BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sebagai salah satu komponen yang penting dalam keperawatan adalah keluarga. Keluarga merupakan unit terkecil setelah individu yang menjadi klien dalam keperawatan (sebagai penerima asuhan keperawatan). Keluarga berperan dalam menentukan cara pemberian asuhan yang dibutuhkan oleh anggota yang membutuhkan. Keluarga menempati posisi di antara individu dan masyarakat sehingga dalam memberikan asuhan keperawatan pada keluarga perawat memperoleh 2 sisi penting yaitu memenuhi kebutuhan perawatan pada individu yang menjadi anggota keluarga dan memenuhi perawatan keluarga yang menjadi bagian dari masyarakat. Untuk itu dalam memberikan asuhan keperawatan perawat perlu juga memperhatikan hal-hal penting antar lain nilai-nilai dan budaya yang di anut oleh keluarga sehingga keluarga dapat menerima dan bekerja sama dangan petugas kesehatan dalam hal ini adalah perawat dalam mencapai tujuan asuhan yang telah ditetapkan. Asuhan keperawatan keluarga merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang di laksanakan oleh perawat yang di berikan di rumah atau tempat tinggal klien.bagi klien beserta keluarga sehingga klien dan keluarga tetap memiliki otonomi untuk memutuskan hal-hal yang berkaitan dangan masalah kesehatan yang di hadapinya. Perawat yang melakukan asuhan bertanggung jawab
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
terhadap peningkatan kemampuan keluarga dalam mencegah timbulnya penyakit, meningkatan dan memelihara kesehatan, serta mengatasi masalah kesehatan. Friedman (2002) menyatakan hingga sepuluh tahun terakhir, tidak banyak perhatian yang diberikan kepada keluarga sebagai objek studi yang sistematik dalam keperawatan. Tetapi sejalan dengan perkembangan ilmu, pengetahuan dan teknologi keperawatan, maka pada saat sekarang keluarga dipandang sebagai klien yang penting dalam mengupayakan peningkatan derajat kesehatan masyarakat secara keseluruhan. Asuhan keperawatan dilakukan berdasarkan tahap perkembangan keluarga yang telah dicapai. Hal ini dilakukan dikarenakan setiap tahap perkembangan keluarga berhubungan dengan tugas perkembangan keluarga dan masalah kesehatan yang berbeda di setiap tahap tingkatannya. Perbedaan ini yang menimbulkan aktivitas asuhan, pendekatan dan target pencapaian menjadi berbeda pula. Keluarga baru (Childbearing Family) merupakan tahap perkembangan keluarga ke II, Friedman (2002), yang dimulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai bayi berusia 30 bulan. Menurut sebagian besar orang menyatakan bahwa tahap ini merupakan tahap penuh stressor karena merupakan tahap transisi menjadi orang tua. Sebuah ketidakseimbangan bisa terjadi sehingga bisa menimbulkan krisis keluarga yang dapat berakhir dengan perasaan tidak memadai menjadi orang tua dan menyebabkan gangguan dalam hubungan pernikahan. Berdasarkan paparan di atas, maka penulis akan memaparkan mengenai Asuhan Keperawatan Keluarga pada Keluarga Childbearing yang dilakukan oleh perawat untuk mengelola stressor yang mungkin timbul dan bersama keluarga Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
menentukan pemecahan permasalahan tersebut, sehingga keluarga mampu secara mandiri menyelesaikan tugas perkembangannya, mengenali dan menyelesaikan masalah kesehatannya dan pada akhirnya mampu tampil sebagai sebuah keluarga mandiri, sejahtera, produktif dan menjalankan seluruh fungsi keluarga dengan baik. B. Masalah Permasalahan yang dapat dirumuskan dalam makalah ini adalah bagaimana gambaran pemberian asuhan keperawatan pada keluarga Childbearing ? C. Tujuan Tujuan penulisan makalah ini adalah : 1. Tujuan Umum Tujuan umum adalah untuk mendapatkan gambaran dari asuhan keperawatan pada keluarga Childbearing 2. Tujuan Khusus Tujuan khususnya adalah : 1 Menggambarkan konsep keluarga Childbearing 2 Menggambarkan pengkajian yang dilakukan pada keluarga 3
Childbearing Menggambarkan
4
Childbearing Menggambarkan
diagnosis perencanaan
keperawatan keperawatan
pada pada
keluarga keluarga
Chilbearing D. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan makalah ini adalah makalah ini terdiri dari 5 (lima) bab yang terdiri dari : Bab I Bab ini berisi tentang pendahuluan yang memuat latar belakang, tujuan, masalah dan sistematika penulisan.
