ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA Ny. R.R DENGAN DIAGNOSA GOUT ARTHRITIS DI JAGA VII DESA KEMBES 1 KECAMATAN TOMBULU KABUPATEN MINAHASA
OLEH: NI WAYAN IRJAYANTI NIM. 15140085
AKADEMI KEPERAWATAN RUMKIT TK III MANADO TA. 2017/2018
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktek kerja lapangan (PKL) yaitu Asuhan Keperawatan pada Keluarga Ny. R.R dengan Diagnosa Gout Arthritis Arthriti s di Jaga VII Desa D esa Kembes I Kecamatan Tombulu Kabupaten Minahasa. Laporan praktek kerja lapangan (PKL) yaitu Asuhan Keperawatan pada Keluarga Ny. R.R dengan Diagnosa Gout Arthritis di Jaga VII Desa Kembes I Kecamatan Tombulu Kabupaten Minahasa ini dibuat untuk melengkapi tugas praktek kerja lapangan pada kegiatan belajar mengajar Tk. III Semester VI. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Nurfiana Matfiqih, S.Kep., Ns selaku Dosen Pembimbing Lapangan Lapangan (DPL). Penulis menyadari dalam pembuatan laporan ini masih banyak terdapat kekurangan oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak guna kesempurnaan laporan i ni. Akhirnya penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah pengetahuan di bidang kesehatan.
Manado, Juni 2018 Penulis
Ni Wayan Irjayanti
i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................. ................................................................... ............................................ .......................... .... i DAFTAR ISI .................................................... .......................................................................... ............................................. ................................. .......... ii BAB I KONSEP KELUARGA .......................................... ................................................................. .................................... ............. 1 A. DEFINISI KELUARGA ........................................... .................................................................. ............................. ...... 1 B. CIRI-CIRI KELUARGA ............................ .................................................. ............................................ ...................... 1 C. TIPE KELUARGA .......................... ................................................ ............................................. ................................. .......... 2 D. STRUKTUR KELUARGA ....................................... ............................................................. ............................. ....... 2 E. KEKUASAAN DALAM KELUARGA........................................... ................................................. ...... 3 F. PERANAN KELUARGA .................................................... ...................................................................... .................. 3 G. FUNGSI KELUARGA ........................ .............................................. ............................................. ............................. ...... 4 H. FUNGSI KELUARGA (FRIENDMAN) ............................................. ............................................... .. 5 I. TUGAS KELUARGA DALAM BIDANG KESEHATAN................... 6 J. TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA ......................................... ......................................... 6 BAB II KONSEP DASAR GOUT ARTHRITIS .......................................... .................................................. ........ 10 A. PENGERTIAN ........................................... ................................................................. .......................................... .................... 10 B. ETIOLOGI .......................................... ................................................................ ............................................ ........................... ..... 10 C. PATOFISIOLOGI .......................................... ................................................................. ...................................... ............... 12 D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK ............................................ ........................................................ ............ 12 E. MANIFESTASI KLINIS ........................ ............................................... .............................................. ....................... 13 F. PENATALAKSANAAN PENATALAKSANAAN MEDIS ............................................ ........................................................ ............ 14 G. KOMPLIKASI ........................................... ................................................................. .......................................... .................... 15 BAB III KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN GOUT ARTHRITIS ....................... ............................................. ............................................. ............................... ........ 18 A. PENGKAJIAN ........................................... ................................................................. .......................................... .................... 18 B. PERUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA. ........ 19
ii
C. PERENCANAAN ................................................................................ 23 D. IMPLEMENTASI ................................................................................ 27 E. EVALUASI .......................................................................................... 28 BAB IV TINJAUAN KASUS .............................................................................. 29 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 30
iii
BAB I KONSEP KELUARGA A. Definisi Keluarga Banyak
ahli
menguraikan
pengertian
keluarga
sesuai
dengan
perkembangan sosial masyarakat. Berikut akan dikemukakan beberapa pengertian keluarga : Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan (WHO, 2008).. Padila
(2012)
mendefinisikan
keluarga
sebagai
suatu
arena
berlangsungnya interaksi kepribadian. keluarga adalah suatu sistem sosial yang terdiri dari individu-individu yang bergabung dan berinteraksi secara teratur antara yang satu dengan yang lain diwujudkan dengan adanya saling ketergantungan dan berhubungan untuk mencapai tujuan bersama (Andarmoyo, 2012) . Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi ( Bailon, 2007 )
B. Ciri-ciri Keluarga Menurut
Friendman
(1998),
ciri-ciri
keluarga
berdasarkan
orientasi
tradisional, adalah : 1. Keluarga terdiri dari individu-individu yang disatukan oleh ikatan perkawinan sedarah dan adopsi. 2. Anggota keluarga biasanya hidup berdamai dalam satu rumah tangga atau jika mereka terpisah, tetap rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka. 3. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam peran sosial keluarga seperti suami-istri, anak laki-laki dan anak perempuan. 4. Keluarga menggunakan budaya yang sama yang diambil dari masyarakat dengan ciri tersebut.
