BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1 Teori dan Konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan
Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berint yang berinteraksi eraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat yang bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama identitas bersama.. Kawasan perko Kawasan perkotaan taan (urban) dalam UU Penataan ruang No.26 ruang No.26 tahun 2007 adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman permukiman perkotaan, perkotaan, pemusatan pemusatan dan distribusi pelayanan pelayanan jasa pemerintaha pemerintahan, n, pelayanan pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Masyarakat perkotaan perkotaan merupakan suatu komunitas yang tinggal di perkotaan perkotaan dengan semua keadaan dan kondisi yang ada di lingkungan kota. Jumlah masyarakat perkotaan perkotaan bertambah bertambah setiap tahunnya dipengaruhi oleh jalur oleh jalur urbanisasi. urbanisasi.
Padatnya pend Padatnya penduduk uduk di di daerah perko daerah perkotaan taan dapat mempersulit untuk tersedianya untuk tersedianya prasar prasarana ana dan sarana dan kondisi lingkungan hidup makin merosot. Hal ini juga dapat menimbulkan dampak-dampak terhadap dampak-dampak terhadap lingkungan kota, kesehatan, baik kesehatan, baik dari dari segi tata kota, masyarakat, maupun keadaan sekitarnya. Kepadatan pend Kepadatan penduduk uduk di di daerah perko daerah perkotaan taan di Indonesia dapat menimbulkan masalah lain yaitu semakin sulitnya tempat tinggal yang terjangkau oleh penduduk penduduk berpengha berpenghasilan silan rendah. Hal ini dapat membuat jumlah gelandangan dan peng dan pengemis emis yang berke yang berkeliaran liaran di kota-kota semakin bertam semakin bertambah, bah, termasuk anak-anak jalanan anak-anak jalanan.. Padatnya penduduk penduduk di perkotaan perkotaan juga menyebabkan lingkungan bukan saja makin tidak memadai, tetapi rusak akibat adanya polusi yang sekarang mengotori sungai-sungai di kota, dan udara kota penu kota penuh h dengan polusi dengan polusi udara karena asap pabrik dan pabrik dan kendaraan (Warisa, 2012). Kenyataan ini mendatangkan kerawanan kesehatan di kota-kota.
Perkembangan kota dan industrinya memang menumbuhkan ekonomi kota, hal ini terlihat dengan lajunya pembanguna pembangunan n fisik gedung-gedung perkantoran perkantoran,, pusat-pusat pusat-pusat pertokoan, pertokoan, dan pabrik-pab pabrik-pabrik, rik, tetapi sejalan dengan ini masalah lowongan pekerjaan, pekerjaan, PHK, dan peng dan pengangg angguran uran makin menekan. Sekarang makin bany makin banyak ak kasus-kasus kasus-kasus kita baca kita baca mengenai pemog mengenai pemogokan okan buruh buruh industri karena upah buru upah buruh h di baw di bawah ah standar dan standar dan perlak perlakuan uan majikan yang tidak adil terhadap buruhny buruhnya, a, masalah PHK karena rasionalisasi dan 8
otomatisasi perusahaan perusahaan menjadi peristiwa peristiwa yang makin sering terjadi di pabrik-pabrik pabrik-pabrik dalam kota (Warisa, 2012).
Pengangguran makin meningkat yang akan berdampak berdampak luas terhadap kenaikan angka kejahatan atau kriminalitas. Kasus-kasus demonstrasi dan pemogokan pemogokan buruh buruh sudah menjadi agenda rutin di Tangerang dan bahk dan bahkan an di Medan belum Medan belum lama ini telah menjurus kepada SARA yang mendatangkan korban jiwa. Jurang kaya miskin di kota antara mereka yang memperoleh kesempatan dan yang tidak makin tidak makin menganga, dan kesenjangan sosial antara konglomerat dan yang melarat makin mustahil dijembatani. Di kota-kota besar kita besar kita melihat makin bany makin banyak ak villa-villa villa-villa eksklusif dengan taman dan kolamnya yang lebar, tetapi kawasan kumuh tanpa air minum juga makin meluas. Makin banyak banyak penduduk penduduk kota kota naik mobil naik mobil mewah bahka mewah bahkan n di kawasan elit satu rumah sering mempunyai mobil lebih dari dua, sedangkan masyarakat umum makin berhim makin berhimpit-him pit-himpitan pitan di bis-bis di bis-bis kota.
Dibandingkan dengan situasi sosial di pedesaan pedesaan (rural), kemelut sosial di perkotaan perkotaan makin menghantui masyarakat kota, sebab kriminalitas menjadi berita sehari-hari pos kota, perkel kota, perkelahian ahian antar pelajar makin pelajar makin menjadi hobi anak-anak sekolah, anak-anak sekolah, peny penyalahgu alahgunaan naan alkohol dan narkotika sudah menjadi masalah serius yang berdampak berdampak negatif negatif terhadap masa depan generasi muda, dari masalah anak-anak jalana anak-anak jalanan n dan pelacuran pelacuran yang juga menimpa anak-anak makin menjadi isu sehari-hari di kota-kota yang membutuhkan uluran tangan mendesak (Abidin, mendesak (Abidin, 2002).
2.2 Peran Perawat dalam Keperawatan Kesehatan Perkotaan
Ruang lingkup praktik praktik keperawatan masyarakat meliputi: upaya-upaya peningkatan peningkatan kesehatan ( promot promotif if ), penceg ), pencegahan ahan ( preventif preventif ), ), pemeliharaan pemeliharaan kesehatan dan peng dan pengobatan obatan (kuratif ), ), pemulihan pemulihan kesehatan (rehabilitatif ) dan mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya (resosialisasi). Kegiatan praktik Kegiatan praktik keperawatan keperawatan komunitas yang dilakukan perawat perawat mempunyai lahan yang luas dan tetap menyesuaikan dengan tingkat pelay tingkat pelayanan anan kesehatan wilayah kerja perawat, perawat, tetapi secara umum kegiatan praktik keperawatan komunitas adalah sebagai berikut berikut pertama pertama yaitu memberikan asuhan keperawatan langsung kepada individu, keluarga, kelompok khusus kelompok khusus baik baik di di rumah (home nursing ), ), di 9
sekolah ( school school health health nursing ), ), di perusa di perusahaan, haan, di Posyandu, di Polindes dan di daerah binaan kesehatan masyarakat. Kedua Penyuluhan/pendidikan kesehatan masyarakat dalam rangka merubah perilak merubah perilaku u individu, keluarga, kelompok dan kelompok dan masyarakat (Stanhope & Lancaster, 2004).
Ketiga konsultasi dan pemecahan pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi. Keempat bimbingan bimbingan dan pembinaan pembinaan sesuai dengan masalah yang mereka hadapi. Kelima melaksanakan rujukan terhadap kasus-kasus yang memerlukan penan memerlukan penanganan ganan lebih lanjut. Keenam penemuan penemuan kasus pada tingakat individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Ketujuh sebagai penghubu penghubung ng antara masyarakat dengan unit pelayanan pelayanan kesehatan. Kedelapan melaksanakan asuhan keperawatan komuniti, melalui pengenala pengenalan n masalah kesehatan masyarakat, perencanaan perencanaan kesehatan, pelaksanaan pelaksanaan dan penilaian penilaian kegiatan dengan menggunakan proses proses keperawatan sebagai suatu usaha pendekatan pendekatan ilmiah keperawatan. Kesembilan mengadakan koordinasi di berbagai berbagai kegiatan asuhan keperawatan komuniti. Kesepuluh Mengadakan kerjasama lintas program program dan lintas sektoral dengan instansi terkait dan terakhir memberikan ketauladanan yang dapat dijadikan panutan panutan oleh individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang berkaitan berkaitan dengan keperawatan dan kesehatan (Stanhope & Lancaster, 2004).
2.3 Ketidakefektifan Koping Keluarga
Koping terdiri atas pemecahan pemecahan upaya pemeca upaya pemecahan han masalah yang sangat relevan dengan kesejahteraan, tetapi membebani sumber seseorang. sumber seseorang. Koping didefinisikan sebagai respon (kognitifperilaku atau persepsi) persepsi) terhadap ketegangan hidup eksternal yang berfungsi berfungsi untuk mencegah, untuk mencegah, menghindari, mengandalkan distress emosional. Koping adalah sebuah istilah yang terbatas pada terbatas pada perilak perilaku u atau kognisi aktual yang ditampilkan seseorang, bukan seseorang, bukan pada sumber yang mungkin mereka gunakan. Koping keluarga menunjukkan tingkat analisa kelompok keluarga kelompok keluarga (atau sebuah tingkat analisis interaksional). Koping keluarga didefinisikan sebagai proses aktif saat keluarga memamfaatkan sumber yang ada dan mengembangkan perilaku serta sumber baru sumber baru yang akan memperkuat unit keluarga dan mengurangi dampak peristiwa peristiwa hidup penuh hidup penuh stress (McCubbin,1979).
Ketidakefektifan koping merupakan ketidakmampuan penilaian penilaian yang tepat terhadap stressor, pilihan
yang
tidak adekuat 10
terhadap
respons
untuk bertindak, bertindak,
dan
ketidakmampuan untuk menggunakan sumber yang tersedia (NANDA, 2011).Strategi koping keluarga memiliki tiga jenis tiga jenis strategi, salah satunya adalah komunikasi.
2.4 Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses pertu proses pertukaran karan dan peny dan penyampaia ampaian n informasi, sikap, pikiran pikiran atau perasaan perasaan melalui bahasa, bahasa, pembicaraan pembicaraan,, pendenga pendengaran, ran, gerak tubuh atau ungkapan emosi (BKKBN, 2012). Komunikasi dapat efektif apabila efektif apabila pesan pesan diterima dan dimengerti sebagaimana dimaksud oleh pengirim pengirim pesan, pesan, pesan ditindaklanjuti dengan sebuah perbuatan perbuatan oleh pener oleh penerima ima pesan pesan dan tidak ada tidak ada hambatan untuk hal untuk hal itu (Hardjana, 2003).
2.4.1 Komunikasi Efektif
Komunikasi efektif adalah saling bertukar bertukar informasi, ide, kepercayaan, perasaan perasaan dan sikap antara dua orang atau kelompok yang hasilnya sesuai dengan harapan. BKKBN (2012) menyebutkan bahwa bahwa tujuan komunikasi efektif adalah (1) membangun hubungan yang harmonis dengan remaja; (2) membentuk suasana keterbukaan dan mendengar; (3) membuat remaja mau bicara ketika punya punya masalah; (4) membuat remaja mau mendengar; dan (5) menghargai saat mereka berbicara. berbicara.
