BAB I PENDAHULUAN
A. LATA LATAR R BELA BELAKA KANG NG a. Pengertian pendekatan pembelajaran secara tegas belum ada kesepakatan dari para ahli
pendidikan. Namun beberapa ahli mencoba menjelaskan tentang pendekatan pembelajaran (instructional approach), approach), misalnya ditulis oleh Gladene Robertson dan Hellmut Lang (1984: 5) dala dalam m ht http tp:: // ba banj njar arne nega gara ramb mbs. s.wo word rdpr pres ess. s.co com m / 20 2008 08 / 09 / 10 / pe pend ndek ekat atan an- pembelajaran/,, menurutnya pembelajaran/ menurutnya pendekatan pembelajaran pembelajaran dapat dimaknai menjadi 2 pengertian, pengertian, yaitu pendekatan pembelajaran sebagai dokumen tetap dan pendekatan pembelajaran sebagai bahan kajian yang terus berkembang.1 Pendekatan pembelajaran sebagai dokumen tetap dimaknai sebagai suatu Kerangka umum dalam Praktek Profesional Profesional guru, yaitu serangkaian serangkaian dokumen yang dikembangkan dikembangkan untuk mendukung mendukung pencapaian pencapaian Kurikulum. Kurikulum. Hal tersebut berguna berguna untuk: (1) mendukung mendukung kelanc kelancara aran n guru guru dalam dalam proses proses pembel pembelaja ajaran ran;; (2) membant membantu u para para guru guru
menjab menjabarka arkan n
kuriku kurikulum lum dalam dalam prakti praktik k pembel pembelaja ajaran ran di kelas; kelas; (3) sebaga sebagaii panduan panduan bagi bagi guru guru dalam dalam menghad menghadapi api peruba perubahan han kuriku kurikulum lum;; dan (4) sebagai sebagai bahan bahan masukan masukan bagi para para penyusu penyusun n kurikum untuk mendesain mendesain kurikulum dan pembelajaran pembelajaran yang terintegrasi terintegrasi..2 Menurut
Philip
R.
Wallace
(1992:
13)
mbs.wor mbs.wordpr dpress ess.com .com/20 /2008/ 08/09/ 09/10/ 10/pend pendekat ekatan-p an-pemb embela elajar jaran/ an/,,
dalam
http://banjarnegara
pendeka pendekatan tan
pembel pembelaja ajaran ran
dibe dibedak dakan an menja menjadi di 2, yait yaitu: u: Pende Pendeka kata tan n kons konser erva vati tiff (conservativ conservativee approaches approaches)) dan pendekatan liberal (liberal approach). approach). Pendekatan Pendekatan konservatif konservatif memandang memandang bahwa proses pembelajaran yang dilakukan sebagai mana umumnya guru mengajarkan materi kepada siswanya.3 Guru mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa, sedangkan siswa lebih banyak sebagai penerima. Sedangkan pendekatan liberal (liberal (liberal approaches) approaches) adalah pendekatan pembelajaran yang memberi kesempatan luas kepada siswa untuk mengembangkan strategi dan keterampilan belajarnya sendiri. Dari semua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran adalah seperangkat asumsi atau pandangan guru tentang hakikat bahasa yang diajarkan kepada siswa 1
Anonim. pendekatan-pembelajaran. pendekatan-pembelajaran. Diakses pada tanggal 18 maret 2012 dari sumber. http://adfal86.blogspot.com/2011 http://adfal86.blogspot.com/2011/11/pengertian-pendeka /11/pengertian-pendekatan.html tan.html 2 3
Loc. Cit. Loc. Cit.
