Probiotik dan Kaitannya dengan Sistem Imun Saluran pencernaan kita secara alami merupakan suatu area yang dikolonisasi oleh berbagai macam bakteri dalam jumlah luar biasa banyak. Pernahkah kita bayangkan bahwa ternyata jumlah bakteri yang yang mengkolonisasi tubuh tubuh terutama dalam saluran pencernaan kita berjumlah 10 kali lipat dibandingkan jumlah sel tubuh kita sendiri!. Sehingga bila dikalkulasikan maka sebenarnya 90% dari sel yang terdapat pada tubuh kita adalah mikroorganisme. Mayoritas bakteri ditemukan pada usus besar (sekitar 1011-12 bakteri/g). Sedangkan jumlah bakteri pada usus kecil lebih sedikit (sekitar 104-7 bakteri/ml). Spesies yang dominan pada usus besar berasal dari golongan bifidobacteria bifidobacteria dan dan bacteroides bacteroides sedangkan sedangkanlactobacilli lactobacilli dan dan streptococci mendominasi mendominasi daerah usus kecil. Bakteri-bakteri ini umumnya kita kenal sebagai bakteri baik. Tidak cukup menghadapi berbagai jenis bakteri itu saja, saluran pencernaan kita pun terus menerus mengalami paparan sejumlah besar antigen dari makanan dan dari partikel-partikel yang terhirup kemudian sampai ke dalam sistem pencernaan kita. Oleh karena itu, jelas dibutuhkan suatu benteng pertahanan yang kokoh untuk menghadapi semuanya itu dan bukanlah menjadi suatu hal yang mengejutkan apabila ternyata 80% sistem imun tubuh kita ditemukan di sekitar area saluran pencernaan dan terutama pada sekitar usus kecil.
Bakteri Probiotik Mempengaruhi Sistem Imun untuk Melawan Benda Asing Berbahaya (image from ascendedhealth.com)
Melalui banyak penelitian, akhirnya kita m emahami bahwa memang salah satu aktivitas mikroorganisme baik di dalam saluran pencernaan manusia adalah menstimulasi sistem imun. Walaupun demikian, sebenarnya mekanisme bakteri baik dalam menstimulasi sistem imun sangatlah kompleks dan hingga saat ini masih banyak hal yang belum dapat dijelaskan secara rinci. Namun, suatu model untuk menjelaskan sistem yang rumit ini telah berhasil disusun oleh sekelompok tim peneliti dari Argentina yang beranggotakan Galdeano dkk. Ada 3 mekanisme yang diajukan oleh mereka, yaitu:
1.
Probiotik mengalami mengalami kontak secara langsung langsung dengan sel-sel epitel saluran pencernaan pencernaan (IEC), yang mensekresikan mensekresikan berbagai sitokinin seperti Interleukin-6 (IL-6) dan menginisiasi komunikasi dengan sel-sel imun di sekitarnya.
2.
Melalui sel-sel epitel terspesialisasi terspesialisasi yaitu yaitu sel-sel M (MC) yang ada di sepanjang saluran pencernaan. Makrofage Makrofage (MQ) atau sel-sel dendritik (DC) adalah sel-sel pertama di bawah sel-sel M yang secara langsung mengalami kontak dengan probiotik atau fragmen-fragmen antigennya dan menghasilkan sitokinin.
3.
DC pada lamina propria saluran pencernaan ditemukan ditemukan dapat memanjangkan memanjangkan dendrit mereka di antara antara IEC dan mungkin dapat secara langsung mengambil sampel dan memproses probiotik pada lumen saluran pencernaan.
Mekanisme Probiotik dalam Menstimulasi Sistem Imun Tubuh (sumber: Galdeano, et al., 2007)
Saat ini telah diketahui pula bahwa sebenarnya bakteri baik hidup maupun mati dapat memberikan efek stimulasi imun yang sama secara in vitro. Untuk beberapa e fek imunomodulasi memang diperlukan integritas sel dalam hal ini berarti sel yang masih hidup, tetapi untuk beberapa kasus yang lain, komponen-komponen bakteri tersebut sudah merupakan stimulan dengan sendirinya. Sel-sel hidup memang lebih disukai karena dengan demikian dapat menekan pertumbuhan bakteri patogen di dalam saluran pencernaan. Sejauh ini komponen aktif dari bakteri yang diduga dapat memberikan efek imunomodulasi adalah DNA dan komponen dinding selnya.
Sumber:
Cedgard L dan W idell A, 2011. The Intestinal Microflora, the Immune System and Probiotics. http://www.wasamedicals.com/pdf http://www.wasam edicals.com/pdf/ref_smj_eng.pdf /ref_smj_eng.pdf [9 November 2011]
Galdeano CM, LeBlanc AM, Vinderola G, Bonet BME, Perdigon G. 2007. Proposed model: Mechanisms of immunomodulation induced by probiotic bacteria. Clin Vacc Immunol 14, 485-492.
Rizzello V, Bonaccorsi I, Dongarra ML, Fink LN, Ferlazzo G. 2011. Role of Natural Killer and Dendritic Cell Crosstalk in Immunomodulation by Commensal Bacteria Probiotics. Journal of Biomedicine and Biotechnology Article ID 473097
Immunoinformatika : Gabungan antara Bioinformatika dan Immunologi Pengembangan vaksin membutuhkan pengetahuan mendalam mengenai imunologi. Itu adalah ilmu yang mempelajari sistim imun dari manusia. Sepanjang sejarah imunologi, pengembangan vaksin dilakukan dengan cara klasik. Ini adalah melemahkan virus dengan menggunakan panas atau bahan kimiawi. Adapun, cara ini tidak sepenuhnya aman. Salah satu sebabnya, adalah kemungkinan utuhnya materi genetik virus. Walau cara pemanasan dan kimia dapat merusak materi genetik, namun belum tentu bagian yang penting bagi virulensi akan dirusak juga. Jika respon imum pasien kurang kuat, justru vaksinasi dapat menjadi bumerang yang berbahaya bagi mereka. Justru virus tersebut, karena materi genetiknya masih utuh, dapat aktif lagi dan menyerang host. Melihat kondisi yang tidak menguntungkan ini, apa yang dapat dilakukan praktisi biomedis untuk mengatasinya?
Jawabannya ada pada imunologi molekuler. Definisi dari itu adalah ilmu yang mempelajari sistim imun manusia dalam tingkat molekuler. Riset immunologi molekuler, sebagai salah satu cabang dari biologi molekuler, telah berkembang pesat, telah juga dipatentkan dan h asil risetnya telah dipublikasi dalam banyak jurnal internasional peer reviewed. Adapun, metode yang dilakukan untuk mengembangkan vaksin secara molekuler secara umum ada dua, yaitu:
1.
Menggunakan Protein/Peptida dari Virus: Dalam rangka mengembangkan vaksin yang aman, diperlukan cara untuk menonaktifkan materi genetik dari virus. Terobosan yang dilakukan bidang imunomolekuler adalah dengan menggunakan protein atau peptida tertentu dari virus tersebut. Jadi, sistim imun dapat langsung mengenai protein/peptida virus sintetik tersebut, untuk kemudian menghasilkan respon imun untuk menghadapi virus yang sesungguhnya. Berhubung materi genetik virus tidak digunakan, maka diharapkan vaksin model ini relatif lebih aman.
2.
Menggunakan vaksin DNA: Pendekatan ini menggunakan materi genetik virus. Namun bukan materi genetik yang sesungguhnya, karena merupakan materi genetik sintetik (oligonukleotida). Berhubung ia hanyalah sintetik atau replika dari materi genetik yang sesungguhnya, maka diharapkan vaksin ini akan aman juga. Vaksin DNA, akan mengintegrasikan dirinya dengan DNA pada host, untuk kemudia mengekspresikan protein yang berfungsi untuk menstimulasi respon imun. Biasanya, yang digunakan sebagai vaksin DNA adalah plasmid.
Kedua tipe vaksin tersebut telah mencapai uji klinis, dan ada beberapa yang telah dijual di pasaran. Contohnya vaksin HPV, yang merupakan vaksin protein, telah dipatenkan dan dijual dipasaran. Adapun, informasi mengenai protein atau DNA apa yang harus digunakan sebagai prekursor vaksin, memerlukan pengolahan lebih lanjut secara komputasi. Pada pengembangan vaksin protein/peptida, diperlukan pengetahuan mengenai sekuens asam amino yang memang memiliki potensi besar untuk mengenerasi respon imun. Asam amino tersebut dinamakan epitop. Untuk mendeteksi mana sekuens asam amino yang berfungsi sebagai epitop, maka diperlukan bantuan komputer.
Demikian juga untuk menentukan sekuens DNA apa yang dapat digunakan sebagai vaksin, diperlukan bantuan komputer juga. Dari penggunaan komputer, untuk membantu riset imunologi molekuler inilah, maka lahir ilmu imunoinformatika. Informasi yang diberikan oleh aplikasi imunoinformatika, dapat membantu kita untuk mendesain vaksin secara lengkap atau utuh. Setelah vaksin berhasil didesain, maka diperlukan validasi untuk menentukan apakah vaksin tersebut memiliki sekuens dan struktur yang serupa dengan protein/peptida asli. Jika sudah valid, maka dapat dilakukan eksperimen laboratoris untuk memproduksi vaksin tersebut.
Dengan bantuan imunoinformatika, maka penghematan regen imunomolekuler dapat berlangsung secara sangat signifikan dan dapat digunakan secara lebih ekonomis. Sehingga, vaksin yang diuji pada binatang dan klinis, nantinya adalah vaksin yang berkualitas tinggi dan memiliki potensi sangat besar untuk lolos uji klinis. Metode immunoinformatika sangat menunjang efisiensi dan efektivitas riset, di tengah krisis finansial yang melanda dunia sekarang ini.
Sistem Imun Bakteri ; Belajar dari Serangan Musuh Ternyata sistem imun tidak hanya milik makhluk hidup tingkat tinggi seperti manusia dan hewan, bakteri pun memilikinya. Sistem imun pada bakteri bahkan diperkirakan merupakan sistem imun alami paling primitif di dunia ini. Bagaimana proses yang terjadi sehingga bakteri bisa memiliki sistem imun sehingga dapat tahan antibiotik dan zat kimia tertentu? Mari kita simak hasil penelitian Prof. Thomas Wood dari Departemen Artie McFerrin Kimia Teknik Texas A&M University yang dimuat di situs ScienceDaily.Sistem imun bakteri diperkirakan muncul akibat pertempuran antara bakteri dan virus yang berlangsung selama jutaan tahun. Kita tahu bahwa virus bisa hidup dengan menyisipkan materi genetiknya ke dalam sel makhluk hidup lain seperti bakteri. Materi genetik yang terdiri dari gen- gen virus akan menyisip ke dalam kromosom bakteri sehingga ketika bakteri melakukanreplikasi DNA, otomatis gen-gen virus akan tereplikasi juga. Akibatnya virus dapat bertahan hidup dengan mengandalkan sistem mesin sel bakteri. Namun hal ini bagaikan b om waktu bagi bakteri karena kemudian si virus akan mereplikasi dirinya sendiri dan materi genetik virus ini akan menghasilkan protein yang dapat membunuh bakteri inangnya, setelah itu virus yang sudah berkembang biak akan mencari sasaran baru lagi. Kejam ya..!