1
C. Tipe Keluarga Pembagian tipe ini bergabung kepada konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkan. 1. Keluarga inti, yaitu terdiri dari suami, istri dan anak. Biasanya keluarga yang melakukan perkawinan pertama atau keluarga dengan orangtua campuran atau orangtua istri. 2. Pasangan istri, terdiri dari suami dan istri saja tanpa anak, atau tidak ada anak yang tinggal bersama mereka. Biasanya keluarga dengan karier tunggal atau karier keduanya. 3. Keluarga dengan orangtua tunggal, biasanya sebagai konsekuensi dari penceraian. 4. Bujangan dewasa sendirian. 5. Keluarga besar, terdiri dari keluarga inti dan orangtua yang berhubungan. 6. Pasangan usia lanjut, keluarga inti dimana suami istri sudah tua anakanaknya sudah berpisah.
D. Struktur Keluarga Keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga dimasyarakat. Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah : 1. Patrilineal Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah. 2. Matrilineal Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu. 3. Matrilokal Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga saudara sedarah istri. 4. Patrilokal Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
2
5. Keluarga Kawin Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri. ROLE
P O W E R
STRUKTUR KELUARGA
NILAI/NORMA
K O M U N I K A S I
Gambar 1 Dimensi Struktural keluarga
E. Kekuasaan dalam Keluarga Secara umum pemegang kekuasaan terdiri dari tiga macam yaitu : 1. Patriakal Pemegang kekuasaan didasarkan pada garis keturunan laki-laki. 2. Matriakal Kekuasaan didasarkan pada garis keturunan perempuan. 3. Equalitarian/egalitarian Kekuasaan didasarkan keputusan bersama antara laki-laki dan per empuan.
F. Peranan Keluarga Peran adalah sesuatu yang diharapkan secara normatif dari seorang dalam situasi sosial tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan. Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks keluarga. Jadi peranan keluarga menggambarkan seperangkat prilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.
3
Setiap anggota keluarga mempun yai peran masing-masing, antara lain adalah : 1. Ayah Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung/pengayom, pemberi rasa aman bagi setiap anggota keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok social tertentu. 2. Ibu Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-anak, pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafkah tambahan keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu. 3. Anak Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan perkembangan fisik, mental, sosial dan spiritual.
G. Fungsi Keluarga Fungsi keluarga menurut WHO (1978) adalah sebagai berikut : 1. Fungsi Biologis Artinya adalah fungsi untuk reproduksi, pemeliharaan dan membesarkan anak, memberi makan, mempertahankan kesehatan dan rekreasi. Prasyarat yang harus dipenuhi untuk fungsi ini adalah pengetahuan dan pemahaman tentang manajemen fertilitas, kesehatan genetik, perawatan selama hamil, perilaku konsumsi yang sehat, serta melakukan perawatan anak. 2. Fungsi Ekonomi Adalah fungsi untuk memenuhi sumber penghasilan, menjamin keamanan financial anggota keluarga dan menentukan alokasi sumber yang diperlukan. Prasyarat untuk memenuhi fungsi ini adalah keluarga mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang sesuai serta tanggung jawab. 3. Fungsi Psikologis Adalah fungsi untuk menyediakan lingkungan yang dapat meningkatkan
4
perkembangan kepribadian secara alami, guna memberikan perlindungan psikologis
yang optimum.
Prasyarat
yang harus
dipenuhi
untuk
melaksanakan fungsi ini adalah emosi stabil, perasaan antar anggota keluarga baik, keterampilan untuk mengatasi, stres dan krisis. 4. Fungsi Edukasi Adalah fungsi untuk mengajarkan keterampilan, sikap dan pengetahuan. Prasyarat yang harus dipenuhi dalam melaksanakan fungsi ini adalah anggota keluarga harus mempunyai tingkat intelegensi yang meliputi pengetahuaan, keterampilan serta pengalaman yang sesuai. 5. Fungsi Sosiokultural Adalah fungsi untuk melaksanakan transfer nilai-nilai yang berhubungan dengan prilaku, tradisi/adat dan bahasa. Prasyarat yang dipenuhi adalah keluarga harus mengetahui standar nilai yang dibutuhkan, memberi contoh norma-norma prilaku serta mempertahankannya.
H. Fungsi Keluarga (Friendman) Fungsi keluarga menurut Friendman (2012) adalah sebagai berikut : 1.
Fungsi Efektif Yaitu perlindungan psikologis, rasa aman, interaksi, mendewasakan dan mengenal identitas diri individual.
2.
Funsi Sosialisasi Peran Yaitu fungsi dan peran dimasyarakat, serta sasaran untuk kontak social di dalam atau luar rumah.
3. Fungsi Repoduksi Adalah menjamin kelangsungan generasi dan kelangsungan hidup masyarakat. 4. Fungsi Memenuhi Kebutuhan Fisik Dan Perawatan Merupakan pemenuhan sandang, pangan dan papan serta perawatan kesehatan. 5. Fungsi Ekonomi Adalah fungsi untuk pengadaan sumber dana, pengalokasian dana serta pengaturan keseimbangan. 5
I. Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan. Friendman (2012) membagi 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan, yaitu : 1.
Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya.
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat ba gi keluarga. 3. Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda. 4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dann perkembangan kepribadian anggota keluarga. 5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan (memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada).
J. Tahap Perkembangan Keluarga Table 1. Tahap Perkembangan Keluarga Menurut Duvall 2012 Tahap Siklus Kehidupan Keluarga
Tugas Perkembangan Keluarga
Tahap I ( keluarga Baru)
a. Membangun perkawinan yang saling memuaskan. b. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok dan sosial. c. Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orang tua). d. Mendiskusikan anak.