dalam suatu proses interaksi belajar-mengajar di kelas yang difasilitasi guru dengan dengan baik (materi, metode, media, evauasi) sehingga pencapaian tujuan pembelajaran (bahasa) bisa dicapai. b. Pengertian Analisis 1. Menuru Menurutt Kamus Kamus Besar Bahasa Bahasa Indones Indonesia ia Analisis Analisis adalah adalah penguraia penguraian n suatu suatu pokok atas berbagai bagiannya bag iannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. 2. Menurut Menurut Anne Gregory Gregory Analisis Analisis adalah adalah langkah langkah pertama pertama dari proses proses perenca perencanaan naan 3. Menurut Menurut Dwi Prastowo Prastowo Darminto Darminto & Rifka Rifka Julianty Julianty Analisis Analisis merupakan merupakan penguraian penguraian suatu suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri, serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman a rti keseluruhan 4. Syahrul Syahrul & Mohammad Mohammad Afdi Nizar Nizar Analisis Analisis berarti berarti melakuk melakukan an evaluasi evaluasi terhadap terhadap kondisi kondisi dari pos-pos atau ayat-ayat yang berkaitan dengan akuntansi dan alasan-alasan yang memungkinkan tentang perbedaan yang muncul 5. Menur Menurut ut Wira Wiradi di Anal Analis isis is adal adalah ah akti aktivi vita tass yang yang memu memuat at sejum sejumla lah h kegi kegiat atan an sepe sepert rtii mengura mengurai, i, membeda membedakan, kan, memila memilah h sesuat sesuatu u untuk untuk digolo digolongk ngkan an dan dikelo dikelompo mpokkan kkan kembali menurut kriteria tertentu kemudian dicari kaitannya dan ditaksir maknanya. Menurutt Komaru Komaruddin ddin Analis Analisis is adalah adalah kegiat kegiatan an berfik berfikir ir untuk untuk mengura menguraika ikan n suatu suatu 6. Menuru keselu keseluruh ruhan an menjad menjadii kompone komponen n sehing sehingga ga dapat dapat mengena mengenall tanda-t tanda-tanda anda kompone komponen, n, hubungannya satu sama lain dan fungsi masing-masing dalam satu keseluruhan yang terpadu c. Peng Penger erti tian an waca wacana na Berdasarkan hierarkinya, wacana merupakan tataran bahasa yang terbesar, tertinggi, dan terlengkap. Wacana dikatakan terlengkap karena wacana mencakup tataran dibawahnya, yakni fonologi, morfologi, sintaksis, semantic, dan ditunjang oleh unsure lainya, yaitu situasi pemakaian dalam masyarakat. Wacana dibentuk oleh paragraf-paragraf sedangkan paragraph dibentuk dibentuk oleh kalimat-kalimat kalimat-kalimat.. Yang membentuk paragraph paragraph itu haruslah merangkai merangkai kalimat kalimat satu dengan kaliamat kaliamat berikutny berikutnyaa dan harus berkaitan berkaitan sehingga membentuk satu kesatuan kesatuan yang utuh atau membentuk suatu gagasan gagasan selanjutny selanjutnya. a. Paragraf-pa Paragraf-paragra ragraff pun merangkai secara utuh membentuk sebuah wacana yang memiliki tema utuh. utuh.4 4
Yoce Aliah Darma. Analisis Wacana Wacana Kritis. (Bandung: Yrama Widya), 2009. Hlm. 1
Istilah wacana dipakai oleh banyak kalangan mulai dari studi bahasa, psikologi, politik, komunikasi, komunikasi, sastra, sastra, dan sebagainya. sebagainya. Dalam pembelajaran pembelajaran,, wacana merupakan merupakan disiplin disiplin ilm ilmu
baru baru..
