RESPONSI
BBLR (BAYI BERAT LAHIR RENDAH) DENGAN ASIFIKSIA SEDANG + GEMELLI (KEHAMILAN KEMBAR)
Oleh: Muhammad Alfian H1A 008 033
Pembimbing dr. H. Tatang A Hidayat, Sp.A
DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITRAAN KLINIK DI SMF ANAK RSU PROPINSI NTB FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 2014
I. Identitas Pasien
Nama
: By. HR II
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 1 hari
BBL
: 2000 gram
A – S – S
: 6-8
Tanggal Lahir
: 2 Agustus2012 pukul 06.30 WITA
No. MR
: 53-40-76 Ibu
Ayah
Nama
Ny HR
Tn K
Umur
28 th
38 th
Pendidikan/Berapa tahun
SMP
SD
Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga
Swasta
Alamat
Bima
Bima
II. Keluhan Utama :
Lahir SC dengan berat badan lahir rendah
III. Riwayat Penyakit Sekarang :
Bayi lahir di OK IBS RSUP NTB, dilahirkan secara SC (Sectio Caesaria) dengan indikasi PEB + letsu + Susp. Edema Paru + Anemia dan gemelli pada pukul 09.18 WITA. Bayi lahir langsung menangis dengan AS 6-8 dan BBL = 2000 gr. Bayi masuk NICU dengan keadaan umum sedang, tangis merintih, terlihat biru pada bibir & ekstr emitas serta hipotermi.
IV. Riwayat Kehamilan Ibu :
Ibu os mengaku ini adalah kehamilannya yang kedua . Ibu os tidak ingat kapan HPHT nya. Ibu os biasa ANC di polindes yang diperiksa oleh bidan. Selama hamil ibu os tidak pernah mengalami sakit berat ataupun sampai dirawat di PKM atau RS, ibu os mengaku selama hamil bidan Polindes sering mengatakan bahwa tekanan darah ibu tinggi. Ibu os menyangkal menderita panas, batuk, pilek saat kehamilannya. Riwayat minum-minum obat atau jamu-jamuan disangkal.
V. Riwayat Persalinan :
Persalinan dilakukan dengan proses SC (Sectio Caesaria) dengan indikasi PEB + letsu + Susp. Edema Paru + Anemia dan gemelli pada pukul 09.18 WITA, jenis kelamin : lakilaki, BBL 2000 gram, panjang badan 42 cm, lingkar kepala 31 cm, lingkar lengan 8 cm, anus (+). Apgar skor 6-8. tangis merintih (+), sianosis (+), hipotermi (+).
VI. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
: sedang
Kesadaran
: waspada
Ballard score
: 35 minggu (Kecil Masa Kehamilan)
Score Down
: 5sesak nafas sedang
SpO2
: 95% (dengan O 2)
GDS stik
: 65 mg%
1. Tanda – Tanda Tanda Vital (tanggal 02/08/2012):
Suhu
: 36,3 oC
DJ
: 144 x/menit
Respirasi
: 34 x/menit
2. Menilai Pertumbuhan :
Berat Badan
: 2000 gram
Panjang Badan
: 42 cm
Lingkar Kepala
: 31 cm
Lingkar Lengan Atas : 8 cm
3. Penampakan Umum :
Gerak
: (+)
Warna Kulit
: kemerahan
Cacat Bawaan Yang Tampak : (-)
4. Kepala
Bentuk kepala : microcephali, bulat, lecet (-), ubun – ubun besar terpisah, teraba datar, sutura normal, dan cephal hematom (-) 5. Leher
Pembesaran kel.Tiroid (-)
6. Muka
Mata
: katarak kongenital (-), anemis (-).
Hidung
: atresia choana (-/-), napas cuping hidung (-/-), rhinore (-/-)
Mulut
: palatoschizis (-), makroglossia (-).
Telinga
: simetris D/S, kelainan kongenital (-)
7. Paru
Inspeksi
: dinding dada simetris, retraksi dinding dada (-).
Palpasi
: gerakan diding dada simetris
Perkusi
: sonor dikedua lapang paru
Auskultasi : bronkovesikuler +/+, rh -/-, wh -/-
8. Jantung
Inspeksi
: ictus cordis tidak terlihat
Palpasi
: ictus cordis teraba pada ICS V midclavicula line dextra, thrill (-)
Auskultasi : S1S2 tunggal regular, murmur (-), gallop (-).
9. Abdomen
Inspeksi
: distensi (-)
Auskultasi : bising usus normal Palpasi
: massa (-), supel (+), hepar-lien tidak teraba.
Perkusi
: timpani (+) diseluruh lapang abdomen
10. Umbilicus
Tampak basah dan mulai mengering, warna kuning kehijauan (-), bau (-), edema (-), kemerahan (-) pada pangkal umbilicus.