6
recana
mempunyai
Tahap II (kelahiran anak pertama)
a. Persiapan menjadi orang tua. b. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga peran, interaksi, hubungan seksual dan kegiatan c. Mempertahankan
hubungan
yang
memuaskan dengan pasangan.
Tahap III (Keluarga Dengan Anak Prasekolah).
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang bermain, privasi dan keamanan. b. Mengsosialisasikan anak. c. Menginteraksi anak yang baru lahir sementara tetap memenuhi kebutuhan. d. Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga (hubungan perkawinan dan orang tua, anak dan di luar keluarga besar dan komunitas).
Tugas Perkembangan Keluarga
Tahap Siklus Kehidupan Keluarga Tahap IV (Keluarga Dengan Anak Usia Sekolah)
a. Mengsosialisasikan anak-anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat. b. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan. c. Memenuhi kebutuhan fisik keluarga
7
Tahap V (Keluarga Dengan Anak Remaja).
a. Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri. b. Memfokuskan
kembali
hubungan
perkawinan
berkomunikasi
secara
terbuka antara orang tua dan anakanak. c. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga. Tahap VI (Keluarga Melepas Anak Dewasa)
a. Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru yang didapat melalui perkawinan anakanak. b. Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan
kembali
hubungan
perkawinan. c. Membantu orang tua sakit-sakitan dari suami maupun istri. Tahap VII (Orang Tua Usia Pertengahan)
a. Menyediakan
lingkungan
yang
meningkatkan kesehatan. b. Mempertahankan hubungan-hubungan yang
memuaskan
dan
penuh
arti
dengan para orang tua lansia dan anak. c. Memperkokoh hubungan perkawinan. Tahap VIII (Keluarga Lansia)
a. Mempertahankan pengaturan hidup b. yang memuaskan. c. Menyediakan
terhadap
pendapatan
yang menurun. d. Mempertahankan
hubungan
perkawinan. e. Menyesuaikan diri terhadap kehilangan
8
pasangan. f. Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi g. Meneruskan
untuk
eksistansi mereka.
9
memahami
BAB II KONSEP DASAR GOUT ARTRITIS A. Pengertian Gout
(pirai)
merupakan
kelompok
keadaan
heterogenous
yang
berhubungan dengan defekgenetik pada metabolisme purin (hiperurisemia). Pada keadaan ini bisa terjadi oversekresi asamurat atau defek renal yang mengakibatkan penurunan eksresi asam urat, atau kombinasikeduanya. Gout dapat bersifat primer maupun sekunder. Goutprimer merupakan akibat langsungpembentukan asam urat tubuh yang berlebihan atau akibat penurunan eksresi asam urat.Goutsekunder disebabkan karena pembentukan asam urat yang berlebihan atau eksresiasam uratyangberkurang akibat proses penyakit lain atau pemakaian obat-obat tertentu.
B. Etiologi a) Penyakit ginjal kronis Ginjal merupakan filter berbagai benda asing untuk diekskresi keluar tubuh. Karena itu,gangguan yang timbul pada organ ini akan memengaruhi metabolisme tubuh danmenimbulkan berbagai jenis penyakit. Salah satunya penyakit yang bisa ditimbulkanadalah hiperurisemia. Hiperurisemia dan penyakit ginjal memiliki hubungan sebab akibat.Gangguan fungsi ginjal pada ginjal bisa mengganggu eskresi asam urat. Namun, kadarasam urat yang terlalu tinggi juga bisa mengganggu kinerja dan fungsi ginjal. b) Faktor usia Gout umumnya dialami oleh pria dan wanita dewasa yang berusia diatas 40 tahun. Setelah memasuki masa pubertas, pria memiliki resiko gout lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Jumlah total penderita gout pada pria lebih banyak dibandingkan dengan kaum wanita. Ketika memasuki usia paruh baya, jumlahnya menjadi sebanding antar apria dan wanita. Resiko serangan gout mencapai puncaknya pada saat 10
seseorang berusia 75 tahun, setelah berusia di atas 75 tahun, resiko gout semakin menurun, bahkan tidak ada resiko sama sekali. Kecuali, jika penyakit tersebut merupakan perkembangan dari penyakit gout kronis yang sebelumnya telah dialami. c) Dehidrasi Kekurangan cairan didalam tubuh akan menghambat ekskresi asam urat. Pada dasarnya semua cairan itu adalah pelarut. Namun, daya larut setiap cairan berbeda-beda. Air yang memiliki daya larut paling tinggi adalah air putih. Air putih dapat melarutkan semua zat yang larut di dalam cairan, termasuk asam urat. Air diperlukan sebagai pelarut asam urat yang dibuang atau diekskresi melalui ginjal bersama urine. Jika tubuh kekurangan air,maka akan menghambat ekskresi asam urat sehingga memicu peningkatan asam urat. Saat volume cairan tubuh kurang, maka sampah sisa metabolisme pun akan menumpuk. Penumpukan
asam
urat
dan
sisa
metabolisme
itulah
yang
menimbulkan nyeri di persendian. d) Makan berlebihan Asupan purin dari makanan akan menambah jumlah purin yang beredar di dalam tubuh.secara teknis, penambahan purin yang beredar di dalam darah tergantung pada jumlah purin yang berasal dari makanan. Artinya, semakin banyak mengkonsumsi purin, semakin tinggi kadar asam urat (produk akhir metabolisme purin) dalam tubuh. e) Konsumsi alkohol Sejumlah studi mengatakan konsumsi alkohol memiliki pengaruh sangat besar dalam meningkatkan prevalensi gout pada penggemar alkohol. Dampak buruk alkohol akan semakin nyata pada individu yang mengalami obesitas. f) Pasca operasi Seseorang yang telah menjalani operasi beresiko mengalami kenaikan kadar asam uratsesaat. Karena penurunan jumlah air yang mereka konsumsi pasca-operasi menyebabkan ekskresi asam urat terhambat untuk sementara waktu.