Si bakteri tentu tidak mau terus-menerus diintimidasi dan dijajah virus, mereka punya sistem pertahanan sendiri untuk menaklukkan virus. Kuncinya adalah mutasi genetik. Yap! Mutasi pada kromosom bakteri yang terjadi secara random dan besar-besaran menyebabkan mutasi tidak hanya p ada kromosom asli bakteri tetapi juga pada materi genetik virus yang sudah terintegrasi. Mutasi genetik ini menyebabkan virus kehilangan taringnya sehingga ia tidak dapat bereplikasi dan membunuh bakteri. Lumpuhlah sudah si virus.
Bahkan, dengan adanya mateti genetik virus yang sudah ‗dilumpuhkan‘ tersebut menyebabkan bakteri dapat berkembang lebih cepat dibandingkan bakteri lain yang tidak diserang virus. Berkat adanya gen sisipan dari virus, lama kelamaan setelah melalui proses jutaan tahun lamanya gen sisipan virus berubah menjadi gen normal layaknya gen lain yang asli kepunyaan bakteri. Akibatnya muncullah protein-protein dan enzim-enzim baru, serta halhal baru lainnya yang bakteri pelajari dari proses tersebut.
Apa yang Professor Wood temukan adalah bahwa adanya gen-gen virus yang sudah terjebak jutaan tahun lamanya dalam kromosom, membuat sel bakteri tersebut bisa memiliki sistem imun sendiri sehingga tahan terhadap jenis antibiotik tertentu atau zat-zat kimia oksidator sel seperti hidrogen peroksida. Sungguh suatu cara yang sangat brilian untuk makhluk sekecil bakteri sehingga mereka bisa memiliki sistem imun sendiri.
10 Makanan Yang Dapat Memperkuat Sistem Imun 1. Jamur Jamur membantu meningkatkan kekebalan dengan meningkatkan produksi sel darah putih. Ia membantu sel-sel dengan meningkatkan metabolisme sel, mencegah kerusakan dari radikal bebas. 2. Bawang putih dan bawang Bombay Bawang putih dan bawang Bombay tidak hanya sebagai pemberi rasa bagi makanan, tetapi juga membantu sistem kekebalan tubuh dengan merangsang produksi sel-sel darah putih untuk menyerang infeksi. Selain itu, bawang putih juga membantu menjaga jantung Anda sehat dengan memisahkan trombosit darah yang saling menempel, sehingga memperlancar sirkulasi darah. 3. Teh hijau Teh hijau mengandung antioksidan EGCG, yang dapat menurunkan risiko terkena berbagai penyakit kanker. Susan Bowerman, asisten directur di Center for Human Nutrition, University of California, Los angeles mengungkapkan ― fitonutrien pada the hijau juga mendukung pertumbuhan bakteri baik di saluran pencernaan‖. 4. Labu Labu mengandung antioksidan penting dan beta-karoten, nutrisi yang terurai menjadi vitamin A, penting untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh. 5. Kunyit Telah digunakan selama berabad-abad sebagai bagian da ri Ayurveda dan pengobatan tradisional Cina. Kunyit dapat membantu mencegah kanker, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, mengurangi peradangan, meningkatkan sirkulasi darah, dan banyak lagi. 6. Kayu manis Kayu manis kaya akan antioksidan, yang menahan pertumbuhan pembekuan darah dan bakteri. Berbagai studi juga menunjukkan bahwa kayu manis membantu menstabilkan gula darah, dan melawan kolesterol jahat. 7. Ubi Jalar Ubi jalar mengandung glutation , sebuah antioksidan yang dapat meningkatkan metabolisme nutrisi dan sistem kekebalan tubuh. Juga berfungsi memerangi penyakit Alzheimer, HIV, Kanker, Stroke. 8. Tomat Bukan rahasia lagi, tomat efektif dalam melawan herpes. Kandungan likopen pada tomat juga membantu melindungi terhadap penyakit degeneratif.
9. Tiram Tiram kaya akan kandungan seng. Fungsi Seng dalam reaksi enzimatik lebih dari mineral lainnya, sehingga penting untuk sistem kekebalan tubuh. 10. Kurma Kurma diperkaya oleh potassium, mangan dan antioksidan, buah ini membantu mendukung level PH yang sesuai bagi tubuh. Kandungan serat pada kurma dapat menurunkan kadar insulin dan gula darah, mengurangi resiko diabetes dan sindrom metabolik.
Kebiasaan Yang Membuat Kekebalan Sistem Imun Menurun Sistem kekebalan tubuh adalah bagian penting dari tubuh seseorang untuk melawan penyakit dan infeksi. Sebuah sistem kekebalan tubuh yang lemah dapat menyebabkan kondisi kesehatan yang serius, seperti infeksi atau flu. Karenanya sangat penting untuk menjaga sistem kekebalan yang kuat, dan salah satu cara melakukannya adalah dengan menghindari 10 kebiasaan buruk berikut ini:
1. Merokok Merokok tidak hanya meningkatkan risiko kanker paru -paru, tetapi juga dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh. Ada ribuan racun yang ada di asap rokok yang dapat mempengaruhi sel-sel kekebalan dalam tubuh dan merusak fungsi mereka. Inilah menjadi alasan mengapa perokok lebih rentan terhadap gangguan pernafasan parah seperti asma, bronkitis dan bahkan pneumonia. Jika Anda seorang perokok dan sedang mencari cara untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh, maka Anda perlu berhenti merokok. 2. Alkohol Penelitian telah menunjukkan efek konsumsi alkohol yang berlebihan dan bagaimana hal itu dapat menghancurkan antibodi tubuh yang diperlukan untuk melawan sel yang terinfeksi oleh virus. Seperti perokok, mereka yang menderita kecanduan alkohol lebih mungkin menderita infeksi serius dan penyakit seperti tuberkulosis. 3. Kurang tidur Penting untuk mendapatkan waktu istirahat yang baik demi memastikan sistem kekebalan tubuh Anda berfungsi dengan baik. Ketika tidur, tubuh mampu mengembalikan dan mengisi bahan bakar, termasuk sistem kekebalan tubuh. Jika Anda membatasi jumlah waktu tidur secara konsisten, Anda telah menempatkan diri pada risiko lebih tinggi terkena infeksi dan kondisi kesehatan yang serius seperti, penyakit jantung, stroke, hipertensi, diabetes dan obesitas. 4. Kurang latihan Tidak memiliki cukup waktu berolaharaga dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko penyakit atau infeksi. Penelitian telah menunjukkan bahwa rutin melakukan aktivitas fisik dapat membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh dengan meningkatkan jumlah sel darah putih dalam tubuh untuk membantu melawan segala bentuk penyakit. 5. Terlalu banyak olahraga Aktivitas fisik berlebihan dapat menyebabkan masalah dengan sistem kardiovaskular dan dapat membebani sistem kekebalan tubuh. Ingat, cukup waktu istirahat untuk pemulihan sama pentingnya u ntuk sistem kekebalan tubuh ketimbang melakukan latihan yang adekuat. 6. Stres Jika Anda bertanya-tanya bagaimana stres dapat menyebabkan kondisi kesehatan yang serius, berikut adalah penjelasannya. Stres dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh. Tingkat stres yang tinggi dapat membuat ketidakseimbangan hormon dalam tubuh Anda, merusak fungsi sistem kekebalan tubuh yang dapat mempengaruhi cara tubuh dalam meyembuhkan luka, dan bahkan d apat menyebabkan kondisi kesehatan yang lebih serius. 7. Kurang minum air Air adalah sebuah cairan menakjubkan, yang dapat membantu fungsi keseluruhan dari tubuh Anda, termasuk sistem kekebalan tubuh. Air memiliki kemampuan untuk membilas setiap racun berbahaya dalam sistem imun tubuh. Minum cukup air juga dapat membarikan kesempatan kepada sistem kekebalan tubuh untuk beristirahat dan membantu melakukan tugasnya.
8. Tidak bersih Kebersihan mungkin tidak mempengaruhi sistem kekebalan tubuh Anda secara langsung, tetapi bisa mencegah infeksi dan penyakit dengan menghilangkan kuman dan bakteri. Jika Anda jorok, Anda hanya akan memperberat tugas dari sistem kekebalan tubuh, karena perilaku Anda dapat mengundang organisme berbahaya ke dalam tubuh. Pada titik tertentu, organisme ini dapat mengalahkan sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan penyakit atau infeksi. 9. Kegemukan Para ilmuwan telah menemukan bahwa obesitas dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh seseorang. Sementara penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menemukan hubungan langsung antara obesitas dan peningkatan risiko infeksi karena sistem kekebalan tubuh melemah. Mengonsumsi makanan sehat dan rutin berolahraga perting untuk diterapkan untuk orang dengan obesitas guna mengurangi risiko komplikasi kesehatan. 10. Terlalu banyak sinar matahari Berjemur sebentar di bawah sinar matahari dengan menggunakan tabir surya sebenarnya bukan sesuatu hal yang buruk, tetapi berjemur terlalu lama dapat membuat kulit terbakar. Penelitian telah menunjukkan hubungan antara radiasi UV dan kerusakan pada sistem kekebalan tubuh. Paparan sinar matahari berlebih juga dapat meningkatkan risiko kanker kulit.
