ARTIKEL PENGELOLAAN LIMBAH PETERNAKAN Karakteristik Limbah Peternakan
Sarra Mutiara Tsani 200110130399 Kelas G
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN SUMEDANG 2015
PENDAHULUAN
Dalam banyak kasus, air larian (air permukaan) yang berasal dari kandang atau hasil penyiramannya membanjiri lahan sekitarnya dan mengakibatkan pencemaran terhadap badan air. Selain itu juga mengakibatkan pencemaran udara karena hasil penguraian bahan organik limbah ternak yang dibuang dengan cara hanya ditumpuk dan menggunung disuatu tempat tanpa penanganan yang benar dapat menghasilkan gas yang berbau dan berbahaya bagi kesehatan manusia. Keadaan tersebut berpengaruh terhadap upaya masyarakat untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan, yaitu dengan cara menciptakan metode untuk tujuan penanganan, penyimpanan dan pengolahan limbah ternak. Dengan metode ini dapat memfasilitasi para pelajar, teknokrat, pengusaha ternak, pemerintah daerah dan pemegang kebijakan untuk melakukan upaya penyelesaian masalah yang ditimbulkan oleh limbah peternakan. Pada prinsipnya,tujuan utama para produsen adalah diperolehnya keuntungan usaha dan pada saat yang sama kualitas lingkungan air dan udara dapat mendukung kegiatan usaha tersebut. Hal ini diperlukan keseimbangan yang harmonis antara produksi, keuntungan dan kualitas lingkungan. Sistem yang dipilih secara teknis dapat dilakukan dan secara ekonomis memberikan kontribusi terhadap nilai tambah pendapatan serta sesuai dengan upaya pemeliharaan kualitas lingkungan. Walaupun tidak ada seorangpun yang bisa meramalkan perubahan yang terjadi di masa
yang
akan
datang, ada
beberapa
faktor
yang
harus
dipertimbangkan
dalam
menentukan sistem pengelolaan limbah yang paling memungkinkan. Untuk itu ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, antara lain :
Pola pertumbuhan penduduk
Kebijakan pemerintah
Perkembangan ekonomi
Perubahan ketersediaan sumberdaya alam dan teknologi
Sikap kesadaran masyarakat.
KARAKTERISTIK LIMBAH PETERNAKAN Sabtu, 14 Januari 2012 Oleh : Nurul Novitasary 1. Deskripsi Umum Karakteristik Limbah Peternakan
Tahap awal yang sangat penting harus diketahui dalam pengelolaan limbah, termasuk limbah peternakan adalah berapa jumlah yang pasti dan karakteristik limbah tersebut. Diketahuinya karakteristik limbah peternakan merupakan faktor yang sangat berperan untuk mendesain sistem pengelolaan secara biologis. Karakteristik limbah peternakan dapat dibagi menjadi tiga kelompok sifat, yaitu sifat fisik, kimia dan sifat biologis.
