diabetes mellitus, sistema lupus
eritematosus, dan amyloidosis
C. Anatomi Fisiologi Ginjal
(Sumber: Astuti, 2013)
Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip
kacang. Sebagai bagian dari sistem urin, ginjal berfungsi menyaring
kotoran (terutama urea) dari darah dan membuangnya bersama dengan air
dalam bentuk urin. Cabang dari kedokteran yang mempelajari ginjal dan
penyakitnya disebut nefrologi (Astuti, 2013).
Kedudukan ginjal di belakang dari kavum abdominalis di belakang
peritoneum pada kedua sisi vertebra lumbalis III melekat langsung pada
dinding abdomen. Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di
belakang perut atau abdomen. Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang
belakang, di bawah hati dan limpa. Di bagian atas (superior) ginjal
terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal). Ginjal
kanan biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi tempat
untuk hati.Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke
sebelas dan duabelas. Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak
(lemak perirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam goncangan
(Astuti, 2013).
Unit fungsional ginjal
(Sumber: Astuti, 2013)
Unit fungsional dasar dari ginjal adalah nefron yang dapat berjumlah
lebih dari satu juta buah dalam satu ginjal normal manusia dewasa. Nefron
berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit)
dalam tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian mereabsorpsi cairan dan
molekul yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya akan
dibuang. Reabsorpsi dan pembuangan dilakukan menggunakan mekanisme
pertukaran lawan arus dan kotranspor. Hasil akhir yang kemudian
diekskresikan disebut urin (Astuti, 2013).
Sebuah nefron terdiri dari sebuah komponen penyaring yang disebut
korpuskula (atau badan Malphigi) yang dilanjutkan oleh saluran-saluran
(tubulus).Setiap korpuskula mengandung gulungan kapiler darah yang
disebut glomerulus yang berada dalam kapsula Bowman. Setiap glomerulus
mendapat aliran darah dari arteri aferen. Dinding kapiler dari glomerulus
memiliki pori-pori untuk filtrasi atau penyaringan. Darah dapat disaring
melalui dinding epitelium tipis yang berpori dari glomerulus dan kapsula
Bowman karena adanya tekanan dari darah yang mendorong plasma darah.
Filtrat yang dihasilkan akan masuk ke dalan tubulus ginjal. Darah yang
telah tersaring akan meninggalkan ginjal lewat arteri eferen (Astuti,
2013).
Ginjal berfungsi sebagai salah satu alat ekskresi yang sangat penting
melalui ultrafiltrat yang terbentuk dalam glomerulus. Terbentuknya
ultrafiltrat ini sangat dipengaruhi oleh sirkulasi ginjal yang mendapat
darah 20% dari seluruh cardiac output (Astuti, 2013).
D. Patofisiologi
Kelainan yang terjadi pada sindrom nefrotik yang paling utama adalah
proteinuria sedangkan yang lain dianggap sebagai manifestasi sekunder.
Kelainan ini disebabkan oleh karena kenaikan permeabilitas dinding
kapiler glomerulus yang sebabnya belum diketahui yang terkait dengan
hilangnya muatan negative gliko protein dalam dinding kapiler. Pada
sindrom nefrotik keluarnya protein terdiri atas campuran albumin dan
protein yang sebelumnya terjadi filtrasi protein didalam tubulus terlalu
banyak akibat dari kebocoran glomerolus dan akhirnya diekskresikan dalam
urin. (Latas, 2002 : 383).
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat
pada hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadinya proteinuria.
Kelanjutan dari proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan menurunya
albumin, tekanan osmotic plasma menurun sehingga cairan intravascular
berpindah ke dalam intertisial. Perpindahan cairan tersebut menjadikan
volume cairan intravascular berkurang, sehingga menurunkan jumlah aliran
darah ke renal karena hipovolemi. Menurunya aliran darah ke renal, ginjal
akan melakukan kompensasi dengan merangsang produksi renin angiotensin
dan peningkatan sekresi antideuretik hormone (ADH) dan sekresi aldosteron
yang kemudian menjadi retensi natrium dan air. Dengan retensi natrium dan
air, akan menyebabkan edema (Wati, 2012).
Terjadi peningkatan cholesterol dan Triglicerida serum akibat dari
peningkatan stimulasi produksi lipoprotein karena penurunan plasma
albumin atau penurunan onkotik plasma. Adanya hiperlipidemia juga akibat
dari meningkatnya produksi lipoprotein dalam hati yang timbul oleh karena
kompensasi hilangnya protein dan lemak akan banyak dalam urin
(lipiduria). Menurunya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan
disebabkan oleh karena hipoalbuminemia, hyperlipidemia, atau defisiensi
seng. (Suriadi dan yuliani, 2001 : 217).