Pemu Pemunc ncul ulan anny nyaa
seki sekita tarr
tahu tahun n
70-a 70-an. n. Firt Firth h
(sya (syams msud uddi din, n, 1992 1992:2 :2))
mengemukakan mengemukakan bahwa language was only meaningful in its context of situation. situation. Jadi, penbahasan wacana adalah pembahasan bahasa dan tuturan yang harus dalam satu rangkaian kesatuan situasi atau dengan kata lain, makan suatu bahasa berada dalam rangkaian konteks dan situasi.5 Tarigan mengatakan bahwa wacana adalah satuan bahasa terlengkap dan tertinggi atau ter terbes besar di atas atas kal kalimat imat atau atau klau klausa sa deng dengan an kohe koherrens ensi dan dan kohe kohesi si ting tinggi gi yang ang berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata, disampaikan secara lisan atau tertulis (Tarigan, 1987:27). 1987:27).6 Harimurti Kridalaksana dalam kamus linguistiknya mengemukakan bahwa wacana adalah satuan bahasa terlengkap, dalam hierarkis gramatiakal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar.7 Dari pendapat-pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa wacana merupakan rangkaian ujar atau rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal yang disajikan secara teratur, teratur, sistemati sistematis, s, dalam satu kesatuan kesatuan koheren, koheren, yang dibentuk oleh unsur-unsur unsur-unsur segmental dalam sebuah wacana yang paling besar. Sedangkan unsur nonsegmental dalam sebuah sebuah wacana wacana pada hakikat hakikatnya nya berhub berhubunga ungan n dengan dengan situas situasi, i, waktu, waktu, gambar gambaran, an, tujuan tujuan,, makna, intonasi, dan tekanan dalam pemakaian bahasa, serta rasa bahasa yang sering kita kenal kenal dengan dengan istila istilah h kontek konteks. s. Semuany Semuanyaa itu berada berada dalam dalam satu satu rangka rangkaian ian ujar ujar maupun maupun rangkaian tindak tutur. Sobur Alex (2001) mengungkap bahwa wacana adalah rangkaian ujar atau rangkaian tindak tindak tutur tutur yang yang mengun mengungkap gkapkan kan suatu suatu hal (subje (subjek) k) yang yang disaji disajikan kan secara secara tutur, tutur, sisrematis, dalam suatau kesatuan yang koheren, dibentuk oleh unsur segmental maupun nonsegmental bahasa. 8 Wacana dalam perspektif ini dimaknai sebagai : Pengucapan-pengucapan yang kompleks dan beraturan, yang mengikuti norma atau standar yang telah pasti dan pada gilirannya mengorganisasikan kenyataan 5
Ibid. hlm. 1
6
Ibid. hlm. 2 Ibid. hlm. 3 Ibid . hlm. 3
7 8
yang tak beraturan. Norma atau standar itu, lebih jauh lagi dianggap ikut menyusun perilaku-perilaku manusia yakni dengan cara memasukkan episodeepisod episodee penampi penampilan lan terten tertentu tu dalam dalam kategor kategori-k i-kate ategor gorii politi politik, k, sosial sosial,, atau atau hubungan sosial lainnya (Saphiro dalam Latif, 1996:81). Pandangan Saphiro ini menyiratkan bahwa kaidah, norma atau standar (dalam hal ini sintak sintaksis sis dan semant semantik) ik) sangat sangat menent menentukan ukan nilai nilai suatu suatu wacana. wacana. Secara Secara lebih lebih sederh sederhana ana,, Crystal dan Cook dalam Nunan (1993) mendefinisikan discourse atau wacana sebagai unit bahasa lebih besar daripada kalimat, sering berupa satuan yang runtut/koheren dan memiliki tujuan dan konteks tertentu, seperti ceramah agama, argumen, lelucon atau