11. Genitalia
Normal 12. Anus dan rektum
Anus (+), mekoninum (+) 24 jam pertama. 13. Ekstremitas
Normal. Syndactyli (-), polidactyli (-), talipes equinovarus (-/-) Pemeriksaan
Ekstremitas Atas
Ekstremitas Bawah
Dextra
Sinistra
Dextra
Sinistra
Akral Hangat
+
+
+
+
Edema
-
-
-
-
Nyeri Tekan
-
-
-
-
Pucat
-
-
-
-
14. Tulang belakang, pinggul dan system syaraf
Dalam batas normal
VIII. Pemeriksaan Penunjang Darah Lengkap 4 Maret 2014
HB
: 16,7 g/dL
RBC
: 4,61x106/µL
HCT
: 49.6 %
MCV : 107,6 fL
MCH : 36,2 pg
MCHC : 33,7 g/dL
WBC : 8,59x103/µL
PLT
: 297x103/µL
IX. Diagnosis Kerja
BBLR/KMK/Gemeli dengan hipotermi dan asfiksia sedang
X. Rencana Terapi
IVFD D10%
: 6 tts/menit (mikro)
Cefotaxim inj
: 2 x 100 mg
Gentamicin inj
: 1 x 10 mg
FOLLOW UP Hari/ tgl
S
I
04/03/2014
O
Aktifitas (+) Tangis
(+)
baik.
Respon (+).
A
RR: 44 x/m
BBLR
N: 144 x/m
hipotermi+
T : 36,3
asfiksia
SpO2:
95
%
P
+
Observasi
KU
dan VS
Cek DL dan GDS
BBLR
Observasi minum
BBLR
Observasi minum
BBLR
Observasi minum
Tunggu Ibu
sedang.
(dengan O2)
Retraksi (-)
Sianosis (-)
BB: 2000 g
GDS : 65 mg/dL
II
Aktifitas (+).
RR: 48 x/m
05/03/2014
Menangis(+). N: 152 x/m
Respon (+).
T : 36.6 BB : 1900 g
III
Aktifitas (+).
RR:46 x/m.
06/08/2014
Respon (+).
N: 140 x/m.
Menangis
T : 36.7
(+).
Retraksi (-) BB: 2030 g.
IV
Minum
RR: 43 x/m.
PASI(+)
N: 149 x/m.
Aktifitas (+).
T: 36.5
Respon (+).
BB: 2020 g.
Menangis
07/03/2014
(+).
V
minum (+)
RR: 50 x/m.
08/03/2014
Aktifitas
N: 145 x/m.
(+).
T: 36.9
Respon (+).
BB: 2045 g.
Aktifitas
RR: 48 x/m.
(+).
N: 150 x/m.
Minum (+)
T: 36.7
Respon (+).
BB: 2060 g.
VII
Malas (+)
RR: 44 x/m.
10/03/2014
Aktifitas
N: 142 x/m.
(+).
T: 36.7
Respon (+).
BB: 2050 g.
VI 09/03/2014
BBLR
BBLR
Observasi minu
Rencana RG
ASI/PASI 8x5cc
TINJAUAN PUSTAKA
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) Definisi
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction/IUGR).
Klasifikasi
BBLR dapat digolongkan sebagai berikut : a. Prematuritas murni Adalah masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan. Kelompok BBLR ini sering mendapatkan penyulit dan komplikasi akibat kurang matangnya organ karena masa gestasi yang kurang. b. Dismaturitas Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya. Hal ini disebabkan oleh terganggunya sirkulasi dan efisiensi plasenta, kurang baiknya keadaan umum ibu atau gizi ibu, atau hambatan pertumbuhan dari bayinya sendiri.
Epidemiologi
Sampai saat ini BBLR masih merupakan masalah di seluruh dunia, karena merupakan penyebab kesakitan dan kematian pada masa neonatal.Prevalensi BBLR masih cukup tinggi terutama di negara-negara dengan sosio-ekonomi rendah.Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali le bih tinggi dibandingkan pada bayi dengan berat lahir > 2500 gram. Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9-30%.Secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5 %. Angka ini lebih besar dari
target BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7%.
Kejadian
BBLR
yang
tinggi
menunjukkan
bahwa
kualitas
kesehatan
dan
kesejahteraan masyarakat itu masih rendah. Untuk itu diperlukan upaya untuk menurunkan angka kejadian BBLR agar kualitas kesehatan dan kesejahteraan menjadi meningkat. Kejadian BBLR ini bisa dicegah bila kita mengetahui faktor-faktor pen yebabnya.
Etiologi
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR. (1) Faktor ibu a. Penyakit : Seperti malaria, anemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain b. Komplikasi pada kehamilan : Komplikasi yang tejadi pada kehamilan ibu seperti perdarahan antepartum, pre-eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm. c. Usia Ibu dan paritas : Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu dengan usia (< 20 tahun atau >40 tahun) d. Faktor kebiasaan ibu : Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu perokok, ibu pecandu alkohol dan ibu pengguna narkotika. (2) Faktor Janin Prematur, hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan kromosom. (3) Faktor Lingkungan Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi, sosioekonomi dan paparan zat-zat racun.
Komplikasi
Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain :
-
Hipotermia
-
Hipoglikemia
-
Gangguan cairan dan elektrolit
-
Hiperbilirubinemia
-
Sindroma gawat nafas
-
Paten duktus arteriosus
-
Infeksi
-
Perdarahan intraventrikuler
- Apnea of Prematurity -
Anemia
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) antara lain :
-
Gangguan perkembangan
-
Gangguan pertumbuhan
-
Gangguan penglihatan (Retinopati)
-
Gangguan pendengaran
-
Penyakit paru kronis
-
Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit
-
Kenaikan frekuensi kelainan bawaan
Diagnosis
Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi dalam jangka waktu kurang lebih dapat diketahui dengan dilakukan anamesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. 1. Anamnesis Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk menegakkan mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR:
- Umur ibu - Riwayat hari pertama haid terakir - Riwayat persalinan sebelumnya - Paritas, jarak kelahiran sebelumnya - Kenaikan berat badan selama hamil - Aktivitas - Penyakit yang diderita selama hamil - Obat-obatan yang diminum selama hamil
2. Pemeriksaan Fisik Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain :
- Berat badan <2500 gr - Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)
Tulang rawan telinga belum terbentuk.
