ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DIABETES MELITUS TIPE 1 (DM JUVENILE)
A. DEFINISI Diabetes
melitus
secara
definisi
adalah
keadaan
hiperglikemia
kronik.Hiperglikemia ini dapat disebabkan oleh beberapa keadaan, di antaranya adalah gangguan sekresi hormon insulin, gangguan aksi/kerja dari hormon insulin atau gangguan kedua-duanya (Weinzimer SA, Magge S. 2005). Sebagai negara berkembang, Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup pesat, terutama di beberapa daerah tertentu. Pertumbuhan ini juga diikuti dengan perubahan dalam masyarakat, baik dalam bidang ilmu pengetahuan, gaya hidup, perilaku, dan sebagainya. Namun, perubahan-perubahan ini juga tak luput dari efek negatif. Salah satu efek negatif yang timbul dari perubahan gaya hidup masyakarat modern di Indonesia antara lain adalah semakin meningkatnya angka kejadian Diabetes Mellitus(DM) yang lebih dikenal oleh masyarakat awam sebagai kencing manis. Diabetes Mellitusadalah penyakit metabolik yang bersifat kronik.Oleh karena itu, onset Diabetes Mellitus yang terjadi sejak dini memberikan peranan penting dalam kehidupan penderita. Setelah melakukan pendataan pasien di seluruh Indonesia selama 2 tahun, Unit Kelompok Kerja (UKK) Endokrinologi Anak Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mendapatkan 674 data penyandang Diabetes Mellitustipe 1 di Indonesia. Data ini diperoleh melalui kerjasama berbagai pihak di seluruh Indonesia mulai dari para dokter anak, endokrinolog anak, spesialis penyakit dalam, perawat edukator Diabetes Mellitus, data Ikatan Keluarga Penyandang Diabetes MellitusAnak dan Remaja (IKADAR), penelusuran dari catatan medis pasien, dan juga kerjasama dengan perawat edukator National University HospitalSingapura untuk memperoleh data penyandang Diabetes Mellitusanak Indonesia yang menjalani pengobatannya di Singapura.Data lain dari sebuah penelitian unit kerja koordinasi endokrinologi anak di seluruhwilayah Indonesia pada awal Maret tahun 2012 menunjukkan jumlah penderita Diabetes Mellitususia anak-anak juga usia remaja dibawah 20 tahun terdata sebanyak 731 anak. Ilmu Kesehatan Anak FFKUI (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia) melansir, jumlah anak yang terkena Diabetes Mellituscenderung naik dalam beberapa tahun terakhir ini. Tahun 2011 tercatat 65 anak menderita Diabetes Mellitus, naik
40% dibandingkan tahun 2009. Tiga puluh duaanak diantaranya terkena Diabetes Mellitustipe 2.(Pulungan, 2010) Peningkatan jumlah penderita Diabetes Mellitus yang cukup signifikan di Indonesia ini perlu mendapatkan perhatian seiring dengan meningkatnya risiko anak terkena Diabetes Mellitus.Deteksi dini pada Diabetes Mellitus merupakan hal penting yang harus dilakukan untuk menghindari kesalahan atau keterlambatan diagnosis yang dapat mengakibatkan kematian.Diabetes Mellitus tipe 1 yang menyerang anakanak sering tidak terdiagnosis oleh dokter karena gejala awalnya yang tidak begitu jelas dan pada akhirnya sampai pada gejala lanjut dan traumatis seperti mual, muntah, nyeri perut, sesak nafas, bahkan koma. Dengan deteksi dini, pengobatan dapat dilakukan sesegera mungkin terhadap penyandang Diabetes Mellitus sehingga dapat menurunkan risiko kecacatan dan kematian (Pulungan, 2010) International Society of Pediatric and Adolescence Diabetesdan WHO merekomendasikan klasifikasi DM berdasarkan etiologi (Tabel 1).DM tipe 1 terjadi disebabkan oleh karena kerusakan sel β-pankreas. Kerusakan yang terjadi dapat disebabkan oleh proses autoimun maupun idiopatik. Pada DM tipe 1 sekresi insulin berkurang atau terhenti.Sedangkan DM tipe 2 terjadi akibat resistensi insulin.Pada DM tipe 2 produksi insulin dalam jumlah normal atau bahkan meningkat.DM tipe 2 biasanya
dikaitkan
dengan
sindrom
resistensi
insulin
lainnya
seperti
