Anatomi, Histologi dan Fisiologi Penghidu
oleh Irvan Desrizal, 0706162871
I.
Persarafan dan Anatomi
Nervus olfactorius muncul dari sel-sel reseptor saraf di dalam membran mukosa olfaktori yang terletak di rongga hidung bagian atas tepatnya di kranial konka superior. Setiap sel reseptor olfaktori terdiri atas sel-sel saraf bipolar kecil dengan processus perifer yang kasar dan sebuah processus centralis yang halus. Dari processus perifer yang kasar ini nantinya akan timbul cilia-cilia pendek (rambut olfactorius olfactorius ) yang menembus ke dalam mukus yang menutupi permukaan membran mukosa. Tonjolan serabut inilah yang bereaksi terhadap bau di udara dan menstimulasi sel-sel olfaktorius. Processus centralis yang halus membentuk serabut saraf olfaktorius, berkas serabut ini akan masuk ke bulbus olfaktorius melalui lubanglubang di lamina cribrosa os ethmoidale. Bulbus olfactorius olfactorius
Terdiri dari beberapa tipe sel saraf, yang terbesar adalah sel mitral. Serabut nervus yang datang akan bersinaps dengan sel mitral membentuk daerah glomeruli sinaptik . Sel-sel saraf yang kecil kita sebut dengan sel rumbai (tufted cell) dan sel granular yang juga bersinaps dengan sel mitral. Tractus olfactorius
Ketika Ketika tractu tractuss olfacto olfactoriu riuss sampai sampai di subst substans ansia ia perfor perforata ata anterio anterior, r, tractus tractus ini dibagi dibagi dua menjadi stria olfactorius medialis medialis dan lateralis . Stria olfactorius lateralis membawa aksonperiamygdaloidea dan area akson ke area olfaktorius cortex cerebri , yang disebut area periamygdaloidea peripiriformis . Stria olfactorius medialis akan berjalan ke bulbus olfactorius sisi kontralateral. Area periamygdaloidea dan peripiriformis cortex cerebri umumnya dikenal sebagai korteks olfaktorius primer . Area entorrhinal (area 28) gyrus parahippocampalis yang menerima banyak hubungan dari korteks olfaktorius primer disebut korteks olfaktorius sekunder . Area-area korteks tersebut berfungsi mengapreasiasikan sensasi penghidu. Korteks olfaktorius primer mengirimkan serabut-serabut saraf ke berbagai pusat lainnya di dalam otak untuk membentuk hubungan untuk respons emosi dan otonom terhadap sensasi penghidu II. II.
Fisi Fisiol olog ogii Peng Penghi hidu du
Mukosa olfaktorius
Terletak di langit-langit rongga hidung terbagi atas tiga jenis sel, yaitu: reseptor olfaktorius olfaktorius,, sel penunjang , dan sel basal .
-
Sel-sel penunjang berfungsi mengeluarkan mukus yang melapisi saluran hidung
-
Sel-sel basal berfungsi sebagai prekursor untuk sel-sel reseptor olfaktorius yang baru, yang diganti setiap sekitar dua bulan.
-
Reseptor olfaktorius merupakan ujung-ujung neuron aferen khusus, akson aferen ini nantinya akan diganti. Sel-sel ini adalah satu-satunya neuron yang mengalami pembelahan sel. Akson-akson sel reseptor secara kolektif disebut saraf olfaktorius.
Sel reseptor olfaktorius terdiri dari sebuah kepala yang menggembung berisi silia panjang yang meluas ke permukaan mukosa. Silia inilah tempat melekatnya berbagai molekulmolekul odoriferosa (pembentuk bau). Saat bernapas biasa odoran mencapai reseptor-reseptor tersebut hanya dengan berdifusi karena mukosa olfaktorius terletak di atas jalur aliran udara. Jika kita mengendus maka akan lebih banyak aliran udara ke atas di dalam rongga hidung sehingga semakin banyak molekul odoriferosa yang berkontak dengan mukosa olfaktorius. Syarat bahan yang dapat dibaui: 1. Mudah menguap (menjadi gas) 2. Cukup mudah larut air, agar mudah larut ke dalam lapisan mukus yang melapisi mukosa olfaktorius. Jika molekul odoriferosa melekat di silia maka terjadi pembukaan saluran-saluran Na+ dan K +, akibatnya terjadi perpindahan ion dan depolarisasi potensial reseptor sehingga terbentuk potensial aksi di serat aferen. Frekuensi potensial aksi bergantung pada konsentrasi molekulmolekul zat kimia yang terstimulasi. Serat-serat aferen tersebut nantinya akan bersinaps di bulbus olfaktorius. Serat-serat yang keluar dari bulbus olfaktorius berjalan melalui dua rute: 1.
Rute subkortikal, terutama menuju daerah-daerah si sistem limbik, khususnya sisi medial bawah lobus temporalis (korteks olfaktorius primer). Sampai saat ini rute subkortikal dianggap satu-satunya jalur penghidu. Karena rute ini mencakup keterlibatan hipotalamus, meungkinkan koordinasi erat antara reaksi penghidu dan perilaku yang berkaitan dengan makan, kawin, dan penentuan arah.
2.
Rute talamus-kortikal penting untuk persepsi sadar dan diskriminasi halus penghidu.
Mekanisme fisiologis diskriminasi penghidu masih belum dipahami. Para peneliti umumnya beranggapan bahwa persepsi berbagai bau tergantung pada kombinasi bau-bau primer, serupa halnya dengan penglihatan warna dan rasa. Namun, belum ada kesepakatan mengenai berapa jumlah bau primer tersebut. Seorang peneliti baru-baru ini menemukan gen-gen untuk lebih dari seratus jenis reseptor bau yang berbeda-beda di mukosa penghidu, dan ia beranggapan mungkin terdapat sampai reseptor jenis ini. Menurut teori terkemuka tentang bau, molekulmolekul dengan bau serupa memiliki konfigurasi tertentu yang sama. Setiap jenis tempat pengikatan reseptor diperkirakan memiliki bentuk dan ukuran tertentu (kunci) yang cocok dengan konfigurasi bau primer tertentu (anak kunci).
Kemampuan adaptasi
Walaupun sangt peka, sistem penghidu juga cepat beradaptasi. Kepekaan kita terhadap bau baru dengan cepat menghilang setelah periode singkat pajanan terhadap bau tersebut, walaupun sumber bau tersebut tetap ada. Penurunan kepekaan ini tidak melibatkan adaptasi reseptor, reseptor-reseptor olfaktorius itu sendiri yang beradaptasi secara lambat. Penurunan kepekaan ini mungkin berhubungan dengan proses adaptasi di SSP. Adaptasi bersifat spesifik untuk bau tertentu dan ketanggapan terhadap bau lain tetap tidak berubah. Enzim “pemakan bau”
Baru-baru ini ditemukan adanya enzim “pemakan bau” di mukosa penghidu yang mungkin berfungsi sebagai pembersih molekuler yang membersihkan molekul-molekul odoriferosa, sehingga molekul-molekul tersebut tidak terus-menerus merangsang reseptor penghidu. Para peneliti berspekulasi bahwa enzim-enzim ini mungkin memiliki fungsi ganda, yaitu membersihkan mukosa olfaktorius dari odoran-odoran lama dan mengubah zat kimia yang mungkin berbahaya menjadi molekul yang tidak membahayakan.