Himmawan (2007) melakukan penelitian penelitian kepada siswa-siswi kelas II SMA N 2 Wonogiri yang berusia yang berusia antara 16 – 18 tahun dan tinggal bersam tinggal bersamaa kedua orang tua tentang hubungan komunikasi efektif dengan efektif dengan perilaku perilaku remaja. Hasil penelitian penelitian di dapat kesimpulan bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara komunikasi efektif antara remaja dan orangtua dengan kecenderungan perilaku perilaku delinkuen. Artinya semakin tinggi komunikasi efektif antara efektif antara remaja dan orangtua maka semakin rendah kecenderungan perilak kecenderungan perilaku u delinkuen. Hal ini juga ini juga sama dengan hasil penelitian penelitian yang dilakukan oleh Warisa (2012). Warisa (2012) melakukan penelitian penelitian kepada remaja di lingkungan VI kelurahan Pulo Brayan Bengkel Baru kota Medan. Hasil penelitian penelitian yang dilakukan Warisa adalah terdapat hubungan yang positif yang positif dan dan signifikan antara hubungan komunikasi orang tua dalam keluarga dengan perilaku menyimpang remaja di lingkungan VI Kelurahan Pulo Brayan Bengkel Baru Kecamatan Medan Timur Kota Timur Kota Medan.
s
2.4.2 Komunikasi Tidak Efektif
Friedman (2003) mendefinisikan komunikasi disfungsional adalah pengiriman dan penerimaan perintah atau isi pesan yang tidak langsung ataupun tidak jelas. Friedman (2003) mengatakan bahwa ciri komunikasi efektif adalah dimana seseorang hanya pendapatnya saja yang dianggap benar dan biasanya tidak mau mendengar pendapat orang lain yang membuat komunikasi menjadi tidak efektif. Komunikasi tidak efektif pada keluarga adalah sering memperlihatkan area komunikasi yang lebih tertutup. Terdapat aturan yang melarang untuk membahas suatu topik yang tidak disetujui dalam keluarga, baik secara tertulis maupun tidak tertulis.
2.5 Teori Inovasi Intervensi Komunikasi Efektif antara Remaja dan Orang Tua
Komunikasi efektif bertujuan untuk membangun hubungan yang harmonis dengan remaja, membentuk suasana keterbukaan antara remaja dengan orang tua, membuat orangtua mau mendengar remaja saat mereka berbicara, membuat remaja mau bicara pada saat mereka menghadapi masalah, membuat remaja mau menghormati orangtua atau orang dewasa saat mereka berbicara, dan dapat membantu remaja menyelesaikan masalahnya (Gunarsa, 2004).
Gunarsa (2004) mengatakan bahwa prosedur dari pelaksaan komunikasi efektif, yaitu: 2.5.1 Mengenal diri
Hal pertama sebelum melakukan komunikasi efektif antara orang tua dengan remaja adalah orang tua harus mengenal akan dirinya sendiri dan mengenal anak remajanya dengan cara: 2.5.1.1 Menghargai diri sendiri, menerima dengan positif apa yang sudah kits miliki tanpa harus membandingkannya dengan orang lain. 2.5.1.2 Menghargai upaya yang sudah dilakukan, baik hasilnya sesuai dengan yang diinginkan maupun tidak, kita harus bisa menghargai upaya yang sudah dilakukan. 2.5.1.3 Berpikir positif terhadap diri sendiri dan orang lain, selalu memandang diri sendiri dan orang lain, anak remaja, dari sisi positif. 2.5.1.4 Mengembangkan minat dan kemampuan diri, selalu berusaha menjadi apa yang kita inginkan sampai tujuan kita tercapai. 12
2.5.1.5 Mengendalikan perasaan, berusaha untuk tidak terbawa keadaan yang sedang dihadapi.
2.5.2 Mendengar aktif
Mendengar aktif adalah cara mendengar dan menerima perasaan serta memberi tanggapan yang bertujuan menunjukan kepada remaja bahwa kita sungguhsungguh telah menangkap pesan serta perasaan yang terkandung didalamnya (BKKBN, 2012). Tujuan dari mendengar aktif adalah orang tua memahami anak remaja seperti yang mereka rasakan bukan seperti apa yang kita lihat atau kita sangka. Langkah-langkah dalam mendengar aktif: 2.5.2.1 Aktif dan memperhatikan bahasa tubuh dengan sungguh-sungguh 2.5.2.2 Membuka diri dan siap mendengarkan 2.5.2.3 Tidak berbicara ketika remaja berbicara 2.5.2.4 Memahami apa yang dirasakan, dipikirkan, dan dimaksud anak 2.5.2.5 Orang tua berperan seperti cermin
2.5.3 Pesan Saya
“Pesan Kamu” adalah cara orang tua berkomunikasi dengan terbiasa menggunakan bahasa
“Kamu”. Cara seperti ini tidak menyampaikan akibat perilaku remaja
terhadap orang tua tetapi berpusat pada kesalahan remaja, cenderung tidak membedakan antara remaja dan perilakunya sehingga membuat remaja merasa disalahkan, direndahkan, dan disudutkan (BKKBN, 2012).
“Pesan Saya” lebih
menekankan perasaan dan kepedulian orang tua sebagai akibat perilaku remaja sehingga remaja belajar bahwa setiap perilaku mempunyai akibat terhadap orang lain. ”Pesan Saya” terdiri atas 4 bagian: 2.5.3.1 “Saya
merasa” (pernyataan yang mengandung bagaimana perasaan orang
tua yang berkaitan dengan perilaku anak atau remaja yang mengganggu) 2.5.3.2 “Kapan” (saat perilaku yang mengganggu orang tua) 2.5.3.3 “Karena /
sebab” (alasan atau penjelasan apa yang akan diperkirakan
terjadi) 2.5.3.4 Perilaku remaja yang diharapkan oleh orang tua
13
Contoh dari pesan saya adalah Ibu merasa cemas ketika kamu tidak pulang pada waktunya, karena ibu pikir ada sesuatu yang terjadi sama kamu. Ibu suka kamu pulang menjelang pukul lima sore.
2.5.4 Menentukan Masalah
Apakah tingkah laku remaja mengganggu hak dan keselamatan dirinya? Ya / Tidak? Apakah tingkah laku remaja mengganggu keselamatan orang tua atau orang lain? Ya / Tidak?
14
BAB 3 GAMBARAN KASUS
3.1 Pengkajian
Keluarga bapak S bertempat tinggal di RT 02 RW 02 kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis, Depok. Bapak S bekerja sebagai staff tata usaha di salah satu SMA di Depok. Ibu I adalah seorang ibu rumah tangga. Keluarga bapak S merupakan tipe keluarga inti yang terdiri dari suami, istri dan tiga orang anak. Keluarga terdiri dari bapak S (42 tahun), ibu I (40 tahun), anak S (20 tahun), anak E (13 tahun), dan anak D (5 tahun). Keluarga bapak S merupakan suku Betawi dan beragama Islam. Tingkat perekonomian keluarga bapak S berada pada menengah ke atas. Keluarga bapak S merupakan tahap perkembagan keluarga dengan usia anak remaja, dengan anak yang paling besar berusia 20 tahun.
Asuhan keperawatan yang dilakukan oleh mahasiswa merupakan asuhan keperawatan pada agregat remaja, sehingga mahasiswa memilih Anak E yang merupakan seorang siswa kelas 7 di salah satu SMP swasta di Depok. Anak E berusia 13 tahun yang dimana anak E yang merupakan anak pada usia remaja awal. Remaja awal merupakan masa transisi awal yang sangat rentan untuk mengikuti arus pergaulan negatif.
Ibu I mengatakan bahwa anak E mengalami perubahan semenjak dirinya masuk ke bangku SMP. Anak E biasanya lebih sering untuk berkumpul dengan keluarga sambil menonton televisi di ruang keluarga, tetapi sekarang anak E lebih sering berada di dalam kamar sendirian. Ibu E juga mengatakan bahwa jika anak E libur, anak E bisa seharian di kamar, keluar kamar hanya untuk minum dan ke kamar mandi saja. Anak E juga sudah jarang bercerita tentang kegiatan di sekolah seperti apa dan jarang bercerita tentang pertemanannya. Ibu I juga mulai khawatir tentang pergaulan anak E yang berubah.
Anak E masuk sekolah pada pukul 07.00 dan sekolah berakhir pada pukul 15.00. Sebelum anak E duduk di bangku SMP, anak E selalu pulang tepat waktu, namun sejak duduk di bangku SMP, anak E jarang langsung pulang ke rumah. Ibu I mengatakan bahwa anak E sering telat pulang ke rumah, pulangnya cukup sore bahkan pernah sampai malam hari. Pada saat ibu I menanyakan alasan kepada anak E tentang pulang yang 15
selalu telat, anak E selalu menjawab habis belajar kelompok mengerjakan tugas bersama teman-temannya dengan nada sedikit kesal. Ibu mengatakan bahwa pada saat bertanya, ibu I bertanya dengan nada marah. Ibu I mengatakan merasa kesal dengan kelakuan anak E yang sekarang ini. Bapak S dan Ibu I pernah mencurigai anak E sudah merokok karena mereka mencium aroma rokok dari mulut dan badan anak E. Bapak S dan ibu I pernah bertanya kepada anak E tentang merokok. Mereka bertanya dengan nada marah dan membentak kepada anak E dan anak E membalas dengan nada marah. Ibu I juga mengatakan bahwa anak E sudah berani melawan orang tua dan sudah berani membentak-bentak orang tua. Ibu I juga mengatakan bahwa ibu I dan bapak S selalu menuduh anak E tanpa bertanya kepada anak E tentang kebenarannya. Ibu I juga mengatakan bahwa anaknya jarang sekali makan di rumah. Dalam sehari, anak E hanya makan sekali. Makanan yang paling sering di makan adalah mie instan.