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
Bab II
Bab ini berisi tentang tinjauan pustaka yang memuat Konsep Keluarga, konsep keluarga Chilbearing
dan Konsep Asuhan
Bab III
Keperawatan Bab ini berisi tentang tinjauan kasus keluarga, pengkajian,
Bab IV
diagnosis dan rencana intervensi keperawatan Bab ini berisi tentang pembahasan kasus asuhan keperawatan
Bab V
keluarga Bab ini berisi tentang penutup yang memuat kesimpulan dan saran
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP KELUARGA 1
Pengertian Keluarga adalah dua atau lebih yang tergabung karena hubungan darah,
hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam peranannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan (Bailon & Maglaya, 1989). Alasan keluarga sebagai unit pelayanan keperawatan menurut Friedman, (2002) keluarga adalah sebagai unit utama dari masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat. Keluarga sebagai kelompok Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan keluarga dalam kelompoknya sendiri, masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, penyakit pada salah satu anggota keluarga juga akan mempengaruhi seluruh keluarga tersebut. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai usaha kesehatan masyarakat, perawat dapat menjangkau seluruh masyarakat melalui keluarga. Dalam memelihara klien sebagai individu keluarga tetap berperan dalam pengambilan keputusan dalam melakukan pemeliharaan anggota keluarga. Keluarga merupakan lingkungan yang serasi untuk mengembangkan potensi tiap individu yang menjadi anggota dalam keluarga. Sedangkan tujuan perawatan kesehatan keluarga adalah memungkinkan keluarga untuk mengelola masalah kesehatan dan mempertahankan fungsi dan melindungi keluarga serta memperkuat pelayanan kepada masyarakat tentang perawatan kesehatan.
2. Tipe-tipe Keluarga a. Keluarga inti (Nuclear Family) yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anaknya dalam satu rumah. b. Keluarga besar (Extended Family) yaitu keluarga inti di tambah dengan sanak saudara, misalnya kakek, nenek, bibi, keponakan, saudara sepupu dll.
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
c. Keluarga berantai (Serial Family) yaitu keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti. d. Keluarga duda/ janda (Single Family) yaitu keluarga yang terjadi perceraian atau kematian. e. Keluarga berkomposisi (Composite) yaitu keluarga yang perkawinanya berpoligami dan hidup bersama. f. Keluarga kabitas (Cohabitation) yaitu dua orang yang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.
3. Asuhan Keperawatan Keluarga Menurut Setyowati dan Murwarni (2008), asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan melalui praktek keperawatan kepada keluarga, untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan keluarga tersebut dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Tujuan umum asuhan keluarga adalah ditingkatkannya kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya secara mandiri dalam mengenal masalah kesehatan keluarga, memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan keluarga, melakukan tindakan keperawatan kesehatan kepada anggota keluarga yang sakit, mempunyai gangguan fungsi tubuh, dan atau yang membutuhkan bantuan/asuhan keperawatan, memelihara lingkungan (fisik, psikis dan sosial) sehingga menunjang peningkatan kesehatan keluarga, memanfaatkan
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
sumber daya yang ada di masyarakat misalnya : puskesmas, puskesmas pembantu, kartu sehat, dan posyandu untuk memperoleh pelayanan kesehatan. a. Pengkajian keluarga dan individu di dalam keluarga Yang termasuk pada pengkajian keluarga adalah : 1) Mengidentifikasi data demografi dan sosiokultural 2) Data lingkungan 3) Struktur dan fungsi keluarga 4) Stress dan strategi koping yang digunakan keluarga 5) Perkembangan keluarga Sedangkan yang termasuk pada pengkajian terhadap individu sebagai anggota keluarga, adalah pengkajian fisik, mental, emosi, sosial dan spiritual. b. Diagnosis Diagnosis keperawatan keluarga dianalisis dari hasil pengkajian terhadap adanya masalah dalam tahap perkembangan keluarga, lingkungan keluarga, struktur keluarga, fungsi – fungsi keluarga dan koping keluarga, baik yang bersifat aktual, resiko maupun sejahtera dimana perawat memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk melaksanakan tindakan keperawatan bersama – sama dengan keluarga dan berdasarkan kemampuan dan sumber daya keluarga (Setyowati dan Murwarni, 2008). Diagnosis keperawatan adalah keputusan tentang respon keluarga tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuann asuhan keperawatan keluarga sesuai dengan kewenangan perawat (Setiadi, 2008). Tahap dalam diagnosis keperawatan keluarga antara lain analisis data, perumusan masalah dan prioritas masalah. Komponen diagnosis keperawatan keluarga meliputi problem, etiologi dan sign/simpton. Perumusan diagnosis keperawatan keluarga sama dengan diagnosis klinik yang dapat dibedakan menjadi 5 (lima) kategori yaitu : a. Aktual (terjadi defisit/gangguan kesehatan) Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
b. Resiko (ancaman kesehatan) c. Wellness (keadaan sejahtera) d. Sindrom Prioritas dari diagnosa keperawatan yang ditemukan dilakukan jika diagnosis keperawatan ditemukan dihitung dengan menggunakan skala prioritas (Skala Baylon dan Maglaya) sebagai berikut :
No
Kriteria
Bobot
Skor
1.
Sifat masalah
1
Aktual = 3 Resiko = 2 Potensial = 1
2.