E. Manifestasi Klinis
Adapun manifestasi klinis menurut Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol. 2
(2001), manifestasi utama sindrom nefrotik adalah edema. Edema biasanya
lunak dan cekung bila ditekan (pitting), dan umumnya ditemukan di sekitar
mata (periorbital), pada area ekstremitas (sekrum, tumit, dan tangan),
dan pada abdomen (asites). Gejala lain seperti malese, sakit kepala,
iritabilitas dan keletihan umumnya terjadi.
(Sumber: Irapanussa, 2015) (Sumber: nursingbegin.com,
2010)
(Sumber: ujeuji.blogspot.co.id) (Sumber: pakarobatherbal.com)
F. Pathways
(Sumber: Nurarif dan Kusuma, 2015)
G. Pemeriksaan Penunjang
Penegakan diagnosis sindrom nefrotik tidak ditentukan dengan hanya
penampilan klinis. Diagnosis sindrom nefrotik dapat ditegakkan melalui
beberapa pemeriksaan penunjang berikut yaitu urinalisis, pemeriksaan
sedimen urin, pengukuran protein urin, albumin serum, pemeriksaan
serologis untuk infeksi dan kelainan immunologis, USG renal, biopsi
ginjal, dan darah, dimana :
1. Urinalisis
Volume biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (fase oliguri ) yang
terjadi dalam 24-48 jam setelah ginjal rusak, warna kotor, sedimen
kecoklatan menunjukkan adanya darah, Hb, Monoglobin, Porfirin. Berat
jenis kurang dari 1,020 menunjukkan penyakit ginjal. Protein urin
meningkat (nilai normal negatif). Urinalisis adalah tes awal
diagnosis sindrom nefrotik. Proteinuria berkisar 3+ atau 4+ pada
pembacaan dipstik, atau melalui tes semikuantitatif dengan asam
sulfosalisilat, 3+ menandakan kandungan protein urin sebesar 300
mg/dL atau lebih, yang artinya 3g/dL atau lebih yang masuk dalam
nephrotic range.
2. Pemeriksaan sedimen urin
Pemeriksaan sedimen akan memberikan gambaran oval fat bodies: epitel
sel yang mengandung butir-butir lemak, kadang-kadang dijumpai
eritrosit, leukosit, torak hialin dan torak eritrosit.
3. Pengukuran protein urin
Pengukuran protein urin dilakukan melalui timed collection atau
single spot collection. Timed collection dilakukan melalui
pengumpulan urin 24 jam, mulai dari jam 7 pagi hingga waktu yang sama
keesokan harinya. Pada individu sehat, total protein urin 150 mg.
Adanya proteinuria masif merupakan kriteria diagnosis. Single spot
collection lebih mudah dilakukan. Saat rasio protein urin dan
kreatinin > 2g/g, ini mengarahkan pada kadar protein urin per hari
sebanyak 3g.
4. Albumin serum
kualitatif : ++ sampai ++++
kuantitatif :> 50 mg/kgBB/hari (diperiksa dengan memakai reagen
ESBACH)
5. Pemeriksaan serologis untuk infeksi dan kelainan imunologis
6. USG renal: Terdapat tanda-tanda glomerulonefritis kronik.
7. Biopsi ginjal
Biopsi ginjal diindikasikan pada anak dengan SN kongenital, onset
usia > 8 tahun, resisten steroid, dependen steroid atau frequent
relaps, serta terdapat manifestasi nefritik signifikan. Pada SN
dewasa yang tidak diketahui asalnya, biopsy mungkin diperlukan untuk
diagnosis. Penegakan diagnosis patologi penting dilakukan karena
masing-masing tipe memiliki pengobatan dan prognosis yang berbeda.
Penting untuk membedakan minimal-change disease pada dewasa dengan
glomerulosklerosisfokal, karena minimal-change disease memiliki
respon yang lebih baik terhadap steroid. Prosedur ini digunakan untuk
mengambil sampel jaringan pada ginjal yang kemudian akan diperiksa di
laboratorium. Adapan prosedur biopsi ginjal sebagai berikut :
a. Peralatan USG digunakan sebagai penuntun. USG dilakukan oleh petugas
radiologi untuk mengetahui letak ginjal.
b. Anestesi (lokal).
c. Jarum (piston biopsi). Apabila tidak ada piston biopsi dapat
menggunakan jarum model TRUCUT maupun VIM SILVERMAN.
d. Tempat (pool bawah ginjal, lebih disukai disukai ginjal kiri).
e. Jaringan yang didapatkan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu untuk
pemeriksaan mikroskop cahaya & imunofluoresen.
f. Setelah biopsi.
