1
ASUHAN KEPERAWATAN NY. H
DENGAN DIAGNOSA POST OPERASI SECTIO CAESAREA HARI KE-3
DI RUANG PERAWATAN LONTARA 4 BAWAH BELAKANG (NIFAS)
RS WAHIDIN SUDIROHUSODO
KELOMPOK 3
YULINAR SYAM
LENI DIRGAHAYU
IRNA SATRIANI
IKA JULIANTY A
INDAH GITA CAHYANI
CI INSTITUSI
Mulhaeriah, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp. Kep. Mat
CI LAHAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga Laporan Asuhan Keperawatan Ny. H dengan Diagnosa Post Operasi Sectio Caesarea Hari ke-2 di Ruang Perawatan Lontara 4 Bawah Belakang (Nifas) Rs Wahidin Sudirohusodo sebagai salah satu tugas pada stase maternitas dapat terselesaikan dengan baik. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini ialah untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing kepada kami sebagai mahasiswa Program Studi Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Hasnuddin.
Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik dari cara penulisan maupun isi dari laporan ini, karenanya kami siap menerima baik kritik maupun saran dari pembimbing dan pembaca demi tercapainya kesempurnaan dalam pembuatan berikutnya.
Kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini, kami sampaikan penghargaan dan terima kasih. Semoga Tuhan yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkat dan bimbingannya kepada kita semua.
Makassar, 5 Agustus 2018
Kelompok 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar belakang 1
B. Tujuan penulisan 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
BAB III ANALISIS KASUS 7
A. Pengkajian Post Partum 7
B. Analisa Data 13
C. Intervensi Keperawatan 14
D. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan 19
BAB IV PEMBAHASAN 33
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 35
A. Kesimpulan 35
B. Saran 35
DAFTAR PUSTAKA 36
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Persalinan merupakan fase terakhir dalam kehamilan. kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil di sebut dengan masa nifas. Masa nifas berlangsung selama 6-8 minggu. Selma masa nifas perlu diperhatikan ibu, karena angka kematian pada ibu 359 per 100.000 kelahiran terjadi pada masa nifas (kementrian kesehatan RI, 2014). KI merupakan sebagai pengukuran untuk menilai keadaan pelayanan obstretri disuatu negara. Bila AKI masih tinggi berarti pelayanan obstretri masih buruk, sehingga memerlukan perbaikan. Dari laporan WHO di Indonesia merupakan salah satu angka kematian ibu tergolong tinggi yaitu 420 per 100.000 kelahiran hidup, bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.
Penyebab dari meningkatnya angka kematian ibu yaitu adanya komplikasi yang dialami oleh ibu. Berdasarkan laporan WHO (2013), kematian ibu di dunia disebabkan pre-eklamsi 28%, perdarahan 27%, eklampsi 14%, aborsi tidak aman 8%, infeksi 11%, penyulit persalinan 9%, dan emboli 14%. Menurut Profil Kesehatan Indonesia (2012) kasus obstetrik terbanyak (56,06%) disebabkan oleh penyulit kehamilan, persalinan dan masa nifas lainnya diikuti dengan kehamilan yang berakhir abortus (26%). Penyebab kematian terbesar adalah pre eklampsi dan eklampsi dengan case fatality rate (CFR) 2,35%, proporsi kasusnya 49 % dari keseluruhan kasus obstetri. Di Indonesia angka kejadian operasi sesar juga terus meningkat baik di rumah sakit pemerintah maupun di rumah sakit swasta. Menurut Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukkan terjadi kecenderungan peningkatan operasi sesar di Indonesia dari tahun 1991 sampai tahun 2007 yaitu 1,3-6,8 persen. Persalinan sesar di kota jauh lebih tinggi dibandingkan di desa yaitu 11 persen dibandingkan 3,9 persen. Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan kelahiran dengan metode operasi sesar sebesar 9,8 persen dari total 49.603 kelahiran sepanjang tahun 2010 sampai dengan 2013, dengan proporsi tertinggi di DKI Jakarta (19,9%) dan terendah di Sulawesi Tenggara (3,3%).
Perawatan pada ibu postpartum perlu diperhatikan. Perawatan Perawatan masa nifas mencakup berbagai aspek mulai dari pengaturan dalam mobilisasi, anjuran untuk kebersihan diri , pengaturan diet, pengaturan miksi dan defekasi, perawatan payudara (mamma) yang ditujukan terutama untuk kelancaran pemberian air susu ibu guna pemenuhan nutrisi bayi, serta kondisi psikologis ibu. Perawatan pada postpartum ini sangat berfungsi untuk peningkatan kesehatan pada ibu sehingga lebih mudah dalam merawat anaknya.
Tujuan penulisan
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada ibu postpartum P1A0
Manfaat
Manfaat sejalan dengan tujuan yaitu dapat digunakan untuk mengetahui asuhan keperawatan pada ibu postpartum P1A0.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Postpartum
Postpartum atau nifas merupakan keadaan dimana masa pemulihan alat-alat reproduksi seperti sebelum hamil. Dalam masa nifas perlu melakukan perawatan untuk membantu proses involusi misalnya mobilisasi, diet, miksi, defekasi, laktasi, perawatan payudara dan dan perawatanperineum.
World Health Organization (WHO) 2013 menggambarkan periode pascanatal sebagai fase paling kritis dan paling diabaikan dalam kehidupan ibu dan bayi, sebagian besar kematian ibu dan/ atau bayi baru lahir terjadi selama periode pascanatal.
Postpartum merupakan situasi dimana krisis bagi ibu, pasangan dan keluarga karena adanya berbagai perubahan yang terjadi baik secara fisik, psikologis, maupun struktur keluarga dan terjadi proses adaptasi/penyesuaian. Adaptasi dimulai dari bayi lahir sampai kembalinya kondisi tubuh ibu seperti semula sebelum hamil, dan berlangsung dalam kurun waktu 6-8 minggu (Murray & McKinney, 2007). Selama waktu ini, ibu dipantau untuk fungsi perdarahan, usus dan kandung kemih, dan perawatan bayi, dan kesehatan bayi juga dipantau (Vernon. D, 2007).
Periode postpartum 6-12 jam ibu biasanya dipantau oleh perawat atau bidan karena komplikasi dapat timbul pada periode ini. Perdarahan postpartum dapat terjadi. Setelah melahirkan di mana plasenta menempel pada dinding uterus, dan uterus berkontraksi untuk mencegah kehilangan darah. Setelah kontraksi berlangsung fundus (atas) rahim dapat dipalpasi sebagai massa yang kuat di tingkat pusar. Penting bahwa uterus tetap kuat dan perawat atau bidan akan sering melakukan penilaian terhadap fundus dan jumlah perdarahan. Pijat uterus biasanya digunakan untuk membantu kontraksi Rahim (Mayo Clinic staff, 2015).
Pada waktu 2-4 hari pasca persalinan produksi ASI ibu mulai diproduksi, namun masih kesulitan dalam menyusui Tidur ibu sering terganggu karena malam hari terjaga normal pada bayi baru (McGuire E, 2013). Dalam masa postpartum tersebut perubahan dan adaptasi pada ibu postpartum yaitu fisiologis dan dan psikologis. Adaptasi fisiologis dan psikologis yang terjadi pada ibu postpartum, yaitu:
Adaptasi fisiologis
Uterus terjadi proses involusi dimana kembalinya uterus ke keadaan normal setelah melahirkan, adanya kontraksi pada uterus, nyeri.