obesitas,hiperlipidemia, kantosis nigrikans, hipertensi ataupun hiperandrogenisme ovarium (Rustama DS, dkk. 2010). Klasifikasi DM berdasarkan etiologi (ISPAD 2009). 1. DM Tipe-1 (destruksi sel-β) a. Immune mediated b. Idiopatik 2. DM tipe-2 3. DM Tipe lain a. Defek genetik fungsi pankreas sel b. Defek genetik pada kerja insulin c. Kelainan eksokrin pankreas Pankreatitis;
Trauma/pankreatomi;
Neoplasia;
Haemokhromatosis; Fibrokalkulus pankreatopati; dll. d. Gangguan endokrin
Kistik
fibrosis;
Akromegali;
Sindrom
Cushing;
Glukagonoma;
Feokromositoma;
Hipertiroidisme; Somatostatinoma; Aldosteronoma; dll. e. Terinduksi obat dan kimia Vakor; Pentamidin; Asam Nikotinik; Glukokortikoid; Hormon tiroid; Diazoxid; Agonis -adrenergik; Tiazid; Dilantin; -interferon; dll. 4. Diabetes mellitus kehamilan Sumber: ISPAD Clinical Practice Consensus Guidelines 2009.
B. MANIFESTASI KLINIS DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan penunjang yang dlakukan pada DM tipe 1 dan 2 umumnya tidak jauh berbeda. a)
Glukosadarah : meningkat 200-100mg/dL
b)
Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
c)
Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
d)
Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l
e)
Elektrolit :
·
Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun
·
Kalium : normal atau peningkatan semu ( perpindahan seluler), selanjutnya akan menurun.
·
Fosfor : lebih sering menurun
f) Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan terakhir ( lama hidup SDM) dan karenanaya sangat bermanfaat untuk membedakan DKA dengan control tidak adekuat versus DKA yang berhubungan dengan insiden ( mis, ISK baru)
g) Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3 ( asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
h) Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi) ; leukositosis : hemokonsentrasi ;merupakan respon terhadap stress atau infeksi. i) Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/ penurunan fungsi ginjal)
j)
Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pancreatitis akut sebagai penyebab dari DKA.
k) Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka sampai tidak ada ( pada tipe 1) atau normal sampai tinggi ( pada tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi insulin/ gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan antibody .( autoantibody) l) Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin. m) Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat. n) Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi pernafasan dan infeksi pada luka. Diabetes melitus ditegakkan berdasarkan ada tidaknya gejala. Bila dengan gejala (polidipsi, poliuria, polifagia), maka pemeriksaan gula darah abnormal satu kali sudah dapat menegakkan diagnosis DM. Sedangkan bila tanpa gejala, maka diperlukan paling tidak 2 kali pemeriksaan gula darah abnormal pada waktu yang berbeda (Rustama DS, dkk. 2010; ISPAD Clinical Practice Consensus Guidelines 2009). Kriteria hasil pemeriksaan gula darah abnormal adalah: 1. Kadar gula darah sewaktu >200 mg/dl atau 2. Kadar gula darah puasa >126 mg/dl atau 3. Kadar gula darah 2 jam postprandial >200 mg/dl. Untuk menegakkan diagnosis DM tipe 1, maka perlu dilakukan pemeriksaan penunjang, yaitu C-peptide <0,85 ng/ml. C-peptide ini merupakan salah satu penanda banyaknya sel β-pankreas yang masih berfungsi. Pemeriksaan lain adalah adanya autoantibodi, yaitu Islet cell autoantibodies(ICA), Glutamic acid decarboxylase autoantibodies(65K GAD), IA2( dikenal sebagai ICA 512 atau tyrosine posphatase) autoantibodiesdan Insulin autoantibodies(IAA). Adanya autoantibodi mengkonfirmasi DM tipe 1 karena proses autoimun. Sayangnya pemeriksaan autoantibodi ini relatif mahal (Rustama DS, dkk. 2010; ISPAD Clinical Practice Consensus Guidelines 2009).