Pengkajian juga dilakukan kepada anak E. Anak E mengatakan bahwa dia suka bergaul dengan siapa saja. Klien mengatakan mempunyai tiga teman dekat di sekolah. Pertemanan yang dijalin oleh anak E tidak hanya dengan orang-orang seumurannya saja, orang-orang yang lebih tua juga. Anak E mempunyai hobi bermain game online di warnet. Klien sering bermain game online pada saat pulang sekolah. Teman bermain game online sebagian besar adalah orang-orang yang lebih tua dari klien. Klien mengatakan di warnet dia tidak hanya bermain game online saja, namun kline juga mengakses media sosial seperti twitter dan facebook . Waktu bermain di warnet untuk bermain game online dapat dilakukan paling sebentar tiga jam. Klien mengatakan bahwa dia pernah bermain di warnet sampai malam hari dan sampai rumah pukul 22.00 WIB. Warnet yang dikunjungi oleh anak E ini tidak hanya warnet yang dekat dari rumahnya saja. Teman-teman klien yang lebih tua darinya sering mengajak klien untuk bermain di warnet yang jaraknya cukup jauh dari rumahnya.
Ajakan-ajakan negatif yang dilakukan oleh teman-teman klien tidak hanya itu saja. Klien mengatakan bahwa klien pernah diajak untuk merokok. Pada awalnya klien menolak, namun pada saat klien menolak, teman-temannya menyindir klien. Sindiran yang dilakukan oleh teman-temannya seperti
“kalau lo ga merokok, lo ga gaul”, “anak mami
banget lo kalo ga merokok”, dan “bapak lo aja merokok, masa lo ga boleh?!”. Rasa malu, rasa kesal dibilang seperti oleh teman-temannya dan rasa penasaran terhadap rokok 16
membuat klien akhirnya mau mencoba sebatang rokok. Klien mengatakan bahwa itu merupakan pertama dan terakhir kalinya merokok.
Usia remaja terjadi perkembangan kelamin sekunder, salah satunya adalah dimana seorang remaja sudah mulai menyukai lawan jenis. Pada saat mahasiswa menanyakan soal lawan jenis yang disukai, klien tertunduk malu dan mengatakan sudah punya pacar. Klien sudah mempunyai pacar sejak sebulan yang lalu, namun klien tidak mau menceritakan hal seperti ini kepada orang tuanya. Klien mengatakan bahwa kalau sedang ada masalah, anak E lebih senang bercerita kepada teman-temannya dibandingkan kepada orang tuanya. Orang tua yang sering menuduh dan marah-marah kepada klien tanpa mendengar cerita dari anak E terlebih dahulu. Hal ini membuat klien tidak ingin bercerita kepada orang tuanya. Klien juga mengatakan malas untuk berkumpul di ruang keluarga, lebih nyaman di dalam kamar saja.
3.2 Diagnosis Keperawatan Keluarga
Diagnosa yang dapat ditegakkan dari data pengkajian yang sudah ditemukan adalah koping keluarga tidak efektif pada keluarga bapak S, ketidakefektifan performa peran remaja pada anak E, ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan terkait gastritis pada anak E. Hasil skoring dari 3 diagnosa tersebut adalah ketidakefektifan perfoma peran pada anak L berjumlah 3 2/3, perilaku cenderung berisiko berjumlah 2 5/6, dan nyeri kronik 2 1/2. Jadi, diagnosa utamanya adalah koping keluarga tidak efektif.
3.3 Perencanaan
Tujuan umum dari rencana keperawatan keluarga adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan untuk diagnosa keperawatan ketidakefektifan koping keluarga selama 3x pertemuan, koping pada keluarga bapak S menjadi efektif dengan dilakukannya komunikasi efektif antara orang tua dengan anak remajanya, yaitu anak E.
Tujuan khusus yang pertama setelah dilakukan sebanyak 2 x 20 menit adalah diharapkan keluarga mampu mengenal masalah keluarga dengan cara: (1) Menyebutkan pengertian komunikasi efektif yaitu saling bertukar informasi, ide, kepercayaan, perasaan dan sikap antara dua orang atau kelompok yang hasilnya sesuai dengan harapan; (2) Menyebutkan tujuan komunikasi efektif, yaitu membangun hubungan yang harmonis dengan remaja, 17
membentuk suasana keterbukaan antara remaja dengan orang tua, membuat orangtua mau mendengar remaja saat mereka berbicara, membuat remaja mau bicara pada saat mereka menghadapi masalah, membuat remaja mau menghormati orangtua atau orang dewasa saat mereka berbicara, dan dapat membantu remaja menyelesaikan masalahnya; (3) Menyebutkan langkah-langkah dalam melakukan komunikasi efektif, yaitu keterbukaan, mendengar aktif, empati, dan memahami (4) Menyebutkan pengertian Pengertian
“pesan kamu” dan “pesan saya”;
“Pesan Kamu” dan “Pesan Saya”. “Pesan
Kamu” adalah cara orang tua berkomunikasi dengan terbiasa menggunakan bahasa “Kamu”. “Pesan Saya” lebih menekankan perasaan dan kepedulian orang tua sebagai akibat perilaku remaja sehingga remaja belajar bahwa setiap perilaku mempunyai akibat terhadap orang lain.
Tujuan khusus yang kedua adalah mengambil keputusan dengan cara menyebutkan permasalahan akibat komunikasi tidak efektif, yaitu akan timbul konflik dengan orang tua; hubungan antara remaja dan orang tua tidak harmonis, remaja akan berani melawan perkataan orang tua, dan orang tua akan selalu menyalahkan remaja jika ada kesalahan. Selanjutnya adalah mengambil keputusan secara tepat pada saat orang tua dengan remaja mengalami komunikasi tidak efektif. Tujuan khusus yang ketiga adalah melakukan perawatan sederhana dengan cara menyebutkan manfaaat komunikasi efektif antara orang tua dengan remaja, yaitu pembentukan karakter, sikap, dan perilaku remaja akan lebih baik. Keluarga mampu menyebutkan kembali cara berkomunikasi efektif dan keluarga mampu mendemonstrasikan cara komunikasi efektif antara orang tua dengan remaja.
Tujuan khusus yang keempat adalah modifikasi lingkungan dengan cara menyebutkan memodifikasi lingkungan yang kondusif dan memanfaatkan kondisi lingkungan yang kondusif tersebut untuk melakukan komunikasi efektif antara orang tua dengan remaja. Tujuan khusus kelima adalah Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada dengan cara menyebutkan 4 dari 6 tempat pelayanan kesehatan yang ada di sekitar tempat tinggal, menyebutkan 1 dari 2 manfaat berkungjung ke fasilitas pelayanan kesehatan, menyebutkan kapan keluarga harus membawa anggota keluarga ke pelayanan kesehatan.
18
3.4 Implementasi dan Evaluasi
Implementasi pertama, perawat memberikan penyuluhan kesehatan kepada keluarga bapak S tentang mengenal komunikasi efektif antara orang tua dengan anak. Perawat menjelaskan kepada keluarga bapak S tentang pengertian komunikasi efektif remaja, menyebutkan tujuan komunikasi efektif, menyebutkan dan menjelaskan langkah-langkah dalam dalam melakukan komunikasi efektif antara orang tua dengan remaja. Perawat membantu keluarga bapak S dalam mengambil keputusan dengan cara menyebutkan permasalahan akibat komunikasi tidak efektif dan mendiskusikannya bersama keluarga. Setelah perawat membantu keluarga dalam
mengenal masalah dan mengambil
keputusan, selanjutnya perawat melakukan demontrasi.
Demonstrasi tentang komunikasi efektif pertama dipraktikan oleh perawat dengan perawat lainnya. Perawat selanjutnya meminta keluarga bapak S, khususnya ibu I dengan anak E, untuk meredemonstrasikan langkah-langkah dalam melakukan komunikasi efektif seperti apa yang didemonstrasikan oleh perawat. Pemberian reinforcement positif kepada keluarga bapak S karena telah melakukan redemonstrasi. Setelah itu, perawat memberikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya bila tidak ada yang kurang dimengerti. Setelah keluarga mengajukan pertanyaan, perawat melakukan evaluasi tentang apa yang sudah diberikan.
Evaluasi dilakukan oleh perawat guna mengetahui apakah pengetahuan keluarga bertambah atau tidak. Klien mengatakan baru mengetahui bahwa komunikasi antara orang tua dengan anak remajanya akan sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang remajanya. Klien dapat menyebutkan pengertian tentang komunikasi dan komunikasi efektif secara garis besar. Klien juga dapat menyebutkan tujuan dari komunikasi efektif dan langkah-langkah dalam melakukan komunikasi efektif. redemonstrasi yang dilakukan oleh ibu I dengan anak E belum berhasil. Ibu I masih sering melakukan “pesan
kamu” dan anak E juga melawan apa yang ibunya bilang. Rencana tindak selanjutnya adalah mengevaluasi kembali tingkat pengetahuan keluarga dan mengevaluasi demonstrasi yang dilakukan oleh keluarga bapak S.
Implementasi kedua yang dilakukan oleh perawat adalah mengevaluasi pengetahuan keluarga tentang komunikasi efektif dan cara berkomunikasi yang efektif. Hasilnya 19
adalah ibu I mengatakan sudah menerapkan komunikasi efektif kepada anaknya, namun masih kurang berhasil. Ibu masih menggunakan “pesan kamu” pada saat menasihati anak E. Ibu I berjanji akan melatih
“pesan saya” dan menjaga kesabaran jika anak E
melakukan kesalahan. Ibu I juga dapat menyebutkan pengertian komunikasi dan komunikasi efektif. Keluarga juga mampu menyebutkan keuntungan dan kerugian menggunakan komunikasi efektif dan komunikasi tidak efektif. Ibu I juga dapat medemonstrasikan komunikasi efektif dengan baik. Setelah melakukan evaluasi kepada keluarga, perawat melanjutkannya dengan menjelaskan modifikasi lingkungan yang bisa dilakukan yaitu menciptakan lingkungan yang kondusif. Hasil adalah keluarga mengerti dan dapat menyebutkan kembali cara memodifikasi lingkungan yaitu dengan membuat lingkingan yang kondusif. Tujuan khusus 1-4 sudah tercapai. Rencana tindak selanjutnya adalah mengevaluasi tentang komunikasi efektif yang akan dilakukan dan menjelaskan tentang fasilitas kesehatan yang bisa dimanfaatkan.