Serviks akan terasa lunak setelah melahirkan
Vagina yang tadinya terdistensi dengan dinding yang halus perlahan akan mengecil dan tonusnya akan kembali
Abdomen masih tampak menonjol seperti saat hamil, dan selama dua minggu pertama akan berelaksasi. Butuh 6 minggu agar didnding abdomen kembali ke keadaan sebelum hamil
Sistem pencernaan. Pada ibu postpartum akan merasa lapar setelah melahirkan dan porsi makan meningkat. Defekasi spontan baru akan terjadi 2-3 setelah postpartum karena berkurangnya tonus otot diusus selama melahirkan, masa nifas, dehidrasi.
Payudara pada ibu postpartum terjadi penurunan kadar kadar hormone (estrogen, progesteron, hCG, prolactin, kortisol, dan insulin). Selama 24 jam pertama pada terjadi perubahan jaringan payudara. Keluar kolostrum, cairan kuning, dan jernih. Payudara akan terasa penuh setelah dan berat saat kolostrum berubah menjadi susu dalam 72-96 jam setelah melahirkan.
Perubahan pada volume darah ibu postpartum bergantung pada beberapa faktor seperti hilangnya darah saat melahirkan dan jumlah cairan ekstravaskular.
Peningkatan curah jantung pada postpartum akan tetap meningkat minimal 48 jam pertama karena peningkatan volume sekuncup.
Perubahan postpartum pada sistem saraf karena adaptasi ibu hamil serta trauma selama persalina dan melahirkan
Perubahan sistem muskoloskeletal ibu terjadi saat hamil dan kembali saat masa nifas yang mana termasuk relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat gravitasi ibu sebagai respon terhadap uterus yang membesar. Sebagian sendi kembali sebelum hamil, dan sendi kaki tidak kembali.
Pada ibu postpartum akan keluar cairan dari uterus setelah melahirkan. Cairan berwarna merah (Lokia rubra), Cairan berwarna merah muda atau kecoklatan (Lokia Serosa), cairan berwarna putih atau kekuningan (Lokia Alba).
Adaptasi psikoligis
Fase taking In biasanya ditetapkan 1 hingga 2 hari setelah melahirkan, waktu refleksi karena dalam jangka waktu 2 hingga 3 bersifat pasif atau hanya peduli pada diri sendiri. Untuk hari pertama atau kedua setelah kelahiran, ibu baru membutuhkan makanan tambahan dan istirahat. Ibu dengan bedah caesar bahkan membutuhkan lebih banyak istirahat. Semua ibu baru juga perlu "mengasuh" diri mereka agar mereka dapat berhasil melahirkan bayi baru mereka. Para ayah baru juga mungkin mengalami kesulitan menyesuaikan diri dengan menjadi orang tua.
Fase Taking Hold berlangsung mulai 3 sampai 10 hari setelah melahirkan, waktu untuk melakukan tindakan sendiri dan membuat keputusan tanpa bergantung pada orang lain. Selama fase ini, orang tua fokus pada belajar merawat bayi baru mereka. Perubahan suasana hati sementara dan perasaan rentan di pihak ibu baru tidak jarang terjadi. Setiap pasangan mungkin merasa terabaikan karena mereka menjadi lebih terlibat dengan bayi, mengabaikan kebutuhan atau perasaan pasangan mereka
Fase Letting Go berlangsung dari 10 setelah melahirkan, fase menerima tanggung jawab baru. Fase ini Ibu sudah mulai dapat menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Terjadi peningkatan akan perawatan diri dan bayinya. Ibu merasa percaya diri akan peran barunya, lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya. Dukungan suami dan keluarga dapat membantu merawat bayi. Kebutuhan akan istirahat masih diperlukan ibu untuk menjaga kondisi fisiknya.
Sectio Cesarea (SC)
WHO (2015) operasi Caesar atau seksio sesarea (SC) sering diperlukan ketika persalinan per vaginam akan membahayakan bayi atau ibu. Persalinan SC dilakukan karena adanya permasalahan saat persalinan atau ada masalah pada ibu maupun bayi, seperti kehamilan kembar, tekanan darah tinggi pada ibu, kelahiran sungsang, atau masalah dengan plasenta atau tali pusat. Persalinan caesar dapat dilakukan berdasarkan bentuk panggul ibu atau riwayat riwayat operasi caesar sebelumnya, kelahiran pervagina setelah bedah caesar dimungkinkan. SC dilakukan hanya ketika diperlukan secara medis. Namun saat ini, SC dilakukan tanpa alasan medis atas permintaan oleh seseorang biasanya ibu.
American Congress of Obstetricians and Gynecologists (2013) menjelaskan SC dapat meningkatkan kemungkinan keberhasilan persalinan pada ibu hamil ynag memiliki resiko pada kehamilan berisiko. SC membutuhkan waktu lebih lama untuk sembuh sekitar enam minggu, daripada kelahiran normal. Yenie (2016) mengemukakan Peningkatan risiko termasuk masalah pernapasan pada bayi dan emboli cairan ketuban dan perdarahan postpartum pada ibu. SC tidak digunakan sebelum 39 minggu kehamilan tanpa alasan medis.
Turner R (1990) operasi caesar dianjurkan ketika persalinan normal mungkin menimbulkan risiko bagi ibu atau bayi. Kondisi yang memungkinkan terjadiya resiko bagi ibu dan bayi yaitu:
Persalinan lama atau gagal berkembang (distosia)
Gawat janin
Prolaps tali pusat
Ruptur uterus
Hipertensi pada ibu atau bayi setelah ketuban pecah (air pecah)
Takikardia pada ibu atau bayi setelah ketuban pecah (air pecah)
Masalah plasenta (plasenta praevia, plasenta abruption atau plasenta akreta)
Induksi persalinan gagal
Bayi besar dengan berat> 4.000 gram (makrosomia)
Presentasi abnormal (posisi sungsang atau melintang).
Komplikasi lain kehamilan, kondisi yang sudah ada sebelumnya dan penyakit penyerta, seperti:
Infeksi HIV pada ibu dengan viral load yang tinggi (HIV dengan viral load ibu yang rendah tidak selalu merupakan indikasi untuk operasi caesar)
Pre-eclampsia
Penyakit menular seksual, seperti wabah herpes genital sebelum onset persalinan (yang dapat menyebabkan infeksi pada bayi jika lahir melalui vagina)
Seksio caesar sebelumnya (longitudinal)
Ruptur uterus sebelumnya
Masalah sebelumnya dengan penyembuhan perineum (dari persalinan sebelumnya atau penyakit Crohn)
Nyeri Bicornuate
BAB III
ANALISIS KASUS
Pengkajian Post Partum
Nama Mahasiswa
:
Kelompok 3
Tgl. Pengkajian/Jam
:
23 Juli 2018/09.00WITA
Nim
:
-
Ruangan/RS
:
L4BB (Nifas)
Data Umum Klien
Initial
:
Ny. H
Initial
:
Tn. M
Usia
:
14 thn
Usia
:
22 thn
Status Perkawinan
:
Kawin
Status Perkawinan
:
Kawin
Pekerjaan
:
IRT
Pekerjaan
:
Wiraswasta
Pendidikan Terakhir
:
SD
Pendidikan Terakhir
:
SMA
Diagnosis
:
Post Partum Sectio Caesarea Hari ke-3
Riwayat Kehamilan dan Persalinan yang Dulu
No
Tahun
Tipe Persalinan
Penolong
Jenis Kelamin
Berat Badan Lahir
Keadaan Bayi Waktu Lahir
Masalah Kehamilan
1
2018
Sectio Caesarea
Dokter
Perempuan
2540
Menangis spontan dan tidak ada trauma persalinan
-
Pengalaman menyusui : ya / tidak Berapa lama : tidak pernah
Riwayat Kehamilan saat ini
1.