Secara fisik karakteristik limbah peternakan dapat diketahui berdasarkan bentuk (padat, semi padat dan cair), tekstur (kekompakan) dan jumlah (kg per unit ternak) yang dihasilkan. Secara kimiawi sifat limbah ditentukan oleh komposisi zat kimia yang terkandung dan tingkat keasaman (pH). Secara biologis sifat limbah ditentukan oleh jenis dan populasi mikroflora-fauna yang terkandung di dalamnya, yang biasanya dicerminkan oleh jenis dan populasi yang terdapat di dalam sistem pencernaan hewan ternak yang menghasilkan limbah tersebut. Secara umum, ketiga sifat tersebut sangat dipengaruhi oleh jenis dan umur ternak,
pakan yang diberi kan, tipe ternak dan cara pemeliharaannya. Secara umum dinyatakan bahwa limbah peternakan dikategorikan sebagai limbah yang volumenya sedikit akan tetapi memiliki daya cemar yang sangat tinggi. Sangat berbeda dengan limbah perkotaan yang besifat bulky, yaitu volumenya banyak akan tetapi daya cemarnya relatif rendah. Limbah peternakan mengandung sebagian besar bahan padat dan sedikit air sedangkan limbah perkotaan mengan-dung sebagian besar air dan sedikit bahan padatnya. 2. Bahan Padat Limbah Peternakan
Diketahuinya jumlah bahan padat di dalam limbah peternakan sangat penting untuk mengevaluasi daya cemarnya dan dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan sistem pengelolaan yang dibutuhkan. Selain itu juga dapat digunakan sebagai suatu petunjuk untuk mengevaluasi efisiensi dan efektifitas perangkat sistem pengelolaan. Bahan padat limbah peternakan dibagi menjadi dua, yaitu bahan yang mudah terendapkan (fixed matter) dan bahan yang mudah berubah(volatile matter) . Bahan padat yang mudah berubah mengindikasikan tingginya daya cemar limbah peternakan karena komposisinya sangat mudah terurai atau
membusuk dan menghasilkan gas. Sebaliknya, bahan padat yang mudah terendapkan dari limbah peternakan tidak terlalu eksklusif dan lebih mudah ditangani. Bahan padat limbah peternakan lebih lanjut dapat dibagi ke dalam bahan yang tersuspensi dan terlarut, yang masing-masing dapat dibagi lagi menjadi bagian yang mudah berubah dan terendapkan. Limbah padat tersuspensi merupakan bahan yang sangat menentukan di dalam mengevaluasi karakteristiknya. Tidak hanya digunakan untuk menentukan daya cemarrnya tetapi juga digunakan untuk mengevaluasi efisiensi sistem pengelolaan yang dilakukan. Seluruh limbah padat tersuspensi dapat dikelola dengan cara biologis dan kimiawi. Bahan padat limbah peternakan yang dapat mengendap merupakan ukuran yang dapat digunakan untuk melihat bahan padat yang tersuspensi yang turun ke bawah dikarenakan pengaruh gravitasi. Hal ini dapat dilihat dengan mudah terutama pada saat tidak dilakukan pengadukan. Pada umumnya sifat ini berguna untuk memisahkan limbah dari campuran pasir yang
terbawa
menggunakan
tangki
pengendapan
sebelum
limbah
diproses
secara
biologis. Bahan padat yang dapat diendapkan juga digunakan untuk menentukan efektifitas pengelolaan secara biologis. Hal ini penting terutama dalam evaluasi kondisi kolam oksidasi pada sistem lagon dan sistem aerasi yang luas.
Pemecahan
bahan
padat
limbah
peternakan
menjadi komponen
bagiannya dapat
digambarkan sebagai berikut (Merkel, 1981) :
Total solid
= Total volatile
=
=
Total suspended
=
= Volatile suspended
+ Total dissolved 3.
+ Total F ixed + F ixed suspended
+
+
= Volatile dissolved
+ F ixed dissolved
Zat Kimia dan Tingkat Keasaman Limbah Peternakan
Secara garis besar zat kimia yang terkandung di dalam limbah peternakan dan merupakan inti
dari
pembahasan
dalam
upaya
atas karbohidrat, protein dan lemak.
pengelolaan
adalah bahan
organik yang terdiri
TEKNIK PENANGANAN LIMBAH PETERNAKAN
Keberhasilan pengelolaan limbah peternakan sangat dipengaruhi oleh teknik penanganan yang
dilakukan,
yang
meliputi
teknik
angkutan (transport), pemisahan (separation) dan
pengumpulan (collections), peng-
penyimpanan (storage) atau
pem-
buangan (disposal). Walaupun telah banyak diketahui bagaimana teknik pengelolaan limbah, namun dikarenakan perkembangan bidang peternakan sangat dinamik, terutama perkembangan populasi dan sistem budidaya intensif, maka perlu dikembangkan pula aspek teknik baru yang dapat menyesuaikan dinamika tersebut.
