LAPORAN PENDAHULUAN PADA AN. T DENGAN HIPERBILIRUBIN DI RUANG PICU NICU RSUD Dr. Loekmono Hadi Kudus
Disusun Oleh: Rosdiana Putri Arvita
PROGRAM PROFESI NERS STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS TAHUN AJARAN 2017/2018
A. PENGERTIAN
Hiperbilirubin adalah peningkatan kadar bilirubin serum (hiperbilirubinemia) yang disebabkan oleh kelainan bawaan, juga dapat menimbulkan ikterus. (Suzanne C. Smeltzer, 2007) Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang kadar nilainya lebih dari normal (Suriadi, 2007). Nilai normal bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl, bilirubin direk 0,1 – 0,4 mg/dl. Jadi, Hiperbilirubun adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah melebihi batas atas nilai normal bilirubin serum. Sesungguhnya hiperbilirubinemia merupakan keadaan normal pada bayi baru lahir selama minggu pertama, karena belum sempurnanya metabolisme bilirubin bayi. Ditemukan sekitar 25-50% bayi normal dengan kedaan hiperbilirubinemia. Kuning/jaundice pada bayi baru lahir atau disebut dengan ikterus neonatorum merupakan warna kuning pada kulit dan bagian putih dari mata (sklera) pada beberapa hari setelah lahir yang disebabkan oleh penumpukan bilirubin. Gejala ini dapat terjadi antara 25%-50% pada seluruh bayi cukup bulan dan lebih tinggi lagi pada bayi prematur. Walaupun kuning pada bayi baru lahir merupakan keadaan yang relatif tidak berbahaya, tetapi pad usia inilah kadar bilirubin yang tinggi dapat menjadi toksik dan berbahaya terhadap sistim saraf pusat bayi. a) KLASIFIKASI Ada 2 macam icterus menurut (Vian Nanny Lia Dewi, 2010) yaitu : 1. Ikterus fisiologi (direks) a. Timbul pada hari ke-2 atau ke 3 b. kadar bilirubin serum pada bayi cukup bulan tidak lebih dari 10 mg/dl dan 12 mg/dl pada bayi kurang bulan c. Peningkatan kecepatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg/dl per hari d. Ikterus hilang 10-14 hari e. Tidak ada mempunyai hubungan dengan patologis 2. Ikterus patologis a. Ikterus timbul dalam 24 jam pertama kehidupan b. Peningkatan kadar bilirubin 5 mg/dl atau lebih dalam 24 jam
c. Apabila kadar bilirubin serum pada bayi cukup bulan tidak lebih dari 10 mg/dl dan 10 mg/dl pada bayi kurang bulan d. Ikterus menetap setelah 2 minggu e. Mempunyai hubungan dengan hemolitik b) UJI KRAMER Menurut Kramer, ikterus dimulai dari kepala, leher dan seterusnya. Untuk penilaian ikterus, Kremer membagi tubuh bayi baru lahir dalam lima bagian yang di mulai dari kepala dan leher, dada sampai pusat, pusat bagian bawah sampai tumit, tumit pergelangan kaki dan bahu pergelangan tangan dan kaki serta tangan termasuk telapak kaki dan telapak tangan. Cara pemeriksaannya ialah dengan menekan jari telunjuk di tempat yang tulangnya menonjol seperti tulang hidung, tulang dada, lutut, dan lain lain. Kemudian penilaian kadar bilirubin dari tiap tiap nomor di sesuaikan dengan angka rata-rata dalam gambar. Cara ini juga tidak menunjukkan intensitas ikterus yang tepat di dalam plasma bayi baru lahir. Nomor urut menunjukkan arah meluasnya ikterus.
Tabel. Derajat ikterus pada neonatus menurut Kramer
Derajat
Perkiraan
ikterus
Daerah ikterus
kadar bilirubin
I
Kepala dan leher
5,0 mg%
II
Sampai badan atas (di atas umbilikus)
9,0 mg%
III
Sampai badan bawah (di bawah umbilikus) hingga
11,4 mg/dl
tungkai atas (di atas lutut) IV
Sampai lengan, tungkai bawah lutut
12,4 mg/dl
V
Sampai telapak tangan dan kaki
16,0 mg/dl
B. ETIOLOGI
1. Pembentukan bilirubin yang berlebihan. 2. Gangguan pengambilan (uptake) dan transportasi bilirubin dalam hati. 3. Gangguan konjugasi bilirubin. 4. Penyakit Hemolitik, yaitu meningkatnya kecepatan pemecahan sel darah merah. Disebut juga ikterus hemolitik. Hemolisis dapat pula timbul karena adanya perdarahan tertutup. 5. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan, misalnya Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obatan tertentu. 6. Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau toksin yang dapat langsung merusak sel hati dan sel darah merah seperti : infeksi toxoplasma. Siphilis. C. TANDA & GEJALA / MANIFESTASI KLINIS
1.