Kemungkinan masalah
2
Mudah = 2 Sebagian = 1 Tidak dapat = 0
1
Tinggi = 3 Cukup = 2 Rendah = 1
1
Segera diatasi = 2 Tidak segera diatasi = 1 Tidak dirasakan adanya masalah =
untuk dipecahkan 3.
Potensi masalah untuk dicegah
4.
Menonjolnya masalah
0 c. Perencanaan Perencanaan diawali dengan merumuskan tujuan yang ingin dicapai serta rencana tindakan untuk mengatasi masalah yang ada. Tujuan di rumuskan untuk mengatasi atau meminimalkan stressor dan intervensi dirancang berdasarkan tiga tingkat pencegahan. Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Penetapan tujuan jangka panjang ( tujuan umum ) mengacu pada bagaimana mengatasi problem atau masalah di keluarga, sedangkan penetapan tujuan jangka pendek (tujuan khusus) mengacu pada bagaimana mengatasi etiologi. Contoh pembuatan rencana keperawatan keluarga seperti pada tabel di bawah ini :
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
Diagnosis Keperawatan
Tujuan
Evaluasi Kriteria
Standar
Rencana Intervensi
d. Implementasi Implementasi merupakan langkah yang dilakukan setelah perencanaan program. Program dibuat untuk menciptakan keinginan berubah dari keluarga, dan memandirikan keluarga. Pada tahap ini perawat tidak bekerja sendiri, tetapi perlu melibatkan secara integrasi semua profesi kesehatan yang menjadi tim perawatan kesehatan di rumah. e. Evaluasi Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Evaluasi merupakan sekumpulan informasi yang sistematik berkenaan dengan program kerja dan efektivitas dari serangkaian program yang digunakan terkait program kegiatan, karakteristik dan hasil yang telah dicapai. Evaluasi dilaksanakan dengan tujuan mendapatkan informasi tentang : 1) Efektifitas dan efisiensi program 2) Kesesuaian program dengan rencana dan tuntutan keluarga 3) Pencapaian tujuan yang telah ditetapkan 4) Masalah yang muncul dalam pengembangan program
dan
penyelesaiannya. 4. Peran Perawat Dalam Asuhan Keperawatan Keluarga Menurut Setiadi (2008) dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, ada beberapa peranan yang dapat dilakukan oleh perawat antara lain adalah : a. Pengenal kesehatan (health monitor) b. Pemberi pelayanan pada anggota keluarga yang sakit c. Koordinator pelayanan kesehatan dan keperawatan kesehatan keluarga d. Fasilitator e. Pendidik kesehatan f. Penyuluh dan konsultan 5. Level/Tingkatan Praktik Keperawatan Keluarga Terdapat beberapa level / tingkatan keperawatan keluarga menurut Bozzet, 1987 dalam Friedman (1998) yang dikutip Achjar, H (2010) yaitu : a. Level 1 Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
Individu merupakan fokus intervensi dan keluarga sebagai background. Keluarga dipandang sebagai konteks bagi klien yang merupakan latar belakang atau fokus sekunder, sedangkan individu merupakan bagian terdepan atau fokus primer yang berkaitan dengan pengkajian dan intervensi keperawatan. Dalam hal ini perawat keluarga, dapat menganggap keluarga sebagai bagian sistem pendukung sosial klien tetapi hanya dengan sedikit keterlibatan keluarga dalam rencana perawatan klien. b. Level 2 Keluarga sebagai penjumlahan dari anggota – anggotanya (keluarga sebagai kumpulan dari anggota keluarga). Dalam praktek keperawatan keluarga, keluarga dipandang sebagai kumpulan dari anggota keluarga, sehingga asuhan keperawatan bisa digunakan untuk seluruh anggota keluarga tersebut. Asuhan keperawatan diberikan bukan hanya pada satu individu, tetapi bisa lebih individu. c. Level 3 Subsistem dalam keluarga bisa dilihat dari hubungan antara anggota – anggota keluarga. Subsistem keluarga merupakan pusat perhatian sebagai penerima pengkajian dan intervensi keperawatan keluarga. d. Level 4 Seluruh anggota keluarga merupakan fokus intervensi. Keluarga dipandang sebagai klien atau sebagai fokus utama pengkajian dan perawatan keluarga. Keluarga menjadi yang utama dengan anggota keluarga sebagai latar belakang atau konteks. Keluarga sebagai sistem yang berinteraksi, adanya saling ketergantungan antara subsistem keluarga dengan keseluruhan keluarga dan lingkungan sekitar. B.