11
C. Patofisiologi Hiperurisemia (konsentrasi asam urat dalam serum yang lebih besar dari 7,0 mg/dl [SI0,4 µmol/L) dapat (tetapi tidak selalu) menyebabkan penumpukan kristal monosodium urat. Serangan gout tampaknya berhubungan dengan peningkatan atau penurunan mendadak kadar asam urat serum. Kalau kristal urat mengendap dalam sebuah sendi respons inflamasi akan terjadi dan serangan gout dimulai. Dengan serangan yang berulang, penumpukan kristal natrium urat yang dinamakan tous akan mengendap dibagian perifer tubuh seperti ibu jari kaki, tangan dan telinga. Nefrolitiasis urat (batu ginjal) dengan penyakit renal kronis yang terjadi sekunder akibat penumpukan urat dapat timbul. Gambaran kristal urat dalam cairan sinovial sendi yang asimtomatik menunjukan bahwa faktor-faktor non kristal nmungkin berhubungan dengan reaksi inflamasi. Kristal monosodium yang ditemukan tersalut dengan imonoglobulin yang terutama berupa IgG. IgG akan meningkatkan fagositosis kristal dan dengan demikian memperlihatkan aktivitas imonologik.
D. Pemeriksaan Diagnostik 1) Serum asam urat Umumnya meningkat, diatas 7,5 mg/dl. Pemeriksaan ini mengindikasikan hiperuricemia, akibat peningkatan produksi asam urat atau gangguan ekskresi. 2) Angka leukosit Menunjukkan peningkatan yang signifikan mencapai 20.000/mm3 selama serangan akut. Selama periode asimtomatik angka leukosit masih dalam batas normal yaitu 5000 – 10.000/mm3. 3) Eusinofil Sedimen rate (ESR) Meningkat selama serangan akut. Peningkatan kecepatan sedimen rate mengindikasikanproses inflamasi akut, sebagai akibat deposit asam urat di persendian. 4) Urin spesimen 24 jam
12
Urin dikumpulkan dan diperiksa untuk menentukan produksi dan ekskresi dan asam urat. Jumlah normal seorang mengekskresikan 250 - 750 mg/24 jam asam urat di dalam urin. Ketika produksi asam urat meningkat maka level asam urat urin meningkat. Kadar kurang dari 800 mg/24 jam mengindikasikan gangguan ekskresi pada pasien dengan peningkatan serum asam urat.Instruksikan pasien untuk menampung semua urin dengan peses atau tisu toilet selama waktu pengumpulan. Biasanya diet purin normal direkomendasikan selama pengumpulan urin meskipun diet bebas purin pada waktu itu diindikasikan. 5) Analisis cairan aspirasi dari sendi yang mengalami inflamasi akut atau material aspirasi dari sebuah tofi menggunakan jarum kristal urat yang tajam, memberikan diagnosis definitif gout. 6) Pemeriksaan radiografi Dilakukan
pada
sendi
yang
terserang,
hasil
pemeriksaan
akan
menunjukkan tidak terdapat perubahan pada awal penyakit, tetapi setelah penyakit berkembang progresif maka akan terlihat jelas/area terpukul pada tulang yang berada di bawah sinavial sendi.
E. Manifestasi Klinis Gejala awal dari artritis gout adalah panas, kemerahan dan pembengkakan pada sendi yang tipikal dan tiba-tiba. Persendian yang sering terkena adalah persendian kecil pada basis dari ibu jari kaki. Beberapa sendi lain yang dapat terkena ialah pergelangan kaki, lutut, pergelangan tangan, jari tangan, dan siku. Pada serangan akut penderita gout dapat menimbulkan gejala demam dan nyeri hebat yang biasanya bertahan berjam-jam sampai seharian, dengan atau tanpa pengobatan. Seiring berjalannya waktu serangan artritis gout akan timbul lebih sering dan lebih lama. Pasien dengan gout meningkatkan kemungkinan terbentuknya batu ginjal. Kristal-kristal asam urat dapat membentuk tophi (benjolan keras tidak nyeri disekitar sendi) di luar persendian. Tophi sering ditemukan di sekitar jari tangan, di ujung siku dan sekitar ibu jari kaki, selain itu dapat ditemukan juga pada daun telinga, tendon achiles (daerah belakang pergelangan kaki) dan pita 13
suara (sangat jarang terjadi).