cerita. cerita. Walaupun tidak setegas Saphiro, Saphiro, Nunan melihat pentingnya pentingnya unsur-unsur unsur-unsur keruntutan keruntutan dan koherensi koherensi sebagai hal yang penting untuk menilai sebuah wacana. Sement Sementara ara Lubis Lubis secara secara lebih lebih netral netral (2004: (2004:149 149)) mendefi mendefinis nisika ikan n wacana wacana sebaga sebagaii 'kumpulan pernyataan-pernyataan yang ditulis atau diucapkan atau dikomunikasikan dengan menggunakan tanda-tanda'. White (dalam Lubis, 2004:149) mengartikannya sebagai 'dasar untuk memutuskan apa yang akan ditetapkan sebagai suatu fakta dalam masalah-masalah yang dibahas, dan untuk menentukan apa yang sesuai untuk memahami fakta-fakta yang kemudian ditetapkan'. Tidak seperti yang lain White melihat wacana lebih sebagai sebab daripada sebagai akibat atau produk. Dengan pemahaman wacana seperti tersebut di atas, Nunan 1993 menyatakan bahwa analisi analisiss wacana wacana adalah adalah studi studi mengena mengenaii pengguna penggunaan an bahasa bahasa yang yang memili memiliki ki tujuan tujuan untuk untuk menunj menunjukka ukkan n dan mengint menginterp erpret retasi asikan kan adanya adanya hubunga hubungan n antara antara tatanan tatanan atau atau pola-p pola-pola ola dengan tujuan yang diekspresikan melalui unit kebahasaan tersebut. Analisis wacana model Nunan ini dilakukan melalui pembedahan dan pencermatan secara mendetil elemen-elemen lingu linguis isti tik k seper seperti ti kohes kohesi, i, elip elipsi sis, s, konju konjung ngsi si,, stru strukt ktur ur info inform rmas asi, i, them themaa dsb dsb untuk untuk menunjukkan makna yang tidak tertampak pada permukaan sebuah wacana. Misalnya sebuah percakapan yang secara fisik tidak memiliki cohesive links sama sekali dapat menjadi wacana yang yang runtut runtut dalam dalam kontek kontekss terten tertentu, tu, sementa sementara ra suatu suatu kelomp kelompok ok kalima kalimatt yang yang memili memiliki ki cohesive cohesive links justru tidak atau belum tentu menjadi wacana yang runtut, hingga dapat disimpulkan bahwa eksistensi cohesive link tidak menjamin keruntutan keruntutan suatu wacana. Oleh karena karenany nyaa di butu butuhk hkan an penge pengeta tahu huan an meng mengen enai ai fung fungsi si seti setiap ap ujar ujaran an yang yang ada ada untuk untuk memahami sebuah diskursus.
Misalnya pada wacana sbb.: A: Kita akan menerima tamu-tamu untuk makan siang. B: Ia seorang penulis besar Atau pada: A: Kamu pakai kaus tangan? B: Tidak A: Bagaimana dengan laba-laba? B: Mereka juga tidak pakai kaus tangan. (dari Nunan, 1993) Kedua wacana di atas sekilas tampak tidak bermakna, dan antara ujaran yang satu dengan yang lain nampak nampak tidak ada kaitannya. kaitannya. Tapi jika kita memahami konteks dan fungsi fungsi masing-masing ujaran sesungguhnya mereka merupakan wacana yang bermakna. Jadi, wacana adalah proses komunikasi komunikasi menggunakan symbol-simbol symbol-simbol yang berkaitan berkaitan dengan interpretasi interpretasi dan peristiwa peristiwa-peris -peristiwa tiwa di dalam system kemasyarakat kemasyarakatan an yang luas. Melalui Melalui pendekatan pendekatan wacana, wacana, pesan-pesan pesan-pesan komunikasi komunikasi seperti seperti kata-kata, kata-kata, tulisan, tulisan, gambargambargambar, dan lain-lain, tidak bersifat netral atau steril.