KONSEP KELUARGA CHILDBEARING 1. Pengertian Menurut Duvall & Miller (1985) dalam Friedman (2002), keluarga Childbearing adalah keluarga yang dimulai dengan kelahiran anak pertama dan
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
berlanjut sampai bayi berusia 30 bulan. Keluarga childbearing adalah keluarga yang berada pada tahap perkembangan ke II . Menurut Rodgers dalam Friedman (1998), keluarga Chilbearing adalah keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan (2,5 tahun). Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan secara umum bahwa keluarga Childbearing adalah keluarga yang berada pada tahap perkembangan ke II mulai dari kehamilan sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan. 2. Tugas Perkembangan Keluarga Childbearing Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan menimbulkan krisis keluarga. Studi klasik Le Master (1957) dalam Friedman (2002) dari 46 orang tua dinyatakan 17% tidak bermasalah, dan selebihnya bermasalah dalam hal suami merasa diabaikan, peningkatan perselisihan dan argumen, interupsi dalam jadual kontinyu dan kehidupan seksual dan sosial terganggu dan menurun. Menurut Duvall & Miller (1985) dan Charter & McGoldrick (1988) dalam Friedman (2002), tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah: 1. Membentuk
keluarga
muda
sebagai
sebuah
unit
yang
mantap
(mengintegrasikan bayi baru ke keluarga) 2. Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan anggota keluarga 3. Mempertahankan
hubungan
perkawinan
yang
memuaskan
dengan
pasangan 4. Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran orangtua dan kakek nenek dalam pengasuhan
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
Menurut Spradley( ) tugas perkembangan keluarga Childbearing adalah: persiapan untuk bayi, penataan role masing-masing dan tanggung jawab, persiapan biaya, adaptasi dengan pola hubungan seksual, pengetahuan tentang kehamilan, persalinan dan menjadi orang tua.
3. Perhatian Pelayanan Kesehatan Perhatian pelayanan kesehatan yang menjadi fokus utama asuhan keperawatan pada keluarga childbearing menurut Friedman (2002), adalah : a. Persiapan untuk pengalaman melahirkan Kehamilan dan kelahiran bayi perlu dipersiapkan pasangan suami istri. Saat Kehamilan terjadi adaptasi maternal yang merupakan proses sosial dan kognitif yang kompleks bukan hanya berdasarkan naluri tetapi dipelajari. Awal kehamilan istri biasanya banyak tidur dan mempunyai keinginan untuk berhenti dari aktivitas sehari – hari yang penuh tuntutan dan rutinitas. Trimester ke II mulai mengalihkan perhatian ke dalam kandungannya. Trimester III perlambatan aktivitas dan waktu terasa cepat berlalu sehingga aktivitas dibatasi. Istri mulai mengubah konsep dirinya menjadi siap menjadi orang tua. b. Transisi menjadi orang tua Perawat perlu memfasilitasi hubungan orang tua dan bayi yang positif dan hangat, sehingga jalinan kasih sayang antara bayi dan orang tua tercapai. Ibu dan Ayah kadang – kadang secara tiba – tiba berselisih dengan semua peran yang mengasyikan yang telah dipercayakan. c. Perawatan bayi yang sehat Ibu yang pertama kali mempunyai anak akan banyak meminta bantuan di dalam proses perawatan bayinya. Banyaknya nasehat dari orang tua, tetangga, teman dan lingkungan terkadang membuat ibu baru merasa kebingungan. Kelelahan secara fisik dan emosional dapat membuat ibu baru mengalami post partum blues dan perasaan tidak berdaya. Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
d. Mengenali secara dini dan menangani masalah – masalah kesehatan fisik anak dengan tepat Keluarga baru belum mempunyai pengalaman mengenai proses pengasuhan dan perawatan anak terutama mengenai tanda dan gejala suatu kondisi sakit. Mereka
banyak membutuhkan bantuan untuk melakukan tindakan
mendapatkan pelayanan kesehatan. Kebanyakan belajar dan mendapatkan pengetahuan dari orang tua atau teman yang telah lebih dulu mempunyai anak. e. Imunisasi Keluarga baru banyak yang sudah memahami pentingnya mengimunisasikan bayinya. Tetapi pada sebagian budaya yang menolak untuk melakukan tindakan ini dikarenakan kepercayaan imunisasi akan menimbulkan sakit. f.
Penyuluhan dan bantuan layanan kesehatan juga dibutuhkan oleh keluarga. Pertumbuhan dan perkembangan yang normal Pertumbuhan dan perkembangan anak menjadi perhatian yang penting. Pada masa ini anak sedang berada pada proses interaksi dan adaptasi dengan lingkungan
baru.
Keluarga
perlu
diberitahukan
untuk
melakukan
pengawasan terhadap tumbuh kembang anak dengan secara teratur membawa anak ke pelayanan kesehatan seperti posyandu, puskesmas atau petugas kesehatan terdekat. Sehingga dapat teridentifikasi kondisi gangguan dari tumbuh kembang anak.