F. Penatalaksanaan Medis a. Olahraga aerobik/senam Manfaat kesehatan olahraga aerobik meliputi berkurangnya resiko penyakit jantung atau penyakit kronis lainya, menormalkan tekanan darah, mengontrol berat badan, mengurangi gula darah dan lemak, dan mengurangi kekakuan dan nyeri karena arthritis. Olahraga aerobik berpengaruh rendah tidak memperburuk nyeri arthritis. Digabungkan dengan
penguatan
dan
peregangan,
olahraga
aerobik
menambah
kebugaran, mengurangi depresi dan nyeri dan (dalam jangka panjang) memperbaiki fungsi. Durasi suatu kelas biasanya 45-60 menit. Kelas 60 menit yang baik meliputi kegiatan pemanasan minimum 10 menit, 15-20 menit gerak inti, dan 10 menit pendinginan. Selama 2-4 minggu dalam jangka waktu 2-3 kali dalam seminggu. Penelitian telah membuktikan bahwa dengan mengikuti aerobik seseorang dapat mengurangi nyeri dan meningkatkan fungsi tangan dan kaki, kekuatan,kecepatan, atau jarak tempuh yang merupakan perkiraan ketahanan aerobik pada aktivitas singkat. b. Kompres panas atau dingin Terapi es dapat menurunkan prostaglandin yang memperkuat sensitivitas reseptor nyeri dan subkutan lain pada tempat cedera dengan menghambat proses inflamasi. Agar efektif, es dapat diletakkan pada tempat cedera segera setelah cedera terjadi. Sementara terapi panas mempunyai keuntungan meningkatkan aliran darah ke suatu area dan kemungkinan dapat menurunkan nyeri dengan mempercepat penyembuhan. c. Relaksasi Relaksasi adalah suatu tindakan untuk membebaskan mental dan fisik dari ketegangan dan stress sehingga dapat meningkatkan toleransi nyeri. Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas nafas abdomen dengan
14
frekuensi lambat, berirama. Pasien dapat memejamkan matanya dan bernafas dengan perlahan dan nyaman. Periode relaksasi yang teratur dapat membantu untuk melawan keletihan dan ketegangan otot yang terjadi dengan nyeri kronis dan yang meningkatkan nyeri. d. Obat-obatan Preparat colchicine (oral atau parenteral) atau NSAID seperti indometasin, digunakan untuk meredakan serangan akut gout. Penatalaksanaan medik hiperurisemia, tofus, penghancuran sendi dan masalah renal biasanya dimulai setelah proses inflamasi akut mereda. Preparat urikosurik seperti probenesid akan memperbaiki keadaan hiperurisemia dan melarutkan endapan urat. Alopurinol juga merupakan oabt yang efektif tetapi penggunaanya terbatas terdapat resiko toksisitas. Kalau diperlukan penurunan kadar asam urat dalam serum, preparat urikosurik merupakan obat pilihan. Kalau pasiennya berisiko untuk mengalami insufisiensi renal atau batu ginjal (kalkuli renal) alupurinol merupakan obat pilihan.
G. Komplikasi a) Radang sendi akibat asam urat ( gouty arthritis) Komplikasi hiperurisemia yang paling dikenal adalah radang sendi (gout). Telah dijelaskan sebelumnya bahwa, sifat kimia asam urat cenderung berkumpul di cairan sendi ataupunjaringan ikat longgar. Meskipun
hiperurisemia
merupakan
faktor
resikotimbulnya
gout,namun, hubungan secara ilmiah antara hiperurisemia dengan serangan gout akut masih belum jelas. Atritis gout akut dapat terjadi pada keadaan konsentrasi asam urat serum yang normal. Akan tetapi, banyak pasien dengan hiperurisemia tidak mendapat serangan atritis gout. Gejala klinis dari Gout bermacam-macam, yaitu, hiperurisemia tak bergejala, serangan akutgout, gejala antara(intercritical), serangan gout berulang, gout menahun disertai tofus. Keluhan utama serangan akut dari gout adalah nyeri sendi yang amat sangat yang disertai tanda peradangan (bengkak, memerah, hangat dan nyeri tekan). Adanya
15
peradangan juga dapat disertai demam yang ringan. Serangan akut biasanya puncaknya 1-2 hari sejak serangan pertama kali. Namun pada mereka yang tidak diobati, serangan dapat berakhir setelah 7-10 hari. Serangan biasanya berawal dari malam hari. Awalnya terasa nyeri yang sedang pada persendian. Selanjutnya nyerinya makin bertambah dan terasa terus menerus sehingga sangat mengganggu. Biasanya persendian ibu jari kaki dan bagian lain dari ekstremitas bawah merupakan persendian yang pertama kali terkena. Persendian ini merupakan bagian yang umumnya terkena karena temperaturnya lebih rendah dari suhu tubuh dan kelarutan monosodium uratnya yang berkurang. Trauma pada ekstremitas bawah juga dapat memicu serangan. Trauma pada persendian yang menerima beban berat tubuh sebagai hasil dari aktivitas rutin menyebabkan cairan masuk ke sinovial pada siang hari. Pada malam hari, air direabsobsi dari celah sendi dan meninggalkan sejumlah MSU.tofi pada kedua tangan. Serangan gout akut berikutnya biasanya makin bertambah sesuai dengan waktu. Sekitar 60% pasien mengalami serangan akut kedua dalam tahun pertama, sekitar 78% mengalami serangan kedua dalam 2 tahun. Hanya sekitar 7% pasien yang tidak mengalami serangan akut kedua dalam 10 tahun. Pada gout yang menahun dapat terjadi pembentuk tofi. Tofi adalah benjolan dari kristal monosodium urat yang menumpuk di jaringan lunak tubuh. Tofi merupakan komplikasi lambat dari hiperurisemia. Komplikasi dari tofi berupa nyeri, kerusakan dan kelainan bentuk jaringan lunak, kerusakan sendi dan sindrom penekanan saraf. b) Komplikasi Hiperurisemia pada Ginjal Tiga komplikasi hiperurisemia pada ginjal berupa batu ginjal, gangguan ginjal akut dan kronis akibat asam urat. Batu ginjal terjadi sekitar 10-25% pasien dengan gout primer. Kelarutan kristal asam urat meningkat pada suasana pH urin yang basa. Sebaliknya, pada suasana urin yang asam, kristal asam urat akan mengendap dan terbentuk batu.Gout dapat merusak ginjal, sehingga pembuangan asam urat akan
16
bertambah buruk. Gangguan ginjal akut gout biasanya sebagai hasil dari penghancuran yang berlebihan dari sel ganas saat kemoterapi tumor. Penghambatan aliran urin yang terjadi akibat pengendapan asam urat pada duktus koledokus dan ureter dapat menyebabkan gagal ginjal akut. Penumpukan jangka panjang dari kristal pada ginjal dapat menyebabkan gangguan ginjal kronik.
