golongan β lactam
ampisilin
farmakokinetik
farmakodinamik
amoksisilin
farmakokinetik
penicilin
aminopenicilin
indikasi dan kontra indikasi
dosis obat
efek samping obat
interaksi obat
farmakodinamik
indikasi dan kontra indikasi
dosis obat
efek samping obat
interaksi obat
golongan Tetrasiklin
jenis-jenis obat gol tetrasiklin
Farmakokinetik
Farmakodinamik
dosis obat
efek samping obat
interaksi obat
Antibiotika
golongan eritromisin
linkomisin
klindamisin
golongan quinolone
siproflokasasin
golongan linkosamide
ofloksasin
Obat Tradisional
Petunjuk Penggunaan Obat
cengkeh
bawang putih
kandungan zat aktif
Jenis-jenis obat tradisional
garam
jeruk nipis
sirih
avokad
kamboja
belimbing wuluh
getah jarak
beluntas
khasiat zat aktif
gol betalaktam
gol cephalosporin
generasi I
generasi II
generasi III
sefadroksil
farmakokinetik
farmakodinamik
indikasi &kontra indikasi
dosis
efek samping obat
interaksi obat
Antiseptik dan disinfektan di bidang kedokteran gigi
jenis-jenisnya
untuk prwtan endo: Pulperyl, Cresophene, CHKm, TKF, Formocresol, H2O2 3%, NaOCl
Sbg Disinfektan: alkohol, glutaraldehyde, Formaldehyde, NaOCl, Iodine,
Komposisi obat
Sbg Obat Kumur: Chlorhexidine, iodine
Cara kerja obat
Indikasi dan Kontra indikasi
Cara Penggunaan obat
Efek samping obat
Antibiotika
definisi
macam-macam antibiotika
berdasarkan sifat toksisitas
berdasarkan sensitivitasnya
berdasarkan mekanisme kerjanya
antibiotika yang biasa digunakan di bidang kedokt gigi
gol. β lactam
gol. makrolide
gol. linkosamide
gol. tetrasiklin
gol. quinolon
8
Antibiotika
golongan eritromisin
golongan linkosamide
linkomisin
klindamisin
golongan quinolone
siproflokasasin
ofloksasin
Antiseptik dan disinfektan di bidang kedokteran gigi
jenis-jenisnya
untuk prwtan endo: Pulperyl, Cresophene, CHKm, TKF, Formocresol, H2O2 3%, NaOCl
Sbg Disinfektan: alkohol, glutaraldehyde, Formaldehyde, NaOCl, Iodine,
Sbg Obat Kumur: Chlorhexidine, iodine
Komposisi obat
Cara kerja obat
Indikasi dan Kontra indikasi
Cara Penggunaan obat
Efek samping obat
BAB I
ANTIBIOTIKA
1.1 PENDAHULUAN
Antibiotika adalah: zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba terutama fungi (jamur), yang dapat menghambat atau membasmi mikroba jenis lain. Dewasa ini antibiotika dibuat secara semisintetik atau sintetik penuh.
Obat yang digunakan untuk membasmi mikroba penyebab infeksi pada manusia harus mempunyai sifat toksisitas selektif setinggi mungkin, artinya obat tersebut haruslah bersifat sangat toksik terhadap mikroba penyebab penyakit tetapi relatif tidak toksik terhadap hospes.
Konsep-Konsep Kunci
Definisi antibotika
Jenis-jenis antibiotika berdasarkan sifat toksisitas selektif
Jenis-jenis antibiotika berdasarkan sensitivitasnya
Jenis-jenis antibiotika berdasarkan mekanisme kerjanya
Antibiotika yang biasa digunakan di bidang kedokteran gigi
Petunjuk
Pelajari materi bab I dengan tekun dan disiplin!
Penyajian setiap bab meliputi: judul bab dan konsep-konsep kunci, petunjuk, kerangka isi, tujuan pembelajaran umum, tujuan pembelajaran khusus, paparan materi, tugas dan latihan, rangkuman, dan soal-soal akhir bab yang disertai dengan kunci jawaban dan umpan balik untuk mengetahui sejauh mana anda telah menguasai materi, dan di akhir bab diberikan sumber pendukung.
Dalam uraian materi terdapat tes sambil jalan (embedded tests). Tes ini dapat menjadi tuntunan pembaca dalam memahami uraian bahan ajar bagian-demi bagian. Bila anda ragu terhadap jawaban tes ini, maka ulangi lagi membaca bagian yang belum anda pahami.
Kerjakanlah soal-soal latihan dan soal-soal akhir bab dengan tekun dan disiplin!
Bacalah sumber-sumber pendukung untuk memperdalam pengetahuan dan wawasan anda!
Ikuti urutan penyajian setiap bab tahap demi tahap!
Selamat belajar, semoga sukses!
Kerangka Kunci
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah selesai pembelajaran mahasiswa dapat memahami tentang Antibotika
Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah selesai pembelajaran mahasiswa dapat:
Menjelaskan tentang definisi antibiotika
Menjelaskan tentang jenis-jenis antibiotika berdasarkan sifat toksisitas selektifnya
Menjelaskan tentang jenis-jenis antibiotika berdasarkan sensitivitasnya
Menjelaskan tentang jenis-jenis antibiotika berdasarkan mekanisme kerjanya
Menyebutkan macam-macam antibiotika yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi
1.2 PENYAJIAN MATERI
A. Definisi Antibiotika
Antibiotika adalah: zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba terutama fungi (jamur), yang dapat menghambat atau membasmi mikroba jenis lain. Dewasa ini antibiotika dibuat secara semisintetik atau sintetik penuh.
B. Jenis-Jenis Antibiotika
Berdasarkan sifat toksisitas selektif, antibiotika dibagi menjadi:
Antibiotika yang bersifat menghambat pertumbuhan bakteri disebut: mempunyai aktivitas bakteriostatik.
Antibiotika yang bersifat membunuh mikroba disebut: mempunyai aktivitas bakteriosida.
Berdasarkan sensitivitasnya terhadap berbagai jenis mikroba, antibiotika digolongkan menjadi:
Antibiotika berspektrum sempit (narrow spectrum): hanya aktif terhadap satu jenis mikroba tertentu, misalnya: benzyl penisilin dan streptomisin.
Antibiotika berspektrum luas (broad spectrum): aktif terhadap beberapa jenis mikroba misalnya bakteri Gram positif dan Gram negatif sekalian. Contohnya: tetrasiklin, kloramfenikol.
Berdasarkan mekanisme kerjanya, antibiotika digolongkan menjadi:
Antibiotika yang menghambat sintesis dinding sel mikroba: contohnya golongan β-lactam (penisilin, ampisilin, amoksisilin, sefalosporin), golongan vancomisin, dll
Antibiotika yang menghambat sintesis protein mikroba dengan berikatan pada ribosom 50s, contohnya: tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, klindamisin, linkomisin
Antibiotika yang menghambat sintesis protein mikroba dengan berikatan pada ribosom 30s, contohnya: antibiotika golongan aminoglikosida (streptomisin, gentamisin, kanamisin dan neomisin)
Antibiotika yang mengganggu keutuhan membrane sel mikroba, contohnya: polimiksin
Antibiotika yang menghambat sintesis asam nukleat bakteri, contohnya: rifampin dan golongan quinolon (siprofloksasin).
Antibiotika yang menghambat sintesis asam folat bakteri, contohnya: sulfonamide, trimetroprime.
Antibiotika yang biasa digunakan di bidang kedokteran gigi
Golongan β lactam: penisilin dan derivatenya, cephalosporine
Golongan tetrasiklin : klortetrasiklin, oksitetrasiklin, doksisiklin dan minosiklin
Golongan makrolide: eritromisin dan klaritromisin
Golongan linkosamide: linkomisin dan klindamisin
Golongan kuinolone: siprofloksasin, ofloksasin
1.3 TUGAS DAN LATIHAN
Carilah contoh-contoh obat antibiotika yang biasa digunakan di bidang kedokteran gigi dengan cara mengunggah dari internet atau buku sumber misalnya DOI atau Farmakope Indonesia dan klasifikasikan sesuai dengan mekanisme kerja antibakterinya!
1.4 RANGKUMAN
Antibiotika merupakan zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba terutama fungi (jamur), yang dapat menghambat atau membasmi mikroba jenis lain.
Berdasarkan sifat toksisitas selektif, antibiotika dibagi menjadi: Antibiotika yang bersifat bakteriostatik dan bakteriosida
Berdasarkan mekanisme kerjanya, antibiotika digolongkan menjadi: Antibiotika yang menghambat sintesis dinding sel mikroba, Antibiotika yang menghambat sintesis protein mikroba dengan berikatan pada ribosom 50s, Antibiotika yang menghambat sintesis protein mikroba dengan berikatan ribosom 30s, Antibiotika yang mengganggu keutuhan membrane sel, Antibiotika yang menghambat sintesis asam nukleat bakteri dan
Antibiotika yang menghambat sintesis asam folat bakteri.
Antibotika yang biasa digunakan di bidang kedokteran gigi: Golongan β lactam, Golongan tetrasiklin, Golongan makrolide, Golongan linkosamide, Golongan kuinolone.
1.5 TES AKHIR BAB
Sebutkan definisi antibiotika!
Sebutkan contoh antibiotika yang cara kerjanya menghambat sintesis dinding sel bakteri!
Sebutkan cara kerja antibiotika golongan linkosamide
Sebutkan contoh obat antibiotika golongan β-lactam yang biasa digunakan di bidang kedokteran gigi
Sebutkan golongan antibiotika yang paling cocok digunakan untuk infeksi rongga mulut dan sebutkan juga 2 contoh obatnya!
1.6 KUNCI JAWABAN
Jawaban soal No 1-5 sesuai materi
UMPAN BALIK
Cara menghitung nilai setiap butir soal bila dijawab dengan benar mendapat skor 10 (lihat kunci jawaban). Nilai = (jumlah perolehan skor : 5 (ok jumlah soal sebanyak 5) x 10
Kriteria keberhasilan anda:
> 80 : Baik sekali, anda telah berhasil
70-80 : Baik
60-69 : Cukup berhasil
50-59 : Kurang berhasil
< 50 : Belum berhasil
1.8 TINDAK LANJUT
Bila tingkat penguasaan anda:
> 80 : lanjutkan ke materi selanjutnya
70-80 : ulangi mempelajari bagian yang belum anda kuasai
60-69 : ulangi mempelajari bagian yang belum anda kuasai
50-59 : ulangi secara keseluruhan
< 50 : ulangi secara keseluruhan
1.9 DAFTAR PUSTAKA
Istiantoro,Y.H., Gan, V.H.S., 2004. Penisilin, Sefalosporin, dan Antibitoka Betalaktam Lainnya dalam Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Katzung, B.G., 1997. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi 6. Jakarta: EGC
Kee, J.L., Hayes, E.R., 1996. Farmakologi: Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: EGC
Mycek, M.J., Harvey, R.A., Champe, P.C., 2001. Farmakologi: Ulasan Bergambar. Edisi 2. Jakarta: Widya Medika
Setiabudy, R., Gan, V.H.S., 2004. Pengantar Antimikroba dalam Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Setiabudy, R., Kunardi, L., 2004. Golongan Tetrasiklin dan Kloramfenikol dalam Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Setiabudy, R., 2004. Antimikroba lain dalam Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
SENARAI/GLOSARIUM
1.
Hospes:
organisme yang menampung organisme yang lain (=tuan rumah)
2.
Sintesis:
proses pembentukan
3.
Ribosom:
setiap partikel ribonukleoprotein intraseluler yang penting bagi sintesis protein yang terdiri dari unit-unit.
4.
Antibiotika sintetik:
antibiotika buatan yang dibuat dengan meniru struktur kimia antibiotika aslinya
5.
Antibiotika semisintetik:
antibiotika yang dibuat dengan meniru sebagian struktur kimia antibiotika aslinya dan sebagian diambil dari jamur penghasil antibiotika
6.
Asam nukleat:
polimer nukleotida dengan berat molekul besar. Terdapat 2 tipe yaitu: asam deoksiribonukleat (DNA) dan asam ribonukleat (RNA)
7.
Membran sel:
Lapisan jaringan tipis yang menutupi permukaan, melapisi rongga atau membagi ruang atau organ
BAB II
PENISILIN
PENDAHULUAN
Penisilin pertama kali ditemukan di London pada tahun 1928 oleh Alexander Flemming, kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Florey. Penisilin berasal dari jamur Penicillium notatum kemudian digunakan spesies yang lain yaitu Penicillium chrysigenum. Penisilin yang digunakan bisa berupa penisilin alam dan penisilin semisintetik. Penisilin semisintetik diperoleh dengan cara mengubah struktur kimia penisilin alam atau dengan cara sintesis dari inti penisilin. Penisilin termasuk golongan β-lactam bersama-sama dengan sefalosporin.
Konsep-Konsep Kunci
Jenis-jenis penisilin
Farmakokinetik
Farmakodinamik
Indikasi dan kontra indikasi obat
Dosis
Efek samping obat
Interaksi Obat
Petunjuk
Pelajari materi bab II dengan tekun dan disiplin!
Penyajian setiap bab meliputi: judul bab dan konsep-konsep kunci, petunjuk, kerangka isi, tujuan pembelajaran umum, tujuan pembelajaran khusus, paparan materi, tugas dan latihan, rangkuman, dan soal-soal akhir bab yang disertai dengan kunci jawaban dan umpan balik untuk mengetahui sejauh mana anda telah menguasai materi, dan di akhir bab diberikan sumber pendukung.
Dalam uraian materi terdapat tes sambil jalan (embedded tests). Tes ini dapat menjadi tuntunan pembaca dalam memahami uraian bahan ajar bagian-demi bagian. Bila anda ragu terhadap jawaban tes ini, maka ulangi lagi membaca bagian yang belum anda pahami.
Kerjakanlah soal-soal latihan dan soal-soal akhir bab dengan tekun dan disiplin!