Masih terdapat lanugo.
Refleks masih lemah.
Alat kelamin luar; perempuan: labium mayus belum menutup labium
minus; laki-laki: belum terjadi penurunan testis & kulit testis rata.
- Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa kehamilan).
Tidak dijumpai tanda prematuritas.
Kulit keriput.
Kuku lebih panjang
3. Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain - Pemeriksaan skor ballard - Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan - Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar elektrolit dan analisa gas darah.
- Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.
- USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan kurang lebih Penatalaksanaan/ terapi
1. Medikamentosa Pemberian vitamin K 1 :
-
Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau
-
Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu)
2. Diatetik Bayi
prematur
atau
BBLR
mempunyai
masalah
menyusui
karena
refleks
menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan dengan pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau pipet. Dengan memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang menempel pada puting. ASI merupakan pilihan utama :
-
Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi menghisap paling kurang sehari sekali.
-
Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.
Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir dan keadaan bayi adalah sebagai berikut: a. Berat lahir 1750 – 2500 gram Bayi Sehat
-
Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih mudah merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusu lebih sering (contoh; setiap 2 jam) bila perlu.
-
Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektifitas menyusui. Apabila bayi kurang dapat menghisap, tambahkan ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.
Bayi Sakit
-
Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV, berikan minum seperti pada bayi sehat.
-
Apabila bayi memerlukan cairan intravena:
Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 atau segera setelah bayi stabil. Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi menunjukkan tanda-tanda siap untuk menyusu.
Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh; gangguan nafas, kejang), berikan ASI peras melalui pipa lambung :
Berikan cairan IV dan ASI menurut umur
Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam sekali). Apabila bayi telah mendapat minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar berikan tambahan ASI setiap kali minum. Biarkan bayi menyusu apabila keadaan bayi sudah stabil dan bayi menunjukkan keinginan untuk menyusu dan dapat menyusu tanpa terbatuk atau tersedak.
b. Berat lahir 1500-1749 gram Bayi Sehat
-
Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang dibutuhkan tidak dapat diberikan menggunakan cangkir/sendok atau ada resiko terjadi aspirasi ke dalam paru (batuk atau tersedak), berikan minum dengan pipa lambung. Lanjutkan dengan pemberian menggunakan cangkir/ sendok apabila bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak (ini dapat berlangsung setela 1-2 hari namun ada kalanya memakan waktu lebih dari 1 minggu)
-
Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum.
-
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung.
Bayi Sakit
-
Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
-
Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan IV secara perlahan.
-
Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum.
-
Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok apabila kondisi bayi sudah stabil dan bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak
-
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung.
c. Berat lahir 1250-1499 gram Bayi Sehat
-
Beri ASI peras melalui pipa lambung
-
Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum
-
Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
-
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung.
Bayi Sakit
-
Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama.
-
Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan intravena secara perlahan.
-
Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum
-
Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
-
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung.
d. Berat lahir < 1250 gram (tidak tergantung kondisi)
-
Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama
-
Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan kurangi pemberian cairan intravena secara perlahan.
-
Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum
-
Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
-
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk menyusui la
Suportif
Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal
-
(3)
:
Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi, seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas, inkubator atau ruangan hangat yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk.
-
Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
-
Ukur suhu tubuh dengan berkala
-
Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah :
-
Jaga dan pantau patensi jalan nafas
-
Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit
-
Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh; hipotermia, kejang, gangguan nafas, hiperbilirubinemia)
-
Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lai nnya
-
Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan, biarkan ibu berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui.
Pemantauan (Monitoring) 1). Pemantauan saat dirawat
a. Terapi
-
Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan
-
Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2 minggu
b. Tumbuh kembang
-
Pantau berat badan bayi secara periodik
-
Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai 10% untuk bayi dengan berat lahir ≥1500 gram dan 15% untuk bayi dengan berat lahir <1500
-
Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua kategori berat lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari :
Tingkatkan jumlah ASI dengan 20 ml/kg/hari sampai tercapai jumlah 180 ml/kg/hari
Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan berat badan bayi agar jumlah pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hari
Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah pemberian ASI hingga 200 ml/kg/hari
Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala setiap minggu.
2). Pemantauan setelah pulang
Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui perkembangan bayi dan mencegah/ mengurangi kemungkinan untuk terjadinya komplikasi setelah pulang sebagai berikut :
-
Sesudah pulang hari ke-2, ke-10, ke-20, ke-30, dilanjutkan setiap bulan.
-
Hitung umur koreksi.
-
Pertumbuhan; berat badan, panjang badan dan lingkar kepala.
-
Tes perkembangan, Denver development screening test (DDST).
-
Awasi adanya kelainan bawaan.
Prognosis BBLR
Kematian perinatal pada bayi BBLR 8 kali lebih besar dari bayi normal.Prognosis akan lebih buruk bila BB makin rendah, angka kematian sering disebabkan karena komplikasi
neonatal
seperti
asfiksia,
aspirasi,
pneumonia,
perdarahan
intrakranial,
hipoglikemia. Bila hidup akan dijumpai kerusakan saraf, gangguan bicara, IQ rendah.
Pencegahan
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan :
-
Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu
-
Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik
-
Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat (20-34 tahun)
-
Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil.
Tanda kecukupan pemberian ASI:
-
BAK minimal 6 kali/ 24 jam.