C. ETIOLOGI
Dokter dan para ahli belum mengetahui secara pasti penyebab diabetes tipe1.Namun yang pasti penyebab utama diabetes tipe 1 adalah faktor genetik/keturunan. Resiko perkembangan diabetes tipe 1 akan diwariskan melalui faktor genetik. 1. Faktor Genetik Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (human leucosite antigen). HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya. 2. Faktor-faktor Imunologi Adanya respons autotoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing, yaitu autoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen. 3. Faktor lingkungan Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta.
D. PATOFISIOLOGI/ PERJALANAN PENYAKIT Perjalanan penyakit ini melalui beberapa periode menurut ISPAD Clinical Practice Consensus Guidelines tahun 2009, yaitu:
Periode pra-diabetes
Periode manifestasi klinis diabetes
Periode honey-moon
Periode ketergantungan insulin yang menetap.
1. Periode pra-diabetes Pada periode ini gejala-gejala klinis diabetes belum nampak karena baru ada proses destruksi sel β-pankreas. Predisposisi genetik tertentu memungkinkan terjadinya proses destruksi ini. Sekresi insulin mulai berkurang ditandai dengan mulai berkurangnya sel β-pankreas yang berfungsi.Kadar C-peptide mulai menurun.Pada periode ini autoantibodi mulai ditemukan apabila dilakukan pemeriksaanlaboratorium. 2. Periode manifestasi klinis
Pada periode ini, gejala klinis DM mulai muncul.Pada periode ini sudah terjadi sekitar 90% kerusakan sel β-pankreas. Karena sekresi insulin sangat kurang, maka kadar gula darah akan tinggi/meningkat. Kadar gula darah yang melebihi 180 mg/dl akan menyebabkan diuresis osmotik. Keadaan ini menyebabkan terjadinya pengeluaran cairan dan elektrolit melalui urin (poliuria, dehidrasi, polidipsi). Karena gula darah tidak dapat di-uptake kedalam sel, penderita akan merasa lapar (polifagi), tetapi berat badan akan semakin kurus. Pada periode ini penderita memerlukan insulin dari luar agar gula darah di-uptakekedalam se l. 3. Periode honey-moon Periode ini disebut juga fase remisi parsial atau sementara. Pada periode ini sisasisa sel β-pankreas akan bekerja optimal sehingga akan diproduksi insulin dari dalam tubuh sendiri. Pada saat ini kebutuhan insulin dari luar tubuh akan berkurang hingga kurang dari 0,5 U/kg berat badan/hari. Namun periode ini hanya berlangsung sementara, bisa dalam hitungan hari ataupun bulan, sehingga perlu adanya edukasi ada orang tua bahwa periode ini bukanlah fase remisi yang menetap. 4. Periode ketergantungan insulin yang menetap. Periode ini merupakan periode terakhir dari penderita DM. Pada periode ini penderita akan membutuhkan insulin kembali dari luar tubuh seumur hidupnya.
Pitfall dalam diagnosis
Diagnosis diabetes seringkali salah, disebabkan gejala-gejala awalnya tidak terlalu khas dan mirip dengan gejala penyakit lain. Di samping kemiripan gejala dengan penyakit lain, terkadang tenaga medis juga tidak menyadari kemungkinan penyakit ini karena jarangnya kejadian DM tipe 1 yang ditemui ataupun belum pernah menemui kasus DM tipe 1 pada anak. Beberapa gejala yang sering menjadi pitfalldalam diagnosis DM tipe 1 pada anak di antaranya adalah: 1. Sering kencing: kemungkinan diagnosisnya adalah infeksi saluran kemih atau terlalu banyak minum (selain DM). Variasi dari keluhan ini adalah adanya enuresis (mengompol) setelah sebelumnya anak tidak pernah enuresis lagi. 2. Berat badan turun atau tidak mau naik:kemungkinan diagnosis adalah asupan nutrisi yang kurang atau adanya penyebab organik lain. Hal ini disebabkan karena masih tingginya kejadian malnutrisi di negara kita. Sering pula dianggap sebagai salah satu gejala tuberkulosis pada anak.