Bacalah sumber-sumber pendukung untuk memperdalam pengetahuan dan wawasan anda!
Ikuti urutan penyajian setiap bab tahap demi tahap!
Selamat belajar, semoga sukses!
Kerangka isi
Tujuan pembelajaran umum
Setelah selesai pembelajaran mahasiswa dapat memahami tentang penisilin dan derivatnya.
Tujuan pembelajaran khusus
Setelah selesai pembelajaran mahasiswa dapat:
Menjelaskan tentang sejarah asal golongan penisilin
Menyebutkan jenis-jenis penisilin
Menyebutkan contoh obat golongan penisilin jenis aminopenisilin
Menyebutkan tentang absorbsi, distribusi, metabolisme dan eksresi (Farmakokinetik) obat-obat golongan penisilin dalam tubuh
Menyebutkan tentang cara kerja (farmakodinamik) obat-obat golongan penisilin
Menyebutkan indikasi dan kontra indikasi obat-obat golongan penisilin
Menyebutkan efek samping obat-obat golongan penisilin
Menyebutkan interaksi obat-obat golongan penisilin
2.2 PENYAJIAN MATERI
Jenis-jenis penisilin
Penisilin alam: Penisilin G (Benzil penisilin) dan Penisilin V (Fenoksimetil penisilin)
Penisilin antistafilokokus : Metisilin dan Nafsilin
Penisilin Isoksazolil: Oksasilin, Kloksasilin, Dikloksasilin, Fluklosasilin
Aminopenisilin: ampisilin, amoksisilin
Penisilin antipseudomonas: Karbenisilin, Tikarsilin, Azlosilin
Penisilin dengan spektrum diperluas: Mezlosilin, Piperasilin
Farmakokinetik
Absorbsi:
Penisilin G dan V: apabila diberikan peroral dapat dirusak oleh asam lambung, sehingga selalu diberikan secara parenteral (dinjeksikan secara Intra muscular atau intra vena).
Ampisilin: absorbsinya terhambat oleh adanya makanan di dalam lambung, lebih tahan terhadap suasana asam dibandingkan dengan penisilin G dan V oleh karena itu dapat diberikan peroral
Amoksisilin: absorbsinya di saluran cerna jauh lebih baik dibandingkan dengan ampisilin. Dengan dosis oral yang sama, amoksisilin mencapai kadar dalam darah kira-kira 2x lebih tinggi dari pada ampisilin.
Metabolisme (biotransformasi) obat: metabolisme penisilin dilakukan oleh mikroba di dalam tubuh hospes. Apabila mikroba tersebut menghasilkan enzim penisilinase yang akan memecah cincin betalaktam pada penisilin maka seluruh aktivitas antimikroba dari penisilin akan hilang. Apabila mikroba menghasilkan enzim amidase maka akan terjadi penurunan potensi anti mikroba yang sangat mencolok dari semua obat golongan penisilin.
Ekskresi obat: penisilin umumnya diekskresi melalui proses sekresi di tubuli ginjal.
Farmakodinamik
Aktivitas dan mekanisme kerja: penisilin menghambat pembentukan mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis dinding sel mikroba dengan urutan sbb:
Obat bergabung dengan penicillin-binding protein pada mikroba
Terjadi hambatan sintesis dinding sel mikroba
Terjadi aktivasi enzim proteolitik pada dinding sel mikroba
Kematian sel mikroba
Aktif hanya pada sel mikroba yang sedang membelah
Mikroba dalam keadaan metabolik tidak aktif (tidak sedang membelah) praktis tidak dipengaruhi oleh penisilin. Kalaupun ada hanya bersifat bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri).
Aktif terhadap bakteri Gram positif dan spirochaeta
Ampisilin dan amoksisilin merupakan prototipe golongan aminopenisilin berspektrum luas tetapi dirusak oleh enzim betalaktamase yang dihasilkan oleh bakteri Gram positif dan negatif. Oleh karena itu saat ini tersedia obat amoksisilin yang dikemas bersama-sama dengan asam klavulanik. Asam klavulanik akan merusak enzim betalaktamase yang dihasilkan oleh bakteri, sehingga amoksisilin dapat bekerja secara maksimal untuk membunuh bakteri patogen.
Dosis
Ampisilin:
1). untuk pemberian oral tersedia dalam bentuk tablet atau kapsul sebagai ampisilin trihidrat atau ampisilin anhidrat 125 mg, 250 mg dan 500 mg, sedangkan untuk bubuk suspensi sirup mengandung 125 mg atau 250 mg/5 ml.
2). Dosis ampisilin tergantung berat ringannya penyakit. Garis besar penentuan dosis adalah: 2000 – 4000 mg/hari, terbagi dalam 4 x pemberian.
3). Untuk anak-anak dengan berat badan kurang dari 20 kg diberikan peroral: 50 – 100 mg/kg BB sehari yang dibagi dalam 4 x pemberian dalam sehari.
4). Bayi berumur kurang dari 7 hari diberi 50 mg / kg BB sehari terbagi dalam 2 dosis (2x pemberian)
5). Bayi berumur lebih dari 7 hari diberi 75 mg / kg BB sehari terbagi dalam 3 dosis (3x pemberian)
b. Amoksisilin:
1). Sediaan: tablet dan kapsul 125 mg, 250 mg dan 500 mg dan sirup 125 mg/ 5ml dan 250 mg/5 ml
2). Dosis: amoksisilin mempunyai absorbsi yang lebih baik dari ampisilin sehingga dosis perharinya dapat lebih kecil dari ampisilin yaitu 3 x 250 mg – 500 mg / hari.
3). Amoksisilin yang dikemas bersama-sama dengan asam klavulanik yaitu amoksisilin klavulanic acid dalam bentuk kaplet 625 mg (500 mg amoksisilin + 125 mg klavulanic acid) diberi 3 x pemberian dalam sehari.
Efek samping
Efek samping dari penisilin dapat terjadi pada semua cara pemberian, dapat melibatkan berbagai organ dan jaringan secara terpisah atau bersama-sama dan dapat muncul dalam bentuk yang ringan atau fatal. Frekuensi kejadian efek samping bervariasi, tergantung dari sediaan dan cara pemberian. Pada umumnya pemberian secara parenteral lebih sering menimbulkan efek samping dibandingkan pemberian peroral. Efek samping yang sering terjadi adalah:
Reaksi alergi: merupakan bentuk efek samping yang paling sering terjadi, bahkan penisilin G merupakan obat yang paling sering menimbulkan reaksi alergi berupa urtikaria, makulopapular dan eritema. Manifestasi klinik reaksi alergi penisilin terberat adalah reaksi anafilaksis. Reaksi ini lebih banyak terjadi pada pemberian perparenteral. Reaksi alergi yang lain yang sifatnya berat adalah: angiodema, penyakit serum, dan fenomena arthus. Tindakan yang diambil terhadap reaksi alergi ialah menghentikan pemberian obat dan memberikan terapi simptomatik dengan adrenalin.
Nefropati
Anemia hemolitik
Gangguan fungsi hati
Interaksi obat
Penisilin tidak boleh diberikan bersama-sama dengan obat probenesid, fenilbutazon, sulfinpirazol, asetosal dan indometasin karena obat-obat ini dapat menghambat eksresi penelisin.
TUGAS DAN LATIHAN
Carilah berbagai kemasan obat-obat golongan aminopenisilin yaitu ampisilin dan amoksisilin dengan berbagai dosis dan sediaan, kemudian buatlah daftar nama masing-masing obat sesuai dengan nama patennya dan diskusikan dengan teman-teman dalam satu kelompok tentang farmakokinetik, farmakodinamik, dosis obat, indikasi, kontra indikasi, efek samping obat dan interaksi obat.
RANGKUMAN
Jenis antibiotika yang paling banyak digunakan untuk mengatasi infeksi di dalam rongga mulut adalah golongan penisilin yang termasuk golongan beta laktam. Derivat penisilin yang sering digunakan adalah golongan aminopenisilin, contohnya yaitu ampisilin dan amoksisilin. Obat ini bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding sel bakteri, sehingga bersifat bakterisid pada mikroba yang sedang membelah diri. Aktif terhadap bakteri Gram (+) dan Gram (-). Aktivitas antibakterinya dapat dirusak oleh enzim betalaktamase oleh karena itu ditambahkan asam klavulanik yang berfungsi untuk merusak enzim tersebut sehingga antibiotika dapat berfungsi maksimal. Efek samping obat yang utama adalah terjadi reaksi alergi.
TES AKHIR BAB
1. Jelaskan cara kerja obat amoksisilin sebagai anti bakteri!
2. Amoksisilin termasuk golongan……
3. Amoksisilin dieksresi lewat…….
4. Fungsi dari asam klavulanik adalah…….
5. Efek samping utama dari obat amoksisilin adalah……
6. Sediaan obat amoksisilin dapat berupa………
7. Sebaiknya amoksisilin tidak diberikan bersama-sama dengan obat…….
KUNCI JAWABAN
Jawaban soal no 1-7 sesuai dengan materi
UMPAN BALIK
Cara menghitung nilai setiap butir soal bila dijawab dengan benar mendapat skor 10 (lihat kunci jawaban). Nilai = (jumlah perolehan skor : 7 (ok jumlah soal sebanyak 7) x 10
Kriteria keberhasilan anda:
> 80 : Baik sekali, anda telah berhasil
70-80 : Baik
60-69 : Cukup berhasil
50-59 : Kurang berhasil
< 50 : Belum berhasil
TINDAK LANJUT
Bila tingkat penguasaan anda:
> 80 : lanjutkan ke materi selanjutnya
70-80 : ulangi mempelajari bagian yang belum anda kuasai
60-69 : ulangi mempelajari bagian yang belum anda kuasai
50-59 : ulangi secara keseluruhan
< 50 : ulangi secara keseluruhan
DAFTAR PUSTAKA
Istiantoro,Y.H., Gan, V.H.S., 2004. Penisilin, Sefalosporin, dan Antibitoka Betalaktam Lainnya dalam Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Katzung, B.G., 1997. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi 6. Jakarta: EGC
Kee, J.L., Hayes, E.R., 1996. Farmakologi: Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: EGC
Mycek, M.J., Harvey, R.A., Champe, P.C., 2001. Farmakologi: Ulasan Bergambar. Edisi 2. Jakarta: Widya Medika
Setiabudy, R., Gan, V.H.S., 2004. Pengantar Antimikroba dalam Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Setiabudy, R., Kunardi, L., 2004. Golongan Tetrasiklin dan Kloramfenikol dalam Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Setiabudy, R., 2004. Antimikroba lain dalam Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
SENARAI / GLOSARIUM
1.
Absorbsi obat
:
Pengambilan/penyerapan obat dari lumen usus ke dalam sel-sel epitel usus, darah atau cairan interstitial
2.
Metabolisme
:
Semua proses fisik dan kimia dimana substansi hidup yang diorganisasi dan dipertahankan
3.
Ekskresi
:
Proses pengeluaran sisa metabolisme dari dalam tubuh
4.
Bakteri patogen
:
Mikroorganisme penyebab penyakit
5.
Enzim betalaktamase
:
Enzim yang dihasilkan oleh bakteri yang dapat merusak obat-obat golongan betalaktam
BAB III
SEFALOSPORIN
PENDAHULUAN
Sefalosporin termasuk golongan antibiotika betalaktam, berasal dari fungus Cephalosporium acremonium yang pertama kali diisolasi pada tahun 1948 oleh Brotzu. Fungus ini menghasilkan 3 macam antibiotika yaitu sefalosporin P, N dan C dan dari ketiga antibiotika tersebut kemudian dikembangkan berbagai derivate sefalosporin semisintetik antara lain sefalosporin C.
Sefalosporin dibagi menjadi tiga generasi berdasarkan aktivitas antimikrobanya yang secara tidak langsung juga sesuai dengan urutan masa pembuatannya. Generasi sefalosporin tersebut adalah:
Generasi pertama: sefalotin, sefaprin, sefazolin, sefadrin dan sefadroksil
Generasi kedua: sefamandol, sefoksitin, sefaklor, sefuroksim, sefonisid, seforanid
Generasi ketiga: sefotaksim, moksalaktam, seftizoksim, seftriakson, sefoperazon.
Konsep-konsep kunci
Farmakokinetik
Farmakodinamik
Indikasi dan kontra indikasi obat
Dosis
Efek samping obat
Interaksi Obat
Petunjuk
Pelajari materi bab III dengan tekun dan disiplin!
Penyajian setiap bab meliputi: judul bab dan konsep-konsep kunci, petunjuk, kerangka isi, tujuan pembelajaran umum, tujuan pembelajaran khusus, paparan materi, tugas dan latihan, rangkuman, dan soal-soal akhir bab yang disertai dengan kunci jawaban dan umpan balik untuk mengetahui sejauh mana anda telah menguasai materi, dan di akhir bab diberikan sumber pendukung.
Dalam uraian materi terdapat tes sambil jalan (embedded tests). Tes ini dapat menjadi tuntunan pembaca dalam memahami uraian bahan ajar bagian-demi bagian. Bila anda ragu terhadap jawaban tes ini, maka ulangi lagi membaca bagian yang belum anda pahami.
Kerjakanlah soal-soal latihan dan soal-soal akhir bab dengan tekun dan disiplin!
Bacalah sumber-sumber pendukung untuk memperdalam pengetahuan dan wawasan anda!
Ikuti urutan penyajian setiap bab tahap demi tahap!
Selamat belajar, semoga sukses!