1. Pengumpulan (Collections ) Limbah Peternakan
Dalam upaya memenuhi kebutuhan telur, daging, susu dan kulit, semula petani memelihara ternak hanya beberapa ekor. Ternak peliharaannya bebas mencari makanan sendiri di kebun-kebun atau di ladang dan jumlah limbah yang dihasilkan masih sangat sedikit dan belum menimbulkan masalah bagi lingkungan. Lingkungan hidup masih mampu mengabsorpsi banyaknya limbah yang dihasilkan, sehingga tidak menimbulkan pencemaran. Tetapi setelah waktu berlalu, tidak hanya menambah jumlah ternaknya, petani juga meningkatkan sistem pemeliharaannya dengan membangun kandang dan gudang dengan maksud untuk menjaga petani dan hewan peliharaannya dari gangguan cuaca yang buruk. Pada waktu yang sama, dikarenakan jumlah ternak bertambah dan dikandangkan, petani dihadapkan pada masalah penanganan limbah ternak yang bertambah banyak dan menumpuk di lantai kandang. Sejak kondisi ini terjadi, petani mulai memikirkan bagaimana cara menangani limbah peternakan agar usahanya tidak merugi. Bila diamati, pada waktu yang lalu sebagian besar petani menggunakan sistem penanganan limbah dengan parit ( gutter) dan kemiringan lantai kandang ( sloping floors). Arah kemiringan dibuat agar pada saat dibersihkan dengan air, dengan mudah limbah mengalir menuju ke parit. Limbah ternak berbentuk cair tersebut dikumpulkan diujung parit untuk kemudian dibuang. Pada kandang sistem feedlots terbuka, sebagian besar limbah ternak menumpuk di lokasi yang terbuka di depan kandang. Agar pengumpulan limbahnya lebih mudah, lantai pada lokasi ini biasanya ditutup dengan bahan yang keras dan rata dengan
kemiringan tertentu untuk mengalirkan limbah cairnya. Untuk membersihkan lantai digunakan pipa semprot yang kuat agar limbah cair dapat didorong dan mengalir ke tempat penampungan. Berdasarkan sistem tersebut, ada tiga cara mendasar pengumpulan limbah, yang disebut : Scraping , yaitu membersihkan dan mengumpulkan limbah dengan cara menyapu atau mendorong/menarik (dengan sekop atau alat lain) limbah. Free-fall , yaitu pengumpulan limbah dengan cara membiarkan limbah tersebut jatuh bebas melewati penyaring atau penyekat lantai ke dalam lubang pengumpul di bawah lantai kandang. Flushing, yaitu pengumpulan limbah menggunakan air untuk mengangkut limbah tersebut dalam bentuk cair.
Scraping : Scraping diduga merupakan cara pengumpulan limbah yang paling tua dilakukan oleh para petani-peternak. Scraping dapat dilakukan dengan cara manual ataupun mekanik. Pada dasarnya, kedua cara tersebut menggunakan alat yang terdiri atas plat logam yang fungsinya untuk mendorong atau menarik limbah sepanjang lantai dengan maksud agar limbah terlepas dari lantai dan dapat dikumpulkan. Cara manual, biasanya dipakai pada kandang panggung (stanchions), yaitu untuk membersihkan limbah yang melekat di jeruji lantai kandang atau di tempat-tempat fasilitas kandang yang lain. Cara ini juga dilakukan untuk membersihkan limbah yang terdapat di sepanjang parit dan bak pengumpul terutama limbah padat yang melekat di dinding dan sukar larut dalam air sehingga tidak dapat dialirkan. Cara ini digunakan terutama untuk pekerjaan yang membutuhkan tenaga kerja banyak dan sebagai penyempurnaan sistem pengelolaan limbah peternakan. Sistem mekanik memiliki cara kerja yang sama dengan sistem manual, hanya saja pada sistem ini menggunakan kekuatan traktor atau unit kekuatan yang tetap. Sebagai contoh alat yang disebut Front-end Loader , yaitu mesin yang alat pembersih atau penyodoknya terletak di bagian
