Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH Volume 3 Nomor 1, September 2016 ANALISIS SALURAN PEMASARAN KELAPA (Cocos Nucifera L.) (Suatu Kasus di Desa Karyamukti Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis) Oleh : Dani Ramdani1, Dedi Herdiansah S2, Zulfikar Noormansyah3 1,2,3
Fakultas Pertanian Universitas Galuh
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui saluran pemasaran kelapa mulai dari produsen sampai ke konsumen, besarnya marjin pemasaran pada masing-masing lembaga pemasaran kelapa dari produsen ke konsumen, dan persentase harga yang diterima petani (Farmer’s Share) dalam proses pendistribusian kelapa di Desa Karyamukti Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survai. Sampel yang diambil sebagai responden sebanyak 30 orang petani, dari seluruh anggota populasi yang berjumlah 302 orang dengan menggunakan metode Simple Random Sampling. Sedangkan jumlah pedagang pengumpul 3 orang, pedagang pengecer 2 orang, dan pedagang besar 2 orang, yang diambil dengan cara Snowball Sampling Method. Analisis data dilakukan dengan cara deskriptif.Hasil analisis menunjukkan bahwa : 1) TerdapatduasaluranpemasarankelapadariDesaKaryamuktisampaikepasar Cirebon yaitu saluran 2 tingkat dan saluran 3 tingkat. 2) Besarnya marjin, biaya dan keuntungan pemasaran pada masing-masing lembaga pemasaran pada saluran pemasaran I di pedagang pengumpul Rp. 500,- per butir, pedagang Besar Rp. 200,per butir, pedagang pengecer Rp. 200,- per butir, dan pada saluran II di pedagang pengumpul Rp. 500,- per butir, pedagang pengecer Rp. 400,- perbutir. Besarnya biaya yang dikeluarkan oleh setiap lembaga pemasaran pada saluran pemasaran I di pedagang pengumpul Rp. 128,89,- per butir, pedagang besar Rp. 63,19 per butir, pedagang pengecer Rp. 82,38 per butir dan pada saluran II di pedagang pengumpul Rp. 133,41,- per butir, dan pedagang pengecer Rp. 65,89,- per butir. Sedangkan besarnya keuntungan pada masing-masing lembaga pemasaran pada saluran pemasaran I di pedagang pengumpul Rp. 371,11 per butir, pedagang besar Rp. 136,81,-per butir, pedagang pengecer Rp. 117,62,- per butir, dan pada saluran II di pedagang pengumpul Rp. 366,59,- per butir, pedagang pengecer Rp. 334,11. 3) Bagianharga yang diterimapetaniatau farmer’s share padasaluran pemasaran I dansaluran pemasaran II adalahsamabesar 59,09 % dariharga yang dibayarkankonsumen, karenaharga di petanipadasaluran pemasaran I dansaluran pemasaran II sertaharga yang diterimakonsumen(hargaeceran) padasaluran pemasaran I dansaluran pemasaran II adalahsamayaitumasing-masingsebesarRp. 1.300,- per butirdanRp 2.200,- per butir. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian subsektor perkebunan memiliki arti penting, terutama di negara berkembang yang selalu berupaya untuk meningkatkan sumberdaya alam secara lestari dan berkelanjutan. Selain itu, subsektor perkebunan mempunyai peranan penting dalam pembangunan nasional, terutama dalam meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, penerimaan devisa Negara, penyediaan lapangan kerja, perolehan nilai tambah dan daya saing, pemenuhan konsumsi dalam negeri, serta optimalisasi pengolahan sumberdaya alam secara berkelanjutan (Widianti, Noor dan Goni, 2008). Pembangunan perkebunan merupakan bagian dari pembangunan pertanian yang berkesinambungan yang berbasis pada industri dan berorientasi bisnis, dengan demikian sasaran atau tujuan dari pembangunan perkebunan khususnya dan pembangunan pertanian pada umumnya adalah untuk meningkatkan dan menumbuh kembangkan perekonomian perdesaan dalam menunjang pembangunan nasional (Dinas kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Ciamis, 2014) Menurut Sukamto (2008), kelapa (Cocos