Implementasi selanjutnya yang dilakukan oleh perawat adalah menjelaskan tentang fasilitas kesehatan yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah pada remaja. Perawat mencoba menggali pengetahuan klien tentang fasilitas kesehatan yang ada mudah dijangkau keluarga. Ibu S menyebutkan bahwa fasilitas kesehatan yang bisa dimanfaatkan yang dekat adalah rumah sakit dan puskesmas. Perawat menjelaskan bahwa keluarga bisa juga bisa memanfaatkan BP yang ada di sekolah untuk tempat bercerita tentang tumbuh kembang anak E dan permasalahan-permasalahan yang dialami. Keluarga mengatakan akan memanfaatkan fasilitas kesehatan atau fasilitas sosial yang mudah dijangkau. Tujuan khusus 1 sampai 5 telah tercapai. Rencana tindak selanjutnya adalah memotivasi keluarga untuk selalu menggunakan komunikasi efektif pada saat berkomunikasi dengan keluarga.
3.5 Intervensi Inovasi
Intervensi inovasi yang dilakukan kepada keluarga bapak S adalah melakukan komunikasi efektif. Intervensi inovasi komunikasi efektif sudah dilakukan sebanyak 5 kali. Keluarga awalnya diberikan penjelasan tentang komunikasi efektif, mulai dari pengertian, tujuan, dan langkah-langkah dalam melakukan komunikasi efektif antara orang tua dengan anak remaja, yaitu mengenal diri, mendengarkan aktif dan empati, menggunakan pesan saya, dan menentukan masalah yang terjadi. 20
Komunikasi efektif antara orang tua dengan remaja, yang harus dilakukan adalah orang tua harus mengenal akan diri mereka sendiri dan mengenal anak remaja mereka. Hal ini bertujuan agar orang tua bisa mengendalikan diri dan dapat berpikir positif dalam menghadapi permasalahan. Pengendalian emosi harus dilakukan dalam melakukan komunikasi. Pengendalian emosi dan berpikir positif akan dapat menangani anak remaja yang mengalami kesalahan. Orang tua yang tidak dapat menahan emosi mereka akan berakibat fatal, seperti membentak, memarahi, menghakimi, bahkan bisa melakukan tindakan kekerasan seperti pemukulan.
Langkah selanjutnya adalah orang tua harus dapat membuka diri. Kesibukan yang dilakukan oleh orang tua membuat remaja akan merasa sungkan untuk mengajak orang tuanya berbicara. Sesibuk apa pun orang tua, orang tua harus bisa meluangkan waktu walaupun hanya sebentar saja. Hal ini membuat remaja merasa dihargai. Selanjutnya adalah orang tua harus mendengar aktif. Rasa dihargai akan membuat remaja lebih terbuka pada saat bercerita. Orang tua dilarang berbicara pada saat anak remajanya bercerita. Biarkan remaja menceritakan apa yang ingin mereka ceritakan dan orang tua harus menatap matanya dan fokus. Orang tua harus berempati akan apa yang diceritakan anak remajanya. Orang tua harus berusaha untuk berada di posisi anak agar orang tua dapat memamhami apa yang sedang dirasakan anak remajanya. Setelah orang tua tahu alasan dari perbuatan yang dilakukan anak remajanya, orang tua dapat memeberikan
“pesan saya”. Pesan saya berfokus pada perasaan yang dirasakan orang tua dan rasa peduli orang tua sebagai akibat dari perbuatan yang dilakukan oleh anak remajanya sehingga remaja menyadari bahwa orang tua sangat peduli akan mereka dan membuat remaja semakin terbuka kepada orang tua.
Ibu I mengatakan bahwa selama ini dirinya salah dengan memarahi dan menghakimi anak E jika anak E melakukan kesalahan. Ibu I mengatakan agak sulit mengontrol emosi karena perasaan lelah karena bekerja dan jengkel akan tingkah laku anak E sehingga sangat sering menggunakan pesan kamu kepada anak E. Ibu I mengatakan setelah dilakukan pertemuan ini, ibu I akan berusaha melakukan komunikasi efektif kepada anak remajanya. Selama 4 minggu, peraawat melakukan sebanyak 6 kali intervensi inovasi kepada keluarga bapak S. Perawat melihat semakin hari ibu I dapat menerapkan 21
komunikasi efektif dengan anak remajanya. Perbedaan yang terjadi pada saat awal pengkajian dan sesudah dilakukan intervensi sangat terlihat lebih membaik. Anak E yang sebelumnya perawat melihat anak E selalu marah pada saat ibu I bertanya, sekarang anak E dapat menjawab dengan sopan pada saat ibu I bertanya tentang apapun.
22
BAB 4 ANALISIS SITUASI
4.1 Profil Lahan Praktik
Kelurahan Cisalak Pasar berada di pinggir jalan raya bogor. Kelurahan ini memiliki 8 RW yang tiap RW memiliki paling sedikit 4 RT. Kelurahan ini mencakup pasar Cisalak sampai dengan auri. Kelurahan ini memiliki Puskesmas rujukan yaitu pada Puskesmas Cimanggis. Di wilayah Cisalak Pasar ini juga terdapat satu bidan yang membina satu kelurahan untuk pelaksanaan Posyandu dan juga Posbindu. Pada survey yang dilakukan oleh mahasiswa residen, untuk aggregate remaja khusunya jumlah remaja dan masalah remaja paling banyak terjadi masalah di wilayah RW 02.
Wilayah RW 02 adalah salah satu wilayah permukiman penduduk yang terletak di kelurahan Cisalak Pasar. Karena wilayahnya yang terletak di pinggiran kota Jakarta, wilayah ini ramai dengan para pendatang bukan hanya warga asli Cisalak. Selain itu, wilayah ini berdekatan dengan beberapa pabrik besar yang menyebabkan banyak warga pendatang yang tinggal di wilayah Kelurahan Cisalak Pasar, khususnya RW 02 mereka yang bekerja di sekitar wilayah Depok.
Berdasarkan laporan rekapitulasi penduduk kelurahan Cisalak Pasar pada bulan April 2013 tercatat penduduk RW 02 berjumlah 1773 jiwa, yang terdiri dari 347 kepala keluarga. Jumlah laki-laki di RW 02 sebanyak 808 jiwa dan perempuan sebanyak 965 jiwa, mayoritas memiliki tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA), beragama Islam, dan suku Betawi. Warga mayoritas bekerja sebagai wiraswasta (berdagang) dan buruh (karyawan swasta); masyarakat dewasa perempuan sebagian besar tidak bekerja yang memiliki pendapatan kurang dari Rp 2.042.000,00.
Lingkungan RW 02 tampak sebagian besar lingkungan kelurahan Cisalak Pasar khususnya RW 02 merupakan daerah yang padat, dimana jarak antar rumah saling berdekatan, Jarak antar rumah yang padat dan berada di gang-gang kecil sehingga kurang atau terbatasnya ruang bagi masyarakat untuk melakukan aktivitas olahraga di luar rumah. namun pada beberapa wilayah RT terdapat kebun-kebun yang rimbun dan tidak terawat. Kebersihan lingkungan kurang diperhatikan, hal ini terlihat dari banyaknya 23
Asuhan keperawatan ..., Paulus, FIK UI, 2013
sampah berserakan di beberapa wilayah di RW 02, saluran air tampak tidak mengalir, dipenuhi lumpur dan sampah. Diwilayah RW 02 tidak memiliki sarana tempat pembuangan sampah umum, sehingga sebagian besar warga membakar sampah rumah tangga di lingkungan masing-masing.
Di wilayah RW 02 terdapat fasilitas olahraga
berupa lapangan bulutangkis yang biasa digunakan untuk kegiatan olah raga.
Pada kelurahan Cisalak Pasar tidak terdapat fasilitas pelayanan kesehatan, seperti puskesmas. Puskesmas yang bisa dijangkau oleh masyarakat adalah puskesmas kecamatan Cimanggis, yang berjarak lebih kurang 2-3 km dan dapat diakses melalui kendaraan bermotor. Pelayanan kesehatan yang terdapat di wilayah kelurahan Cisalak Pasar adalah klinik swasta, praktik dokter dan bidan swasta, posyandu dan posbindu.Menurut kader RW 02, di RW tersebut tidak terdapat posbindu bagi usia lansia bertempat di RT 02, dan adanya posyandu setiap tanggal 15 ditiap bulannya.
Kegiatan khusus remaja di RW 02 tidak ada. Pada saat dilakukan wawancara kepada kader dan ketua RW, RW 02 dulu mempunyai karang taruna. Karang taruna itu pun berhenti sejak tahun 2008 dan sampai saat ini karang taruna tidak ada lagi. RW 02 memiliki banyak pos kamling di setiap RT-nya. Pos kamling yang tersedia sering dijadikan tempat untuk anak muda berkumpul, baik anak remaja, dewasa awal, sampai dewasa tengah. Menurut keterangan dari warga bahwa pos kamling sering dijadikan tempat melakukan kegiatan negatif. Banyak anak muda yang merokok sampai minumminuman beralkohol. Hasil pengkajian 6 mahasiswa profesi terhadap delapan belas klien yang dibina, didapat 10 klien dengan koping keluarga tidak efektif yang berhubungan dengan komunikasi yang tidak efektif.
4.2 Analisis Masalah Keperawatan 4.2.1 Analisis Masalah Terkait Konsep KKMP
Berdasarkan teori masyarakat perkotaan terdapat beberapa masalah yang sering timbul, seperti kejahatan kriminal, banyaknya anak jalanan, pekerja anak-anak, pemulung, gelandangan, dan juga pengemis. Kemelut sosial di perkotaan semakin menghantui masyarakat kota, sebab kriminalitas menjadi berita sehari-hari pos kota, perkelahian antar pelajar makin menjadi hobi anak-anak sekolah, penyalahgunaan alkohol dan narkotika sudah menjadi masalah serius yang 24
berdampak negatif terhadap masa depan generasi muda, dari masalah anak-anak jalanan dan pelacuran yang juga menimpa anak-anak makin menjadi isu sehari-hari di kota-kota yang membutuhkan uluran tangan mendesak (Abidin, 2012). Kemajuan teknologi yang berkembang dengan pesat dan tren pergaulan anak remaja di ibu kota masa kini yang membuat masalah remaja pekotaan cukup sering terjadi (Abidin, 2012).