depan. Alat
jenis
ini
biasanya
digunakan
untuk
mem-bersihkan
dan
mengumpulkan limbah dari permukaan lantai kandang ke tempat pe-nampungan untuk kemudian disimpan atau diangkut dengan kereta (kendaraan) untuk disebar ke ladang rumput. Contoh lain adalah disebut Tractor Mounted Scraper Blade, yaitu mesin yang alat pembersih atau penyodoknya terletak di bagian depan dan belakang berupa pisau. Mesin
pembersih ini biasanya dipakai bersama dengan jalur pengisian dimana limbah (manure) bisa langsung dimasukkan ke dalam tempat penyimpanan atau dimasukkan ke dalam penyemprot limbah. Mesin ini sering digunakan sebagai fasilitas untuk memindahkan limbah yang menumpuk di tengah kandang feedlots pada periode waktu tertentu. Selain itu, juga digunakan untuk membersihkan kandang sapi perah yang limbahnya langsung jatuh di lantai dan terakumulasi di tengah alley (jalan akses) kandang. Tractor Mounted Scraper Blade ini juga dapat digunakan untuk membersihkan litter pada kandang ayam pedaging atau dari lubang penampung limbah ayam petelur sitem batere. Pada umumnya dinyatakan bahwa mesin pembersih ini digunakan untuk mengumpulkan limbah yang tertumpuk di atas lantai di bawah ternak
langsung. Keuntungan
menggunakan
mesin
ini
adalah
biaya
awalnya
lebih
murang. Sedangkan kelemahannya adalah 1) diperlukannya tenaga operator dan 2) selama digunakan sering terjadi penimbunan limbah yang menempel di alat yang mengakibatkan pencemaran udara dan sebagai tempat berkembangnya lalat.
F ree-F all : Pengumpulan limbah peternakan dengan system free-fall ini dilakukan dengan membiarkan limbah melewati penyaring atau penyekat lantai dan masuk ke dalam lubang penampung. Teknik ini telah digunakan secara ekstensif dimasa lampau untuk peternakan hewan tipe kecil, seperti ayam, kalkun, kelinci dan ternak jenis lain. Baru-baru ini juga digunakan untuk ternak besar, seperti babi dan sapi. Pada dasarnya ada dua sistem free-fall , yaitu sistem kandang yang lantainya menggunakan (1) penyaring lantai (screened floor) dan (2) penyekat lantai (slotled floor).
Sceened floors. Lantai kandang sistem ini dapat dibuat menggunakan kawat kasa atau besi gril yang berukuran mes lebih besar dan rata. Mes kawat kasa yang digunakan biasanya berukuran 1,6 cm2 (0,025 in2) untuk anak ayam sampai 6,45 cm2 (1in2) untuk ayam dewasa. Kawat dapat dipasang dengan direntangkan seluas lantai kandang agar limbah langsung jatuh ke lantai atau tempat penampungan. Selain itu, juga dapat digunakan pada kandang batere (cage) yang bentuknya
diatur
agar
limbah
langsung
jatuh
ke
lantai
kandang
atau
tempat
penampungan. Penggunaan plat besi yang berbentuk gril dan ukurannya lebih besar dan rata diperuntukkan hewan yang lebih besar seperti babi dan pedet. Penggunaan kawat kasa sangat
memungkinkan untuk tempat pijakan hewan yang ada di dalamnya dan memudahkan limbah dapat dikeluarkan.