3. Sesak nafas:kemungkinan diagnosisya adalah bronkopnemonia. Apabila disertai gejala lemas, kadang juga didiagnosis sebagai malaria. Padahal gejala sesak nafasnya apabila diamati pola nafasnya adalah tipe Kusmaull (nafas cepat dan dalam) yang sangat berbeda dengan tipe nafas pada bronkopnemonia. Nafas Kusmaull adalah tanda dari ketoasidosis. 4. Nyeri perut:seringkali dikira sebagai peritonitis atau apendisitis. Pada penderita DM tipe 1, nyeri perut ditemui pada keadaan ketoasidosis. 5. Tidak sadar:keadaan ketoasidosis dapat dipikirkan pada kemungkinan diagnosis seperti malaria serebral, meningitis, ensefalitis, ataupun cedera kepala (Brink SJ, dkk. 2010)
E. Pendidikan kesehatan Perawatan Pasien DM TIPE 1 1. Berikan penjelasan kepada keluarga mengenai penyakitnya, apa yang menyebabkan, pengobatan, komplikasi dan pencegahannya. 2. Berikan penjelasan mengenai penggunaan insulin yang tepat. 3. Anjurkan klien untuk selalu menyediakan permen dan mengenali tanda-tanda hipodlikemia. 4. Berikan penjelasan mengenai tanda-tanda pertumbuuhan dan perkembangan yang ditoleransi klien. 5.
Anjurkan keluarga klien mencatat hasil pemeriksaan gula darah dan berkonsultasi dengan pelayan kesehatan untuk mengontrol gula darah secara berkala
Tatalaksana pasien dengan DM tipe 1 tidak hanya meliputi pengobatan berupa pemberian insulin. Ada hal-hal lain selain insulin yang perlu diperhatikan dalam tatalaksana agar penderita mendapatkan kualitas hidup yang optimal dalam jangka pendek maupun jangka panjang (Rustama DS, dkk. 2010; ISPAD Clinical Practice Consensus Guidelines. 2009) Terdapat 5 pilar manajemen DM tipe 1, yaitu: 1. Insulin 2. Diet 3. Aktivitas fisik/exercise 4. Edukasi 5. Monitoring kontrol glikemik
1. Insulin Insulin merupakan terapi yang mutlak harus diberikan pada penderita DM Tipe 1. Dalam pemberian insulin perlu diperhatikan jenis insulin, dosis insulin, regimen yang digunakan, cara menyuntik serta penyesuaian dosis yang diperlukan. a. Jenis insulin: kita mengenal beberapa jenis insulin, yaitu insulin kerja cepat, kerja pendek, kerja menengah, kerja panjang, maupun insulin campuran (campuran kerja cepat/pendek dengan kerja menengah). Penggunaan jenis insulin ini tergantung regimen yang digunakan. b. Dosis insulin: dosis total harian pada anak berkisar antara 0,5-1 unit/kg beratbadan pada awal diagnosis ditegakkan. Dosis ini selanjutnya akan diatur disesuaikan dengan faktor-faktor yang ada, baik pada penyakitnya maupun penderitanya. c. Regimen: kita mengenal dua macam regimen, yaitu regimen konvensional serta regimen intensif. Regimen konvensional/mix-split regimendapat berupa pemberian dua kali suntik/hari atau tiga kali suntik/hari. Sedangkan regimen intensif berupa pemberian regimen basal bolus. Pada regimen basal bolus dibedakan antara insulin yang diberikan untuk memberikan dosis basal maupun dosis bolus. d. Cara menyuntik: terdapat beberapa tempat penyuntikan yang baik dalam hal absorpsinya yaitu di daerah abdomen (paling baik absorpsinya), lengan atas, lateral paha. Daerah bokong tidak dianjurkan karena paling buruk absorpsinya. e. Penyesuaian dosis: Kebutuhan insulin akan berubah tergantung dari beberapa hal, seperti hasil monitor gula darah, diet, olahraga, maupun usia pubertas terkadang kebutuhan meningkat hingga 2 unit/kg berat badan/hari), kondisi stress maupun saat sakit. 2. Diet Secara umum diet pada anak DM tipe 1 tetap mengacu pada upaya untuk mengoptimalkan proses pertumbuhan. Untuk itu pemberian diet terdiri dari 5055% karbohidrat, 15-20% protein dan 30% lemak.Pada anak DM tipe 1 asupan kalori perhari harus dipantau ketat karena terkait dengan dosis insulin yang diberikan
selain
monitoring
pertumbuhannya.Kebutuhan
kalori
perharisebagaimana kebutuhan pada anak sehat/normal. Ada beberapa anjuran pengaturan persentase diet yaitu 20% makan pagi, 25% makan siang serta 25%
makan malam, diselingi dengan 3 kali snack masing-masing 10% total kebutuhan kalori perhari. Pemberian diet ini juga memperhatikan regimen yang digunakan. Pada regimen basal bolus, pasien harus mengetahui rasio insulin:karbohidrat untuk menentukan dosis pemberian insulin. 3. Aktivitas fisik/exercise Anak DM bukannya tidak boleh berolahraga. Justru dengan berolahraga akanmembantu
mempertahankan
berat
badan
ideal,
menurunkan
berat
badanapabila menjadi obes serta meningkatkan percaya diri. Olahraga akan membantu menurunkan kadar gula darah serta meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap
insulin.