-
Bayi tidur lelap setelah pemberian ASI.
-
BB naik pd 7 hari pertama sebanyak 20 gram/ hari.
-
Cek saat menyusui, apabila satu payudara dihisap
ASI
akan menetes dari
payudara yg lain. Indikasi bayi BBLR pulang:
-
Suhu bayi stabil.
-
Toleransi minum oral baik
-
Ibu sanggup merawat BBLR di rumah.
terutama
ASI.
Cara menghangatkan bayi Cara
Petunjuk penggunaan
Kontak kulit
Untuk semua bayi
Untuk
menghangatkan
bayi
dalam
waktu
singkat
atau
menghangatkan bayi hipotermi (32-36,4 oC) apabila cara lain tidak mungkin dilakukan. KMC
Untuk menstabilkan bayi dgn berat badan <2.500 g, terutama direkomendasikan untuk perawatan berkelanjutan bayi dengan berat badan <1.800 g.
Tidak untuk bayi sakit berat (sepsis, gangguan napas berat)
Tidak untuk ibu yang menderita penyakit berat yang tidak dapat merawat bayinya.
Pemancar panas
Untuk bayi sakit atau bayi dengan berat 1.500 g atau lebih.
Untuk pemeriksaan awal bayi, selama dilakukan tindakan, atau menghangatkan kembali bayi hipotermi.
Inkubator
Penghangatan berkelanjutan bayi dengan berat <1.500 g yang tidak dapat dilakukan KMC.
Ruangan hangat
Untuk merawat bayi dengan berat <2.500 g yang tidak memerlukan tindakan diagnostik atau prosedur pengobatan.
Tidak untuk bayi sakit berat.
Jumlah cairan yang dibutuhkan bayi (ml/Kg) Berat (g)
Umur (hari) 1
2
3
4
5+
>1500
60
80
100
120
150
<1500
80
100
120
140
150
Jumlah ASI untuk bayi sehat berat 1250-1499 Umur (hari)
Pemberian Jumlah ASI tiap 3 jam (ml/kali)
1
2
3
4
5
6
7
10
15
18
22
26
28
30
Kebutuhan cairan elektrolit bayi (ml/kg) Berat badan (g)
<1000
1000 - <1500
1500 – 2500
>2500
Hari I
120 cc D5%
100 cc D7,5%
80 cc D10%
80 cc D10%
Hari II
140 cc D5%
120 cc D7,5%
100 cc D10%
90 cc D10%
Hari III
170 cc D5%
130 cc D7,5%
110 cc D10%
100 cc D10%
Hari >IV
200 cc
140-150 cc
130-150 cc
120-150 cc
Pembuatan cairan D7,5% = 93 cc (D5%) + 7 cc (D40%) = 100 cc D7,5%.
ASFIKSIA
Definisi
Beberapa sumber mendefinisikan asfiksia neonatorum dengan berbeda : 1. Ikatan Dokter Anak Indonesia Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia dan asidosis. 2. WHO Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. 3. ACOG dan AAP Seorang neonatus disebut mengalami asfiksia bila memenuhi kondisi sebagai berikut:
- Nilai Apgar menit kelima 0-3 -
Adanya asidosis pada pemeriksaan darah tali pusat (pH<7.0)
-
Gangguan neurologis (misalnya: kejang, hipotonia atau koma)
-
Adanya
gangguan
sistem
multiorgan
(misalnya:
gangguan
kardiovaskular,
gastrointestinal, hematologi, pulmoner, atau sistem renal).
Epidemiologi
Diperkirakan bahwa sekitar 23% seluruh angka kematian neonatus di seluruh dunia disebabkan oleh asfiksia neonatorum, dengan proporsi lahir mati yang lebih besar. Laporan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa sejak tahun 2000-2003 asfiksia menempati urutan ke-6, yaitu sebanyak 8%, sebagai penyebab kematian anak diseluruh dunia setelah pneumonia, malaria, sepsis neonatorum dan kelahiran prematur. Diperkirakan 1 juta anak yang bertahan setelah mengalami asfiksia saat lahir kini hidup dengan morbiditas jangka panjang seperti cerebral palsy, retardasi mental dan gangguan belajar. Menurut hasil riset kesehatan dasar tahun 2007, tiga penyebab utama kematian perinatal
di
Indonesia adalah
gangguan pernapasan/respiratory
prematuritas (32,4%) dan sepsis neonatorum (12.0%)
disorders (35,9%),
Etiologi dan Faktor Resiko
Asfiksia neonatorum terjadi karena adanya gangguan pertukaran gas serta transport O2dari ibuke janin sehingga terdapat gangguan dalam persdiaan O 2 dan dalam menghilangkan CO2. Gangguan ini dapat disebabkan secara menahun dalam kehamilan dan mendadak dalam persalinan.Gangguan menahun dalam kehamilan dapat berupa gizi ibu yang buruk dan penyakit menahun seperti anemia, hipertensi, jantung. Towel (1996), menggolongkan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi terdiri dari : 1. Faktor Ibu
-
Hipoksia ibu, dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau anastesia dalam sehingga akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya.
-
Gangguan aliran darah uterus, berkurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan kekurangan pengaliran O 2 ke plasenta dan janin. Misalnya : gangguan kontraksi uterus (hipotermi, tetani uterus akibat penyakit/obat), hipotensi mendadak pada ibu akibat perdarahan, hipertensi akibat penyakit eklampsi.