nucifera.L) adalah salah satu jenis tanaman perkebunan yang banyak ditanam oleh masyarakat perdesaan, mengingat tanaman kelapa memiliki peranan yang sangat besar bagi kehidupan masyarakat terutama dalam meningkatkan pendapatan. Selain itu kelapa mempunyai kemampuan berproduksi sepanjang tahun secara terus menerus dan siap dijual kapanpun (dalam keadaan kelapa tua) untuk memenuhi kebutuhan keluarga petani. Di Jawa Barat komoditas kelapa merupakan komoditas unggulan dan merupakan salah satu provinsi yang mempunyai areal cukup luas, yaitu 172.806 hektar dengan produksi sebesar 104.408 ton dan produktivitas 830 kg per hektar (Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat, 2014). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) Saluran pemasaran kelapa mulai dari produsen sampai ke konsumen, besarnya marjin pemasaran pada masing-masing lembaga pemasaran kelapa dari produsen ke konsumen. (2) Bagian harga yang diterima petani (Farmer’s Share) dalam proses pendistribusian kelapa di Desa Karyamukti Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH Volume 3 Nomor 1, September 2016 METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah metode survai, dengan mengambil kasus di Desa Karyamukti Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis.Menurut Arikunto (2006) metode survai adalah metode penelitian yang dilakukan untuk mengadakan pemeriksaan dan pengukuranpengukuran terhadap gejala empiris yang berlangsung di lapangan atau lokasi penelitian, umumnya dilakukan terhadap unit sampel yang dihadapi sebagai responden dan bukan seluruh populasi sasaran. Operasionalisasi Variabel Untuk mempermudah dan memperjelas pemahaman dalam penelitian ini, maka variabelvariabel yang diamati dan berhubungan dengan penelitian ini dioperasionalisasikan sebagai berikut: 1. Saluran pemasaran adalah seperangkat lembaga yang melaksanakan kegiatan (fungsi pemasaran) yang digunakan untuk mengalirkan komoditas kelapa dari tangan produsen sampai ke konsumen. 2. Marjin pemasaran adalah selisih antara harga yang diterima petani produsen dengan harga yang dibayarkan konsumen akhir, dinyatakan dalam satuan rupiah per butir (Rp/butir) 3. Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses pendistribusian kelapa dari tangan produsen sampai kepada konsumen, biaya pemasaran ini mencakup: a. Biaya pengangkutan, meliputi biaya dari kegiatan yang ditujukan untuk menggerakkan barang-barang dari tempat pembelian sampai ketempat penjualan, dinyatakan dalam satuan rupiah per butir. b. Biaya penanggungan resiko yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menghindari segala bentuk resiko yang terjadi dan akan terjadi selama pengaliran barang dari produsen ke konsumen, baik karena kehilangan, turunnya harga dan lain-lain, dinyatakan dalam satuan rupiah per butir. c. Biaya bongkar muat adalah biaya yang dikeluarkan untuk menaikan dan menurunkan buah kelapa dari truk dihitung dalam satuan rupiah per butir. d. Biaya retribusi adalah biaya yang dikeluarkan oleh pedagang perantara yang biasanya dikeluarkan secara resmi dihitung dalam satuan rupiah per butir. e. Biaya lain-lain meliputi biaya penyimpanan, dan pungutan-pungutan lainnya, dinyatakan dalam satuan rupiah per butir (Rp/butir). 4. Keuntungan pemasaran merupakan selisih antara marjin pemasaran dengan biaya pemasaran, dinyatakan dalam satuan rupiah per butir (Rp/butir).