Kerangka Kunci
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah selesai pembelajaran mahasiswa dapat memahami tentang golongan sefadroksil dan derivatnya
Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah selesai pembelajaran mahasiswa dapat:
Menjelaskan tentang sejarah asal golongan sefadroksil
Menyebutkan jenis-jenis sefadroksil
Menyebutkan contoh obat golongan sefadroksil generasi I
Menyebutkan tentang absorbsi, distribusi, metabolisme dan eksresi (Farmakokinetik) obat-obat golongan sefadroksil dalam tubuh
Menyebutkan tentang cara kerja (farmakodinamik) obat-obat golongan sefadroksil
Menyebutkan indikasi dan kontra indikasi obat-obat golongan sefadroksil
Menyebutkan efek samping obat-obat golongan sefadroksil
PENYAJIAN MATERI
Farmakokinetik
Berdasarkan sifat farmakokinetiknya, sefadroksil dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
Dapat diberikan peroral karena dapat diabsorbsi dengan baik di saluran cerna, contohnya: sefaleksin, sefradin, sefaklor dan sefadroksil
Selain contoh obat di atas, hanya diberikan secara parenteral karena tidak diabsorbsi di saluran cerna.
Kebanyakan sefalosporin diekskresi lewat ginjal dan hanya sebagian kecil (sefaperazon) yang diekskresi lewat empedu.
Farmakodinamik
Seperti halnya antibiotika betalaktam lainnya, mekanisme kerja sefalosporin adalah dengan menghambat sintesis dinding sel mikroba. Obat golongan ini aktif terhadap bakteri Gram positif maupun Gram negatif, dengan spektrum antimikroba yang bervariasi antar derivatnya. Keunggulan sefalosporin generasi pertama dibandingkan dengan penisilin adalah aktivitasnya terhadap bakteri penghasil penisilinase. Sefalosporin generasi pertama lebih aktif terhadap bakteri Gram positif, generasi kedua kurang aktif terhadap bakteri Gram positif tetapi lebih aktif terhadap bakteri Gram negatif, generasi ketiga kurang aktif terhadap bakteri kokus Gram positif tetapi lebih aktif terhadap bakteri Enterobacteriaceae
Indikasi Klinik
Sediaan sefalosporin seharusnya hanya digunakan untuk pengobatan infeksi bakteri berat atau yang tidak dapat diobati dengan antimikroba lain sesuai dengan spektrum antimikrobanya. Anjuran ini diberikan karena selain harganya mahal, potensi antibakterinya yang tinggi sebaiknya dicadangkan hanya untuk hal tersebut di atas. Sefalosporin generasi pertama dan kedua bukan merupakan obat terpilih untuk kebanyakan infeksi karena tersedia obat lain yang efektivitasnya sama dengan harga yang lebih murah.
Dosis dan cara pemberian obat
Dosis oral Sefadroksil untuk orang dewasa: 1 - 2 g / hari dibagi dalam 2 dosis. Untuk anak-anak diberikan 30 mg/kg BB sehari dibagi dalam 2 dosis. Obat ini tersedia dalam bentuk kapsul 500 mg, tablet 1 gram, serta suspensi oral 125 dan 250 mg/5 ml.
Efek samping obat
Reaksi alergi: merupakan efek samping yang paling sering terjadi dengan gejala yang mirip dengan efek samping oleh karena penisilin. Reaksi alergi yang sering terjadi adalah: anafilaksis yang disertai dengan spasme bronkus dan urtikaria. Penderita dengan riwayat alergi berat terhadap penisilin sebaiknya tidak diobati dengan obat golongan sefadroksil karena akan terjadi reaksi silang maksudnya, pasien tersebut akan mengalami reaksi alergi yang sama berat seperti pada reaksi yang timbul saat pemberian penisilin, sedangkan pada pasien dengan riwayat reaksi alergi ringan terhadap penisilin, kemungkinan kecil untuk terjadi reaksi silang.
Toksisitas: sefalosporin dapat menimbulkan toksisitas ginjal, menimbulkan iritasi lokal yaitu timbulnya rasa sakit setelah suntikan intra muscular dan terjadi tromboflebitis setelah suntikan intravena. Beberapa obat juga menyebabkan hipoprotrombinemia dan kelainan perdarahan.
Superinfeksi: kebanyakan sefalosporin generasi kedua dan terutama generasi ketiga tidak efektif terhadap bakteri Gram positif sehingga selama pengobatan menggunakan sefalosporin generasi ke-2 dan ke-3 bakteri Gram positif bersama-sama dengan fungi dapat berproliferasi sehingga menimbulkan superinfeksi.
TUGAS DAN LATIHAN
Setiap group diskusi mencari dari berbagai sumber, topik tentang cephalosporin generasi I yaitu sefadroksil, diskusikan dengan kelompok mengenai farmakokinetik, farmakodinamik, indikasi dan kontraindikasi obat, dosis dan sediaan obat, efek samping obat dan interaksi obat.
RANGKUMAN
Sefadroksil termasuk golongan betalaktam berasal dari fungus Cephalosporium acremonium yang pertama kali diisolasi pada tahun 1948. Obat ini bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding sel bakteri. Sebaiknya hanya digunakan infeksi yang berat oleh karena obat ini harganya cukup mahal. Keunggulan sefadroksil dibandingkan dengan golongan penisilin adalah tidak dapat dirusak oleh enzim penisilinase. Hati-hati penggunaannya pada pasien yang alergi terhadap penisilin oleh karena dapat terjadi reaksi silang. Efek samping obat yang utama adalah terjadi reaksi alergi dan superinfeksi.
TES AKHIR BAB
Sefadroksil termasuk antibiotika golongan …………
Contoh-contoh obat generasi I sefalosporin adalah……………
Cara kerja sefadroksil sebagai antimikroba adalah………………
Keunggulan sefadroksil dibandingkan dengan golongan penisilin adalah…
Apa yang saudara ketahui tentang reaksi silang dari antibiotika?
Sebutkan efek samping dari obat sefadroksil!
KUNCI JAWABAN
Jawaban soal No. 1-6 sesuai materi.
UMPAN BALIK
Cara menghitung nilai setiap butir soal bila dijawab dengan benar mendapat skor 10 (lihat kunci jawaban). Nilai = (jumlah perolehan skor : 6 (ok jumlah soal sebanyak 6) x 10
Kriteria keberhasilan anda:
> 80 : Baik sekali, anda telah berhasil
70-80 : Baik
60-69 : Cukup berhasil
50-59 : Kurang berhasil
< 50 : Belum berhasil
TINDAK LANJUT
Bila tingkat penguasaan anda:
> 80 : lanjutkan ke materi selanjutnya
70-80 : ulangi mempelajari bagian yang belum anda kuasai
60-69 : ulangi mempelajari bagian yang belum anda kuasai
50-59 : ulangi secara keseluruhan
< 50 : ulangi secara keseluruhan
DAFTAR PUSTAKA
Istiantoro,Y.H., Gan, V.H.S., 2004. Penisilin, Sefalosporin, dan Antibitoka Betalaktam Lainnya dalam Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Katzung, B.G., 1997. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi 6. Jakarta: EGC
Kee, J.L., Hayes, E.R., 1996. Farmakologi: Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: EGC
Mycek, M.J., Harvey, R.A., Champe, P.C., 2001. Farmakologi: Ulasan Bergambar. Edisi 2. Jakarta: Widya Medika
Setiabudy, R., Gan, V.H.S., 2004. Pengantar Antimikroba dalam Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Setiabudy, R., Kunardi, L., 2004. Golongan Tetrasiklin dan Kloramfenikol dalam Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Setiabudy, R., 2004. Antimikroba lain dalam Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
SENARAI / GLOSARIUM
1
Reaksi anafilaksis
:
Manifestasi dari hipersensitivitas tipe cepat antara antigen dan antibodi spesifik pada sel mast dimana individu yang peka terpajan suatu antigen spesifik yang mengakibatkan gangguan pernafasan yang mengancam jiwa
2.
Reaksi silang
:
Reaksi alergi yang bisa terjadi pada pasien oleh karena jenis obat yang sama golongan meskipun derivatnya berbeda
3.
Spasme bronkus
:
Kontraksi otot bronkus secara mendadak, keras dan involunter
4.
Superinfeksi
:
Infeksi baru yang menyulitkan jalannya terapi antimikroba dari proses infeksi yang ada akibat invasi bakteri atau jamur yang resisten terhadap obat-obatan yang digunakan
BAB IV
GOLONGAN TETRASIKLIN
PENDAHULUAN
Antibiotika golongan tetrasiklin yang pertama kali ditemukan adalah klortetrasiklin yang dihasilkan oleh Streptomyces aureofaciens. Kemudian ditemukan oksitetrasiklin dari Streptomyces rimosus. Obat tetrasiklin sendiri dibuat secara semisintetik dari klortetrasiklin, tetapi dapat juga diperoleh dari species Streptomyces yang lain. Tetrasiklin merupakan basa yang sukar larut dalam air tetapi apabila dalam bentuk garam natrium atau garam HCl maka menjadi mudah larut dalam air.
Konsep-Konsep Kunci
1. Jenis-jenis obat golongan tetrasiklin
2. Farmakokinetik obat
3. Farmakodinamik obat
4. Dosis obat
5. Efek samping obat
Petunjuk
Pelajari materi bab IV dengan tekun dan disiplin!
Penyajian setiap bab meliputi: judul bab dan konsep-konsep kunci, petunjuk, kerangka isi, tujuan pembelajaran umum, tujuan pembelajaran khusus, paparan materi, tugas dan latihan, rangkuman, dan soal-soal akhir bab yang disertai dengan kunci jawaban dan umpan balik untuk mengetahui sejauh mana anda telah menguasai materi, dan di akhir bab diberikan sumber pendukung.
Dalam uraian materi terdapat tes sambil jalan (embedded tests). Tes ini dapat menjadi tuntunan pembaca dalam memahami uraian bahan ajar bagian-demi bagian. Bila anda ragu terhadap jawaban tes ini, maka ulangi lagi membaca bagian yang belum anda pahami.
Kerjakanlah soal-soal latihan dan soal-soal akhir bab dengan tekun dan disiplin!
Bacalah sumber-sumber pendukung untuk memperdalam pengetahuan dan wawasan anda!
Ikuti urutan penyajian setiap bab tahap demi tahap!
Selamat belajar, semoga sukses!
Kerangka Kunci
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah selesai pembelajaran mahasiswa dapat memahami tentang golongan tetrasiklin dan derivatnya
Tujuan Pembelajaran Khusus
Mahasiswa dapat menyebutkan jenis-jenis obat tetrasiklin
Mahasiswa dapat menyebutkan farmakokinetik dari obat tetrasiklin
Mahasiswa dapat menyebutkan farmakodinamik obat
Mahasiswa dapat menyebutkan dosis obat
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang efek samping obat
Mahasiswa dapat menyebutkan interaksi obat
PENYAJIAN MATERI
Jenis-jenis Obat Golongan Tetrasiklin
Klortetrasiklin
Oksitetrasiklin
Tetrasiklin
Demeklosiklin
Doksisiklin
Minosiklin
Berdasarkan sifat farmakokinetiknya obat golongan tetrasiklin dibagi menjadi 3 golongan yaitu:
Tetrasiklin, klortetrasiklin dan oksitetrasiklin: absorbsi obat ini tidak lengkap dengan waktu paruh 6-12 jam
Demetilklortetrasiklin: absorbsinya lebih baik dengan waktu paruh obat kira-kira 16 jam sehingga cukup diberikan 2x sehari
Doksisiklin dan minosiklin: absorbsinya baik sekali dengan waktu paruh 17-20 jam sehingga cukup diberikan 1-2 kali sehari 100 mg
Farmakokinetik
Absorbsi: sekitar 30-80% obat ini diserap di dalam saluran cerna. Doksisiklin dan minosiklin diserap lebih baik dalam saluran cerna dibandingkan dengan tetrasiklin yang lain yaitu lebih dari 90%. Absorbsinya berlangsung di lambung dan usus halus. Apabila ada makanan di dalam lambung dapat menghambat absorbsi obat, kecuali minosiklin dan doksisiklin absorbsinya dalam lambung tidak dipengaruhi oleh adanya makanan. Absorbsi tetrasiklin juga dihambat oleh adanya obat antacid dan Fe dalam lambung oleh karena itu tetrasiklin tidak boleh diminum bersama-sama dengan antacid dan Fe serta susu.
Distribusi: obat golongan tetrasiklin ditimbun dalam sistem retikuloendotelial di hati, limpa dan sumsum tulang serta di dentin dan email gigi yang belum erupsi. Golongan obat ini dapat menembus sawar uri dan terdapat dalam air susu ibu dalam kadar yang relatif tinggi.
Ekskresi: golongan tetrasiklin diekskresi lewat urin dan melalui empedu
Farmakodinamik
Golongan tetrasiklin bekerja dengan cara menghambat sintesis protein bakteri pada ribosom subunit 30s. Mula-mula terjadi difusi pasif dari obat melalui kanal hidrofilik, kemudian terjadi transport aktif dari obat tetrasiklin dan berikatan pada ribosom subunit 30s dan menghalangi masuknya kompleks tRNA-asam amino sehingga tidak terjadi pembentukan atau sintesis protein bakteri yang mengakibatkan kematian sel bakteri.
Pada umumnya spektrum golongan tetrasiklin sama sebab mekanisme kerjanya sama. Obat golongan ini hanya aktif pada bakteri yang sedang aktif membelah diri. Obat ini termasuk antibiotika yang bersifat bakteriostatik dan memperlihatkan spektrum antimikroba yang luas yang meliputi bakteri Gram positif dan Gram negatif baik aerob maupun anaerob. Obat golongan ini tidak digunakan untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri streptokokus karena ada obat pilihan lain yang lebih efektif yaitu penisilin G, eritromisin dan sefalosporin.
Dosis
Tetrasiklin dan klortetrasiklin: untuk dewasa 1 – 2 gram / hari dibagi dalam 4 dosis. Untuk anak-anak di atas 8 tahun 25 – 50 mg / kg BB/ hari dibagi dalam 4 dosis
Oksitetrasiklin : sediaan kapsul 250 mg, diberikan peroral 1 – 2 g/hari terbagi dalam 4 dosis
Demeklosiklin: sediaan tablet 150 mg dan 300 mg, diberikan peroral diberikan 2 x sehari
Minosiklin: sediaan tablet dan kapsul 50 mg dan 100 mg, diberikan peroral, diberikan 1-2 x sehari
Efek Samping
Efek samping terhadap saluran pencenaan: mual, muntah dan diare oleh karena iritasi lokal langsung terhadap saluran cerna. Dapat dikontrol dengan cara pemberian obat bersama makanan kecuali susu, mengurangi dosis atau menghentikan obat.