Cara Pengobatan Dan Cara Pencegahan Cacar Air Karena sifat cacar air yang sangat mudah menular, maka perlu dilakukan usaha untuk mencegah kontak dengan penderita. Vaksin Varicella hidup yang dilemahkan sudah berhasil dikembangkan dan dicobakan pada anakanak yang dirawat di rumah sakit karena menderita penekanan sistem imun ataupun yang telah kontak dengan penderita cacar air. Vaksin terutama bermanfaat dalam mencegah penyebaran cacar air pada anak- anak dengan resiko tinggi untuk tertular. Vaksin yang digunakan harus dapat memberikan kekebalan yang sesuai dengan kekebalan alamiah tubuh. Untuk mencegah cacar air bisa diberikan suatu vaksin. Kepada orang yang belum pernah mendapatkan vaksinasi cacar air dan memiliki resiko tinggi mengalami komplikasi (misalnya penderita gangguan sistem kekebalan), bisa diberikan immunoglobulin zoster atau immunoglobulin varicella-zoster. Vaksin varisela biasanya diberikan kepada anak yang berusia 12-18 bulan. Vaksin tersedia bagi anak-anak yang berusia lebih dari 12 bulan. Vaksin ini dianjurkan bagi orang di atas usia 12 tahun yang tidak mempunyai kekebalan.Penyakit ini erat kaitannya dengan kekebalan tubuh . Untuk menghindari timbulnya bekas luka yang sulit hilang sebaiknya menghindari pecahnya lenting cacar air. Ketika mengeringkan tubuh sesudah mandi sebaiknya tidak menggosoknya dengan handuk terlalu keras. Untuk menghindari gatal, sebaiknya diberikan bedak talk yang mengandung menthol sehingga mengurangi gesekan yang terjadi pada kulit sehingga kulit tidak banyak teriritasi. Untuk yang memiliki kulit sensitif dapat juga menggunakan bedak talk salycil yang tidak mengandung mentol. Pastikan anda juga selalu mengonsumsi makanan bergizi untuk mempercepat proses penyembuhan penyakit itu sendiri. Konsumsi buah- buahan yang mengandung vitamin C seperti jambu biji dan tomat merah yang dapat dibuat juice. Lentingan pada umumnya tetep bermunculan walaupun sudah diobati. Misalnya seseorang datang ke dokter pada hari kedua dimana lentingan (vesikel) masih belum banyak, maka tetap akan bertambah hingga mencapai puncaknya pada hari ke 5-7 walaupun sudah diberi obat lengkap. Bukan berarti obatnya tidak mempan, tapi memang perjalanan penyakitnya seperti itu. Sebaiknya penderita cacar air melakukan istirahat dan bagi pelajar sebaiknya tidak berangkat sekolah mengingat masa penularan diperkirakan berlangsung 1 minggu sejak mulai timbulnya lenting. Bapak dan ibu guru juga seyogyanya memahaminya. Hal ini untuk memprcepat proses penyembuhan dan mencegah penularan ke orang lain. Tidak ada pantangan makan bagi penderita cacar air, justru dianjurkan makan makanan bergizi. Cacar airpada wanita hamil (trimester or 3 bulan pertama) dapat menimbulkan kelainan bawaan (konginetal), sedangkan pada wanita yang terkena penyakit ini beberapa hari menjelang kelahiran dapat menyebabkan cacar air pada bayinya. Penyakit cacar air ini sebenarnya dapat sembuh dengan sendirinya. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan adanya serangan berulang saat individu tersebut mengalami panurunan daya tahan tubuh. Penyakit varicella dapat diberi penggobatan ―Asiklovir‖ berupa tablet 800 mg per hari setiap 4 jam sekali (dosis orang dewasa, yaitu 12 tahun ke atas) selama 7-10 hari dan salep yang mengandung asiklovir 5% yang dioleskan tipis di permukaan yang terinfeksi 6 kali sehari selama 6 hari. Larutan ―PK‖ sebanyak 1% yang dilarutkan dalam air mandi biasanya juga digunakan. Setelah masa penyembuhan penyakit cacar air, dapat dilanjutkan dengan perawatan bekas luka yang ditimbulkan dengan banyak mengonsumsi air mineral untuk menetralisir ginjal setelah mengonsumsi obat. Konsumsi suplemen vitamin C ataupun yang langsung dari buah-buahan segar seperti juice jambu biji, juice tomat dan anggur. Vitamin E untuk kelembaban kulit bisa didapat dari suplemen vitamin, minuman dari lidah buaya, ataupun rumput laut. Penggunaan lotion yang mengandung pelembab ekstra saat luka sudah benar - benar sembuh diperlukan untuk menghindari iritasi lebih lanjut. Terapi yang biasanya dilakukan adalah terapi suportif untuk peningkatan kondisi sistem kekebalan tubuh dan terapi untuk mencegah infeksi sekunder (infeksi penyakit lain yang menyusul infeksi oleh suatu penyakit) akibat lesi/luka dari vesikel-vesikel yang timbul. Kadang diberikan obat untuk mengurangi gatal (antihistamin). Jika terjadi infeksi bakteri, diberikan antibiotik. Jika kasusnya berat, bisa diberikan obat anti -virus asiklovir. Untuk menurunkan demam, sebaiknya gunakan paracetamol. Obat anti -virus boleh diberikan kepada anak yang berusia lebih dari 2 tahun.
Untuk mengurangi rasa gatal dan mencegah penggarukan, sebaiknya kulit dikompres dingin. Bisa juga dioleskan losyen kalamin, antihistamin atau losyen lainnya yang mengandung mentol atau fenol. Untuk mengurangi resiko terjadinya infeksi bakteri, sebaiknya: - kulit dicuci sesering mungkin dengan air dan sabun - menjaga kebersihan tangan - kuku dipotong pendek - pakaian tetap kering dan bersih.
Cara-cara Alami Mengatasi Bekas Cacar Air Tips pertama yaitu dengan cara menyiapkan bahan-bahan seperti 25gram temulawak, 15gram kencur, 15gram asam jawa, dan 6 00cc air. Cuci dan potong kecil-kecil bahan-bahan tadi kemudian rebus sampai air berkurang setengahnya. Setelah itu air rebusan tadi bisa anda minum 2-3 kali sehari. Ambilah satu buah mengkudu yang sudah matang biasanya berwarna kekuningan. Lalu anda buat jus dan minum secara rutin setiap hari. Cara berikutnya bisa dengan menggunakan daun pegagan. Yaitu dengan cara daun pegagan d i jus bisa dengan ditambahkan madu kemudian anda minum. Selain membantu menghilangkan bekas cacar daun pegagan juga berkhasiat meremajakan kulit. Tips selanjutnya yaitu dengan memakai jagung muda yang di parut dan oleskan pada bagian tubuh yang kena cacar. Selanjutnya bisa juga dengan memakai kacang hijau. Caranya dengan meredam dulu kacang hijau sampai sedikit merekah kemudian tumbuk halus dan oles pada kulit yang kena cacar. Selain mengkonsumsi bahan-bahan alami di atas, penderita juga dianjurkan untuk banyak mengkonsumsi air putih, vitamin C serta makanan yang mengandung vitamin E. Yang terpenting adalah dengan menjaga selalu keberihan dan kesehatan tubuh anda.
AIDS AIDS merupakan sekumpulan penyakit sebagai dampak dari melemahnya sistem kekebalan tubuh. Kekebalan tubuh dapat melemah karena mendapat serangan dari HIV (Human Immunodeviciency Virus).
Perhatikan Gambar 11.10. Virus ini mampu menyerang dan merusak sel darah putih sehingga kemampuan tubuh dalam memerangi kuman penyakit menjadi berkurang. Orang yang terinfeksi virus HIV tidak selalu dikatakan positif mengidap penyakit AIDS tetapi bisa saja hanya sebagai pembawa (karier). HIV dapat ditularkan oleh penderita ke orang lain melalui darah atau semen (sperma) dan cairan vagina. Apabila orang yang sehat melakukan hubungan seksual dengan orang karier. HIV maka besar kemungkinan akan tertular virus HIV. Selain dengan hubungan seksual, virus HIV juga dapat menular dari ibu yang terinfeksi kepada bayi yang dikandungnya melalui plasenta.
Jarum suntik yang dipergunakan secara sembarangan juga berpotensi menjadi sarana penularan virus HIV. Hal ini dapat terjadi apabila seorang pengidap virus HIV menggunakan jarum suntik yang selanjutnya digunakan kembali oleh orang lain. Biasanya ini terjadi pada orang-orang pengguna obat-obat terlarang yang menggunakan jarum suntik secara bersama-sama. Jarum suntik yang telah dipakai dapat terkena darah orang yang memakainya, sedangkan darah dapat menjadi sarana penularan virus HIV. Pencegahan dapat dilakukan dengan memakai kondom saat berhubungan seks, selalu menggunakan jarum suntik yang steril dan berhati-hati pada saat melakukan transfusi darah. HIV menginfeksi sel yang p ermukaannya terdapat molekul CD4 sebagai reseptor. Infeksi dimulai ketika glikoprotein pada HIV membentuk tempelan ke reseptor CD4. Virus masuk ke sel dan memulai replikasi (memperbanyak diri). Sel terinfeksi dapat menghasilkan bentuk virus yang baru. Sel T menjadi target utama dari virus ini, sehingga efek utamanya adalah pada sistem imun. Selanjutnya sel-sel lain yang memiliki CD4 (beberapa makrofag), subklas sel B, juga dapat terinfeksi. Perhatikan Gambar 11.11.
Sebenarnya pada awal-awal terjadi infeksi, sistem imun masih bekerja dengan baik sampai beberapa tahun. Akan tetapi sistem imun dalam tubuh menurun seiring dengan terakumulasinya varian baru dan antigen yang berbeda. Gambar 11.12 berikut dapat memperjelas apa yang sudah dipelajari sebelumnya.
HIV menempel ke reseptor CD4 pada permukaan sel T dan masuk sel secara endositosis, kemudian memperbanyak diri. Selanjutnya keluar dari sel T dengan cara melisiskan sel atau dapat juga dengan cara eksositosis. Setelah masa delapan tahun terinfeksi maka penderita HIV dapat menderita AIDS, dan mudah terserang penyakit jenis lainnya, seperti tuberculosis, kanker, melemahnya ingatan, dan kehilangan sistem koordinasi tubuh.
Mengapa orang yang terinfeksi virus HIV baru dapat mengetahuinya setelah beberapa tahun? Hal ini karena selama kurang lebih 8 tahun setelah terinfeksi HIV, penderita tidak merasakan gejala sakit. Virus HIV bersifat dorman dalam tubuh manusia, tetapi apabila berhubungan seks dengan orang lain, maka virus ini akan tertular pada orang lain. Seseorang dapat mengetahui apakah terinfeks atau tidak dengan melakukan tes darah dan cairan tubuh. Harus diperhatikan juga bahwa HIV tidak ditularkan melalui kontak fisik. Virus HIV akan cepat mati apabila berada di luar tubuh manusia, sehingga untuk dapat menular pada manusia lain, sperma, cairan vagina, dan darah harus segera berpindah pada tubuh orang lain tersebut. Penanggulangan terhadap penyakit AIDS sudah banyak dilakukan. Pengobatan yang dilakukan p ada dasarnya bertujuan untuk mengurangi penyakitnya dan sulit untuk menghilangkan penyakit AIDS. Oleh karena itu kita sebaiknya selalu berhati-hati agar tidak tertular virus HIV.
KANKER Semua penderita kanker baik usia anak-anak ataupun dewasa pastilah merasakan perubahan dalam d aya tahan dan kekebalan tubuh. Karena sel kanker ini dilawan dengan menggunakan sel kekebalan tubuh saat sel kanker mengalami proses pertumbuhan. Untuk itu, sangatlah tepat untuk menguatkan sistem imun tubuh pada anak penderita kanker. Perlawanan terhadap sel kanker berbanding terbalik dengan keadaan sistem imun yang ada di dalam tubuh kita. Semakin banyak sel kanker yang melebar maka akan semakin banyak pula sel kekebalan tubuh yang melawannya. Untuk itu, sangat dibutuhkan sistem imun yang baik bagi si penderita kanker. Jika sistem imun tubuh melemah maka dapat dipastikan sel kanker akan dapat tumbuh dengan lebih ganas lagi. Untuk itu, cara terbaik untuk melawan sel kanker yang ada adalah dengan memperbaiki sistem imun pada anak. Banyak hal yang akan membuat sel imun tubuh melemah seperti stres yang terus dialami, selalu letih dan kecapekan, banyak mengkonsumsi makanan yang justru membuat sel kanker dapat tumbuh dengan lebih. Inilah yang patut untuk diperhatikan untuk dihindari di kala ingin menguatkan sistem imun tubuh pada anak penderita kanker. Perawatan atau proses penyembuhan yang dilakukan memang memberikan peluang dan harapan bahwa kanker dapat diangkat. Dan anak dapat sembuh dari kanker. Namun, jika sistem imun anak ini tidak dijaga dengan benar, maka sel kanker dapat tumbuh kembali. Maka sangat penting untuk menjaga kekebalan tubuh penderita kanker. Hal yang dapat dilakukan untuk menjaga kekebalan tubuh anak penderita kanker adalah dengan: 1.
Menjaga asupan nutrisi makanan yang dikonsumsi
Orang tua harus pandai-pandai untuk menjaga pola makan anak. Demikian pula harus mengetahui dengan benar makanan mana saja yang tak boleh anak konsumsi. Sebut saja kedelai dan segala olahannya yang mengandung zat yang hanya menumbuhkan sel kanker dengan baik 2.