Berapa kali periksa kehamilan
:
6 kali yaitu 2 kali di trimester pertama, 3 kali di trimester kedua dan 1 kali di trimster tiga di puskesmas di Jeneponto
2.
Masalah kehamilan
:
Klien mengatakan mual muntah, sering pusing pada trimester I dan sering buang air kecil pada trimester III
Riwayat Persalinan
1.
Jenis persalinan
:
Spontan (letkep/letsu) / Tindakan (EV,EF)
Sectio Caesarea - 21 Juli 2018, 09.00 WITA
2.
JK , BB / PB Bayi
:
L / P , 2.540 gram / 48 cm
3.
Perdarahan
:
± 800 cc
4.
Masalah dalam persalinan
:
Tidak ada
Riwayat Ginekologi
1.
Masalah ginekologi
:
Tidak ada
2.
Riwayat KB
:
Tidak pernah
Data Umum Klien Saat Ini
Status obstetrik
:
P1A0H3
Bayi rawat gabung
:
Ya / Tidak
Jika tidak, alasan
:
Keadaan umum
:
Baik
Kesadaran
:
Composmentis
BB saat hamil / TB
:
55 kg / 145 cm
BB sebelum hamil
:
62 kg
Tanda Vital
Tekanan darah
:
110/80 mmHg
Nadi
:
78 x/menit
Suhu
:
36,5 0C
Pernapasan
:
19 x/menit
Keluhan saat pengkajian: Klien mengatakan nyeri pada area post operasi. Selain itu, klien juga mengeluh bahwa puting susunya masuk kedalam sehingga pada saat menyusui, bayinya selalu menolak dan menangis. Klien mengatakan sudah BAB sejak 1 hari post operasi dan klien tampak BAK lancar. Klien juga mengatakan sering terbangun tengah malam akibat bayi yang menangis. Klien juga mengatakan ini merupakan kelahiran pertama dan klien mengatakan ingin mengetahui cara merawat bayi yang benar.
Kepala dan Leher
Kepala
:
Tidak ada rambut rontok, tidak ada benjolan maupun luka dan tidak ada nyeri tekan
Mata
:
Tidak ada ikterus, konjungtiva anemis, dan tidak terasa nyeri
Hidung
:
Tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada secret yang menghambat pernapasan dan tidak ada nyeri tekan
Mulut
:
Bibir tampak sedikit kering dan lidah tampak bersih
Telinga
:
Telinga tampak simetris, tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan
Leher
:
Tidak ada luka, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran tiroid maupun pembesaran kelenjar getah bening
Masalah khusus
:
Tidak ada
Dada
Jantung
:
Bentuk dada tampak simetris dan bunyi jantung normal
Paru
:
Pengembangan dada simetris dan tidak terdengar suara tambahan
Payudara
:
Payudara tampak simetris, areola menghitam dan tidak ada nyeri tekan
Puting susu
:
Puting masuk ke dalam
Pengeluaran ASI
:
Produksi ASI banyak
Masalah khusus
:
Ketidakefektifan pemberian ASI
Abdomen
Involusi uterus
Fundus uteri
:
1 jari di bawah umbilikus
(10 cm dari simpisis pubis)
Kontraksi
:
Kuat
Posisi
:
Tengah
Kandung kemih
:
Tidak ada distensi kandung kemih
Diastasis rectus abdominis
:
10 cm × 3 cm
Fungsi pencernaan
:
Klien BAB 1x sehari sejak post operasi/peristaltic usus terdengar (5 kali/menit)
Masalah khusus
:
Tampak luka bekas operasi pada bagian abdomen klien. Klien mengatakan terkadang merasa nyeri pada bagian luka operasi. Terkadang klien menunjukkan ekspresi meringis. Hasil pengkajian nyeri menggunakan NRS, meliputi:
P= luka jahitan bekas operasi dan sangat dirasakan saat berjalan
Q= seperti teriris
R= bagian abdomen, tidak menjalar
S= skala 3
T= 1-2 menit
TANDA REEDA
R : Reedness : ada kemerahan
E : Edema : tidak ada
E : Ekimosis : tidak ada
D : Discharge : darah
A : Approximate : tertutup
Perineum dan Genitalia
Vagina
:
Integritas kulit = baik/tidak, edema/memar/hematoma
Perineum
:
Utuh / episiotomi / ruptur
Kebersihan
:
Bersih
Lokia
Jumlah
:
2 kali ganti pembalut (25-50ml/pembalut)
Jenis/warna
:
Rubra/merah kecoklatan
Konsistensi
:
Cair dan terdapat stosel (seperti saat haid)
Bau
:
Amis
Hemoroid
:
Tidak ada
Derajat
:
-
Lokasi
:
-
Berapa lama
:
-
Nyeri
:
Ya / tidak
Masalah khusus
:
Tidak ada
Ekstremitas
Ekstremitas Atas
Edema
:
Ya / tidak
Varises
:
Ya / tidak
Ekstremitas Bawah
Edema
:
Ya / tidak
Varises
:
Ya / tidak
Masalah khusus
:
Tidak ada
Eliminasi
Urine
:
Kebiasaan BAK
:
3-4 x/hari
BAK saat ini
:
3-4 x/hari
Nyeri / tidak
Fekal
:
Kebiasaan BAB
:
1 x/hari
BAB saat ini
:
1vx/hari
Konstipasi / tidak
Istirahat dan Kenyamanan
Pola tidur
:
Kebiasaan, tidur 6-7 jam, tidak pernah terbangun pada malam hari.
Pola tidur saat ini
:
Klien tidak merasa puas karena sering merasa terbangun tengah malam dan tidurnya hanya 3-4 jam. Pada saat dikaji, klien tampak mengantuk.
Keluhan ketidaknyamanan
:
Ya / tidak
Sifat
:
nyeri saat berjalan, terbangun saat tengah malam dan ruangan panas
Lokasi
:
Luka post op bagian abdomen
Intensitas
Hilang timbul
Mobilisasi dan Latihan
Tingkat mobilisasi
:
Miring kanan dan kiri, duduk, berjalan
Latihan/senam
:
Tidak ada
Masalah khusus
:
Tidak ada
Nutrisi dan Cairan
Asupan nutrisi
:
Sesuai diet
Nafsu makan
:
Meningkat
Asupan cairan
:
Masalah khusus
:
Tidak ada
Keadaan Mental
Adaptasi psikologis
:
Taking hold
Penerimaan terhadap bayi
:
Kehadiran bayi sangat diharapkan
Masalah khusus
:
Tidak ada
Kemampuan menyusui
:
Saat ini belum mampu menyusui dengan baik karena putting susu masuk ke dalam.
