Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan krisis Disusun untuk memnuhi tugas mata kuliah Keperawatan Kepe rawatan Jiwa I
Dosen pembimbing Akhmad Rizani Oleh
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN JURUSAN KEPERAWATAN 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa I yang di berikan oleh Bapa Akhmad Rizani. Penulis berterima kasih atas bimbingan, saran dan do’a sehingga pembuatan makalah yang berjudul ”Asuhan ”Asuhan Keperawatan Pasien Krisis” Krisis” dapat diselesaikan dengan lancar. Semoga seluruh bantuan yang telah diberikan mendapat balasan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam makalah ini. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat di harapkan untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Banjarbaru, Maret 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR ..................................................................................... i DAFTAR ISI ................................................ .................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1 A. Latar Belakang .................................................. .................................. 1 B. Rumusan Masalah Masalah ...................................................... ............................................................................... ......................... 2 C. Tujuan Penulisan ................................................................................. 2 BAB II ISI ....................................................................................................... 3 A. Pengertian ............................................................................................ 3 BAB III III PENUTUP ....................................................... ........................................................................................ ................................. 20 DAFTAR PUSTAKA ................................................... .................................. 21
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan keperawatan pada pasien krisis?
C. Tujuan Penulisan
Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pasien krisis.
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian
Krisis adalah gangguan internal yang diakibatkan oleh suatu keadaan yang dapat menimbulkan stress, dan dirasakan sebagai ancaman bagi individu. Krisis terjadi jika seseorang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan hidup yang penting dan tidak dapat diatasi dengan penggunaan metode pemecahan masalah (koping) yang biasa digunakan. Krisis terjadi melalui empat fase, yaitu sebagai berikut : Fase I
:ansietas meningkat sehingga muncul stimulus individu untuk menggunakan koping yang biasa dipakai.
Fase II
:ansietas lebih meningkat karena koping yang digunakan gagal.
Fase III
:individu berusaha berusaha mencari koping baru, memerlukan bantuan orang lain.
Fase IV
:terjadi
ansietas
berat/panic
yang
menunjukkan
adanya
disorganisasi psikologis.
Faktor pencetus terjadinya krisis adalah sebagai berikut : 1. Kehilangan : kehilangan orang yang yang penting, perceraian, pekerjaan. 2. Transisi : pindah rumah, lulus sekolah, perkawinan, melahirkan. 3. Tantangan : promosi, perubahan karir. 4. Kualitas dan maturitas ego dinilai berdasarkan (G. Caplan 1961) hal-hal sebagai berikut : a. Kemampuan seseorang untuk menahan stress dan ansietas serta mempertahankan keseimbangan. b. Kemampuan mengenal kenyataan yang dihadapi serta memecahkan masalah. c. Kemampuan untuk mengatasi keseimbangan sosial.
masalah serta mempertahankan
Faktor pengimbang (balancing factory) . dalam penyelesaian suatu krisis harus dipertimbangkan beberapa faktor pengimbang yaitu sebagai berikut : 1. Persepsi individu terhadap kejadian, arti kejadian tersebut pada individu. Pengaruh kejadian terhadap masa depan individu. Pandangan realistis dan tidak realistis terhadap kejadian. 2. Situasi yang mendorong/dukungan situasi. Ada orang / lembaga yang dapat mendorong individu. Mekanisme koping yang dimiliki oleh individu yaitu sikap yang biasa dilakukan individu dalam menangani masalahnya.
B. Tipe – tipe tipe krisis
1. Krisis maturasi Perkembangan kepribadian merupakan suatu rentang di mana setiaptahap mempunyai tugas dan masalah yang harus diseleseikan untuk menuju kematangan pribadi individu. Keberhasilan seseorang dalam menyeleseikan masalahnya pada tiap tahap dipengaruhi kemampuan individu mengatasi stress yang terjadi dalam kehidupannya. Krisis
maturasi
terjadi
dalam
satu
periode
transisi
masa
perkembangan yang dapat mengganggu keseimbangan psikologis, seperti pada masa pubertas, masa perkawinan, menjadi orang tua, menopause, dan usia
lanjut.
Krisis
maturasi
memerlukan
perubahan
peran
yang
dipengaruhi oleh peran yang memadai, sumber-sumber interpersonal, dan tingkat penerimaan orang lain terhadap peran baru.