Kulit berwarna kuning sampe jingga
2.
Pasien tampak lemah
3. Nafsu makan berkurang 4.
Reflek hisap kurang
5.
Urine pekat
6.
Perut buncit
7.
Pembesaran lien dan hati
8.
Gangguan neurologic
9.
Feses seperti dempul
10. Kadar bilirubin total mencapai 29 mg/dl.
11. Terdapat ikterus pada sklera, kuku/kulit dan membran mukosa. 12. Jaundice yang tampak 24 jam pertama disebabkan penyakit hemolitik pada bayi baru lahir, sepsis atau ibu dengan diabetk atau infeksi. 13. Jaundice yang tampak pada hari ke 2 atau 3 dan mencapai puncak pada hari ke 34 dan menurun hari ke 5-7 yang biasanya merupakan jaundice fisiologi. KOMPLIKASI 1. Bilirubin enchepalopathy (komplikasi serius) 2. Kernikterus; kerusakan neurologis, cerebral palsy, retardasi mental, hiperaktif, bicara lambat, tidak ada koordinasi otot dan tangisan yang melengking.
D. PATOFISIOLOGI
Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan. Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat beban bilirubin pada sel hepar yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia. Gangguan pemecahan bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan kadar bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein berkurang, atau pada bayi hipoksia, asidosis. Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin adalah apabila ditemukan gangguan konjugasi hepar atau neonatus yang mengalami gangguan ekskresi misalnya sumbatan saluran empedu. Pada derajat tertentu bilirubin akan bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh. Toksisitas terutama ditemukan pada bilirubin indirek yang bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. Sifat ini memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak apabila bilirubin tadi dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi di otak disebut kernikterus. Pada umumnya dianggap bahwa kadar bilirubin indirek lebih dari 20mg/dl. Mudah tidaknya kadar bilirubin melewati sawar darah otak ternyata tidak hanya tergantung pada keadaan neonatus. Bilirubin indirek akan mudah mel alui sawar darah otak apabila bayi terdapat keadaan berat badan lahir rendah, hipoksia, dan hipoglikemia. (Markum, 1991)
E. PATHWAYS
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium (Pemeriksan Darah) 1. Pemeriksaan billirubin serum. Pada bayi prematur kadar billirubin lebih dari 14 mg/dl dan bayi cukup bulan kadar billirubin 10 mg/dl merupakan keadaan yang tidak fisiologis. 2. Hb, HCT, Hitung Darah Lengkap. 3. Protein serum total. b. USG, untuk mengevaluasi anatomi cabang kantong empedu. c. Radioisotop Scan, dapat digunakan untuk membantu membedakan hapatitis dan
atresia billiari.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penanganan hiperbilirubin pada bayi baru lahir menurut Varney (2007), antara lain : 1. Memenuhi kebutuhan atau nutrisi a. Beri minum sesuai kebutuhan, karena bayi malas minum, berikan berulangulang, jika tidak mau menghisap dot berikan pakai sendok. Jika tidak dapat habis berikan melalui sonde. b. Perhatikan frekuensi buang air besar, mungkin susu tidak cocok (jika bukan ASI) mungkin perlu ganti susu. 2. Mengenal gejala dini mencegah meningkatnya ikterus a. Jika bayi terlihat mulai kuning, jemur pada matahari pagi (sekitar pukul 1- 8 selama 30 menit) b. Periksa darah untuk bilirubin, jika hasilnya masih dibawah7 mg% ulang esok harinya. c. Berikan banyak minum d. Perhatikan hasil darah bilirubin, jika hasilnya 7 mg% lebih segara hubungi dokter, bayi perlu terapi 3. Gangguan rasa aman dan nyaman akibat pengobatan a. Mengusahakan agar bayi tidak kepanasan atau kedinginan b. Memelihara kebersihan tempat tidur bayi dan lngkungannya c. Mencegah terjadinya infeksi ( memperhatikan cara bekerja aseptik)
H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1.
PENGKAJIAN (POLA FUNGSI KESEHATAN) a. Nutrisi Pada umumnya bayi malas minum ( reflek menghisap dan menelan lemah ) sehingga BB bayi mengalami penurunan. b. Eliminasi Biasanya bayi mengalami diare, urin mengalami perubahan warna gelap dan tinja berwarna pucat c. Istirahat Bayi tampak cengeng dan mudah terbangun d. Aktifitas Bayi biasanya mengalami penurunan aktivitas, letargi, hipototonus dan mudah terusik. e. Personal hygiene Kebutuhan personal hygiene bayi oleh keluarga terutama ibu
2.