17
BAB III KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN GOUT ARTHRITIS A. Pengkajian Hal-hal yang perlu di kumpulkan datanya dalam pengkajian keluarga adalah : 1. Data umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi : a. Nama kepala keluarga b.
Alamat dan telepon
c.
Pekerjaan kepala keluarga
d.
Pendidikan kepala keluarga
e.
Komposisi keluarga dan genogram Table 2 Komposisi Keluarga
No
Nama
Jenis kelamin
Hub dgn KK
umur
Pendidikan
f.
Tipe keluarga
g.
Suku bangsa
h.
Agama
i.
Status sosial ekonomi keluarga
j.
Aktivitas rekreasi keluarga
k.
Riwayat dan tahap perkembangan keluarga Riwayat dan tahap perkembangan keluarga meliputi:
l.
1)
Tahap perkembangan keluarga saat ini
2)
Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Riwayat keluarga inti
m. Riwayat keluarga sebelumnya 2. Pengkajian lingkungan
18
Status imunisasi
ket
Pengkajian lingkungan meliputi : a. Karakteristik rumah. b. Karakteristik tetangga dan komunikasi RW. c. Mobilitas geografis keluarga. d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat. 3. Struktur keluarga Struktur keluarga meliputi : a. System pendukung keluarga b. Pola komunikasi keluarga c. Struktur kekuatan keluarga d. Struktur peran e. Nilai atau norma keluarga 4. Fungsi keluarga Fungsi keluarga yang dikaji meliputi : a.
Fungsi Afektif
b.
Fungsi Sosialisasi
c.
Fungsi Perawatan Kesehatan
d.
Fungsi Reproduksi
e.
Fungsi Ekonomi
b.
Stress dan Koping Keluarga
5. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang digunakan sama dengan pemeriksaan fisik klinik. 6. Harapan keluarga Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.
B. Perumusan Diagnosa Keperawatan Keluarga. Diagnosa keperawatan mengacu pada perumusan PES (Problem, Etiologi Dan Simptom) dimana untuk problem menggunakan rumusan masalah dari NANDA, sedangkan untuk etiologi dapat menggunakan lima pedekatan lima tugas keluarga atau dengan menggambarkan pohon
19
masalah. 1. Daftar diagnosa keperawatan berdasarkan NANDA 1995 adalah sebagai berikut : a. Diagnosa keperawatan keluarga berdasarkan lingkungan. 1)
Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah.
2)
Resiko terhadap cedera.
3)
Resiko terjadinya infeksi (penularan penyakit).
b. Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah struktur peran. 1)
Berduka dan di antisipasi.
2)
Berduka disfungsional.
3)
Isolasi sosial.
4)
Perubahan dalam proses keluarga (dampak adanya orang yang sakit terhadap keluarga).
5)
Potensial peningkatan menjadi orang tua.
6)
Perubahan menjadi orang tua.
7)
Perubahan penampilan peran.
8)
Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah.
9)
Gangguan citra tubuh.
c. Dignosa keperawatan keluarga pada masalah fungsi afektif. 1)
Perubahan proses keluarga.
2)
Perubahan menjadi orang tua.
3)
Potensial peningkatan menjadi orang tua.
4)
Berduka yang antisipasi.
5)
Koping keluarga tidak efektif, menurun.
6)
Koping keluarga tidak efektif, ketidak mampuan.
d. Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah fungsi sosial. 1)
Perubahan proses keluarga.
2)
Perilaku mencari bantuan kesehatan.
3)
Konflik peran orang tua.
4)
Perubahan menjadi orang tua.
5)
Potensial peningkatan menjadi orang tua.
20
6)
Perubahan pertumbuhan dan perkembangan.
7)
Perubahan pemeliharaan kesehatan.