1) Berikan pasien tengkurap + - sejam, tetapi apabila pada posisi
tengurap pasien mengalami sejas nafas maka biopsi dilakukan pada
posisi duduk
2) Anjurkan untuk minum banyak
3) Monitor tanda-tanda vital terutama tekanan darah, & lakukan
pemeriksaan lab urin lengkap.
g. Apabila tidak terdapat kencing darah (hematuria) maka pasien
dipulangkan. Biasanya untuk pada pasien yang beresiko rendah, pagi
biopsi sore pulang (one day care ).
8. Darah
Hb menurun adanya anemia, Ht menurun pada gagal ginjal, natrium
meningkat tapi biasanya bervariasi, kalium meningkat sehubungan
dengan retensi dengan perpindahan seluler (asidosis) atau
pengeluaran jaringan (hemolisis sel darah nerah). Penurunan pada
kadar serum dapat menunjukkan kehilangan protein dan albumin melalui
urin, perpindahan cairan, penurunan pemasukan dan penurunan sintesis
karena kekurangan asam amino essensial. Kolesterol serum meningkat
(umur 5-14 tahun : kurang dari atau sama dengan 220 mg/dl). Pada
pemeriksaan kimia darah dijumpai Protein total menurun (N: 6,2-8,1
gm/100ml), Albumin menurun (N:4-5,8 gm/100ml), α1 globulin normal
(N: 0,1-0,3 gm/100ml), α2 globulin meninggi (N: 0,4-1 gm/100ml), β
globulin normal (N: 0,5-0,9 gm/100ml), γ globulin normal (N: 0,3-
1 gm/100ml), rasio albumin/globulin <1 (N:3/2), komplemen C3
normal/rendah (N: 80-120 mg/100ml), ureum, kreatinin dan klirens
kreatinin normal.
(Sumber: Siburian, 2013)
H. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal.
Menjaga pasien dalam keadaan tirah baring selama beberapa hari mungkin
diperlukan untuk meningkatkan diuresis guna mengurangi edema. Masukan
protein ditingkatkan untuk menggantikan protein yang hilang dalam urin
dan untuk membentuk cadangan protein di tubuh. Jika edema berat, pasien
diberikan diet rendah natrium. Diuretik diresepkan untuk pasien dengan
edema berat, dan adrenokortikosteroid (prednison) digunakan untuk
mengurangi proteinuria (Brunner & Suddarth, 2001).
Medikasi lain yang digunakan dalam penanganan sindrom nefrotik
mencakup agens antineoplastik (Cytoxan) atau agens imunosupresif (Imuran,
Leukeran, atau siklosporin), jika terjadi kambuh, penanganan
kortikosteroid ulang diperlukan (Brunner & Suddarth, 2001).
Diet bagi klien sindrom nefrotik
1. Tujuan Diet
a. Mengganti kehilangan protein terutama albumin.
b. Mengurangi edema dan menjaga keseimbangan cairan tubuh.
c. Memonitor hiperkolesterolemia dan penumpukan trigliserida.
d. Mengontrol hipertensi.
e. Mengatasi anoreksia.
(Almatsier, 2007)
2. Syarat Diet
a. Energi cukup, untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen positif yaitu
35 kkal/kg BB per hari.
b. Protein sedang, yaitu 1 g/kg BB, atau0,8 g/kg BB ditambah jumlah
protein yang dikeluarkan melalui urin. Utamakan penggunaan protein
bernilai biologik tinggi.
c. Lemak sedang, yaitu 15-20% dari kebutuhan energy total.
d. Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energy total
e. Natrium dibatasi, yaitu 1-4 gr sehari, tergantung berat ringannya
edema.
f. Kolesterol dibatasi < 300mg, begitu pula gula murni, bila ada
peningkatan trigliserida darah.
g. Cairan disesuaikan dengan banyaknya cairan yang dikeluarkan melalui
urin ditambah 500 ml pengganti cairan yang dikeluarkan melalui kulit
dan pernafasan.
(Almatsier, 2007)
3. Diet yang Dianjurkan dan Dihindari
"Jenis Bahan"Dianjurkan "Dibatasi "
"Makanan " " "
"Sumber "Nasi, bubur, bihun, "Roti, biskuit dan "
"karbohidrat"roti, gandum, makaroni, "kue-kue yang "
" "pasta, jagung, kentang, "dibuat menggunakan"
" "ubi, talas, singkong, "garam dapur dan "
" "havermout "soda. "
"Sumber "Telur, susu skim/susu "Hati, ginjal, "
"protein "rendah lemak, daging "jantung, limpa, "
"hewani "tanpa lemak, ayam tanpa "otak, ham, sosis, "
" "kulit, ikan "babat, usus, paru,"
" " "sarden, "
" " "kaldu daging, "
" " "bebek, burung, "
" " "angsa, remis, "
" " "seafood dan aneka."