2. Krisis situasi Krisis situasi terjadi apabila keseimbangan psikologis terganggu akibat dari suatu kejadian yang spesifik, seperti : kehilangan pekerjaan, kehamilan yang tidak di inginkan atau kehamilan diluar nikah, penyakit akut, kehilangan orang yang dicintai, serta kegagalan disekolah.
3. Krisis malapetaka (krisis sosial) Krisis ini disebabkan oleh suatu kejadian yang tidak diharapkan serta menyebabkan kehilangan ganda dan sejumlah perubahan dilingkungan, seperti ; gunung meletus, kebakaran, dan banjir. Krisis ini tidak dialami oleh setiap orang seperti halnya pada krisis maturasi.
C. Proses keperawatan
1. Pengakajian a. Peristiwa pencetus, termasuk kebutuhan yang tercantum oleh kejadian dan gejala yang timbul seperti kehilangan orang yang dicintai, baik karena
kematian,
maupun
karena
perpisahan.
Kehilangan
biopsikososial seperti : kehilangan salah satu bagian tubuh karena operasi,
sakit,
kehilangan
pekerjaan,
kehilangan
peran
sosial,
kehilangan kemampuan melihat,dan sebagainya. Kehilangan milik pribadi
misalnya
:
kehilangan
harta
benda,
kehilangan
kewarganegaraan, dan rumah kena gusur. Ancaman kehilangan misalnya anggota keluarga yang sakit dan perselisihan yang hebat dengan
pasangan
diidentidikasi
hidup.
termasuk
Ancaman-ancaman semua
ancaman
lain
yang
terhadap
dapat
pemenuhan
kebutuhan. b. Mengidentifikasi persepsi pasien terhadap kejadian. Persepsi terhadap kejadian yang menimbulkan krisis, termasuk pokok-pokok pikiran dan ingatan yang berkaitan dengan kejadian tersebut. Apa makna arti kejadian terhadap individu, pengaruh kejadian terhadap masa depan, apakah individu memandang kejadian tersebut secara realistic. Dengan siapa tinggal, apakah tinggal sendiri, dengan keluarga atau dengan teman.
Apakah
memiliki
teman
tempat
mengeluh
dan
bisa
menceritakan masalah yang dihadapi bersama keluarga.perasaan diasingkan oleh lingkungan dan menunjukkan gejala somatic.
c. Data yang dikumpulkan berkaitan dengan koping individu tak efektif. Seperti mengungkapkan tentang kesulitan dengan stress kehidupan. Perasaan gtidak berdaya, kebingungan, dan putus asa. Perasaan diasingkan
oleh
lingkungan.
mengatasi
masalah
atau
Mengungkapkan
meminta
bantuan.
ketidakmampuan Mengungkapkan
ketidakpastian terhadap pilihan-pilihan. Mengungkapkan kurangnya dukungan dari orang-orang yang berarti. Ketidakmampuan memenuhi peran yang diharapkan. Perasaan khawatir dan ansietas. Perubahan dalam partisipasi sosial. Tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar. Tampak pasif, ekspresi wajah tegang. Perhatian menurun, pada krisis malapetaka perilaku individu dapat diindentifikasi berdasarkan fase respons terhadap masalah musibah yang dialami. Diagnosa Keperawatan 1. Koping individual yang tidak efektif b.d perpisahan dengan orang terdekat atau yang dicintai, yang dimanifestasikan dengan menangis, perasaan tidak berharga dan bersalah. 2. Perubahan proses interaksi keluarga b.d anggota keluarga yang dirawat di rumah sakit, ditandai denagn perasaan khawatir, takut dan bersalah. 3. Gangguan komunikasi b.d perasaan marah terhadap situasi. 4. Resiko perilaku kekerasan b.d fungsi control otak yang terganggu akibat gangguan neurologis otak. Pohon Masalah Resiko Perilaku Kekerasan
Gangguan komunikasi
Koping individual yang tidak efektif
Perubahan proses interaksi keluarga
Perencanaan Dinamikan yang mendasari krisis ditetapkan alternative penyelesaian, langkah-langkah untuk mencapai penyelesaian masalah seperti : menentukan lingkungan pendukung dan memperkuat mekanisme koping.