8)
Kurang pengetahuan.
9)
Isolasi sosial.
10) Resiko terhadap tindakan kekerasan. 11) Ketida patuhan. 12) Gangguan identitas keperibadian.
2. Diagnosa keperawatan Gout Arthritis Beberapa diagnosa yang dapat ditemukan pada klien Gout Arthritis : a. Nyeri sendi berhubungan dengan peradangan sendi, penimbunan Kristal pada membrane sinovia, tulang rawan artikular, erosi tulang rawan, prolifera sinovia dan pembentukan panus. b.
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan rentang gerak, kelamahan otot pada rentang gerakan, dan kekakuan pada sendi kaki sekunder akibat erosi tulang rawan dan pembentukan panus.
c.
Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya mengenal masalah penyakit.
3. Perioritas masalah Setelah merumuskan masalah tahap berikutnya merumuskan prioritas masalah adalah menentukan dignosa yang menjadi prioritas. Prioritas dilihat dari angka yang paling tinggi sampai angka paling rendah. Table 3 skala prioritas masalah keluarga Kriteria
Skor
a) Sifat masalah Skala : (1) Tidak/kurang sehat (2) Ancaman kesehatan (3) krisis
3 2 1
21
Bobot
1
b) kemungkinan masalah dapat diubah skala : (1) Dengan mudah (2) Sebagian (3) Tidak dapat
2 1 0
c) Potensi masalah Skala : a) Tinggi b) Cukup c) Rendah
2 1 0
d) Menonjolnya masalah untuk diubah Skala : a) Masalah berat harus diatasi b) Masalah yang tidak perlu harus diatasi c) Masalah tidak dirasakan
3
2
1
1
2 1
Sumber : bailon dan magiaya 2012
Keterangan : 1. Tentukan skor untuk setiap kriteria. 2. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot.
Skor Angka Tertinggi
× Bobot
3. Jumlah skor untuk semua kriteria. 4. Skor tertinggi adalah 5, dan sama untuk seluruh bobot.
Empat kriteria yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas masalah : a) kriteria I (1) kurang sehat Keadaan sakit (sesudah atau sebelum di diagnosis) dan gagal pertumbuhan normal. (2) Ancaman kesehatan Yaitu keadaan yang memungkinkan terjadinya penyakit,
22
kecelakaan dan kegagalan dalam mencapai kesehatan. (3) Status krisis Perkawinan, kehamilan, persalinan, masa nifas, menjadi orang tua, penambahan anggota keluarga/baby. b) Kriteria II Yaitu kemungkinan masalah dapat diubah. Dalam menentukan hal tersebut, perlu memperhatikan terjangkaunya faktor-faktor sebagai berikut : (1) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani masalah. (2) Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik keuangan. (3) Sumber
daya
perawat
dalam
bentuk
pengetahuan
keterampilan dan waktu. (4) Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam bentuk masyarakat. c) Kriteria III (1) Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit atau masalah. (2) Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu masalah itu terjadi. (3) Tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan yang tepat dalam memperbaiki masalah. (4) Adanya sekelompok “High Risk” atau kelompok yang sangat peka menambah potensial untuk mencegh masalah. d) Kriteria IV Yaitu menonjolkan masalah, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana kelurga melihat masalah kesehatan tersebut.
C. Perencanaan 1.
Perencanaan keperawatan keluarga Perencanaan
keperawatan
kelurga
terdiri
dari
penetapan
tujuan,
mencangkup tujuan umum dan khusus, rencana intervensi serta 23
dilengkapi dengann rencana evaluasi yang memuat kriteria dan standar. Tujuan dirumuskan secara spesifik, dapat diukur (marusable), dapat dicapai (achievable), rasional dan menunjukan waktu (SMART). Rencana intervensi ditetapkan untuk mencapai tujuan. Wright dan Leahey dalam Friedman (2012) membagi intervensi keperawatan keluarga menjadi dua tingkatan intervensi, yaitu intervensi pemulaan dan intervensi lanjut. Intervensi permulaan meliputi intervensi yang bersifat suportif, edukatif dan langsung kea rah sasaran, sedangkan pada tingkat lanjut, meliputi sejumlah intervensi terapi keluarga yang lebih bersifat psikososial dan tidak langsung. Friendman (2012) mengklasifikasikan (tipologi) intervensi keperawatan keluarga menjadi : a. Intervensi supplemental Perawat sebagai pemberi perawatan langsung dengan mengintervensi bidang-bidang yang keluarga tidak dapat melakukannya. b. Intervensi Fasilitatif Perawat berusaha memfasilitasi pelayanan yang diperlukan keluarga seperti pelayanan medis, kesejahteraan social, transportasi dan pelayanan kesehatan di rumah. c. Intervensi perkembangan Perawat melakukan tindakan dengan tujuan memperbaiki dan meningkatkan kapasitas keluarga dalam perawatan diri dan tanggung jawab pribadi. Perawat membantu keluarga memanfaatkan sumbersumber perawatan untuk keluarga termasuk dukungan internal dan eksternal. d. Selanjutnya intervensi keluarga diklasifikasikan menjadi intervensi yang mengarah pada aspek kognitif, efektif dan psikomotor (prilaku).