" " "Protein hewani "
" " "yang diawetkan "
" " "menggunakan garam "
" " "seperti sarden, "
" " "kornet, ikan asin "
" " "dan sebagainya "
"Sumber "Kacang-kacangan dan "Kacang-kacangan "
"protein "aneka olahannya "yang diasinkan "
"nabati " "aatu diawetkan "
"Sayuran "Semua jenis sayuran "Sayuran yang "
" "segar "diasinkan atau "
" " "diawetkan "
"Buah-buahan"Semua macam buah-buahan "Buah-buahan yang "
" "segar "diasinkan atau "
" " "diawetkan "
"Minum "Semua macam minuman yang"Teh kental atau "
" "tidak beralkohol "kopi. Minuman yang"
" " "mengandung soda "
" " "dan alkohol: soft "
" " "drink, arak, ciu, "
" " "bir "
"Lainnya "Semua macam bumbu "Makanan yang "
" "secukupnya "berlemak, pengguna"
" " "an santan kental, "
" " "bumbu: garam, "
" " "baking powder, "
" " "soda kue, MSG, "
" " "kecap, terasi, "
" " "ketchup, sambal "
" " "botol, petis, "
" " "tauco, bumbu "
" " "instan, dan "
" " "sebagainya "
I. Konsep Asuhan Keperawatan pada Sindrom Nefrotik
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
1) Umur: Lebih banyak pada anak-anak terutama pada usia pra-sekolah (3-6
th). Ini dikarenakan adanya gangguan pada sistem imunitas tubuh dan
kelainan genetik sejak lahir.
2) Jenis kelamin: Anak laki-laki lebih sering terjadi dibandingkan anak
perempuan dengan rasio 2:1. Ini dikarenakan pada fase umur anak 3-6
tahun terjadi perkembangan psikoseksual : dimana anak berada pada fase
oedipal/falik dengan ciri meraba-raba dan merasakan kenikmatan dari
beberapa daerah genitalnya. Kebiasaan ini dapat mempengaruhi
kebersihan diri terutama daerah genital. Karena anak-anak pada masa
ini juga sering bermain dan kebersihan tangan kurang terjaga. Hal ini
nantinya juga dapat memicu terjadinya infeksi.
3) Agama
4) Suku/bangsa
5) Status
6) Pendidikan
7) Pekerjaan
b. Identitas penanggung jawab
Hal yang perlu dikaji meliputi nama, umur, pendidikan, agama, dan
hubungannya dengan klien.
c. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama: Kaki edema, wajah sembab, kelemahan fisik, perut
membesar (adanya acites)
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Untuk pengkajian riwayat kesehatan sekarang, perawatan perlu
menanyakan hal berikut:
3) Kaji berapa lama keluhan adanya perubahan urine output
4) Kaji onset keluhan bengkak pada wajah atau kaki apakah disertai
dengan adanya keluhan pusing dan cepat lelah
5) Kaji adanya anoreksia pada klien
6) Kaji adanya keluhan sakit kepala dan malaise
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Perawat perlu mengkaji:
1) Apakah klien pernah menderita penyakit edema?
2) Apakah ada riwayat dirawat dengan penyakit diabetes melitus dan
penyakit hipertensi pada masa sebelumnya?
3) Penting juga dikaji tentang riwayat pemakaian obat-obatan masa
lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji adanya penyakit keturunan dalam keluarga seperti DM yang
memicu timbulnya manifestasi klinis sindrom nefrotik
f. Kebutuhan bio-psiko-sosio-spiritual
1) Pola nutrisi dan metabolisme: Anoreksia, mual, muntah.
2) Pola eliminasi: Diare, oliguria.
3) Pola aktivitas dan latihan: Mudah lelah, malaise
4) Pola istirahat tidur: Susah tidur
5) Pola mekanisme koping : Cemas, maladaptif
6) Pola persepsi diri dan konsep diri : Putus asa, rendah diri
g. Pemeriksaan Fisik
1) Status kesehatan umum
2) Keadaan umum: klien lemah dan terlihat sakit berat
3) Kesadaran: biasanya compos mentis
4) TTV: sering tidak didapatkan adanya perubahan.
5) Pemeriksaan sistem tubuh
a) B1 (Breathing)
Biasanya tidak didapatkan adanya gangguan pola nafas dan jalan
nafas walau secara frekuensi mengalami peningkatan terutama
pada fase akut. Pada fase lanjut sering didapatkan adanya
gangguan pola nafas dan jalan nafas yang merupakan respons
terhadap edema pulmoner dan efusi pleura.
b) B2 (Blood)
Sering ditemukan penurunan curah jantung respons sekunder dari
peningkatan beban volume.
c) B3 (Brain)
Didapatkan edema terutama periorbital, sklera tidak ikterik.