Efek samping terhadap struktur tulang dan gigi: tetrasiklin mudah terikat pada kalsium yang diendapkan dalam tulang dan gigi yang baru terbentuk pada anak-anak. Bila obat ini diberikan semasa kehamilan, maka tetrasiklin dapat ditimbun dalam janin yang dapat menyebabkan fluorosensi, pewarnaan dan displasia pada email gigi sehingga dikatakan obat ini mempunyai efek teratogenik. Obat ini dapat juga ditimbun di tulang yang menyebabkan deformitas atau penghambatan pertumbuhan tulang. Obat golongan ini tidak boleh diberikan pada anak-anak sampai usia 8 tahun karena dapat menyebabkan kelainan seperti di atas.
Toksisitas terhadap hati: dapat mengganggu fungsi hati
Fotosensitisasi: pasien yang meminum obat ini dapat mengalami efek samping berupa sensisitif terhadap sinar matahari
Efek samping yang lain adalah: pusing, vertigo, mual dan muntah.
Interaksi Obat
Tetrasiklin tidak boleh diberikan bersama-sama dengan tablet Fe dan obat antasid, karena absorbsi tetrasiklin akan dihambat oleh kedua obat tersebut.
TUGAS DAN LATIHAN
Carilah sebanyak mungkin berbagai kemasan obat tetrasiklin di apotik, buatlah daftar singkat tentang obat-obat tersebut dari segi farmakokinetik dan farmakodinamiknya, serta dosis, efek samping obat dan interaksi obat kemudian diskusikan dengan teman sekelompok.
RANGKUMAN
Obat-obat golongan tetrasiklin dibagi menjadi 3 bagian berdasarkan sifat farmakokinetiknya. Antibiotika ini mempunyai spektrum yang luas, bersifat bakteriostatik dan lebih cocok untuk infeksi saluran pencernaan. Obat ini bekerja dengan cara menghambat sintesis protein bakteri dengan berikatan pada ribosom subunit 30s. Obat ini mempunyai efek teratogenik sehingga tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, ibu menyusui dan anak-anak dibawah umur 8 tahun. Obat ini tidak boleh diberikan bersama-sama dengan tablet Fe, obat antacid dan susu karena absorbsi tetrasiklin akan terhambat.
TES AKHIR BAB
Sebutkan jenis-jenis tetrasiklin berdasarkan sifat farmakokinetiknya!
Sebutkan cara kerja obat golongan tetrasiklin sebagai antimikroba!
Mengapa tetrasiklin tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, ibu menyusui dan anak-anak dibawah 8 tahun. Jelaskan!
Tetrasiklin lebih cocok digunakan untuk mengatasi infeksi pada …….
Mengapa tetrasiklin tidak boleh diberikan bersama-sama dengan obat antacid dan tablet Fe? Jelaskan!
KUNCI JAWABAN
Kunci jawaban soal No 1-5 sesuai dengan materi
UMPAN BALIK
Cara menghitung nilai setiap butir soal bila dijawab dengan benar mendapat skor 10 (lihat kunci jawaban). Nilai = (jumlah perolehan skor : 5 (ok jumlah soal sebanyak 5) x 10
Kriteria keberhasilan anda:
> 80 : Baik sekali, anda telah berhasil
70-80 : Baik
60-69 : Cukup berhasil
50-59 : Kurang berhasil
< 50 : Belum berhasil
TINDAK LANJUT
Bila tingkat penguasaan anda:
> 80 : lanjutkan ke materi selanjutnya
70-80 : ulangi mempelajari bagian yang belum anda kuasai
60-69 : ulangi mempelajari bagian yang belum anda kuasai
50-59 : ulangi secara keseluruhan
< 50 : ulangi secara keseluruhan
DAFTAR PUSTAKA
Istiantoro,Y.H., Gan, V.H.S., 2004. Penisilin, Sefalosporin, dan Antibitoka Betalaktam Lainnya dalam Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Katzung, B.G., 1997. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi 6. Jakarta: EGC
Kee, J.L., Hayes, E.R., 1996. Farmakologi: Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: EGC
Mycek, M.J., Harvey, R.A., Champe, P.C., 2001. Farmakologi: Ulasan Bergambar. Edisi 2. Jakarta: Widya Medika
Setiabudy, R., Gan, V.H.S., 2004. Pengantar Antimikroba dalam Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Setiabudy, R., Kunardi, L., 2004. Golongan Tetrasiklin dan Kloramfenikol dalam Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Setiabudy, R., 2004. Antimikroba lain dalam Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
SENARAI/GLOSARIUM
1.
Efek teratogen
:
Akibat yang ditimbulkan oleh agent atau faktor yang menyebabkan gangguan fisik pada embrio yang sedang berkembang
2.
Displasia email
:
Kelainan perkembangan email gigi, dimana email terbentuk tidak sempurna
3.
Hidrofilik
:
Sifat mudah menyerap air
4.
Fluoresensi
:
Sifat memancarkan cahaya ketika terpajan cahaya
BAB V
GOLONGAN ERITROMISIN, KLINDAMISIN DAN QUINOLON
PENDAHULUAN
Asal dan Kimia
Eritromisin dihasilkan oleh suatu strain Streptomyces erythreus. Zat ini berupa kristal berwarna kekuningan dan bersifat mudah larut dalam air tetapi lebih mudah larut dalam etanol.
Klindamisin merupakan antibiotika golongan linkosamid, dan derivat dari linkomisin tetapi mempunyai sifat lebih baik dari linkomisin yaitu lebih aktif, lebih sedikit efek sampingnya dan pada pemberian peroral tidak terlalu dipengaruhi oleh makanan dibandingkan linkomisin.
Obat golongan quinolon ditemukan sekitar tahun 1960 namun memiliki banyak kekurangan yaitu eliminasi/ekskresinya yang sangat cepat melalui urine sehingga sulit dicapai kadar terapeutik obat. Oleh karena itu obat ini digunakan secara terbatas hanya sebagai antiseptik saluran kemih. Pada awal tahun 1980 diperkenalkan golongan kuinolon baru yang disebut dengan fluorokuinolon, dengan struktur kimia yang berubah sehingga daya antibakterinya juga lebih meningkat dan lebih luas menjadikan obat ini digunakan sebagai antibakteri sistemik. Contoh obatnya adalah: siprofloksasin, enoksasin, ofloksasin, pefloksasin dan norfloksasin.
Konsep-Konsep Kunci
1. Golongan eritromisin
2. Golongan linkosamide
3. Golongan quinolon
Petunjuk
a. Pelajari materi bab V dengan tekun dan disiplin!
Penyajian setiap bab meliputi: judul bab dan konsep-konsep kunci, petunjuk, kerangka isi, tujuan pembelajaran umum, tujuan pembelajaran khusus, paparan materi, tugas dan latihan, rangkuman, dan soal-soal akhir bab yang disertai dengan kunci jawaban dan umpan balik untuk mengetahui sejauh mana anda telah menguasai materi, dan di akhir bab diberikan sumber pendukung.
Dalam uraian materi terdapat tes sambil jalan (embedded tests). Tes ini dapat menjadi tuntunan pembaca dalam memahami uraian bahan ajar bagian-demi bagian. Bila anda ragu terhadap jawaban tes ini, maka ulangi lagi membaca bagian yang belum anda pahami.
Kerjakanlah soal-soal latihan dan soal-soal akhir bab dengan tekun dan disiplin!
Bacalah sumber-sumber pendukung untuk memperdalam pengetahuan dan wawasan anda!
Ikuti urutan penyajian setiap bab tahap demi tahap!
Selamat belajar, semoga sukses!
Kerangka Kunci
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah selesai pembelajaran mahasiswa dapat memahami tentang golongan eritromisin, klindamisin dan quinolone dan derivatnya
Tujuan Pembelajaran Khusus
Mahasiswa dapat menyebutkan cara kerja obat golongan eritromisin
Mahasiswa dapat menyebutkan indikasi obat golongan eritromisin
Mahasiswa dapat menyebutkan efek samping obat golongan eritromisin
Mahasiswa dapat menyebutkan cara kerja obat golongan klindamisin
Mahasiswa dapat menyebutkan indikasi obat golongan klindamisin
Mahasiswa dapat menyebutkan efek samping obat golongan klindamisin
Mahasiswa dapat menyebutkan cara kerja obat siprofloksasin
Mahasiswa dapat menyebutkan indikasi obat siprofloksasin
Mahasiswa dapat menyebutkan efek samping obat siprofloksasin
PENYAJIAN MATERI
Aktivitas antimikroba eritromisin
Eritromisin termasuk obat golongan makrolid bekerja dengan cara menghambat sintesis protein mikroba dengan berikatan secara reversibel pada ribosom subunit 50s. Obat golongan ini bersifat bakteriostatik tetapi dapat bersifat bakterisid apabila dosisnya ditingkatkan. Eritromisin merupakan obat pertama yang digunakan di klinik sebagai obat pilihan alternatif pada pasien yang alergi terhadap golongan penisilin dan golongan beta lactam lainnya.
Farmakokinetik eritromisin
Eritromisin diserap dengan baik oleh usus kecil bagian atas, namun absorbsinya diperlambat oleh adanya makanan dalam lambung. Obat ini diekskresi terutama melalui hati dan hanya sedikit (2-5%) diekskresi lewat ginjal.
Dosis obat eritromisin
Kemasan dari obat ini dalam bentuk kapsul atau tablet 250 mg dan 500 mg. dosis dewasa adalah 1-2 gram / hari, diminum 4x sehari. Dosis anak-anak adalah 30 – 50 mg / kg BB / hari, diminum 4x sehari.
Efek samping obat dan interaksi obat eritromisin
Efek samping yang paling sering adalah gangguan pada gastrointestinal. Selain itu dapat terjadi ketulian sementara pada penggunaan dosis yang tinggi namun hanya bersifat sementara. Obat ini tidak boleh diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati karena akan memperparah keadaan pasien.
Eritromisin tidak boleh diberikan bersama-sama dengan obat-obat: teofilin, warfarin, terfenadin, karbamazepin, kortikosteroid, siklosporin dan digoksin karena eritromisin dapat meningkatkan toksisitas dari obat-obat tersebut.
KLINDAMISIN
Obat ini termasuk golongan linkosamida, aktif terhadap bakteri anaerob, dan bekerja dengan cara menghambat sintesis protein bakteri. Absorbsinya tidak dipengaruhi oleh adanya makanan. Obat ini didistribusi dengan baik ke seluruh tubuh kecuali ke CSS (cairan serebrospinal). Klindamisin dimetabolisme di hati kemudian diekskresi melalui urine dan empedu. Efek samping utama klindamisin adalah terjadi diare dan colitis. Efek samping lain yang dapat terjadi adalah: kemerahan kulit, syndrome Steven-Johnson, peningkatan sementara kadar SGOT dan SGPT, trombositopenia, granulositopenia dan anafilaksis.
Sediaan obat ini dalam bentuk kapsul berisi klindamisin HCl hidrat yang setara dengan 75 mg dan 150 mg klindamisin basa. Dosis oral untuk dewasa adalah: 150 – 300 mg setiap 6 jam atau pada infeksi berat bisa ditngkatkan menjadi 450 mg tiap 6 jam. Dosis oral untuk anak ialah: 8-12 mg / kg BB dibagi dalam beberapa dosis. Untuk infeksi berat dapat ditingkatkan sampai 25 mg / kg BB.
Indikasi klinik, digunakan untuk infeksi yang disebabkan oleh kokus Gram positif dengan mempertimbangkan efek samping obat. Klindamisin terutama digunakan untuk infeksi bakteri anaerob dan merupakan alternatif yang baik untuk penisilin.
SIPROFLOKSASIN
Siprofloksasin termasuk golongan quinolone, mekanisme kerja obat golongan ini adalah menghambat kerja enzim DNA girase pada bakteri dan bersifat bakterisid. Obat ini aktif sekali terhadap enterobacteriaceae misalnya: E. coli, Klebsiela, Enterobacter. Juga aktif terhadap Salmonella, Vibrio, N. gonorrhoeae. Bakteri-bakteri anaerob umumnya resisten terhadap obat ini.
Penggunaan klinik obat ini adalah untuk mengobati infeksi saluran kemih, infeksi saluran nafas bawah, penyakit yang ditularkan lewat hubungan seksual, infeksi jaringan lunak dan tulang. Dosis obat siprofloksasin: peroral, tablet 250 – 750 mg 2x sehari, Norfloksasin: tablet 400 mg, peroral, 2 kali sehari, Ofloksasin: tablet 100 – 300 mg, 2x sehari, Pefloksasin: tablet 400 mg, peroral, 2x sehari.
Efek samping utama dari obat ini adalah mual dan hilang nafsu makan. Selain itu dapat muncul efek samping ringan berupa sakit kepala, vertigo, insomnia. Obat ini tidak diindikasikan untuk wanita hamil dan anak-anak yang belum mencapai usia akil balik oleh karena ada penelitian invitro pada beberapa spesies hewan percobaan, menunjukkan bahwa golongan quinolone ternyata dapat menimbulkan artropati pada hewan muda, meskipun belum diketahui apakah efek samping ini dapat terjadi pada manusia.
TUGAS DAN LATIHAN
Setiap kelompok diskusi mencari materi tentang obat golongan makrolide, golongan linkosamide dan golongan quinolone dari berbagai sumber, bedakan cara kerja obat-obat tersebut, kemudian diskusikan dengan teman sekelompok.
RANGKUMAN
Eritromisin termasuk golongan makrolide, bekerja dengan cara menghambat sintesis protein bakteri dengan berikatan pada ribosom subunit 50s. bersifat bakteriostatik dan menjadi obat pengganti pilihan pertama pada pasien yang mempunyai alergi terhadap penisilin dan golongan betalaktam lainnya. Efek samping obat ini adalah terjadinya ketulian yang bersifat sementara. Obat ini tidak boleh diberikan bersama obat teofilin, warfarin, kortikosteroid dan digoksin karena akan meningkatkan toksisitas obat-obat tersebut.