2. Faktor Placenta Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi placenta. Asfiksia janin terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta misalnya : solusi placenta, perdarahan placenta dan placenta previa. 3. Faktor Fetus Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat menumbung, tali pusat melilit, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir. 4. Faktor Neonatus Depresi pusat pernafasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena :
-
Pemakaian obat anastesi/analgetik yang berlebihan pada ibu se cara langsung dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan janin.
-
Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarahan intrakranial kelainan kongenital pada bayi misalnya : hernia diafragma atresia, hipoplasia paru.
5. Faktor Persalinan
-
Partus lama
-
Partus dengan tindakan (SC, Vakum Ekstraksi)
Klasifikasi
Pembagian klasifikasi asfiksia dibuat berdasarkan nilai apgar score yaitu : 1. Asfiksia berat Apgar score 0-3, bayi memerlukan resusitasi segera secara aktif dan pemberian O2 terkendali. 2. Asfiksia sedang Apgar score 4-6 memerlukan resusitasi dan pemberian O 2 sampai bayi dapat bernafas normal kembali. 3. Bayi normal atau sedikit asfiksia (nilai apgar 7-10). Dalam hal ini bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa (Mochtar R, 1998).
Tabel 1. Penilaian Apgar Score Score
Tanda
Apperance
0
1
Biru pucat
Tubuh
(warna kulit) Pulse
2
kemerahan,
Tubuh
dan
ekstremitas
ekstremitas biru
kemerahan
Tidak ada
≤100 x/m
≥ 100 x/m
Tidak ada
Gerakan sedikit
Gerakan kuat dan menagis
Lumpuh
Gerakan lemah
Gerakan aktif
Tidak ada
Lambat
Teratur, menangis kuat
(Denyut nadi) Grimace (refleks) Activity (tonus otot) Respiratory (usaha bernafas)
Diagnosis
Diagnosis hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tandatanda gawat janin antara lain : 1. Denyut jantung janin Frekuensi normal adalah antara 120 dan 160 x/m, selama his frekuensi ini biasa turun, tetapi diluar his kembali lagi kepada keadaan semula. Peningkatan kecepatan denyut
jantung umumnya tidak besar artinya, akan tetapi apabila frekuensi sampai di bawah 100 x/m diluar his dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya. 2. Mekonium dalam air ketuban Pada presentase kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan terus menimbulkan kewaspadaan.Adanya meokinum air ketuban pada presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan, biasanya hal ini dapat dilakukan dengan mudah. 3. Pemeriksaan pH darah janin. Dengan menggunakan amnioskopi yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin dan diambil contoh darah janin.Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu sampai turun di bawah 7,2 hal ini dianggap sebagai tanda bahaya oleh beberapa penulis.
Patogenesis
1. Bila janin kekurangan O 2 dan kadar CO 2 bertambah, timbullah rangsangan terhadap nesovagus sehingga jantung janin menjadi lambat. Bila kekurangan O 2 itu terus berlangsung, maka nesovagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbullah rangsangan dari nesosimpatikus. Denyut jantung janin menjadi lebih cepat akhirnya irregular dan menghilang. 2. Kekurangan O2 juga merangsang usus, sehingga mekonium keluar sebagai tanda janin dalam hipoksia :
-
Jika DJJ normal dan ada mekonium, maka janin mulai hipoksia.
-
Jika DJJ >100 x/m dan ada mekonium, maka janin sedang hipoksia.
-
Jika DJJ <100 x/m dan ada mekonium, maka janin dalam keadaan gawat.
Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita periksa, kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat (Mochtar R, 1998).
Penanganan
1. Jangan biarkan bayi kedinginan (balut dengan kain) bersihkan mulut dan jalan nafas. 2. Lakukan resusitas dengan alat yang dimasukkan ke dalam mulut untuk mengalirkan O2 dengan tekanan 12 mmHg dan dapat juga dilakukan pernafasan dari mulut ke mulut, masase jantung. 3. Gejala perdarahan otak biasanya timbul pada beberapa hari post partum, jadi kepala dapat direndahkan, supaya lendir yang menyumbat pernafasan dapat keluar. 4. Kalau ada dugaan perdarahan otak berikan injeksi vit K 1-2 mg. Tujuan Penanganan 1. Untuk mengurangi angka mortalitas dan angka morbiditas 2. Untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi 3. Untuk membatasi gejala lain setelah mengalami asfiksia.
Komplikasi
Komplikasi pada bayi baru lahir akibat asfiksia meliputi :
-
Cerebral palsy
-
Retardasi mental
-
Gangguan belajar
Apabila asfiksia ini tidak ditangani dengan baik, maka akan mengakibatkan kematian.
GEMELLI (KEHAMILAN KEMBAR)
Definisi dan Klasifikasi
Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dengan dua janin atau lebih. Kembar dizigotik memiliki dua amnion (diamniotik) dan dua plasenta (dikorionik). Pada kembar monozigot dapat terbentuk satuplasenta (monokorionik), satu amnion (monoamniotik) atau bahkan satu organ fetal (kembar siam).
Kehamilan kembar dapat dibagi atas beberapa tipe : 1. Kembar dizigotik (Binovular-fraternal twins)(66%): yaitu
Fertilisasi dari 2 ovum oleh 2 sperma
Dikorionik, korion yang terpisah, memiliki 2 plasenta.