Status neurologis mengalami perubahan sesuai dengan tingkat
parahnya azotemia pada sistem saraf pusat.
d) B4 (Bladder)
Perubahan warna urine output seperti warna urine berwarna kola
e) B5 (Bowel)
Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia sehingga
didapatkan penurunan intake nutrisi dari kebutuhan. Didapatkan
asites pada abdomen.
f) B6 (Bone)
Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum, efek sekunder
dari edema tungkai dari keletihan fisik secara umum
h. Pemeriksaan Diagnostik
Urinalisis didapatkan hematuria secara mikroskopik, proteinuria,
terutama albumin. Keadaan ini juga terjadi akibat meningkatnya
permeabilitas membran glomerulus.
(Astuti, 2014; Munandar, 2014)
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme
regulasi
Batasan Karakteristik :
1) Edema
2) Ansietas
3) Anasarka
4) Gangguan pola nafas
5) Oliguria
6) Penambahan berat badan dalam waktu singkat
7) Perubahan berat jenis urine
(NANDA, 2015)
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis (hipoproteinemia) dan kurang asupan makanan
(anoreksia)
Batasan Karakteristik :
1) Cepat kenyang setelah makan
2) Gangguan sensasi rasa
3) Kurang minat pada makanan
(NANDA, 2015)
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit (edema)
Batasan Karakteristik :
1) Berfokus pada penampilan masa lalu
2) Menghindari melihat tubuh
3) Menghindari menyentuh tubuh
4) Menyembunyikan bagian tubuh
5) Takut reaksi orang lain
(NANDA, 2015)
d. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mokus
dengan jumlah berlebihan (efusi pleura)
Batasan Karakteristik :
1) Suara nafas tambahan
2) Perubahan frekuensi dan irama napas
3) Sianosis
4) Dipsneu
5) Gelisah
(NANDA, 2015)
e. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
penekanan tubuh terlalu dalam akibat edema
Batasan Karakteristik :
1) Perubahan karakteristik kulit (warna, elastisitas, rambut,
kelembapan, kuku, sensasi, suhu)
2) Waktu pengisian kapiler > 3 detik
3) Warna tidak kembali ke tungkai saat tungkai diturunkan
4) Edema
5) Paresresia
(NANDA, 2015)
f. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan nafas tidak adekuat
Batasan Karakteristik :
1) Perubahan kedalaman pernapasan
2) Penurunan tekanan ekspirasi
3) Bradipnea
4) Dipsnea
5) Penurunan ventilasi semeniit
(NANDA, 2015)
g. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
Batasan Karakteristik :
1) Ketidaknyamanan setelah beraktivitas
2) Dipsnea setelah beraktivitas
3) Menyatakan merasa letih
4) Menyatakan merasa lemah
(NANDA, 2015)
h. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi
jantung
Batasan Karakteristik :
1) Bradikardia
2) Palpitasi jantung
3) Perubahan elektrokardiogram (EKG) (mis., aritmia, abnormalitas
konduksi, iskemia)
4) Takikardia
(NANDA, 2015)
3. Intervensi
"No. "Tujuan & "Intervensi "Rasional "
"Dx. "Kriteria " " "
" "Hasil " " "
"1. "Setelah "Timbang berat badan"Estimasi "
" "dilakukan "setiap hari dan "penurunan edema "
" "tindakan "monitor status "tubuh "
" "keperawatan "pasien " "
" "selama … x " " "
" "24 jam, " "valuasi harian "
" "diharapkan "Jaga intake/asupan "keberhasilan "
" "kelebihan "yang akurat dan "terapi dan dasar "
" "volume "catat output "penentuan "
" "cairan tidak" "tindakan "
" "terjadi " " "
" "dengan " "menentukan "
" "kriteria "Kaji lokasi dan "intervensi lebih "
" "hasil : "luasnya edema "lanjut "
" "Terjadi " " "
" "penurunan " "mencegah edema "
" "edema dan "Berikan cairan "bertambah parah "
" "ascites "dengan tepat " "
" "Tidak " "Diberikan dini "
" "terjadi "Berikan diuretik "pada fase "
" "peningkatan "yang diresepkan "oliguria untuk me"
" "berat badan "oleh dokter "ngubah ke fase "
" " " "nonoliguria, dan "
" " "(NIC, 2013) "meningkatkan "
" " " "volume urine "