Klindamisin merupakan derivat dari golongan linkosamide, mempunyai sifat kurang toksik dibandingkan dengan linkomisin, aktif terhadap bakteri anaerob dengan cara menghambat sintesis protein pada mikroba dengan berikatan pada ribosom subunit 50s. efek samping obat adalah kemerahan kulit, syndrome Steven-Johnson, peningkatan sementara kadar SGOT SGPT, trombositopenia, granulositopenia dan anafilaksis.
Siprofloksasin merupakan derivat dari golongan quinolon, merupakan antibakteri dengan spektrum luas, dengan mekanisme kerja obat golongan ini adalah menghambat kerja enzim DNA girase pada bakteri dan bersifat bakterisid. Penggunaan klinik obat ini adalah untuk mengobati infeksi saluran kemih, infeksi saluran nafas bawah, penyakit yang ditularkan lewat hubungan seksual, infeksi jaringan lunak dan tulang. Obat ini tidak diindikasikan untuk wanita hamil dan anak-anak yang belum mencapai usia akil balik oleh karena menurut penelitian invitro pada beberapa spesies hewan percobaan, menunjukkan bahwa golongan quinolone ternyata dapat menimbulkan artropati pada hewan muda.
TES AKHIR BAB
Sebutkan cara kerja obat golongan eritromisin!
Sebutkan indikasi obat golongan eritromisin!
Sebutkan efek samping obat golongan eritromisin!
Sebutkan cara kerja obat golongan klindamisin!
Sebutkan indikasi obat golongan klindamisin!
Sebutkan efek samping obat golongan klindamisin!
Sebutkan cara kerja obat siprofloksasin!
Sebutkan indikasi obat siprofloksasin!
Sebutkan efek samping obat siprofloksasin!
Sebutkan kontra indikasi obat siprofloksasin!
KUNCI JAWABAN
Jawaban soal No 1-10 sesuai dengan materi
UMPAN BALIK
Cara menghitung nilai setiap butir soal bila dijawab dengan benar mendapat skor 10 (lihat kunci jawaban). Nilai = (jumlah perolehan skor : 10 (ok jumlah soal sebanyak 10) x 10
Kriteria keberhasilan anda:
> 80 : Baik sekali, anda telah berhasil
70-80 : Baik
60-69 : Cukup berhasil
50-59 : Kurang berhasil
< 50 : Belum berhasil
TINDAK LANJUT
Bila tingkat penguasaan anda:
> 80 : lanjutkan ke materi selanjutnya
70-80 : ulangi mempelajari bagian yang belum anda kuasai
60-69 : ulangi mempelajari bagian yang belum anda kuasai
50-59 : ulangi secara keseluruhan
< 50 : ulangi secara keseluruhan
DAFTAR PUSTAKA
Istiantoro,Y.H., Gan, V.H.S., 2004. Penisilin, Sefalosporin, dan Antibitoka Betalaktam Lainnya dalam Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Katzung, B.G., 1997. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi 6. Jakarta: EGC
Kee, J.L., Hayes, E.R., 1996. Farmakologi: Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: EGC
Mycek, M.J., Harvey, R.A., Champe, P.C., 2001. Farmakologi: Ulasan Bergambar. Edisi 2. Jakarta: Widya Medika
Setiabudy, R., Gan, V.H.S., 2004. Pengantar Antimikroba dalam Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Setiabudy, R., Kunardi, L., 2004. Golongan Tetrasiklin dan Kloramfenikol dalam Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Setiabudy, R., 2004. Antimikroba lain dalam Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
SENARAI / GLOSARIUM
1.
Bakterisid
:
Kemampuan obat antimikroba untuk membunuh bakteri
2.
Bakteriostatik
:
Kemampuan obat antimikroba untuk menghambat pertumbuhan bakteri
3.
Trombositopenia
:
Menurunnya jumlah sel trombosit dalam sirkulasi darah
4.
granulositopenia
:
Menurunnya jumlah sel granulosit dalam sirkulasi darah
5.
Vertigo
:
Perasaan berputar atau bergerak pada diri seseorang atau terhadap benda-benda yang berada di sekitarnya
BAB VI
ANTISEPTIK DAN DISINFEKTAN
PENDAHULUAN
Istilah disinfektan, antiseptik dan germisid sering digunakan saling bergantian dan definisinya saling tumpang tindih di dalam kepustakaan. Antiseptik dan disinfektan berbeda secara fundamental dengan obat-obat kemoterapi yang aktif secara sistemik karena antiseptik dan disinfektan sedikit sekali atau sama sekali tidak memiliki sifat toksisitas selektif atau dengan perkataan lain, kebanyakan zat-zat ini toksik tidak hanya terhadap mikroba parasit tetapi juga terhadap sel inangnya. Oleh karena itu, selain digunakan untuk mengurangi populasi mikroba di lingkungan benda-benda mati juga digunakan pada manusia tetapi secara topikal saja, bukan sistemik.
Disinfektan adalah zat/biosid yang dapat membunuh mikroorganisme di lingkungan benda-benda mati. Sedangkan antiseptik adalah zat/biosid yang digunakan untuk menghambat atau membunuh pertumbuhan mikroorganisme baik invitro maupun invivo bila digunakan pada permukaan jaringan hidup seperti pada permukaan kulit dan membrane mukosa.
Sifat antibakteri dari zat-zat antiseptik dan disinfektan sangat bergantung pada konsentrasi, temperatur dan waktu (lama paparan). Konsentrasi mempengaruhi absorbsi komponen antiseptik. Pada konsentrasi rendah beberapa antiseptik menghambat fungsi biokimia membrane bakteri namun tidak akan membunuh bakteri tersebut, namun pada kosentrasi yang sangat tinggi, komponen antiseptik akan berpenetrasi ke dalam sel, dan mengganggu fungsi normal seluler secara luas, termasuk menghambat biosintesis makromolekul dan presipitasi protein intraseluler dan asam nukleat (DNA atau RNA). Lama paparan antiseptik dengan banyaknya kerusakan pada sel mikroorganisme berbanding lurus. Efektivitas disinfektan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah: lama paparan, suhu, konsentrasi, pH, dan tidak adanya bahan/senyawa pengganggu yaitu senyawa organik. pH merupakan faktor penting dalam menentukan efektivitas disinfektan, misalnya senyawa klorin akan kehilangan aktivitas disinfeksinya pada lingkungan pH lebih dari 10.
Konsep-Konsep Kunci
Jenis-jenis antiseptik dalam bidang kedokteran gigi
Komposisi berbagai jenis antiseptik di bidang kedokteran gigi
Cara kerja obat antiseptik
Indikasi dan kontraindikasi berbagai jenis antiseptik di bidang kedokteran gigi
Cara penggunaan obat antiseptik
Efek samping obat antiseptik
Petunjuk
Pelajari materi bab VI dengan tekun dan disiplin!
Penyajian setiap bab meliputi: judul bab dan konsep-konsep kunci, petunjuk, kerangka isi, tujuan pembelajaran umum, tujuan pembelajaran khusus, paparan materi, tugas dan latihan, rangkuman, dan soal-soal akhir bab yang disertai dengan kunci jawaban dan umpan balik untuk mengetahui sejauh mana anda telah menguasai materi, dan di akhir bab diberikan sumber pendukung.
Dalam uraian materi terdapat tes sambil jalan (embedded tests). Tes ini dapat menjadi tuntunan pembaca dalam memahami uraian bahan ajar bagian-demi bagian. Bila anda ragu terhadap jawaban tes ini, maka ulangi lagi membaca bagian yang belum anda pahami.
Kerjakanlah soal-soal latihan dan soal-soal akhir bab dengan tekun dan disiplin!
Bacalah sumber-sumber pendukung untuk memperdalam pengetahuan dan wawasan anda!
Ikuti urutan penyajian setiap bab tahap demi tahap!
Selamat belajar, semoga sukses!
Kerangka Kunci
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah selesai pembelajaran mahasiswa dapat memahami tentang obat-obat antiseptik yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi.
Tujuan Pembelajaran Khusus
Mahasiswa dapat menyebutkan berbagai jenis antiseptik yang digunakan dalam rongga mulut
Mahasiswa dapat menyebutkan komposisi berbagai jenis antiseptik yang digunakan dalam rongga mulut
Mahasiswa dapat menjelaskan mekanisme kerja berbagai jenis antiseptik yang digunakan dalam rongga mulut
Mahasiswa dapat menjelaskan indikasi dan kontra indikasi berbagai jenis antiseptik yang digunakan dalam rongga mulut
Mahasiswa dapat menjelaskan cara penggunaan berbagai jenis antiseptik yang digunakan dalam rongga mulut
Mahasiswa dapat menjelaskan efek samping berbagai jenis antiseptik yang digunakan dalam rongga mulut
PENYAJIAN MATERI
Jenis-jenis Antiseptik yang digunakan di Bidang Kedokteran Gigi
Pulperyl: merupakan dental material yang sangat baik terutama digunakan pada kasus pulpitis. Bahan antiseptik ini mempunyai efek relief of pain (mengurangi rasa sakit), sekaligus sebagai dressing antiseptik. Bahan ini mempunyai keampuhan yang lebih baik dibandingkan dengan eugenol.
Komposisi bahan per 100g: lidocaine HCl 6,163g; medicinal creosote 28,650g; phenol 20,500g; eugenol 40,637g; benzyl alcohol 6,150g; alcohol 3,260g dan air suling 0,840g
Indikasi: untuk menghilangkan nyeri akut oleh karena pulpitis dan pulpoperiodontitis, periodontitis oleh karena penggunaan obat devitalisasi (arsen), dressing antiseptik saat rotation of medication.
Kontra indikasi: pada pasien dengan reaksi hipersensitivitas terhadap salah satu komposisi bahan khususnya lidocaine
Cara penggunaan: cavitas dibersihkan dan diisolasi kemudian dikeringkan, teteskan pulperyl pada cotton pellet, masukkan ke dalam cavitas sampai menyentuh nerve endings lalu ditutup dengan tumpatan sementara selama 3 hari dilanjutkan dengan perawatan yang sudah direncanakan pada kunjungan selanjutnya.
Cresophene: merupakan agent antimicrobial yang digunakan untuk perawatan saluran akar yang terinfeksi. Termasuk antimikroba golongan phenol compound karena mengandung fenol dan memiliki efek antibakteri terutama bakteri Gram positif misalnya: prevotella sp., Enterococcus faecalis dan Streptococcus aureus.
Komposisi bahan: dexamethazone 10%, thymol 5%, para chlorofenol 30%, camphor 64,90%
Indikasi: gigi dengan periodontitis apikalis tahap awal (oleh karena instrumentasi berlebih), disinfeksi saluran akar pada rotation of medication dan sebagai bahan dressing pada saluran akar yang terinfeksi.
Kelebihannya: iritasi terhadap jaringan periapikal rendah dibandingkan dengan bahan antiseptik saluran akar yang lain, kandungan dexamethasone dapat mengurangi inflamasi jaringan periapikal, dan termasuk baktersidal kuat karena kandungan parachlorophenol.
Kekurangannya: bersifat sitotoksik, karsinogenik, mutagenik dan teratogenik.
Chlorophenol Kamfer menthol (CHKm): bahan ini terdiri dari dua bagian paracholorophenol dan tiga bagian kamfer. CHKm mempunyai daya disinfektan yang kuat, spektrum antibakterinya luas, efektif juga terhadap jamur dan sifat iritatifnya lebih kecil dibandingkan dengan formokresol. Bila digunakan dalam saluran akar dapat menembus jauh ke dalam dentin yang terinfeksi juga ke daerah periapikal.
Cara kerjanya: fenol dapat menghancurkan membrane lipid bakteri, dan pada konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkan denaturasi protein bakteri. Sedangkan pada konsentrasi lemah akan mempengaruhi sistem enzim bakteri sehingga dinding sel terlarut.
Indikasi: digunakan sebagai bahan dressing saluran akar, dan digunakan sebagai bahan rotation of medication pada perawatan saluran akar.
Efek samping: apabila digunakan dalam jangka waktu yang lama akan menimbulkan efek sitotoksik pada sel.
Cara penggunaan: basahkan cotton pellet dengan CHKm secukupnya jangan sampai berlebihan, sebaiknya CHKm berlebih diserap menggunakan kapas kering kemudian diletakkan dalam kamar pulpa. Untuk perawatan saluran akar, gunakan paper point yang dibasahi dengan CHKm kemudian dimasukkan ke dalam saluran akar agar bisa terjadi kontak langsung antara obat dengan bakteri dalam saluran akar, kemudian ditutup dengan bahan tumpatan sementara. Aktivitas bakterisidal dari CHKm adalah 48 – 72 jam.
Tricresol formalin (TKF): merupakan antiseptik-disinfektan yang digunakan untuk mendisinfeksi saluran akar sebelum dilakukan obturasi. TKF mempunyai kemampuan membunuh bakteri anaerob dalam saluran akar namun dapat menyebabkan nekrosis jaringan periapikal.
Komposisi: TKF mengandung tricresol 35%, formaldehyde 40%. Cresol merupakan suatu disinfektan yang lebih kuat dari phenol, menghilangkan bau, dapat dicampur dengan formaldehyde dengan berbagai perbandingan, serta dapat menghilangkan rasa sakit dan mengurangi efek iritan dari formaldehyde.
Indikasi: sebagai bahan disinfeksi saluran akar sebelum obturasi atau mumifikasi. Mempunyai kemiripan dengan CHKm hanya saja bahan ini digunakan juga untuk mematikan syaraf dan lebih iritan karena terdapat kandungan formalin. Bahan ini juga digunakan untuk fiksasi jaringan pulpa dalam saluran akar.