meningkatkan
Namun
risiko
perlu
diketahui
hipoglikemia
pula
bahwa
maupun
olahraga
hiperglikemia
dapat
(bahkan
ketoasidosis).Sehingga pada anak DM memiliki beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjalankan olahraga, di antaranya adalah target gula darah yang diperbolehkan untuk olahraga, penyesuaian diet, insulin serta monitoring gula darah yang aman. Apabila gula darah sebelum olahraga di atas 250 mg/dl serta didapatkan adanya ketonemia maka dilarang berolahraga. Apabila kadar gula darah di bawah 90 mg/dl, maka sebelum berolahraga perlu menambahkan diet karbohidrat untuk mencegah hipoglikemia. 4. Edukasi Langkah yang tidak kalah penting adalah edukasi baik untuk penderita maupun
orang
patofisiologi,
tuanya.
apa
Keluarga
yang
boleh
perlu
dan
diedukasi
tidak
boleh
tentang pada
penyakitnya,
penderita
DM,
insulin(regimen, dosis, cara menyuntik, lokasi menyuntik serta efek samping penyuntikan), monitor gula darah dan juga target gula darah ataupun HbA1c yang diinginkan. 5. Monitoring kontrol glikemik Monitoring ini menjadi evaluasi apakah tatalaksana yang diberikan sudah baik atau belum. Kontrol glikemik yang baik akan memperbaiki kualitas hidup pasien, termasuk mencegah komplikasi baik jangka pendek maupun jangka panjang. Pasien harus melakukan pemeriksaan gula darah berkala dalam sehari.Setiap 3 bulan memeriksa HbA1c. Di samping itu, efek samping pemberian
insulin,
komplikasi
perkembangan perlu dipantau
yang
terjadi,
serta
pertumbuhan
dan
Tabel Target kontrol metabolik pada anak dengan DM tipe 1 Target
Baik
metabolik
sekali
Baik
Sedang
Kurang
<180
>180
<120
<140
Preprandial
mg/dL
mg/dL
Postprandial
<140
<200
<240
>240
Urin reduksi
-
-
+-
>+
HbA1c
<7%
7-7.9%
8-9%
>10%
Sumber: Rustama DS, dkk. 2010.
Idiopatik
Faktor Genetik
mewarisi
mempunyai tipe
suatu predisposisi
antigen HLA ( Human Leucocyte Antigen ) tertentu
Virus masuk ke tubuh
Respons auto imun
Infeksi Lingkung
Kegagalan fungsi
seperti virus penyakit gondok
sistem Imun
(mumps) dan virus coxsackie B4, oleh agen kimia yang bersifat
Tubuh menyerang
toksik,
jaringannya sendiri Kerusakan sel β pankreas
Defisiensi insulin
glikolisis
Intake tidak adekuat
Pembatasan Diit
gangguan linta
penimbunan sarbitol dari
polibi (glukosa
lensa
sarbitol fruktasi
glikogenesis
glukoneogenesis
Hiperglikemia
NOC:Nutrition Status lipolisis Ketidakseimba NIC: nutritional management ngan Nutrisi Kolaborasi dg ahli gizi u/ mnentukan Kurang dari jumlah kalori & nutrisi yg keb.tubuh dibutuhkan pasien Berikan makanan yg terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi) Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
M Kep : Gang.