Menjaga stamina anak
Anak tidak boleh dibiarkan untuk melakukan aktivitas yang menguras energi dan tenaga. Aktivitas yang dilakukan anak haruslah dijaga dan diatur. Jangan sampai anak menjadi terlalu lelah sehingga hanya akan membuat sel kanker dapat tumbuh dengan lebih baik. Itulah beberapa cara sederhana yang dapat digunakan untuk menguatkan sistem imun tubuh pada anak penderita kanker
FLU BURUNG Sebenarnya penyakit ini tidak terlalu mengkhawatirkan andai saja penyebabnya bukanlah virus (walau pada umumnya Flu disebabkan oleh Virus).Mengapa demikian? Karena virus sebagai mikroorganisme bukan seperti bakteri maupun jamur.Virus adalah materi genetic yang dapat merubah materi genetic yang terdapat pada sel hidup.Misalnya mempengaruhi susunan gen yang terdapat di dalam sel kita.Apa jadinya bila susunan genetic kita dirubah oleh Virus,maka sudah dapat dipastikan bahwa kita akan mengalami perubahan susunan materi genetic yang lambat laun akan mengubah kita secara perlahanlahan (berevolusi).Sungguh sangat dramatis sekali hidup manusia itu. Bersyukurlah kita bahwa hal tersebut di atas tidak sedramatis yang saya gambarkan tadi karena adanya pertahanan yang menangkalnya yaitu system imunitas atau system kekebalan tubuh.Namun ada kalanya system kekebalan tubuh kita tidaklah sekuat angkatan bersenjata lord seti pada film starwars.Ada kalanya system imun kita tunduk terhadap "musuh" akibatnya timbulah reaksi di dalam tubuh kita,misalnya Flu. Soal k alah dan menang di dalam pertempuran adalah sudah biasa b ukan? Begitu pula yang terjadi di dalam tubuh kita,walaupun sang peternak ayam yang setiap harinya bersinggungan dengan ayam yang terinfeksi virus avian flu,namun ternyata dia tidak menunjukkan gejala flu burung,tetapi sang tetangga dari p eternak ayam itu kok bisa menunjukkan gejala flu burung yang notabene tidak bersinggungan dengan ayam yang terinfeksi tsb? Dari penjelasan analogi pertempuran di atas dapatlah anda jawab sendiri mengapa hal itu bisa terjadi.Sang peternak mempunyai system kekebalan tubuh yang lebih baik dibandingkan sang tetangga. System imun bisa kita perkuat agar kita mempunyai daya tangkal seperti pada peternak ayam tersebut.Bagaimana cara meningkatkan system imun? Jawabnya adalah dengan meningkatkan pola hidup yang sehat dan mekonsumsi suplemen yang bisa meningkatkan system imun atau lebih dikenal dengan imunomodulator atau imunostimulator. Imunomodulator/imunostimulator Selama ini, obat-obatan imunomodulator banyak digunakan pada pasien dengan gangguan sistem imunitas tubuh. Gangguan sistem imunitas tubuh ini tersering ditemukan pada pasien AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome), pasien dengan keganasan, pasien malnutrisi (kekurangan asupan makanan), dan sebagainya. Imunomodulator sendiri adalah obat yang bekerja dengan cara melakukan modulasi pada sistem imun. Pada pasien dengan defisiensi sistem imun, imunomodulator bekerja dengan cara stimulasi (imunostimulan). Sedangkan pada pasien dengan reaksi imun yang berlebihan maka imunomodulator bekerja dengan cara menekan atau menormalkannya (imunosupresan). Modulasi sistem imun dapat ditujukan pada respons imun yang spesifik maupun yang nonspesifik.Spesifik artinya dia hanya bekerja secara spesifik terhadap system imun tertentu,non spesifik berarti system imun ini bekerja hampir pada semua reaksi system imun Pada defisiensi imun secara umum, yang stimulasi oleh imunomodulator adalah respons imun yang spesifik. Sedangkan pada pasien yang memerlukan supresi sistem imun seperti pada pasien alergi, autoimun, atau transplantasi, yang diperlukan adalah penekanan respons imun spesifik. Kelemahan obat-obatan imunomodulator adalah sebagian besar tidak bekerja secara spesifik. Selain u ntuk memperbaiki sistem imun tubuh, obat-obatan imunomodulator saat ini sedang dikembangkan penggunaannya sebagai terapi penyakit infeksi.
Pada Pertemuan Ilmiah Paru Milenium 2002 (PIPM 2002) yang diselenggarakan pada tanggal 16 sampai 17 Februari 2002 di Hotel Hyatt Surabaya, dikemukakan perkembangan terkini tentang penggunaan imunomodulator dalam penyakit infeksi. Dr. Zakiudin Munasir, SpA(K) yang membawakan makalahnya yang berjudul Penggunaan Imunomodulator pada Infeksi Paru pada PIPM 2002 mengungkapkan bahwa secara umum penyakit infeksi selalu dihubungkan dengan gangguan sistem imun terutama infeksi virus. Dan sampai saat ini pengobatan penyakit infeksi telah menggunakan mulai dari sitokin sampai zat biologi aktif dari alam maupun antibiotika sebagai imunomodulator. Selain itu juga ada dua golongan imunostimulan, yaitu imunostimulan biologi dan sintetik. Untuk mencapai hasil yang diinginkan, suatu imunomodulator harus memenuhi beberapa syarat, demikian diungkapkan Dr. Zakiudin M yaitu : 1. Zat tersebut harus dapat memodifikasi respons imun pejamu bukan hanya berefek pada mikroorganisme saja. 2. Zat tersebut harus mempunyai efek samping minimal dan bebas dari efek berbahaya. Imunomudulator yang baik juga harus bebas dari efek sensitisasi bila zat yang digunakan bersifat alergenik dan bebas dari efek inhibisi sistem imun pada pemberian jangka panjang atau berulang. Selain itu juga harus ada data yang lengkap mengenai imunofarmakologinya agar dapat digunakan sesuai indikasi. 3. Zat ini juga sebaiknya tidak mengandung endotoksin agar dapat diteliti efek imunomodulatornya. Berdasarkan dari persayaratan tersebut, menurutnya, salah satu imunomodulator berasal dari tumbuhan Meniran. Obat ini merupakan imunomodulator dari bahan biologi aktif nonsitokin (tidak beracun)yang berasal dari ekstrak Phyllanthus niruri L. (Meniran). Ada beberapa bahan biologi aktif nonsitokin lain seperti BCG, Corynebacterium parvum (CP), lipopolisakarida (LPS), polisakarida, dan Echinacea purpurea. Dibandingkan dengan bahan-bahan ini, ekstrak Phyllanthus niruri L terbukti memiliki aktivitas imunomodulator baik pada hewan coba maupun pada pasien defisiensi imun. Selain itu zat yang berasal da ri bahan biologi aktif nonsitokin ini lebih murah dan praktis digunakan dalam praktik. Pemberian ekstrak ini secara oral dapat meningkatkan aktivitas dan fungsi beberapa komponen imunitas humoral maupun selular. Efeknya terhadap respons imun nonspesifik berupa peningkatan fagositosis dan kemotaksis makrofag, kemotaksis neutrofil, sitotoksisitas sel NK serta aktivitas hemolisis komplemen. Ekstrak Phyllanthusi niruri L juga meningkatkan proliferasi sel limfosit T, meningkatkan sekresi TNFa dan IL-4, menurunkan sekresi IL-2 dan IL10. Terhadap imunitas humoral, obat ini dapat meningkatkan produksi imunoglobulin M (IgM) serta IgG. Apakah kita mempunyai ekstrak dari Meniran ini? Kita punya dan sangat bagus sekali yaitu: Gramuno kapsul !!! Gramuno mengandung Ekstrak Phyllanthus niruri sebanyak 250mg,yang sangat cukup untuk memodulasi system imun kita.Selain itu Gramuno ini juga dilengkapi dengan Ekstrak Curcuma domestika sebanyak 50mg yang sangat berguna untuk mengatasi infeksi layaknya antibiotik,serta ekstrak Curcuma Xanthoriza sebanyak 30mg yang sangat berguna meningkatkan asupan bahan makanan melalui peningkatan respon appetite (nafsu makan). Tentu jika appetite meningkat maka orang yang sakit akan mudah sembuh bukan? Maka genaplah sudah keperluan kita di dalam menangkal infeksi yang disebabkan oleh Virus Flu burung . Konsumsi yang terbaik di dapat pada dosis 1 - 2 x sehari 1 kapsul.
PENYAKIT CACAR AIR Varicella atau yang lebih dikenal dengan nama cacar air adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dan sangat menular, terutama terjadi pada anak-anak. Penyakit ini di masyarakat dikenal dengan sebutan cacar air. Cacar air atau Varicella simplex adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus varicella -zoster. Penyakit ini sangat mudah dikenali karena bentuknya yang khas, yakni lenting berisi cairan (dalam istilah medis disebut vesikel atau vesikula), tersebar hampir di sekujur tubuh bahkan di dinding bagian dalam (mukosa) rongga mulut, hidung dan mata. Penyebab Timbulnya Cacar Air Penyebab cacar air adalah virus varicella-zoster. Virus ini ditularkan melalui percikan ludah penderita atau melalui benda-benda yang terkontaminasi oleh cairan dari lepuhan kulit. Penderita bisa menularkan penyakitnya mulai dari timbulnya gejala sampai lepuhan yang terakhir telah mengering. Karena itu, untuk mencegah penularan, sebaiknya penderita diisolasi (diasingkan atau dipisahkan sementara). Jika seseorang pernah menderita cacar air, maka dia akan memiliki kekebalan dan tidak akan menderita cacar air lagi. Tetapi virusnya bisa tetap ―tertidur‖ di dalam tubuh manusia, lalu kadang menjadi aktif kembali dan menyebabkan herpes zoster. Cacar air dengan mudah menyebar melalui droplet serta kontak dengan kulit. Penyakit ini sering merupakan penyakit epidemik pada anakanak, dengan angka kejadian tertinggi pada anak usia 2-6 tahun, walaupun bisa juga ditemukan penderita dewasa. Perjalanan Penyakit Cacar Air Virus varicella zoster masuk ke dalam tubuh penderita melalui saluran pernapasan bagian atas (mulut juga), memperbanyak diri (multiplikasi) dan menyebar (viremia primer) ke jaringan setempat melalui aliran darah dan aliran getah bening. Selanjutnya virus memperbanyak diri lagi untuk kemudian menyebar (viremia sekunder) ke seluruh tubuh (terutama kulit dan mukosa). Waktu terekspos sampai kena penyakit dalam tempo 2 sampai 3 pekan. hal ini bisa ditandai dengan badan yang terasa panas. Gejala Yang Akan Dialami Oleh Penderita Cacar Air Pada permulaannya, penderita akan merasa sedikit demam, pilek, cepat merasa lelah, lesu, dan lemah. Gejala-gejala ini khas untuk infeksi virus. Pada kasus yang lebih berat, bisa didapatkan nyeri sendi, sakit kepala dan pusing. Beberapa hari kemudian timbullah kemerahan pada kulit yang berukuran kecil yang pertama kali ditemukan di sekitar dada dan perut atau punggung lalu diikuti timbul di anggota gerak dan wajah. Kemerahan pada kulit ini lalu berubah menjadi lenting berisi cairan dengan dinding tipis. Ruam kulit ini mungkin terasa agak nyeri atau gatal sehingga dapat tergaruk tak sengaja. Jika lenting ini dibiarkan maka akan segera mengering membentuk keropeng (krusta) yang nantinya akan terlepas dan meninggalkan bercak di kulit yang lebih gelap (hiperpigmentasi). Bercak ini lama-kelamaan akan pudar sehingga beberapa waktu kemudian tidak akan meninggalkan bekas lagi. Lain halnya jika lenting cacar air tersebut dipecahkan. Krusta akan segera terbentuk lebih dalam sehingga akan mengering lebih lama. kondisi ini memudahkan infeksi bakteri terjadi pada bekas luka garukan tadi. setelah mengering bekas cacar air tadi akan menghilangkan bekas yang dalam. Terlebih lagi jika penderita adalah dewasa atau dewasa muda, bekas cacar air akan lebih sulit menghilang.