Kontra indikasi: tidak boleh digunakan untuk dressing pada gigi vital misalnya perawatan pulpotomi dan perawatan gigi vital lainnya.
Kekurangan: sangat toksik pada jaringan periapikal, bersifat mutagenic dan karsiniogenik, jika pengaplikasian berlebih dapat menyebabkan periodontitis.
Petunjuk penggunaan: bersihkan dan siapkan kanal, celupkan kasa atau cotton pellet ke dalam larutan TKF, diserap menggunakan cotton pellet kering sampai tidak menetes lagi dan masukkan ke dalam kanal. Dapat juga menggunakan paper point yang ditetesi dengan bahan TKF, aplikasikan ke dalam saluran akar dan tutup dengan bahan tumpatan sementara, biarkan 3-5 hari. Tutup rongga kanal dengan tumpatan permanen atau pasta mumifikasi / root canal sealer pada kunjungan berikutnya.
Formokresol: merupakan kombinasi bahan formalin dan kresol dengan perbandingan 1:2 atau 1:1. Formalin merupakan disinfektan kuat yang bergabung dengan albumin membentuk suatu substansi yang tidak dapat dilarutkan dan tidak dapat menjadi busuk. Pada beberapa penelitian diketahui bahwa formokresol dapat menimbulkan efek nekrosis dan inflamasi persisten pada jaringan vital oleh karena itu dianjurkan untuk digunakan dalam konsentrasi rendah.
Komposisi: mengandung 1% formaldehyde, 35% kresol dalam larutan gliserin / air.
Indikasi: sebagai disinfektan pada perawatan gigi-gigi molar susu dengan perforasi pulpa dan pulpanya masih vital, gigi susu yang perforasi oleh karena trauma saat prosedur perawatan.
Kontra indikasi: gigi dengan abses akut, resorbsi akar internal dan eksternal yang patologis.
Prosedur penggunaan: pada teknik satu tahap, tempatkan gulungan kapas kecil yang dibasahi dengan formocresol ke dalam ruang pulpa yang sudah dibersihkan dan perdarahan sudah dihentikan. Gulungan kapas dibiarkan selama 5 menit sehingga sisa jaringan pulpa akan berwarna hitam. Dressing kemudian dibuat dengan mencampur satu tetes formocresol yang sudah diencerkan dengan satu tetes eugenol dan bahan Zinc oxide eugenol. Bahan dressing diulaskan pada orifice selanjutnya dilapisi dengan ZOE kemudian dilakukan restorasi coronal akhir. Pada tehnik 2 tahap, formocresol dibiarkan selama 1 minggu dalam ruang pulpa dan pada kunjungan ke-2 perawatan dilakukan seperti pada tahap 1.
Keuntungannya: pada perawatan gigi susu yang mengalami perforasi karena karies, formocresol akan merembes melalui pulpa dan bergabung dengan protein seluler untuk menguatkan jaringan. Penelitian-penelitian yang dilakukan secara histologist dan histokimia menunjukkan bahwa pulpa yang terdekat dengan ruang pulpa menjadi terfiksasi lebih ke arah apikal sehingga jaringan pulpa di daerah apikal tetap dalam keadaan vital.
Alkohol: merupakan antiseptik dan disinfektan yang aktif terhadap mikroba, digunakan secara luas dan jenis yang paling sering digunakan adalah ethyl alcohol (ethanol, alcohol), isopropyl alcohol (isopropanol).
Aktivitas antimikroba: Alkohol termasuk antimikroba yang mempunyai spektrum luas, aktif terhadap bakteri yang sedang membelah diri termasuk mikobakterium, virus dan jamur tetapi tidak aktif terhadap spora. Oleh karena tidak bersifat sporisidal maka alkohol tidak digunakan sebagai bahan untuk sterilisasi tetapi lebih direkomendasikan sebagai disinfektan hard surface dan antiseptik kulit. Pada konsentrasi rendah Alkohol juga digunakan untuk menambah potensi antimikroba biosida yang lain misalnya chlorhexidine dan dapat digunakan sebagai bahan pengawet. Secara umum, isopropyl alcohol lebih efektif terhadap bakteri sedangkan ethyle alcohol lebih aktif terhadap virus, namun efektivitas kedua jenis alkohol ini sangat tergantung pada konsentrasinya. Umumnya, aktivitas antinmikroba dari alkohol optimal pada konsentrasi 60-90%, sedangkan dibawah konsentrasi 50% aktivitas antimikrobanya berkurang.
Mekanisme kerja: cara kerja alkohol sebagai antiseptik dan disinfektan tidak diketahui dengan pasti namun diduga alkohol merusak membrane sel bakteri, dan menyebabkan denaturasi protein bakteri dengan cepat, mengganggu metabolisme sel sehingga menyebabkan lisisnya sel bakteri.
Glutaraldehide: merupakan disinfektan dan sterilant yang berasal dari golongan aldehide yaitu dialdehide. Keampuhannya sebagai antimikroba dilaporkan pada tahun 1964-1965. Biasanya digunakan pada temperatur rendah untuk disinfeksi dan sterilisasi alat endoscopi dan alat-alat bedah.
Aktivitas antimikroba: glutaraldehide termasuk antimikroba dengan spektrum luas, aktif terhadap bakteri dan sporanya, jamur serta virus. Biosida ini biasanya digunakan pada konsentrasi 0,1% dan konsentrasi 2% bersifat sporicidal oleh karena itu digunakan sebagai bahan sterilisasi.
Mekanisme kerja: terhadap bakteri, glutaraldehide berikatan secara kuat dengan lapisan luar dinding sel bakteri, menghambat sistem enzim bakteri yang akhirnya menyebabkan kematian sel bakteri. Aktivitas glutaraldehide terhadap fungi (fungisida) dikatakan bahwa glutaraldehide merusak dinding sel jamur yaitu chitin yang mempunyai struktur mirip dengan peptidoglikan pada dinding sel bakteri yang menyebabkan kematian sel. Glutaraldehide juga merupakan suatu virucidal yang potent. Biosida ini melemahkan aktivitas virus hepatitis A dan B, serta polio virus.
Formaldehyde: merupakan suatu monoaldehide, disebut juga methanal dengan rumus kimia CH2O, biasanya dalam bentuk gas yang mudah larut dalam air. Larutan Formaldehide (formalin) dalam bentuk larutan biasanya terdiri dari 34-38% CH2O dengan methanol untuk memperlambat polimerisasi.
Aktivitas antimikroba: formaldehyde aktif terhadap bakteri, spora dan virus tetapi bekerja lebih lambat dibandingkan dengan glutaraldehide.
Mekanisme kerja: formaldehyde merupakan agen kimia yang sangat reaktif, bekerja dengan berikatan pada protein mikroba, menghambat sintesis DNA mikroba berujung pada kematian sel.
Chlorhexidine: Termasuk golongan biguanides, merupakan biosida yang paling banyak digunakan pada produk-produk antiseptik rongga mulut dan pencuci tangan, juga digunakan sebagai disinfektan dan bahan pengawet. Hal ini dimungkinkan oleh karena biosida ini mempunyai aktivitas antibakteri dengan spektrum yang luas, bersifat bakerisidal, iritatif ringan dan aman untuk kulit, namun bisoda ini menjadi tidak aktif apabila terdapat bahan organik misalnya pus.
Aktivitas antimikroba: chlorhexidine bersifat bakterisid, fungisid, aktif terhadap protozoa namun kurang aktif terhadap virus.
Mekanisme kerja: terhadap bakteri, chlorhexidine akan merusak dinding sel bagian luar selanjutnya biosida ini akan merembes masuk ke dalam membrane sel melalui difusi pasif dan merusak sitoplasma sel bakteri, terjadi kebocoran bahan-bahan intraseluler yang berujung pada kematian sel bakteri.
Kekurangannya: bahan ini dapat menyebabkan staining pada gigi, crown ataupun bahan tambalan sewarna gigi, menimbulkan parestesia, kehilangan rasa kecap meskipun semuanya hanya bersifat sementara. Setelah penggunaan bahan dihentikan maka efek samping ini hilang dengan sendirinya.
Chlorine Releasing Agents (CRAs): senyawa chlorine merupakan suatu senyawa halogen yang mempunyai aktivitas mikrobicidal yang signifikan, sejak dulu sudah digunakan di klinik baik sebagai antiseptik maupun disinfektan. Banyak sekali bahan yang tergolong CRAs namun yang paling penting dan sering digunakan di klinik adalah: sodium hypochlorite (NaOCl), chlorine dioxide dan sodium dichloroisocyanurate (NaDCC).
Penggunaan klinis: NaOCl secara luas digunakan sebagai disinfektan permukaan yang keras (misalnya pada peralatan rumah tangga) dan digunakan sebagai disinfektan pada bahan atau alat yang terkontaminasi dengan darah yang mengandung virus HIV atau hepatitis B virus. Apabila dicampur dengan asam mandelic dapat berfungsi sebagai antiseptik.
Aktivitas antimikroba NaOCl: apabila tercampur dengan air, NaOCl akan terionisasi dan terurai menjadi ion Na+ dan ion hipochlorite (OCl) yang membentuk suatu senyawa yang baru yaitu asam hipochlorus (HOCl). Pada pH antara 4-7 bentuk aktif chlorine adalah asam hypochlorus (HOCl), suatu senyawa aktif yang moisture (lembab), sedangkan pada pH >9 bentuk senyawa aktif yang lebih dominan adalah dalam bentuk ion hypochlorite (OCl). Cara kerja NaOCl adalah merusak aktivitas seluler dari protein. Aktivitas anti bakteri dan anti virusnya maksimal pada pH rendah. Menurut Mc Kenna dan Davies (1988), asam hipochlorus menghambat pertumbuhan bakteri E. coli pada konsentrasi 50µM (2,6 ppm) dalam waktu 5 menit, pada konsentrasi 96% dapat menghambat sintesis DNA dan pada konsentrasi 10-30% menghambat sintesis protein bakteri. CRAs juga bersifat sporicidal pada konsentrasi yang lebih tinggi. Aktivitas virusidal dari CRAs masih memerlukan penelitian lebih lanjut, namun hasil penelitian Oliveiri dkk (1975) menunjukkan bahwa chlorine menghambat pembentukan RNA virus sedangkan Taylor dan Butler (1982) mengatakan bahwa chlorine dapat mendegradasi RNA virus polio menjadi fragment-fragment yang lebih kecil.
Iodine dan Iodophors: bahan ini kurang aktif dibandingkan dengan chlorine namun iodine mempunyai sifat bakterisidal, fungisidal, tuberkulosidal, virusidal dan sporisidal yang poten. Tincture iodine sudah digunakan sejak 150 tahun yang lalu sebagai bahan antiseptik namun mempunyai beberapa kekurangan yaitu: menimbulkan iritasi dan staining (pewarnaan), bersifat tidak stabil dalam penyimpanan, namun kekurangan ini sudah dapat diatasi dengan ditemukannya iodopohors baru yang luas digunakan saat ini yaitu povidone iodine sebagai antiseptik dan disinfektan. Bahan ini kurang aktif terhadap jamur dan spora dibandingkan dengan iodine tincture.
Aktivitas antimikroba: efek antimikroba dari iodine berlangsung dengan cepat meskipun pada konsentrasi yang rendah. Cara kerja iodine yang sebenarnya belumlah diketahui namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa iodine berpenetrasi dengan cepat ke dalam mikroorganisme menyerang beberapa protein penting terutama cystein, methionine, nucleotides dan asam lemak yang berujung pada kematian sel mikroba. Aktivitas anti viralnya belum diketahui dengan pasti namun diduga iodine lebih aktif terhadap lipid enveloped viruses sedangkan yang nonlipid enveloped virus kurang sensitif. Terhadap virus, iodine menyerang permukaan protein virus dan menyebabkan ketidakstabilan membrane asam lemak virus yang berujung pada kematian virus.
Kekurangan iodine sebagai antiseptik dan disinfektan: tincture iodine mengiritasi jaringan, menyebabkan staining, tidak stabil dalam penyimpanan. Povidone iodine kurang aktif terhadap jamur dan spora.
Hydrogen Peroksida (H2O2): merupakan biosida yang digunakan secara luas sebagai bahan antiseptik, disinfektan dan sterilisasi. Biosida ini tersedia dalam bentuk liquid (cairan) yang jernih, tidak berwarna dan dijual dalam berbagai konsentrasi berkisar antara 3-90%. Bahan ini ramah lingkungan oleh karena mudah terurai menjadi air dan oksigen.
Aktivitas antimikroba: termasuk antimikroba dengan spektrum luas, aktif terhadap virus, bakteri, ragi dan spora bakteri. Aktivitas antibakterinya lebih besar terhadap bakteri Gram positif dibandingkan dengan Gram negatif. Namun apabila bakteri tersebut menghasilkan enzim peroksidase atau katalase maka pada konsentrasi rendah biosida ini menjadi kurang aktif. Pada konsentrasi yang lebih tinggi yaitu 10-30% dan waktu kontak yang lama, biosida ini mempunyai aktivitas sporisidal.
Biosida ini juga dapat berfungsi sebagai antioksidan karena menghasilkan radikal bebas hidroksil (OH) yang dapat menyerang komponen penting sel yaitu lemak, protein dan DNA.
TUGAS DAN LATIHAN
Mahasiswa dibagi menjadi 6 kelompok, setiap kelompok membahas 2 jenis antiseptik/disinfectan, sumbernya dapat diunggah dari internet atau mencari brosure dari setiap kemasan antiseptik. Diskusikan terlebih dahulu bersama kelompok kemudian di presentasikan bersama-sama di kelas dalam 2x pertemuan.
RANGKUMAN
Disinfektan adalah zat/biosid yang dapat membunuh mikroorganisme di lingkungan benda-benda mati. Sedangkan antiseptik adalah zat/biosid yang digunakan untuk menghambat atau membunuh pertumbuhan mikroorganisme baik invitro maupun invivo bila digunakan pada permukaan jaringan hidup seperti pada permukaan kulit dan membrane mukosa.
