BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan terbesar didunia, menurut data dari Sekretariat Jenderal Dewan dan Ketahanan Nasional pulau yang dimiliki oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebanyak 17.504 pulau. Banyaknya pulau yang dimiliki menjadi tantangan Indonesia sebagai negara berkembang. Indonesia sebagai negara berkembang tengah gencar-gencarnya melakukan pembangunan infrastruktur. Beberapa tahun terakhir ini Indonesia sedang gencar melakukan pembangunan. Baik berupa bangunan umum maupun fasilitas-fasilitas seperti transportasi massal yang nyaman dan aman, jalan yang layak, dan jembatan yang dapat menunjang akses antar wilayah. Akses dari suatu wilayah ke wilayah lain maka dibutuhkan jalan penghubung. Misalnya untuk menghubungkan dua daerah yang dibatasi oleh aliran sungai maka dibutuhkan suatu jembatan untuk memudahkan aksesibilitas daerah tersebut. Saat ini di Indonesia banyak melaksanakan pembangunan infrastruktur salah satunya di provinsi Jawa Tengah. Provinsi jawa tengah memiliki 29 kabupaten dan 6 kota, Kabupaten Wonosobo merupakan salah satu kabupaten yang berada di provinsi jawa tengah. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Magelang di timur, Kabupaten Purworejo di selatan, Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Banjarnegara di barat, serta Kabupaten Batang dan Kabupaten Kendal di utara. Sebagian besar wilayah Kabupaten Wonosobo adalah daerah pegunungan. Bagian timur (perbatasan dengan Kabupaten Temanggung) terdapat dua gunung berapi: Gunung Sindoro (3.136 meter) dan Gunung Sumbing (3.371 meter). Daerah utara merupakan bagian dari Dataran Tinggi Dieng, dengan puncaknya Gunung Prahu (2.565
meter).
Di sebelah selatan,
terdapat Waduk
Wadaslintang dan banyak terdapat sungai-sungai kecil. Wonosobo adalah wilayah dengan keadaan tanah yang begitu subur sehingga banyak sekali tanaman yang dapat tumbuh contohnya adalah sayuran dan buah. Salah satu
1
buah yang terkenal dari kabupaten Wonosobo adalah Carica. Kabupaten Wonosobo juga terkenal dengan kuliner dan pariwisatanya. Salah satu tempat wisata yang sering dikunjungi yaitu Dataran tinggi Dieng, Puncak Sikunir, Telaga Warna dan tempat wisata pemandian air hangat. Kabupaten Wonosobo terdapat 15 kecamatan, salah satu diantaranya adalah Kecamatan Wadaslintang. Wadaslintang adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, Indonesia. Pada bagian selatan Kecamatan Wadaslintang, yakni di perbatasan dengan Kabupaten Kebumen terdapat Waduk Wadaslintang yang membendung Kali Gede dan beberapa sungai kecil lainnya. Keberadaan waduk ini sangatlah penting, disamping sebagai PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air), juga mencegah banjir di daerah Prembun - Kebumen dan sekitarnya, serta sebagai obyek pariwisata. Kecamatan Wadaslintang
memiliki 17 desa, salah satu diantaranya adalah
Desa Somogede yang berbatasan dengan Desa Lancar dan Desa Trimulyo. Akses jalan menuju desa Somogede sudah beraspal tetapi terdapat banyak lobang karena kontour tanah yang tidak stabil dan banyak kendaraan truck yang melewatinya. Di desa Somogede terdapat beberapa obyek wisata diantaranya yaitu Puncak bukit siloreng dan pemandian air hangat yaitu pemandian kalianget yang dalam rencananya akan dibangun Water Park. Tepat
di Dusun Kalianget, Desa Somogede Wadaslintang inilah
mengalir air bening yang bermanfaat. Sumber air panas Kalianget telah dimanfaatkan sebagai obyek wisata dan terapi pengobatan. Selanjutnya menurut keterangan salah satu petugas penjual karcis (Awaludin 48 th) setiap hari pemandian ini dikunjungi sedikitnya 50 orang dan berasal dari berbagai daerah di Kabupaten Wonosobo. Untuk mengunjungi Pemandian Kalianget ini dari Jalan Raya Wonosobo-Kebumen sampai di KM 37 dari Wonosobo di jalan masuk dari pertigaan Topas Kelurahan Wadaslintang turun melalui jalan yang berkelok menuju Kalianget (kurang lebih 3,5 (baca: Tiga Setengah)
2
Km). setelah jalan diperbaiki dengan aspal hotmix pengunjung meningkat drastis dari 50 orang per hari menjadi 100 orang per hari.
Gambar 1. tempat pemandian air hangat (Sumber : www.4bp.blogspot.com)
Gambar 2. kolam rendam air hangat untuk anak (Sumber : www.4bp.blogspot.com) Untuk meningkatkan perekonomian dan karena terdapat sungai-sungai kecil maka perlu dilakukan pembangunan infrastruktur salah satunya adalah jembatan. Karena jembatan merupakan sarana transportasi pedesaan yang merupakan sarana untuk meningkatkan kemampuan mobilitas bagi orang untuk mencapai akses pelayanan dan fasilitas yang dibutuhkan. Tujuan dari pembuatan program transportasi pedesaan menurut UU desentralisasi adalah untuk menjamin akses orang kebutuhan dasar juga kesempatan sosial dan ekonomi
yaitu
termasuk
meningkatkan
keahlian
dan
produktivitas
masyarakat desa. Pelaksanaan dan pelayanan infrastruktur transportasi
3
pedesaan telah menjadi trend di abad 21. Faktor penting dalam pelayanan dan transportasi pedesaan adalah pembiayaan dan pengelolaan asset, juga integrasi antar
desa
merupakan
faktor
yang
sangat
penting
demi
mensukseskan pelayanan dan transportasi pedesaan. Selain jembatan-jembatan untuk penghubung antar pulau dan untuk lalu lintas
kendaraan
bermotor,
di
Indonesia
juga
terdapat
jembatan
penyeberangan orang atau yang biasa disingkat JPO. JPO adalah fasilitas pejalan kaki untuk menyeberang jalan yang ramai dan lebar. Desain jembatan penyeberangan biasanya menggunakan prinsip yang sama dengan jembatan untuk kendaraan. Tetapi karena biasanya lebih ringan dari jembatan kendaraan, dalam desain JPO biasanya mempertimbangkan getaran dan efek dinamik dari penggunanya. Di samping itu masalah estetika juga menjadi pertimbangan
penting
dalam
membangun
JPO
terutama
dijalan-jalan
protokol dimana desain arsitektur menjadi pertimbangan yang penting. Untuk
merencanakan sebuah
jembatan yang baik,
perencanaan
jembatan harus didasarkan pada 3 prinsip utama yaitu kekuatan, kekakuan dan stabilitas. Kekuatan jembatan menunjukkan seberapa besar beban yang mampu ditahan suatu jembatan.
Kekakuan jembatan
mengindikasikan
seberapa baik setiap elemen jembatan itu bekerja sama. Stabilitas jembatan berkaitan dengan ketahanan jembatan itu sendiri. Berdasarkan materialnya, jembatan dibagi menjadi jembatan kayu, jembatan beton bertulang dan prategang, jembatan komposit dan jembatan baja. Dari keempat material tersebut, baja menjadi salah satu material yang paling sering digunakan. Dengan adanya beberapa bahan konstruksi lain seperti baja, maka perlu dicoba merancang ulang jembatan dengan menggunakan material baja. Mengingat beberapa keunggulan dari material baja itu sendiri dibandingkan dengan material yang lain. Keunggulan dari material baja itu sendiri adalah sebagai berikut : 1.
Mempunyai kekuatan yang tinggi, sehingga dapat mengurangi ukuran struktur serta mengurangi pula berat sendiri dari struktur. Hal ini cukup
4
menguntungkan bagi struktur – struktur jembatan yang berada pada kondisi tanah yang buruk. 2.
Keseragaman dan keawetan yang tinggi, tidak seperti halnya material beton bertulang yang terdiri dari berbagai macam bahan penyusun, material baja jauh lebih seragam/homogen serta mempunyai tingkat keawetan yang jauh lebih tinggi jika prosedur perawatan dilakukan secara semestinya.
3.
Keunggulan lain pemakaian baja sebagai material konstruksi adalah kemudahan
penyambungan
antar
elemen
satu
dengan
lainnya
menggunakan alat sambung las atau baut. Pembautan baja melalui proses gilas panas mengakibatkan baja menjadi mudah dibentuk menjadi penampang yang diinginkan. Kecepatan pelaksanaan kontruksi baja juga menjadi suatu keunggulan material baja.
Jembatan yang menggunakan rangka baja (truss) merupakan salah satu dari banyak tipe jembatan yang ada. Jembatan rangka baja memiliki sistem struktur yang khas di mana struktur jembatan yang bebannya ditopang dari truss. Truss ini adalah struktur elemen terhubung membentuk unit segitiga. Keunggulan sistem ini adalah struktur dari gabungan segitiga ini merupakan bentuk yang stabil. Setiap deformasi yang terjadi pada struktur stabil adalah minor dan diasosiasikan dengan perubahan panjang batang yang diakibatkan oleh gaya yang timbul di dalam batang sebagai akibat dari beban eksternal. Maka dari itu jembatan tipe ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif bentuk jembatan yang dapat mendukung pembangunan. Kekuatan struktur jembatan dapat direalisasikan pada pemilihan material dan bentuk struktur jembatan. Jembatan rangka baja atas (lantai kendaraan bawah) yang menggunakan konfigurasi K-truss merupakan model paling kuat yang secara umum dapat digunakan (Prayogi dkk, 2014). Dalam pembangunan jembatan harus memperhatikan peraturan yang dibuat pemerintah seperti RSNI_T-022005 tentang standar pembebanan untuk jembatan. Peraturan tersebut diperkasai oleh Pusat Pemukiman dan Prasarana Wilayah. Desain k-truss
5
yang dibentuk pada konsep kali ini diharapkan dapat menjadi desain yang akhirnya digunakan sebagai alternatif desain atau bahan pertimbangan desain jembatan. Perancangan dan perencanaan jembatan penyeberangan orang tersebut dianalisis menggunakan software SAP 2000. Beberapa hal yang dianalisis yaitu mengenai kekuatan dan kekakuan jembatan. Bakht dan Jaeger (1987), mengemukakan bahwa penentuan parameter-parameter merupakan konsep dasar metode sederhana dalam menganalisa struktur jembatan. Untuk mengetahui
parameter-parameter
yang
digunakan
dalam
memperoleh
respons, struktur jembatan dan kendaraan harus diidealisasikan terlebih dahulu menjadi sebuah model. Permodelan struktur jembatan pada umumnya adalah sebagai balok silang (grillage) / balok grid. Sedangkan pembebanan oleh kendaraan dimodelkan menurut peraturan pembebanan untuk jalan raya. Perilaku pembebanan pada kedua model di atas memberikan suatu keluaran data (output) dari program SAP 2000 berupa gaya geser dan momen yang terjadi pada tiap-tiap elemen serta reaksi dukungandan deformasi tiap join pada model struktur jembatan. Suatu jembatan rangka baja juga membutuhkan perawatan secara berkala. Dalam metode perawatan dan pemeliharaan jembatan ini diambil berdasarkan beberapa peraturan Kementerian PU (Pekerjaan Umum), yang memuat secara umum tat acara perkuatan struktur jembatan rangka sehingga dapat mengembalikan kapasitas jembatan mendekati kondisi semula dengan tindakan yang paling tepat, efektif tanpa mengubah desain awal dengan spesifikasi yang ada. Jika cara perawatan tidak baik hal ini akan mengurangi jangka waktu pelayanan. Masalah pemeliharaan jembatan adalah personal serius
bagi
teknisi,
dengan
menjamin
keselamatan
jembatan
serta
memperpanjang waktu investasi pada jembatan adalah penting untuk mengembangkan dan melengkapkan prosedur inspeksi dan evaluasi. Dengan adanya kondisi di atas, sudah sewajarnya kita berfikir tentang adanya layanan infrastruktur jalan dan jembatan yang optimal. Salah satunya dengan cara perancangan dan pembangunan jembatan yang kuat, kokoh,
6
stabil dan ekonomis. Dikarenakan hal itu kami memilih jembatan rangka baja yang direncanakan untuk dilewati oleh pejalan kaki agar roda ekonomi dan aktivitas masyarakat sekitar semakin berkembang dan lancar, jembatan ini kami berinama Jembatan Carabiner. Jembatan Carabiner adalah jembatan yang akan dibangun di wilayah Wonosobo, Kecamatan Wadaslintang, Desa Somogede. Memilih pembangunan jembatan di wilayah tersebut dikarenakan jembatan yang menghubungkan dusun Kalianget dengan dusun Punthuk sekaligus merupakan jembatan yang menghubungkan ke tempat wisata pemandian air hangat tersebut sudah tidak layak digunakan. Jembatan dibuat dari material bambu yang dibentangkan begitu saja di atas sungai yang membentang 4 m. dek jembatan yang dijadikan sebagai alas pejalan kaki hanya menggunakan anyaman bambu seadanya. Usia dari jembatan itu sendiri kira-kira berumur 8 tahun yang dibangun pada tahun 2008 dan kondisi saat ini sudah rapuh dan rusak. Dengan jembatan yang sudah tidak layak tersebut maka roda perokonomian di desa Somogede sebagai daerah obyek wisata menjadi tidak optimal. Dan juga karena jembatan tersebut merupakan akses satu-satunya jalan penghubung antar dusun, maka perlu adanya dibangun
ulang
jembatan
yang
masyarakat di Desa Somogede masyarakatnya.
7
dapat
mengembalikan
kesejahteraan
dan memperlancar kembali aktivitas
Gambar 3. Jembatan yang sudah ada (Sumber : Dokumentasi pribadi )
Gambar 4. Kerusakan pada dek jembatan ( Sumber : Dokumentasi pribadi )
Gambar 5. Gelagar Memanjang Jembatan (Sumber : Dokumentasi pribadi)
8
B.
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah, antara lain: 1.
Jumlah jembatan yang ada di Indonesia.
2.
Adanya
pembangunan
jembatan
tersebut
dapat
meningkatkan
perekonomian masyarakat sekitar dari sektor pariwisata. 3.
Belum
diketahuinya
data
hasil
pengujian
laboratorium
tentang
pengujian sondir di wilayah Wadaslintang. 4.
Dengan adanya optimalisasi fasilitas-fasilitas khususnya akses jalan apakah dapat meningkatkan sektor Pariwisata di kabupaten Wonosobo.
5.
Desain jembatan penyebrangan orang yang memiliki nilai estetika.
6.
Perencanaan jembatan yang memenuhi 3 prinsip utama yaitu kekuatan, kekakuan, dan kestabilan.
7.
Material struktur jembatan yang memiliki kekuatan dan keawetan yang tinggi, serta memiliki kemudahan untuk dikerjakan.
8.
Perencanaan struktur jembatan rangka baja canai dingin model k-truss yang kuat.
9.
Perencanaan kekuatan dan kekakuan struktur jembatan menggunakan program SAP 2000.
10.
C.
Metode perawatan struktur jembatan rangka baja secara berkala.