Tujuan 1. Membantu klien agar dapat berfungsi lagi seperti sebelum mengalami krisis. 2. Meningkatkan fungsi pasien seperti dari sebelum terjadi krisis (bila mungkin). 3. Mencegah terjadinya dampak serius dari krisis misalnya bunuh d iri.
Tindakan keperawatan
Tindakan keperawatan yang utama dapat dibagi menjadi 4 tingkatan dari urutan yang paling dangkal sampai paling dalam, yaitu sebagai berikut : 1. Manipulasi lingkungan Tindakan ini adalah intervensi dengan mengubah secara langsung lingkungan fisik individu atau situasi interpersonalnya, untuk memisahkan individu dengan stressor yang menyebabkan krisis. 2. Dukungan umum (general support). Tindakan ini dilakukan denagn membuat pasien merasa bahwa perawat berada di sampingnya dan siap untuk membantu. Sikap perawat yang hangat., menerima, empati, serta penuh perhatian merupakan dukungan bagi pasien. 3. Pendekatan genetic (genetic approach) Tindakan ini dilakukan untuk sejumlah besar individu yang mempunyai resiko tinggi, sesegera mungkin. Tindakan ini dilakukan dengan metode spesifik untuk individu-individu yang menghadapi tipe krisis dan kombinasi krisis atau resiko bunuh diri /membunuh orang lain. 4. Pendekatan individual Tindakan ini meliputi penentuan diagnosis dan terapi terhadap masalah spesifik pada pasien tertentu. Pendekatan individual ini efektif untuk semua tipe krisis dan kombinasi krisis atau jika ada resiko bunuh diri / membunuh orang lain. Evaluasi Beberapa hal yang dievaluasi adalah sebagai berikut : 1. Dapatkah individu menjalankan fungsinya kembali seperti sebelum krisis terjadi? 2. Apakah sudah ditemuakan kebutuhan utama yang dirasakan tercantum oleh kejadian yang menjadi faktor pencetus?
3. Apakah perilaku maladaptif atau simtom yang ditunjukkan telah berkurang. 4. Apakah mekanisme koping yang adaptif sudah berfungsi kembali? 5. Apakah
individu
telah
mempunyai
pendukung
sebagi
tempat
ia
bertumpu/berpegang? 6. Pengalaman apa yang diperoleh oleh individu yang mungkin dapat membantunya dalam menghadapi keadaan krisis dikemudian hari ?
D. Contoh diagnosis keperawatan dan rencana keperawatan pada pasien krisis.
Diagnosis pertama : Koping individual yang tidak efektif b.d perpisahan dengan orang terdekat atau yang dicintai, yang dimanifestasikan dengan menangis, perasaan tidak berharga dan bersalah. Tujuan : Pasien dapat mengungkapkan perasaan secara bebas.
Intervensi : 1. Membina hubungan saling percaya dengan lebih banyak memakai komunikasi non verbal. 2. Mengijinkan pasien untuk menangis. 3. Menunjukkan sikap empati. 4. Menyediakan kertas dan alat tulis jika pasien belum mau bercerita. 5. Mengatakan kepada pasien bahwa perawat dapat mengerti apabila dia belum siap untuk membicarakan perasaannya dan mungkin pasien merasa
bahwa nanti perawat akan mendengarkan jika dia sudah bersedia berbicara. 6. Membantu pasien menggali perasaan serta gejala-gejala yang berkakaitan dengan perasaan kehilangan. Diagnosis kedua : Perubahan proses interaksi keluarga b.d anggota keluarga yang dirawat di rumah sakit, ditandai denagn perasaan khawatir, takut dan bersalah. Tujuan : Keluarga dapat mengungkapkan perasaannya kepada perawat atau orang lain. Intervensi : 1. Melakukan pendekatan kepada anggota keluarga dengan sikap yang hangat, empati dan memberi dukungan. 2. Menanyakan kepada keluarga tentang penyakit yang diderita oleh anggota keluarganya, seperti timbulnya penyakit, beban yang dirasakan, akibat yang diduga timbul karena penyakit yang diderita oleh anggota keluarga tersebut. 3. Menanyakan tentang perilaku keluarga yang sakit. 4. Menanyakan tentang sikap keluarga secara keseluruhan dalammengahdapi keluarga yang sakit. 5. Mendiskusikan dengan keluarga apa yang sudah dilakukan untuk mengatasi perasaan cemas, takut, dan rasa bersalah.