Kenakalan remaja di RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar, Depok cukup beragam, seperti merokok, minum-minuman beralkohol, sampai seks bebas. Hal ini ditandai dengan tingginya angka KTD di masyarakat RW 02 dan banyak yang berkumpul di pos-pos kosong sambil merokok dan terkadang ada yang minum minuman beralkohol. Masalah-masalah kenakalan remaja dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor remaja itu sendiri dan faktor di luar remaja. Faktor di luar remaja yang sangat berperan peting terhadap perilaku remaja adalah keluarga dan lingkungan sekitar (Sarwono, 2008).
Permasalahan yang terjadi di RW 02 sebagian besar terjadi karena pengaruh lingkungan yang tidak baik. Masyarakat di RW 02 mengatakan hampir setiap malam, anak laki-laki, baik dari remaja sampai dewasa berkumpul di pos yang sudah tidak pakai lagi. Sebagian besar dari mereka merokok dan minum-minuman beralkohol sampai mabuk. Remaja yang merokok mengaku bahwa mereka pernah mencoba merokok karena ikut masuk ke dalam pergaulan mereka. Faktor eksternal lainnya yang merupakan faktor yang sangat penting untuk pertumbuhan remaja adalah keluarga. Koping keluarga tidak efektif yang bisa ditunjukan dari segi komunikasi yang tidak efektif antara orang tua dengan remaja merupakan faktor terpenting untuk menentukan tumbuh kembang remaja (Friedman, 2003). Remaja mengaku bahwa mereka takut untuk bercerita kepada orang tua mereka karena orang tuanya akan marah jika mereka bercerita tentang sesuatu yang negatif yang membuat remaja enggan bercerita dan menjadi remaja yang tertutup di depan orang tuanya. Orang tua sering menghakimi, membentak, dan memarahi anak remajanya jika anaknya melakukan sesuatu yang salah di mata orang tua. Perlakuan seperti ini akan membuat remaja menjadi tertutup pada orang tua dan pada akhirnya mereka akan lebih memilih teman pergaulannya untuk menceritakan masalah yang mereka 25
hadapi. Hal seperti ini akan berdampak buruk akan tumbuh kembang usia remaja mereka dan akan mengalami permasalahan akibat pergaulan mereka.
Penemuan kasus seperti di atas yang terjadi pada tingkat individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat merupakan salah satu dari tugas seorang perawat komunitas. Perawat komunitas akan melakukan asuhan keperawatan komuniti, melalui pengenalan masalah kesehatan masyarakat, perencanaan kesehatan, pelaksanaan dan penilaian kegiatan dengan menggunakan proses keperawatan sebagai suatu usaha pendekatan ilmiah keperawatan. Perawat komunitas akan mengadakan koordinasi di berbagai kegiatan asuhan keperawatan komuniti. Perawat komunitas akan mengadakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral dengan instansi terkait dan terakhir memberikan keteladanan yang dapat dijadikan panutan oleh individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang berkaitan dengan keperawatan dan kesehatan (Stanhope & Lancaster, 2004).
4.2.2 Analisis Masalah Terkait Konsep Remaja
Masalah remaja yang ditemukan pada keluarga Bp. S khususnya an. E adalah ketidakefektifan koping. Anak E mengaku pernah ditawari merokok dan pada akhirnya anak E bersedia untuk mengikuti ajakan teman-temannya, namun hal ini belum diketahui oleh orang tuanya. Hal ini disebabkan orang tuanya pernah menuduh anak E merokok dengan nada marah padahal pada saat itu anak E belum pernah merokok. Perasaan takut untuk bercerita kepada orang tuanya ini yang dialami anak E membuat anak E merahasiakan hal ini dan lebih memilih bercerita dengan temannya. Ibu I mengatakan bahwa semenjak duduk di bangku SMP, anak E mengalami perubahan dimana anak E semakin tertutup dan semakin menjauh dengan keluarga.
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju ke dewasa atau yang sering disebut sebagai masa transisi (Wong, 2008). Masa remaja akan mengalami banyak perubahan yang terjadi dalam tumbuh kembangnya, seperti fisik, mental, dan perilaku sosial (Hurlock, 2002; Wong, 2008). Perubahan perubahan yang dialami ini dapat membuat seorang remaja sangat rentan dalam mengalami masalah-masalah psikologis maupun fisiologi. Permasalahan yang 26
dialami oleh anak remaja tidak bisa diatasi secara optimal dengan mengandalkan diri mereka sendiri (Hurlock, 2002). Permasalahan yang tidak dapat diselesaikan oleh diri mereka sendiri dan ditambah dengan keadaan emosi mereka yang masih labil menyebabkan permasalahan kecil akan menjadi besar bahkan menjadi konflik yang berkepanjangan (Wong, 2008).
Permasalahan yang dialami oleh anak remaja tidak bisa diatasi secara optimal dengan mengandalkan diri mereka sendiri (Hurlock, 2002). Permasalahan yang tidak dapat diselesaikan oleh diri mereka sendiri dan ditambah dengan keadaan emosi mereka yang masih labil menyebabkan permasalahan kecil akan menjadi besar bahkan menjadi konflik yang berkepanjangan (Wong, 2008). Remaja juga menjadi sulit bertoleransi dan berkompromi dengan lingkungan sekitar sehingga cenderung
memberontak
dan
terjadi
konflik.
Rasa
keterikatan
dengan
kelompoknya ini sangat penting bagi remaja, sehingga cenderung mengikuti apa yang dipakai oleh kelompoknya karena keinginan untuk tampak sama dan dianggap dalam kelompok pergaulan.
Perubahan yang terjadi pada masa remaja di atas sesuai dengan yang terjadi pada anak remaja keluarga bapak S, anak E. Ibu I mengatakan bahwa anak E mudah marah dan tersinggung jika orang tuanya ingin mengetahui tentang kehidupan anak E, baik di sekolah maupun pergaulannya di luar rumah. Anak E mengatakan bahwa dirinya senang berteman dan anak E mengatakan memiliki teman kelompok yang sering bersama. Anak E juga mengatakan bahwa teman kelompoknya mengajaknya untuk merokok dan anak E pun menurutinya. Hal ini disebabkan karena klien tidak ingin ditinggalkan oleh teman kelompoknya dan tidak ingin dicemooh dengan kata-kata “anak mami” dan “sok suci”.
4.2.3 Analisis Intervensi Inovasi Terkait dengan Konsep dan Penelitian Terkait
Perubahan alamiah dalam diri remaja sering berdampak pada permasalahan remaja yang cukup serius. Hal ini merupakan tugas yang sangat berat bagi keluarga dalam membimbing anak remajanya agar dapat tumbuh dengan baik, baik segi pendidikan maupun dalam pergaulannya. Masa remaja merupakan masa dimana seorang anak berusaha mencari identitas dirinya yang membuat seorang anak sering melawan 27
perkataan oran tua karena mereka sering memiliki pendapat yang berbeda dengan orang tuanya. Hal ini membuat seorang remaja jarang sekali ingin bercerita dengan orang tuanya. Anak remaja lebih memilih teman sebayanya sebagai tempat bercerita karena anak remaja akan berpikir bahwa mereka memiliki kesamaan. Perasaan memiliki banyak kesamaan ini membuat anak remaja sering membentuk kelompok pertemanan atau yang sering didengar dengan kata geng.
Banyaknya perubahan yang terjadi pada usia remaja ini sering mengakibatkan remaja mengalami keadaan tertekan. Hal ini disebabkan oleh koping seorang remaja yang kurang efektif. Koping remaja akan jauh lebih efektif jika adanya dukungan dari keluarga. Setiadi (2008) menyatakan bahwa semakin besar dukungan yang diperoleh remaja dalam mengatasi masalah, semakin rendah kemungkinan seorang remaja mengalami stres, sehingga terhindar dari gangguan dalam perilakunya. Anak E mengatakan bahwa anak E malas bercerita dengan orang tuanya karena pasti akan dimarahi jika orang tuanya tahu anak E melakukan hal negatif. Anak E lebih memilih teman-temannya sebagai tempat untuk bercerita. Ibu I juga mengatakan bahwa anak E sudah mulai jarang bercerita kepadanya semenjak anak E duduk di bangku SMP.
Komunikasi yang efektif dalam keluarga sangat dibutuhkan. Semakin tinggi komunikasi
efektif antara
remaja
dan
orangtua
maka
semakin
rendah
kecenderungan kenakalan remaja. Sebaliknya semakin rendah komunikasi efektif antara remaja dan orangtua maka semakin tinggi kecenderungan kenakalan remaja (Himawwan, 2011). Komunikasi yang efektif antara orang tua dengan remaja dapat menimbulkan rasa saling percaya sehingga anak remaja dapat terbuka kepada orang tuanya tanpa rasa takut atau ragu. Widjaja (2000) berpendapat bahwa komunikasi merupakan dasar dari seluruh interaksi antar manusia karena tanpa komunikasi, interaksi antar manusia tidak akan terjadi, adanya keterbukaan serta saling percaya diantara kedua belah pihak dapat memicu keterbukaan serta penyampaian informasi juga mengenai masalah remaja terutama seksualitas. Melalui komunikasi efektif ini, orang tua seharusnya dapat menjadi sumber informasi dan pendidik utama bagi anak remajanya (BKKBN, 2012)
28
Asuhan keperawatan ..., Paulus, FIK UI, 2013
4.4 Alternatif Pemecahan Masalah
Mahasiswa memotivasi anak E untuk ikut serta dalam peer group yang sudah dibentuk oleh residensi FIK UI. Mahasiswa menganjurkan kepada kader untuk memotivasi orang tua untuk ikut serta dalam kelompok pendukung remaja KUAT yang telah dibuat oleh residensi FIK UI. Abidin (2002) mengatakan bahwa semakin banyak kegiatan positif yang dilakukan oleh remaja akan meminimalkan kegiatan yang negatif. Abidin juga menambahkan bahwa kegiatan positif bisa dilakukan dengan cara ikut dalam kegiatan keagamaan, pembentukan kelompok remaja seperti karang taruna, OSIS di sekolah, dan organisasi-organisasi lainnya. Pembentukan karang taruna ini akan dibantu oleh kader. Kader membantu dalam pemilihan ketua dan pengurus-pengurus lainnya, membantu dalam pembuatan program-program yang akan dijalankan dan membimbing panitia panitia guna karang taruna dapat berjalan lancar sampai para remaja ini mengerti sehingga panitia-panitia remaja ini dapat menjalankan karang taruna dengan baik.