Batasan Masalah Berdasarkan
identifikasi masalah, untuk memperjelas permasalahan
yang akan diperhitungkan, maka akan dibatasi pada hal-hal berikut: 1.
Kekuatan, kekakuan, dan kestabilan jembatan merupakan aspek yang penting yang harus terpenuhi.
2.
Material utama jembatan adalah canai dingin.
3.
Model dan desain jembatan menggunakan tipe jembatan k-truss.
4.
Besarnya kekuatan dan kekakuan pada struktur model jembatan yang telah direncanakan menggunakan program SAP 2000.
9
5.
D.
Perawatan struktur jembatan rangka baja secara berkala.
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang ada pada latar belakang terdapat rumusan masalah yang akan menjadi batasan dalam pembuatan proposal, yaitu sebagai berikut : 1.
Bagaimana desain jembatan yang kokoh, ringan, kaku, dan stabil?
2.
Bagaimana kekuatan jembatan yang menggunakan material canai dingin?
3.
Berapakah biaya yang dibutuhkan untuk membuat jembatan Carabiner?
4.
Bagaimana hasil desain jembatan dari kayu (stik es krim) yang dibuat sesuai dengan model yang telah direncanakan?
5.
Berapakah besar kekuatan pada struktur jembatan baja menggunakan program SAP 2000?
6.
E.
Bagaimana cara perawatan berkala jembatan rangka baja ringan?
Tujuan Tujuan dari penulisan makalah jembatan ini adalah sebagai berikut : 1.
Untuk menghasilkan desain jembatan yang kokoh, kaku, ringan dan stabil.
2.
Mengetahui kekuatan dan kekakuan struktur model jembatan rangka baja ringan hasil perancangan.
3.
Membuat model jembatan dari kayu (stik es krim) yang dibuat dari model rancangan yang telah direncanakan sebagai simulasi jembatan aslinya.
4.
Untuk mengetahui cara perawatan berkala jambatan rangka baja ringan.
10
F.
Manfaat Manfaat dalam pembuatan proposal ini adalah: 1.
Solusi dalam pembuatan jembatan baja canai dingin yang kokoh, kaku ringan dan stabil.
2.
Sebagai alternatif desain atau bahan pertimbangan desain jembatan.
3.
Sebagai solusi dalam merencanakan ukuran atau penampang bagian struktur jembatan baja ringan yang efisien.
4.
Sebagai acuan dalam pembuatan jembatan rangka baja dengan bahan stik es krim.
5.
Melatih
kemampuan
kita
untuk
mendesain,
menganalisa,
menentukan suatu model dalam pembuatan jembatan baja ringan.
11
dan
BAB II DESAIN JEMBATAN UKURAN SEBENARNYA
A.
Dasar Teori Perancangan 1.
Pengertian Jembatan Jembatan
merupakan
suatu
struktur
yang
dibuat
untuk
menyeberangi jurang atau rintangan seperti sungai, rel kereta api, atau jalan raya. Dapat dikatakan bahwa perkembangan jembatan sejalan dengan waktu peradaban manusia. Dalam pemilihan struktur jembatan perlu diperhatikan beberapa aspek
yang nantinya akan sangat
diperlukan dalam merencanakan suatu jembatan, antara lain aspek kekuatan struktur, aspek ekonomis, aspek estetika, aspek kondisi setempat. 2.
Konsep Dasar Perancangan Perencanaan sebuah jembatan harus berdasarkan pada suatu prosedur yang memberikan jaminan keamanan pada tingkat yang wajar, berupa kemungkinan yang dapat diterima untuk mencapai suatu keadaan batas selama umur rencana jembatan. Merencanakan jembatan dimungkinkan perbedaan antara ahli satu dengan yang lainnya. Akan tetapi perbedaan tersebut jangan sampai menjadi penghambat dalam proses perencanaan suatu jembatan. Sebelum proses pelaksanaan konstruksi jembatan, seorang ahli atau perencana telah mempunyai data-data yang berhubungan dengan proses perencanaan jembatan. Berdasarkan peraturan perencanaan teknik jembatan (1992), perencanaan harus berdasarkan prosedur-prosedur yang memberikan kemungkinan-kemungkinan yang dapat diterima untuk mencapai suatu keadaan batas selama umur rencana jembatan.
Metode-metode
perencanaan tegangan kerja yang konvensional dianggap memenuhi persyaratan. Jembatan tidak direncanakan untuk dapat menyangga semua kemungkinan beban dan kondisi, seperti beban dan kondisi perang. Namun setiap aksi atau pengaruh yang mungkin terjadi dapat
12
diperkirakan sebelumnya secara rasional harus dipertimbangkan dalam perencanaan. Menurut Supriyadi (2007), data yang diperlukan dalam proses perencanaan jembatan adalah : a.
b.
Lokasi jembatan 1)
Topografi
2)
Lingkungan
3)
Tanah dasar
Keperluan : melintasi sungai, melintasi jurang / lembah, melintasi jalan, dll.
c.
d.
Bahan struktur 1)
Karakteristiknya
2)
Ketersediaannya
Peraturan yang berlaku Untuk memudahkan proses perencanaan diperlukan sebuah diagram alir perencanaan sebagai panduan / alur perencanaan. Diagram alir perencanaan jembatan Carabiner ditunjukan pada berikut.
13
Mulai
Persiapan Pengumpulan Data dan Studi Pustaka
Survey Pendahuluan
Data topografi
Analisa Geometri -Jenis Kayu yang
dipakai -Struktur baja
Analisa Alternatif Jenis Jembatan
Alternatf Terpilih
Analisis Perencanaan yang terpilih Perencanaan bahan struktur, model desain struktur Perhitungan konstruksi Gambar Desain
Gambar kerja dan RAB
Selesai Gambar 6. Diagram alir perencanaan jembatan
14
3.
Komponen Jembatan Secara umum struktur jembatan terdiri atas 3 bagian utama yaitu struktur atas (superstructure), struktur bawah (substructure) dan pondasi. a.
Struktur Atas (superstructure) merupakan bagian yang menerima beban langsung yang meliputi berat sendiri, beban mati, beban mati tambahan, beban lalu-lintas kendaraan,gaya rem, beban pejalan kaki, dll.
b.
Struktur Bawah (substructure) berfungsi memikul seluruh beban struktur atas dan beban lain yang ditimbulkan oleh tekanan tanah, aliran air dan hanyutan, tumbukan, gesekan pada tumpuan dan lain sebagainya, selanjutnya beban yang sudah diterima akan disalurkan ke pondasi. Struktur bawah jembatan umumnya meliputi:
1)
Abutment adalah struktur pada bagian bawah jembatan yang terletak pada kedua ujung pilar-pilar jembatan yang berfungsi untuk menerima beban hidup (angin, kendaraan, dll.) dan beban mati (beban gelagar, dll.) pada struktur jembatan. Pada bagian kepala jembatan terdapat jugalandasan atau bearing yang menghubungkan antara girder jembatan dengan abutment.
Gambar 7. Abutment (sumber:http://www.ilmutekniksipil.com/struktur-jembatan-2/abutmentjembatan)
15
2)
Pilar jembatan terletak di tengah jembatan (di tengah sungai) yang memiliki kesamaan fungsi dengan kepala jembatan yaitu mentransfer gaya jembatan rangka ke tanah. Sesuai dengan standar yang ada. panjang bentang rangka baja.
Sehingga apabila bentang sungai
melebihi panjang maksimum jembatan tersebut maka dibutuhkan pilar. Sama halnya dengan abutment, pada pilar jembatan rangka juga terdapat komponen-komponen seperti lateral stop block
dan bearing
pad, tetapi yang berbeda adalah pada pilar terdapat seismic buffer block. 3)
Pondasi jembatan berfungsi meneruskan seluruh beban jembatan ke tanah dasar. Pondasi dalam jembatan dapat dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain: 1) Pondasi tapak, 2) Pondasi sumuran, 3) Pondasi tiang.
B.
Krtiteria Perancangan 1.
Material Pada perancangan kali ini material yang digunakan adalah baja canai dingin. Baja cold-formed atau cold-rolled (canai dingin) atau light-gage atau baja ringan adalah komponen struktur baja dari lembaran atau pelat baja dengan proses pengerjaan dingin. Potongan penampang, konfigurasi, proses manufaktur dan fabrikasi cold-formed steel berbeda dengan baja konvensional. Pada produksi cold-formed steel, baja dibentuk sedemikian rupa dalam suhu ruangan dengan menggunakan bending brakes, press brake, dan roll-forming machines. Baja canai dingin semakin populer digunakan sebagai alternatif pengganti kayu dan secara intensif dipakai pada bangunan rendah tidakbertingkat (low-rise building). Baja canai dingin dengan kualitas tinggi yang bersifat ringan dan tipis namun kekuatannya tidak kalah dengan baja konvensional. Baja ringan memiliki tegangan tarik tinggi (G550). Baja G550 berarti baja
16
memiliki kuat tarik 550 MPa (Mega Pascal). Baja ringan adalah Baja High Tensile G-550 (Minimum Yeild Strength 5500 kg/m2 ) dengan standar bahan ASTM A792, JIS G3302, SGC 570. Untuk melindungi material baja mutu tinggi dari korosi, harus diberikan lapisan pelindung (coating) secara memadai. Berbagai metode untuk memberikan lapisan pelindung guna mencegah korosi pada baja mutu tinggi telah dikembangkan. Tabel 1. Kekuatan minimum baja yang sesuai dengan AS 1163, AS 1397, AS/NZS 1594, AS/NZS 1595 dan AS/NZS 3678 (SNI 7971:2013) Teganga n Leleh (fy) MPa
Kuat Tarik (fu) MPa
C250 dan C250L0
250
320
C350 dan C350L0
350
430
C450 dan C450L0
450
500
G250
250
320
G300
300
340
G350
350
420
G450*
450
480
G500†
500
520
G550‡
550
550
HA3
200
300
HA4N
170
280
HA200
200
300
HA250, HU250
250
350
Standar yang digunakan AS 1163
AS 1397
AS/NZS 1594
Mutu
HA1
17
Teganga n Leleh (fy) MPa
Kuat Tarik (fu) MPa
HA250/1
250
350
HA300, HU300
300
400
HA300/1, HU300/1
300
430
HW350
350
430
HW350
340
450
HA400
380
460
XF300
300
440
XF400
380
460
XF500
480
570
CA220
210
340
CA260
250
350
CW300
300
450
CA350
350
430
CA500
500
510
200 ( t 8 mm)
200
300
200 (8mm< t 12 mm)
200
300
250, 250L15 ( t 8 mm)
280
410
250, 250L15 (8mm
260
410
250, 250L15 (12mm
250
410
300, 300L15 ( t 8 mm)
320
430
300, 300L15 (8mm< t 12 mm)
310
430
300, 300L15 (12mm< t 20 mm)
300
430
Standar yang digunakan
AS/NZS 1595
AS/NZS 3678
Mutu
18
Teganga n Leleh (fy) MPa
Kuat Tarik (fu) MPa
300, 300L15 (20mm< t 25 mm)
280
430
350, 350L15 ( t 8 mm)
360
450
350, 350L15 (8mm< t 12 mm)
360
450
350, 350L15 (12mm< t 20 mm)
350
450
350, 350L15 (20mm< t 25 mm)
340
450
400, 400L15 ( t 8 mm)
400
480
400, 400L15 (8mm< t 12 mm)
400
480
400, 400L15 (12mm< t 20 mm)
380
480
400, 400L15 (20mm< t 25 mm)
360
480
450, 450L15 ( t 8 mm)
450
520
450, 450L15 (8mm< t 12 mm)
450
520
450, 450L15 (12mm< t 20 mm)
450
520
450, 450L15 (20mm< t 25 mm)
420
500
Standar yang digunakan
2.
Mutu
Alat Sambung Sistem dan model dari suatu sambungan merupakan bagian yang paling penting pada perencanaan konstruksi baja, di mana sambungan yang merupakan titik buhul menghubungkan beberapa rangka batang menjadi sebuah rangka batang. Sambungan tersebut akan menyalurkan gaya-gaya yang akan dipikul oleh batang yang satu dengan batang yang lain sehingga seluruh rangka batang akan memikul perlakuan gaya sesuai dengan perilaku batang masing-masing.
19
Karena sambungan berperan menyalurkan gaya ke komponen lain, maka sambungan tersebut harus dirancang sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu sambungan yang aman, ekonomis dan mampu dibuat secara praktis. Kriteria dasar yang umum dalam perencanaan sambungan antara lain sebagai berikut: a.
Kekuatan (strength) Dari segi kekuatan sambungan harus dapat menahan momen, gaya geser, gaya aksial yang dipindahkan dari batang yang satu kebatang yang lain.
b.
Kekakuan (stiffness) Kekakuan sambungan secara menyeluruh sangatlah penting antara lain untuk menjaga lokasi semua komponen struktur satu sama lain.
c.
Ekonomis Sambungan harus sederhana, biaya fabrikasi yang murah tapi
memenuhi
secara,
cukup
kuat
dan
mudah
dalam
pelaksanaanya.
Fungsi / tujuan sambungan baja suatu konstruksi bangunan baja adalah tersusun atas batang-batang baja yang digabung membentuk satu kesatuan bentuk konstruksi dengan menggunakan berbagai macam teknik sambungan. Adapun fungsi / tujuan sambungan baja antara lain: a.
Untuk
menggabungkan
beberapa
batang
baja
membentuk
kesatuan konstruksi sesuai kebutuhan. b.
Untuk mendapatkan ukuran baja sesuai kebutuhan (panjang, lebar,tebal, dan sebagainya).
c.
Untuk
memudahkan
dalam penyetelan konstruksi baja
di
lapangan. d.
Untuk memudahkan penggantian bila suatu bagian / batang konstruksi mengalami rusak.
20
e.
Untuk
memberikan
kemungkinan
adanya bagian
/
batang
konstruksi yang dapat bergerak misal peristiwa muai susut baja akibat perubahan suhu. 3.
Beban Proses penentuan beban-beban yang bekerja pada struktur mungkin merupakan tahapan terpenting sekaligus tersulit yang harus dihadapi perencana struktur dalam suatu rangkaian proses desain. Disebut demikian karena untuk mencapai hasil rancangan yang tepat dan akurat perencana harus : a.
Mampu
menentukan
nilai
maksimum
beban
yang
akan
ditanggung struktur selama masa layan. b.
Mampu menentukan penempatan beban yang paling memberikan pengaruh paling buruk (worst) terhadap struktur.
c.
Pada struktur tertentu perencana juga dituntut harus mampu menentukan tahapan pembebanan yang tepat, misalnya pada struktur komposit dimana tahapan pembebanan menentukan kapasitas suatu penampang.
Secara umum beban-beban yang dihitung dalam merencanakan jembatan dibagi atas dua yaitu beban primer dan beban sekunder. Beban primer adalah beban utama dalam perhitungan tegangan untuk setipa perencanaan jembatan, sedangkan beban sekunder adalah beban sementara yang mengakibatkan tegangan-tegangan yang relatif kecil daripada tegangan akibat beban primer dan biasanya tergantung dari bentang,bahan,sistem kontruksi,tipe jembatan dan keadaan setempat. Beban primer jembatan mencakup beban mati,beban hidup dan beban kejut. a.