DIAGNOSA KEPERAWATAN a.
Kerusakan integritas kulit b.d. efek dari phototerapi.
b.
Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d. phototerapi.
c.
Resiko tinggi cedera b.d. meningkatnya kadar bili rubin toksik dan komplikasi berkenaan phototerapi.
d.
Gangguan temperature tubuh (Hipertermia) berhubungan dengan terpapar lingkungan panas.
3. No 1
INTERVENSI KEPERAWATAN Diagnosa Kerusakan integritas kulit b.d. efek dari phototerapi.
NOC Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan integritas kulit kembali baik / normal.
NIC Pressure Management 1. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar 2. Hindari kerutan pada tempat tidur
Tissue Integrity : Skin and Mucous Membranes Kriteria Hasil : Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan Tidak ada luka / lesi pada kulit Perfusi jaringan baik Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera berulang Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami Indicator Skala : 1. Tidak pernah menunjukkan. 2. Jarang menunjukkan 3. Kadang menunjukkan 4. Sering menunjukkan 5. Selalu menunjukkan Setelah dilakukan Resiko tinggi tindakan keperawatan kekurangan volume selama 3x24 jam cairan b.d. diharapkan tidak ada resiko kekurangan cairan phototerapi. pada klien. Kriteria Hasil : 1. TD dalam rentang yang diharapkan 2. Tekanan arteri ratarata dalam rentang yang diharapkan 3. Nadi perifer teraba 4. Keseimbangan intake dan output dalam 24 jam
3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering 4. Mobilisasi pasien setiap 2 jam sekali 5. Monitor kulit akan adanya kemerahan. 6. Oleskan lotion / minyak / baby oil pada daerah yang tertekan 7. Mandikan pasien dengan sabun dan air hangat
2
MONITOR CAIRAN 1. Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan eliminasi 2. Tentukan kemungkinan faktor resiko daari ketidakseimbangan cairan (hipertermia, terapi diuretik, kelainan renal, gagal jantung, diaporesis, disfungsi hati) 3. Monitor berat badan 4. Monitor serum dan elektrolit urine 5. Monitor serum dan
5. Suara nafas tambahan tidak ada 6. Berat badan stabil Indicator Skala :
osmolaritas urine 6. Monitor BP, HR, RR
1. Tidak pernah
3
Resiko tinggi cedera b.d. meningkatnya kadar bilirubin toksik dan komplikasi berkenaan phototerapi.
4
Gangguan temperature tubuh (Hipertermia) berhubungan dengan terpapar lingkungan panas.
menunjukkan. 2. Jarang menunjukkan 3. Kadang menunjukkan 4. Sering menunjukkan 5. Selalu menunjukkan Setelah dilakukan tindakan keperawtan selama 2x 24 jam diharapkan tidak ada resiko cidera. Risk control Kriteria hasil : 1. Klien terbebas dari cidera 2. Klien mampu menjelaskan metode untuk mencegah injuri/ cidera 3. Klien mampu memodifikasi gaya hidup untuk mencegah injuri. Indicator Skala : 1. Tidak pernah menunjukkan. 2. Jarang menunjukkan 3. Kadang menunjukkan 4. Sering menunjukkan 5. Selalu menunjukkan
Setelah dilakukan tindakan keperawtan selama 3x 24 jam diharapkan suhu dalam rentang normal. Termoregulation Kriteria hasil :
Pencegahan jatuh 1. Kaji status neurologis 2. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang tujuan dari metode pengamanan 3. Jaga keamanan lingkungan keamanan pasien 4. Libatkan keluiarga untuk mencegah bahaya jatuh 5. Observasi tingkat kesadaran dan TTV 6. Dampingi pasien
Fever treatment 1. Monitor suhu sesering mingkin 2. Monitor warna dan suhu kulit 3. Monitor tekanan darah, nadi, dan
Suhu tubuh dalam rentang normal Nadi dan respirasi dalam batas normal Tidak ada perubahan warna kulit Indicator Skala : 1. Tidak pernah menunjukkan. 2. Jarang menunjukkan 3. Kadang menunjukkan 4. Sering menunjukkan 5. Selalu menunjukkan
respirasi 4. Monitor intake dan output
4.
PENGGUNAAN REFERENSI
http://www.docstoc.com/docs/159606809/Anak---Hiperbilirubin http://growupclinic.com/2012/05/07/penanganan-terkini-hiperbilirubinemiaatau-penyakit-kuning-pada-bayi-baru-lahir/