4. Masalah Yang Lazim Terjadi Pada Keluarga Childbearing Tahap ini dimulai dengan kehamilan dan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai bayi berusia 30 bulan. Transisi menjadi orang tua adalah salah satu kunci dalam siklus kehidupan keluarga, dan sistem permanen dalam keluarga mulai terbentuk. Masa menjadi orang tua ini bagi sebagian orang merupakan masa transisi kehidupan yang penuh stress, periode ketidakseimbangan, Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
memerlukan banyak perubahan yang dapat menyebabkan krisis keluarga, perasaan tidak memadai jadi orang tua, dan menyebabkan gangguan hubungan pernikahan. Stressor yang paling sering adalah kehilangan kebebasan personal akibat tanggung jawab menjadi orang tua, kurangnya waktu dan hubungan persahabatan dalam pernikahan sering teridentifikasi. Penyesuaian menjadi orang tua menjadi hal penting karena kehadiran bayi sebagai anggota baru membutuhkan perubahan yang tiba – tiba sampai menuntut peran yang tidak henti – hentinya. Perasaan tidak memadai, kurangnya bantuan dari keluarga dan teman, saran yang bertentangan dan profesional pelayanan kesehatan. Ibu biasanya sangat kelelahan baik secara fisik maupun psikologis dan terbebani dengan tugas rumah tangga dan mungkin oleh tanggung jawab pekerjaan. Pola komunikasi pernikahan yang baru, berkembang dengan hadirnya seorang anak, pola hubungan antar pasangan dan sebagai orang tua menunjukkan pola transaksional yang berubah drastis. Friedman, (2002) mengobservasi bahwa orang tua bayi sedikit berbicara satu sama lain, sedikit memiliki kesenangan, kurang menstimulasi percakapan dan kualitas pernikahan menurun sehingga pada tahap ini kebahagiaan pernikahan lebih rendah. Penyesuaian dengan keluarga besar dan teman – teman juga terjadi, akses terhadap jaringan kerja dan sistem dukungan sosial untuk menerima kepuasan dan memiliki perasaan positif tentang kehidupan keluarga, keluarga muda juga perlu mengetahui kapan mereka membutuhkan bantuan dan dari mana mereka mendapatkannya serta kapan mereka harus bergantung pada sumber – sumber dan kekuatan dari dalam diri mereka sendiri.
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
Hubungan pernikahan yang kuat dan aktif turut berperan dalam kestabilan dan moralitas keluarga. Hubungan suami istri yang memuaskan akan memberikan kekuatan dan energi pada pasangan untuk diberikan kepada bayinya.
5. Kehamilan Berdasarkan definisi
bahwa keluarga Childbearing adalah
keluarga yang dimulai dengan kehamilan sampai kelahiran hingga anak pertama berusia 30 bulan, maka perlu juga pembahasan tentang kehamilan dan perubahan peran apa saja yang terjadi dalam keluarga terkait dengan kehamilan. Ibu Hamil (Maternal) adalah: suatu kondisi dimana seorang perempuan mengalami suatu kondisi kehamilan. Kehamilan adalah suatu kondisi yang terjadi bila ada pertemuan dan persenyawaan antara sel telur (ovum)
dan
sel
mani
(spermatozoa).
Kehamilan terbagi atas trimester I (1 – 14 minggu), trimester II (14 – 28 minggu), trimester III (28 – 42 minggu). Masalah-masalah yang sering terjadi pada ibu hamil adalah : 1 Respon terhadap perubahan citra tubuh Perubahan fisiologis kehamilan menimbulkan perubahan bentuk tubuh yang cepat dan nyata. Selama trimester I bentuk tubuh sedikit berubah, tetapi pada trimester II pembesaran abdomen yang nyata, penebalan pinggang dan pembesaran payudara memastikan status kehamilan. Wanita merasa seluruh tubuhnya bertambah besar dan menyita ruang yang lebih luas. Perasaan ini semakin kuat seiring bertambahnya usia kehamilan. Secara bertahap terjadi kehilangan batasan – batasan fisik secara pasti, yang berfungsi memisahkan diri sendiri dari orang lain dan memberi rasa aman. Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
Sikap wanita terhadap tubuhnya di duga dipengaruhi oleh nilai – nilai yang diyakininya dan sifat pribadinya. Sikap ini sering berubah seiring kemajuan kehamilan. Sikap positif terhadap tubuh biasanya terlihat selama trimester I. Namun, seiring kemajuan kehamilan, perasaan tersebut menjadi lebih negatif. Pada kebanyakan wanita perasaan suka atau tidak suka terhadap tubuh mereka dalam keadaan hamil bersifat sementara dan tidak menyebabkan perubahan persepsi yang permanen tentang diri 2