Beban mati Beban mati adalah semua muatan yang berasal dari berat sendiri jembatan atau bagian jembatan yang ditinjau, termasuk segala unsur tambahan tetap yang dianggap merupakan satu
21
satuan dengan jembatan (Sumantri, 1989:63). Dalam menentukan besarnya muatan mati harus dipergunakan nilai berat volume untuk bahan-bahan bangunan. b.
Beban hidup Yang termasuk dengan beban hidup adalah beban yang berasal dari berat kendaraan-kendaraan bergerak lalu lintas dan/atau pejalan kaki yang dianggap bekerja pada jembatan. Berdasarkan PPPJJR-1987, halaman 5-7, beban hidup yang ditinjau terdiri dari Secara umum, beban lajur “D” akan menjadi beban penentu dalam perhitungan jembatan yang mempunyai bentang sedang sampai panjang,sedangkan beban truk “T” digunakan untuk bentang pendek dan lantai kendaraan. Interaksi antara
kendaraan
menghasilkan
yang
beban
bergerak
dinamis
dengan
yang
jembatan
dalam
akan
perencanaan
dinyatakan sebagai beban statis ekuivalen. Untuk mendapatkan simulasi kejut dari kendaraan bergerak padastruktur jembatan digunakan faktor beban dinamis (FBD) yang berlaku bagi beban “D” maupun beban “T”. Besarnya FBD tergantung kepada frekuensi dasar darisuspensi kendaraan, biasanya 2 sampai 5 Hz untuk kendaraan berat, dan frekuensidari getaran
lentur
jembatan.
Untuk
pembebanan
“D”,
FBD
merupakan fungsi dari panjang bentang ekuivalen untuk bentang tunggal, panjang bentang ekuivalen diambil sama dengan panjang bentang sebenarnya. Beban lajur “D” (TD) terdiri dari beban terbagi merata (Uniformly Distributed Load) UDL dan beban garis (knife Edge Load) KEL. UDL mempunyai intensitas q (kPa) yang besarnya tergantung pada panjang total L (Panjang bentang jembatan) yang dibebani dan dinyatakan dengan rumus sebagai berikut: q = 9.0 kPa untuk L ≤ 30 m
22
15 q 0.9 0.5 kPa ……………...………………….(1) L untuk L ≥ 30 m KEL memiliki intensitas, p = 49.0 kN/m Faktor beban dinamis (Dynamic Load Allowance) untuk KEL diambil sebagai berikut: DLA = 0.4 untuk L ≤ 50 m
DLA 0.4 0.0025L 50 ……………………………(2) untuk 50 < L < 90 m DLA = 0.4 untuk L ≥ 90 m c.
Beban pejalan kaki Beban pejalan kaki ditentukan oleh luas deck yang ada, diketahui sebgai berikut: Untuk A < 10m2 , q = 5 kPa Untuk 10m2 < A < 100m2 , q = kPa Untuk A > 100m2 , q = 2 kPa, Setelah diketaui nilai A dari perhitungan bentang ekivalen dikalikan dengan lebar jembatan, maka dapat diketahui nilai BTR dari pejalan kaki adalah Q q b (kN/m) ...........................................................(3)
d.
Beban Kejut Beban kejut diperhitungkan pengaruh getaran-getaran dari pengaruh dinamis lainnya., tegangan-tegangan akibat beban garis (P) harus dikalikan dengan koefisien kejut. Sedangkan beban terbagi rata (q) dan beban terpusat (T) tidak dikalikan dengan koefisien kejut. Besarnya koefisien kejut ditentukan dengan rumus:
20 K 1 ………………………………………..(4) 50 L Sedangkan Beban Sekunder terdiri dari beban angin,gaya rem, dan gaya akibat perbedaan suhu.
23
e.
Beban Angin Pengaruh tekanan angin bekerja dalam arah horizontal sebesar 100 kg/cm2. Dalam memperhitungkan jumlah luas bagian jembatan pada setiap sisi digunakan jumlah luas bagian jembata pada setiap sisi digunakan ketentuan sebagai berikut:
1)
Untuk jmbatan berdinding penuh diambil sebesar 100% terhadap luas sisi jembatan.
2)
Untuk jembatan rangka diambil sebesar 30% terhadap luas sisi jembatan. Gaya akibat angin dihitung dengan rumus: TEW 0.0006 Cw Vw 2 Ab kN ……………………….(5)
Cw = koefisien seret Vw = Kecepatan angin rencana Ab = Luas bidang samping jembatan (m2 )
f.
Beban gaya rem Gaya ini bekerja dalam arah memanjang jembatan, akibat gaya rem dan traksi ditinjau untuk kedua jurusan lalu lintas. pengaruh ini diperhitungkan senilai dengan pengaruh gaya rem sebesar 5% dari muatan D tanpa koefisien kejut yang memenuhi semua jalur lalu lintas yang ada dalam satu jurusan. Pengaruh
pengereman
dari lalu
lintas
diperhitungkan
sebagai gaya dalam arah memanjang dan dianggap bekerja pada permukaan lantai jembatan
tergantung pada panjang
jembatan (Lt) sebagai berikut: Gaya rem, TTB = 250 KN untuk Lt ≤ 80 m Gaya rem, TTB = 250 KN + 2.5 (Lt - 80) kN untuk 80 < Lt < 180 m Gaya rem, TTB = 500 KN untuk Lt ≥ 180 m g.
Beban akibat perbedaan suhu
24
total
Perbedaan suhu harus ditetapkan sesuai dengan keadaan setempat. Diasumsikan untuk baja sebesar C dan beton 10. Peninjauan khusus terhadap timbulnya tegangan-tegangan akibat perbedaan suhu yang ada antara bagian-bagian jembatan dengan bahan yang berbeda. h.
Beban gempa Pada perhitungan beban gempa dapat dilakukan melalui beberapa metode diantaranya: 1)
Metode static ekivalen
2)
Metode dinamika response spectrum
3)
Pengaruh susut rangkap
4.
Metodologi Perancangan
Dalam metodedologi perancangan diperlukan data sebagai berikut: a.
Data Struktur Atas Jembatan Data struktur
atas
jembatan
digunakan
untuk
menghitung
pembebanan jembatan, sehingga didapat gaya-gaya yang bekerja pada struktur jembatan. Dengan mengetahui besarnya gaya yang bekerja, maka dapat direncanakan bentuk dan dimensi bangunan bawah agar mampu menahan gaya-gaya yang berasal struktur atas, baik akibat berat sendiri, beban lalu-lintas, serta pengaruh lingkungan. b.
Data Tanah Data tanah digunakan untuk mengetahui jenis lapisan tanah, sifat karakteristik tanah dan kedalaman tanah keras. Berdasarkan data-data tanah tersebut, akandipertimbangkan jenis fondasi dan kedalaman fondasi yang cocok untuk perencanaan.
c.
Data Hidrologi Data hidrologi digunakan untuk menentukan tinggi bangunan bawah, agar bangunan atas (lantai jembatan) berada pada elevasi yang aman, baik terhadap air banjir maupun terhadap tumbukan lalu-lintas air yang melewati bawah jembatan tersebut.
25
C.
Sistem Struktur Secara umum struktur jembatan terbagi menjadi 3 (tiga) bagian utama yaitu struktur atas (superstructures) dan struktur bawah (substructures) dan Pondasi. 1.
Struktur atas Struktur atas jembatan merupakan bagian yang menerima beban langsung yang meliputi berat sendiri, beban mati, beban mati tambahan, beban lalu-lintas kendaraan, gaya rem, beban pejalan kaki, dll. Struktur atas jembatan umumnya meliputi : a.
2.
Trotoar 1)
Sandaran dan tiang sandaran,
2)
Peninggian trotoar (Kerb),
3)
Slab lantai trotoar.
b.
Slab lantai kendaraan
c.
Gelagar (Girder)
d.
Balok diafragma
e.
Ikatan pengaku (ikatan angin, ikatan melintang),
f.
Tumpuan (Bearing).
Struktur bawah Struktur bawah jembatan berfungsi memikul seluruh beban struktur atas dan beban lain yang ditumbulkan oleh tekanan tanah, aliran air dan hanyutan tumbukan, gesekan pada tumpuan dsb. untuk kemudian disalurkan ke fondasi. Selanjutnya beban-beban tersebut disalurkan oleh pondasi ke tanah dasar. Struktur bawah jembatan umumnya meliuputi : a.
Pangkal jembatan (abutment) 1)
Dinding belakang (Back wall),
2)
Dinding penahan (Breast wall),
26
b.
c.
3)
Dinding sayap (Wing wall),
4)
Oprit, plat injak (Approach slab)
5)
Konsol pendek untuk jacking (Corbel),
6)
Tumpuan (Bearing).
Pilar jembatan 1)
Kepala pilar (Pier Head),
2)
Pilar (Pier), yg berupa dinding, kolom, atau portal,
3)
Konsol pendek untuk jacking (Corbel),
4)
Tumpuan (Bearing)
Pondasi Pondasi jembatan berfungsi meneruskan seluruh beban jembatan ke tanah dasar.
D.
Modelisasi Struktur Dalam ilmu teknik sipil perlu diketahui tentang bangunan gedung, jembatan dan lain sebagainya. Untuk itu, perlu mengetahui bagaimana cara permodelan dalam mekanika teknik, apa itu beban, balok, kolom, reaksi, gaya dalam dan bagaimana cara penggambarannya dalam mekanika teknik. Bentuk anatomi dari jembatan rangka baja dan elemen-elemenya terlihat dalam gambar berikut:
Gambar 8. Bentuk Anatomi jembatan rangka (http://fiancivilian.blogspot.comm ) Konsep
pengembangan
kontribusi
berbagai permodelan
struktur
terhadap pada respon jembatan dipengaruhi oleh berbagai faktor tertentu antara lain :
27
1.
Distribusi jarak dan variasi waktu dengan mempertimbangkan dengan besarnya gaya dinamika yang terjadi.
2.
Respon desain spektrum terhadap besarnya gaya perlu diperhitungkan. Pendekatan lebih terfokus kepada finite element models dengan metode
3D analisis dinamika jembatan untuk menentukan faktor yang berpengaruh terhadap prilaku jembatan yaitu antara lain defleksi dinamika struktur pada lokasi yang berbeda-beda dengan faktor dimensi yang mempengaruhi yaitu material, elemen, karakteristik redaman, kekasaran permukaan dan beban kendaraan, kecepatan dan lokasi.
E.
Analisa Struktur 1.
Desain prototype Deskripsi jembatan a.
Jembatan pejalan kaki.
b.
Bentang 4m.
c.
Lebar jembatan 90cm.
d.
Tinggi jembatan 60cm.
Deskripsi material struktur jembatan: a.
Baja ringan c-75.
b.
Papan kayu jati tebal 12mm sebagai deck pejalan kaki.
c.
Baut 10 x 19
Gambar 9. Tampak samping struktur jembatan Carabiner. (sumber : Dokumen pribadi)
28
Gambar 10. Tampak atas struktur jembatan Carabiner. (sumber: Dokumentasi pribadi)
Gambar 11. Tampak 3D struktur Jembatan. (sumber : Dokumentasi pribadi)
2.
Pembebanan prototype a.
Beban pejalan kaki
A Le S A 4 0.9 A 3.6m 2 q 5Kpa
29
Q qS Q 5 0.45 Q 2.25kN / m Q 225kg / m
Gambar 12. Tampak samping pembebanan BTR pada jembatan (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Gambar 13. Tampak 3D pembebanan BTR pada jembatan. (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
b.
Beban deck Bj kayu Jati = 700 kg/m3
30
Tebal dek
= 12 mm
Volume Deck = P × L × T Volume Deck = 0.9 × 0.4 × 0.012 Volume Deck = 4.32 ×
10−3 m3
Beban Deck = Bj × V Beban Deck = 700 × 4.32 ×
10−3 M 3
Beban Deck = 3.78 Kg
Gambar 14. Tampak 3D Pembebanan pada deck pada jembatan (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
c.
Beban railing Material : Kayu meranti
: 5 cm x 7 cm
Bj
: 615 kg/m3
Massa jenis
: 605 kg/m3
31
Gambar 15. Profil Railing Jembatan Carabiner. (Sumber : Dokumentasi pribadi)
Gambar 16. Total beban railing jembatan Carabiner. (Sumber : Dokumentasi Pribadi) Dari hasil analisis SAP 2000 didapatkan beban total railing sebesar 60.2 kg. kemudian berat itu dibagi menjadi 6 titik yang akan di distribusikan ke 6 titik pada struktur menjadi 10.03 kg.
32
Gambar 17. Pembebanan Railing Pada Jembatan. (Sumber : Dokumentasi Pribadi) 3.
Hasil analisa setelah diberikan semua beban. a.
Defleksi Dari analisa yang telah dilakukan menggunakan program SAP2000 didapatkan defleksi maksimum bada bentang tengah sebesar 5.0896 mm.
Gambar 18. Defleksi maksimum pada ½ L. (sumber : Dokumentasi Pribadi)
b.
Berat sendiri Berat sendiri dari keseluruhan jembatan adalah 93.90 kg.
33
Gambar 19. Berat sendiri jembatan. (sumber : Dokumentasi Pribadi) c.