" " " "adekuat "
"2. "Setelah "Monitor kalori dan "Membantu dan "
" "dilakukan "asupan makanan "mengidentifikasi "
" "tindakan " "defisiensi dan "
" "keperawatan " "kebutuhan diet "
" "selama … x " " "
" "24 jam, "Lakukan atau bantu "Mulut yang bersih"
" "diharapkan "pasien terkait "dapat "
" "ketidakseimb"perawatan mulut "meningkatkan "
" "angan "sebelum makan "nafsu makan "
" "nutrisi " " "
" "kurang dari "Pastikan makanan "Meningkatkan "
" "kebutuhan "disajikan secara "selera dan nafsu "
" "tubuh tidak "menarik dan pada "makan "
" "terjadi, "suhu yang paling " "
" "dengan "cocok untuk " "
" "kriteria "konsumsi secara " "
" "hasil : "optimal " "
" "Nafsu makan " " "
" "klien "Anjurkan pasien "Pasien dapat "
" "meningkat "terkait dengan "kooperatif dan "
" "Tidak "kebutuhan diet "melakukan apa "
" "terjadi "untuk kondisi sakit"yang dianjurkan "
" "hipoproteine" " "
" "mia "Kolaborasi dengan "Diet yang tepat "
" "porsi makan "ahli gizi untuk "dapat "
" "yang "mengatur diet yang "meningkatkan "
" "dihidangkan "diperlukan "status nutrisi "
" "dihabiskan "(NIC, 2013) "pasien "
" " " " "
"3. "Setelah "Monitor apakah anak"Mengidentifikasi "
" "dilakukan "bisa melihat bagian"respon anak "
" "tindakan "tubuh mana yang "terhadap "
" "keperawatan "berubah "perubahan "
" "selama … x " "tubuhnya "
" "24 jam, "Identifikasi " "
" "diharapkan "strategi-strategi " "
" "gangguan "penggunaan koping "Respon orangtua "
" "citra tubuh "oleh orangtua dalam"menentukan "
" "dapat "berespon terhadap "bagaimana "
" "teratasi, "perubahan "persepsi anak "
" "dengan "penampilan anak "terhadap tubuhnya"
" "kriteria " " "
" "hasil : "Bangun hubungan " "
" "Citra tubuh "saling percaya "Memudahkan "
" "positif "dengan anak "komunikasi "
" "Mendeskripis" "personal dengan "
" "ikan secara "Gunakan gambaran "anak "
" "faktual "mengenai gambaran " "
" "perubahan "diri "Mekanisme "
" "fungsi tubuh" "evaluasi dari "
" "Mempertahank" "persepsi citra "
" "an interaksi"Ajarkan untuk "diri anak "
" "sosial "melihat pentingnya " "
" " "respon mereka "Membantu "
" " "terhadap perubahan "meningkatkan "
" " "tubuh anak dan "citra tubuh anak "
" " "penyesuaian di masa" "
" " "depan, dengan cara " "
" " "yang tepat. " "
" " "(NIC, 2013) " "
"4. "Setelah "Monitor respirasi "Data dasar dalam "
" "dilakukan "dan status O2 "menentukan "
" "tindakan " "intervensi lebih "
" "keperawatan " "lanjut "
" "selama … x " " "
" "24 jam, "Auskultasi suara "Suara nafas "
" "diharapkan "nafas. Catat adanya"tambahan "
" "bersihan "suara nafas "mengidentifikasik"
" "jalan nafas "tambahan "an ada sumbatan "
" "dapat " "dalam jalan nafas"
" "efektif, " " "
" "dengan " "Mencegah edema "
" "kriteria "Atur intake untuk "bertambah parah "
" "hasil : "cairan " "
" "Klien mampu " "Memaksimalkan "
" "bernafas "Posisikan pasien "ventilasi "
" "dengan mudah"semifowler "Membantu "
" "Mampu "Lakukan fisioterapi"mengeluarkan "
" "mengidentifi"dada jika perlu "sekret "
" "kasi dan "(NIC, 2013) " "
" "mencegah " " "
" "faktor yang " " "
" "dapat " " "
" "menghambat " " "
" "jalan nafas " " "
"5. "Setelah "Monitor denyut dan "Mengetahui "
" "dilakukan "irama jantung "kelainan jantung "
" "tindakan " " "
" "keperawatan "Ukur intake dan "Mengetahui "
" "selama … x "outtake cairan "kelebihan atau "
" "24 jam, " "kekurangan "
" "diharapkan " " "
" "perfusi "Berikan oksigen "Meningkatkan "
" "jaringan "sesuai kebutuhan "perfusi "
" "perifer " " "
" "efektif, "Lakukan perawatan "Menghindari "
" "dengan "kulit, seperti "gangguan "
" "kriteria "pemberian lotion "integritas kulit "
" "hasil : " " "
" "Waktu "Hindari terjadinya "Mempertahankan "
" "pengisian "palsava manuver "pasukan oksigen "
" "kapiler < 3 "seperti mengedan, " "