Diamniotik, amnion yang terpisah (kantung amnion)
2. Kembar monozigotik (Mono ovular-identical twins)(33%) yaitu :
Pembelahan dari 1 ovum, fertilisasi oleh 1 sperma
Jika pembelahan terjadi sebelum terbentuknya inner cell mass (morula), dalam 3 hari (72 jam pertama) dari fertilisasi, yang terjadi pada 1/3 dari kembar monozigotik maka setiap fetus akan memiliki kantong amnion dan plasenta masing-masing (kembar dikorionik diamniotik) sekitar 96%.
Jika pembelahan embrio terjadi setelah 3 hari fertilisasi (antara 4-8 hari), dimana morulla sudah terbentuk, makaakan terjadi komunikasi antara sirkulasi plasenta sehingga terjadi kembar diamniotik monokorionik sekitar 4%.
Pembelahan ovum pada hari 8-13 setelah fertilisasi, dimana lapisan amnion sudah terbentuk akan menjadi kembar monokorionik, monoamniotik
Pembelahan ovum > 13 hari setelah fertilisasi, dimana segmentasi terhambat dan setelah primitive streakterbentuk maka akan terjadi kembar dempet (kembar siam). Dapat dibagi sesuai lokasi anatomis dempetnya.
3. Fetus papyraceous
Salah satu fetus yang kembar tidak berkembang
Tak berbentuk, mengkerut, dan rata
Etiologi
Janin kembar umumnya terjadi akibat pembuahan dua ovum yang berbeda yaitu kembar ovum-ganda, dizigotik, atau fraternal.Sekitar sepertiga janin kembar berasal dari satu ovum yang dibuahi, kemudian membelah menjadi dua struktur serupa, masing-masing berpotensi berkembang menjadi individu terpisah, yaitu kembar ovum tunggal, monozigotik, atau identik. Salah satu atau kedua proses tersebut mungkin berperan dalam pembentukan kehamilan multijanin lainnya. Sebagai contoh, kuadruplet (kembar empat) dapat berasal dari satu sampai empat ovum.
Insidensi
Kembar terjadi pada 1% dari semua kehamilan dengan dua pertiga (70%) adalah dizigot dan sepertiga (30%) adalah monozigot. Insiden dari kembar bervariasi menurut :
Kelompok etnik (1:50 kehamilan ras Afrika, 1 : 80 kehamilan pada ras Caucasia, 1:50 kehamilan pada ras Asia dan paling sedikit pada ras Mongoloid)
Usia maternal (2% setelah 35 tahun). Paling tinggi pada wanita yang berusia 37 tahun, dimana terjadi stimulasi hormonal yang maksimal
Paritas (2% setelah kehamilan keempat)
Metode konsepsi (20% dengan induksi ovulasi)
Patofisiologi
Mekanisme terjadinya kehamilan kembar adalah ketika sperma bertemu dengan ovum di tuba fallopi, fertilisasi
bergabungnya
bergerak turun dari tuba falopii
ovum dan sperma
uterus nidasi
ovum
yang telah dibuahi
dan pertumbuhan fetus, selama proses ini
kembar dapat terbentuk. Kehamilan kembar dapat fraternal atau identikal. Kebanyakan kembar fraternal
berkembang dari telur dan sperma yang terpisah. Kembar fraternal
memiliki plasenta dan kantong amnion terpisah. Berbeda dengan kembar identikal, dapat terjadi ketika telur yang dibuahi membelah lebih awal saat kehamilan dan berkembang menjadi 2 fetus. Kembar identik memiliki 1 plasenta, tapi fetus biasanya memiliki kantung amnion yang terpisah.
Letak dan Presentasi Janin
Presentasi pada janin kembar adalah : 1. Janin kembar pertama presentasi vertex : 75% 2. Kedua janin kembar presentasi vertex : 45% 3. Salah satu janin vertex, dan yang lainnya bokong : 37% 4. Kedua janin kembar presentasi bokong : 10% 5. Presentasi kepala dan letak lintang (5%) 6. Presentasi bokong dan letak lintang (2%) 7. Kedua bayi letak lintang (0,5%)
Diagnosa
Diagnosa gemelli seringkali tidak dapat ditegakkan sampai kehamilan tua, dan terkadang sampai persalinan lanjut. Identifikasi kehamilan dengan penyulit janin multipel banyak terlewat, bukan karena sangat sukar, tetapi karena pemeriksa tidak memikirkan kemungkinan adanya kehamilan multipel tersebut. Untuk mempertinggi ketepatan diagnosa, haruslah dipikirkan kemungkinan kehamilan kembar bila didapatkan hal-hal berikut; besarnya uterus melebihi lamanya amenore, uterus bertumbuh lebih cepat daripada biasanya pada pemeriksaan berulang, penambahan berat badan ibu yang mencolok yang tidak disebabkan oleh edema atau obesitas, banyak bagian kecil yang teraba, teraba 3 bagian besar janin, teraba dua ballotement. Diagnosa dari gemeli dapat ditegakkan dengan : a. Anamnesis Anamnesis yang dibutuhkan dalam menegakkan diagnosis kehamilan kembar adalah riwayat adanya keturunan kembar dalam keluarga, telah mendapat pengobatan infertilitas, adanya uterus yang cepat membesar: fundus uteri > 4 cm dari amenorea, gerakan anak yang terlalu ramai dan adanya penambahan berat badan ibu menyolok yang tidak disebabkan obesitas atau edema. b. Pemeriksaan klinik gejala-gejala dan tanda-tanda Adanya cairan amnion yang berlebihan dan renggangan dinding perut menyebabkan diagnosis dengan palpasi menjadi sukar. Lebih kurang 50 % diagnosis kehamilan ganda dibuat secara tepat jika berat satu janin kurang dari 2500 gram, dan 75 % jika berat badan satujanin lebih dari 2500 gram. Untuk menghindari kesalahan diagnosis, kehamilan ganda perlu dipikirkan bila dalam pemeriksaan ditemukan hal-hal berikut ; besarnya uterus melebihi lamanya amenorea, uterus tumbuh lebih cepat darikehamilan normal, banyak bagian kecil teraba, teraba tiga bagian besar, dan teraba dua balotemen, serta terdengar 2 DJJ dengan perbedaan 10 atau lebih. c. Pemeriksaan USG Berdasarkan pemeriksaan USG dapat terlihat 2 bayangan janin atau lebih dengan 1 atau 2 kantong amnion. Diagnosis dengan USG setelah kehamilan 6-8 minggu dapat
menentukan diagnosis akurat jumlah janin pada uterus dari jumlah kantong gestasional yang terlihat.