Gaya Batang
Gambar 20. gaya batang tampak samping (sumber : Dokumentasi pribadi)
Gambar 21. gambar 3D gaya batang (sumber : Dokumentasi pribadi)
34
Tabel 2. Tabel gaya batang jembatan prototype Carabiner Frame Text 1 1 1 1 2 2 3 3 4 4 5 5 7 7 7 7 8 8 9 9 10 10 11 11 12 12 12 12 13 13 14 14 15 15 16 16 16 17 17 17 18
Station P M3 m KN KN-m 0 -5,158 0 0,3 -5,151 0,0038 0,3 -0,566 0,0038 0,6 -0,558 2,3E-17 0 -0,247 0 0,4 -0,247 -3E-17 0 -3,11 0 0,4 -3,11 -3E-17 0 -4,916 0 0,4 -4,916 -3E-17 0 -5,593 0 0,4 -5,593 -3E-17 0 -14,75 0 0,4 -14,75 0,1408 0,4 -14,72 0,1408 0,8 -14,72 -2E-16 0 -5,606 0 0,4 -5,606 -3E-17 0 -4,93 0 0,4 -4,93 5,4E-19 0 -3,126 0 0,4 -3,126 -3E-17 0 -0,268 0 0,4 -0,268 -3E-17 0 -0,558 0 0,3 -0,566 -0,0034 0,3 -5,114 -0,0034 0,6 -5,121 -3E-16 0 0,011 0 0,4 0,011 0 0 3,033 0 0,4 3,033 0 0 5,433 0 0,4 5,433 8,2E-19 0 7,745 0 0,2236 7,747 0,00057 0,4472 7,75 -8E-19 0 12,535 0 0,2062 12,536 0,00053 0,4123 12,537 -4E-19 0 12,51 0
Frame Text 298 299 299 300 300 300 300 301 301 302 302 303 303 304 304 304 305 305 305 306 306 306 307 307 307 308 308 309 309 310 310 311 311 311 312 312 312 313 313 313 313
35
Station M 0,4 0 0,4 0 0,3 0,3 0,6 0 0,4 0 0,4 0 0,4 0 0,22361 0,44721 0 0,20616 0,41231 0 0,20616 0,41231 0 0,22361 0,44721 0 0,4 0 0,4 0 0,4 0 0,25 0,5 0 0,25 0,5 0 0,3 0,3 0,6
P KN -3,141 -0,268 -0,268 -0,558 -0,566 -5,127 -5,135 0,011 0,011 3,037 3,037 5,856 5,856 7,77 7,773 7,776 12,563 12,565 12,566 12,529 12,528 12,527 7,714 7,711 7,709 5,373 5,373 2,946 2,946 -0,103 -0,103 -3,826 -3,83 -3,833 3,802 3,798 3,794 -2,256 -2,248 1,377 1,385
M3 KN-m -3E-17 0 -3E-17 0 -0,0034 -0,0034 -1E-16 0 0 0 0 0 8,2E-19 0 0,00057 -8E-19 0 0,00053 -4E-19 0 0,00053 -4E-19 0 0,00057 -4E-19 0 0 0 4,1E-19 0 4,1E-19 0 0,00064 0 0 0,00064 0 0 0,0032 0,0032 -2E-16
Tabel 2. Tabel gaya batang jembatan prototype Carabiner Frame Text 18 18 19 19 19 20 20 21 21 22 22 23 23 23 24 24 24 25 25 25 25 26 26 26 27 27 27 28 28 28 28 29 29 29 30 30 30 31 31 31 31
Station P M3 m KN KN-m 0,2062 12,509 0,00053 0,4123 12,508 -4E-19 0 7,703 0 0,2236 7,701 0,00057 0,4472 7,698 -4E-19 0 5,367 0 0,4 5,367 0 0 2,943 0 0,4 2,943 4,1E-19 0 -0,103 0 0,4 -0,103 4,1E-19 0 -3,822 0 0,25 -3,826 0,00064 0,5 -3,83 0 0 3,798 0 0,25 3,794 0,00064 0,5 3,79 0 0 -2,254 0 0,3 -2,246 0,0032 0,3 1,375 0,0032 0,6 1,383 -1E-16 0 -3,016 0 0,25 -3,02 0,00064 0,5 -3,024 0 0 2,997 0 0,25 2,993 0,00064 0,5 2,989 0 0 -1,773 0 0,3 -1,766 0,0089 0,3 0,793 0,0089 0,6 0,801 -2E-16 0 -2,155 0 0,25 -2,159 0,00064 0,5 -2,163 8,2E-19 0 2,089 0 0,25 2,085 0,00064 0,5 2,081 8,2E-19 0 -4,672 0 0,3 -4,664 -0,0441 0,3 0,375 -0,0441 0,6 0,383 9,4E-17
Frame Station Text M 314 0 314 0,25 314 0,5 315 0 315 0,25 315 0,5 316 0 316 0,3 316 0,3 316 0,6 317 0 317 0,25 317 0,5 318 0 318 0,25 318 0,5 319 0 319 0,3 319 0,3 319 0,6 320 0 320 0,25 320 0,5 321 0 321 0,20616 321 0,41231 322 0 322 0,2 322 0,4 323 0 323 0,25 323 0,5 324 0 324 0,15 324 0,3 325 0 325 0,25 325 0,5 326 0 326 0,2 326 0,4
36
P KN -3,02 -3,024 -3,028 3,001 2,997 2,993 -1,776 -1,768 0,796 0,803 -2,159 -2,163 -2,167 2,092 2,089 2,085 -4,679 -4,671 0,377 0,385 -6,2 -6,204 -6,207 5,42 5,419 5,418 -0,808 -0,803 -0,798 5,266 5,262 5,258 -0,216 -0,212 -0,208 5,214 5,217 5,221 -0,785 -0,79 -0,795
M3 KN-m 0 0,00064 0 0 0,00064 0 0 0,0089 0,0089 8,8E-17 0 0,00064 8,2E-19 0 0,00064 8,2E-19 0 -0,0441 -0,0441 -6E-17 0 0,00064 -4E-19 0 0,00053 -7E-19 0 0 0 0 0,00064 8,2E-19 0 0 0 0 0,00064 8,2E-19 0 0 0
Tabel 2. Tabel gaya batang jembatan prototype Carabiner Frame Text 32 32 32 33 33 33 34 34 34 35 35 35 36 36 36 37 37 37 38 38 38 39 39 39 40 40 40 41 41 41 42 42 42 43 43 43 43 44 44 44 45
Station m 0 0,25 0,5 0 0,2062 0,4123 0 0,2 0,4 0 0,25 0,5 0 0,15 0,3 0 0,25 0,5 0 0,2 0,4 0 0,25 0,5 0 0,2062 0,4123 0 0,25 0,5 0 0,25 0,5 0 0,3 0,3 0,6 0 0,25 0,5 0
P KN -6,188 -6,192 -6,196 5,41 5,409 5,408 -0,805 -0,8 -0,795 5,252 5,248 5,244 -0,218 -0,214 -0,21 5,211 5,215 5,219 -0,788 -0,793 -0,798 -6,168 -6,172 -6,176 5,395 5,393 5,392 -2,124 -2,128 -2,131 2,059 2,055 2,051 -4,674 -4,667 0,356 0,364 -2,984 -2,988 -2,992 2,968
M3 KN-m 0 0,00064 -4E-19 0 0,00053 -7E-19 0 0 0 0 0,00064 8,2E-19 0 0 0 0 0,00064 8,2E-19 0 0 0 0 0,00064 8,2E-19 0 0,00053 -4E-19 0 0,00064 4,1E-19 0 0,00064 4,1E-19 0 0,0442 0,0442 1,1E-16 0 0,00064 8,2E-19 0
Frame Station Text M 327 0 327 0,25 327 0,5 328 0 328 0,20616 328 0,41231 329 0 329 0,25 329 0,5 330 0 330 0,25 330 0,5 331 0 331 0,3 331 0,3 331 0,6 332 0 332 0,25 332 0,5 333 0 333 0,25 333 0,5 334 0 334 0,3 334 0,3 334 0,6 335 0 335 0,25 335 0,5 336 0 336 0,25 336 0,5 337 0 337 0,3 337 0,3 337 0,6 338 0 338 0,45 339 0 339 0,45 340 0
37
P KN -6,177 -6,181 -6,185 5,4 5,398 5,397 -1,595 -1,598 -1,602 1,557 1,553 1,549 -4,385 -4,377 0,652 0,66 -2,989 -2,993 -2,997 2,986 2,982 2,978 -1,134 -1,126 0,777 0,785 -3,801 -3,805 -3,809 3,78 3,776 3,773 -2,243 -2,236 1,362 1,37 -0,293 -0,293 -0,293 -0,293 0
M3 KN-m 0 0,00064 8,2E-19 0 0,00053 -4E-19 0 0,00064 4,1E-19 0 0,00064 4,1E-19 0 0,0438 0,0438 1,7E-17 0 0,00064 8,2E-19 0 0,00064 8,2E-19 0 -0,0055 -0,0055 -4E-17 0 0,00064 8,2E-19 0 0,00064 8,2E-19 0 -0,0014 -0,0014 8,2E-17 0 8,2E-19 0 8,2E-19 0
Tabel 2. Tabel gaya batang jembatan prototype Carabiner Frame Text 45 45 46 46 46 46 47 47 47 48 48 48 49 49 49 49 242 242 242 242 243 243 244 244 245 245 246 246 247 247 247 247 248 248 249 249 250 250 251 251 252
Station m 0,25 0,5 0 0,3 0,3 0,6 0 0,25 0,5 0 0,25 0,5 0 0,3 0,3 0,6 0 0,3 0,3 0,6 0 0,4 0 0,4 0 0,4 0 0,4 0 0,4 0,4 0,8 0 0,4 0 0,4 0 0,4 0 0,4 0
P M3 KN KN-m 2,964 0,00064 2,96 8,2E-19 -1,756 0 -1,748 -0,0087 0,774 -0,0087 0,782 1,5E-16 -3,789 0 -3,793 0,00064 -3,797 8,2E-19 3,769 0 3,765 0,00064 3,761 8,2E-19 -2,236 0 -2,229 -0,0029 1,355 -0,0029 1,363 1,3E-17 -3,539 0 -3,531 0,0012 0,87 0,0012 0,878 -2E-17 0,0041 0 0,0041 -3E-17 -2,409 0 -2,409 -3E-17 -5,01 0 -5,01 -3E-17 -7,905 0 -7,905 -3E-17 -14,62 0 -14,62 0,1403 -14,62 0,1403 -14,62 -9E-17 -7,925 0 -7,925 -3E-17 -5,026 0 -5,026 1,4E-18 -2,418 0 -2,418 -3E-17 0,0075 0 0,0075 -3E-17 0,763 0
Frame Station Text M 340 0,45 341 0 341 0,45 342 0 342 0,375 342 0,75 343 0 343 0,375 343 0,75 344 0 344 0,45 345 0 345 0,45 346 0 346 0,45 347 0 347 0,45 348 0 348 0,45 349 0 349 0,45 350 0 350 0,45 351 0 351 0,45 352 0 352 0,36056 352 0,72111 354 0 354 0,45 355 0 355 0,45 356 0 356 0,45 357 0 357 0,45 358 0 358 0,45 359 0 359 0,45 360 0
38
P KN 0 0 0 -0,859 -0,852 -0,844 -0,844 -0,852 -0,859 0,211 0,211 0,211 0,211 -0,314 -0,314 -0,314 -0,314 0,187 0,187 0,187 0,187 0,627 0,627 0,627 0,627 -0,741 -0,749 -0,757 0,021 0,021 0,021 0,021 5,234 5,234 5,234 5,234 0,021 0,021 0,021 0,021 0,652
M3 KN-m 8,2E-19 0 8,2E-19 0 0,0011 1,4E-18 0 0,0011 1,4E-18 0 8,2E-19 0 8,2E-19 0 8,2E-19 0 8,2E-19 0 8,2E-19 0 8,2E-19 0 8,2E-19 0 8,2E-19 0 0,00093 -1E-18 0 8,2E-19 0 8,2E-19 0 8,2E-19 0 8,2E-19 0 8,2E-19 0 8,2E-19 0
Tabel 2. Tabel gaya batang jembatan prototype Carabiner Frame Text 252 252 252 253 253 254 254 255 255 256 256 256 257 257 257 258 258 258 259 259 259 260 260 261 261 262 262 263 263 263 264 264 264 265 265 265 265 266 266 266 267
Station m 0,3 0,3 0,6 0 0,4 0 0,4 0 0,4 0 0,2236 0,4472 0 0,2062 0,4123 0 0,2062 0,4123 0 0,2236 0,4472 0 0,4 0 0,4 0 0,4 0 0,25 0,5 0 0,25 0,5 0 0,3 0,3 0,6 0 0,25 0,5 0
P KN 0,756 -3,719 -3,727 0,0075 0,0075 2,974 2,974 5,316 5,316 7,624 7,627 7,629 12,227 12,228 12,229 12,283 12,282 12,281 7,721 7,719 7,716 5,448 5,448 3,154 3,154 0,236 0,236 -3,658 -3,662 -3,666 3,656 3,652 3,648 -2,163 -2,155 1,248 1,256 -2,817 -2,821 -2,825 2,834
M3 KN-m -0,0022 -0,0022 6,5E-17 0 0 0 0 0 8,2E-19 0 0,00057 -8E-19 0 0,00053 -4E-19 0 0,00053 -4E-19 0 0,00057 -4E-19 0 0 0 4,1E-19 0 4,1E-19 0 0,00064 0 0 0,00064 0 0 -0,001 -0,001 -3E-16 0 0,00064 0 0
Frame Text 360 361 361 362 362 363 363 364 364 365 365 366 366 367 367 368 368 369 369 370 370 371 371 372 372 373 373 374 374 375 375 376 376 377 377 378 378 379 379 380 380
39
Station M 0,45 0 0,45 0 0,45 0 0,45 0 0,45 0 0,45 0 0,45 0 0,45 0 0,45 0 0,45 0 0,45 0 0,45 0 0,45 0 0,45 0 0,45 0 0,45 0 0,45 0 0,45 0 0,45 0 0,45 0 0,45
P KN 0,652 0,652 0,652 1,347 1,347 1,347 1,347 1,321 1,321 1,321 1,321 -3E-08 -3E-08 -3E-08 -3E-08 0,468 0,468 0,468 0,468 -6E-09 -6E-09 -6E-09 -6E-09 2,2E-08 2,2E-08 2,1E-08 2,1E-08 1,1E-08 1,1E-08 1,1E-08 1,1E-08 9,5E-08 9,5E-08 9,5E-08 9,5E-08 9,7E-08 9,7E-08 9,8E-08 9,8E-08 0,075 0,075
M3 KN-m 8,2E-19 0 8,2E-19 0 8,2E-19 0 8,2E-19 0 8,2E-19 0 8,2E-19 0 8,2E-19 0 8,2E-19 0 8,2E-19 0 8,2E-19 0 8,2E-19 0 8,2E-19 0 8,2E-19 0 8,2E-19 0 8,2E-19 0 8,2E-19 0 8,2E-19 0 8,2E-19 0 8,2E-19 0 8,2E-19 0 8,2E-19
Tabel 2. Tabel gaya batang jembatan prototype Carabiner Frame Text 267 267 268 268 268 268 269 269 269 270 270 270 271 271 271 271 272 272 272 273 273 273 274 274 274 275 275 275 276 276 276 277 277 277 278 278 278 279 279 279 280
Station m 0,25 0,5 0 0,3 0,3 0,6 0 0,25 0,5 0 0,25 0,5 0 0,3 0,3 0,6 0 0,25 0,5 0 0,2062 0,4123 0 0,2 0,4 0 0,25 0,5 0 0,15 0,3 0 0,25 0,5 0 0,2 0,4 0 0,25 0,5 0
P KN 2,83 2,826 -1,67 -1,662 0,744 0,752 -2,028 -2,032 -2,036 1,96 1,956 1,953 -4,597 -4,589 0,27 0,278 -5,988 -5,991 -5,995 5,167 5,166 5,165 -0,752 -0,747 -0,742 5,238 5,234 5,23 -0,341 -0,337 -0,333 5,296 5,3 5,303 -0,777 -0,782 -0,787 -6,03 -6,034 -6,037 5,198
M3 KN-m 0,00064 0 0 0,0091 0,0091 -1E-16 0 0,00064 8,2E-19 0 0,00064 8,2E-19 0 -0,0328 -0,0328 -1E-16 0 0,00064 -4E-19 0 0,00053 -7E-19 0 0 0 0 0,00064 8,2E-19 0 0 0 0 0,00064 8,2E-19 0 0 0 0 0,00064 8,2E-19 0
Frame Text 381 381 382 382 382 383 383 383 384 384 385 385 386 386 386 387 387 387 388 388 389 389 390 390 390 391 391 391 392 392 392 393 393 393 394 394 394 395 395 395 396
40
Station M 0 0,45 0 0,30104 0,60208 0 0,30104 0,60208 0 0,45 0 0,45 0 0,27042 0,54083 0 0,27042 0,54083 0 0,45 0 0,45 0 0,30104 0,60208 0 0,30104 0,60208 0 0,375 0,75 0 0,375 0,75 0 0,30104 0,60208 0 0,30104 0,60208 0
P KN 0,075 0,075 -0,105 -0,1 -0,095 -0,095 -0,1 -0,105 -0,076 -0,076 -0,076 -0,076 0,087 0,091 0,095 0,095 0,091 0,087 0,063 0,063 0,063 0,063 -0,089 -0,084 -0,079 -0,079 -0,084 -0,089 -0,788 -0,78 -0,772 -0,772 -0,78 -0,788 0,391 0,391 0,391 0,391 0,391 0,391 -0,282
M3 KN-m 0 8,2E-19 0 0,00087 -4E-19 0 0,00087 -4E-19 0 8,2E-19 0 8,2E-19 0 0,00078 0 0 0,00078 0 0 8,2E-19 0 8,2E-19 0 0,00087 -4E-19 0 0,00087 -4E-19 0 0,0011 1,4E-18 0 0,0011 1,4E-18 0 0,0012 0 0 0,0012 0 0
Tabel 2. Tabel gaya batang jembatan prototype Carabiner Frame Text 280 280 281 281 281 282 282 282 283 283 283 283 284 284 284 285 285 285 286 286 286 286 287 287 287 288 288 288 289 289 289 289 290 290 290 290 291 291 292 292 293
Station m 0,2062 0,4123 0 0,25 0,5 0 0,25 0,5 0 0,3 0,3 0,6 0 0,25 0,5 0 0,25 0,5 0 0,3 0,3 0,6 0 0,25 0,5 0 0,25 0,5 0 0,3 0,3 0,6 0 0,3 0,3 0,6 0 0,4 0 0,4 0
P KN 5,196 5,195 -2,092 -2,096 -2,1 2,019 2,016 2,012 -4,591 -4,584 0,309 0,316 -2,882 -2,886 -2,89 2,892 2,888 2,884 -1,704 -1,697 0,783 0,791 -3,724 -3,728 -3,732 3,713 3,709 3,705 -2,197 -2,189 1,288 1,295 -5,163 -5,155 -0,566 -0,558 -0,247 -0,247 -3,113 -3,113 -4,923