Obat-obatan yang Dikonsumsi Saat Ini :
Ketorolac 30 mg/8 jam/Intravena
Ranitidine 50 mg/8 jam/Intravena
Asam Traneksamat 500 mg/8 jam/intravena
Cefotaxine 90 mg/24 jam/intravena
Fetrosus sulfat 200 mg/24 jam oral
Asam mefenamat 500 mg/8 jam/oral
Hasil Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan
Hasil
Rentang normal
Interpretasi
21 Juli 2018
HEMATOLOGI
Hematologi Rutin
WBC
RBC
HGB
HCT
MCV
MCH
MCHC
PLT
RDW-CV
PDW
MPV
PCT
NEUT
LYMPH
MONO
EO
BASO
Koagulasi
Waktu Bekuan
Waktu Perdarahan
KIMIA DARAH
Glukosa
GDS
Fungsi Ginjal
Ureum
Kreatinin
Fungsi Hati
SGOT
SGPT
Kimia Lain
Elektrolit
Natrium
Kalium
Klorida
IMUNOSEROLOGI
Penanda Hepatitis
HBs Ag (ICT)
7,31 (103/uL)
2,93 (106/uL)
8,9 gr/dl
26,8 %
91,5 fl
91,5 pg
30,4 gr/dl
169 (103/uL)
15,2
12,1 fl
10,7 fl
0,18 %
4,99 %
24,6 %
5,7 %
0,09 %
0,03 %
7 menit
2 menit
150 mg/dl
10 mg/dl
0,48 mg/dl
16 U/L
5 U/L
139 mmol/l
3,9 mmol/l
104 mmol/l
Non Reactive
4,00-10,00 (103/uL)
4,00-6,00 (106/uL)
12,0-16,0 gr/dl
37,0-48,0 %
80,0-97,0 fl
26,5-33,5 pg
31,5-35,0 gr/dl
150-400 (103/uL)
10,0-15,0
10,0-18,0 fl
6,50-11,0 fl
0,15-0,50 %
52,0-75,0 %
20,0-40,0 %
2,00-8,00 %
1,00-3,00 %
0,00-0,10 %
4-10 menit
1-7 menit
140 mg/dl
10-50 mg/dl
L(<1,3),P(<1,1) mg/dl
< 38 U/L
< 41 U/L
136-145 mmol/l
3,5-5,1 mmol/l
97-111 mmol/l
Non Reactive
Normal
Menurun
Menurun
Menurun
Normal
Meningkat
Menurun
Meningkat
Meningkat
Normal
Normal
Normal
Menurun
Normal
Normal
Menurun
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Menurun
Normal
Normal
Negative
Rangkuman Hasil Pengkajian
Ny H berusia 14 tahun masuk ke ruang perawatan nifas pada 21 Juli 2018 pukul dengan persiapan SC. Klien menjalani post Sectio Caesarea 22 Juli 2018 pukul di OK Pinang RSWS. Saat ini, Ny. L dirawat di ruang perawatan nifas, terpasang infus cabang NaCL 20 tetes per menit. Klien melahirkan bayi perempuan dengan BB = 2540 gram, PB = 48 cm, APGAR Score = 8/10. Status obstetric klien P1A0. Keluhan saat ini adalah Klien mengatakan nyeri pada area post operasi. Selain itu, klien juga mengeluh bahwa puting susunya masuk kedalam sehingga pada saat menyusui, bayinya selalu menolak dan menangis. Klien mengatakan sudah BAB sejak 1 hari post operasi dan klien tampak BAK menggunakan folley katater. Klien juga mengatakan sering terbangun tengah malam akibat bayi yang menangis. Klien juga mengatakan ini merupakan kelahiran pertama dan klien mengatakan ingin mengetahui cara merawat bayi yang benar. Dari hasil observasi puting inverted, klien nampak mengantuk, dan klien tampak antusias dalam mencari informasi terkait perawatan bayi.
Perencanaan Pulang :
Perawatan putting susu dan payudara.
Analisa Data
Inisial Pasien : Ny. H
Diagnosa Medis : Postpartum
Ruang rawat : Ruang Perawatan Nifas (Lontara 4 Bawah Belakang)
DATA
MASALAH KEPERAWATAN
DS:
Klien mengatakan putting susunya masuk ke dalam dan bayinya menolak saat disusui
DO:
Putting susu tampak inverted
Ketidakefektifan pemberian ASI
Faktor risiko :
Terpajan pada wabah : terdapat luka post SC
Perban luka tampak berdarah
Hb menurun : 8,9 g/dL
Risiko infeksi
DS:
Klien mengatakan nyeri pada area post operasi
P: luka jahitan post operasi dan sangat
dirasakan saat berjalan
Q: seperti teriris
R: bagian abdomen, tidak menjalar
T: 1-2 menit
DO:
S: 3 NRS
Nyeri akut
DS:
Klien mengatakan tidak puas dengan pola tidurnya karena sering terbangun pada malam hari
Kebiasaan tidur 6-7 jam dan saat ini berubah menjadi 3-4 jam
DO:
Klien tampak mengantuk
Gangguan pola tidur
DS:
Ibu dan ayah bayi mengatakan kesiapan dirinya menjadi orang tua
DO:
Orang tua tampak antusias dalam merawat anaknya yang baru lahir
Orang tua tampak antusias mencari informasi terkait cara merawat bayi
Kesiapan meningkatkan peran menjadi orang tua
Intervensi Keperawatan
Inisial Pasien : Ny. H
Diagnosa Medis : Postpartum
Ruang rawat : Ruang Perawatan Nifas (Lontara 4 Bawah Belakang)
No
Tanggal
Diagnosis Keperawatan & Data Penunjang
Tujuan
Rencana Tindakan
1
23 Juli 2018
Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan anomaly payudara ibu
DS:
Klien mengatakan putting susunya masuk ke dalam dan bayinya menolak saat disusui
DO:
Putting susu tampak inverted
Setelah dilakukan perawatan 2x24 jam ketidakefektifan pemberian ASI teratasi dengan kriteria hasil
Keberhasilan menyusui : maternal
Posisi nyaman selama menyusui
Menghindari penggunaan putting buatan/dot
Penyapihan menyusui
Mengenali isyarat untuk penyapihan
Ibu bebas dari mastitis
Puas dengan proses penyapihan
Konseling laktasi
Berikan informasi mengenai manfaat menyusui baik fisilogis maupun psikologis
Jelaskan tanda bahwa bayi membutuhkan makakn, misalnya refleks rooting
Instruksikan bayi untuk melakukan perawatan puting susu
Monitori nyeri pada payudara
Dukung pemilihan pengeluaran ASI dengan pemompaan ASI dengan pompa listrik atau non listrik
Pengajaran : nutrisi 0-3 bulan
Anjurkan pasien untuk memberikan ASI selama 6 bulan atau susu formula jika ASI tidak cukup
Intruksikan orang tua membatasi intake air ½ sampa 1 ons pada satu waktu, 4 ons setiap hari
Pemberian makan dengan cangkir : bayi baru lahir
Tentukan keadaan bayi baru lahir sebelum memberi makan
Pegang bayi bayi baru lahir yang dibedong dengan tegak atau atau semi tegak sambil menyokong bagian belakang (punggung) bayi baru lahir, leher dan kepala
Pertahankan bayi dengan sendok ke bibir bayi mendatar sedikit dibibir bawah dengan tepi sendok yang menyentuh bagian luar bibir atas
Sentuhkan sendok hingga susu menyentuh bibir bayu lahir
Monitor aliran susu
Sendawakan bayi selama dan setelah memberi makan
2.
23 Juli 2018
Risiko infeksi
Faktor risiko :
Terpajan pada wabah : terdapat luka post SC
Perban luka tampak berdarah
Hb menurun : 8,9 g/dL
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam, diharapkan infeksi pada pasien tidak terjadi dengan kriteria hasil:
Keparahan infeksi
Tidak ada kemerahan pada luka post SC
Tidak ada cairan yang berbau busuk
Tidak ada pus yang keluar dari luka post SC
Tidak ada demam
Kontrol infeksi
Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan perawatan pasien
Ajarkan klien dan keluarga mengenai teknik cuci tangan dengan tepat
Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan pada saat memasuki dan meninggalkan ruangan pasien
Lakukan perawatan luka post SC
Ajarkan klien dan keluarga mengenai tanda dan gejala infeksi dan kapan harus melaporkannya kepada petugas perawatan
Kolaborasi pemberian terapi antibiotic yang sesuai jika perlu.
