BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Anti Streptolisin-O (ASTO) adalah suatu antibody yang dibentuk oleh tubuh terhadap suatu enzim proteolitik. Streptolisin-O Streptolisin-O yang diproduksi oleh ββhemolitik Streptococcus grup A, C humanus dan G dari lancefield danmempunyai aktivitas biologic merusak dinding sel darah merah serta mengakibatkan terjadinya hemolisis. Penentuan tes ASTO digunakan untuk membantu menegakkan diagnose dari penyakit demam rheumatic (rheumatic fever) dan glomerulonefritis akusta, serta meramalkan kemungkinan terjadinya kambuh pada kasus demam rheumatic. ASTO merupakan antibody yang paling dikenal dan paling sering digunakan untuk indicator terdapatnya infeksi Streptococcus. Lebih kurang 80% penderita demam rheumatic / penyakit jantung reumatik didapatkan peninggian atau lebih antibody terhadap t erhadap Streptococcus. Anti Streptolisin-O adalah toksin yang merupakan dasar sifat beta hemolisis organism ini. Streptolisin-O adalah racun sel yang berpotensi mempengaruhi banyak tipe sel termasuk neutrofil, platelet dan organelle subsel. Menyebabkan respon imun dan penemuan antibodinya bisa digunakan secara klinis untuk menegaskan infeksi yang baru saja. Streptolisin-O bersifat meracuni jantung (kardiotoksik).
2.1 Tujuan Untuk mengetahui adanya peradangan atau kerusakan dan infeksi Streptococcus atau sel lain yang ada dalam tubuh dengan tes ASTO
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anti Streptolisin-O (ASTO) Anti Streptolisin-O adalah toksin yang merupakan dasar sifat beta hemolisis organism ini. Streptolisin O adalah racun sel yang berpotensi mempengaruhi banyak tipe sel termasuk neutrofil, platelet dan organelle subsel. Menyebabkan respon imun dan penemuan antibodinya bisa digunakan secara klinis untuk menegaskan infeksi yang baru saja. Streptolisin-O bersifat meracuni jantung (kardiotoksik). (Brooks,1996) ASTO merupakan antibody yang paling dikenal dan paling sering digunakan untuk indicator terdapatnya infeksi Streptococcus. Lebih kurang 80% penderita demam rheumatic/penyakit jantung reumatik didapatkan peninggian atau lebih antibody terhadap Streptococcus. (Handojo, 1982)
2.2 Struktur dari Streptococcus Streptococcus merupakan batang gram positif yang berbentuk bulat yang secara khas membentuk pasangan atau rantai selama masa pertumbuhannya. Beberapa diantaranya merupakan flora normal pada manusia, yang lain dihubungkan dengan penyakit-penyakit penting pada manusia yang disebabkan oleh infeksi Streptococcus dan sebagian lagi oleh sensitasi terhadap bakteri ini. Bakteri ini menghasilkan berbagai zat ekstraseluler dan enzim. (Brooks,1996) Beberapa zat antigen yang ditemukan didalam Streptococcus, yaitu : a. Antigen dinding sel spesifik b. Protein M c. Zat T d. Nukleoprotein
Toksinyang dihasilkan oleh Streptococcus golongan A lebih dari 20, hasil ekstraseluler yang bersifat antigen. Beberapa diantaranya ialah :
Hemolisin
Toksik Enterogenik
Streptokinase
Deoksiribinuklease
Hialuronidase
Protease
Disforfopirisin nukleotidase
2.3 Patogenesis Suatu
infeksi
oleh
β-hemolitik
Streptococcus
grup
A
akan
merangsang sel-sel imunokompeten untuk memproduksi antobodiantibodi
baik
terhadap
produk-produk
ekstraseluler
dan
kuman
(streptolisin, hialuronidase, streptokinase, DNAse) maupun terhadap komponen permukaan dari dinding sel kuman (CSMA). Antobodi terhadap CSMA inilah yang diduga menyebabkan terjadinya kelainan pada jantung dari penderita dengan glomerulonefritis. (Handojo, 1982) Reaksi
autoimun
terhadap
Streptococcus,
secara
teori
akan
mengakibatkan kerusakan jaringan atau manifestasi demam reumatik dengan cara : (Prince,1995) a. Streptococcus grup A akan menyebabkan infeksi faring. b. Antigen Streptococcus akan menyebabkan pembentukan antobodi pada penjamu yang hiperimun. c. Antibodi bereaksi dengan antigen Streptococcus dan dengan jaringan penjamu yang secara antigenic sama seperti atreptococcus. d. Autoantobodi tersebut bereaksi dengan jaringan penjamu sehingga menyebabkan kerusakan jaringan. Banyak streptococcus yang memproduksi enzim hemolisin yang dapat menyebabkan hemolisa sel darah merah secara invitro pada beberapa tahap/tingkatan Streptococcus hemolitik grup A memproduksi 2 macam streptolisin, yaitu:
Streptolisin O
Streptolisin S
2.4 Gejala Gejala demam reumatik akut terjadi secara mendadak dan secepat kilat, dengan demam, takikardi, dan rasa sakit pada sendi yang membengkak atau dapat tersamar dan tidak nyata, hanya bergejala malaise dan dengan ringan. Bila didahului oleh infeksi Streptococcus tersamar secara klinik, biasanya akan mereda sebelum mulai gejala demam rheumatic. Tidak ada gambaran klinik atau laboratorium demam rheumatic yang khas untuk penyakit ini. (Kumar,1995)