M3 KN-m 0,00053 -4E-19 0 0,00064 4,1E-19 0 0,00064 4,1E-19 0 0,0322 0,0322 3,3E-17 0 0,00064 8,2E-19 0 0,00064 8,2E-19 0 -0,0096 -0,0096 3,3E-17 0 0,00064 8,2E-19 0 0,00064 8,2E-19 0 0,00019 0,00019 9,6E-18 0 0,0038 0,0038 -3E-16 0 -3E-17 0 -3E-17 0
Frame Text 396 396 397 397 397 398 398 398 399 399 399 400 400 400 401 401 401 402 402 402 403 403 403 404 404 404 405 405 405 406 406 406 407 407 407 408 408 408 409 409 409
41
Station M 0,30104 0,60208 0 0,30104 0,60208 0 0,30104 0,60208 0 0,30104 0,60208 0 0,30104 0,60208 0 0,30104 0,60208 0 0,30104 0,60208 0 0,30104 0,60208 0 0,30104 0,60208 0 0,30104 0,60208 0 0,30104 0,60208 0 0,30104 0,60208 0 0,30104 0,60208 0 0,30104 0,60208
P KN -0,282 -0,282 -0,282 -0,282 -0,282 -0,873 -0,873 -0,873 -0,873 -0,873 -0,873 -1,802 -1,802 -1,802 -1,802 -1,802 -1,802 -3,507 -3,507 -3,507 -3,507 -3,507 -3,507 -3,552 -3,552 -3,552 -3,552 -3,552 -3,552 -1,767 -1,767 -1,767 -1,767 -1,767 -1,767 -0,839 -0,839 -0,839 -0,839 -0,839 -0,839
M3 KN-m 0,0012 0 0 0,0012 0 0 0,0012 1,2E-18 0 0,0012 1,2E-18 0 0,0012 8,2E-19 0 0,0012 8,2E-19 0 0,0012 1,2E-18 0 0,0012 1,2E-18 0 0,0012 1,2E-18 0 0,0012 1,2E-18 0 0,0012 1,2E-18 0 0,0012 1,2E-18 0 0,0012 -2E-18 0 0,0012 -2E-18
Tabel 2. Tabel gaya batang jembatan prototype Carabiner Frame Text 293 294 294 295 295 295 295 296 296 297 297 298
Station m 0,4 0 0,4 0 0,4 0,4 0,8 0 0,4 0 0,4 0
P KN -4,923 -5,603 -5,603 -14,78 -14,78 -14,75 -14,75 -5,626 -5,626 -4,96 -4,96 -3,141
M3 KN-m -3E-17 0 -3E-17 0 0,1411 0,1411 -2E-16 0 -3E-17 0 5,4E-19 0
Frame Text 410 410 410 411 411 411 412 412 412 413 413 413
Station M 0 0,30104 0,60208 0 0,30104 0,60208 0 0,30104 0,60208 0 0,30104 0,60208
P KN -0,25 -0,25 -0,25 -0,25 -0,25 -0,25 0,42 0,42 0,42 0,42 0,42 0,42
M3 KN-m 0 0,0012 1,2E-18 0 0,0012 1,2E-18 0 0,0012 1,2E-18 0 0,0012 1,2E-18
Tabel 3. Joint Moment Jembatan Prototype Carabiner Joint Text 1 2 3 4 5 6 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
U3 mm 0 -0,0771 -1,3512 -2,5496 -3,606 -4,537 -4,538 -3,6078 -2,5517 -1,3528 -0,0766 0 -1,341 -2,5386 -3,5497 -4,5238 -5,0868 -4,5226 -3,5482 -2,5365 -1,3395 -0,0695 -1,3698
Joint Text 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174
42
U3 mm 0 -0,0359 -1,338 -2,5475 -3,6166 -4,5291 -4,5281 -3,6148 -2,5456 -1,337 -0,04 0 -1,3249 -2,5332 -3,5571 -4,514 -5,0765 -4,5157 -3,5584 -2,5352 -1,3258 -0,0477 -1,3549
Joint Text 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204
U3 mm 0 -0,0772 -1,3518 -2,5506 -3,6073 -4,5385 -4,5369 -3,5995 -2,5643 -1,3614 -0,0768 0 -1,3496 -2,5596 -3,5492 -4,5227 -5,0879 -4,5241 -3,5494 -2,5375 -1,34 -0,0696 -1,3704
Tabel 3. Joint Moment Jembatan Prototype Carabiner Joint Text 25 26 27 28 29 30 31
F.
U3 mm -2,5603 -3,6111 -5,0896 -3,6127 -2,5622 -1,3712 -0,069
Joint Text 175 176 177 178 179 180 181
U3 mm -2,5576 -3,6203 -5,0811 -3,619 -2,5562 -1,3545 -0,0502
Joint Text 205 206 207 208 209 210 211
U3 mm -2,5614 -3,6125 -5,0908 -3,6083 -2,5748 -1,3798 -0,0692
Desain Komponen
Gambar 22. Profil PC-75 (sumber : www.desain.analisis.desain.baja.ringan.com)
1.
Desain batang tarik Pada batang tarik, desain dihadapkan pada pemilihan penampang yang luasannya mampu menahan gaya tarik yang terjadi, sehingga nilai kapasitas penampang murni ditentukan oleh luasan penampang. Hal juga yang harus diperhatikan pada desain batang tarik adalah perlemahan yang terjadi pada sambungan. Hal ini terjadi akibat adanya lubang karena sambungan baut. Namun sesuai dengan batasan masala, maka perhitungan sambungan tidak dibahas dalam tugas akhir ini, sehingga jumlah baut pada sambungan adalah nilai asumsi, bukan berasal pada analisis perhitungan.
43
a.
Data Analisis Gaya Tarik Maksimal
: 12470,2 N
Panjang Bentang
: 410 Mm
Profil Desain
: C-75
Mutu
: G550
Modulus Elastisitas
: 200000 Mpa
Fy
: 550 Mpa
Fu
: 550 Mpa
N-Baut
:4
Diamter
: 6 mm Tabel 4. Data Profil C75 H
75.000 mm
B
37.800 mm
A
12.700 mm
Bmt
T
0.700 mm
Luas
Ag
2 112.227 mm
Rx
29.746 mm
Ry
19.360 mm
Panjang
Radius Girasi Ix
4 99300.340 mm
Iy
4 42065.408 mm
Momen Inersia x0
13.161 mm
y0
37.500 mm
Titik Berat
44
e.
Analisis perhitungan 1)
Luasan netto penampang
A 112.227 mm2 An A ( Diameter tebal. pelat nBaut) An 112.227 (6 0.7 4) An 95.427 mm2 2)
Kapasitas penampang sentris a)
Kondisi leleh
Tr1 ty Ag Fy.......................................................(6) Tr1 0.9 112 .227 550 Tr1 55552 .365 N Tr1 pload 12470 ,2 N OK
b)
Kondisi ultimate Tr 2 tu An Fu.....................................................(7) Tr 2 0.75 95.427 550 Tr 2 39363 .637 N Tr 2 Ploud 12470 .2 N
3)
Kapasitas penampang eksentris a)
Kondisi leleh
Iy ...........................................................................(8) x 42065.408 St 13.161 St 3196 .217 mm3 St
Misalkan sambungan berpusat pada posisi badan, maka
45
e x0 13.161mm Fy Tr1 ........................................................(9) 1 e Ag St 0.9 550 Tr1 1 13.6 112 .227 3196 .217 Tr1 37598 .148 N Tr1 Pload 12470 .2 N
b)
Kondisi ultimate
Iyn I (n d t x)............................................(10) Iyn 42065.408 (4 6 0.70 13.161) Iyn 41844 .303mm4 Iyn St x 41844 .303 St 13.161 St 3179 .417 mm3 Fu Tr 2 1 e Ag St 0.75 550 Tr 2 1 13.161 112 .227 3179 .417 Tr 2 31609 .318 N Tr 2 Pload 12470 .2 N
4)
Kelangsingan batang tarik Batas kelangsingan
300 Sumbu lemah profil c merupakan sumbu y, maka
46
ry
Iy ..................................................................(11) A
42065.408 112 .227 ry 19.360 mm KL r 1 410 19.360 21.177 300 Aman ry
2.
Desain Batang Tekan pada batang tekan, desain dihadapkan pada antisipasi tekuk yang dapat terjadi pada tiap sumbu elemennya. Karena tekuk tersebut berpengaruh pada nilai struktural batang yang bersangkutan. Sehingga penampang yang dipilih adalah penampang yang dengan nilai kapasitas yang dapat menahan tekuk yang akan terjadi. a.
Data analisis Gaya tekan maksimal
:11517.2 N
Panjang bentang
: 800 mm
Profil Desain
: C-75
Mutu
: G550
Modulus Elastisitas
: 200000 Mpa
Fy
: 550 Mpa
Fu
: 550 Mpa
Stifner
: 2 buah (multi stifner)
47
Tabel 5. Data Profil C75
H
75.000 mm
B
37.800 mm
a
12.700 mm
Bmt
T
0.700 mm
Luas
Ag
2 112.227 mm
Rx
29.746 mm
Ry
19.360 mm
Panjang
Radius Girasi Ix
4 99300.340 mm
Iy
4 42065.408 mm
Momen Inersia x0
13.161 mm
y0
37.500 mm
Titik Berat
b.
Analisis perhitungan 1)
Efektiftas elemen pengaku (stiffener) Elemen pengaku terdapat pada elemen badan, batas elemen Pengaku h Ia 4 26 t 4 18t 4 .....................................................(12) t 75 Ia 4 26 0.70 4 18 0.70 4 0.70 Ia 96.657 mm4 4.322 mm4
h h Is 5ht 3 0.7 astif astif
48
h 50
Jarak elemen pengaku (astif) = 47.17 mm
75 75 75 Is 5 75 0.7 3 0.7 47.17 50 47.17 Is 61.354 mm4 1.5mm4 Is Ia ............(elemen
pengaku
berpengaruh
pada
ketebalan penampang) 2)
Tebal efektif akibat elemen pengaku Untuk profil C75 Wn Nilai P Isf
wn 3Isf t s t pt 3 2p
= 59.14 mm = 60.68 mm = 19.6 mm4 1
3 .........................................................(13)
59.14 3 19.6 t s 0.7 60.68 0.70 3 2 60.68 t s 0.906 mm
1
3
Nilai tebal efektif penampang Elemen badan , teff = t s Elemen sayap , teff = t 3)
Batas Kelangsingan Elemen Penampang k .E Wlim 0.644 ..................................................................(14) f
Wlim 0.644
4 200000 4601 .8 112 .227
Wlim 89.953 Syarat batasan :
49
a)
Web
Ww
h h .........(15) 200 dan Ww teff teff
75 107 .143 200 0 .7 Ww Wlim Ww
Syarat Ww < Wlim , maka : Ww = W b)
Flange
Wf
h 200 . teff
Wf
h Wlim teff
37.8 54 200 dan Wf < Wlim 0.7 Syarat Wf < Wlim , maka : Wf = W Wf
4)
Luas efektif (Ae) Dari batasan penampang : a) Web Didapat Ww = 107.143 mm Maka, he = Ww. Ts = 107.143 x 0.906 = 97.07 mm Flange Didapat Wf = 54 mm Maka, be = Wf. t = 54 x 0.7 = 37.8 mm Maka luas efektif penampang adalah :
Ae 107.143 2 0.7 0.906 2 37.8x0.7 2 12.7 0.7 0.7
Ae 165.52mm 2
50
Gambar 23. Profil PC-75 (sumber : www.desain.analisis.desain.baja.ringan.com) 5)
Buckling arah y Pyer
Pyer
2 E Iy
Ky Ly2
..............................................(16)
2 200000 42065 .608
1 800 2
Pyer 78259 .03 N
78259 .03 165 .52 Fey 427 .8Mpa Fey
Fpy 0.833( Fey) Fpy 0.833 472 .8 Fpy 393 .84 Mpa Syarat :
Fpy Fy 2
Maka : 393.84 275
51
Fy 2 .............................................(17 ) Fay Fy 4 Fpy 550 2 Fay 550 4 393 .84 Fay 357 .98Mpa
Cry Cry Cry Cry
6)
. Ae.Fay...................................................(18) 0.9 165.52 357.98 533327 .62 N 53327 .62 N Pload 11517 .20 N Aman
Buckling Arah X
PWer PWer
2 E Ix
Ky Ly2
.............................................(19)
2 200000 99300 .34
1 800 2
PWer 580079820 N
PWer .........................................................(20) Ae 580079820 Fex 165 .52 Fex 3502474 Mpa Fex
Fpx 0.833 ( Fex)................................................(21) Fpx 0.833 3502474 Fpx 2917561 Mpa Syarat Fpx Fy 2 Maka 2917561 275
52
Fy 2 ....................................................(22) Fax Fy 4 Fpx 550 2 Fax 550 4 2917561 Fax 549 .97 Mpa
Crx Ae Fax........................................................(23) Crx 0.9 165 .52 49.97 Crx 81928 .53 N Pload 11517 .20 N Aman
7)
Lateral torsional buckling
E ...................................................................(24) 21 200000 G 21 0.3 G 76923 .07 Mpa G
53
1 J bi hi3 ............................................................(25) 3 1 1 1 J 2 37.8 0.7 3 97.07 0.7 3 2 12.7 0.7 3 3 3 3 J 8.64 11.09 2.9 J 22.63mm4
rx
Ix ..............................................................................(26) A
99300 .340 112 .227 rx 29.745 mm rx
h 2 xo ex 2 ........................................................................(27 ) 4 rx 97.07 2 13.161 ex 4 29.745 2 ex 35.04 mm x ex xo............................................................................(28) x 35.04 13.161 x 48.201mm2 Iw 42065 .408 112 .227 13.1612 Iw 61504 .46 mm4 h2 Cw Iw xo.ex. A..........................................................(29) 4 97.07 2 61504 .46 13.161x35.04 x112.227 Cw 4 Cw 22966820 .44mm6
Ips Ix Iy A x 2 .........................................................(30)
Ips 99300 .340 42065 .408 112.227 48.2012 Ips 402106 .82mm4
54
ro
Ips .....................................................................................(31) A
402106 .82 112 .227 ro 59.85mm ro
xo 2 ....................................................................................(32) ro 2 13.1612 1 59.85 2 0.951
1
1 2 .E.Cw Pz 2 G . J ...................................................(33) ro k .L 2 2 200000 22966820 .44 1 76923 .07 22.63 2 2 59.85 1 581 Pz 37940 .95 N Pz
Pz .........................................................................................(34) Ae 37940 .95 Fz 165 .52 Fz 229 .22 MPa 1 2 Fst Fex Fz Fex Fz 4 Fex Fz 2 Fz
1 350459 229 .22 2 x0.951 Fst 667 .589 MPa Fst
350459 229.22 2 4 0.951 350459 229.22
Fpz 0.833 Fst .........................................................(35) Fpz 0.833 667 .589 Fpz 556 .102 MPa Syarat : Fpz Fy 2 Maka : 556.102 275
55
Fy 2 .................................................................(36) Faz Fy 4 Fpz 550 2 Faz 550 4 x556 .102 Faz 414 MPa Crz Ae Faz.................................................................(37) Crz 0.9 165 .52 414 Crz 61672 .7 N Pload 11517 .20 N Aman
3.