3.
23 Juli 2018
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik: prosedur bedah
DS:
Klien mengatakan nyeri pada area post operasi
P: luka jahitan post operasi dan sangat
dirasakan saat berjalan
Q: seperti teriris
R: bagian abdomen, tidak menjalar
T: 1-2 menit
DO:
S: 3 NRS
Setelah perawatan selama 1x24 jam, nyeri akut klien berkurang dari skala 3 ke skala 1 dengan kriteria hasil:
Kontrol Nyeri
Klien mampu mengurangi rasa nyeri tanpa analgesik
Klien melaporkan perubahan gejala nyeri
Klien tidak menunjukkan tanda non verbal terkait nyeri
Tingkat Nyeri
Klien mengatakan rasa nyeri telah berkurang
Tanda-tanda vital dalam rentang normal
Manajemen Nyeri
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
Observasi adanya petunjuk nonverbal terkait nyeri maupun ketidaknyamanan terutama pada pasien yang tidak dapat berbicara
Evaluasi bersama klien efektifitas tindakan pengurangan nyeri yang pernah dilakukan sebelumnya jika ada
Pilih dan implementasikan tindakan yang beragam seperti farmakologis dan non farmakolois untuk memfasilitasi penurunan nyeri
Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis seperti relaksasi nafas dalam, aplikasi panas/dingin dan pijatan jika memungkinkan.
Kolaborasikan dengan tim kesehatan unntuk menggunakan teknik farmakologi jika diperlukan
Evaluasi keefektifan dari tindakan pengontrol nyeri selama pengkajian nyeri dilakukan
4.
23 Juli 2018
Gangguan pola tidur berhubungan dengan pola tidur tidak menyehatkan: karena tanggung jawab menjadi orang tua
DS:
Klien mengatakan tidak puas dengan pola tidurnya karena sering terbangun pada malam hari
Kebiasaan tidur 6-7 jam dan saat ini berubah menjadi 3-4 jam
DO:
Klien tampak mengantuk
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam, diharapkan pola tidur teratur kriteria hasil:
Tidur
Kualitas tidur baik
Lama tidur bertambah sampai 6 jam
Perasaan segar setelah tidur
Mudah bangun di saat yang tepat
Peningkatan Tidur
Tentukan pola tidur/aktivitas pasien
Jelaskan pentingnya tidur yang cukup
Monitor/catat pola tidur dan jumlah jam tidur
Monitor pola tidur dan catat kondisi fisik (ketakutan/kecemasan)
Monitor partisipasi dalam kegiatan yang melelahkan selama terjaga untuk mencegah penat berlebihan
Terapkan langkah-langkah kenyamanan seperti pijat, pemberian posisi, dan sentuhan afektif
5.
23 Juli 2018
Kesiapan meningkatkan peran menjadi orang tua
DS:
Ibu dan ayah bayi mengatakan kesiapan dirinya menjadi orang tua
DO:
Orang tua tampak antusias dalam merawat anaknya yang baru lahir
Orang tua tampak antusias mencari informasi terkait cara merawat bayi
Setelah perawatan selama 2x24 jam, diagnosa dapat teratasi dengan kriteria hasil :
Pengetahuan perawatan bayi:
Orang tua memiliki pengetahuan terkait karakteristik bayi yang normal
Orang tua memiliki pengetahuan terkait memegang bayi dengan tepat
Orang tua memiliki pengetahuan terkait memposisikan bayi dengan tepat
Orang tua memiliki pengetahuan terkait cara memandikan bayi
Orang tua memiliki pengetahuan terkait perawatan tali pusat
Peningkatan pengasuhan:
Bantu orang tua terkait peran transisi dan harapan
Sediakan buku, pamflet, dan bahan lainnya terkait pengajaran keterampilan pengasuhan
Ajarkan orang tua menanggapi isyarat perilaku dari bayi
Pendidikan orang tua: bayi
Tentukan pengetahuan, kesiapan, dan kemampuan orang tua dalam belajar mengenai perawatan bayi
Monitor kebutuhan belajar bagi keluarga
Ajarkan orang tua keterampilan merawat bayi yang baru lahir
Ajarkan orang tua menyiapkan susu formula dan pemilihannya
Berikan informasi mengenai dot bayi pada orang tua
Ajarkan orang tua cara merawat dan mencegah ruam popok
Dorong orang tua untuk menghadiri kelas pengasuhan
Sediakan materi tertulis bagi orang tua yang sesuai dengan identifikasi kebutuhan pengetahuan
Berikan dukungan ketika orang tua belajar keterampilan perawatan bayi
Berikan informasi mengenai karakteristik bayi baru lahir
Demonstrasikan kepada orang tua mengenai refleks dan menjelaskan pentingnya refleks dalam perawatan bayi
Berikan informasi terkait lingkungan yang aman bagi bayi
Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan
CATATAN PERKEMBANGAN DAN IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Inisial Pasien : Ny. H
Diagnosa Medis : Postpartum
Ruang rawat : Ruang Perawatan Nifas (Lontara 4 Bawah Belakang)
Diagnosa Keperawatan: Ketidakefektifan pemberian bayi berhubungan dengan anomaly puting susu
No
Hari,Tanggal,
Jam (WITA)
Implementasi
Evaluasi
1.
Senin, 23 Juli 2018
Dinas Pagi
(Hari pertama)
Pukul 10.00
Mengajarkan tentang cara pemberian makan melalui cangkir
Hasil : orang tua dan keluarga paham tentang cara pemberian makan melalui cangkir
Pukul 10.20
Mengintruksikan orang tua untuk menyendawakan bayi setelah minum susu
Hasil: keluarga menyendawakan anak setelah bayi minum susu
Pukul 10.25
Menginformasikan mengenai manfaat menyusui baik fisilogis maupun psikologis
Hasil : orang tua paham tentang manfaat menyusui
Pukul 10.30
menjelaskan tanda bahwa bayi membutuhkan makan, misalnya refleks rooting
Hasil : orang tua paham tanda bahwa bayi membutuhka makan
pukul 11.05
mendukung pemilihan pengeluaran ASI dengan pemompaan ASI dengan pompa listrik atau non listrik
hasil : orang tua memilih pemompaan ASI nonlistrik
Pukul 13.30
S :
klien mengatakan ASI lancar tapi bayi menolak untuk menyusu secara langsung
klien mengatakan kadang posisi tidak nyaman saat pemberian ASI
klien mengatakan tidak menggunakan puting buatan/dot saat pemberian ASI
klien mengatakan mengenali isyarat untuk penyapihan
Puas dengan proses penyapihan
O:
Puting susu ibu inverted
Ibu bebas dari mastitis
A : ketidakefektifan pemberian ASI belum teratasi
P :
Mengobservasi cara makan dengan cangkir
Mengevaluasi orang tua untuk menyendawakan bayi setelah minum susu
Mengevaluasi tanda bahwa bayi membutuhkan makan
Mengajarkan perawatan puting susu
Senin, 23 Juli 2018
Dinas siang
(Hari pertama)
Pukul 14.30
Mengevaluasi tentang cara pemberian makan melalui cangkir
Hasil : orang tua telah mampu memberikan makanan melalui cangkir
Pukul 15.00
Mengajarkan nutrisi : 0-3 bulan
Hasil : klien paham tentang nutriri pada bayi umur 0-3 bulan dan berencana memberikan ASI eksklusif sampai umur 6 bulan
pukul 15.30
mengajarkan ibu untuk melakukan perawatan puting susu
hasil : orang tua bisa melakukan perawatan puting susu
Pukul 17.00
Mengevaluasi orang tua dalam menyendawakan bayi setelah minum susu
Hasil: keluarga menyendawakan anak setelah bayi minum susu
Pukul 17.10
mengevaluasi tanda bahwa bayi membutuhkan makan, misalnya refleks rooting
Hasil : orang tua mengetahui tanda bahwa bayi membutuhkan makan
Pukul 20.30
S :
klien mengatakan ASI lancar tapi bayi menolak untuk menyusu secara langsung
klien mengatakan kadang posisi tidak nyaman saat pemberian ASI
klien mengatakan tidak menggunakan puting buatan/dot saat pemberian ASI
klien mengatakan mengenali isyarat untuk penyapihan
Puas dengan proses penyapihan
O:
Puting susu ibu inverted
Ibu bebas dari mastitis
A : ketidakefektifan pemberian ASI belum teratasi
P :
Mengevaluasi pengajaran nutrisi : 0-3 bulan
Mengajarkan perawatan puting susu
Senin, 23 Juli 2018
Dinas malam
(Hari pertama)
Pukul 05.30
Mengevaluasi tentang pengajaran nutrisi : 0-3 bulan
Hasil : orang tua paham tentang nutrisi pada bayi 0-3 bulan
Pukul 07.00
S :
klien mengatakan ASI lancar tapi bayi menolak untuk menyusu secara langsung
klien mengatakan saat memberikan ASI merasa nyaman
klien mengatakan tidak menggunakan puting buatan/dot saat pemberian ASI
klien mengatakan mengenali isyarat untuk penyapihan
Puas dengan proses penyapihan
O:
Puting susu ibu inverted
Ibu bebas dari mastitis
A : ketidakefektifan pemberian ASI belum teratasi
P :
Mengajarkan perawatan puting susu
2.