BAB III METODE KERJA
3.1 Hari/Tanggal Praktikum pemeriksaan Anti Streptolisin-O (ASTO) dilaksanakan pada hari Sabtu, 22 Oktober 2016.
3.2 Tempat Praktikum pemeriksaan Anti Streptolisin-O (ASTO) dilaksanakan di Laboratorium
Analis
Kesehatan
Gedung
A
STIKes
Wiyata
Husada
Samarinda.
3.3 Prinsip Lateks piliesteren yang diliputi oleh streptolisin-O bila direaksikan dengan serum yang mengandung Anti Streptolisin-O maka akan terbentuk aglutinasi.
3.4 Metode Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah aglutinasi pasif menggunakan lateks (slide).
3.5 Alat dan Bahan
Alat -
Slide tes berlatar belakang hitam
-
Yellow tip dan mikropipet
-
Pipet tetes
-
Batang pengaduk
-
Rotator
-
Tabung reaksi dan rak
-
Centrifuge
Bahan -
Serum
Reagen
-
Reagen ASTO Lateks
-
Reagen control positif ASTO
3.6 Cara Kerja a) Kualitatif -
Dibiarkan sampel dan reagen hingga suhu kamar
-
Diambil sampel 50 µl, ditaruh dalam slide berlatar belakang hitam
-
Lateks dicampur hingga homogen, kemudian ditaruh 1 tetes kedalam sampel
-
Dicampur hingga homogen antara sampel dan lateks
-
Dirotator pada kecepatan 100 rpm selama 2 menit
b) Semi Kuantitatif -
Hasil pemeriksaan sampel positif dilanjutkan dengan pengenceran berseri
-
Diambil NaCl 0,85 % 50 µl pada 6 tanda lingkaran slide
-
Pada lingkaran pertama ditambah 50 µl serum, dicampur (2x)
-
Lalu diambil 50 µl, ditambahkan pada lingkaran kedua, dicampur (4x)
-
Lalu diambil 50 µl, ditambahkan pada lingkaran ketiga, dicampur (8x)
-
Lalu diambil 50 µl, ditambahkan pada lingkaran keempat, dicampur (16x)
-
Lalu diambil 50 µl, ditambahkan pada lingkaran kelima, dicampur (32x) dan seterusnya
-
Ditambah masing-masing 1 tetes reagen lateks, lalu dirotator pada kecepatan 100 rpm selama 2 menit
-
Hasil positif terakhir dikalikan 200 IU/ml adalah dilaporkan sebagai titer ASTO.
Control Positif ASTO berisi >200 IU/ml
Control negatif ASTO berisi <200 IU/ml
3.7 Interpretasi Hasil Anti Streptolisin-O (ASTO) : 200 IU/ml
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil 4.1.1 Pemeriksaan ASTO 1 Hasil pemeriksaan ASTO 1, menggunakan metode slide pada serum darah dari pasien : Nama
: Nurul Trisnawati
Umur
: 19 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Didapatkan hasil pemeriksaan ASTO pada pasien diatas adalah (Positif), setelah dilakukan pemeriksaan lanjut yaitu pengenceran berseri atau semi kuantitatif didapatkan hasil (positif) sampai pada lingkaran 4x, sehingga didapatkan titer 4 x 200 = 800 IU/ml.