Desain dan detail sambungan a. Kapasitas tumpu nominal bagian tersambung t2 t 1 2 1........................................................................(38) t1 t1 d t V
= = =
8 mm 1.27 mm 81.42 N
Vb1 4.2 A2 Df fv2 ....................................................(39) 3
Vb1 4.2 1.27 3 8 495 Vb1 8415 .98 N
Vb2 Ct1 df A fv.........................................................(40) Vb2 2.6143 8 1.27 495 Vb2 13147 .84 N
C : Faktor Tumpu
df 6.86 13 t maka : C 3.3 (0.1 (6.86)) C 2.6143 6
Vb3 Ct df A fv Vb3 2.6143 8 1.27 495 Vb3 13147 .84 N
56
Dipilih Vb yang terkecil, yaitu Vb = 8415 N Vb * b Vb 81.42 N 0.5 8415 .98 N 81.42 4207 .99 OK
b.
Detail sambungan Gaya Tarik : 12470 N Nt * Nt n.........................................................................(41)
Nt : dicari berdasarkan kapasitas sobek nominal (Nov) 0.5 t 1.27 1.5mm
maka : Nov 1.5 t Dw fv................................................................(42) Nov 1.5 1.27 8 495 Nov 7543 .8 N
Nt * Nov n...................................................................(43) 1247 0.5 7543 .8 n n 3.3 4sekrup
Vb* Vb n.........................................................................(44) 81.42 4207 .99 n n 0.02 4sekrup
Vb* Vb n 81.42 N 16831 .96 N Aman Vb n 1.25 Vb 16831 .96 N 5259 .99 N Aman
57
BAB III DESAIN MODEL JEMBATAN
G.
Dasar Teori Model 1.
Pengertian Model Model adalah rencana, representasi, atau deskripsi yang menjelaskan suatu objek, sistem, atau konsep, yang sering kali berupa penyederhanaan atau idealisasi. Bentuknya dapat berupa model fisik (maket, bentuk prototype), model citra (gambar rancangan, citra komputer), atau rumusan matematis. Sedangkan menurut KBBI model adalah barang tiruan yang kecil dengan bentuk yang persis seperti benda yang ditiru.
2.
Fungsi Model Model fisik berfungsi untuk memvisualisasikan bentuk jembatan sesungguhnya ke dalam ukuran yang diskala sehingga ukuran jembatan lebih kecil dan bisa diuji di laboratorium menggunakan alat UTM (Universal Testing Machine) untuk mengetahui apakah jembatan yang kita rencanakan mampu menahan beban kerja yang telah direncanakan sebelumnya. Selain model fisik juga terdapat model citra. Pemodelan ini menggunakan alat bantu berupa perangkat lunak seperti SAP2000 atau pun gambar rencana dan berfungsi untuk mengetahui gaya-gaya reaksi dan defleksi yang terjadi apabila jembatan tersebut menderita beban.
H.
Kriteria Perencanaan Perencanaan harus berdasarkan pada suatu prosedur yang memberikan jaminan ringan, kokoh, kaku dan stabil. Perencanaan kekuatan elemen baja sebagai komponen struktur jembatan yang diperhitungkan terhadap lentur, geser, aksial, puntir serta kombinasinya, harus didasarkan pada cara perencanaan berdasarkan Beban dan Kekuatan Terfaktor (PBKT). Jika parameter jembatan ringan, kokoh, kaku dan stabil digunakan untuk pemilihan material konstruksi agar dapat dengan mudah ditentukan bahwa material baja adalah yang unggul dibandingkan beton dan kayu. Rasio
58
kuat dibanding berat untuk volume yang sama dari baja ternyata lebih tinggi (efisien) dibanding beton. Ini indikasi jika perencanaannya optimal maka bangunan dengan konstruksi baja tentunya akan menghasilkan sistem pondasi yang lebih ringan dibanding konstruksi beton, meskipun masih kalah dibanding kayu atau bambu. Tipe rangka (truss). Tipe ini sudah dikenal sejak saat dipatenkan dengan tipe Howe (batang diagonal tertekan), Pratt (batang diagonal tertarik) dan Warren (batang diagonal bergantian ada yang tertekan dan tertarik). Masih ada jenis lain yaitu tipe K dan tipe Baltimore yang merupakan kombinasi dari tipe Warren. Dari cara pembebannya, maka ada dua istilah yaitu tipe dek (deck type) bila beban melalui titik-titik buhul sisi atas rangka, dan tipe thru atau pony (thru type atau pony type) bila beban melalui titik-titik buhul sisi bawah. Struktur truss atau rangka batang adalah sebuah struktur yang terangkai dari beberapa batang yang disambungkan pada ujung batang di titik buhul atau simpul. Pada umumnya bentuk tersebut terdiri dari deretan bentuk segitiga yang disambungkan. Sambungan pada titik buhul biasanya memakai alat sambung baut, paku keling atau las. Dalam analisis, sambungan atau titik buhul dianggap sendi sempurna. Sehingga batang-batang hanya akan menerima gaya normal berupa beban aksial tekan atau tarik yang akan menimbulkan tegangan normal. Gaya aksial ini akan diterima atau direspon oleh batang yang disebut gaya batang, yang menghasilkan tegangan yang disebut dengan tegangan primer (Primary stresses). Pada dasarnya sambungan pada titik buhul tidaklah sendi murni karena akibat pengencangan baut, keling atau las maka buhul tersebut bersifat tidak bebas berputar atau kaku. Ketika terjadi perubahan panjang pada batang akibat beban aksial, maka buhul tidak dapat berputar atau berdeformasi untuk menyesuaikan perubahan tersebut akibat gesekan atau buhul yang kaku. Maka terjadi momen pada buhul yang dinamakan momen sekunder (Secondary moments) yang selanjutnya menyebabkan terjadinya tegangan lain yang dinamakan tegangan sekunder (secondary stresses).
59
Ciri struktur truss yaitu bidangnya berupa segitiga dan beban yang bekerja pada struktur berupa beban terpusat. Pada struktur truss perpindahan yang terjadi hanya berupa translasi, sedangkan rotasi tidak ada karena truss adalah tipe struktur yang dalam merespon gaya hanya akan diterima sebagai gaya aksial. Pada struktur portal (frame) perpindahan yang terjadi dapat berupa translasi maupun rotasi. 1.
Kelebihan jembatan rangka batang: a.
Batang utama merupakan gaya aksial.
b.
Dengan sistem badan terbuka (open web) pada rangka batang dimungkinkan
menggunakan
tinggi
maksimal
dibandingkan
dengan jembatan balok tanpa rongga. 2.
Kekurangan jembatan rangka batang: Efisiensi rangka batang tergantung dari panjang bentangnya, artinya jika
jembatan rangka batang dibuat semakin panjang, maka
ukuran dari rangka batang itu sendiri juga harus diperbesar atau dibuat lebih tinggi dengan
sudut yang lebih
besar untuk
menjaga
kekakuannya, sampai rangka batang itu mencapai titik di mana berat sendiri jembatan terlalu besar sehingga rangka batang tidak mampu lagi mendukung beban tersebut. Keberadaan kabel prategang pada model jembatan rangka selain bisa memberikan lendutan yang mengarah ke atas juga dapat meningkatkan kekakuan model jembatan sehingga lendutan yang terjadi akibat beban yang bekerja pun menjadi berkurang. Hal ini terjadi dengan adanya kabel prategang yang menahan terjadi deformasi pada jembatan
menyebabkan
seolah-olah
jembatan
memiliki
batang
tambahan pada strukturnya. Sehingga pada akhirnya dikarenakan jumlah batang bertambah, kekakuan model jembatan meningkat. Jembatan pelengkung adalah struktur setengah lingkaran dengan abutmen di kedua sisinya. Desain pelengkung (setengah lingkaran) secara alami akan mengalihkan beban yang diterima lantai kendaraan jembatan menuju ke abutmen yang menjaga kedua sisi jembatan agar
60
tidak bergerak ke samping. Ketika menahan beban akibat berat sendiri dan beban lalu lintas, setiap bagian pelengkung menerima gaya tekan, karena alasan itulah jembatan pelengkung harus terdiri dari material yang tahan terhadap gaya tekan.
a.
Jembatan pelengkung Pengikat Jembatan pelengkung pengikat adalah salah satu variasi dari tipe jembatan pelengkung menerus dengan satu hal yang berbeda. Pada tipe jembatan menerus gaya dorong horizontal yang terjadi disalurkan langsung ke pondasi sedangkan pada jembatan pelengkung mengikat gaya dorong horizontal ke bagian jembatan yang lainnya secara menerus seperti rantai. Perbedaan lainnya
yaitu
jembatan
pelengkung
mengikat
dan
mendistribusikan gaya dorong horizontal yang diterima ke girder jembatan sehingga pier (pondasi jembatan) pada jembatan mengikat menjadi lebih kecil dibanding jembatan lainnya. b.
Jembatan pelengkung menerus Jembatan pelengkung menerus memiliki konstruksi tipe pelengkung yang berada di atas jalan raya dan lengkung di bawah jalan raya. Beban jembatan akibat lalu lintas ditahan oleh dek jembatan yang kemudian diteruskan ke bagian utama pelengkung baja melalui kabel baja yang menghubungkan dek jembatan ke bagian pelengkung utama.
c.
Jembatan pelengkung dengan Dek Jembatan
pelengkung
tipe
dek
merupakan
jembatan
pelengkung dengan tipe yang sederhana dibandingkan tipe jembatan pelengkung yang lainnya. Jembatan pelengkung tipe dek ini dapat digunakan pada jarak yang sangat jauh ± 518 m. Jembatan melengkung ini di desain untuk menahan kombinasi gaya aksial dan momen arus lalu lintas jembatan.
61
Tabel 6. Tipe umum jembatan rangka batang. Tipe
1)
Konfigurasi Rangka
Material
Keterangan Sering digunakan lebih banyak di masa lampau dari pada tipe-tipe rangka lainnya, bentang maksimal 200 feet Sering digunakan dimasa lampau tetapi sangat sedikit digunakan dimasa sekarang, bentang maksimal 200 feet Sangat umum, untuk bentang maksimal 200 feet Untuk bentang di atas 180 feet atau 200 feet sampai 350 feet atau 360 feet, lebih ekonomis
Pratt
Baja
Howe
Baja
Warren
Baja
Parker
Baja
Baltimore
Baja
digunakan untuk bentang di atas 300 feet
K truss
Baja
digunakan untuk bentang di atas 300 feet
Tipe Warren (Warren Truss) Tipe jembatan ini dipatenkan oleh James Warren dan Willoughhby Teobald Monzani pada tahun 1848 di Britania Raya. Jembatan rangka batang tipe Warren ini tidak memiliki batang vertikal pada bentuk rangkanya yang berbentuk segitiga sama kaki atau segitiga sama sisi. Sebagian batang diagonalnya mengalami gaya tekan (compression) dan sebagian lainnya mengalami gaya tegangan (tension).
2)
Tipe Pratt (Pratt Truss) Tipe jembatan rangka batang ini ditemukan oleh Thomas dan Caleb Pratt pada tahun 1844. Jembatan rangka batang tipe Pratt ini memiliki elemen
62
diagonal yang mengarah kebawah dan bertemu pada titik tengah batang jembatan bagian bawah. 3)
Tipe Howe (Howe Truss) Tipe jembatan rangka batang Howe memiliki elemen diagonal mengarah keatas, dan menerima tekanan sedangkan batang vertikalnya menerima tegangan. Tipe ini merupakan kebalikan dari tipe Pratt, dipatenkan oleh William Howe di Massachussetts, Amerika Serikat pada tahun 1840.
4)
Tipe Parker (Parker Truss) Tipe jembatan rangka batang Parker memiliki rangka batang dengan sebuah batang atas berbentuk poligon pada rentang yang lebih besar, yang bertujuan untuk menghemat material.
5)
Tipe Baltimor (Baltimor Truss) Tipe jembatan Baltimore Truss dikembangkan pada tahun 1871 oleh insinyur dari Baltimore dan Ohio dan Pennsylvania Railroad, Baltimore (Petit) truss subtipe populer ke awal abad kedua puluh. The Baltimore (Petit) truss adalah ditandai dengan desain Pratt menampilkan tambahan, tambahan sub-struts atau sub-ikatan yang menghubungkan akord dan anggota diagonal dan vertikal
6)
Tipe K (K Truss) Tipe jembatan rangka batang K-Truss mempunyai sambungan diagonal kayu yang mendapat lebih banyak gaya tekan, dinamakan K-Truss karena elemen web yang berbentuk “K” paling ekonomis pada jembatan besar karena panjang elemen yang pendek akan mengurangi resiko tekuk.
63
I.
Kriteria Perencanaan 1.
Material a.