Katarak
Persepsi Sensori (Pengelihatan)
NOCGlukosa : Anxiety Control tdkdpt di
NIC : ACTIVITY THERAPY filtrasi oleh
Sepakat dengan pasien utuk membatasi tingkat lomerulus Osmotic aktivitas pasien Glukosa tdk smpai ke
Pantau dan dokumentasikan perubahan status Poliuria Pasien
sel yg lapar (starvasi)
Sel < cairan Fleksibilitas
Urin banyak
Darah
mengandung
glikosuria
glukosa Pelepasan O2 M. Kep: Kekurangan Volume cairan
Dehidrasi
polidipsia
M. Kep: Ketidakefektifan Hipoksia Perifer perfusi jar. perifer
NOC: Ciculation Status NIC:
NOC: Fluid Balance, Hydration NIC: Fluid Management, Pertahankan catatan intake dan output yg akurat Pasang urin kateter jika diperlukan Monitor status hidrasi (Kelembaban membrane mukosa, nadi adekuat, TD
DAFTAR PUSTAKA ortostatik), jika perlu
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes mellitus dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, keadaan umum pasien, tanda-tanda vital, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari.
a.
Identitas Merupakan identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal pengkajian dan diagnosa medis. Identitas ini digunakan untuk membedakan klien satu dengan yang lain. Jenis kelamin, umur dan alamat dan lingkungan kotor dapat mempercepat atau memperberat keadaan penyakit infeksi.
b.
Keluhan utama Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk RS.
Ds yg mungkin timbul : –
Klien mengeluh sering kesemutan.
–
Klien mengeluh sering buang air kecil saat malam hari
–
Klien mengeluh sering merasa haus
–
Klien mengeluh mengalami rasa lapar yang berlebihan (polifagia)
–
Klien mengeluh merasa lemah
–
Klien mengeluh pandangannya kabur
Do : –
Klien tampak lemas.
–
Terjadi penurunan berat badan
–
Tonus otot menurun
–
Terjadi atropi otot
–
Kulit dan membrane mukosa tampak kering
–
Tampak adanya luka ganggren
–
Tampak adanya pernapasan yang cepat dan dalam
c.
Keadaan Umum Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat kesadaran kualitatif atau GCS dan respon verbal klien.
d.
Tanda-tanda Vital
Meliputi pemeriksaan: üTekanan darah: sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda, kaji tekanan nadi, dan kondisi patologis. Biasanya pada DM type 1, klien cenderung memiliki TD yang meningkat/ tinggi/ hipertensi. ü
Pulse rate
ü
Respiratory rate
ü
Suhu
e.
Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik pada penyakit ini biasanya didapatkan : ·
Inspeksi : kulit dan membrane mukosa tampak kering, tampak adanya atropi otot, adanya luka ganggren, tampak pernapasan cepat dan dalam, tampak adanya retinopati, kekaburan pandangan.
·
Palpasi : kulit teraba kering, tonus otot menuru.
·
Auskultasi : adanya peningkatan tekanan darah.
f.
Pemeriksaan penunjang a)
Glukosa darah : meningkat 200-100mg/dL
b)
Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
c)
Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
d)
Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l
e)
Elektrolit :
·
Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun
·
Kalium : normal atau peningkatan semu ( perpindahan seluler), selanjutnya akan menurun.
·
Fosfor : lebih sering menurun
f) Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan terakhir ( lama hidup SDM) dan karenanaya sangat bermanfaat untuk membedakan DKA dengan control tidak adekuat versus DKA yang berhubungan dengan insiden ( mis, ISK baru) g)
Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3 ( asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
h)
Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi) ; leukositosis : hemokonsentrasi ;merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
i)
Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/ penurunan fungsi ginjal)
j)
Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pancreatitis akut sebagai penyebab dari DKA.
k)
Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka sampai tidak ada ( pada tipe 1) atau normal sampai tinggi ( pada tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi insulin/ gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan antibody .( autoantibody)
l) Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin. m)
Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.
n)
Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi pernafasan dan infeksi pada luka.
g.