5. Harga jual dan harga beli kelapa merupakan harga rata-rata pada waktu penelitian, dinyatakan dalam satuan rupiah per butir (Rp/butir). 6. Petani kelapa adalah petani yang membudidayakan kelapa yang kemudian menjual hasil produksinya. 7. Lembaga pemasaran adalah orang, perusahaan atau lembaga yang terlibat langsung dalam pengaliran kelapa dari petani sampai konsumen, yaitu : a) Pedagang pengumpul adalah mereka yang memiliki modal kerja, aktif membeli dan mengumpulkan kelapa dari petani kelapa. b) Pedagang besar adalah pedagang yang membeli kelapa, dalam jumlah besar dari pedagang pengumpul atau langsung dari petani. c) Pedagang pengecer adalah individu atau badan yang membeli kelapa dari pedagang besar kemudian dijual secara langsung kepada konsumen. 8. Konsumen akhir adalah pembeli kelapa dari petani atau pedagang pengecer untuk kegiatan konsumsi bukan kegiatan produksi. 9. Volume penjualan adalah merupakan volume produk yang dijual oleh perantara atau lembaga pemasaran, dinyatakan dalam satuan butir. 10. Volume pembelian merupakan volume produk yang dibeli oleh perantara atau lembaga pemasaran, dinyatakan dalam satuan butir. 11. Harga beli adalah harga yang dibayarkan oleh masing-masing lembaga pemasaran atau konsumen guna mendapatkan barang-barang yang diinginkan, dihitung dalam satuan rupiah per butir. Harga jual adalah harga yang diterima oleh masing-masing lembaga pemasaran atau produsen sebagai pengganti atas komoditi yang dipasarkannya, dihitung dalam satuan rupiah per butir. 12. Penyusutan adalah besarnya jumlah barang yang tidak tersalurkan selama proses pemasaran produk dan dihitung dalam satuan butir per satu kali penjualan. 13. Farmer’s Share adalah bagian harga yang diterima produsen yang dinyatakan dalam satuan persen. Teknik Pengumpulan Data Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari petani kelapa dan lembaga pemasaran yang berperan aktif dalam mekanisme pemasaran kelapa dengan cara melakukan wawancara langsung dengan responden dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah di persiapkan sebelumnya. Sedangkan data sekunder diperoleh dari Dinas, instansi, lembaga dan studi kepustakaan yang terkait dengan penelitian ini.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH Volume 3 Nomor 1, September 2016 Teknik Penarikan Sampel Jumlah petani kelapa yang dijadikan responden diambil 10 persen yaitu 30 orang dari total anggota populasi sebanyak 302 orang, dengan menggunakan metode simple random sampling. Pengambilan sampel untuk penelitian menurut Arikunto (2006), jika subjeknya kurang dari 100 orang sebaiknya diambil semuanya, jika subjeknya besar atau lebih dari 100 orang dapat diambil 10-15 persen atau 2025 persen atau lebih. Sedangkan untuk pedagang perantara dilaksanakan secara sensus terhadap pedagang pengumpul sebanyak 3 orang, pedagang besar sebanyak 2 orang dan pedagang pengecer sebanyak 2 orang, dengan menggunakan metode penelusuran berdasarkan aliran barang atau teknik penarikan sampel bola salju (Snowball sampling method).
TC = total Biaya ditingkat lembaga pemasaran π =keuntungan ditingkat lembaga pemasaran Mm= Marjin pemasaran ditingkat lembaga pemasaran π = Mm – TC Keterangan : π =Keuntungan ditingkat lembaga pemasaran Mm = Marjin pemasaran ditingkat lembaga pemasaran TC = total biaya ditingkat lembaga pemasaran 3.
Bagian harga yang diterima petani (farmer’s share) FS = x 100 % Keterangan : FS = Bagian harga yang diterima produsen (Farmer’s share) Pf = Harga ditingkat petani (Rp/Butir) Pr = Harga ditingkat lembaga pemasaran (Rp/Butir)
Rancangan Analisis Data Data yang diperoleh ditabulasi, kemudian dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui saluran pemasaran atau peredaran kelapa. Sedangkan untuk HASIL DAN PEMBAHASAN mengetahui marjn pemasaran, biaya pemasaran, Identitas Responden keuntungan pemasaran dan Farmer’s share Responden dalam penelitian ini terdiri dari digunakan rumus menurut (Angipora, 2006) dengan produsen, pedagang pengumpul, pedagang besar dan formulasi sebagai berikut: pedagang pengecer. Identitas responden meliputi 1. Marjin pemasaran : umur, tingkat pendidikan, tanggungan keluarga dan Mm = Pe-PF pengalaman berusaha. Selengkapnya mengenai Keterangan : identitas responden dibahas sebagai berikut : Mm = marjin pemasaran di tingkat lembga pemasaran 1. Umur Responden Pe = Harga jual produk di tingkat Umur merupakan salah satu faktor yang dapat lembaga pemasaran ke i mempengaruhi kemampuan seseorang dalam Pf = Harga beli produk di tingkat bekerja. Semakin tua usia seseorang maka petani kemampuannya akan semakin berkurang. Sebagian 2. Biaya dan keuntungan pemasaran : besar responden masih tergolong ke dalam usia Karena dalam marjin pemasaran terdapat 2 produktif, sehingga mempunyai tingkat kemampuan komponen yaitu komponen biaya dan yang memungkinkan untuk menjalankan usahanya. komponen keuntungan, maka : Umur responden selengkapnya dapat dilihat pada Mm = π + TC Tabel 1. TC = Mm – π Keterangan : Tabel 1. Umur Responden Jumlah responden (orang) Kelompok Jumlah No Umur Persentase (%) Produsen Pedagang Pedagang Pedagang (orang) (Tahun) Pengumpul Besar Pengecer 1 15-64 30 2 2 2 36 97,29 2 >64 1 1 2,71 Jumlah 30 3 2 2 37 100,00 Tabel 1menunjukkan bahwa sebagian besar responden termasuk dalam usia produktif (15-64), yaitu sebanyak 36 orang atau 97,29 persen dari seluruh jumlah responden yang diteliti. 