Kayu Kayu merupakan bahan produk alami yang tersedia di alam. Kayu merupakan bahan bangunan yang banyak digunakan orang atas pertimbangan arsitektur maupun struktur. Dari aspek struktur atau kekuatan, kayu cukup kuat dan kaku walaupun bahan kayu tidak sepadat baja atau beton. Kayu mudah dikerjakan – disambung dengan alat relatif sederhana. Bahan kayu merupakan bahan yang dapat didaur ulang. Karena dari bahan alami, kayu merupakan bahan bangunan ramah lingkungan. Karena berasal dari alam, kita tak dapat mengontrol kualitas bahan kayu. Sering kita jumpai cacat produk kayu yang disebabkan proses tumbuh maupun kesalahan akibat pengolahan dari produk kayu tersebut. Dibanding dengan bahan beton dan baja, kayu memiliki kekurangan terkait dengan ketahanankeawetan. kayu memiliki karakter kekuatan yang berbeda dari bahan baja maupun beton terkait dengan arah beban dan pengaruh kimiawi. Karena struktur serat kayu memiliki nilai kekuatan yang berbeda saat menerima beban. Kayu memiliki kekuatan lebih besar saat menerima gaya sejajar dengan serat kayu dan lemah saat menerima beban tegak lurus arah serat kayu. Sifat umum yang terdapat pada kayu:
1)
Kayu tersusun dari sel-sel yang memiliki tipe bermacam-macam dan susunan dinding selnya terdiri dari senyawa kimia berupa selulosa dan hemi selulosa (karbohidrat) serta lignin (non karbohidrat).
2)
Semua kayu bersifat anisotropik, yaitu memperlihatkan sifat-sifat yang berlainan jika diuji menurut tiga arah utamanya (longitudinal, radial dan tangensial).
64
3)
Kayu merupakan bahan yang bersifat higroskopis,
yaitu dapat
menyerap atau melepaskan kadar air (kelembaban) sebagai akibat perubahan kelembaban dan suhu udara disekelilingnya. 4)
Kayu dapat diserang oleh hama dan penyakit juga dapat terbakar terutama dalam keadaan kering. Kayu dapat membusuk karena jamur dan kandungan air yang berlebihan, lapuk karena serangan hama dan kayu lebih mudah terbakar jika tersulut api.
Kayu memiliki sifat fisis dan mekanis, diantaranya: a)
Kekuatan tarik Kekuatan tarik adalah kekuatan kayu untuk menahan gayagaya yang berusaha menarik kayu.
Terdapat 2 (dua) macam
kekuatan tarik yaitu : (1)
Kekuatan tarik sejajar arah serat
(2)
Kekuatan tarik tegak lurus arah serat Kekuatan tarik terbesar pada kayu ialah kekuatan tarik
sejajar arah serat. Kekuatan tarik tegak lurus arah serat lebih kecil daripada kekuatan tarik sejajar arah serat. b)
Kekuatan tekan Kekuatan tekan/kompresi adalah kekuatan kayu untuk menahan muatan/beban. Terdapat 2 (dua) macam kekuatan tekan yaitu : (1)
Kekuatan tekan sejajar arah serat.
(2)
Kekuatan tekan tegak lurus arah serat. Pada semua kayu, kekuatan tegak lurus serat lebih kecil
daripada kekuatan kompresi sejajar arah serat. c)
Kekuatan geser Kekuatan geser adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya yang membuat suatu bagian kayu tersebut turut bergeser dari bagian lain di dekatnya. Terdapat 3 (tiga) macam kekuatan yaitu :
65
(1)
Kekuatan geser sejajar arah serat
(2)
Kekuatan geser tegak lurus arah serat dan
(3)
Kekuatan geser miring Kekuatan geser tegak lurus serat jauh lebih besar daripada
kekuatan geser sejajar arah serat. d)
Kekuatan lengkung Kekuatan lengkung atau lentur adalah kekuatan untuk menahan gaya-gaya yang berusaha melengkungkan kayu atau untuk menahan beban mati maupun hidup selain beban pukulan. Terdapat 2 (dua) macam kekuatan yaitu : (1)
Kekuatan lengkung statik, yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang mengenainya secara perlahan-lahan.
(2)
Kekuatan lengkung pukul, yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang mengenainya secara mendadak.
e)
Kekakuan Kekakuan perubahan
adalah
bentuk
kemampuan
atau
kayu
lengkungan.
untuk
menahan
Kekakuan
tersebut
dinyatakan dalam modulus elastisitas. f)
Keuletan Keuletan
adalah
kemampuan
kayu
untuk
menyerap
sejumlah tenaga yang relatif besar atau tahan terhadap kejutankejutan
atau
tegangan-tegangan
yang
berulang-ulang
yang
melampaui batas proporsional serta mengakibatkan perubahan bentuk yang permanen dan kerusakan sebagian. g)
Kekerasan Kekerasan adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya yang membuat takik atau lekukan atau kikisan (abrasi). Bersamasama dengan keuletan, kekerasan merupakan suatu ukuran tentang ketahanan terhadap pengausan kayu.
66
Sebagaimana yang telah dijelaskan pada sifat kayu, kayu akan lebih kuat jika menerima beban sejajar dengan arah serat dari pada menerima beban tegak lurus serat. Ini karena struktur serat kayu yang berlubang. Semakin rapat serat kayu, umumnya memiliki kekuatan yang lebih dari kayu dengan serat tidak rapat. Kerapatan ini umumnya ditandai dengan berat kayu persatuan volume / berat jenis. Berikut tabel menunjukkan kelas berat jenis kayu dan besaran kuat kayu.
Tabel 7. kelas berat jenis kayu dan besaran kuat kayu. Kelas Kuat I II III IV V
b.
Kuat Tarik Absolut (Kg/cm3) ≥ 0.90 ≥ 1100 0.90 – 0.60 1100 – 725 0.60 – 0.40 725 – 500 0.40 – 0.30 500 – 360 < 0.30 < 360 (Sumber: RSNI T02-2005)
Kuat Takan
Berat Jenis
Absolut (kg/cm3) ≥ 650 650 – 425 425 – 300 300 – 215 < 215
Lem G Lem G adalah lem perekat yang multi fungsi, yakni perekat yang berguna untuk merekatkan benda dengan jenis benda dari bahan yang sama atau berlainan jenisnya. Seperti dari bahan kayu, kertas, kaca, plastik, keramik, karet, mika, dll. Kelebihan dari lem G: 1)
Harga terjangkau
2)
Kekuatan lebih tahan lama
3)
Dapat merekatkan berbagai macam benda Kekurangan dari lem G:
1)
Panas jika terkena tangan
67
2)
Lebih cepat merekat
Gambar 24. lem G (sumber : dokumentasi pribadi) 2.
Beban uji Beban mati total dari penjumlahan dibawah ini : Perhitungan berat sendiri = Volume (V) x Berat Jenis (ρ)
J.
Kriteria Perencanaan Berdasarkan material yang digunakan untuk konstruksi, jembatan terdiri atas jembatan baja canai dingin sedangkan menurut fungsinya, jembatan terdiri atas jembatan untuk pejalan kaki. Dalam perencanaan struktur, jembatan dibagi kedalam dua sistem struktur, yaitu sistem struktur atas (superstructure) dan sistem struktur bawah (substructure). Sistem struktur atas terdiri dari sistem pelat-girder jembatan dan joint yang menghubungkan antar pelat-girder tersebut, sedangkan sistem struktur bawah terdiri dari pier, bearing, abutment, dan pondasi. Gabungan kedua sistem struktur atas dan bawah.
K.
Modelisasi Struktur Elemen-elemen batang lurus yang dirangkai dalam suatu bidang datar dengan sambungan antar ujung-ujung batang yang diasumsikan “kaku sempurna” namun dapat berpindah tempat dalam bidang strukturnya dan
68
dapat berputar dengan sumbu putar yang tegak lurus bidang strukturnya, merupakan struktur sistem portal 2 dimensi. Pada sistem portal 2 dimensi, beban luar yang bekerja boleh berada di titik-titik buhul maupun titik-titik yang berada di sepanjang batang dengan arah sembarang namun harus sebidang dengan bidang struktur tersebut. Jepit,
sendi, ataupun rol,
merupakan tumpuan yang posisinya harus berada pada titik buhul. Mengingat sambungan antar ujung-ujung batang yang kaku sempurna, dapat menjamin stabilitas elemen. Bentuk-bentuk sistem portal 2 dimensi yang biasanya mendekati bentuk segi empat, namun pada prinsipnya boleh berbentuk sembarang dan tidak memerlukan bentuk dasar segitiga seperti halnya pada sistem rangka batang 2 dimensi. Elemen-elemen pembentuk system portal 2 dimensi tersebut akan dapat mengalami gaya-gaya dalam yang berupa gaya aksial (desak atau tarik), momen lentur, dan gaya geser.
L.
Analisa Struktur a.
Spesifikasi Model i.
Bentang 40cm
ii.
Stik es krim bahan kayu sengon (1 Lapis 9x2mm, 2 Lapis 9x4.5mm, 3 Lapis 9x7mm)
iii. b.
Plat menggunakan susunan stik es krim 2 lapis setebal 4.5mm Desain Model
Gambar 25. Tampak Atas struktur jembatan carabiner (sumber : Dokumen Pribadi)
69
Gambar 26. Tampak Depan struktur jembatan. (sumber : dokumen pribadi)
Gambar 27. Tampak 3D struktur jembatan. (sumber : dokumen pribadi)
c.
Pembebanan Model Dalam pengujian ini, digunakan beban merata hanya pada tengah bentang dengan rincian sebagai berikut: a.
Beban 10 kg = 10kg/0.045m = 222.22 kg/m
b.
Beban 20 kg = 20kg/0.045m = 444.44 kg/m
c.
Beban 30 kg = 30kg/0.045m = 666.66 kg/m
d.
Beban 40 kg = 40kg/0.045m = 888.88 kg/m
70
e.
Beban 50 kg = 50kg/0.045m = 1111.11 kg/m
Gambar 28. Pembebanan pada bentang tengah (sumber : dokumen pribadi) Hasil Analisa Tabel 8. Defleksi dan Beban No. 1. 2. 3. 4. 5.
Beban (kg) 10 20 30 40 50
BTR (kg/m) 222.22 444.44 666.66 888.88 1111.11
Defleksi (cm) 0.1077 0.2153 0.3229 0.4304 0.5380
60 50
Beban (kg)
d.
y = 92,963x - 0,0139
40 30 20
10 0 0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
δ (cm)
Gambar 29. Grafik Hubungan Defleksi dengan Beban (sumber : dokumen pribadi)
71
0,6
Dari grafik didapatkan persamaan y = 92.963 x δ – 0.0139, defleksi maksimum adalah L/500, yaitu 0.08 cm. Maka, beban yang menghasilkan defleksi 0.08 cm adalah 7.425 kg.