29
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Asuhan keperawatan telah dilakukan dengan 5 tahap, yang pertama dilakukan pengkajian. Hasil pengkajian awal pada keluarga bapak S menggambarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap masalah ketidakefektifan koping keluarga terutama masalah komunikasi yaitu pola komunikasi antar remaja dengan orang tua yang tidak efektif. Data-data yang didapat dari hasil pengkajian, didapatkan tiga masalah keperawatan keluarga pada keluarga bapak S, yaitu (1) ketidakefektifan koping keluarga bapak S; (2) ketidakefektifan performa peran remaja pada keluarga bapak S khususnya anak E; (3) ketidaknefektifan pemeliharaan kesehatan pada anak E tentang gastritis. Ketiga masalah keperawatan dilakukan skoring dan didapat masalah utama keperawatan yaitu ketidakefektifan koping keluarga bapak S.
Rencana program dalam mengatasi masalah ketidakefektifan koping keluarga terutama masalah komunikasi. Program yang disusun diberi nama komunikasi efektif antara remaja dan orang tua. Program ini diimplementasikan kedalam suatu bentuk intervensi keperawatan keluarga serta aktivitas kegiatan di komunitas yang melibatkan keluarga Bp. S dalam bentuk pendidikan kesehatan, partnership dan empowerment . Rencana tindakan yang disusun untuk menyelesaikan masalah ketidakefektifan koping keluarga terutama masalah komunikasi di keluarga Bp. S, mahasiswa mampu melaksanakan semua rencana yang ada walaupun dalam pelaksanaannya masih ada kendala.
Kegiatan komunikasi efektif antara remaja dan orang tua ini dilakukan melalui strategi pendekatan berupa pendidikan kesehatan, partnership, dan empowerment . Pada akhir praktik melalui eveluasi sumatif, terevaluasi terjadi peningkatan pengetahuan keluarga tentang komunikasi efektif, keterampilan orang tua dalam berkomunikasi efektif dengan anak remajanya, serta perilaku An. S yang sudah mau untuk menceritakan hal pribadi kepada orang tuanya. Pada evaluasi program keperawatan keluarga sangat efektif dalam mengubah komunikasi inefektif antara orang tua dan remaja karena orang tua lebih mau mendengar supaya remaja banyak bicara serta menerima terlebih dahulu perasaan remaja agar remaja lebih terbuka dan dihargai, sehingga ketidakefektifan koping keluarga 30
Asuhan keperawatan ..., Paulus, FIK UI, 2013
teratasi. Tergambarnya profil wilayah praktik yaitu wilayah RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok melalui pengkajian yang dilakukan dengan menggunakan whienshield survey, observasi, wawancara dengan ketua RW, ketua-ketua RT, kader-kader setiap RT, tokoh agama (TOGA), tokoh masyarakat (TOMA) dan beberapa keluarga yang dibina oleh mahasiswa, serta penyebaran angket kepada masyarakat.
5.2 Saran 5.2.1 Institusi Pendidikan
Diharapkan penulisan ini dapat menjadi bahan acuan dalam mengatasi masalah keluarga dengan koping keluarga tidak efektif.
5.2.2 Institusi Pelayanan
Diharapkan penulisan ini menjadi bahan acuan dalam pengembangan program puskesmas ataupun PKPR untuk membuat lingkungan dan pemahaman keluarga mengenai komunikasi orang tua kepada anak remaja sangat penting ditambah dengan pola asuh keluarga yang baik.
5.2.3 Penelitian atau Keilmuan
Diharapkan penulisan ini dapat menjadikan bahan acuan untuk meneliti wilayah lainnya dalam upaya menemukan masalah-masalah komunikasi di dalam keluarga yang mempunyai anak remaja di Indonesia
31
Asuhan keperawatan ..., Paulus, FIK UI, 2013
DAFTAR PUSTAKA
Allender, J. A & Spredley, B. W. (2005). Community health nursing: promoting and protecting the public’s health. 6th. Ed . Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. BKKBN. (2012). Buku komunikasi orang tua remaja. Jakarta BKKBN. (2009). Pusat informasi dan konseling remaja (PIK Remaja). Direktorat remaja dan perlindungan hak-hak reproduksi Jakarta. Clemen-stone, S., McGuire, S. L., & Eigsti, D. G (2002). Comprehensive community health nursing: family, aggregate, & community practice (6rd ed). St. Louis: Mosby, Inc. Effendy, (2000). Dinamika komunikasi remaja, cet IV. Bandung: Rosdakarya. Effendy. (2002). Komunikasi Teori dan Praktek . Jakarta: Grasindo.Rosdakarya Fiona. (2008). Parent adolescent communication and adolescent decision-making, Journal
of
family
studiets.
P41-56.
Vol
2,
http://jfs.e-
contentmanagement.com, diakses tanggal 2 juni 2013. Haniman, F. (2000). Citra diri dan kenakalan remaja pada siswa smu.k (s lts) peringkat tinggi dan peringkat rendah di Surabaya. Indonesia psychological journal: anima, vol 15 no 3. Hurlock, E. B (1998). Development Psychology: a life span approach (5yh ed), London: McGraw Hill Inc. Hurlock, E.B (1998). Perkembangan Anak. Alih bahasa oleh Soedjarmo & Istiwidayanti. Jakarta: Erlangga. Indarsita, D. (2002). Hubungan faktor eksternal dengan perilaku remaja dalam kesehatan reproduksi di SLTP Medan. Skripsi, http://respiratory.usu.ac.id, diakses tanggal 4 juni 2013. Santrock, J. W. (2007). Perkembangan Anak Edisi Kesebelas Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Soetjiningsih. (2004). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta : CV Sagung Seto. Setiadi. (2008). Konsep dan proses keperawatan keluarga edisi pertama. Yogyakarta: Graha ilmu.
Asuhan keperawatan ..., Paulus, FIK UI, 2013
Stanhope, Lancaster. (2004). Community Health Nursing . (4th Ed), St Louis Missouri; Mosby Co. Subekti, I., Harsoyo, S. (2005). Asuhan Keperawatan Komunitas Konsep Proses dan Pendekatan Pengorganisasian Masyarakat . Malang: Buntara Media.
Asuhan keperawatan ..., Paulus, FIK UI, 2013
LAMPIRAN FORMAT PENGKAJIAN KELUARGA I.
DATA UMUM
Nama Kepala Keluarga
: Bapak S
Umur
: 42 Tahun
Suku
: Betawi
Agama
: Islam
Pendidikan
: S1
Pekerjaan
: PNS
Status
: Menikah
Alamat
: RT 02 RW 02, Kelurahan Cisalak Pasar, Cimanggis
Komposisi Keluarga : No
Nama
Jenis Kelamin
Hub dgn KK
Usia
Pendidikan Terakhir
1
Bp. S
Laki-laki
Kepala keluarga
42 tahun
S1
2
Ibu I
Perempuan
Istri
36 tahun
SMA
3
An. D
Perempuan
Anak
20 tahun
SMA
4
An. E
Laki-laki
Anak
13 tahun
SD
5
An. D
Laki-laki
Anak
5 tahun
Belum sekolah
Genogram
Asuhan keperawatan ..., Paulus, FIK UI, 2013
1.
Tipe keluarga Tipe keluarga Bp. S merupakan tipe keluarg inti yang terdiri dari suami, istri, dan tiga orang anak.
2.
Suku Bangsa Keluarga Bp. S berasal dari garis keturunan suku Betawi. Baik nenek/kakek atau pun semua anak-anaknya sehari-hari berbahasa betawi.
3.
Agama Keluarga Bp. S beragama islam. Semua sanak famili beragama islam.
4.
Status Sosial Ekonomi Keluarga Keluarga Bp. S adalah keluarga berkecukupan. Bp. S seorang PNS di salah satu SMA negeri di Jakarta.
5.
Aktivitas Rekreasi Keluarga Aktifitas rekreasi keluarga Bp. S sehari-hari hanya menonton TV di rumah. Setahun sekali (saat idul fitri), mereka berkumpul dan pulang kampung bersama.
II. KEADAAN LINGKUNGAN 1.
Karakteristik Rumah Rumah bp. S memiliki dua lantai. Lantai pertama terdapat ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan, dapur, kamar mandi, dan satu kamar tidur. Di lantai ke dua terdapat dua ruang tamu dan tempat jemur pakaian. Rumah bp. S memiliki ventilasi yang bagus dan setiap hari selalu dibuka sehingga sirkulasi udara bagus dan cahaya matahari pun masuk ke dalam rumah. Lantainya terbuat dari keramik. Jambannya berada lima meter di belakang rumah. Keadaan rumah tampak bersih dan rapih.
2.
Karakteristik Lingkungan Sekitar Lingkungan sekitar tampak kotor, terlihat jarang dibersihkan. Terdapat banyak genangan air. Selokan rumah-rumah warga terlihat banyak sampah yang menumpuk sehingga selokan tidak berfungsi dengan baik. Keluarga Bp. S tinggal dalam wilayah kebanyakan berpenduduk pribumi dan hanya beberapa saja yang merupakan pendatang. Tinggal dalam area padat penghuni dan setiap rumah saling berdempetan, maka interaksi antara penduduk sangat baik dalam hal tolongmenolong. Mereka tidak jarang meminta pendapat/solusi kepada Bp. S dalam menghadapi suatu masalah. Interaksi dalam masyarakat biasanya sering terjadi pada sore hari menjelang magrib, karena mungkin banyak juga masyarakat yang bekerja dan pulang di kala sore hari.
Asuhan keperawatan ..., Paulus, FIK UI, 2013
3.
Pelayanan Sosial dan Kesehatan Setiap anggota keluarga Bpk. S selalu menjaga kesehatannya masing-masing dan bila diantara mereka ada yang sakit, maka keluarga akan saling membantu dalam merawat keluarga yang sakit. Jika ada anggota keluarga yang sedang sakit lebih dari dua-tiga hari, keluarga akan membawa anggota keluarga yang sakit ke puskesmas atau rumah sakit.
III. STRUKTUR KELUARGA 1.
Pola Komunikasi Keluarga Keluarga Bp. S termasuk ke dalam salah satu keluarga yang ceria dan kooperatif. Mereka melakukan komunikasi satu sama lain dengan nyaris tanpa masalah. Baik anak dengan anak, maupun orang tua dengan anak semuanya terjadi tanpa adanya masalah. Namun sering kali orang tua (bapak s dan ibu I) berbicara dengan kuat dan kasar jika anaknya melakukan kesalahan dan juga orang tua suka menuduh anaknya berbuat salah. Terkadang anaknya, khususnya anak E, melawan pada saat dinasihati.