2.Pendidikan Responden Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi pada proses penerimaan dan penerapan suatu teknologi oleh seseorang. Semakin tinggi pendidikan seseorang diharapkan semakin tinggi pula penerimaan dan penerapan teknologinya dibandingkan dengan yang tingkat pendidikannya lebih rendah.Tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH Volume 3 Nomor 1, September 2016 Tabel 2.Tingkat Pendidikan Responden
No 1 2 3 4 5
Tingkat Pendidikan
Produsen
Tidak Sekolah Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Sarjana/Diploma Jumlah
3 11 8 6 2 30
Responden (orang) Pedagang Pedagang Pengumpul Besar 2 1 2 3 2
Pedagang Pengecer 2 2
Jumlah (orang)
Persentase (%)
3 13 9 10 2 37
8,12 35,13 24,32 27,02 6,41 100,00
Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar pendidikan responden tamatan SD yaitu 13 orang 35,13 persen dari seluruh responden yang diteliti. Hal tersebut menunjukkan bahwa mayoritas pendidikan responden masih tergolong relatif rendah. 3.Tanggungan Keluarga Responden Tanggungan keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah banyaknya jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan responden untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.Tanggungan keluarga responden dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Tanggungan Keluarga Responden No
1. 2.
Tanggungan Keluarga (orang) 0-3 >3 Jumlah
Produsen 24 6 30
Responden (orang) Pedagang Pedagang Pengumpul Besar 3 1 1 3 2
Pedagang Pengecer 2 2
Jumlah (orang)
Persentase (%)
30 7 37
81,08 18,92 100,00
Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar jumlah tanggungan keluarga responden yang mempunyai tanggungan keluarga 0 sampai 3 orang sebanyak 30 orang atau 81,08 persen dan responden yang mempunyai tanggungan keluarga lebih dari 3 orang sebanyak 7 orang atau 18,91 persen. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden sangat mendukung terhadap program KB yang disarankan oleh pemerintah.. 4. Pengalaman Berusaha Responden Pengalaman berusaha merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi usahanya. Semakin lama pengalaman seseorang maka akan lebih banyak pengalaman yang telah dirasakan sehingga kemampuan berusahanya pun akan lebih maksimal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Pengalaman Berusaha Responden No
Pengalaman Berusaha (Tahun) 1 1-10 2 11-20 3 21-30 Jumlah
Produsen 17 11 2 30
Responden (orang) Pedagang Pedagang Pengumpul Besar 2 1 2 3 2
Tabel 4 menunjukkan bahwa pengalaman berusaha responden yang paling banyak antara 1 sampai dengan 10 tahun yaitu sebanyak 19orang atau 51,35 persen dari seluruh responden yang diteliti. Analisis Saluran Pemasaran Saluran pemasaran merupakan jembatan antara petani produsen dengan konsumen melalui tingkatan lembaga pemasaran.Saluran pemasaran yang dilalui
Pedagang Pengecer 2 2
Jumlah (orang) 19 16 2 37
Persentase (%) 51,35 43,24 5,41 100,00
sangat berpengaruh terhadap keuntungan yang diterima oleh masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat dalam penyaluran kelapa.Lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran kelapa dari petani sampai ke tangan konsumen adalah petani produsen, pedagang pengumpul, pedagang besar dan pedagang pengecer.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH Volume 3 Nomor 1, September 2016 Berdasarkan hasil penelitian di Desa Karyamukti Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis terdapat dua saluran pemasaran kelapa yaitu : Saluran pemasaran 1 : Petani → Pedagang Pengumpul →Pedagang Besar Pasar Cirebon→ Pedagang Pengecer Pasar Cirebon→ Konsumen Saluran pemasaran II : Petani → Pedagang Pengumpul → Pedagang Pengecer Pasar Cirebon→ Konsumen. Analisis Marjin, Biaya dan Keuntungan Pemasaran Perlakuan dan Pembiayaan oleh PedagangPengumpul Pedagang pengumpul dalam proses pemasaran kelapa hanya melakukan perlakuan bongkar dan muat terhadap produk yang dibelinya dari petani produsen. Setelah produk terkumpul kemudian diangkut sampai ke lokasi pedagang besar dan pedagang pengecer, sedangkan biaya transportasi ditanggung oleh pedagang pengumpul. Biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul dalam proses penjualan kelapa yaitu biaya bongkar muat, transportasi, retribusi, biaya penyusutan dan biaya lainnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel
5.