Susu Berbakteri : Keragaman Intra-spesies dan Tingkah Laku Bakteri Seorang peneliti IPB melaporkan keberhasilannya dalam mengisolasi sejumlah isolat Enterobacter sakazakii dari susu formula. Hasil penelitian ini mengundang perhatian media dan telah menjadi polemik tersendiri. Tulisan ini berusaha mengulas keragaman atau variasi dalam satu spesies bakteri dan bagaimana seharusnya kita menyikapi laporan tersebut. Tempe, makanan asal Indonesia yang telah mendunia, tidak hanya bergizi tinggi tapi juga kaya akan vitamin B12. Tahukah anda bahwa vitamin B12 pada tempe itu dihasilkan oleh bakteri selama fermentasi tempe? Bakteri yang secara alami menghuni tempe dan menjadi ―mesin‖ penghasil vitamin B12 ini namanya: Klebsiella pneumoniae. Nama spesies bakteri ini mengingatkan kita pada penyakit pneumonia (radang paru -paru) yang memang dapat disebabkan oleh bakteri dari spesies yang sama. Meskipun demikian, mestinya tidak ada satu pun or ang Indonesia yang tidak jadi makan tempe karena takut menderita pneumonia. Kenyataannya sejauh ini memang belum ada laporan tentang dampak makan tempe terhadap kejadian pneumonia, bahkan tepung tempe telah lama diperkenalkan sebagai alternatif campuran makanan bayi. Klebsiella pneumoniae sebagai spesies bakteri, memiliki keragaman intra-spesies yang sangat berbeda tingkah lakunya: Ada yang bermanfaat menghasilkan vitamin B12, namun ada pula yang malah menyebabkan sakit (patogen) pada manusia. Usus besar manusia secara alami dihuni oleh 100 ribu triliun bakteri yang sangat berguna dalam menjaga kesehatan usus dan kebugaran manusia secara keseluruhan. 1 gram tinja kita mengandung sekitar 100 triliun bakteri termasuk diantaranya Escherichia coli atau E. coli , sehingga bakteri ini secara rutin digunakan sebagai petunjuk pencemaran tinja pada suatu lingkungan. Sebaliknya, galur tertentu dari spesies yang sama in i juga telah diketahui sangat berbahaya bagi manusia, antara lain: EPEC (Entero Pathogenic E. coli ), ETEC (Entero Toxigenic E. coli ), dan E. coli O157:H7 yang dapat menyebabkan diare berdarah dan gagal ginjal. Bakteri itu semuanya dari spesies yang sama, yaitu E. coli , tapi ada banyak ragam intra-spesiesnya. Dari yang berguna sampai yang sangat patogen pada manusia. Keragaman intra-spesies juga dapat diamati dengan jelas pada manusia. Semua manusia di dunia ini termasuk dalam spesies yang sama, yaitu Homo sapiens, tapi di dalam spesies yang sama itu juga ada banyak ragam: dari ragam warna kulit, tingkah laku, sampai budayanya.
Enterobacter sakazakii (image from sciencephoto.com)
E. sakazakii ditemukan oleh ahli taksonomi bakteri asal Jepang, Dr. Riichi Sakazaki, karena kesamaannya dengan bakteri dari genus Enterobacter . Bakteri ini pada dasarnya kosmopolitan (dapat ditemukan di banyak tempat) termasuk di tanah, air, dan makanan. Semua kelompok bakteri ini juga tidak tahan panas dan umumnya mati pada pemanasan di atas 70°C. Pada perkembangannya diketahui bahwa bakteri kelompok ini secara genetik sangat beragam, sehingga perlu dibuat kelompok baru yang terpisah dari Enterobacter . Pada tahun 2007, bakteri dari kelompok ini dimasukkan dalam genus baru, yaitu Cronobacter , yang terdiri dari sejumlah spesies, salah satunya adalah Cronobacter sakazakii . Beberapa isolat dari C. sakazakii dan C. turicensis, dalam kondisi yang sangat jarang, dapat menjadi patogen pada bayi baru lahir (neonatal), khususnya yang sistem kekebalannya rendah. Jadi tidak semua spesies atau galur Cronobacter bersifat patogen pada m anusia. Oleh karena itu, kita seharusnya dapat menyikapi dengan lebih kritis pada suatu hasil identifikasi bakteri seperti ― Enterobacter sakazakii ‖. Seringkali hasil identifikasi ini hanya cukup akurat untuk tingkat genus atau spesies, tetapi tidak cukup a kurat untuk memprediksi keragaman di tingkat intra-spesies atau variasi sifat patogennya (pathovars). Keragaman intra-spesies dapat dilakukan dengan analisis sidik jari DNA (DNA Fingerprinting ) yang lebih diskriminatif, seperti: Pulsed Field Gel Electrophoresis (PFGE), AFLP, whole genome sequencing , pencirian pada variasi gen yang unik, atau analisis ragam tingkah laku bakteri menggunakan metabolic profiling . Meskipun hasil penelitian IPB tersebut menunjukkan keberadaan E. sakazakii dalam susu formula yang diteliti, namun data yang ada tidak dapat digunakan untuk menghubungkan sifat patogenisitasnya pada manusia. Mengapa? Karena informasi yang ada dari segi genetik masih terlalu dini dan tidak cukup diskriminatif untuk melakukan identifikasi di tingkat intra-spesies dan untuk membandingkannya dengan isolat klinik yang sudah dipublikasi. Bahwa isolat tersebut ditemukan di makanan, dalam hal ini susu formula, seharusnya tidak ditanggapi dengan panik atau kerisauan yang berlebihan, mengingat bakteri dari kelompok ini umum ditemukan di berbagai lingkungan, dan tidak semua varian (galur intra -spesies)-nya bersifat patogen pada manusia. Selain itu, adanya kontrol berkala dari BPOM dan pihak industri terhadap sejumlah bakteri indikator, seperti E. coli dan C. sakazakii ; serta praktek penanganan susu yang baik oleh konsumen, akan lebih memperkecil kemungkinan terjadinya penyakit infeksi asal susu.
Flu Babi Akhir April 2009 dunia dihebohkan dengan terjadinya serangan swine flu atau flu babi di wilayah Meksiko. Selain karena jumlah korban yang terus meningkat, penyebaran penyakit virus ini pun tergolong cepat. Hingga tanggal 27 April ini Yahoo! News melansir bahwa hampir 2000 orang di Meksiko diduga terinfeksi flu babi dan 149 diantaranya meninggal dunia. Di Amerika Serikat, CDCmelaporkan bahwa kasusnya membengkak menjadi 40, yaitu di New York, Ohio, Kansas, Texas dan California. Total seluruh dunia ada 73 kasus, termasuk enam di Kanada, satu di Spanyol dan dua di Skotlandia. Dan jumlah ini dikhawatirkan akan terus bertambah mengingat belum ada tandatanda serangan virus ganas ini akan segera berakhir. Guna menyikapi hal tersebut, WHO sudah menaikkan tingkat kewaspadaan menjadi Fase 4 yang berarti bahwa dimungkinkan adanya penularan virus penyebab outbreak antar manusia setidaknya di satu negara. Beberapa hari berikutnya status tersebut kembali naik menjadi fase 5 dari 6 fase pandemic. Fase 5 berarti penyebaran virus dari manusia ke manusia di dua atau lebih negara yang berada dalam wilayah WHO. Meskipun tentu saja kita berharap serangan virus ini tidak sampai naik tingkat lagi seperti yang dikhawatirkan.
Virus Flu Babi, Punya Unsur Genetik Baru Dari tiga kelompok Influenzavirus yang biasa menyerang manusia, hanya Influenzavirus A (umum) dan C (jarang) yang biasa menyerang babi. Influenzavirus A yang menyerang pun hanya subtipe H1N1, H1N2, H3N1, H3N2 dan H2N3. Dan yang sekarang ini bikin heboh adalah subtype H1N1 yang diduga sudah mengalami modifikasi unsur-unsur genetik. Hii, serem gak sih?
Eh, ngomong-ngomong unsur genetik itu apa ya? Begini, seperti kita ketahui setiap makhluk hidup memiliki unsur genetik (biasanya DNA) yang memiliki peran sangat penting dalam kehidupan, misalnya ‗menentukan‘ bentuk tubuh manusia itu seperti apa, atau bagaimana bentuk dan warna bunga pada tumbuhan, dll. Virus flu sedikit berbeda, unsur genetiknya adalah RNA, bukan DNA. Unsur genetik pada virus flu terutama berperan untuk mengatur bagaimana virus tersebut dapat menginfeksi sel pada tubuh inangnya, bagaimana dia memperbanyak diri, bagaimana cara dia keluar dari sel inang untuk menyerang sel-sel lainnya dan bagaimana dia bisa bertahan dari serangan antibodi yang ada pada si inang tersebut. Itu semua diatur oleh unsur-unsur genetik berupa RNA tadi.
HA — Hemagglutinin — swine (H1) — North America
NA — Neuraminidase — swine (N1) — Europe
PA — Polymerase Acid — avian — North America
PB1 — Polymerase Basic Subunit 1 — human — 1993 H3N2 strain
PB2 — Polymerase Basic subunit 2 — avian — North America
NP — Nucleoprotein — swine — North America
M — Matrix protein M1, M2 — swine — Eurasia
NS — Non-structural proteins NS1, NEP — swine — North America Source: La fiche d‘identité d‘un virus inédit , Lemonde.fr.
Virus flu babi yang diisolasi dari pasien di US ditemukan terbuat dari unsur-unsur genetik yang berasal dari empat virus flu yang berbeda yaitu campuran dari virus flu babi Amerika Utara, avian flu Amerika Utara, flu manusia dan flu babi yang biasanya ditemukan di Asia dan Eropa, suatu campuran sekuen genetik yang tidak lazim. Dan virus yang baru ini nampaknya merupakan hasil ‗reassortment ‗ dari virus flu manusia dan flu babi, dalam keempat strain yang berbeda dari subtipe H1N1. Karakterisasi genetic awal mengungkap bahwa gen hemagglutinin (HA) mirip dengan gen HA pada virus flu babi yang ada di USA sejak tahun 1999, sedangkan gen neuraminidase (NA) dan gen protein matriks (M) merupakan versiresemble yang ada pada isolate flu babi Eropa. Enam gen dari flu ba bi Amerika sendiri merupakan campuran virus flu babi, flu burung dan flu manusia. Mengingat virus dengan makeup genetik semacam ini belum pernah ditemukan sebelumnya, sehingga tidak ada sistem pengawasan nasional resmi untuk menentukan virus apa yang bersirkulasi pada babi di Amerika.
Mungkin jadi pertanyaan, kok bisa materi genetik virus tersebut saling ‗bercampur‘ membentuk suatu strain virus yang baru, apalagi disinyalir berasal dari tiga benua yang secara geografis berjauhan? Memang begitulah virus, diantara makhluk-makhluk lain viruslah yang paling mudah mengalami mutasi (perubahan) unsur genetik. Mungkin ini merupakan salah satu strategi virus tersebut untuk bertahan hidup ditengah gempuran sistem imun si inangnya, jadi dengan bermutasi secara cepat dia akan lebih sulit dikenali oleh sistem imun tubuh inang.