2. Perencanaan keperawatan Gout Arthritis Intervensi Keperawatan a. Nyeri sendi berhubungan dengan peradangan sendi, penimbungan kristal pada membrane synovia, tulang rawan articular, erosi tulang
24
rawan, prolifera synovia dan pembentukan panus. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri klien berkurang atau hilang. Kriteria hasil : 1)
Klien menyatakan tidak terdapat nyeri (nyeri pada sendi).
2)
Pasien tidak terlihat meringis.
3)
Skala nyeri menurun (misalnya menjadi 3 dari yang kemarin 6).
No
Intervensi
1)
No
Rasional
Kaji nyeri secara komperhensif 1)
Untuk
meliputi lokasi, karakteristik,
intervensi dan mengetahui
skala, intensitas (dengan skala
efek terapi.
0-10),
durasi,
kualitas
menentukan
dan
pemberat nyeri. 2)
Atur posisi tidur yang nyaman
2)
bagi pasien 3)
menurunkan nyeri
Anjurkan melakukan
Posisi yang nyaman dapat
klien
untuk
teknik
relaksasi,
3)
Teknik
relaksasi
mengalihkan
seperti menarik napas dalam,
klien,
mendengarkan
menurunkan nyeri.
musik,
dapat
perhatian
sehingga
dapat
menonton TV dan membaca 4)
Kolaborasi dalam pemberian 4)
Untuk menghilangkan nyeri.
terapi.
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan rentang gerak, kelamahan otot pada rentang gerakan, dan kekakuan pada sendi kaki sekunder akibat erosi tulang rawan dan pembentukan panus. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien mampu melaksanakan 25
aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya. Kriteria hasil : 1)
Tidak mengalami kontraktur sendi.
2)
Kekuatan otot bertambah.
3)
Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas dan mempertahankan koordinasi optimal.
No 1)
Intervensi
No
Kaji mobilitas yang ada 1) dan
observasi
Rasional Untuk mengetahui
adanya
peningkatan kerusakan 2)
Berikan klien latihan
2)
Untuk melemaskan sendi
3)
Mengetahui kadar asam urat
ROM
3)
Kontrol asam urat
klien 4)
Motivasi untuk berobat
4)
ke puskesma
Berkolaborasi
untuk
pemberian obat klien
c. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya mengenal masalah penyakit. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien dapat mengenal penyakit yang diderita. Kriteria hasil : 1)
Klien paham dengan penyakit yang diderita
2)
Klien mampu menjelaskan tentang penyakit yang diderita
Internensi
No 1)
Kaji
pengetahuan
No klien
tentang penyakitnya
1)
Rasional Mempermudah memberikan pada klien
26
dalam penjelasan
2)
Jelaskan
tentang
proses 2)
penyakit (tanda dan gejala), identifikasi
Meningkatan pengetahuan dan mengurangi cemas
kemungkinan
penyebab. Jelaskan kondisi tentangklien 3)
Jelaskan tentang program pengobatan dan
3)
Mempermudah intervensi
4)
Mencegah
alternatif
pengobantan 4)
Diskusikan perubahan gaya hidup
yang
mungkin
keparahan
penyakit
digunakan untuk mencegah komplikasi 5)
Tanyakan
kembali
5)
Meriview
pengetahuan klien tentang
sudah
penyakit,
penyakitnya
prosedur
apakah
paham
klien dengan
perawatan dan pengobatan
D. Implementasi Merupakan aktualisasi dari perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Prinsip yang mendasari implementasi keperawatan keluarga antara lain : 1. Implementasi mengacu pada rencana perawatan yang dibuat. 2. Implementasi dilakukan dengan tetap memperhatikan prioritas masalah. 3. Kekuatan-kekuatan keluarga berupa, finansial, motivasi dan sumbersumber pendukung lainnya jangan diabaikan. 4. Pendokumentasian
implementasi
keperawatan
keluarga
janganlah
terlupakan dengan meyertakan tanda tangan petugas sebagai bentuk tanggung gugat dan tanggung jawab profesi (santun setiawati, 2007).
27
E. Evaluasi Tahap evaluasi suatu proses menilai diagnosis keperawatan keluarga yang teratasi, teratasi sebagian atau timbul masalah baru. Melalui kegiatan evaluasi, kita dapat menilai pencapaian tujuan yang diharapkan dan tujuan yang telah dicapai oleh keluarga. Kemampuan keluarga mengenal masalah penyakit : 1.
Kemampuan keluarga mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan.
2.
Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
3.
Kemampuan keluarga memelihara lingkungan yang sehat
4.
Kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dalam menangani masalah kesehatan. Evaluasi Merupakan tahap akhir dari asuhan keperawatan merupakan
suatu proses menentukan nilai keberhasilan yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan keperawatan untuk mencapai tujuan yang di harapkan ( Ardiansyah, 2012)
28
BAB IV TINJAUAN KASUS
29
DAFTAR PUSTAKA Andarmoyo, S. (2012). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: GRAHA ILMU. Friedman. (2012). Buku Ajar: Keperawatan Keluarga. Semarang: Nuha Medika. Padila. (2012). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika. WHO. (2015). Asuhan Keperawatan Keluarga. Semarang: Pustaka Pelajar. http://www.academia.edu/5865144/GOUT http://www.slideshare.net/Sifatmasari/asuhan-keperawatan-gout-asam-urat
30