BAB II PEMBAHASAN
Analisis Wacana Analisis wacana (discourse (discourse analysis) analysis) diperkenalkan Harris melalui artikel Discourse Analysis dalam jurnal Language jurnal Language,, No. 28/1952, 1-30. Dalam artikel itu Harris membicarakan
wacana iklan dengan menelaah saling hubungan hubungan antara antara kalimat-kal kalimat-kalimat imat yang menyusunnya menyusunnya dan kaitan antara teks dengan masyarakat dan budaya (lih. Renkema, 2004:7). Analisi Analisiss wacana wacana muncul muncul sebaga sebagaii suatu suatu reaksi reaksi terhad terhadap ap lingui linguisti stik k murni murni yang yang tidak tidak bisa bisa mengungkapkan mengungkapkan hakikat bahasa secara sempurna. sempurna. Dalam hal ini para pakar analisis analisis wacana mencoba memberikan alternatif dalam memahami hakikat bahasa tersebut. Analisis wacana mengkaji bahasa secara terpadu, dalam arti tidak terpisah-pisah seperti dalam linguistik, semua unsur bahasa terkait pada konteks pemakaian. Oleh karena itu, analisis wacana sangat penting untuk memahami hakikat bahasa dan perilaku berbahasa termasuk belajar bahasa. Analisis wacana adalah suatu disiplin ilmu yang berusaha mengkaji penggunaan bahasa yang nyata dalam komunikasi. Stubbs Stubbs (1983: (1983:1) 1) mengata mengatakan kan bahwa bahwa analis analisis is wacana wacana merupa merupakan kan suatau suatau kajian kajian yang yang meneliti dan menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah, baik lisan maupun tulis, tulis, misalnya misalnya pemakaian pemakaian bahasa dalam komunikasi komunikasi sehari-hari. sehari-hari. Selanjutny Selanjutnyaa Stubbs menjelaskan bahwa analisis wacana menekannkan kajiannya pada penggunaan bahasa dalam kontes sosial, khususnya dalam penggunaan bahasa antarpenutur. Jadi, jelasnya analisi analisiss wacana wacana bertuj bertujuan uan untuk untuk mencar mencarii ketera keteratur turan, an, yaitu yaitu hal-ha hal-hall yang yang berkai berkaitan tan dengan keberterimaan penggunaan bahasa di masyarakat secara realita dan cenderung tidak merumuskan kaidah bahasa seperti dalam tata bahasa. 9 Kartomiharjo (1999:21) mengungkap bahwa analisis wacana merupakan cabang ilmu bahasa yang dikembangkan untuk u ntuk menganalisis suatu unit bahasa yang lebih besar dari pada kalimat.10 Analisis wacana lazim digunakan untuk menemukan makna wacana yang persis sama atau paling tidak sangat ketat dengan deng an makna yang dimaksud oleh pembicara dalam d alam wacana lisan, atau atau oleh oleh penuli penuliss dengan dengan wacana wacana tulis. tulis.Tat Tataa wacana wacana terdir terdirii dari dari sekump sekumpula ulan n peratu peraturan ran- peraturan tak tertulis serta asumsi-asumsi yang dipahami bersama sebagai upaya untuk mengatur apa yang pantas ditulis, dipikirkan dan dilakukan dalam suatu bidang. Analisis wacana wacana mempela mempelajar jarii bagaim bagaimana ana peratu peraturan ran-per -peratu aturan ran,, konvens konvensi-k i-konve onvensi nsi dan prosed prosedurur prosedur yang membenarkan dan menentukan tata wacana (discursive discursive practice practice)). Ia menelusuri secara mendalam segala sesuatu yang dikatakan atau ditulis dalam masyarakat, sistem umum, repertoir dari topik-topik pembicaraan, aturan-aturan yang dinyatakan yang 9
Ibid. hlm15 Ibid. hlm15
10