Antiseptik dan disinfektan berbeda secara fundamental dengan obat-obat kemoterapi yang aktif secara sistemik karena antiseptik dan disinfektan sedikit sekali atau sama sekali tidak memiliki sifat toksisitas selektif.
Sifat antibakteri dari zat-zat antiseptik dan disinfektan sangat bergantung pada konsentrasi, temperatur dan waktu (lama paparan).
TES AKHIR BAB
Sebutkan berbagai jenis antiseptik dan disinfektan yang digunakan di bidang kedokteran gigi!
Jelaskan mekanisme kerja dari alkohol sebagai antiseptik!
Sebutkan komposisi dari pulperyl!
Jelaskan cara penggunaan TKF untuk rotation of medication!
Sebutkan indikasi penggunaan CHKm!
Sebutkan kontraindikasi penggunaan cresophene!
Sebutkan efek samping dari klorheksidin sebagai obat kumur antiseptik!
Jelaskan cara penggunaan NaOCl sebagai disinfektan!
Indikasi penggunaan formocresol adalah……
Sebutkan efek samping dari cresophene!
KUNCI JAWABAN
Jawaban soal No 1-10 sesuai dengan materi.
UMPAN BALIK
Cara menghitung nilai setiap butir soal bila dijawab dengan benar mendapat skor 10 (lihat kunci jawaban). Nilai = (jumlah skor : 10 (ok jumlah soal sebanyak 10) x 10
Kriteria keberhasilan anda:
> 80 : Baik sekali, anda telah berhasil
70-80 : Baik
60-69 : Cukup berhasil
50-59 : Kurang berhasil
< 50 : Belum berhasil
TINDAK LANJUT
Bila tingkat penguasaan anda:
> 80 : lanjutkan ke materi selanjutnya
70-80 : ulangi mempelajari bagian yang belum anda kuasai
60-69 : ulangi mempelajari bagian yang belum anda kuasai
50-59 : ulangi secara keseluruhan
< 50 : ulangi secara keseluruhan
DAFTAR PUSTAKA
Khumaedullah, Kuswanto, E., Apriyanti, S., 2012. Antiseptik Disinfektan. Makalah. Serial online. Cited: Desember 2012. Available from: http://www.scribd.com/doc/28307507/Makalah-Antiseptik-dan-Disinfektan
McDonnell. G., Russel, A.D., 1999. Antiseptic and Disinfectants: Activity, Action and Resistance. Clin Microbiology Rev. 12(1): 147-179
Russel, A.D., 2012. Mechanism of Antimicrobial Action of Antiseptic and Disinfectants: an Increasingly Important Area of Investigation. Oxford Journal of Antimicrobial Chemotherapy. 49(4): 597-599
SENARAI / GLOSARIUM
1.
Mutagenic
:
Agent yang menyebabkan mutasi / perubahan genetic
2.
Carcinogenic
:
Agent yang dapat menyebabkan penyakit kanker
3.
Sporicidal
:
Agent yang dapat membunuh spora mikroba
4.
Fungisidal
:
Agent yang dapat membunuh jamur
5.
Blood borne viruses
:
Infeksi virus yang penularannya melalui darah
BAB VII
OBAT TRADISIONAL
PENDAHULUAN
Obat tradisional adalah obat-obatan yang diolah secara tradisional, turun-temurun berdasarkan resep dari nenek moyang, adat-istiadat, kepercayaan atau kebiasaan setempat baik bersifat magic atau pengetahuan tradisional (Anonim, 2010). Obat tradisional adalah obat yang tidak menimbulkan banyak efek samping karena kandungan kimianya masih bisa dicerna oleh tubuh untuk dikonsumsi. Obat tradisional lebih mudah terjangkau masyarakat dan ketersediaannya tidak terbatas (Septiatin, 2008).
Obat tradisional telah diterima secara luas hampir di seluruh negara di dunia. Menurut WHO, negara-negara di Afrika, Asia dan Amerika Latin menggunakan obat tradisional (herbal) sebagai pelengkap pengobatan primer yang diterima, bahkan di Afrika, 80% dari populasi menggunakan obat-obat herbal untuk pengobatan primer. WHO menyatakan bahwa pelayanan kesehatan masyarakat tidak dapat merata tanpa mengikutsertakan pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional dengan bahan obat tradisionalnya mempunyai latar belakang sosial masyarakat dan dapat digolongkan sebagai teknologi tepat guna karena bahan-bahan yang digunakan terdapat di sekitar masyarakat itu sendiri, sehingga mudah didapat, murah dan mudah menggunakannya tanpa memerlukan peralatan yang mahal untuk mempersiapkannya.
Dewasa ini penelitian dan pengembangan tumbuhan obat baik di dalam maupun di luar negeri berkembang pesat. Penelitian terutama berkembang dalam segi farmakologi maupun fitokimianya berdasarkan indikasi tumbuhan obat yang telah digunakan oleh sebagian masyarakat dengan khasiat yang teruji secara empiris. Hasil penelitian tersebut tentunya lebih memantapkan para pengguna tumbuhan obat akan khasiat dan kegunaannya. Terlebih lagi uji toksikologi juga telah banyak dilakukan oleh para peneliti untuk mengetahui keamanan tumbuhan obat yang sering digunakan untuk pemakaian jangka panjang maupun pemakaian insidentil. Para pengobat tradisionalpun telah banyak mengetahui tumbuhan obat yang beracun, namun tetap menggunakannya karena mereka mengetahui cara pengolahannya. Dengan demikian racun bisa dieliminasi terlebih dahulu misalnya dengan cara mengukus, menggonseng atau merebus dengan api kecil selama 4-5 jam sebelum digunakan (Dalimartha, 1999).
Konsep-Konsep Kunci
Petunjuk penggunaan obat tradisional secara umum
Jenis-jenis obat tradisional
Cara penggunaan obat tradisional
Kandungan zat aktif dalam obat tradisional
Khasiat obat tadisional
Petunjuk
Pelajari materi bab VII dengan tekun dan disiplin!
Penyajian setiap bab meliputi: judul bab dan konsep-konsep kunci, petunjuk, kerangka isi, tujuan pembelajaran umum, tujuan pembelajaran khusus, paparan materi, tugas dan latihan, rangkuman, dan soal-soal akhir bab yang disertai dengan kunci jawaban dan umpan balik untuk mengetahui sejauh mana anda telah menguasai materi, dan di akhir bab diberikan sumber pendukung.
Dalam uraian materi terdapat tes sambil jalan (embedded tests). Tes ini dapat menjadi tuntunan pembaca dalam memahami uraian bahan ajar bagian-demi bagian. Bila anda ragu terhadap jawaban tes ini, maka ulangi lagi membaca bagian yang belum anda pahami.
Kerjakanlah soal-soal latihan dan soal-soal akhir bab dengan tekun dan disiplin!
Bacalah sumber-sumber pendukung untuk memperdalam pengetahuan dan wawasan anda!
Ikuti urutan penyajian setiap bab tahap demi tahap!
Selamat belajar, semoga sukses!
Kerangka Kunci
Tujuan Pembelajaran Umum
Mahasiswa memahami tentang jenis obat tradisional dan khasiatnya
Tujuan Pembelajaran Khusus
Mahasiswa dapat menyebutkan petunjuk penggunaan obat tradisional
Mahasiswa dapat menyebutkan jenis-jenis obat tradisional
Mahasiswa dapat menjelaskan cara penggunaan obat tradisional
Mahasiswa dapat menyebutkan kandungan zat aktif dalam obat tradisional
Mahasiswa dapat menjelaskan khasiat obat tadisional
PENYAJIAN MATERI
Petunjuk Seputar Penggunaan Tumbuhan Obat
Waktu pengumpulan bahan obat
Untuk mendapatkan bahan yang terbaik dari bahan tumbuhan obat, perlu diperhatikan saat-saat pengumpulan atau pemetikan bahan berkhasiat. Berikut ini pedoman tentang waktu pengumpulan bahan obat secara umum, bila tidak dinyatakan lain:
Daun dipetik saat tanaman berbunga dan sebelum buah menjadi masak
Bunga dikumpulkan sebelum atau segera setelah mekar
Buah dipetik dalam keadaan masak
Biji dikumpulkan dari buah yang masak sempurna
Akar, rimpang (rhizoma), umbi (tuber) dan umbi lapis (bulbus), dikumpulkan saat pertumbuhannya terhenti.
Pencucian dan pengeringan bahan obat
Bahan obat yang sudah dikumpulkan segera dicuci bersih sebaiknya dengan air yang mengalir. Setelah bersih dapat segera dimanfaatkan bila diperlukan pemakaian bahan segar. Namun bisa juga dikeringkan untuk disimpan dan digunakan bila sewaktu-waktu dibutuhkan.
Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air dan mencegah pembusukan oleh jamur atau bakteri sehingga bahan dapat disimpan dalam waktu lama dalam wadah tertutup rapat. Bahan kering juga mudah dihaluskan bila ingin dibuat serbuk. Berikut ini cara mengeringkan bahan obat:
Bahan berukuran besar atau banyak mengandung air dapat dipotong-potong seperlunya terlebih dahulu
Pengeringan bisa langsung di bawah sinar matahari atau memakai pelindung seperti kawat halus jika menghendaki pengeringan yang tidak terlalu cepat.
Pengeringan bisa juga dilakukan dengan mengangin-anginkan bahan di tempat yang teduh atau di dalam ruang pengering yang aliran udaranya baik.
Sifat dan cita rasa bahan obat
Di dalam Traditional Chinese Pharmacology dikenal 4 macam sifat dan 5 macam cita rasa tumbuhan obat yang merupakan bagian dari cara pengolahan tradisional timur. Adapun ke-4 macam sifat tumbuhan obat itu adalah dingin, panas, hangat dan sejuk. Tumbuhan obat yang sifatnya panas dan hangat dipakai untuk pengobatan sindroma dingin seperti pasien yang takut dingin, tangan dan kaki dingin, lidah pucat atau nadi lambat.
Lima macam cita rasa dari tumbuhan obat ialah pedas, manis, asam, pahit dan asin. Cita rasa ini digunakan untuk tujuan tertentu karena selain berhubungan dengan organ tubuh juga mempunyai khasiat dan kegunaannya tersendiri. Misalnya rasa pedas mempunyai sifat menyebar dan merangsang. Rasa manis berkhasiat tonik dan menyejukkan. Rasa asam berkhasiat mengawetkan dan pengelat. Rasa pahit dapat menghilangkan panas dan lembab. Rasa asin melunakkan dan sebagai pencahar. Kadang-kadang ada penulis yang menambahkan cita rasa keenam yaitu netral atau tawar yang berkhasiat sebagai peluruh kencing.
Cara merebus ramuan obat
Perebusan umumnya dilakukan dalam pot tanah, keramik atau panci email. Panci dari bahan besi, aluminium atau kuningan sebaiknya tidak digunakan karena bahan tersebut dapat menimbulkan endapan, konsentrasi larutan obat yang rendah, terbentuknya racun atau menimbulkan efek samping akibat terjadinya reaksi kimia dengan bahan obat.
Gunakan air tawar yang bersih untuk merebus bahan obat. Cara merebus bahan obat sbb: bahan obat dimasukkan ke dalam pot tanah, masukkan air sampai bahan terendam seluruhnya dan permukaan air berada sekitar 30 mm di atasnya. Perebusan dimulai bila air telah meresap ke dalam bahan ramuan obat. Lakukan perebusan dengan api sesuai petunjuk pembuatan, biasanya perebusan dilakukan dengan api besar sampai airnya mendidih barulah dikecilkan apinya untuk mencegah air rebusan meluap atau terlalu cepat kering. Obat yang berkhasiat tonik umumnya direbus dengan api kecil sehingga zat berkhasiatnya dapat secara lengkap dikeluarkan dalam air rebusan. Demikian pula tumbuhan obat yang mengandung racun perlu direbus dengan api kecil dalam waktu 3-5 jam untuk mengurangi kadar racunnya.
Perebusan dianggap selesai ketika air rebusan tersisa setengah dari jumlah air semula. Namun jika bahan obat yang direbus keras seperti biji, batang dan kulit kayu maka perebusan selesai setelah air tersisa sepertiganya. Berikut ini cara perebusan yang sedikit berbeda dari cara konvensional yang telah diuraikan di atas karena adanya bahan-bahan yang memerlukan perlakuan khusus:
Direbus terlebih dahulu. Dilakukan bila ada bahan obat yang besar atau keras dan sukar diekstrak seperti kulit kerang atau bahan mineral. Bahan tersebut perlu dihancurkan atau direbus terlebih dahulu 10 menit sebelum bahan lainnya dimasukkan.
Direbus paling akhir. Dilakukan bila ada bahan obat yang mudah menguap atau bahan aktifnya mudah terurai, contohnya peppermint, akar costus atau bahan pewangi. Bahan tersebut biasa dimasukkan paling akhir kira-kira 4-5 menit menjelang rebusan obat siap diangkat.
Direbus dalam bungkusan. Beberapa bahan obat harus dibungkus terlebih dahulu dengan kain sebelum direbus untuk timbulnya kekeruhan, lengket dan terbentuknya bahan yang dapat menimbulkan iritasi pada tenggorokan.
Dididihkan perlahan-lahan atau direbus terpisah dengan maksud menghindari rusaknya zat berkhasiat atau terserapnya zat tersebut bila direbus dengan bahan lain. Contohnya ginseng, bahan ini perlu diiris tipis-tipis kemudian direbus terpisah dalam pot tertutup dengan api kecil selama 2-3 jam
Dilarutkan dengan penyeduhan, dilakukan bila ada obat yang lengket, kental atau mudah terurai bila direbus terlalu lama dengan bahan obat lainnya atau mudah melekat di dinding pot maupun di bahan lain sehingga keluarnya zat aktif obat lain terhambat. Misalnya gelatin kulit keledai, bahan tersebut dimasukkan ke dalam cangkir terpisah lalu diseduh dengan air rebusan obat.