Kembali ke virus baru nan heboh ini, karena virus ‗gado-gado‘ ini belum pernah d iisolasi dari hewan, maka World Organisation for Animal Health (OIE) mengajukan nama ― North-American Influenza‖ alias Influenza Amerika Utara, lagipula secara historis virus ini memang pertama kali ditemukan di Amerika Utara. Belakangan WHO menggunakan nama Virus Influenza A (H1N1).
Tanda-tanda dan gejala Menurut CDC, gejala penyakit flu babi pada manusia mirip dengan gejala flu pada umumnya. Gejalanya berupa:
demam
batuk
nyeri tenggorokan
sakit badan
sakit kepala
kedinginan
merasa lelah
Outbreak 2009
ini menunjukkan adanya peningkatan persentase pasien yang dilaporkan mengalami diare dan
muntah-muntah. Karena gejala yang tidak spesifik hanya untuk flu b abi inilah maka untuk melakukan diagnosa diferensial dugaan flu babi memerlukan tidak hanya gejala saja tapi juga harus ada kemiripan yang tinggi dengan flu babi berdasarkan sejarah kontak orang tersebut.
Misalnya saja selama wabah flu babi 2009 di USA, CDC menganjurkan para dokter untuk ―mempertimbangkan infeksi flu babi dengan diagnosis diferensial terhadap pasien dengan sakit pernafasan febrile akut baik yang pernah kontak dengan orang yang dikonfirmasi flu babi, atau yang pernah berada di negara bagian yang dilaporkan terkena wabah flu babi atau di mexico selama 7 hari sebelum terserang penyakit.‖ Diagnosis yang menyatakan konfirm flu babi memerlukan pengujian laboratorium terhadap sampel-sampel sistem pernafasan (swab dari hidung dan tenggorokan).
Pencegahan Pencegahan flu babi memiliki tiga komponen: pencegahan pada babi, pencegahan penularan ke manusia, dan pencegahan penyebarannya diantara manusia.
Pencegahan pada babi Flu babi telah menjadi masalah yang lebih besar pada dekade terakhir ini karena evolusi yang terjadi pada virus telah menyebabkan respon yang tidak konsisten terhadap vaksin-vaksin tradisional. Vaksin flu babi komersial yang standar efektif dalam mengendalikan infeksi ketika strain virusnya cukup match untuk mendapatkan crossproteksi yang signifikan, dan vaksin-vaksin custom (autogenous) yang dibuat dari virus spesifik yang diisolasi diciptakan dan digunakan dalam kasus yang lebih rumit. Strategi vaksinasi saat ini untuk pengendalian dan pencegahan Swine Influenza Virus (SIV) pada peternakan babi belum tentu 100% efektif, pasalnya daya proteksi vaksin sangat bergantung pada kemiripan antara virus vaksin dan virus epidemik.
Pencegahan transmisi dari babi ke manusia Transmisi dari babi ke manusia terjadi pada umumnya di peternakan babi, tentu saja akibat kontak yang cukup dekat antara manusia dan babi hidup. Pada dasarnya strain virus flu babi tidak dapat menginfeksi manusia, namun kadang-kadang transmisi ini bisa juga terjadi, sehingga para peternak atau dokter hewan dia njurkan untuk memakai masker dan sarung tangan ketika berurusan dengan hewan yang terinfeksi. Cara paling umum untuk membatasi transmisi dari hewan ke manusia yaitu dengan penggunaan vaksin.
Pencegahan penyebaran pada manusia
Influenza menyebar diantara manusia melalui batuk atau bersin dan sentuhan pada sesuatu yang mengandung virus lalu menyentuh hidung atau mulutnya sendiri. Flu babi tidak dapat menyebar melalui produk produk babi, karena virus tersebut tidak berpindah melalui makanan. Flu babi pada manusia paling mudah menular selama lima hari pertama sakit meskipun beberapa orang –umumnya anak-anak – bisa terus mudah menular h ingga selama 10 hari. Diagnosis dapat dilakukan dengan mengirimkan sebuah spesimen –yang dikumpulkan selama lima hari pertama – ke CDC untuk dianalisis.
Rekomendasi untuk mencegah penyebaran virus diantara manusia termasuk penggunaan pengendalian infeksi standar terhadap influenza. Jadi sering-seringlah mencuci tangan dengan sabun dan air atau pe ncuci tangan berbahan dasar alkohol, khususnya jika setelah berada di tempat-tempat umum. Meskipun vaksin influenza trivalen saat ini nampaknya tidak memberikan perlindungan terhadap strain vaksin baru H1N1, vaksin baru untuk melawan strain baru ini sedang dikembangkan dan bisa segera siap kira-kira di bulan Juni 2009 ini.
Para ahli sependapat bahwa mencuci tangan dapat mencegah infeksi virus, termasuk virus flu biasa dan flu babi yang baru. Influenza dapat menyebar melalui b atuk atau bersin, akan tetapi meningkatnya jumlah korban memperlihatkan bahwa partikel-partikel virus yang kecil itu dapat tetap hidup di atas meja, pesawat telepon dan permukaan-permukaan lain serta ditransfer melalui jari-jari ke mulut, hidung atau mata. Pembersih tangan berupa gel atau busa berbahan dasar alkohol dapat menghancurkan virus dan bakteri dengan baik. Setiap orang yang memiliki gejala mirip flu seperti demam mendadak, batuk atau nyeri otot harus menghindari tempat kerja atau transportasi publik dan harus menemui dokter u ntuk diperiksa.
Menjaga jarak sosial merupakan taktik pencegahan lainnya. Artinya Anda harus menjaga jarak dari orang lain yang mungkin terinfeksi, hindari kumpul-kumpul dengan banyak orang, tidak terlalu banyak berkeliaran di tempat kerja, atau mungkin sebisa mungkin tetap di rumah jika infeksi sudah menyebar di masyarakat sekitar.
Pengobatan FDA telah mengizinkan penggunaan darurat beberapa perangkat diagnosis dan pengobatan untuk mengidentifikasi dan menangani virus flu babi pada keadaan tertentu, yaitu penggunaan obat antiviral Relenza dan Tamiflu, serta pengujian diagnostik panel menggunakan rRT-PCR. CDC merekomendasikan penggunaan tamiflu (oseltamivir) atau Relenza (zanamivir) untuk pengobatan dan/atau pencegahan infeksi virus flu babi. Akan tetapi k ebanyakan orang yang terinfeksi virus bisa sembuh tanpa memerlukan penanganan medis maupun obat-obatan antiviral. Virus isolat dari meksiko dan USA yang telah diuji ternyata resisten alias tahan terhadap amantadine dan rimantadine. Obat antiviral dalam hal ini dapat menurunkan rasa sakit dan membuat penderita lebih baik dalam waktu yang lebih singkat dan mencegah komplikasi flu yang serius. Sebaiknya obat ini segera dikonsumsi sejak dua hari setelah sakit (terkena gejala).
Stok Antiviral Persediaan obat antiviral harus terus dipantau oleh setiap negara sebagai upaya prefentif. Pantau juga tanggal kadaluwarsa obat tersebut karena biasanya obat tersebut expire dalam waktu lima tahun setelah diproduksi.
Siap Siaga Tak ada salahnya kita bersiap siaga meskipun sampai saat ini belum ditemukan kasus infeksi virus Influenza A (H1N1) di Indonesia dan berharap semoga wabah ini tidak terus menggila dan mampir di sekitar kita. Dalam hal ini pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama dengan baik. Pemerintah harus memberikan penyuluhan publik mengenai infeksi virus ini, menyiapkan strategi-strategi pencegahan dan penanganan darurat, menjaga stok obat antiviral, menyiapkan rumah sakit atau puskesmas rujukan. Masyarakat pun tidak perlu panik, cukup dengan menjaga dan melaksanakan gaya hidup bersih d an sehat, Insya Allah kita akan terbebas dari infeksi tersebut.
Sumber: CDC, Wikipedia dan sumber-sumber lainnya.
Keajaiban Sistem Pertahanan Tubuh Manusia Sistem Pertahanan tubuh adalah suatu sistem terpenting, yang terus-menerus melakukan kegiatan dan tidak pernah melalaikan tugasnya, Sistem ini melindungi tubuh siang dan malam dari semua jenis penyerang. Ia bekerja dengan penuh ketekunan, layaknya pasukan tempur berperalatan lengkap, bagi tubuh yang dilayaninya. Sekitar 250 tahun lalu, dengan ditemukannya mikroskop, para ilmuwan mendapati bahwa kita hidup bersama banyak makhluk kecil, yang tidak dapat kita lihat dengan mata telanjang. Makhluk ini ada di mana-mana, dari udara yang kita hirup, sampai benda apa pun yang bersinggungan dengan permukaan tubuh kita. Juga ditemukan bahwa makhluk-makhluk ini berpenetrasi memasuki tubuh manusia. Meski keberadaan musuh ini ditemukan dua setengah abad lalu, sebagian besar rahasia "sistem pertahanan" yang bertempur dengan gigih belumlah tersingkapkan. Begitu ada benda asing memasuki tubuh, secara spontan sistem molekular tubuh ini diaktifkan. Dengan rancangan strategi hebat, ia menyatakan perang matimatian melawan musuh. Kalau kita lihat sekilas cara kerja sistem ini, tampak bahwa setiap tahapan berlangsung berdasarkan suatu rencana yang sangat cermat. Sistem pertahanan tubuh tidak pernah tidur atau letih sedikitpun, kalau itu terjadi walaupun satu detik saja, ribuan bahkan mungkin jutaan penyakit,virus, bakteri akan masuk kedalam tubuh kita tanpa adanya penghalang atau pencegahnya. Rentang satu detik yang melambangkan selang waktu sangat pendek dalam keseharian kita, Namun berjalan sangat lama bagi kebanyakan sistem dan organ yang bekerja dalam tubuh kita. Jika semua kegiatan yang dilaksanakan oleh semua organ, jaringan, dan sel tubuh dalam satu de tik itu dituliskan, hasilnya tak terbayangkan, di luar batasan pikiran manusia.
Ilustrasi gambar di atas menunjukan bahwa di dalam nodus limfa pecah pertempuran antara penyerang tubuh dan pasukan pertahanan. Ketika bakteri masuk melalui saluran limfatis (1),makrofag menelan sebagian penyerang itu (2), menghancurkannya, dan menunjukkan penanda identitas bakteri itu di permukaannya sendiri. Pesan kimiawi ini diberikan untuk semacam sel darah putih yang dikenal sebagai sel T penolong (3), yang menanggapi dengan memperbanyak (4) dan melepaskan pesan kimia yang memanggil lebih banyak pasukan ke bagian itu (5 ). Sel T lain memberi isyarat kepadasel B untuk turun ke kancah pertempuran (6). Sebagian sel B mulai bereproduksi (7),
dan sel-sel baru ini menyimpan informasi untuk membantu tubuh memerangi musuh yang sama di kemudian hari (8). Sel B lain mengeluarkan ribuan antibodi setiap detik (9), memaksa bakteri menggumpal (10). Selanjutnya makrofag menyapu habis, menelan gumpalan bakteri sementara molekul protein tertentu dan antibodi membuat bakteri mudah ditelan makrofag (11). Terkadang, protein tadi langsung membunuh bakteri dengan merobek dinding selnya (12). Makrofag pembersih kemudian membersihkan seluruh nodus dari sisa-sisa pertempuran, menelan antibodi yang berserakan, bakteri mati, dan puing-puing lain sampai infeksi itu hilang.