4.1.2 Pemeriksaan ASTO 2 Hasil pemeriksaan ASTO 2, menggunakan metode slide pada serum darah dari pasien : Nama
: Jayanti
Umur
: 20 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Didapatkan hasil pemeriksaan ASTO pada pasien diatas adalah (Positif), setelah dilakukan pemeriksaan lanjut yaitu pengenceran berseri atau semi
kuantitatif didapatkan hasil (positif) sampai pada lingkaran 32x, sehingga didapatkan titer 32 x 200 = 6400 IU/ml.
4.1.3 Pemeriksaan ASTO 3 Hasil pemeriksaan ASTO 3, menggunakan metode slide pada serum darah dari pasien : Nama
: Saafaat Nuran Wavi
Umur
: 19 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki - Laki
Didapatkan hasil pemeriksaan ASTO pada pasien diatas adalah (Positif), setelah dilakukan pemeriksaan lanjut yaitu pengenceran berseri atau semi kuantitatif didapatkan hasil (positif) sampai pada lingkaran 2x, sehingga didapatkan titer 2 x 200 = 400 IU/ml.
4.1.4 Pemeriksaan ASTO 4 Hasil pemeriksaan ASTO 4, menggunakan metode slide pada serum darah dari pasien : Nama
: Raya
Umur
: 20 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki - Laki
Didapatkan hasil pemeriksaan ASTO pada pasien diatas adalah (Positif), setelah dilakukan pemeriksaan lanjut yaitu pengenceran berseri atau semi kuantitatif didapatkan hasil (positif) sampai pada lingkaran 2x, sehingga didapatkan titer 2 x 200 = 400 IU/ml.
4.1.5 Pemeriksaan ASTO 5 Hasil pemeriksaan ASTO 5, menggunakan metode slide pada serum darah dari pasien : Nama
: Firmansyah
Umur
: 19 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki - Laki
Didapatkan hasil pemeriksaan ASTO pada pasien diatas adalah (Positif), setelah dilakukan pemeriksaan lanjut yaitu pengenceran berseri atau semi kuantitatif didapatkan hasil (negative), sehingga didapatkan titer 1 x 200 = 200 IU/ml.
4.1.6 Pemeriksaan ASTO 6 Hasil pemeriksaan ASTO 6, menggunakan metode slide pada serum darah dari pasien : Nama
: Siti Nurhasanah
Umur
: 19 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Didapatkan hasil pemeriksaan ASTO pada pasien diatas adalah (Negatif).
4.1.7 Pemeriksaan ASTO 7 Hasil pemeriksaan ASTO 7, menggunakan metode slide pada serum darah dari pasien : Nama
: Nispi Widayanti
Umur
: 19 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Didapatkan hasil pemeriksaan ASTO pada pasien diatas adalah (Negatif).
4.1.8 Pemeriksaan ASTO 8 Hasil pemeriksaan ASTO 8, menggunakan metode slide pada serum darah dari pasien : Nama
: Yusrina
Umur
: 19 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Didapatkan hasil pemeriksaan ASTO pada pasien diatas adalah (Negatif).
4.1.9 Pemeriksaan ASTO 9 Hasil pemeriksaan ASTO 9, menggunakan metode slide pada serum darah dari pasien : Nama
: Maulida
Umur
: 19 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Didapatkan hasil pemeriksaan ASTO pada pasien diatas adalah (Negatif)
4.1.10 Pemeriksaan ASTO 10 Hasil pemeriksaan ASTO 10, menggunakan metode slide pada serum darah dari pasien : Nama
: Tiara Iswardhana
Umur
: 19 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Didapatkan hasil pemeriksaan ASTO pada pasien diatas adalah (Negatif).
4.1.11 Pemeriksaan ASTO 11 Hasil pemeriksaan ASTO 11, menggunakan metode slide pada serum darah dari pasien : Nama
: Linda
Umur
: 20 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Didapatkan hasil pemeriksaan ASTO pada pasien diatas adalah (Negatif).