mengatur apa yang boleh dikatakan dan apa yang tidak boleh, apa yang bisa diperdebatkan dalam suatu bidang kajian. Aliran ini juga menentukan objek penelusuran secara berbeda, yakni memfokuskan memfokuskan meskipun meskipun tidak secara eksklusif, eksklusif, terhadap materi-mat materi-materi eri tertulis tertulis dalam konteks lembagawi, sosial dan politis. Analisis wacana dalam pengertian ini tidak lebih mementi mementingka ngkan n disipl disiplinin-dis disipl iplin in budaya budaya tinggi tinggi sepert sepertii susast susastra, ra, filsaf filsafat at dan sejara sejarah, h, ia menggunakan menggunakan metode-met metode-metode ode analisis analisis isi, naratologi, naratologi, semiotik semiotik dan ideologiekritik untuk mengungkap diskursus/wacana dalam kehidupan sehari-hari. d. Pendeka Pendekatan tan dalam dalam Kajian Kajian Wacana Wacana Sebua Sebuah h waca wacana na memp mempuny unyai ai dime dimens nsii yang yang luas luas karen karenaa waca wacana na dipr diprodu oduks ksii oleh oleh masyarakat pemiliknya yang beragam dan kaya budaya. Untuk memahami secara mendalam dan tuntas diperlukan berbagai sudut pandang. Ada lima macam pendekatan dalam mengkaji wacana, yakni pendekatan pendekatan (a) pendekatan struktural struktural,, (b) pendekatan sosioling sosiolinguisti uistik, k, (c) pendekatan pragmatik, (d) pendekatan tindak tutur, dan (e) pendekatan kritis atau dikenal dengan analisis wacana kritis (AWK). 1. Pendekatan Struktural
Kajian wacana dengan pendekatan struktural berasumsi bahwa sebuah wacana adalah adalah suatu suatu strukt struktur ur yang yang memili memiliki ki berbag berbagai ai kompone komponen n yang yang saling saling bekerj bekerjaa sama. sama. Tujuan Tujuan utama utama kajian kajian wacana wacana dengan dengan pendekat pendekatan an strukt struktura urall adalah adalah menggam menggambar barkan kan substansi suatu wacana sebagai sebuah bangunan. Sasaran kajiannya adalah menemukan dan mengungkap komponen pembangun wacana dan hubungan antarkomponen (relasi “syn function”) pembangun wacana.
Objek kajian kajian wacana dengan pendekatan pendekatan struktural struktural adalah adalah unsur-unsur unsur-unsur internal internal yang yang terdapa terdapatt dalam dalam sebuah sebuah wacana wacana.. Misaln Misalnya ya memotr memotret et dan memaham memahamii (1) kohesi kohesi wacana, wacana, (2) koheren koherensi si wacana, wacana, (3) konteks konteks dan ko-teks, ko-teks, (4) topik, topik, dan (5) struktu struktur r kewacanaan. a. Kohe Kohesi si Wac Wacan ana, a, b. Koherensi Wacana, c. Kontek Kontekss Dan Dan Ko-Te Ko-Teks, ks,
d. Topi Topik, k, dan dan e. Strukt Struktur ur Kewaca Kewacanaa naan. n.
Kohesi dan Koherensi Wacana Bahasa Indonesia Istilah kohesi mengacu pada hubungan antarbagian dalam sebuah teks yang ditandai oleh penggunaan unsur bahasa sebagai pengikatnya. Kohesi merupakan salah satu unsur pembentuk koherensi. Oleh sebab itu, dalam sebuah teks koherensi lebih penting dari kohesi. Namun bukan berarti kohesi tidak penting, Jenis alat kohesi ada tiga, yaitu substitusi, konjungsi, dan leksikal. Koherensi adalah kepaduan gagasan antarbagian dalam wacana. Kohesi merupakan salah satu cara untuk membentuk koherensi. Cara lain adalah menggunakan bentuk-bentuk yang mempunyai hubungan parataksis dan hipotaksis (parataxis and hypotaxis). Hubungan parataksis itu dapat diciptakan dengan menggunakan pernyataan atau gagasan yang sejajar (coordinative) dan subordinatif. Penataan koordinatif berarti menata ide yang sejajar secara beruntun.