mereka. Ambivalensi selama masa hamil Ambivalensi didefinisikan sebagai konflik perasaan yang simultan, seperti cinta dan benci terhadap seseorang, sesuatu, atau suatu keadaan. Ambivalensi adalah respon normal yang dialami individu yang mempersiapkan diri untuk suatu peran baru. Kebanyakan wanita memiliki sedikit perasaan ambivalen selama hamil. Bahkan wanita yang bahagia dengan kehamilannya, dari waktu ke waktu dapat memiliki sikap bermusuhan terhadap kehamilan atau janin. Pernyataan pasangan tentang kecantikan seorang wanita yang tidak hamil atau peristiwa promosi seorang kolega ketika keputusan untuk memiliki seorang anak berarti melepaskan pekerjaan dapat meningkatkan rasa ambivalen. Sensasi tubuh, perasaan bergantung, dan kenyataan tanggung jawab dalam merawat anak dapat memicu perasaan tersebut. Perasaan ambivalen berat yang menetap sampai trimester III dapat mengindikasikan bahwa konflik peran sebagai
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
ibu belum diatasi (Lederman, 1984). Setelah kelahiran seorang bayi yang sehat, kenangan akan perasaan ambivalen ini biasanya lenyap. Apabila bayi yang lahir cacat, seorang wanita kemungkinan akan mengingat kembali saat – saat ia tidak menginginkan anak tersebut dan merasa sangat bersalah. Tanpa penyuluhan dan dukungan yang memadai, ia dapat menjadi yakin bahwa perasaan 3
ambivalennya telah menyebabkan anaknya cacat. Hubungan seksual Ekspresi seksual selama masa hamil bersifat individual Beberapa pasangan menyatakan puas dengan hubungan seksual mereka, sedangkan yang lain mengatakan sebaliknya. Perasaan yang berbeda – beda ini dipengaruhi oleh faktor – faktor fisik, emosi, dan interaksi, termasuk takhayul tentang seks selama masa hamil, masalah disfungsi seksual, dan perubahan fisik pada wanita. Dengan berlanjutnya kehamilan, perubahan bentuk tubuh, citra tubuh, dan rasa tidak nyaman mempengaruhi keinginan kedua belah pihak untuk menyatakan seksualitas mereka. Selama trimester I seringkali keinginan seksual wanita menurun, terutama jika ia merasa mual, letih, dan mengantuk. Saat memasuki trimester II kombinasi antara perasaan sejahteranya dan kongesti pelvis yang meningkat dapat sangat meningkatkan keinginannya untuk melampiaskan seksualitasnya. Pada trimester III peningkatan keluhan somatik (tubuh) dan ukuran tubuh dapat menyebabkan kenikmatan dan rasa tertarik terhadap seks menurun (Rynerson,
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
Lowdermilk, 1993). Pasangan tersebut perlu merasa bebas untuk membahas hubungan seksual mereka selama masa hamil. Kepekaan individu yang satu terhadap yang lain dan keinginan untuk berbagi masalah dapat menguatkan hubungan seksual mereka. Komunikasi antara pasangan merupakan hal yang penting. Pasangan yang tidak memahami perubahan fisiologis dan emosi, yang terjadi dengan cepat selama masa hamil, dapat menjadi bingung saat melihat perilaku pasangannya. Dengan membicarakan perubahan – perubahan yang mereka alami, pasangan dapat mendefinisikan masalah mereka dan menawarkan dukungan yang diperlukan. Perawat dapat memperlancar komunikasi antar pasangan dengan berbicara kepada pasangan tentang perubahan perasaan dan perilaku yang mungkin dialami wanita selama masa 4
hamil (Rynerson, Lowdermilk, 1993) Kekhawatiran tentang janin Kekhawatiran orang tua terhadap kesehatan anak berbeda – beda selama masa hamil (Gaffney, 1988). Kekhawatiran pertama timbul pada trimester I dan berkaitan dengan kemungkinan terjadinya keguguran.
Banyak
wanita
yang
sengaja
tidak
mau
memberitahukan kehamilannya kepada orang lain sampai periode ini berlalu. Ketika janin menjadi semakin jelas, yang terlihat dengan adanya gerakan dan denyut jantung, Kecemasan orang tua yang terutama ialah kemungkinan cacat pada anaknya. Orang tua mungkin akan membicarakan rasa cemasnya ini secara terbuka dan
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
berusaha untuk memperoleh kepastian bahwa anaknya dalam keadaan sempurna. Pada tahap lanjut kehamilan, rasa takut bahwa anaknya dapat meninggal semakin melemah. Kemungkinan kematian ini terbukti semakin tidak dipikirkan orang tua. Tugas Perkembangan Ibu Hamil (Maternal) : 1 Menerima Kehamilan Langkah pertama dalam beradaptasi terhadap peran ibu ialah menerima ide kehamilan dan mengasimilasi status hamil ke dalam gaya hidup wanita tersebut (Lederman, 1984). Tingkat penerimaan dicerminkan dalam kesiapan wanita dan respons emosionalnya dalam menerima kehamilan. Kesiapan menyambut kehamilan Ketersediaan keluarga berencana mengandung makna bahwa kehamilan bagi banyak wanita merupakan suatu komitmen tanggung jawab bersama pasangan. Namun, merencanakan suatu kehamilan tidak selalu berarti menerima kehamilan (Entwistle, Doering, 1981).Wanita lain memandang kehamilan sebagai suatu hasil alami hubungan perkawinan, baik diinginkan maupun tidak diinginkan, bergantung pada keadaan. Wanita yang siap menerima suatu kehamilan akan dipicu gejala - gejala awal untuk mencari validasi medis tentang kehamilannya. Beberapa wanita yang memiliki perasaan kuat, seperti “tidak sekarang,” bukan saya,” dan “ tidak yakin,” mungkin menunda mencari pengawasan dan perawatan (Rubin, 1970). Namun , beberapa wanita menunda validasi medis karena akses keperawatan terbatas, merasa malu,