Rata-rata Marjin Biaya, dan Keuntungan Pemasaran pada Pedagang Pengumpul
No
Uraian
1 2 3 4
Harga Beli Harga Jual Marjin Biaya - Bongkar muat - Transportasi - Retribusi - Lain-lain Jumlah Keuntungan
5
Saluran pemasaran I (Rp/Butir) 1.300 1.800 500
Saluran pemasaran II (Rp/Butir) 1.300 1.800 500
14,67
17,23
91,67 22,22 0,33 128,89 371,11
98,45 17,48 0,25 133,41 366,59
Tabel 5 menunjukkan bahwa rata-rata marjin pemasaran di pedagang pengumpul pada saluran I dan Saluran II sama yaitu sebesar Rp. 500.per butir. Rata-rata biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul pada saluran pemasaran I sebesar Rp. 128,89,- per butir dan pada saluran pemasaran II sebesar Rp. 133,41,- per butir. Rata–rata keuntungan yang diperoleh pedagang pengumpul pada saluran pemasaran I sebesar Rp. 371,11,- per butir dan pada saluran pemasaran II sebesar Rp. 366,59,- per butir.
Perlakuan dan Pembiayaan oleh Pedagang Besar Perlakuan yang dilakukan oleh pedagang besar untuk mempertahankan kualitas kelapa berkaitan erat dengan besarnya biaya yang dikeluarkan oleh pedagang besar.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6 Tabel
No 1 2 3 4
5
6.
Rata-rata Marjin Biaya, dan Keuntungan Pemasaran pada Pedagang Besar Uraian
Harga Beli Harga Jual Marjin Biaya - Sewa Tempat - Retribusi - Bongkar muat - Lain-lain Jumlah Keuntungan
Saluran I (Rp/Butir) 1.800 2.000 200 6,38 28,405 28,28 0,125 63,19 136,81
Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata marjin pemasaran di pedagang besar pada saluran pemasaran I sebesar Rp. 200,- per butir sedangkan rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh pedagang besar pada saluran pemasaran I sebesar Rp. 63,19,per butir, sehingga keuntungan yang diperoleh pedagang besar pada saluran pemasaran I sebesar Rp. 136,81,- per butir. Sedangkan pada saluran pemasaran II tidak ada pedagang besar. Perlakuan dan Pembiayaan oleh Pedagang Pengecer Perlakuan yang dilakukan oleh pedagang pengecer terhadap produk kelapa adalah pengangkutan, penyimpanan dan bongkar muat. Dalam proses pengaliran barang sampai ke konsumen, ternyata mereka mengeluarkan biayabiaya. Setiap lembaga pemasaran melakukan fungsi-fungsi pemasaran yang dapat menciptakan kegunaan, baik guna bentuk, guna waktu dan guna tempat, sehingga dapat mempermudah konsumen untuk memperoleh kelapa tersebut. Dalam proses pengaliran produk dari titik produksi sampai ke konsumen diperlukan perlakuan agar produk sampai ke konsumen sesuai dengan yang diinginkan. Perlakuan tersebut mempengaruhi besarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh setiap lembaga pemasaran yang dilaluinya serta akan berpengaruh pula terhadap besarnya marjin dan keuntungan pemasaran.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel
7.Rata-rata Marjin Biaya, Keuntungan Pemasaran Pedagang Pengecer
dan pada
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH Volume 3 Nomor 1, September 2016
No
Uraian
1 2 3 4
Harga Beli Harga Jual Marjin Biaya - Transportasi - Sewa Tempat - Retribusi - Lain-lain Jumlah Keuntungan
5
Saluran I (Rp/Butir) 2.000 2.200 200
Saluran II (Rp/Butir) 1.800 2.200 400
12,82 24,04
11,12 20,85
22,76 0,32 82, 38 117,62
16,96 0,28 65,89 334,11