Selasa, 24 Juli 2018
Dinas Pagi
(Hari kedua)
Pukul 10.00
Melakukan perawatan payudara dan puting susu
Hasil : orang tua paham tentang perawatan payudara
Pukul 13.30
S :
klien mengatakan ASI lancar tapi bayi menolak untuk menyusu secara langsung
klien mengatakan saat memberikan ASI merasa nyaman
klien mengatakan tidak menggunakan puting buatan/dot saat pemberian ASI
klien mengatakan mengenali isyarat untuk penyapihan
Puas dengan proses penyapihan
O:
Puting susu ibu inverted
Ibu bebas dari mastitis
A : ketidakefektifan pemberian ASI belum teratasi
P :
Mengajarkan perawatan puting susu
Selasa, 24 Juli 2018
Dinas siang
(Hari kedua)
Pukul 14.30
Mengevaluasi perawatan payudara dan putting susu
Hasil : orang tua paham tentang perawatan payudara
Pukul 16.00
S :
klien mengatakan ASI lancar dan kadang menyusu langsung
klien mengatakan mengenali isyarat untuk penyapihan
Puas dengan proses penyapihan
O:
Puting susu ibu sudah menonjol
Ibu bebas dari mastitis
A : ketidakefektifan pemberian ASI teratasi
P :
Perawatan susu saat dirumah
Diagnosa Keperawatan: Risiko infeksi
No
Hari,Tanggal,
Jam (WITA)
Implementasi
Evaluasi
1.
Senin, 23 Juli 2018
Dinas Pagi
(Hari pertama)
09.15
Melakukan perawatan luka post SC
10.00
Ajarkan klien dan keluarga mengenai tanda dan gejala infeksi dan kapan harus melaporkannya kepada petugas perawatan
Mencuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan perawatan pasien
10.30
Mengajarkan klien dan keluarga mengenai teknik cuci tangan dengan tepat
11.00
Menganjurkan pengunjung untuk mencuci tangan pada saat memasuki dan meninggalkan ruangan pasien
14.00
S:
Klien mengetahui tanda-tanda infeksi seperti terdapat cairan yang bau yang keluar pada luka post SC, kemerahan dan demam
O:
Tidak ada pus, cairan berbau dan kemerahan pada luka post SC
S: 37oC
A: Infeksi tidak terjadi
P: Lanjutkan intervensi
Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan perawatan pasien
Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan pada saat memasuki dan meninggalkan ruangan pasien
Pemberian terapi antibiotic yang sesuai jika perlu
Senin, 23 Juli 2018
Dinas siang
(Hari pertama)
15.00
Menganjurkan pengunjung untuk mencuci tangan pada saat memasuki dan meninggalkan ruangan pasien
16.00
Memberikan terapi antibiotic cefotaxime
17.00
Mengevaluasi pasien tentang pengetahuannya mengenai tanda-tanda infeksi
20.30
S:
Klien mengatakan tidak ada tanda-tanda infeksi
O:
Tidak ada pus, cairan berbau dan kemerahan pada luka post SC
S: 36,8oC
A: Infeksi tidak terjadi
P: Lanjutkan intervensi
Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan perawatan pasien
Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan pada saat memasuki dan meninggalkan ruangan pasien
Senin, 23 Juli 2018
Dinas malam
(Hari pertama)
23.00
Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan perawatan pasien
07.30
S:
Klien mengatakan tidak ada tanda-tanda infeksi
O:
Tidak ada pus, cairan berbau dan kemerahan pada luka post SC
S: 36,7oC
A: Infeksi tidak terjadi
P: Lanjutkan intervensi
Perawatan luka post SC
Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan perawatan pasien
Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan pada saat memasuki dan meninggalkan ruangan pasien
2.
Selasa, 24 Juli 2018
Dinas Pagi
(Hari kedua)
08.00
Melakukan perawatan luka post SC
10.00
Mencuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan perawatan pasien
11.00
Menganjurkan pengunjung untuk mencuci tangan pada saat memasuki dan meninggalkan ruangan pasien
13.30
S:
Klien mengatakan tidak ada tanda-tanda infeksi
O:
Tidak ada pus, cairan berbau dan kemerahan pada luka post SC
S: 36,6oC
A: Infeksi tidak terjadi
P: Lanjutkan intervensi
Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan perawatan pasien
Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan pada saat memasuki dan meninggalkan ruangan pasien
Pemberian terapi antibiotic yang sesuai jika perlu
Selasa, 24 Juli 2018
Dinas siang
(Hari kedua)
16.00
Memberikan terapi antibiotic cefotaxime
17.00
Menganjurkan pengunjung untuk mencuci tangan pada saat memasuki dan meninggalkan ruangan pasien
16.00
S:
Klien mengatakan tidak ada tanda-tanda infeksi
O:
Tidak ada pus, cairan berbau dan kemerahan pada luka post SC
S: 36,8oC
A: Infeksi tidak terjadi
P: Lanjutkan intervensi
Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan perawatan pasien
Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan pada saat memasuki dan meninggalkan ruangan pasien
DiagnosaKeperawatan: Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik: prosedur bedah
No
Hari,Tanggal,
Jam (WITA)
Implementasi
Evaluasi
1.