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
atau alasan budaya. Untuk orang lain, kehamilan dipandang sebagai suatu peristiwa alami, sehingga tidak perlu mencari validasi medis dini. Setelah kehamilan dipastikan respon emosi wanita dapat bervariasi, dari perasaan sangat gembira sampai syok, tidak yakin, dan putus asa. Reaksi yang diperlihatkan banyak wanita ialah respon” suatu hari nanti, tetapi tidak sekarang.” Wanita lain dengan sederhana menerima kehamilan sebagai kehendak alam. Banyak wanita mula- mula terkejut ketika mendapatkan diri mereka hamil. Namun, seiring meningkatnya penerimaan terhadap kehadiran seorang anak, akhirnya mereka menerima kehamilan. Tidak menerima kehamilan tidak dapat disamakan dengan menolak anak. Seorang wanita mungkin tidak menyukai kenyataan dirinya hamil, tetapi agar anak itu dilahirkan. Respon Emosional Wanita yang bahagia dan senang dengan kehamilannya sering memandang hal tersebut sebagai pemenuhan biologis dan merupakan bagian dari rencana hidupnya. Mereka memiliki harga diri yang tinggi dan cenderung percaya diri akan hasil akhir untuk dirinya sendiri, untuk bayinya, dan untuk anggota keluarga yang lain. Meskipun secara umum keadaan mereka baik, namun kelabilan emosional yang terlihat pada perubahan mood yang cepat untuk dijumpai pada wanita hamil. Perubahan mood yang cepat dan peningkatan sensitifitas terhadap orang lain ini membingungkan calon ibu dan orang- orang di
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
sekelilingnya. Peningkatan iritabilitas, uraian air mata dan kemarahan serta perasaan suka cita, serta kegembiraan yang luar biasa muncul silih berganti hanya karena suatu provokasi kecil atau tanpa provokasi sama sekali. Perubahan hormonal yang merupakan bagian dari respon ibu terhadap kehamilan, dapat menjadi penyebab perubahan mood, hampir sama seperti saat akan menstruasi atau selama menopause. Alasan lain, seperti masalah seksual atau rasa takut terhadap nyeri selama melahirkan, juga dijadikan penjelasan timbulnya perilaku yang tidak menentu ini. Seiring kemajuan kehamilan, wanita lebih menjadi terbuka tentang terhadap diri sendiri dan orang lain. Ia bersedia membicarakan halhal yang tidak pernah dibahas atau yang dibahas hanya dalam keluarga dan tampak yakin bahwa pikiran- pikirannya dan gejala gejala yang dialaminya akan menarik untuk si pendengar yang dianggapnya protektif. Keterbukaan ini, disertai kesiapan untuk belajar, meningkatkan kesempatan untuk bekerja sama dengan wanita hamil dan meningkatkan kemungkinan diselenggarakannya perawatan yang efektif dan terapeutik untuk mendukung kehamilan. Apabila anak tersebut diingingkan, rasa tidak nyaman yang timbul akibat kehamilan cenderung dianggap sebagai suatu iritasi dan upaya dilakukan untuk meredakan rasa nyaman tersebut biasanya membawa keberhasilan. Rasa senang yang timbul karena memikirkan anak yang akan lahir dan perasaan dekat dengan anak
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
membantu menyesuaikan diri terhadap rasa tidak nyaman ini. Pada beberapa keadaan wanita yang biasanya mengeluhkan ketidak nyamanan fisik dapat mencari bantuan untuk mengatasi konflik peran ibu dan tanggung jawabnya. Pengkajian lebih lanjut tentang toleransi dan kemampuan koping perlu dilakukan 2
(Lederman, 1984) Mengenal peran ibu Proses mengidentifikasi peran ibu dimulai pada awal setiap kehidupan seorang wanita, yakni melalui memori - memori ketika ia, sebagai seorang anak, diasuh oleh ibunya. Persepsi kelompok sosialnya mengenai peran feminim juga membuatnya condong memilih peran sebagai ibu atau wanita karir, menikah atau tidak menikah, dan mandiri dari pada interdependen. Peran - peran batu loncatan, seperti bermain dengan boneka, menjaga bayi, dan merawat adik - adik, dapat meningkatkan pemahaman tentang arti menjadi seorang ibu. Banyak wanita selalu menginginkan seorang bayi, menyukai anak - anak, dan menanti untuk menjadi seorang ibu. Mereka sangat dimotivasi untuk menjadi orang tua. Hal ini mempengaruhi penerimaan mereka terhadap kehamilan dan akhirnya terhadap adaptasi prenatal dan adaptasi menjadi orang tua (Grossman, Eichler, Winckooff,1980 ;Lederman, 1984). Wanita yang lain tidak mempertimbangkan dengan terinci arti menjadi seorang ibu bagi diri mereka sendiri. Konflik selama masa