Tabel 7 menunjukkan bahwa rata-rata marjin pemasaran pedagang pengecer saluran I sebesar Rp. 200,- per butir dan pada saluran II sebesar Rp. 400,per butir. Rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer pada saluran pemasaran I sebesar Rp. 82,38,- per butir dan pada saluran pemasaran II sebesar Rp. 65,89,- per butir. Sedangkan rata-rata keuntungan yang diperoleh pedagang pengecer pada saluran pemasaran I sebesar Rp. 117,62,- per butir dan pada saluran II sebesar Rp. 334,11,- per butir. Farmer’s Share atau Persentase Bagian Harga yang Diterima Petani Farmer’s Share adalah perbandingan harga yang diterima petani produsen dengan harga yang dibayarkan konsumen yang dikalikan 100 persen.Untung ruginya para petani tidak ditentukan oleh besar kecilnya nilai farmer’s share, tetapi dipengaruhi oleh harga produk dan biaya yang dikeluarkannya. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahawa saluran pemasaran I harga jual di tingkat petani yaitu Rp. 1.300,- per butir, di tingkat pedagang pengumpul Rp. 1.800,- per butir, di tingkat pedagang besar sebesar Rp. 2.000,- per butir dan di tingkat pedagang pengecer sebesar Rp. 2.200,- per butir. Sedangkan untuk saluran pemasaran II harga jual di tingkat petani yaitu Rp. 1.300,- per butir, di tingkat pedagang pengumpul Rp, 1.800,- per butir dan di tingkat pedagang pengecer sebesar Rp. 2.200,- per butir. Maka besarnya nilai farmer’s share adalah sebagai berikut : FS = x 100 % .
FS = x100 % . FS = 59,09 % Dari hasil perhitungan diperoleh nilai farmer’s share kedua saluran pemasaran yaitu sebesar 59,09 persen, artinya bagian harga yang diterima petani adalah sebesar 59,09 persen dari harga yang dibayarkan oleh konsumen. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Dari hasilanalisisdanpembahasanmakadidapatkankesimpu lansebagaiberikut : 1. TerdapatduasaluranpemasarankelapadariDesaK aryamuktisampaikepasar Cirebon Saluran pemasaran I : Petani → PedagangPengumpul→ PedagangBesarPasar Cirebon→ PedagangPengecerPasar Cirebon → Konsumen Saluran pemasaran II : Petani→ PedagangPengumpul→ PedagangPengecer Cirebon→ Konsumen 2. Besarnya marjin pemasaran pada masingmasing lembaga pemasaran pada saluran pemasaran I di pedagang pengumpul Rp. 500,per butir, pedagang Besar Rp. 200,- per butir, pedagang pengecer Rp. 200,- per butir, dan pada saluran II di pedagang pengumpul Rp. 500,- per butir, pedagang pengecer Rp. 400,perbutir. Besarnya biaya yang dikeluarkan oleh setiap lembaga pemasaran pada saluran pemasaran I di pedagang pengumpul Rp. 128,89,- per butir, pedagang besar Rp. 63,19 per butir, pedagang pengecer Rp. 82,38 per butir dan pada saluran II di pedagang pengumpul Rp. 133,41,- per butir, dan pedagang pengecer Rp. 65,89,- per butir. Sedangkan besarnya keuntungan pada masingmasing lembaga pemasaran pada saluran pemasaran I di pedagang pengumpul Rp. 371,11 per butir, pedagang besar Rp. 136,81,per butir, pedagang pengecer Rp. 117,62,- per butir, dan pada saluran II di pedagang pengumpul Rp. 366,59,- per butir, pedagang pengecer Rp. 334,11. 3. Bagianharga yang diterimapetaniatau farmer’s share padasaluran pemasaran I dansaluran pemasaran II adalahsamabesar 59,09 % dariharga yang dibayarkankonsumen, karenaharga di petanipadasaluran pemasaran I dansaluran pemasaran II sertaharga yang diterimakonsumen(hargaeceran) padasaluran pemasaran I dansaluran pemasaran II adalahsamayaitumasing-masingsebesarRp. 