Riwayat Kesehatan · Riwayat Kesehatan Keluarga Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ? · Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
Hal – hal yang biasanya didapat dari pengkajian pada klien dengan diabetes mel litus : 1.
Aktivitas/ Istirahat
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun. 2.
Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi, AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus padA kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah 3.
Integritas Ego
Stress, ansietas 4.
Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare 5.
Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus, penggunaan diuretik. 6.
Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan penglihatan. 7.
Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat) 8.
Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak) 9.
Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit. 2.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien dengan DM type 1 meliputi: 1.
Resiko Ketidakseimbangan kadar gula darah berhubungan dengan penyakit diabetes melitus
2. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energy metabolik ditandai dengansering lelah, lemah, pucat, klien tampak letargi/tidak bergairah. 3.
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak mampu dalam mengabsorbsi makanan karena faktor biologi (defisiensi insulin) ditandai dengan lemas, berat badan pasien menurun walaupun intake makanan adekuat, mual dan muntah, konjungtiva tampak pucat, pasien tampak lemah, GDS >200 mg/dl
4. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat (penurunan fungsi limfosit). 5. 3.
1.
Resiko cedera berhubungan dengan disfungsi sensori. RENCANA INTERVENSI
Resiko Ketidakseimbangan kadar gula darah berhubungan dengan penyakit diabetes melitus Intervensi 1. Monitor kadar gula darah 2. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia dan hipoglikemia 3. Monitor tanda-tanda vital 4. Berikan terapi insulin sesuai program 5. Instruksikan kepada pasien da keluarga mengenai pencegahan dan pengenalan tandatanda hiperglikemia dan hipoglikemia dan managemen hiperglikemia dan hipoglikemia
6. Instruksikan kepada pasien untuk selalu patuh terhadap diitnya 2. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energy metabolik ditandai dengan sering lelah, lemah, pucat , klien tampak
letargi/tidak
bergairah
Intervensi 1. Diskusikan dengan pasien dan keluarga kebutuhan aktivitas 2. Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktifitas sehari-hari 3. Monitor TTV
3.
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak mampu dalam mengabsorbsi makanan karena faktor biologi (defisiensi insulin) ditandai dengan lemas, berat badan pasien menurun walaupun intake makanan adekuat, mual dan muntah, konjungtiva tampak pucat, pasien tampak lemah, GDS >200 mg/dl 1. kolaburasi dengan ahki gizi untuk pemberian diit 2. Monitor berat badan tiap hari 3. libatkan kelurga pasien dalam perencanaan makanan sesuai dengan indikasi 4. Berikan terapi insulin sesuai dengan program 5. Ciptakan lingkungan yang optimal saat mengkomsumsi makanan
4. resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat (penurunan fungsi limfosit). Intervensi 1. Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan 2. Tingkatkan upaya pencegahan dengan cara cuci tangan yang pada semua orang yang berhubungan dengan pasien termasuk pasien sendiri 3. Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif 4. Lakukan perubahan posisi, anjurkan batuk efektif dan nafas dalam
5.Resiko cedera berhubungan dengan disfungsi sensori Intervensi 1.Monitor tanda-tanda vital 2. Orientasikan pasien dengan lingkungan sekitarnya 3. Pantau adanya keluhan parestesia,nyeri atau kehilangan sensori
DAFTAR PUSTAKA
Brink SJ, Lee WRW, Pillay K, Kleinebreil (2010).Diabetes in children and adolescents, basic training manual for healthcare professionals in developing countries, 1sted. Argentina: ISPAD, h 20-21. Weinzimer SA, Magge S (2005). Type 1 diabetes mellitus in children. Dalam: Moshang T Jr. Pediatric endocrinology. Philadelphia: Mosby Inc, h 3-18. Rustama DS, Subardja D, Oentario MC, Yati NP, Satriono, Harjantien N (2010).Diabetes Melitus. Dalam: Jose RL Batubara Bambang Tridjaja AAP Aman B. Pulungan, editor. Buku Ajar Endokrinologi Anak, Jakarta: Sagung Seto 2010, h 124-161. ISPAD Clinical Practice Consensus Guidelines 2009. Pediatric Diabetes 2009: 10. http://repository.maranatha.edu/3415/3/0910085_Chapter1.pdf (Diakses pada tanggal 1 Maret 2015)