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
hamil, seperti tidak menginginkan kehamilan dan keputusan 3
keputusan yang berkaitan denga karir dan anak harus diselesaikan, Hubungan Ibu – Anak Ikatan emosional dengan anak mulai timbul pada periode prenatal, yakni ketika wanita mulai membayangkan dan melamunkan dirinya menjadi ibu (Rubin, 1975; Gaffney, 1988a). Mereka mulai berpikir
seakan-akan
dirinya
adalah
seorang
ibu
dan
membayangkan kualitas ibu seperti apa yang mereka miliki. Orang tua yang sedang menantikan bayi berkeinginan untuk menjadi orang tua yang hangat, penuh cinta, dan dekat dengan anaknya. Mereka mencoba untuk mengantisipasi perubahan - perubahan yang mungkin terjadi pada kehidupannya akibat kehadiran sang anak dan membayangkan apakah mereka bisa tahan terhadap kebisingan, kekacauan, kurangnya
kebebasan,
dan bentuk
perawatan yang harus mereka berikan. Mereka mempertanyakan kemampuan mereka untuk membagi kasih mereka kepada anak yang belum dilahirkan ini. Rubin (1967) menemukan bahwa wanita “ menerapkan “dan menguji perannya sebagai ibu dengan mengambil contoh ibunya sendiri atau wanita lain pengganti ibu yang memberi pelayanan, dukungan, atau berperan sebagai sumber informasi dan pengalaman. Hubungan ibu - anak terus berlangsung sepanjang masa hamil sebagai suatu proses 4
perkembangan(Rubin, 1975) Persiapan melahirkan
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
Banyak wanita khususnya Nulipara, secara aktif mempersiapkan diri untuk menghadapi persalinan. Mereka membaca buku, menghadiri kelas untuk orang tua, dan berkomunikasi dengan wanita lain (ibu, saudara perempuan, teman, orang yang tidak dikenal).Mereka akan mencari orang terbaik untuk memberi nasihat, arahan, dan perawatan (Patterson, Freese, Goldenberg, 1990). Rasa cemas dapat timbul akibat kekhawatiran akan proses 5
kelahiran yang aman untuk dirinya dan anaknya (Rubin, 1975). Hubungan dengan Pasangan Orang yang paling penting bagi seorang wanita hamil biasanya ialah ayah sang anak (Richardson,1983). Semakin banyak bukti menunjukkan bahwa wanita yang diperhatikan dan dikasihi oleh pasangan prianya selama hamil akan menunjukkan lebih sedikit gejala emosi dan fisik, lebih sedikit komplikasi persalinan, dan lebih
mudah
melakukan
penyesuaian
selama
masa
nifas
(Grossman,Eichler,Winckoff,1980; May,1982). Ada 2 kebutuhan utama
yang
ditunjukkan
wanita
selama
ia
hamil
(Richardson,1983). Kebutuhan pertama ialah menerima tanda – tanda bahwa ia dicintai dan dihargai. Kebutuhan kedua ialah merasa yakin akan penerimaan pasangannya terhadap sang anak dan mengasimilasi bayi tersebut ke dalam kelurga. Rubin (1975) menyatakan bahwa wanita hamil harus “memastikan tersedianya akomodasi sosial dan fisik dalam keluarga dan rumah tangga untuk anggota baru tersebut.” Hubungan pernikahan tidak tetap,
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
tetapi berubah dari waktu ke waktu. Bertambahnya seorang anak akan mengubah sifat ikatan pasangan untuk selama – lamanya. Lederman (1984) melaporkan bahwa hubungan istri dan suami bertambah dekat selama masa hamil. Dalam studinya, ia mengatakan
bahwa
kehamilan
berdampak
mematangkan
hubungan suami – istri akibat peran dan aspek – aspek baru yang ditemukan dalam diri masing – masing pasangan. 6
Kesiapan untuk melahirkan Menjelang akhir trimester III, wanita akan mengalami kesulitan napas
dan
gerakan janin menjadi cukup kuat
sehingga
mengganggu tidur ibu. Nyeri pinggang, sering berkemih, keinginan untuk berkemih, konstipasi, dan timbulnya varies dapat sangat mengganggu. Ukuran tubuh yang besar dan rasa canggung mengganggu kemampuannya melakukan pekerjaan rumah tangga rutin, dan mengambil posisi yang nyaman untuk tidur dan istirahat. Pada saat ini kebanyakan wanita akan tidak sabar untuk menjalani persalinan, apakah disertai rasa suka cita, rasa takut, atau campuran keduanya. Keinginan yang kuat untuk melihat hasil akhir kehamilannya dan untuk segera menyelesaikannya membuat wanita siap masuk ke tahap persalinan.
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing
Asuhan Keperawatan Keluarga Child Bearing