Slotled floors. Slotled floor merupakan salah satu bentuk lantai bersekat (jeruji) yang dipasang dengan jarak yang teratur dan rata sehingga ukuran dan jumlahnya mencukupi untuk keluarnya limbah dari lantai. Selain itu juga mudah dibersihkan dari kemungkinan menempelnya limbah pada lantai. Lubang di bawah lantai merupakan tempat untuk pengumpulan dan penampungan sementara untuk kemudian limbah diolah dan atau digunakan. Slotled floor dapat dibuat dari bermacam bahan, seperti kayu, beton atau besi plat. Kayu yang digunakan sebaiknya jenis yang keras karena dapat bertahan 2 – 5 tahun. Sekat yang berasal dari kayu biasanya dibuat dengan ukuran lebar bagian atas 8 cm dan bagian bawah 6cm, ketebalan 9 cm. Jarak antara sekat biasanya 2 cm. Apabila menggunakan bahan beton sekat dibuat dengan ukuran lebar bagian atas 12,7 cm dan bagian bawah 7,5 cm dengan ketebalan 10 cm, agar tidak mudah patah. Jarak antara sekat dibuat sesuai dengan panjang kandang dan ukuran ternak yang dipelihara. Sekat dari logam biasanya buatan pabrik yang telah dilapisi stainles atau aluminium untuk mencegah terjadinya karat. Penggunaan sekat logam lebih mudah untuk penanganan limbah, pemasangannya praktis dan mudah dipindahkan dibandingkan den gan sekat beton. Penggunaan lantai sistem sekat dapat meningkatkan sanitasi dan mengurangi tenaga kerja untuk membersihkan kandang. Penggunaan sekat juga memisahkan ternak dari limbahnya sehingga lingkungan menjadi bersih. Keuntungan lain dari penggunaan sekat ini adalah mengurangi biaya gabungan antara pengadaan dan penanganan alas kandang (litter).
F lushing : Pengumpulan limbah dengan cara flushing meliputi prinsip kerja :
Penggunaan parit yang cukup untuk mengalirkan air yang deras untuk mengangkut limbah. Kecepatan aliran yang tinggi.
Pengangkutan limbah dari kandang.
Sistem flushing telah digunakan sejak tahun 1960-an dan menjadi cara yang makin populer digunakan oleh peternak untuk pengumpulan limbah ternak. Hal ini dikarenakan lebih murah
biayanya,
bebas
dari
pemindahan
bagian,
sama
sekali
tidak
atau
sedikit
sekali membutuhkan perarawatan dan mudah dipasang pada bangunan baru atau bangunan lama. Disebabkan frekuensi flushing, limbah ternak yang dihasilkan lebih cepat dibersihkan, mengurangi bau dan meningkatkan kebersihan kandang. Hal ini menjadikan sirkulasi udara dalam kandang lebih baik, yang menghasilkan sistem efisiensi penggunaan energi. Dua hal penting yang harus diperhatikan dalam mendesain parit flushing adalah : (1). Lokasi parit berada di dalam fasilitas peternakan dan (2). Desain parit harus rata dan menggunakan jenis perlengkapan yang memadai.
Lokasi parit : Untuk keberhasilan pengelolaan limbah peternakan, lokasi parit di dalam kandang harus dapat berfungsi untuk mengumpulkan limbah yang terdapat di seluruh bagian kandang. Pada unit pertumbuhan dan penggemukan babi, parit dapat ditempatkan di bagian belakang ruang penyekat sepanjang kandang. Secara alami babi sangat tertarik dengan aliran air dan dapat dikondisikan berak di parit, oleh karena itu lantai kandang kondisinya tetap bersih. Untuk babi yang sedang menyusui, parit pembersih (pembilas) limbah sebaiknya tertutup agar anak babi tidak terperosok ke dalamnya. Parit pembersih ini juga dapat digunakan untuk kandang sapi perah untuk memindahkan limbah yang terkumpul di tengah alley kandang. Alley dapat dibuat selebar 3 m untuk mempermudah penempatan parit. Kedalaman parit berkisar 20 – 25 cm yang terletak di dua sisi alley untuk mengalirkan air flushing. Parit pembersih jarang digunakan untuk peternakan ayam.
Desain parit : Desain parit merupakan faktor penting dalam pengelolaan limbah peternakan. Panjang parit yang efektif untuk flushing didasarkan pada asumsi bahwa bila kedalaman aliran kurang dari 1,27 cm (0,5 in) dan kecepatan aliran kurang dari 0,46 m/detik, maka limbah tidak dapat terangkut.