Ada sebuah kisah seorang anak laki-laki pada tahun 1971 yang terlahir tanpa kekebalan tubuh. Bagaimana jadinya? Pada saat lahir, anak laki-laki yang sistem kekebalannya tidak berkembang normal ini langsung ditempatkan di sebuah tenda plastik steril. Tidak ada satu pun yang diperbolehkan masuk. Pasien itu dilarang menyentuh manusia lainnya. Ketika dia tumbuh besar, dia ditempatkan di tenda plastik yang lebih besar. Untuk keluar dari tendanya, dia harus memakai seperangkat peralatan yang dirancang khusus mirip pakaian astronot. Mengapa bisa demikian? Jawabanya mudah, karena tanpa adanya sistem kekebalan tubuh berarti tidak ada pasukan bersenjata di tubuhnya untuk melindunginya dari musuh( penyakit, virus, bakteri) . Apa yang bakal terjadi jika dia memasuki lingkungan normal? Jawabanya adalah, Dia akan segera menderita pilek, penyakit bersarang di tenggorokannya, walau diberi antibiotik dan perlakuan medis lainnya, dia akan menderita infeksi ini, infeksi itu. Tidak lama, perawatan medis akan kehilangan efek, berakibat pada kematian anak laki-laki itu. Paling-paling anak laki-laki itu hanya akan bisa hidup beberapa bulan atau beberapa tahun di luar lingkungan yang aman tersebut. Maka dunia anak laki-laki itu selamanya dibatasi oleh dinding tenda plastiknya. Miris bukan? Nah, Setelah beberapa waktu, dokter dan keluarganya menempatkan anak itu di sebuah ruang yang betulbetul bebas hama yang dipersiapkan khusus di rumahnya. Akan tetapi, semua upaya ini tidak membuahkan hasil. Di awal umur belasan, anak itu meninggal ketika transplantasi tulang gagal. Keluarganya, para dokter, staf rumah sakit tempat dia dirawat sebelumnya, serta perusahaan farmasi, telah berusaha semampu mereka untuk menjaga anak laki-laki tersebut bertahan hidup. Walaupun mutlak segalanya sudah diupayakan, dan tempat tinggal anak laki-laki itu selalu disuci-hamakan, kematiannya tidak dapat dicegah. Akhir kisah ini memperlihatkan bahwa tidak mungkin bagi manusia untuk bertahan hidup tanpa adanya sistem kekebalan yang melindungi mereka dari mikroba. Hal ini membuktikan bahwa sistem kekebalan pastilah sudah ada lengkap dan menyeluruh sejak manusia pertama. Oleh karena itu, tidak masuk akal kalau sistem seperti itu berkembang secara bertahap dalam selang waktu yang sangat lama sebagaimana dinyatakan oleh teori evolusi. Manusia tanpa sistem kekebalan, atau dengan sistem kekebalan yang tidak berfungsi, akan segera meninggal seperti pada contoh kasus di atas.
Fakta menunjukkan bahwa kendati kita berusaha hidup dalam lingkungan yang bersih, kita berbagi tempat ini dengan banyak mikroorganisme. Kalau Anda berkesempatan mengamati ruangan tempat Anda duduk sekarang ini dengan mikroskop, Anda segera akan melihat jutaan organisme yang hidup bersama Anda. Tubuh manusia diibaratkan sebagai ―kastil yang terkepung musuh‖ , disadari atau tidak, di permukaan kulit anda terdapat jutaan mikroorganisme jahat sedang mencoba menembus untuk masuk kedalam tubuh. Kulit, yang menutupi seluruh tubuh manusia layaknya selubung, penuh dengan sifat yang menakjubkan. Kulit mampu memperbaiki dan memperbarui diri, air tidak dapat menembusnya, meskipun banyak pori-pori kecil di permukaannya, padahal ia berfungsi membuang air lewat proses perspirasi. Strukturnya yang luar biasa lentur, memungkinkan gerakan bebas, padahal ia cukup tebal sehingga tidak mudah robek. Kulit mampu melindungi tubuh dari panas, dingin, dan sinar matahari yang merugikan. Kesemuanya itu hanyalah sedikit sifat kulit yang khusus diciptakan untuk manusia. Di sini, kita berhadapan dengan sifat khusus dari kertas pembungkus ajaib ini: kemampuannya untuk melindungi tubuh dari mikroorganisme penyebab penyakit. Jika tubuh dianggap sebagai kastil yang dikepung musuh, kita bisa menyebut kulit sebagai dinding kastil yang kuat.
"Tungau debu" (gambar kanan) hanyalah satu dari jutaan organisme yang hidup bersama manusia tetapi tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Larva parasit yang sedang memasuki kulit manusia (gambar kiri). Organisme ini berusaha mencapai pembuluh darah lewat kulit, dan berdiam di pembuluh ini untuk memperbanyak diri. Ia menggunakan taktik luar biasa agar lolos dari pasukan pertahanan tubuh, seperti menyamarkan diri dengan materi yang dirobeknya dari sel tuan rumah.
Respon
pertahanan
pertama
organisme
melawan
penyerangnya yang berbahaya adalah perbaikan sendiri yang cepat dari jaringan kulit setelah munculnya luka. Gambar disamping menunjukan. Ketika luka mencabik kulit, sel-sel pertahanan dengan segera bergerak ke daerah luka untuk memerangi sel asing dan membuang sisa-sisa jaringan yang terganggu. Kemudian, sejumlah sel pertahanan lainnya meningkatkan produksi fibrin, yaitu protein yang dengan cepat menutupi kembali luka dengan jaringan berserat. Gambar tersebut adalah gambar fibrin yang sudah menyelubungi beberapa sel darah merah.
Di atas adalah gambar penampang melintang kulit. Tetesan keringat yang dikeluarkan dari kulit memainkan berbagai peran bagi tubuh. Selain menurunkan suhu tubuh, mereka menyediakan zat gizi bagi bakteri dan jamur tertentu yang hidup di permukaan kulit, dan menghasilkan bahan sisa bersifat asam seperti asam laktat yang membantu menurunkan tingkat pH (keasaman) kulit. Media bersifat asam di permukaan kulit ini menciptakan lingkungan yang tidak bersahabat bagi bakteri berbahaya yang mencari tempat tinggal.
Gambar diatas merupakan tampak dekat dari jalan masuk kelenjar keringat. Di sini, juga, Anda akan mendapati bakteri seperti di tempat lain di kulit.
Gambar ini, yang diperbesar 5.900 kali, memperlihatkan sel-sel di trakhea (biru). Mereka menggunakan kelenjar mereka (kuning) untuk mensekresikan suatu senyawa yang terjebak di partikel-partikel udara.
Pada gambar ini, Anda dapat melihat makrofag yang berlokasi pada jaringan paru-paru. Mereka mengeliminasi partikel debu di udara yang kita hirup. Perlindungan di dalam Sistem Pernapasan Salah satu jalan yang dilalui musuh untuk memasuki tubuh kita adalah saluran pernapasan. Ratusan macam mikroba, yang ada di udara yang kita hirup, berusaha memasuki tubuh lewat jalur ini. Namun, mereka tidak mengetahui adanya halang rintang di dalam hidung yang diciptakan untuk melawan mereka. Sekresi khusus pada lendir hidung menahan dan menyapu sekitar 80-90% mikroorganisme yang berhasil memasuki sistem pernapasan secara langsung atau lewat partikel debu atau substansi lain. Selain itu, bulu halus (cilia) di permukaan sel-sel saluran pernapasan berdiri tegak, menimbulkan aliran yang membawa partikel asing ke kerongkongan untuk kemudian tertelan dan dihancurkan oleh asam dalam lambung. Refleks batuk dan bersin mempermudah fungsi ini. Mikroba yang berhasil mengatasi rintangan ini dan sampai di alveoli (paru-paru, bronkus, dan gingiva) akan ditelan oleh fagosit. Setelah tahap ini, fagosit bergerak bersama mikroba yang telah mereka telan untuk akhirnya dibuang dari tubuh dengan cara berbeda. Setiap kali Anda bernapas, sebagaimana yang Anda lakukan sekarang, ada perang yang berkobar di gerbang perbatasan tubuh Anda. Suatu proses yang sama sekali tidak Anda sadari. Penjaga di gerbang itu bertempur melawan musuh hingga tetes darah penghabisan untuk melindungi kesehatan Anda. Perlindungan di dalam Sistem Pencernaan Sarana lain bagi mikroba untuk memasuki tubuh adalah makanan kita. Akan tetapi, penjaga di tubuh kita, yang mengetahui metode yang dipakai mikroba ini, menunggu mereka di daerah tempat berakhirnya makanan, yaitu lambung. Mereka selalu mempunyai kejutan untuk mikroba yang datang, yaitu asam lambung. Asam ini merupakan kejutan yang tidak menyenangkan bagi para mikroba yang sudah berhasil lolos dari rintangan dan sampai di lambung. Mayoritas mikroba, kalau tidak dikatakan semua, dikalahkan oleh asam ini. Namun, Sebagian mikroba mungkin berhasil selamat dari jebakan asam ini karena mereka tidak terlalu berkontak dengan asam lambung, atau karena mempunyai daya tahan. Namun, mikroba ini kembali menghadapi konflik selanjutnya dengan penjaga lain yang berada di jalur mereka. Kini, kejutan lain berada di hadapan mereka: enzim pencernaan yang dihasilkan di usus halus. Kali ini, mereka tidak dapat lolos dengan gampang. Seperti yang sudah kita lihat, tubuh manusia memiliki penjaga yang diciptakan khusus, yang melindungi tubuh manusia dalam setiap tahap serangan mikroba. Lalu ada sejumlah pertanyaan penting yang muncul dari kajian ini. Siapa yang mengenali bahwa mikroba yang tinggal di luar akan berusaha memasuki tubuh lewat makanan, rute apa yang dilalui makanan, bagaimana mikroba akan dihancurkan di tujuan akhir, ke mana mereka akan pergi kalau mereka berhasil lolos dari rintangan ini? Dan bagaimana kalau mereka berhadapan dengan musuh yang lebih kuat seperti itu? Apakah yang melakukan itu semua adalah sel tubuh, yang tidak pernah keluar tubuh, dan karenanya
tidak berkesempatan mempelajari penyusun kimia mikroba yang ada di luar, dan lebih dari itu, tidak menerima pelatihan apa pun tentang kimia? Tentu saja tidak. Hanya Allah, yang menciptakan dunia eksternal serta makanan di dunia ini, dan tubuh yang memerlukan makanan tersebut, serta sistem untuk mencerna makanan ini, mampu menciptakan sistem pertahanan. Menghancurkan Musuh dengan Musuh Lain Banyak mikroorganisme lain yang hidup dalam tubuh manusia tidak merugikan kita. Organisme apa yang terus hidup tanpa merugikan kita, dan apa tujuan mereka tinggal di tubuh kita? Kelompok mikroorganisme ini, yang berkumpul di bagian-bagian tubuh tertentu, disebut flora normal tubuh. Mereka tidak merugikan dan bahkan sebagiannya menguntungkan bagi tubuh manusia. Mikroorganisme ini memberikan dukungan eksternal bagi pasukan pertahanan melawan mikroba. Mereka bermanfaat bagi tubuh dengan mencegah mikroba asing berdiam di tubuh, karena masuknya mikroba lain merupakan ancaman bagi tempat tinggal mereka sendiri. Ka rena mereka tidak ingin digusur oleh penyerang, mereka dengan gigih melawannya. Kita bisa membayangkan mikroorganisme ini sebagai "tentara bayaran" yang bertempur demi tubuh kita. Mereka berusaha melindungi tempat hidup mereka demi kepentingan mereka sendiri. Dalam melakukan itu mereka melengkapi pasukan bersenjata lengkap di tubuh kita. Bagaimana cara "tentara bayaran" ini menetap di tubuh kita? Selama berada di dalam rahim, embrio manusia belum pernah bertemu dengan musuh. Setelah kelahiran, sang bayi berkontak dengan lingkungan, dan banyak sekali mikroba memasuki sang bayi lewat asupan makanan dan melalui saluran pernapasan. Sebagian mikroba langsung mati seketika, sementara yang lainnya dibinasakan sebelum berkesempatan berdiam di tubuh. Akan tetapi, sebagian lagi, menetap di berbagai bagian tubuh seperti kulit, lipatan kulit, mulut, hidung, mata, saluran pernapasan bagian atas, saluran pencernaan, dan alat kelamin. Mikroba ini membentuk koloni permanen di lokasi tersebut dan merupakan flora normal tubuh.