KONTEKS WACANA BAHASA INDONESIA
Hakikat Konteks Konteks adalah sesuatu yang menjadi sarana untuk memperjelas suatu maksud. Sarana yang yang dimaks dimaksud ud ialah ialah bagian bagian ekspre ekspresi si yang yang menduk mendukung ung kejela kejelasan san maksud maksud dan situas situasii yang yang berhubungan dengan suatu kejadian. Konteks yang berupa bagian ekspresi yang dapat memperjela memperjelass maksud maksud disebut disebut ko-teks ko-teks (co-text ). ). Konteks yang berupa situasi yang berhubungan dengan kejadian lazim disebut konteks (context (context ) ( Hallyday,M.A.K & Hasan R, 1976 : 29; Rust Ruston ono, o, 1999 1999 : 20; 20; Rani Rani,, dkk., dkk., 2006 2006 : 16). 16). Ko-t Ko-tek ekss dan konte konteks ks dala dalam m anal analis isis is waca wacana na merupak merupakan an dua hal yang yang saling saling meleng melengkapi kapi.. Dengan Dengan demiki demikian, an, mengka mengkaji ji wacana wacana sangat sangat bermanfaat untuk memahami makna/maksud penggunaan bahasa yang sebenarn ya. Konteks wacana dibentuk oleh berbagai unsur, yaitu situasi, pembicara, pendengar, waktu, tempat, adegan, topik, peristiwa, bentuk amanat, kode, saluran (Alwi 1998:421). Konteks wacana meliputi: a.
konteks konteks fisis ( physical physical context ) yang meliputi meliputi tempat tempat terjadiny terjadinyaa pemakaia pemakaian n bahasa bahasa pada suatu komunitas, komunitas, objek yang disajikan dalam peristiwa komunikasi itu dan tindakan atau perilaku dari pada peran dalam peristiwa peristiwa komunikasi komunikasi itu.
b.
konteks epistemis (epistemic (epistemic context ) atau latar belakang pengetahuan yang sama-sama diketahui oleh para pembicara maupun pendengar.
c.
Konteks linguistik (linguistic (linguistic context ) yang terdiri atas kalimat-kalimat atau tuturan-tuturan yang mendahului satu kalimat atau tuturan tertentu dalam peristiwa komunikasi.
d.
Konteks sosial ( social context ) yaitu relasi sosial dan latar setting yang melengkapi hubungan antara pembicara (penutur) (penutur) dengan pendengar pendengar (mitra tutur).
Konteks adalah benda atau hal yang berada bersama teks dan menjadi lingkungan atau situasi penggunaan bahasa. Konteks tersebut dapat berupa konteks linguistik dan dapat pula berupa konteks ekstralinguistik. Konteks linguistik yang juga berupa teks atau bagian teks dan menjadi lingkungan sebuah teks dalam wacana yang sama dapat disebut konteks ekstralinguistik berupa hal-hal yang bukan unsur bahasa, seperti partisipan, topik, latar atau setting (tempat, waktu, dan peristiwa), saluran (bahasa lisan atau tulis), tulis), bentuk komunikasi (dialog, monolog, atau polilog) Pengguna bahasa harus memperhatikan konteks agar dapat menggunakan bahasa secara tepat dan menentukan makna secara tepat pula. Dengan kata lain, pengguna bahasa senantiasa terikat konteks dalam menggunakan bahasa. Konteks yang harus diperhatikan adalah konteks linguistik dan konteks ekstralinguistik. ek stralinguistik. Macam-macam Konteks Konteks adalah sesuatu yang menyertai atau yang bersama teks. Secara garis besar, konteks wacana dibedakan atas dua kategori, yakni konteks linguistik dan konteks ekstralinguistik. Konteks linguistik adalah konteks yang berupa unsur-unsur bahasa. Konteks linguistik itu mencakup penyebutan depan, sifat kata kerja, kata kerja bantu, dan proposisi positif Di samping konteks ada juga koteks. Koteks adalah teks yang berhubungan dengan sebuah teks yang lain. Koteks dapat pula berupa unsur teks dalam sebuah teks.Wujud koteks bermacammacam, dapat berupa kalimat, pargraf, dan bahkan wacana. Konteks ekstralinguistik adalah konteks yang bukan berupa unsur-unsur bahasa. Konteks ekstralinguistik itu mencakup praanggapan, partisipan, topik a tau kerangka topik, latar, saluran, dan kode. Partisipan adalah pelaku atau orang yang berpartisipasi dalam peristiwa komunikasi berbahasa. Partisipan mencakup penutur, mitra tutur. dan pendengar. Latar adalah tempat dan waktu serta peristiwa beradanya komunikasi. Saluran adalah ragam bahasa dan sarana yang