Differential Diagnosis
Diagnosa banding pada kehamilan kembar : 1. Kehamilan lewat waktu 2. Polihidramnion 3. Tumor fibroid pada uterus, seperti leimioma 4. Kista abdominalis 5. Molahidatiform
Penatalaksanaan
Penanganan pada kehamilan kembar terbagi atas : A. Antepartum 1. Diet dan pola makan yang baik, wanitadengan kehamilan normal mengalami peningkatan 25-35 pounds setelah 9 bulan, pada kehamilan kembar mengalami peningkatan 35-45 pounds, kehamilan triplet peningkatan 50-60 pounds. The American College of Obstetricians and Gynecologists merekomendasikan bahwa wanita dengan kehamilan kembar untuk mengkonsumsi lebih 300 kalori/hari dari pada wanita dengan hamil normal (total sekitar 2700-2800 kalori/hari) 2. Suplemen besi dan asam folat, pemberian tablet Fe pada saat prenatal sekurangnya 30 mg, anemia defisiensi besi adalah yang paling sering dijumpai dan dapat meningkatkan resiko persalinan preterm. 3. Mengurangi aktivitas dan perbanyak istirahat. Kehamilan kembar dapat membuat keadaan tidak nyaman karena uterus yang jadi lebih besar, istirahat akan menolong untuk meningkatkan energi. 4. Pemberian tokolitik segera, jika perlu.
5. Pemeriksaan klinis kehamilan sekurangnya setiap 2 minggu setelah 24 minggu a. Periksa keadaan servik setiap berkunjung setelah kehamilan 24 minggu melalui pemeriksaan fisik ataupunultrasound untuk mengetahui tanda-tanda
awal
kemungkinan terjadi persalinan preterm. b. Pengetahuan mengenai kehamilan p[reterm, yaitu persalinan yang dimulai sebelum berakhirnya usia kehamilan 37 minggu. Hal ini akan menyebabkan lahir prematur, masalah yang paling sering dijumpai pada kehamilan kembar, yang akan menyebabkan gangguan pernafasan pada bayi. Terapi steroid yang disuntikkan akan membantu paru-paru bayi bekerja lebih baik. c. Perhatikan pergerakan bayi terutamasetelah umur kehamilan 32 minggu, melalui detak jantung janin yang berespon terhadap gerakannya (nonstress test)
6. Ultrasound obstetrik setiap 3-4 minggu setelah diagnosis Dengan tujuan :
Menentukan kemungkinan adanya gangguan pertumbuhan fetus, salah satu janin lebih kecil dari pada janin yang lainnya kembar ini disebut discordant. Ultrasound digunakan untuk melihat pertumbuhan dan cairan amnion pada masing-masing janin.
Evaluasi kelainan kongenital.
Deteksi kembar siam.
Perbandingan berat janin.
Mengetahui presentasi fetus.
Deteksi dini adanya twin-twin transfusion.
7. Non stress test setelah 32 minggu
Mengetahui keadaan janin
Memperkirakan adanya penekanan pada tali pusat.
8. Konsultasi perinatologi
B. Intrapartum Sebaiknya dilakukan di kamar operasi dan sudah disiapkan pemeriksaan cross-match serta dihadiri ahli anestesi, ahli kebidanan dan ahli anak.
a. Jika kembar presentasi vertex-vertex; dilahirkan per vaginam dengan melakukan episiotomi mediolateral untuk mengurangi tekanan pada kepala bayi. b. Jika presentasi vertex-non vertex :
Siapkan SC, atau
Partus per vaginam diikuti dengan persalinan bokong Breech delivery)
Partus per vaginam diikuti ekstraksi bokong totalis atau melakukan internal podalic version (hal ini dilakukan dengan catatan tidak dijumpai
Partus per vaginam diikuti dengan melakukan eksternal version (versi luar) dimana hal ini memerlukan pemantauan dengan USG portabel untuk melihat secara akurat letak bayi kedua
c. Jika presentasi non vertex-vertex atau non vertex-non vertex: SC d. Jika hamil kembar 3 atau lebih : SC e. Pada kembar premature :
Vertex-vertex : partus per vaginam
Vertex-non vertex : Umumnya SC
Non vertex-vertex atau non vertex-non vertex : SC Kembar 3 atau lebih : SC
f. Pada locking twins : segera lakukan SC Ada tiga tipe :
Kollisi; adanya kontak antara bagian janin sehingga tidak bisa memasuki pintu atas panggul
Kompaksi; adanya engagement dari bagian terbawah kedua janin secara bersamaan sehingga menghambat turunnya bagian terbawah
Interlocking; adanya kontakantara dagu kedua janin pada bayi A presentasi bokong dan bayi B presentasi vertex dan kedua janin saking berhadap-hadapan.