2.
Struktur Kekuasaan Keluarga Dalam keluarganya sendiri Bp. S merupakan kepala keluarga yang sangat dihormati. Serta mampu menjadi pelindung keluarga, bila ada masalah yang menimpa keluarga. Ia bertanggung jawab paling depan jika keluarganya bermasalah.
3.
Struktur Peran Keluarga Peran serta Bpk. S dalam masyarakat terutama, cukup berpengaruh dan dihormati. Istrinya sendiri merupakan ibu rumah tangga yang baik hati dan jujur dalam mengurus semua anakanaknya. Semua anak Bpk. S dapat menjadi orang yang jujur, karena telah dididik sejak dalam lingkungan keluarga.
4. Nilai & Norma Keluarga Bp. S Selalu menerapkan disiplin yang tinggi dalam keluarganya. Tidak terkecuali dalam kebersihan lingkungan rumah.
IV. FUNGSI KELUARGA 1.
Fungsi Afektif Kondisi psikis keluarga Bp. S sangat baik dan mereka sanggup untuk hidup dalam situasi sesulit apapun. Mereka dapat menjalani semuanya yang menjadi beban dalam hidup.
2.
Fungsi Sosial Sebelum masuk ke dalam jenjang melepaskan keluarga dalam masyarakat luas, anak-anak Bp. S selalu bisa bersosial dengan baik dalam keluarga.
Asuhan keperawatan ..., Paulus, FIK UI, 2013
3.
Fungsi Perawatan Kesehatan Setiap anggota keluarga Bp. S selalu menjaga kesehatannya masing-masing dan bila diantara mereka ada yang sakit, maka keluarga akan saling tolong-menolong dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
4.
Fungsi Reproduksi Bp. S dan Ibu I mempunyai 3 orang anak (2 laki-laki dan 1 perempuan).
5.
Fungsi Ekonomi Dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya, hanya bapak S saja yang bekerja. Dengan gaji yang diperoleh oleh bapak S dapat membeli keperluan sehari-hari.
V. STRES DAN KOPING KELUARGA 1.
Stressor, Kekuatan dan Persepsi Keluarga Ibu I mempunyai 2 orang anak remaja dan 1 orang anak usia pre-school. Dengan usia anak yang terbilang masih kecil-kecil, ibu I merasa cemas menghadapi pertumbuhan anak tersebut, khususnya anak remaja laki-lakinya. Ibu I juga merasa khawatir akan kenakalan yang dilakukan oleh anak laki-lakinya yang remaja.
2.
Strategi koping yang digunakan keluarga Stress jangka panjang Ibu I selalu memikirkan tentang pendidikan anak-anaknya. Khususnya anak E dan anak D yang terbilang masih kecil. Ibu I mengatakan takut tidak sanggup dalam membimbing dan mendidik anak-anaknya untuk anak yang berhasil kelak. Stress jangka pendek Ibu I mencemaskan akan perubahan yang terjadi pada anak E yang suka melawan orang tua, lebih menjauhkan diri dari keluarga, dan susah untuk diajak ngobrol. Strategi koping Saat keluarga Bp. S menghadapi suatu permasalahan, biasanya Bp. S menjadi tokoh utama dalam penyelesaian masalah tersebut. Mendiskusikannya dan mengambil keputusan sesuai dengan kemufakatan bersama
Asuhan keperawatan ..., Paulus, FIK UI, 2013
VI. PEMERIKSAAN FISIK No
TD
Nadi
Nafas
Suhu
(mmHg)
(x/menit)
(x/menit)
Ibu I
150/100
85
23
Pemeriksaan
Jantung
: Bunyi S1 S2 normal, murmur (-), galloph (-)
Paru-paru
: Vasikuler +/+, ronchi -/-, wheezing -/-
Abdomen
: bunyi bising usus +
Kulit
: turgor kulit elastis
Kepala
: kulit kepala bersih, rambut baik
Leher
: tidak ada pembesaran KGB
Telinga
: tidak ada cairan, tampak bersih
Mata
: tidak ikterik, konjunctiva tidak anemis
Nama
Fisik
1
BB
TB
( C)
(kg)
(cm)
37,3
58
165
o
Mulut & hidung: mukosa basah, tidak ada karies gig. Hidung bersih. Tidak ada hambatan jalan napas. Anak E
120/70
Pemeriksaan Fisik
78
18
36,8
40
156
Kepala: kulit tampak bersih, rambut baik, tidak ada kerontokan. Mata: tidak anemis dan tidak ikterik Mulut dan hidung: mukosa lembab, terdapat karies gigi sebanyak 3. Hidung tidak ada hambatan jalan napas.
Leher: tidak ada pembesaran KGB Telinga: tidak ada pengeluaran cairan. Kulit: turgor kulit elastis Abdomen: Bunyi bising usus (+) Jantung: Bunyi S1 S2 normal, murmur (-), galloph (-) Paru-paru: Vasikuler +/+, ronchi -/-, wheezing -/-
Asuhan keperawatan ..., Paulus, FIK UI, 2013
Analisa Data Anak E Data DS: Klien mengatakan jarang makan 3x/hari Klien jarang sarapan dan jarang makan malam Klien lebih sering mengkonsumsi mie instant dibandingkan makan nasi. Klien menyukai makanan pedas Klien suka minum minuman bersoda sebelum makan Klien mengatakan kalo sering merasa perih di bagian ulu hati Klien mengatakan sering mengalami mual, bahkan sampai muntah jika belum makan Klien mengatakan kalau dirinya tidak ada penyakit maag
Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan tentang gastritis pada klien anak E
DO: Pada saat kunjungan ke rumah, klien tampak mengkonsumsi mie instan dengan menggunakan cabai yang banyak. Pada saat kunjungan pukul 15, klien tampak sibuk bermain game namun belum makan siang DS: Klien mengatakan orang tuanya sering menuduh klien tanpa diberi kesempatan menjelaskan. Klien mengatakan orang tuanya sering marah-marah kepada klien jika melakukan kesalahan. Ibu I mengatakan dirinya memang jarang meminta penjelasan kepada anak E jika melakukan kesalahan.
Ketidakefektifan koping keluarga
DO Ibu I tampak sering menggunakan “pesan kamu” kepada anaknya. Anak E tampak melawan orang tuanya pada saat Ibu I melakukan “pesan kamu”. DS: Ibu I mengatakan anak E cukup sering pulang malam. Anak E mengaku pernah merokok Anak E mengatakan suka bermain game online di warnet sampai malam hari
Ketidakefektifan performa peran remaja
Klien mengatakan pernah cabut dari sekolah karena ajakan teman untuk bermain di warnet.
DO: Klien melewati perawat dan orang tuanya begitu saja tanpa permisi
Asuhan keperawatan ..., Paulus, FIK UI, 2013
CATATAN PERKEMBANGAN Nama klien
: An. E
Nama perawat : Paulus, S. Kep Tanggal 16 Mei 2013
Implementasi Memperkenalkan diri mahasiswa kepada keluarga Melakukan BHSP Menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan mahasiswa berkunjung. Menanyakan kesediaan keluarga untuk mahasiswa melakukan asuhan keperawatan kepada anak remaja. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital Melakukan kontrak kepada keluarga tentang praktik mahasiswa di keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan.
Evaluasi S:
O:
17 Mei 2013
Melakukan BHSP kepada keluarga Menjelaskan kembali tujuan mahasiswa kepada keluarga Melakukan kontrak waktu dan tempat untuk melakukan pengkajian. Melakukan pengkajian kepada ibu I Melakukan kontrak waktu kepada ibu I untuk pertemuan selanjutnya.
Keluarga mengatakan dengan senang hati menerima kehadiran mahasiswa. Keluarga mengatakan di keluarganya ada anak remaja bernama anak E. Keluarga mengatakan tidak keberatan jika anak E diberikan bimbingan. Keluarga tampak ramah kepada mahasiswa dan kader Keluarga terlihat senang akan kehadiran mahasiswa untuk membimbing anak remajanya.
A: BHSP dapat dilakukan dengan baik. P: Melakukan pengkajian kepada anak E dan orang tua S: Keluarga bersedia jika dilakukan tanya jawab dengan mahasiswa. Keluarga tidak keberatan dengan kontrak waktu 45 menit untuk tanya jawab. Klien mengatakan tempat untuk tanya jawab di ruang tamu saja. Klien mengatakan anak E sedang sekolah dan menyarankan untuk kembali besok sabtu, 18 Mei 2013 untuk bertemu anak E. O: Klien menerima mahasiswa dengan ramah Klien sangat terbuka dalam menjawab pertanyaan yang diajukan mahasiswa A: Diagnosa belum dapat ditegakkan. P: Melakukan BHSP dan pengkajian
Asuhan keperawatan ..., Paulus, FIK UI, 2013
18 Mei 2013
Berkenalan dengan anak E Melakukan A BHSP dengan anak E Menjelaskan tujuan mahasiswa s Melaukan pengkajian kepada anak E u h a n
dengan anak E. S: Klien mengatakan namanya E. Klien mengatakan tidak keberatan jika dikunjungi mahasiswa. Klien mengatakan bersedia untuk diberikan pertanyaan O: Klien tampak ramah Klien cukup terbuka dengan mahasiswa Klien menjawab pertanyaan mahasiswa dengan jelas. A: BHSP telah tercapai P: Melakukan pengkajian untuk melengkapi data. S: Ibu klien mengatakan bahwa bersedia untuk diberikan pertanyaan untuk melengkapi pengkajian. O: Ibu I terlihat sangat buru-buru Ibu I menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh mahasiswa A: Mahasiswa telah melengkapi pengkajian
k e p e r a w a
21 Mei 2013
t BHSP kepada keluarga Melakukan a Mengingatkan kembali kontrak waktu n hari ini kepada keluarga kedatangan Melakukan kontrak waktu dan tempat untuk melakukan pengkajian hari ini. . Melakukan pengkajian kepada ibu I untuk . melengkapi pengkajian. . Melakukan kontrak waktu kepada ibu I untuk , pertemuan selanjutnya. P a
u l
23 Mei 2013
u
TUK 1 s Menjelaskan tentang pengertian komunikasi, , komunikasi efektif, tujuan komunikasi efektif, menjelaskan tentang langkah-langkah F dalam melakukan komunikasi efektif antara I orang tua dengan remaja. TUK 2 K a. Membantu keluarga dalam menentukan mengambil keputusan dengan cara U menyebutkan permasalahan akibat I komunikasi tidak efektif. , b. Mendemonstrasikan komunikasi efektif antara mahasiswa dengan mahasiswa. 2 c. Meminta keluarga untuk 0 meredemonstrasikan komunikasi efektif 1 3
P: Menentukan diagnosa S: Keluarga mengatakan baru mengetahui bahwa komunikasi antara orang tua dengan remaja sangat mempengaruhi pertumbuhannya. O: Klien menjawab pengertian komunikasi dan komunikasi efektif dengan kurang tepat Keluarga menjawab 2 dari 6 tujuan komunikasi efektif. Keluarga menjawab langkahlangkah komunikasi efektif dengan tidak berurutan.
antara orang tua dengan anak remajanya. d. Memberikan reinforcement positif e. Memberikan kesempatan kepada A keluarga untuk bertanya s f. Mengevaluasi apa yang sudah dijelaskan.
u h a n
24 Mei 2013
Mengevaluasi kembali TUK 1 dan TUK 2 yang telahk dijelaskan kemarin e reinforcement positif Memberikan Menjelaskan p kembali yang klien dan ibu klien kurang e mengerti Meminta keluarga untuk mendemonstrasikan r komunikasi efektif a Memberikan reinforcement positif w Mengevaluasi kembali apa yang sudah dijelaskana t a n
. . .