1.300,- per butirdanRp 2.200,- per butir. Saran Berdasarkanhasilpembahasandankesimpulan di atas, makadapatdisarankanhalsebagaiberikut : 1. Saluran pemasaran di Desa Karyamukti terdapat dua saluran pemasaran dimana petani menjual produknya ke pedagang perantara yaitu pedagang besar dan pedagang pengecer. Dalam kondisi ini pedagang masih bisa memonopoli dalam penentuan harga. Untuk itu perlu dibuka akses saluran pemasaran lainnya sehingga petani akan lebih diuntungkan. 2. Perluadanyaperbaikanfungsipemasaranyaitudal amhalpenyusutanmengingatmasihbesarnyabiay
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH Volume 3 Nomor 1, September 2016 apenyusutan yang terjadidalamrangkaianpemasarankelapadaridae rahprodusensampaikekonsumen. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta. Angipora. 2005. Dasar-dasar Pemasaran Edisi Kedua.Raja Grafindo Persada. Jakarta Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Banjarsari, 2014.Laporan Tahunan .Ciamis. Bisuk, P. 2009. Analisis Tataniaga Dan Elastisitas Transmisi Harga CPO Internasional Terhadap Harga TBS (Tandan Buah Segar) Kelapa Sawit (Studi Kasus: Desa Mananti Kecamatan Sosa Kabupaten Padang Lawas). Skripsi USU. Medan.p. 76. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Ciamis 2014. Laporan Tahunan. Ciamis. Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat. 2014. Jawa Barat Dalam Angka. Bandung. Dinas Pertanian Kabupaten Ciamis. 2014. Ciamis Dalam Angka. Ciamis. Kotler, 2005.Manajemen Pemasaran. PT Indeks Kelompok Gramedia. Jakarta. , 2008. Manajemen Pemasaran. Jakarata.Erlangga. . , 2009. Kegunaan Pemasaran. Jakarta. Erlangga. dan Keller. 2009. Prinsip Prinsip Pemasaran. Jilid I. Edisi Kedelapan. Penerbit Erlangga. Jakarta dan Keller, K. 2009. Manajemen Pemasaran. Jakarata.Erlangga. dan Keller. 2009. Manajemen Pemasaran. : Analisa, Perencanaan, Implikasi dan Kontrol. Jilid I. PT Prenhallindo. Jakarta. dan Keller. 2009. Manajemen Pemasaran.Jilid 2 Edisi 12. PT. Indeks. dan Keller. 2008. Manajemen Pemasaran yang Berbeda-Beda.Jilid 2 Edisi 12. PT. Indeks. dan Kevin. 2008. Manajemen Pemasaran. Jilid I. PT Prenhallindo. Jakarta Limbong dan Sitorus. 2002. Pengantar Tataniaga Pertanian. Diktat.Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. FakultasPertanian.Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sudiyono, A. 2005. Pemasaran Pertanian. UMM Press. Malang. Soekartawi,2002. Pungsi Saluran Pemasaran Bagi Hasil Pertanian. Raja Grafindo Persada. Jakarta. ,2008. Peranan Lembaga Pemasaran. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Sugiyono, 2007.Metode Penelitian Bisnis. Alfabetha. Bandung. , 2009. Pemasaran Pertanian. UMM Press. Malang.
Soetriono. 2006. Daya Saing Pertanian Dalam Tinjauan Analisis. Bayumedia Publishing. Malang. ,Suwandari dan Rijanto. 2006. Pengantar Ilmu Pertanian. Bayumedia. Malang. Sukamto,2008.Upaya Meningkatkan Produksi Kelapa. Penerbit PT. Penebar Swadaya. Jakarta. ,Budidaya Kelapa. Penerbit PT. Penebar Swadaya. Jakarta
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH Volume 3 Nomor 1, September 2016