Senin, 23 Juli 2018
DinasPagi
(Hari pertama)
Pukul 09.00
Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
Hasil: Klien mengatkan nyeri pada area post operasi
P: luka jahitan post operasidan sangat
dirasakan saat berjalan
Q: seperti teriris
R: bagian abdomen, tidak menjalar
S: 3
T: 1-2 menit
Mengajarkan klien teknik non-farmakologis (relaksasi panas dalam)
Hasil: Klien mampu mengikuti instruksi
Pukul 12.00
Menanyakan pada klien hal yang dirasakan saat nyeri datang
Hasil: klien mengatakan nyeri masih ada dan hilang timbul
Mengukur TTV
Hasil:
TD: 110/80 mmHg
S: 36.5oC
N: 78 x/menit
P: 19 x/menit
Pukul 13.00
Pemberian Cetorolac 30mg/iv/8jam
Pukul 13.30
S:
Klien mengatakan nyeri berkurang
Klien melaporkan perubahan gejala nyeri
O:
TTV dalam batas normal
Tidak ada ekspresi meringis
Klien mampu menggunakan teknik relaksasi napas dalam
Nyeri skala 3
A: Nyeri akut belum teratasi
P:
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
Observasi adanya petunjuk nonverbal terkait nyeri maupun ketidaknyamanan
Pemberian ketorolac 30mg/8jam/IV
Senin, 23 Juli 2018
Dinas siang
(Hari pertama)
Pukul 15.00
Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
Hasil: Klien mengatkan nyeri pada area post operasi
P: luka jahitan post operasidan sangat
dirasakan saat berjalan
Q: seperti teriris
R: bagian abdomen, tidak menjalar
S: 3
T: 1-2 menit
Mengajarkan klien teknik non-farmakologis (relaksasi panas dalam)
Hasil: Klien mampu mengikuti instruksi
Pukul 18.00
Menanyakan pada klien hal yang dirasakan saat nyeri datang
Hasil: klien mengatakan nyeri masih ada dan hilang timbul
Mengukur TTV
Hasil:
TD: 119/83 mmHg
S: 36.7oC
N: 68 x/menit
P: 18 x/menit
Pukul 19.00
Pemberian Cetorolac 30mg/iv/8jam
Pukul 20.30
S:
Klien mengatakan nyeri berkurang
Klien melaporkan perubahan gejala nyeri
O:
TTV dalam batas normal
Tidak ada ekspresi meringis
Klien mampu menggunakan teknik relaksasi napas dalam
Nyeri skala 2
A: Nyeri akut belum teratasi
P:
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
Observasi adanya petunjuk nonverbal terkait nyeri maupun ketidaknyamanan
Pemberian ketorolac 30mg/8jam/IV
Senin, 23 Juli 2018
Dinasmalam
(Hari pertama)
Pukul 21.30
Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
Hasil: Klien mengatkan nyeri pada area post operasi
P: luka jahitan post operasidan sangat
dirasakan saat berjalan
Q: seperti teriris
R: bagian abdomen, tidak menjalar
S: 2
T: 1-2 menit
Mengajarkan klien teknik non-farmakologis (relaksasi panas dalam)
Hasil: Klien mampu mengikuti instruksi
Pukul 06.00
Menanyakan pada klien hal yang dirasakan saat nyeri datang
Hasil: klien mengatakan nyeri masih ada dan hilang timbul
Mengukur TTV
Hasil:
TD: 109/88 mmHg
S: 36.6oC
N: 98 x/menit
P: 20 x/menit
Pukul 07.00
Pemberian Cetorolac 30mg/iv/8jam
Pukul 07.30
S:
Klien mengatakan nyeri berkurang
Klien melaporkan perubahan gejala nyeri
O:
TTV dalam batas normal
Tidak ada ekspresi meringis
Klien mampu menggunakan teknik relaksasi napas dalam
Nyeri skala 2
A: Nyeri akut belum teratasi
P:
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
Observasi adanya petunjuk nonverbal terkait nyeri maupun ketidaknyamanan
Pemberian ketorolac 30mg/8jam/IV
2.
Selasa, 24 Juli 2018
DinasPagi
(Hari pertama)
Pukul 08.30
Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
Hasil: Klien mengatkan nyeri pada area post operasi
P: luka jahitan post operasidan sangat
dirasakan saat berjalan
Q: seperti teriris
R: bagian abdomen, tidak menjalar
S: 2
T: 1-2 menit
Mengajarkan klien teknik non-farmakologis (relaksasi panas dalam)
Hasil: Klien mampu mengikuti instruksi
Pukul 12.00
Menanyakan pada klien hal yang dirasakan saat nyeri datang
Hasil: klien mengatakan nyeri masih ada dan hilang timbul
Mengukur TTV
Hasil:
TD: 115/85 mmHg
S: 36.6oC
N: 74 x/menit
P: 18 x/menit
Pukul 13.00
Pemberian Cetorolac 30mg/iv/8jam
Pukul 13.00
S:
Klien mengatakan nyeri pada area post operasi
P: luka jahitan post operasidan sangat
dirasakan saat berjalan
Q: seperti teriris
R: bagian abdomen, tidak menjalar
T: 1-2 menit
O:
S: 1 NRS
A: Nyeri akut teratasi
P: -
Diagnosa Keperawatan: Gangguan pola tidur berhubungan dengan pola tidur tidak menyehatkan: karena tanggung jawab menjadi orang tua
No
Hari,Tanggal,
Jam (WITA)
Implementasi
Evaluasi
1.
Senin, 23 Juli 2018
Dinas Pagi
(Hari pertama)
09.30
Menjelaskan pentingnya tidur yang cukup
Monitoring pola tidur dan jumlah jam tidur
Monitoring pola tidur dan catat kondisi fisik (ketakutan/kecemasan)
Monitoring partisipasi dalam kegiatan yang melelahkan selama terjaga untuk mencegah penat berlebihan
21.00
Melakukan pemijatan, pemberian posisi, dan sentuhan afektif
24 Juli 2018 (Dinas pagi)
13.30
S:
Klien mengatakan kualitas tidurnya tidak baik
Klien mengatakan tidurnya semalam hanya 4 jam
Klien mengatakan tidak segar saat bangun
Klien mengatakan masih sering terbangun di malam hari
O:
Klien tampak mengantuk
A: Gangguan pola tidur belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Tentukan pola tidur/aktivitas pasien
Jelaskan pentingnya tidur yang cukup
Monitor/catat pola tidur dan jumlah jam tidur
Monitor pola tidur dan catat kondisi fisik (ketakutan/kecemasan)
Monitor partisipasi dalam kegiatan yang melelahkan selama terjaga untuk mencegah penat berlebihan
Melakukan pemijatan, pemberian posisi, dan sentuhan afektif
Diagnosa Keperawatan: Kesiapan meningkatkan peran menjadi orang tua
No
Hari,Tanggal,
Jam (WITA)
Implementasi
Evaluasi
1.
Senin, 23 Juli 2018
Dinas Pagi
(Hari pertama)
Pukul 09.00
Mengajarkan orang tua cara merawat bayi (memandikan dan perawatan tali pusat)
Memberikan dukungan dalam melakukan perawatan bayi
Pukul 13.30
S:
Klien mengatakan sudah mengetahui cara memandikan bayi
Klien mengatakan sudah mengetahui cara merawat tali pusat
O:
Klien tampak mulai terampil dalam memandikan bayi
Klien tampak mulai terampil dalam merawat tali pusat
A: Kesiapan meningkat peran menjadi orang tua belum teratasi
P: Monitor kebutuhan belajar bagi orang tua
Senin, 23 Juli 2018
Dinas siang
(Hari pertama)
Pukul 16.00
Memonitor kebutuhan belajar bagi orang tua
Pukul 20.00
Mengajarkan cara memposisikan bayi dengan benar
Pukul 20.30
S:
Orang tua mengetahui risiko bayi hipotermi
O:
Orang tua tampak mengetahui cara memberikan bayi posisi yang benar
A: Kesiapan meningkat peran menjadi orang tua belum teratasi
P: Monitor kebutuhan belajar bagi orang tua
2.