Terdapat ratusan bakteri di dunia. Pada gambar di atas Anda bisa melihat hanya sedikit di antaranya.
ANTIBODI Antibodi merupakan senjata yang tersusun dari protein dan dibentuk untuk melawan sel-sel asing yang masuk ke tubuh manusia. Senjata ini diproduksi oleh sel-sel B, sekelompok prajurit pejuang dalam sistem kekebalan. Antibodi akan menghancurkan musuh-musuh penyerbu. Antibodi mempunyai dua fungsi, pertama untuk mengikatkan diri kepada sel-sel musuh, yaitu antigen. Fungsi kedua adalah membusukkan struktur biologi antigen tersebut lalu menghancurkannya. Berada dalam aliran darah dan cairan non-seluler, antibodi mengikatkan diri kepada bakteri dan virus penyebab penyakit. Mereka menandai molekul-molekul asing tempat mereka mengikatkan diri. Dengan demikian sel prajurit tubuh dapat membedakan sekaligus melumpuhkannya, layaknya tank yang hancur dan tak dapat bergerak atau melepaskan tembakan setelah dihantam rudal saat pertempuran. Antibodi bersesuaian dengan musuhnya (antigen) secara sempurna, seperti anak kunci dengan lubangnya yang dipasang dalam struktur tiga dimensi. Tubuh manusia mampu memproduksi masing-masing antibodi yang cocok untuk hampir setiap musuh yang dihadapinya. Antibodi bukan berjenis tunggal. Sesuai dengan struktur setiap musuh, maka tubuh menciptakan antibodi khusus yang cukup kuat untuk menghadapi si musuh. Hal ini karena antibodi yang dihasilkan untuk suatu penyakit belum tentu mangkus bagi penyakit lainnya. Membuat antibodi spesifik untuk masing-masing musuh merupakan proses yang luar biasa, dan pantas dicermati. Proses ini dapat terwujud hanya jika sel-sel B mengenal struktur musuhnya dengan baik. Dan, di alam ini terdapat jutaan musuh (antigen). Hal ini seperti membuat masing-masing kunci untuk jutaan lubang kunci. Perlu diingat, dalam hal ini si pembuat kunci harus mengerjakannya tanpa mengukur kunci atau menggunakan cetakan apa pun. Dia mengetahui polanya berdasarkan perasaan. Adalah sulit bagi seseorang untuk mengingat pola kunci, walau cuma satu. Jadi, apakah mungkin seseorang mampu mengingat desain tiga dimensi dari masing-masing kunci yang sesuai untuk membuka jutaan lubang kunci? Tentu saja tidak. Akan tetapi, satu sel B yang sedemikian kecil untuk dapat dilihat oleh mata, menyimpan jutaan bit informasi dalam memorinya, dan dengan sadar menggunakannya dalam kombinasi yang tepat. Tersimpannya jutaan formula dalam suatu sel yang sangat kecil merupakan keajaiban yang diberikan kepada manusia. Yang tak kurang menakjubkan adalah bahwa kenyataannya sel-sel menggunakan informasi ini untuk melindungi kesehatan manusia. Satu sel B menggandakan antibodi spesifiknya dan mencantolkannya ke permukaan luar membran selnya. Antibodi memanjang keluar seperti jarum, aerial yang sudah menyesuaikan diri menunggu berkontak dengan sekeping protein tertentu yang bisa mereka kenali. Antibodi tersebut terdiri dari dua rantai ring an dan dua rantai berat asam amino yang bersambungan dalam bentuk Y. Bagian tetap dari rantai itu sama di pelbagai jenis antibodi. Tetapi bagian bergerak ujung lengan masing-masing mempunyai rongga berbentuk unik yang tepat sesuai dengan bentuk bagian protein yang "dipilih" antibodi. Setelah digandakan sampai jutaan, sebagian besar sel B berhenti membelah dan menjadi sel plasma, jenis sel yang bagian dalamnya berisi alat untuk membuat satu produk antibodi. Sebagian sel B lain membelah terus tak berhingga, dan menjadi sel memori. Antibodi bebas yang dibuat oleh sel plasma berkeliling di darah dan cairan limpa. Ketika antibodi mengikatkan diri pada antigen sasarannya, bentuknya berubah. Perubahan bentuk inilah yang membuat antibodi "menempel" di bagian luar makrofag. Organ-Organ yang terlibat dalam sistem pertahanan Sumsum Tulang Pabrik pembuat sel penting tersebut adalah sumsum tulang. Hebat-nya, dari pabrik ini dihasilkan berbagai jenis sel yang berbeda. Sejumlah sel yang dihasilkan di sini berperan dalam produksi fagosit, sebagian lainnya
berperan dalam penggumpalan darah, dan sebagian lainnya lagi dalam penguraian senyawa. Di samping dari segi struktur-nya, sel-sel ini juga berbeda dalam fungsinya. Timus Menurut pengamatan biologis, timus tampak seperti organ biasa tanpa suatu fungsi khusus. Namun demikian, jika dikaji secara rinci, pekerjaannya sangatlah menakjubkan. Di dalam timuslah limfosit men-dapat semacam pelatihan. Sel-sel limfosit ini mendapat PELATIHAN di timus. Limpa Tugas limpa, seperti berkontribusi pada produksi sel, fagositosis, perlindungan sel darah merah, dan pembangunan kekebalan, sangat pen-ting sekaligus sulit. Tentu saja, limpa juga hanya segumpal daging, sama seperti organ-organ lainnya. Namun ia menunjukkan kinerja dan tingkat kecerdasan tak terduga dari sekadar segumpal daging. Ia mengorgani-sasikan segalanya, tidak membiarkan terjadinya masalah, dan juga beker-ja tanpa istirahat. Sesungguhnya limpa bekerja untuk manusia dengan sangat giat sejak manusia lahir, dan akan terusmenerus seperti itu selama masih dikehendaki demikian oleh Allah. Nodus Getah Bening (Limfa) Cara kerja sistem ini adalah sebagai berikut: Cairan getah bening dalam pembuluh limfatik menyebar di seluruh tubuh dan berkontak dengan jaringan yang berada di sekitar pembuluh limfatik kapiler. Cairan getah bening yang kembali ke pembuluh limfatik sesaat setelah melaku-kan kontak ini membawa serta informasi mengenai jaringan tadi. Infor-masi ini diteruskan ke nodus limfatik terdekat pada pembuluh limfatik. Jika pada jaringan mulai merebak permusuhan, pengetahuan ini akan diteruskan ke nodus limfa melalui cairan getah bening. Jika setelah pengamatan atas sifat-sifat musuh ini terdeteksi adanya bahaya, maka dikeluarkan tanda bahaya. Pada tahap ini, di nodus limfa dimulailah produksi limfosit dan sel prajurit lainnya dengan sangat cepat. Setelah tahap produksi, prajurit baru diangkut ke garis depan medan perang. Prajurit baru ini berjalan dari nodus limfa ke pembuluh limfatik melalui cairan getah bening. Mereka berdifusi ke dalam aliran darah dari pembuluh limfatik, dan akhirnya sampai di medan perang. Inilah sebabnya nodus getah limfa pada daerah yang terinfeksi membengkak ter-lebih dahulu. Hal ini menunjukkan bahwa p roduksi limfosit pada daerah tersebut meningkat. Sel yang bertugas dalam sistem Sangat banyak sel-sel yang bertugas dalam sistem imun ini, salah satunya adalah Sel T yang unik, dan Sel T di bagi jadi beberapa jenis yaitu : Sel T Penolong Sel ini dapat dianggap sebagai administrator
di
dalam
sistem
per-
tahanan. Pada tahap-tahap awal perang, ia menguraikan sifat-sifat sel asing yang diabsorpsi
oleh
makrofag
penangkap
antigen
lainnya.
dan
sel
Setelah
menerima sinyal, mereka merangsang sel T pembunuh dan sel B untuk melawan. Stimulasi ini menyebabkan sel B
memproduksi
antibodi.
Sel
T
pembunuh menyekresikan molekul yang disebut limfokin untuk merangsang sel lain. Molekul ini menghidupkan tombol pada sel lain dan mulai menyalakan alarm perang.
Kemampuan sel T penolong menghasilkan molekul yang meng-aktivasi molekul lain, merupakan proses yang penting. Pertama, produksi molekul ini berhubungan dengan strategi perang yang akan datang. Jelas sel T tidak dapat membuat strategi itu sendiri. Jelas pula bahwa strategi ini tidak datang hanya dengan suatu kebetulan belaka. Lagipula, mengembangkan strategi belumlah cukup. Molekul di da-lam sel, yang akan menyalakan tombol untuk memulai produksi pada sel lain, harus disintesis dengan tepat. Untuk itu, dia harus betul-betul tahu mengenai struktur kimia sel lawan. Satu kesalahan saja pada produksi molekul ini akan melumpuhkan keseluruhan sistem pertahanan. Ini kare-na suatu pasukan tanpa suatu komunikasi akan dimusnahkan bahkan sebelum pasukan ini meluncurkan pertahanannya. Sel T Pembunuh
Sel T pembunuh adalah unsur paling efisien dalam sistem pertahanan. Pada bab-bab sebelumnya, kita telah mempelajari bagaimana virus dinon-aktifkan oleh antibodi. Namun demikian, ada kasus saat antibodi tidak dapat mencapai virus yang telah menyerang suatu sel. Untuk kejadian seperti ini, sel T pembunuh membunuh sel yang sakit yang telah diserang oleh virus. Pengamatan saksama mengenai cara sel T pembunuh membunuh sel yang sakit menyingkapkan suatu seni dalam penciptaan dan suatu kearifan yang sangat agung. Sel T pembunuh terlebih dahulu harus membedakan antara sel normal dan sel yang di dalamnya terdapat musuh yang bersembunyi. Sel T pembunuh mengatasi masalah ini dengan bantuan sistem molekul KSU yang telah ada padanya. Ketika mereka melihat sel yang telah diserang, mereka menyekresikan suatu bahan kimia. Sekresi ini melubangi membran sel dengan cara berbaris berdampingan sangat berdekatan dalam suatu lingkaran. Selanjutnya sel mulai bocor dan sel mati. Sel T pembunuh menyimpan senjata ini dalam bentuk granular. Dengan demikian senjata kimia ini selalu siap digunakan. Para ilmuwan takjub ketika menemukan kenyataan bahwa sel memproduksi senjata-nya sendiri dan menyimpannya untuk digunakan pada masa yang akan datang. Bahkan lebih menakjubkan lagi adalah rincian cara sel ini memanfaatkan senjata kimianya.