4.2 Pembahasan Anti Streptolisin-O adalah toksin yang merupakan dasar sifat beta hemolisis organism ini. Streptolisin O adalah racun sel yang berpotensi mempengaruhi banyak tipe sel termasuk neutrofil, platelet dan organelle subsel. Menyebabkan respon imun dan penemuan antibodinya bisa digunakan secara klinis untuk menegaskan infeksi yang baru saja. Streptolisin-O bersifat meracuni jantung (kardiotoksik). (Brooks,1996) ASTO merupakan antibody yang paling dikenal dan paling sering digunakan untuk indicator terdapatnya infeksi Streptococcus. Lebih kurang 80% penderita demam rheumatic/penyakit jantung reumatik didapatkan peninggian atau lebih antibody terhadap Streptococcus. (Handojo, 1982) Streptococcus merupakan batang gram positif yang berbentuk bulat yang secara
khas
membentuk
pasangan
atau
rantai
selama
masa
pertumbuhannya. Beberapa diantaranya merupakan flora normal pada manusia, yang lain dihubungkan dengan penyakit-penyakit penting pada manusia yang disebabkan oleh infeksi Streptococcus dan sebagian lagi oleh sensitasi terhadap bakteri ini. (Brooks,1996) Pembacaan hasil pada tes aglutinasi lebih dari 5 menit menggunakan serum yang lipemik, serta penyimpanan reagensia lateks yang salah, dapat menjadi faktor kesalahan dalam pemeriksaan. Paparan Streptococcus hamper terjadi pada setiap orang, kemungkinan seseorang mempunyai antibody Streptolisin O dalam serumnya sangat besar. Karena itu, 200 IU/ml merupakan batas dari normal. Harga normal dari ASTO juga di pengaruhi oleh usia penderita :
1. Pada bayi yang baru lahir, titer ASTO dalam darahnya umumnya lebih tinggi dari ibunya, tetapi dalam waktu beberapa minggu saja, titer itu menurun dengan tajam. 2. Pada usia sekolah, titer ASTO mulai naik lagi sampai mencapai titer usia dewasa. 3. Pada usia lanjut, titer ASTO menurun lagi. Faktor geografis atau iklim juga mempengaruhi harga normal dari ASTO, yaitu titer normal tersebut menurun makin dekat ke garis khatulistiwa. Pada Praktikum ASTO yang telah kami lakukan menggunakan reagen lateks poliestern dengan slide berlatar belakang hitam pada serum darah 11 orang didapatkan hasil pada pemeriksaan sampel pertama didapatkan hasil positif dengan titer 800 IU/ml, sampel ke-2 didapatkan hasil positif dengan titer 6400 IU/ml, pada sampel ke-3 dan 4 didapatkan hasil positif dengan titer 400 IU/ml, pada sampel ke-5 didapatkan hasil positif dengan titer 200 IU/ml sedangkan pada pemeriksaan sampel ke-6 sampai 11 didapatkan hasil negatif.
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Berdasarkan pada hasil pemeriksaan ASTO yang telah dilakukan menggunakan reagen lateks poliestern dengan slide berlatar belakang hitam pada serum darah 11 orang didapatkan hasil pada pemeriksaan sampel pertama didapatkan hasil positif dengan titer 800 IU/ml, sampel ke-2 didapatkan hasil positif dengan titer 6400 IU/ml, pada sampel ke-3 dan 4 didapatkan hasil positif dengan titer 400 IU/ml, pada sampel ke-5 didapatkan hasil positif dengan titer 200 IU/ml sedangkan pada pemeriksaan sampel ke6 sampai 11 didapatkan hasil negatif.
5.2 Saran 1. Sebaiknya serum yang digunakan untuk pemeriksaan jika baru di keluarkan dari freezer harus di diamkan dulu selama 10-30 menit dalam suhu kamar, karena serum yang masih dingin jika di reaksikan dengan reagen akan memberikan hasil negatif palsu. 2. Sebaiknya hindari serum yang lipemik karena dapat memberikan hasil positif palsu. 3. Sebaiknya di lakukan pemeriksaan ulang ASTO (sekali atau dua kali seminggu) untuk menetukan kadar tinggi dari peningkatan titer antibodi serum. 4.
Sebaiknya
untuk
praktikan
dalam
melakukan
pemeriksaan
ASTO
haruslah lebih teliti dan berhati-hati agar tidak terjadi kecelakaan kerja 5. Menggunakan APD lengkap
DAFTAR PUSTAKA
Brooks, Geo. F, dkk. 2005. Mikrobiologi Kedokteran Edisi 1. Jakarta : Salemba Curavin J Elizabeth. 2003. Buku Saku Patofisiologi . Jakarta : EGC Handojo, Indro. 1982. Serologi Klinik. Surabaya : Fakultas Kedokteran Price, A Sylvia. Dkk. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit . Jakarta : EGC Robins, Kumar. 1995. Buku Ajar Patologi I. Jakarta : EGC Widman, Frances K. 1995. Tinjauan Klinis Atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium Edisi 9. Jakarta : EGC