Selasa, 24 Juli 2018
Dinas Pagi
(Hari Kedua)
Pukul 09.00
Monitor kebutuhan belajar bagi orang tua
Memberi informasi kepada orang tua terkait karakteristik bayi normal (risiko hipotermi)
Pukul 13.30
S:
Orang tua mengatakan telah mengetahui karakteristik bayi normal (risiko hipotermi)
O:
Ibu tampak menjaga bayi agar tetap hangat
A:
Kesiapan meningkatkan menjadi orang tua telah teratasi
P:
Intervensi dihentikan
BAB IV
PEMBAHASAN
Kasus sectio caesarea yang dialami oleh Ny. H yang dirawat di ruang lontara 2 bawah belakang dilakukan karena ada riwayat operasi laparatomi 6 bulan yang lalu. Klien post operasi sectio caesarea hari ke 3. Masalah yang dialami oleh klien yaitu puting susu inverted, bayi menolak untuk diberikan ASI, nyeri pada area operasi skala 3 NRS, perubahan pola tidur dari 6-7 jam (kebiasaan) ke 3-4 jam sehari, Hb menurun ke 8,9 g/dL, klien tampak senang dengan kelahiran anaknya dan sangat menerima anaknya.
Diagnosa keperawatan yang muncul ketidakefektifan pemberian ASI, risiko infeksi, nyeri akut, gangguan pola tidur serta kesiapan peningkatan peran menjadi orang tua. Masalah keperawatan yang berhasil diatasi meliputi ketidakefektifan pemberian ASI dan nyeri akut. Intervensi yang diberikan yaitu perawatan payudara (puting susu), pengajaran pemberian makan dengan sendok, serta pengajaran nutrisi pada orang tua :0-3 bulan. Selain itu juga dilakukan perawatn luka, mengajarkan untuk menjaga lingkungan tetap bersih. Pada nyeri dilakukan teknik relaksasi dan pemberian obat ketorolac. Pada gangguan pola tidur dilakukan peningkatan tidur dengan menerapkan kenyamanan serti pijat, pemberian posisi serta sentuhan efektif. Pada kesiapan peningkatan peran menjadi orang tua yaitu dengan memberikan pendidikan orang tua tentang perawatan pada bayi.
Masalah utama yang ditemukan pada Ny. H adalah ketidakefektifan pemberian ASI. Hal ini berkaitan dengan anomali putting susu ibu sehingga bayi sering kali menolak untuk diberi ASI padahal produksi ASI ibu cukup memadai. Lowdermilk, Perry, & Cashion (2014) mengemukakan bahwa satu jam pertama setelah melahirkan adalah waktu yang tepat untuk memberikan ASI kepada bayi. Pada waktu ini juga merupakan saat yang tepat untuk mengkaji ibu terkait pemberian ASI, pengetahuan ibu tentang pemberian ASI, dan kesiapan fisik ibu untuk pemberian ASI terkait kondisi payudara dan puting susu. Selama dirawat di Rumah Sakit, perawat perlu menyediakan edukasi dan pendampingan terkait pemberian ASI. Perawat juga perlu menyediakan konsultasi laktasi yang sesuai dengan kebutuhan ibu.
Menurut penelitian Saleh, et. al. (2014) yang dilakukan di Kabupaten Maros pada ibu post partum tentang pemberian edukasi kesehatan ditemukan bahwa pendidikan kesehatan dengan pendekatan modelling yang dilakukan oleh perawat efektif dalam meningkatkan pengetahuan, kemampuan praktek, kepercayaan diri ibu dalam pemberian ASI, dan menstimulasi bayi, yang akhirnya dapat mengoptimalkan tumbuh kembang bayi.
Dalam kasus ini Ny. H sudah diberikan edukasi terkait pemberian ASI dan telah diberikan pendampingan terkait cup feeding. Hal ini sudah sesuai dengan teori yang dikemukakan, namun Ny.H tidak mendapatkan intervensi terkait kesiapan fisik nya, sehingga putting susu Ny.H hingga hari ke-3 masih inverted. Intervensi yang dilakukan oleh mahasiswa dalam kesiapan fisik Ny.H adalah melakukan perawatan puting susu dengan menggunakan C hole dan masalah ini teratasi pada hari ke-2.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Masalah yang dialami oleh klien yaitu puting susu inverted, risiko infeksi, nyeri pada area operasi skala 3 NRS, dan gangguan pola tidur. Klien juga tampak senang dengan kelahiran anak pertamanya. Diagnosa keperawatan yang muncul meliputi ketidakefektifan pemberian ASI, risiko infeksi, nyeri akut, gangguan pola tidur serta kesiapan peningkatan peran menjadi orang tua. Masalah keperawatan yang berhasil diatasi yaitu ketidakefektifan pemberian ASI, dan nyeri akut. Intervensi yang diberikan yaitu perawatan payudara (puting susu), pengajaran pemberian makan dengan sendok, serta pengajaran nutrisi pada orang tua :0-3 bulan. Selain itu juga dilakukan perawatn luka, mengajarkan untuk menjaga lingkungan tetap bersih. Pada nyeri dilakukan teknik relaksasi dan pemberian obat ketorolac. Pada gangguan pola tidur dilakukan peningkatan tidur dengan menerapkan kenyamanan serti pijat, pemberian posisi serta sentuhan efektif. Pada kesiapan peningkatan peran menjadi orang tua yaitu dengan memberikan pendidikan orang tua tentang perawatan pada bayi.
Saran
Diharapkan perawat memberikan edukasi pada ibu primipara tentang cara merawat bayi dan pemberian ASI.
DAFTAR PUSTAKA
American Congress of Obstetricians and Gynecologists, "Five Things Physicians and Patients Should Question", Choosing Wisely: an initiative of the ABIM Foundation, American Congress of Obstetricians and Gynecologists, archived from the original on 1 September 2013, retrieved 1 August 2013
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC). United States of America: Elsevier.
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2015). Nanda International Nursing Diagnoses: Definitions and Classification 2015-2017. Jakarta: EGC.5
Lowdermilk, D.L., Perry, S.E. & Cashion.(2013). Keperawatan Maternitas Edisi 8 Buku 2. Singapore: Elseiver
Lowdermilk, D.L., Perry, S.E. & Cashion.(2014). Maternity Nursing 8th Edition. USA: Elseiver
Mayo Clinic staff (30 July 2015). "Labor and delivery, postpartum care". Mayo Clinic. Retrieved 15 August 2015.
McGuire E (July 2013). "Maternal and infant sleep postpartum". Breastfeeding Review. 21 (2): 38–41. PMID 23957180.
Murray, S.S. & McKinney, E.s. (2007). Foundations of maternal—Newborn nursing.
Singapore: Saunders Elsevier.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of America: Elsevier.
Reeder, Martin & Koniak-Griffin. (2011). Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi, dan Keluarga Edisi 18. Jakarta: EGC
Saleh, A., et. al. (2014). Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Pendekatan Modelling terhadap Pengetahuan, Kemampuan Praktek, dan Percaya Diri Ibu dalam Menstimulasi Tumbuh Kembang Bayi 0-6 Bulan di Kabupaten Maros. http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/4dfd694e7da095c426fa76ffbdf2b3ea.pdf. (Diakses pada tanggal 10 Agustus 2018).
Turner R (1990). "Caesarean Section Rates, Reasons for Operations Vary Between Countries". Fam Plann Perspect. Guttmacher Institute. 22 (6): 281–2. doi:10.2307/2135690. JSTOR 2135690
Yeniel, AO; Petri, E (January 2014). "Pregnancy, childbirth, and sexual function: perceptions and facts". International urogynecology journal. 25 (1): 5–14. doi:10.1007/s00192-013-2118-7. PMID 23812577.