" "detik "menahan napas, dan " "
" "Tekanan "batuk " "
" "sistol dan "(NIC, 2013) " "
" "diastol " " "
" "dalam " " "
" "rentang yang" " "
" "diharapkan " " "
" "Tingkat " " "
" "kesadaran " " "
" "membaik " " "
"6. "Setelah "Monitor jumlah "Mengetahui status"
" "dilakukan "pernapasan, "pernapasan "
" "tindakan "penggunaan otot " "
" "keperawatan "bantu pernapasan, " "
" "selama … x "batuk, bunyi paru, " "
" "24 jam, "tanda vital, warna " "
" "diharapkan "kulit, AGD " "
" "pola nafas " "Mempertahankan "
" "dapat "Berikan oksigen "oksigen arteri "
" "efektif, "sesuai program " "
" "dengan " "Meningkatkan "
" "kriteria "Atur posisi pasien "pengembangan paru"
" "hasil : "fowler " "
" "Pasien dapat" "Kemungkinan "
" "mendemonstra"Alat-alat emergensi"terjadi kesulitan"
" "sikan pola "disiapkan dalam "bernapas akut "
" "pernapasan "keadaan baik " "
" "yang efektif"(NIC, 2013) " "
" "Pasien " " "
" "merasa lebih" " "
" "nyaman dalam" " "
" "bernafas " " "
"7. "Setelah "Monitor "Merencanakan "
" "dilakukan "keterbatasan "intervensi dengan"
" "tindakan "aktivitas, "tepat "
" "keperawatan "kelemahan saat " "
" "selama … x "aktivitas "Megkaji sejauh "
" "24 jam, " "mana perbedaan "
" "diharapkan "Catat tanda vital "peningkatan "
" "intoleran "sebelum dan sesudah"selama aktivitas "
" "aktivitas "aktivitas " "
" "dapat " "Membantu "
" "teratasi, " "mengembalikan "
" "dengan "Lakukan istirahat "energi "
" "kriteria "yang adekuat " "
" "hasil : "setelah latihan dan"Metabolisme "
" "Kelemahan "aktivitas "membutuhkan "
" "yang " "energi "
" "berkurang "Berikan diet yang " "
" "Mempertahank"adekuat dengan " "
" "an kemampuan"kolaborasi ahli " "
" "aktivitas "diet " "
" "semaksimal "(NIC, 2013) " "
" "mungkin " " "
"8. "Setelah "Kaji suara nafas "Data dasar dalam "
" "dilakukan "dan suara jantung "menentukan "
" "tindakan " "intervensi lebih "
" "keperawatan " "lanjut "
" "selama … x " " "
" "24 jam, "Ukur CVP pasien "Mengetahui "
" "diharapkan " "kelebihan atau "
" "curah " "kekurangan cairan"
" "jantung " "tubuh "
" "mengalami " " "
" "peningkatan," " "
" "dengan "Monitor aktivitas "Mengurangi "
" "kriteria "pasien "kebutuhan oksigen"
" "hasil : " " "
" "Menunjukkan " "Mengetahui "
" "curah "Monitor saturasi "manifestasi "
" "jantung yang"oksigen "penurunan curah "
" "memuaskan " "jantung "
" "dibuktikan " " "
" "oleh " "Mengejan dapat "
" "efektifitas "Kolaborasi "memperparah "
" "pompa "pemberian laksatif "penurunan curah "
" "jantung, " "jantung "
" "status "(NIC, 2013) " "
" "sirkulasi, " " "
" "perfusi " " "
" "jaringan, " " "
" "dan status " " "
" "TTV " " "
" "Tidak ada " " "
" "edema paru, " " "
" "perifer, dan" " "
" "asites " " "
4. Evaluasi
Setelah mendapat intervensi keperawatan, maka pasien dengan sindrom
nefrotik diharapkan sebagai berikut :
a. Kelebihan volume cairan teratasi
b. Meningkatnya asupan nutrisi
c. Meningkatnya citra tubuh
d. Bersihan jalan nafas efektif
e. Perfusi jaringan perifer efektif
f. Pola nafas efektif
g. Aktivitas dapat ditoleransi
h. Curah jantung mengalami peningkatan
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nefrotik sindrom adalah gangguan klinik yang ditandai dengan
peningkatan protein urine (proteinuria), edema, penurunan albumin dalam
darah (hipoalbuminemia), dan kelebihan lipid dalam darah
(hiperlipidemia). Kejadian ini diakibatkan oleh kelebihan pecahan plasma
protein ke dalam urine karena peningkatan permeabilitas membran kapiler
glomerulus. (dr. Nursalam, dkk. 2009). Penyebab sindrom nefrotik dibagi
menjadi dua menurut Muttaqin, 2012 adalah primer, yaitu berkaitan dengan
berbagai penyakit ginjal, dan sekunder, yaitu yang diakibatkan infeksi,
penggunaan obat, dan penyakit sistemik lain.