Waktu minum obat
Apabila tidak ada petunjuk khusus, obat tradisional diminum sebelum makan kecuali obat tersebut merangsang lambung maka diminum setelah makan. Obat berkhasiat tonik diminum sewaktu perut kosong dan obat yang berkhasiat sedative diminum sewaktu akan tidur. Pada penyakit akut obat diminum setiap saat, pada penyakit kronis diminum sesuai kebutuhan atau diminum sebagai pengganti teh.
Cara minum obat
Obat biasanya diminum satu dosis sehari yang dibagi untuk 2-3 kali minum obat. Umumnya obat diminum selagi hangat terutama untuk pengobatan sindroma luar. Untuk pengobatan sindroma panas obat diminum dalam keadaan dingin. Sebaliknya untuk pengobatan sindroma dingin obat diminum dalam keadaan hangat. Obat yang sedikit toksik, diminum sedikit demi sedikit tetapi sering. Tambahkan dosisnya secara bertahap sehingga efek pengobatan tercapai.
Lama pengobatan
Tumbuhan obat yang masih berupa simplisia hasil pengobatannya tampak lambat, namun sifatnya konstruktif atau membangun. Hal ini berbeda dengan obat kimiawi yang hasil pengobatannya terlihat cepat namun destruktif. Oleh karena itu obat yang berasal dari tumbuhan tidak dianjurkan penggunaannya untuk penyakit-penyakit infeksi akut. Tumbuhan obat lebih diutamakan untuk meemlihara kesehatan dan pengobatan penyakit kronis yang tidak dapat disembuhkan dengan obat kimiawi atau memerlukan kombinasi pengobatan antara obat kimiawi dengan obat dari tumbuhan berkhasiat.
Jenis-Jenis Obat Tradisional dan Cara Penggunaannya untuk Pengobatan Sakit Gigi
Cengkeh (Syzyginium aromaticum, Eugenia aromaticum)
Tanaman ini banyak tumbuh di daerah tropis dan banyak dihasilkan di daerah Maluku. Cengkeh berkhasiat sebagai obat karena mempunyai kandungan zat aktif sebagai antibakteri, antivirus dan antiseptik dan sedative. Kandungan zat aktifnya adalah: minyak atsiri, eugenol, asam olenolat, asam galotanat, fenilin, karyofilin, resin dan gom. Kegunaannya adalah:
Menghilangkan rasa sakit pada gigi: caranya adalah oleskan minyak cengkeh ke dalam lubang gigi yang sakit, maka beberapa menit kemudian sakit gigi reda.
Mengatasi sakit maag
Mengatasi radang pada usus.
Apabila cengkeh dipakai secara berlebihan dapat menyebabkan mual, muntah, rasa pusing dan diare.
Bawang putih (Allium sativum L.)
Bawang putih mengandung zat aktif: awcin, enzim alinase, germanium, sativine, sinistin, selenium, scordinin dan asam amino aliin. Asam amino aliin kemudian berubah menjadi alisin saat dipotong atau dihaluskan, dan aliccin inilah yang mempunyai efek antibakteri. Bawang putih memiliki zat antibakteri sejenis minyak atsiri dengan bau yang khas yang disebut allicin. Allicin mengandung senyawa sulfur yang tidak stabil, dan senyawa sulfur ini identik dengan antibakteri yang potensial. Reaksi aliccin dengan system yang terdapat dalam bawang putih menghasilkan senyawa yang bekerja sebagai agen antibacterial yang merusak gugus sulfidril yang penting dalam proliferasi kuman sehingga pertumbuhan kuman terhamabat.
Bawang putih dapat digunakan untuk pengobatan alternatif pada sakit gigi dengan cara: haluskan bawang putih, campurkan garam kemudian letakkan pada gigi yang sakit. Lakukan sampai rasa sakitnya red. Efek samping bawang putih dapat terjadi apabila dimakan dalam jumlah banyak dan bisa mendatangkan masalah yaitu iritasi atau bahkan merusak saluran pencernaan.
Garam (NaCl)
Garam adalah benda padatan berwarna putih berbentuk Kristal yang merupakan kumpulan senyawa dengan bagian terbesar adalah natrium klorida (NaCl >80%), serta senyawa lainnya adalah Magnesium sulfat, Magnesium klorida dan kalsium klorida.
Jeruk nipis (Citrus aurantifolia)
Jeruk nipis mengandung zat aktif: limonene, linalin asetat, geranil asetat, fellandren, asam sitrat, sitral yang memiliki khasiat sebagai antiseptik yang digunakan untuk mengobati sakit gigi. cara mengobati sakit gigi dengan jeruk nipis sangat sederhana yaitu peras jeruk nipis hingga mendapatkan sarinya, lalu oleskan di daerah gigi yang terasa sakit sedikit demi sedikit hingga rasa sakit hilang. Efek samping mengkonsumsi jeruk nipis: gangguan pencernaan dan kulit kemerahan
Sirih (Piper betle L.)
Kandungan zat aktif dalam daun sirih adalah: minyak atsiri, hidroksikavikol, kavikol, eugenol, estragol, kevibetol yang memiliki daya antibakteri, antioksidan dan fungsida. Kegunaan daun sirih adalah: menghentikan perdarahan, menyembuhkan luka pada kulit, mengatasi gangguan saluran pencernaan, dan mengobati sakit gigi. untuk mengatasi sakit gigi dilakukan dengan cara: merebus daun sirih dengan 2 gelas air sampai mendidih. Setelah dingin gunakan untuk berkumur dan diulang teratur sampai rasa sakitnya hilang. Cara kerja zat aktif dalam dau sirih adalah menurunkan permeabilitas sel-sel bakteri. Efek samping daun sirih: dapat menimbulkan gangguan pencernaan apabila digunakan rutin setiap hari karena dapat membunuh bakteri komensal, mengunyah daun sirih dikaitkan dengan penyakit squamous cell carcinoma dalam mulut.
Avokad (Persea gratissima gaerin)
Kandungan zat aktif dalam buah avokad: saponin, alkaloida, flavonoida dan tannin. Daun avokad mengandung zat aktif: saponin, alkaloida, flavonoida dan polifenol. Kegunaan avokad: salah satunya untuk pengobatan sakit gigi dengan cara: biji avokad ditumbukhingga halus dan masukkan ke dalam lubang gigi. avokad mengandung lemak yang cukup tinggi, sehingga dapat menimbulkan kegemukan dan asam urat.
Kamboja (Plumeria acuminate ait.)
Kandungan zat aktif dalam getah kamboja: dammar, kautcuk, senyawa karet, senyawa triterpenoid, amyrin, lupeol dan alkaloid yang bermanfaat sebagai antibiotika. Batang dan daun kemboja mengandung: fulvoplumierin serta minyak menguap yang terdiri dari geraniol, sitronellol, linallol, farmnesol, alkaloid dan fenil alcohol. Efek farmakologisnya salah satunya adalah untuk mengobati sakit gigi dengan cara: oleskan beberapa tetes getah kamboja pada kapas, lalu letakkan kapas untuk menutupi gigi yang berlubang. Efek samping: getah kamboja dapat menyebabkan gigi non vital.
Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi)
Kandungan zat aktif dalam batang belimbing wuluh: tannin, kalsium oksalat, asam format, saponin dan peroksidase. Daun belimbing wuluh mengandung: sulfur, asam format, kalsium sitrat dan tannin. Buah belimbing wuluh mengandung: protein, ash, serat, fosfor, kalsium, zat besi, thiamine, karotin, niasin, ascorbic acid, flavonoid. Cara mengobati sakit gigi menggunakan belimbing wuluh: cuci bersih buahnya, campurkan sedikit garam lalu kunyahlah pada bagian gigi yang sakit. Zat aktif buah belimbing khususnya flavonoid dapat membentuk kompleks dengan protein bakteri melalui ikatan hydrogen, mengakibatkan tidak stabilnya struktur protein bakteri, protein sel bakteri akan kehilangan aktivitas biologisnya, fungsi permeabilitas sel bakteri terganggu, sel bakteri mengalami lisis yang mengakibatkan kematian bakteri.
Getah jarak (Jatropha curcas L.)
Kandungan zat aktif dalam tanaman jarak adalah: alfa-amirin, astraglin, kampesterol, beta-sitosterol, 7-ketosittosterol dan alkaloid yang berfungsi sebagai antibiotika. Cara mengobati sakit gigi menggunakan getah jarak: patahkan daun jarak kemudian teteskan getahnya pada gigi berlubang yang sakit.
Beluntas (Pluchea indica L.)
Kandungan zat aktif dalam daun beluntas adalah: minyak atsiri yang terdiri dari betlephenol, kavikol, seskuiterpen, hidroksikavikol, cavibetol, estragol, eugenol dan karvakol. Beluntas mengandung zat antiseptik pada seluruh bagian tanaman. Untuk meredakan sakit gigi dilakukan dengan cara: 15-20 helai daun bersih direbus dengan segelas air, setelah dingin diminum 3x sehari sampai sakitnya hilang. Daun beluntas memiliki sifat bakterisidal, antiseptik, antioksidan dan fungisida. Komponen utama minyak atsiri adalah fenol dan derivatnya. Tannin mempunyai daya antibakteri 5x lebih kuat, mematikan bakteri dengan cara mendenaturasi protein bakteri.
TUGAS DAN LATIHAN
Setiap kelompok mencari dari berbagai sumber tentang jenis tanaman obat yang digunakan untuk meredakan sakit gigi. Diskusikan dengan teman sekelompok tentang komposisi zat aktif dari tanaman obat, bagian tanaman obat yang digunakan untuk meredakan rasa sakit gigi, cara penggunaan bahan obat dan efek samping obat.
RANGKUMAN
Obat tradisional tidak menimbulkan banyak efek samping karena kandungan kimianya masih bisa dicerna oleh tubuh untuk dikonsumsi. Obat tradisional lebih mudah terjangkau masyarakat dan ketersediaannya tidak terbatas.
Pengobatan tradisional digolongkan sebagai teknologi tepat guna karena bahan-bahan yang digunakan terdapat di sekitar masyarakat itu sendiri, sehingga mudah didapat, murah dan mudah menggunakannya tanpa memerlukan peralatan yang mahal untuk mempersiapkannya. Terdapat berbagai jenis obat tradisional untuk mengobati sakit gigi, diantaranya adalah cengkeh, getah jarak, getah kamboja, jeruk nipis dll. Kandungan zat aktif dalam bahan obat bekerja secara sinergis untuk mengobati sakit gigi. Obat tradisional juga mempunyai efek samping yang merugikan oleh karena itu harus diperhatikan sebelum menggunakannya.
TES AKHIR BAB
Sebutkan petunjuk penggunaan beluntas sebagai obat tradisional untuk menghilangkan bau mulut!
Sebutkan jenis-jenis obat tradisional untuk mengobati sakit gigi!
Jelaskan cara penggunaan cengkeh sebagai obat tradisional untuk menghilangkan sakit gigi!
Sebutkan kandungan zat aktif daun sirih yang berguna untuk mengobati sakit gigi!
Jelaskan khasiat buah belimbing wuluh sebagai obat tadisional untuk menghilangkan sakit gigi!
KUNCI JAWABAN
Kunci jawaban soal no 1-5 sesuai dengan materi
UMPAN BALIK
Cara menghitung nilai setiap butir soal bila dijawab dengan benar mendapat skor 10 (lihat kunci jawaban). Nilai = (jumlah skor : 5 (ok jumlah soal sebanyak 5) x 10
Kriteria keberhasilan anda:
> 80 : Baik sekali, anda telah berhasil
70-80 : Baik
60-69 : Cukup berhasil
50-59 : Kurang berhasil
< 50 : Belum berhasil
TINDAK LANJUT
Bila tingkat penguasaan anda:
> 80 : lanjutkan ke materi selanjutnya
70-80 : ulangi mempelajari bagian yang belum anda kuasai
60-69 : ulangi mempelajari bagian yang belum anda kuasai
50-59 : ulangi secara keseluruhan
< 50 : ulangi secara keseluruhan
DAFTAR PUSTAKA
Agillepiyanto, 2012. Beluntas. (online). Available: http://duniagil.wordpress.com/2012/5/11/beluntas-pluchea-indica (Maret 2013)
Dalimartha, S. 1999. Atlas Tumbuhan Indonesia Jilid 1. Cetakan I. Jakarta: Trubus Agriwidya
Darwin, B., 2008. Aneka Jenis Tanaman Obat Keluarga, (online). Available: http://blh.grobogan.go.id/artikel/252-aneka-jenis-tanaman-obat-keluarga-toga.html (Feb 2013)
Hariana, A., 2006. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya, Jilid 3. Jakarta: Penebar Swadaya
golongan Tetrasiklin
jenis-jenis obat gol tetrasiklin
Farmakokinetik
Farmakodinamik
dosis obat
efek samping obat
interaksi obat
Obat Tradisional
Petunjuk Penggunaan Obat
Jenis-jenis obat tradisional
cengkeh
bawang putih
garam
jeruk nipis
sirih
avokad
kamboja
belimbing wuluh
getah jarak
beluntas
kandungan zat aktif
khasiat zat aktif
golongan β lactam
penicilin
aminopenicilin
ampisilin
farmakokinetik
farmakodinamik
indikasi dan kontra indikasi
dosis obat
efek samping obat
interaksi obat
amoksisilin
farmakokinetik
farmakodinamik
indikasi dan kontra indikasi
dosis obat
efek samping obat
interaksi obat
Antibiotika
definisi
macam-macam antibiotika
berdasarkan sifat toksisitas
berdasarkan sensitivitasnya
berdasarkan mekanisme kerjanya
antibiotika yang biasa digunakan di bidang kedokt gigi
gol. β lactam
gol. makrolide
gol. linkosamide
gol. tetrasiklin
gol. quinolon
gol betalaktam
gol cephalosporin
generasi I
sefadroksil
farmakokinetik
farmakodinamik
indikasi &kontra indikasi
dosis
efek samping obat
interaksi obat
generasi II
generasi III