Keluarga menyebutkan 3 dari 5 akibat dari komunikasi tidak efektif. Klien dan ibu I masih kurang dalam medemonstrasikan cara komunikasi efektif kepada.
A: TUK 1, 2 dan 3 teratasi sebagian P: Melakukan kembali TUK 1, 2 dan 3 S: Keluarga mengatakan bahwa lebih paham setelah dijelaskan kembali Keluarga berjanji akan selalu mempraktikan komunikasi efektif. O: Keluarga terlihat lebih menguasai materi yang diberikan Ibu I tidak terlihat canggung pada saat mendemonstrasikan. Keluarga terlihat menerapkan komunikasi efektif pada saat anak E melakukan hal yang tidak sopan di depan mahasiswa. A: TUK 1 TUK 2 TUK 3 tercapai
,
P a
28 Mei 2013
u
Mengevaluasi kembali TUK 1 sampai TUK 3 l TUK 4, memodifikasi lingkungan dengan u cara: a. Menyebutkan cara memodifikasi s lingkungan yang kondusif , b. Memanfaatkan kondisi lingkungan yang kondusif. F
TUK 5 I a. Menggunakan fasilitas kesehatan yang K ada dengan cara menyebutkan 4 dari 6 tempat pelayanan kesehatan yang ada di U sekitar tempat tinggal I b. Menyebutkan 1 dari 2 manfaat berkungjung ke fasilitas pelayanan , 2013
P: Tetap memotivasi keluarga untuk melakukan komunikasi efektif dan melanjutkan ke TUK 4 dan 5 S: Keluarga mengatakan bahwa yang terdekat dari mereka ada rumah sakit dan puskesmas, klinik, dan BP untuk konseling O:
Klien dapat mengulangi TUK 1 sampai TUK 3 dengan baik Klien dapat menyebutkan 4 pelayanan kesehatan Klien mampu menyebutkan manfaat berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan
kesehatan c. Menyebutkan kapan keluarga harus membawa anggota keluarga ke pelayanan kesehatan
A: TUK 1, 2, 3, 4, 5 teratasi P: Lanjutkan ke diagnosa selanjutnya
Asuhan keperawatan ..., Paulus, FIK UI, 2013
FORMAT EVALUASI SUMATIF ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Paulus, S. Kep. (0806457180) Diagnosa 2:
Ketidakefektifan performa peran remaja pada keluarga Bp. S khususnya An. E
No
RESPON KELUARGA
1
Keluarga mampu menyebutkan pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran anak dari segi jasmani. Sedangkan perkembangan adalah berkembangnya kemampuan atau keahlian anak. Keluarga mampu menyebutkan pengertian remaja adalah anak yang berusia 13-21 tahun. Remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Keluarga mampu menyebutkan tumbuh kembang remaja adalah proses lebih lanjut remaja menuju tahap perkembangan dan pertumbuhan selanjutnya. Keluarga mampu menyebutkan 6 dari 11 perubahan yang terjadi pada remaja, yaitu: 1. Perubahan fisik, meliputi: a. Perubahan TB dan BB b. Perubahan bentuk tubuh: remaja putri (penimbunan jaringan lemak, payudara, kulit halus, suara nyaring). Remaja putra (peningkatan besar otot, kulit kasar, tumbuh rambut di daerah tertentu) c. Mengalami pubertas: remaja putra (mimpi basah), remaja putri (menstruasi) 2. Perubahan mental, yaitu: a. Berpikir abstrak b. Kritis c. Egosentris
2
3
4
HASIL Ya Tidak
v
v
v
v
Asuhan keperawatan ..., Paulus, FIK UI, 2013
Modifikasi intervensi
5
6
7
8
9
d. Selalu ingin tahu e. Cenderung menentang orang tua f. Ingin mencoba hal-hal yang menguji keberanian. 3. Perubahan sosial, meliputi: a. Mulai melepaskan diri dari keluarga b. Membentuk kelompok teman sebaya. Keluarga mampu mengidentifikasi bahwa anak E adalah remaja. Keluarga mampu menyebutkan 2 dari 4 cara mengatasi permasalahan akibat perubahan fisik, yaitu: 1. Jerawat 2. Kegemukan 3. Anemia 4. Infeksi karena kekebalan tubuh mulai menurun. Keluarga mampu menyebutkan 2 permasalahan akibat perubahan kejiwaan pada remaja, yaitu: 1. Mencari identitas diri 2. Timbul pertanyaan: siapa aku ini? Keluarga mampu menyebutkan minimal 2 dari 3 permasalahan akibat perubahan sosial pada remaja: 1. Timbul konflik dengan orang tua akibat keinginan remaja ingin mempunyai keleluasan pribadi 2. Melibatkan remaja pada perkelahian antar geng, bolos terlibat dalam narkoba, minum minuman keras, dan merokok. 3. Sifat egosentris dan menonjolkan kelompoknya. Keluarga mampu menyebutkan minimal 3 dari 4 sikap orang tua dalam mengasuh anak remaja, yaitu: 1. Mengenal anak 2. Sering melakukan percakapan dengan anak 3. Mendampingi dan membimbing remaja dalam tantangan hidup
v
v
V
V
v
Asuhan keperawatan ..., Paulus, FIK UI, 2013
10
11 12
13
14
4. Menjadi pemimpin dan teman bagi remaja Keluarga mampu menyebutkan minimal 3 dari 5 sikap anak remaja dalam menjalani masa remaja, yaitu: 1. Mengetahui kelebihan dan kekurangan diri 2. Menerima diri sendiri 3. Meningkatkan keimanan kepada Tuhan semesta ini. 4. Bersikap terbuka 5. Memiliki kegiatan positif Keluarga mampu mendemonstrasikan komunikasi terbuka dengan remaja Keluarga mampu menyebutkan 2 modifikasi lingkungan yang sesuai dengan remaja, yaitu: 1. Pergaulan dengan teman sebaya yang baik 2. Komunikasi terbuka dengan keluarga Keluarga mampu menyebutkan fasilitas yang dapat dikunjungi, yaitu: 1. Puskesmas (PKPR) 2. Rumah sakit 3. Klinik dokter 4. Psikolog 5. Guru wali kelas 6. Guru BP di sekolah Keluarga mengunjungi pelayanan kesehatan untuk konsultasi mengenai masalah tumbuh kembang remaja.
V
v V
v
v
Asuhan keperawatan ..., Paulus, FIK UI, 2013
FORMAT EVALUASI SUMATIF ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
Diagnosa 1 : Ketidakefektifan koping pada keluarga Bp. S
No.
Respon Keluarga
Hasil Ya
1.
Keluarga mampu menyebutkan komunikasi adalah pengirim dan penerima pesan atau berita antara dua orang atau lebih debfab cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.
√
2.
Keluarga mampu menyebutkan komunikasi efektif adalah komunikasi yang berjalan dua arah dan dapat mencapai tujuan.
√
3.
Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 6 penyebab komunikasi tidak efektif, yaitu:
√
Tidak
1. orang tua lebih banyak bicara daripada bekerja 2. orang tua merasa lebih banyak tau 3. orang tua cenderung lebih banyak memberikan nasihat 4. orang tua tidak berusaha untuk mendengar terlebih dahulu apa yang terjadi. 5. orang tua tidak mencoba menerima dahulu kenyataan yang dialami. 6. orang tua merasa putus asa dan marah karena tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan. 4.
Keluarga mampu menyebutkan 4 dari 6 syarat-syarat komunikasi efektif dalam keluarga:
√
1. mengenal diri sendiri
Asuhan keperawatan ..., Paulus, FIK UI, 2013
Modifikasi Intervensi
2. 3. 4. 5. 6. 5.
mengenal diri remaja mendengar aktif “pesan kamu” dan “pesan saya” menentukan masalah siapa mengenal dan menghindari gaya penghambat komunikasi
Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5 risiko akibat masalah komunikasi yang tidak efektif dalam keluarga bila tidak diatasi:
Asuha n kepe rawata n ..., P
√
FIK UI, 2013
1. kenakalan remaja 2. menimbulkan perubahan sikap pada diri remaja. 3. anggota keluarga saling tertutup satu sama lain 4. seringnya terjadi perceraian orang tua 5. anak remaja merasa kesepian 6.
Keluarga mampu menyebutkan jenis-jenis komunikasi, yaitu:
√
1. komunikasi verbal 2. komunikasi non-verbal 7.
Keluarga mampu menyebutkan 7 dari 12 hambatan dalam komunikasi, yaitu:
√
1. memerintah 2. menyalahkan 3. meremehkan 4. membandingkan 5. memberi cap 6. mengancam 7. menasihati 8. membohongi 9. menghibur 10. mengkritik 11. menyindir 12. menganalisa 8.
Keluarga mampu mendemonstrasikan cara komunikasi yang efektif antara orang tua dan remaja.
√
9.
Keluarga mampu menyebutkan faktor-faktor dalam diri remaja untuk:
√
1. sebelum memulai proses komunikasi
aulus,