Berdasarkan hasil perhitungan matematis (Nye dan John, 1975) disimpulkan bahwa desain parit yang memenuhi syarat adalah sebagai berikut : 1)
Parit pembersih dapat dibuat dari bahan tembok dengan ukuran kemiringan
0.005m/m, kedalaman 7,5 – 10 cm dan panjang parit kurang dari 24 m. 2)
Untuk panjang parit maksimal, 60 m lebih, gunakan kemiringan yang bervariasi atau
parit yang mengecil di bagian ujung. 3)
Gunakan durasi yang tinggi dan kecepatan aliran yang tinggi pula agar pembersihan
lebih efektif pada saluran yang panjangnya lebih dari 30 m.
Perlengkapan flushing : Ada 3 perlengkapan yang umumnya digunakan untuk flushing, yaitu : (1) penutup tangki penampung, (2) tangki penampung limbah dan (3) pipa untuk membantu memindahkan limbah dalam parit. Perlengkapan flushing harus memenuhi syarat, antara lain kuat, sederhana, mudah dioperasikan dan tahan karat. Selain itu, akan lebih baik bila perlengkapan tersebut mudah pemasangannya pada bangunan, tidak memakan tempat dan harus dapat dipakai juga untuk mengangkut air pada kapasitas tertentu untuk setiap durasi flushing. 2. Pengangkutan Limbah Peternakan
Setelah limbah peternakan dikumpulkan di lahan penyimpanan sementara, biasanya diangkut untuk diolah dan atau dibuang ke ladang rumput. Cara pengangkutan limbah dari tempat pengumpulan bergantung pada karakteristik aliran limbah. Karakteristik aliran limbah bergantung pada terutama umur dan jenis ternak dan juga pada sistem pengumpulan limbah yang digunakan. Misal,
cara
pengangkutan
limbah
yang
dikumpulkan
menggunakan
cara scraping berbeda dengan yang menggunakan flushing . Sobel (1956) dalam Merkel (1981) mengklasifikasikan cara pengangkutan limbah berdasarkan karakteristiknya, yaitu semisolid, semiliquid dan liquid .
Limbah peternakan semipadat : Limbah yang berbentuk semipadat jelas tidak dapat dialirkan tanpa bantuan penggerak secara mekanik. Limbah terletak kuat pada lantai (lengket) dan sangat berat untuk dipindahkan dan membutuhkan periode waktu yang lama. Pada umumnya berpendapat bahwa lebih tepat limbah ini dikategorikan sebagai limbah segar.
Limbah peternakan semicair : Limbah semicair adalah limbah yang telah mengalami pengenceran dengan air dan bertambahnya aktifitas mikroorganisme. Limbah dengan mudah dapat dialirkan tanpa bantuan mekanik yang dapat dengan mudah dilihat dengan mata telanjang. Limbah semiliquid biasanya mengandung 5 – 15 % bahan kering (total solid concentrasions) dan diklasifikasikan sebagai slurry.
Limbah peternakan cair : Limbah peternakan yang cair adalah limbah yang sudah berbentuk cairan yang pada umumnya mengandung bahan kering (total solid concentrasions) kurang dari 5 % dan berasal dari aliran kandang feedlot, efluen dari sistem pengolahan dan kamar susu. Karakteristik alirannya hampir sama dengan aliran air dan susu. Ada dua sistem pengangkutan limbah peternakan, yaitu (1) pengangkutan secara mekanik untuk limbah padat dan atau semipadat, (2) pengangkutan dengan air (hydraulic transport) untuk limbah cair dan semicair.
Pengangkutan secara mekanik Limbah peternakan yang berbentuk padat atau semipadat dapat diangkut secara mekanik menggunakan alat konveyor atau pompa penyedot.
Konveyor : Ada beberapa macam konveyor yang digunakan di bidang pertanian, diantaranyabelt conveyor,
chain
conveyor,
apron
conveyor,
pneumatic
conveyor, dsb. Untuk
tujuan
pengangkutan limbah peternakan pada umumnya menggunakanchain conveyor . Konveyor ini sangat cocok untuk limbah peternakan karena selain biayanya murah juga sederhana, mudah dibuat, dan sangat operasional untuk berbagai kondisi. Bentuk spesifik konveyor untuk penanganan limbah ternak adalah scraper conveyor . Alat jenis ini sering digunakan untuk membersihkan parit dan alley kandang.