Kelainan yang terjadi pada sindrom nefrotik yang paling utama adalah
proteinuria sedangkan yang lain dianggap sebagai manifestasi sekunder.
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada
hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadinya proteinuria.
Kelanjutan dari proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan menurunya
albumin, tekanan osmotic plasma menurun sehingga cairan intravascular
berpindah ke dalam intertisial. Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan
diagnosis yaitu urinalisis, pemeriksaan sedimen urin, pengukuran protein
urin, albumin serum, pemeriksaan serologis untuk infeksi dan kelainan
immunologis, USG renal, biopsi ginjal, dan darah.
B. Saran
Pembaca sebaiknya tidak hanya membaca dari materi makalah ini saja karena
masih banyak referensi yang lebih lengkap yang membahas materi dari
makalah ini. Oleh karena itu, pembaca sebaiknya membaca dari referensi
dan literatur lain untuk menambah wawasan yang lebih luas tentang materi
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Amin Huda Nurarif, S.Kep., Ns., dan Hardhi Kusuma S.Kep., Ns. 2015.
Aplikasi
Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC
NOC Edisi Revisi Jilid 3. Yogyakarta: MediAction
Bulechek, Gloria, dkk. 2013. Nursing Intervensions Classification (NIC)
Edisi
Bahasa Indonesia, Edisi Keenam. Mosby: Elsevier Inc.
2010. Askep Sindrom Nefrotik. http:// (diakses pada tanggal 15 September
2017)
Munandar, Riza. Asuhan Keperawatan pada Kasus Sindrom Nefrotik. 2014.
http:// (diakses pada tanggal 15 September 2017)
NANDA Internasional Inc. 2015. Diagnosis Keperawatan: Definisi &
Klasifikasi
2015-2017, Edisi 10. Jakarta: EGC.
Siburian, Apriliani. 2013. ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK
KESEHATAN MASYARAKAT PADA PASIEN SINDROM NEFROTIK DI
LANTAI 3 SELATAN RSUP FATMAWATI.
http://www.google.com/lib.ui.ac.id (Diunduh pada tanggal 15 September
2017)
Wati, Nur Ekma. 2012. ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.A DENGAN
GANGGUAN SISTEM NEFROLOGI : SINDROMA NEFROTIK
DI RUANG MINA RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA. http://
(Diunduh pada tanggal 15 September 2017)
-----------------------
Virus, bakteri, protozoa inflamasi glomerulus
DM peningkatan viskositas darah
Sistemik lupus eritematous regulasi kekebalan terganggu
proliferasi abnormal leukosit
Perubahan permeabilitas membrane glomerlurus
Mekanisme penghalang protein
Kerusakan glomerlurus
Kebocoran molekul besar (immunoglobulin)
Kegagalan dalam proses filtrasi
Protein & albumin lolos dalam filtrasi & masuk ke urine
Pengeluaran IgG dan IgA
NOQRTUopz"~? Ý. Gangguan citra tubuh
Protein dalam darah menurun
Protein dalam urine meningkat
Sel T dalam sirkulasi menurun
Pembengkakan pada periorbita
Proteinuria
Hipoalbuminemia
Gangguan imunitas
Ekstravaksi cairan
SINDROM NEFROTIK
Mata
Resiko infeksi
Volume intravaskuler
Penumpukan cairan ke ruang intestinum
Oedema
Reabsorbsi air
ADH
Kelebihan volume cairan
Paru-paru
Asites
Penekanan pada tubuh terlalu dalam
Tekanan abdomen meningkat
Menekan diafragma
Efusi pleura
Nutrisi & O2
Otot pernafasan tidak optimal
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Mendesak rongga lambung
Nafas tidak adekuat
Anoreksia, nausea, vomitus
Metabolism anaerob
Hipoksia jaringan
Gangguan pemenuhan nutrisi
Ketidakefektifan pola nafas
Iskemia
Produksi asam laktat
Nekrosis
Volume urin yang diekskresi
Menumpuk di otot
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
Oliguri
Kelemahan, keletihan, mudah capek
Intoleransi aktivitas
Absorbsi air oleh usus
Hipovolemia
Tekanan arteri
Feses mengeras
Sekresi renin
Granulasi sel-sel glomerulus
konstipasi
Mengubah angiotensin menjadi angiotensin I & II
Aldosterone
Merangsang reabsorbsi Na+ dan air
Efek vasokontriksi arterioral perifer
Volume plasma
Tekanan darah
Beban kerja jantung
Penurunan curah jantung