digunakan dalam penggunaan wacana. Kode adalah bahasa atau dialek yang digunakan dalam wacana. Dalam menganalisis wancana sasaran utamanya bukan pada struktur kalimat tetapi pada status dan nilai fungsional kalimat dalam konteks, baik itu konteks linguistik ataupun konteks ekstralinguistik. Tiga manfaat konteks dalam analisis wancana. 1. Penggunaan Penggunaan konteks konteks untuk untuk mencari mencari acuan, acuan, yaitu yaitu pembentukan pembentukan acuan berdasa berdasarkan rkan konteks konteks linguistik. 2. Penggunaan Penggunaan konteks konteks untuk untuk menentukan menentukan maksud maksud tuturan, tuturan, yaitu yaitu bahwa bahwa maksud maksud sebuah tuturan ditentukan oleh konteks wancana. 3. Penggunaan Penggunaan konteks konteks untuk mencari mencari bentuk bentuk tak terujar terujar yaitu yaitu bentuk bentuk yang memiliki memiliki unsur unsur tak terujar atau bentuk eliptis adalah bentuk yang hanya dapat ditentukan berdasarkan konteks.
BAB III KESIMPULAN
Analisis wacana sangat berpengaruh dalam perkembangan bahasa yaitu suatu kajian yang meneli meneliti ti dan mengana menganali lisis sis bahasa bahasa yang yang diguna digunakan kan secara secara alamiah, alamiah, baik baik lisan lisan maupun maupun tulis, tulis, misalnya pemakaian bahasa dalam komunikasi sehari-hari. Padahal awalnya diperkenalkan oleh Harris melalui artikel Discourse Analysis dalam jurnal Language, Language, No. 28/1952, 1-30. Dalam artikel itu Harris membicarakan wacana iklan dengan menelaah saling hubungan antara kalimatkalimat yang menyusunnya dan kaitan antara teks dengan masyarakat dan budayayang mengkaji
kaidah bahasa dan menjelaskan bagaimana kalimat-kalimat dalam suatu teks dihubungkan oleh semacam tatabahasa yang diperluas.
DAFTAR PUSTAKA http://berandakosong.blogspot.com/2011/10/pendekatan-wacana.html http://andriew.blogspot.com/2011/03/pengertian-wacana-dan-analisis-wacana.html Baryadi Praptomo. 2002. Dasar-dasar Analisis Wacana dalam Ilmu Bahasa. Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Gondhosuli.
Eriyanto. 2001. Analisis 2001. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Media. Yogyakarta: LKIS Hasan Alwi. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi 3. 3 . Jakarta: Balai Pustaka.
Jorgens Jorgensen, en, Marian Marianne ne W. dan Louise Louise J. Philip Philips. s. 2007. 2007. Analisis Wacana Teori dan Metode. Metode. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Lukman Lukmanaa dan E. Aminud Aminuddin din Aziz Aziz dan Dede Kosasih. Kosasih. 2006. Linguistik Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Mulyana. 2005. Kajian 2005. Kajian Wacana : Teori, Metode dan Aplikasi Prinsip-Prinsip Analisis Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana. Pain Paina. a. 2010. 2010. “Tin “Tindak dak Tutu Tuturr Komi Komisi siff Baha Bahasa sa Jawa Jawa:: Kaji Kajian an Sosio Sosiopr prag agma mati tik”. k”. Disertasi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Poerwadarminta, Poerwadarminta, W. J. S. 1976. Kamus 1976. Kamus Umum Bahasa Bahasa Indonesia. Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka. Silvana Silvana Sinar, Sinar, Tengku. 2008. Teori dan Analisis Analisis Wacana : Pendekatan Pendekatan Sistematik Sistematik Fungsional. Fungsional. Medan: Pustaka Bangsa Press. Yoce Aliah. 2009. Analisis 2009. Analisis Wacana Kritis. Kritis. Bandung: Yrama