Pompa penyedot : Sistem lain pengangkutan limbah peternakan secara mekanik adalah menggunakan pompa penyedot yang terdiri atas pipa penghisap berukuran besar yang digunakan untuk menggerakan cairan atau padatan melalui pipa ke kolam penampungan. Ada dua tipe pompa penyedot, yaitu hollow piston pump, digunakan untuk mengangkut (memindahkan) limbah peternakan cair
sedangkan dan solid piston pump, digunakan untuk mengangkut (memindahkan) limbah peternakan semipadat.
Pengangkutan limbah peternakan dengan sistem aliran : Tipe aliran. Pada pengangkutan sistem ini dikategorikan ada beberapa tipe aliran, yaitu : 1. Steady flow, tipe aliran yang terjadi tidak mengalami perubahan karena waktu dan aliran relatif konstan. 2. Varied flow, tipe aliran yang kecepatan berubah-ubah bergantung kondisi pada waktu tertentu. 3. Uniform flow, tipe aliran ini terjadi apabila tidak ada perubahan kecepatan pada arah aliran secara spontan. 4. Nonuniform flow, tipe ini terjadi apabila kecepatan aliran bervariasi antara tempat yang satu dengan yang lain secara spontan.
Bentuk Saluran Bentuk saluran pengangkutan limbah terdiri atas bentuk saluran terbuka yaitu saluran yang bagian permukaannya tampak terlihat dan bentuk saluran yang tertutup. Bentuk saluran yang tertutup pada umumnya menggunakan pipa yang terbuat dari bahan logam atau PVC.
Sumber :
Penulis
: Nurul Novitasary
Tanggal : Sabtu, 14 Januari 2012 Website : bubunurulnovitasary.blogspot.co.id/2012/01/pengelolaan-limbah-peternakan.html Diakses pada 20 September 2015 20.05 WIB
PEMBAHASAN
Secara umum, karakteristik limbah peternakan dibagi atas tiga kelompok, yaitu Secara
fisik karakteristik limbah peternakan dapat diketahui berdasarkan bentuk (padat, semi padat dan cair), tekstur (kekompakan) dan jumlah (kg per unit ternak) yang dihasilkan. Secara
kimiawi sifat limbah ditentukan oleh komposisi zat kimia yang terkandung dan tingkat keasaman (pH). Secara biologis sifat limbah ditentukan oleh jenis dan populasi mikroflora-fauna yang terkandung di dalamnya, yang biasanya dicerminkan oleh jenis dan populasi yang terdapat di dalam sistem pencernaan hewan ternak yang menghasilkan limbah tersebut. Secara umum, ketiga sifat tersebut sangat dipengaruhi oleh jenis dan umur ternak, pakan yang diberi kan, tipe
ternak dan cara pemeliharaannya. Bahan padat limbah peternakan dibagi menjadi dua, yaitu bahan yang mudah terendapkan (fixed matter) dan bahan yang mudah berubah (volatile matter). Bahan padat yang mudah berubah mengindikasikan tingginya daya cemar limbah peternakan karena komposisinya sangat mudah terurai atau membusuk dan menghasilkan gas. Sebaliknya, bahan padat yang mudah terendapkan dari limbah peternakan tidak terlalu eksklusif dan lebih mudah ditangani. Keberhasilan pengelolaan limbah peternakan sangat dipengaruhi oleh teknik penanganan yang dilakukan, yang meliputi teknik pengumpulan (collections), peng-angkutan (transport), pemisahan (separation) dan penyimpanan (storage) atau pem-buangan (disposal). telah banyak diketahui
bagaimana
Walaupun
teknik pengelolaan limbah, namun dikarenakan
perkembangan bidang peternakan sangat dinamik, terutama perkembangan populasi dan sistem budidaya intensif, maka perlu dikembangkan pula aspek teknik baru yang dapat menyesuaikan dinamika tersebut.