Komplikasi
Komplikasi pada ibu dan janin pada kehamilan kembar lebih besar dibandingkan kehamilan tunggal. Angka kematian perinatal pada kehamilan kembar cukup tinggi, dengan kembar monozigotik 2,5 kali angkakematian kembar dizigotik. Resiko terjadinya abortus pada salah satu fetus atau keduanya tinggi. Pada trisemester pertama kehamilan reabsorbsi satu janin atau keduanya kemungkinan terjadi. Anemia sering ditemukan pada kehamilan kembar oleh karena kebutuhan nutrisi yang tinggi serta peningkatan volume plasma yang tidak sebanding dengan peningkatan sel darah merah mengakibatkan kadar hemoblobin menjadi turun, keadaan ini berhubungan dengan kejadian edema pulmonum pada pemberian tokolitik yang lebih tinggi dibandingkan kehamilan kembar. Angkakejadian persalinan preterm ( umur kehamilan kurang 37 minggu ) pada kehamilan kembar 43,6 % dibandingkan dengan kehamilan tunggal sebesar 5,6 %. Frekuensi terjadinya hipertensi yang diperberat kehamilan, preklamsia dan eklamsia meningkat pada kehamilan kembar. Pendarahan antepartum oleh karena solutio plasenta disebabkan permukaan plasenta pada kehamilan kembar jelek sehingga plasenta mudah terlepas. Kematian satu janin pada kehamilan kembar dapat terjadi, penyebab kematian yang umum adalah saling membelitnya tali pusat. ( Benirschke, 1983 ). Bahaya yang perlu dipertimbangkan pada kematian satu janin adanya koagulopati konsumtif berat yang dapat mengakibatkan terjadinya disseminated intravascular coagulopathy. Kelainan kongenital mayor pada kehamilan kembar meningkat sesuai dengan jumlah kembarnya. Pada kembar triplet, angka kelainan kongenital mayor lebih tinggi dibandingkan kembar dua. Kelainan jantung pada kembar monozigotik 1 : 100 kasus. Perdarahan postpartum dalam persalinan kembar disebabkan oleh overdistension uterus, tendesi terjadinya atonia uterus dan berasal dari insersi plasenta.
DISKUSI DAN PEMBAHASAN Berat badan lahir merupakan salah satu indikator kesehatan bayi baru lahir. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 g tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. Pada kasus ini, berat lahir os adalah 1500 gram, artinya os termasuk bayi BBLR yang berdasarkan masa gestasinya tergolong bayi BBLR dengan kategori dismaturitas karena hasil perhitungan Ballard score menunjukkan usia kehamilan atau masa gestasi
tidak sesuai
dengan berat badan pada masa gestasi itu. Pada kasus ini perhitungan Ballard score nya menunjukkan usia kehamilan 40-41 minggu. Hal ini biasanya disebut dengan kecil masa kehamilan. Kelompok BBLR ini sering mendapatkan penyulit dan komplikasi akibat kurang matangnya organ karena masa gestasi yang kurang. Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR. Adapun faktor risiko BBLR pada kasus ini didapatkan faktor ibu yaitu ibu yang sering mengalami anemia selama hamil. Anemia akan mengurangi kemampuan metabolisme tubuh sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke janin. Jika suplai berkuran akibatnya pertumbuhan organ janin pun akan terhambat dan menyebabkan BBLR. Adapun faktor risiko BBLR yang lain pada kasus ini adalah faktor plasenta yaitu kehamilan ganda (gemelli). Pertumbuhan janin kembar lebih sering mengalami gangguan dibandingkan janin tunggal yang tampak ada ukuran sonografi dan berat lahir. Semakin banyak jumlah bayi semakin besar derajat retardasi pertumbuhan. Pengaruh kehamilan kembar pada janin dapat menyebabkan berat badan anak yang lebih kecil dari rata-rata dan malpresentasi. Mortalitas janin meningkat hingga 4 kali daripada kehamilan tunggal. Hal ini disebabkan oleh prematuritas, berat lahir rendah, malpresentasi dan anomali kongenital. Kehamilan kembar juga berpengaruh terhadap peregangan uterus yang berlebihan yang mengakibatkan terjadinya partus prematurus. Selain itu kebutuhan ibu untuk pertumbuhan hamil kembar lebih besar sehingga terjadi defisiensi nutrisi anemia ibu hamil yang dapat mengganggu pertumbuhan janin seperti BBLR. Pada kasus di atas, pada pasien terjadi asfiksia derajat sedang dengan melihat skor apgar masing-masing pada menit pertama dan kelima sebesar yaitu 6-8. Kemungkinan
asfiksia yang terjadi dikarenakan karena faktor ibu berupa anemia dan PEB, faktor fetus berupa janin kembar, faktor persalinan berupa persalinan dengan tindakan SC. Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain : hipotermia, hipoglikemia, gangguan cairan dan elektrolit, hiperbilirubinemia, sindroma gawat nafas, paten duktus arteriosus, infeksi, perdarahan intraventrikuler, Apnea of Prematurity, anemia. Pada kasus diatas, kita jumpai kompliksi langsung atau penyulit pada BBLR yaitu hipotermia.