Tabel 9. Gaya Batang Frame Text 1 1 2 2 3 3 4 4 7 7 8 8 9 9
Station Cm 0 4 0 4 0 4 0 4 0 4 0 4 0 4
10
0
10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12 12
3 3 6 0 3 3 6 0 3 3 4 4 6
13
0
13 13 13 14
3 3 6 0
P Kgf 18.5 18.5 -12.22 -12.22 -45.56 -45.56 -65.37 -65.37 -39.76 -39.76 -8.61 -8.61 18.97 18.97 0.0007432 -0.001139 -75.39 -75.4 37.69 37.69 -37.7 -37.7 37.68 37.68 -37.7 -37.7 -37.7 -37.7 0.0007432 -0.001139 -72.13 -72.13 36.07
M3 Kgf-cm 0 -2,17E-16 0 -2,17E-16 0 -2,17E-16 0 -2,17E-16 0 -2,17E-16 0 -2,17E-16 0 -2,17E-16
Frame Text 103 103 104 104 104 105 105 105 106 106 106 106 107 107
Station cm 2.704 5.408 0 2.704 5.408 0 1.5 3 0 3 3 6 0 3
P Kgf -63.07 -63.07 -63.07 -63.07 -63.07 -87.4 -87.4 -87.4 -0.00074 -0.00114 -75.39 -75.4 37.69 37.69
M3 Kgf-cm 0.000602 5.42E-19 0 0.000602 5.42E-19 0 0 0 0 54.91 -54.98 -7.1E-15 0 55.99
0
107
3
-37.7
-56.05
54.91 -54.98 -1,42E-11 0 55.99 -56.05 -7,11E-12 0 59.34 -23.33 23.33 -93.33 0
107 108 108 108 108 108 108 109 109 109 109 110 110
6 0 3 3 4 4 6 0 3 3 6 0 3
-37.7 37.68 37.68 -37.7 -37.7 -37.7 -37.7 -0.00074 -0.00114 -72.13 -72.13 36.07 36.07
-1.4E-14 0 59.34 -23.33 23.33 -93.33 0 0 -55.53 55.44 1.42E-14 0 -56.73
0
110
3
-36.05
56.67
-55.53 55.44 -7,11E-12 0
110 111 111 111
6 0 3 3
-36.05 36.07 36.07 -36.05
2.84E-14 0 -56.41 55.47
72
Tabel 9. Gaya Batang Frame Text 14 14 14 15 15 15 15 16 16 16 16 17 17 17 17 18 18 19 19 20 20 21 21 22 22 23 23 24 24 24 25 25 25 26 26 26 27 27 27 28 28
Station Cm 3 3 6 0 3 3 6 0 3 3 6 0 3 3 6 0 4 0 4 0 4 0 4 0 4 0 4 0 2.236 4.472 0 2.062 4.123 0 2.062 4.123 0 2.236 4.472 0 2.5
P Kgf 36.07 -36.05 -36.05 36.07 36.07 -36.05 -36.05 27.61 27.61 -75.02 -75.02 36.18 36.18 -65.32 -65.32 -15.2 -15.2 16.39 16.39 19.99 19.99 -18.48 -18.48 10.7 10.7 40.29 40.29 60.93 60.93 60.93 166.31 166.31 166.31 169.56 169.56 169.56 65.7 65.7 65.7 -62.81 -62.81
M3 Kgf-cm -56.73 56.67 1,42E-11 0 -56.41 55.47 -1,42E-11 0 70.7 -87.58 0 0 -71.4 88.34 -2,84E-11 0 -2,17E-16 0 -2,17E-16 0 -2,17E-16 0 -2,17E-16 0 -2,17E-16 0 -2,17E-16 0 0.0002952 4,34E-16 0 0.0002721 -2,17E-16 0 0.0002721 -2,17E-16 0 0.0002952 4,34E-16 0 0.00033
73
Frame Text 111 112 112 112 112 113 113 113 113 114 114 115 115 116 116 117 117 118 118 119 119 120 120 120 121 121 121 122 122 122 123 123 123 124 124 124 125 125 125 126 126
Station cm 6 0 3 3 6 0 3 3 6 0 4 0 4 0 4 0 4 0 4 0 4 0 2.236 4.472 0 2.062 4.123 0 2.062 4.123 0 2.236 4.472 0 2.5 5 0 2.5 5 0 2.5
P Kgf -36.05 27.61 27.61 -75.02 -75.02 36.18 36.18 -65.32 -65.32 -15.2 -15.2 16.39 16.39 19.99 19.99 -18.48 -18.48 10.7 10.7 40.29 40.29 60.93 60.93 60.93 166.31 166.31 166.31 169.56 169.56 169.56 65.7 65.7 65.7 84.09 84.09 84.09 -46.02 -46.02 -46.02 79.62 79.62
M3 Kgf-cm 2.13E-14 0 70.7 -87.58 -2.8E-14 0 -71.4 88.34 4.26E-14 0 -2.2E-19 0 -2.2E-19 0 -2.2E-19 0 -2.2E-19 0 -2.2E-19 0 -2.2E-19 0 0.000295 4.34E-19 0 0.000272 -2.2E-19 0 0.000272 -2.2E-19 0 0.000295 4.34E-19 0 0.00033 0 0 0.00033 0 0 0.00033
Tabel 9. Gaya Batang Frame Text 28 29 29 29 30 30 30 31 31 32 32 33 33 34 34 34 35 35 35 36 36 36 37 37 37 38 38 38 39 39 39 40 40 40 41 41 41 42 42 42 43
Station Cm 5 0 2.5 5 0 2.5 5 0 4 0 4 0 4 0 2.5 5 0 2.5 5 0 2.5 5 0 2.5 5 0 2.5 5 0 2.5 5 0 2.5 5 0 2.5 5 0 1.5 3 0
P Kgf -62.81 62.84 62.84 62.84 -62.81 -62.81 -62.81 16.28 16.28 -15.36 -15.36 -43.8 -43.8 62.84 62.84 62.84 -46.02 -46.02 -46.02 79.62 79.62 79.62 -60.13 -60.13 -60.13 60.09 60.09 60.09 -60.12 -60.12 -60.12 171.85 171.85 171.85 167.9 167.9 167.9 -87.4 -87.4 -87.4 -39.8
M3 Kgf-cm 0 0 0.00033 0 0 0.00033 0 0 -2,17E-16 0 -2,17E-16 0 -2,17E-16 0 0.00033 0 0 0.00033 0 0 0.00033 0 0 0.00033 0 0 0.00033 0 0 0.00033 0 0 0.000495 0 0 0.000495 0 0 0 0 0
74
Frame Text 126 127 127 127 128 128 128 129 129 129 130 130 130 131 131 131 132 132 132 133 133 133 134 134 134 135 135 135 136 136 136 137 137 137 138 138 139 139 139 140 140
Station cm 5 0 2.5 5 0 2.5 5 0 2.5 5 0 2.5 5 0 2.5 5 0 2.5 5 0 2.5 5 0 2.5 5 0 2.5 5 0 2.5 5 0 2.5 5 0 6.021 0 2 4 0 2
P Kgf 79.62 -62.16 -62.16 -62.16 62.16 62.16 62.16 -60.13 -60.13 -60.13 60.09 60.09 60.09 -62.12 -62.12 -62.12 62.2 62.2 62.2 -60.12 -60.12 -60.12 60.09 60.09 60.09 -62.35 -62.35 -62.35 171.85 171.85 171.85 167.9 167.9 167.9 -24.28 -24.28 -39.8 -39.8 -39.8 -38.17 -38.17
M3 Kgf-cm 0 0 0.00033 0 0 0.00033 0 0 0.00033 0 0 0.00033 0 0 0.00033 0 0 0.00033 0 0 0.00033 0 0 0.00033 0 0 0.00033 0 0 0.000495 0 0 0.000495 0 0 -6.5E-19 0 0 0 0 0
Tabel 9. Gaya Batang Frame Text 43 43 44 44 44 45 45 45 46 46 46 47 47 47 48 48 48 49 49 50 50 50 50 51 51 52 52 53 53 54 54 55 55 56 56 57 57 58 58 58 58
Station Cm 2 4 0 2 4 0 2.5 5 0 2.062 4.123 0 2.5 5 0 2.062 4.123 0 4 0 4 4 8 0 4 0 4 0 4 0 4 0 4 0 4 0 4 0 3 3 6
P Kgf -39.8 -39.8 -38.17 -38.17 -38.17 -125.11 -125.11 -125.11 108.99 108.99 108.99 -126.52 -126.52 -126.52 110.14 110.14 110.13 -53.49 -53.49 -292.18 -292.18 -292.97 -292.97 -58.56 -58.56 -38.63 -38.63 -11.67 -11.67 17.12 17.12 17.12 17.12 -11.67 -11.67 -38.63 -38.63 13.63 13.63 -66.85 -66.85
M3 Kgf-cm 0 0 0 0 0 0 0.00033 0 0 0.0002721 -2,17E-16 0 0.00033 0 0 0.0002721 -2,17E-16 0 -2,17E-16 0 50.41 49.99 -2,02E-11 0 -2,17E-16 0 -2,17E-16 0 -2,17E-16 0 -2,17E-16 0 -2,17E-16 0 -2,17E-16 0 -2,17E-16 0 55.5 -55.12 -1,42E-11
75
Frame Text 140 141 141 141 142 142 142 143 143 143 144 144 144 145 145 145 146 146 146 147 147 148 148 149 149 150 150 151 151 151 152 152 152 153 153 153 154 154 155 155 156
Station cm 4 0 2.5 5 0 2.062 4.123 0 2.5 5 0 2.062 4.123 0 3.75 7.5 0 3.75 7.5 0 4.5 0 4.5 0 4.5 0 4.5 0 2.5 5 0 2.5 5 0 2.5 5 0 6.021 0 6.021 0
P Kgf -38.17 -125.11 -125.11 -125.11 108.99 108.99 108.99 -126.52 -126.52 -126.52 110.14 110.14 110.13 -8.52 -8.52 -8.52 -8.52 -8.52 -8.52 0 0 0 0 -2.26 -2.26 -2.26 -2.26 61.96 61.96 61.96 -60.3 -60.3 -60.3 59.9 59.9 59.9 3.05 3.05 3.05 3.05 -24.28
M3 Kgf-cm 0 0 0.00033 0 0 0.000272 -2.2E-19 0 0.00033 0 0 0.000272 -2.2E-19 0 0.000278 -2.2E-19 0 0.000278 -2.2E-19 0 -2.2E-19 0 -2.2E-19 0 -1.1E-19 0 -1.1E-19 0 0.00033 0 0 0.00033 0 0 0.00033 0 0 -6.5E-19 0 -6.5E-19 0
Tabel 9. Gaya Batang Frame Text 59 59 59 59 60 60 60 60 60 60 61 61 61 61 62 62 62 62
Station Cm 0 3 3 6 0 3 3 4 4 6 0 3 3 6 0 3 3 6
P Kgf 40.29 40.29 -40.19 -40.19 40.25 40.25 -40.22 -40.22 -40.22 -40.22 11.79 11.79 -62.81 -62.81 37.3 37.3 -37.3 -37.3
63
0
63 63 63 64 64 64 64 65 65 65 65 66 66 67 67 68 68 69 69 70 70
3 3 6 0 3 3 6 0 3 3 6 0 4 0 4 0 4 0 4 0 4
M3 Kgf-cm 0 56.85 -56.71 -7,11E-12 0 60.65 -23.73 23.73 -94.93 0 0 -56.92 56.92 0 0 -58.12 58.3 0
Frame Text 156 157 157 158 158 159 159 160 160 161 161 162 162 163 163 164 164 164
Station cm 6.021 0 6.021 0 6.021 0 6.021 0 6.021 0 4 0 6.021 0 6.021 0 4 4
P Kgf -24.28 -23.09 -23.09 0.08264 0.08264 0.08264 0.08264 -23.09 -23.09 -69.75 -69.75 -3.06 -3.06 -3.06 -3.06 -290.65 -290.65 -290.65
37.27
0
164
8
-290.65
37.27 -37.32 -37.32 30.02 30.01 -77.39 -77.39 37.41 37.41 -67.9 -67.9 -24.62 -24.62 10.07 10.07 16.23 16.23 -18.97 -18.97 11.33 11.33
-58.01 57.06 -7,11E-12 0 72.86 -88.89 -1,42E-11 0 -73.69 90.53 1,42E-11 0 -2,17E-16 0 -2,17E-16 0 -2,17E-16 0 -2,17E-16 0 -2,17E-16
166 166 167 167 180 180 181 181 184 184 185 185 188 188 189 189 192 192 193 193 268
0 6.021 0 6.021 0 6.021 0 6.021 0 6.021 0 6.021 0 6.021 0 6.021 0 6.021 0 6.021 0
-5.36 -5.36 -5.36 -5.36 -6.78 -6.78 -6.78 -6.78 -3.51 -3.51 -3.51 -3.51 -0.59 -0.59 -0.59 -0.59 2.09 2.09 2.09 2.09 -0.06137
76
M3 Kgf-cm -6.5E-19 0 -6.5E-19 0 -6.5E-19 0 -6.5E-19 0 -6.5E-19 0 -2.2E-19 0 -6.5E-19 0 -6.5E-19 0 53.29 54.02 -2,00E14 0 -6.5E-19 0 -6.5E-19 0 -6.5E-19 0 -6.5E-19 0 -6.5E-19 0 -6.5E-19 0 -6.5E-19 0 -6.5E-19 0 -6.5E-19 0 -6.5E-19 0
Tabel 9. Gaya Batang Frame Text 71 71 72 72 72 73 73 73 74 74 74 75 75 75 76 76 76 77 77 77 78 78 78 79 79 79 80 80 80 81 81 81 82 82 82 83 83 83 84 84 84
Station Cm 0 4 0 2.236 4.472 0 2.062 4.123 0 2.062 4.123 0 2.236 4.472 0 2.5 5 0 2.5 5 0 2.5 5 0 2.5 5 0 2.5 5 0 2.5 5 0 2.5 5 0 2.5 5 0 2.5 5
P Kgf 42.07 42.07 60.23 60.23 60.23 170.36 170.36 170.36 176.24 176.24 176.24 68.71 68.71 68.71 60.09 60.09 60.09 -60.3 -60.3 -60.3 59.9 59.9 59.9 -67.15 -67.15 -67.15 66.99 66.99 66.99 -62.81 -62.81 -62.81 62.84 62.84 62.84 -67.09 -67.09 -67.09 67.03 67.03 67.03
M3 Kgf-cm 0 -2,17E-16 0 0.0002952 4,34E-16 0 0.0002721 -2,17E-16 0 0.0002721 -2,17E-16 0 0.0002952 4,34E-16 0 0.00033 0 0 0.00033 0 0 0.00033 0 0 0.00033 0 0 0.00033 0 0 0.00033 0 0 0.00033 0 0 0.00033 0 0 0.00033 0
77
Frame Text 268 269 269 270 270 271 271 274 274 275 275 278 278 279 279 280 280 281 281 284 284 285 285 286 286 287 287 288 288 289 289 290 290 291 291 294 294 295 295 296 296
Station cm 4.5 0 4.5 0 4.5 0 4.5 0 4.5 0 4.5 0 4.5 0 4.5 0 4.5 0 4.5 0 4.5 0 4.5 0 4.5 0 4.5 0 4.5 0 4.5 0 4.5 0 4.5 0 4.5 0 4.5 0 4.5
P Kgf -0.06137 -0.06137 -0.06137 -0.0004 -0.0004 -0.0004 -0.0004 2.26 2.26 2.26 2.26 0.000609 0.000609 0.000609 0.000609 0.003429 0.003429 0.003429 0.003429 3.84 3.84 3.84 3.84 0.02853 0.02853 0.02853 0.02853 0.16 0.16 0.16 0.16 0.63 0.63 0.63 0.63 0 0 0 0 52.48 52.48
M3 Kgf-cm -1.1E-19 0 -1.1E-19 0 -2.2E-19 0 -2.2E-19 0 -1.1E-19 0 -1.1E-19 0 -2.2E-19 0 -2.2E-19 0 -2.2E-19 0 -2.2E-19 0 -1.1E-19 0 -1.1E-19 0 -2.2E-19 0 -2.2E-19 0 -2.2E-19 0 -2.2E-19 0 -1.1E-19 0 -1.1E-19 0 -2.2E-19 0 -2.2E-19 0 -2.2E-19
Tabel 9. Gaya Batang Frame Text 85 85 85 86 86 86 87 87 87 88 88 88 89 89 89 90 90 90 91 91 91 92 92 92 93 93 93 94 94 94 95 95 95 96 96 96 97 97 98 98 98
Station Cm 0 2.5 5 0 2.5 5 0 2.5 5 0 2.5 5 0 2.5 5 0 1.5 3 0 2 4 0 2 4 0 2.5 5 0 2.062 4.123 0 2.5 5 0 2.062 4.123 0 4 0 4 4
P Kgf -62.81 -62.81 -62.81 62.84 62.84 62.84 -50.03 -50.03 -50.03 180.45 180.45 180.45 173.33 173.33 173.33 -128.21 -128.21 -128.21 -42.23 -42.23 -42.23 -39.39 -39.39 -39.39 -129.88 -129.88 -129.88 112.89 112.89 112.89 -132.58 -132.58 -132.58 114.83 114.83 114.83 -58.56 -58.56 -292.97 -292.97 -292.18
M3 Kgf-cm 0 0.00033 0 0 0.00033 0 0 0.00033 0 0 0.000495 0 0 0.000495 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.00033 0 0 0.0002721 -2,17E-16 0 0.00033 0 0 0.0002721 -2,17E-16 0 -2,17E-16 0 49.99 50.41
78
Frame Text 297 297 298 298 299 299 302 302 303 303 304 304 305 305 306 306 306 307 307 307 308 308 309 309 310 310 311 311 312 312 313 313 314 314 315 315 316 316 317 317 318
Station cm 0 4.5 0 4.5 0 4.5 0 4.5 0 4.5 0 4.5 0 4.5 0 3.75 7.5 0 3.75 7.5 0 4.5 0 4.5 0 4.5 0 4.5 0 4.5 0 4.5 0 4.5 0 4.5 0 4.5 0 4.5 0
P Kgf 52.48 52.48 34.15 34.15 34.15 34.15 4.4 4.4 4.4 4.4 -1.54 -1.54 -1.54 -1.54 -7.37 -7.37 -7.37 -7.37 -7.37 -7.37 0.44 0.44 0.44 0.44 2.61 2.61 2.61 2.61 4.96 4.96 4.96 4.96 0 0 0 0 0.11 0.11 0.11 0.11 0.0171
M3 Kgf-cm 0 -2.2E-19 0 -2.8E-13 0 -2.8E-13 0 -2.2E-19 0 -2.2E-19 0 -1.1E-19 0 -1.1E-19 0 0.000278 -2.2E-19 0 0.000278 -2.2E-19 0 -1.1E-19 0 -1.1E-19 0 -1.1E-19 0 -1.1E-19 0 -1.1E-19 0 -1.1E-19 0 -2.2E-19 0 -2.2E-19 0 -2.2E-19 0 -2.2E-19 0
Tabel 9. Gaya Batang Frame Text 98 99 99 100 100 101 101 102 102 103
Station Cm 8 0 4 0 4 0 4 0 4 0
P Kgf -292.18 -53.49 -53.49 -43.8 -43.8 -15.36 -15.36 16.28 16.28 -63.07
M3 Kgf-cm -2,02E-11 0 -2,17E-16 0 -2,17E-16 0 -2,17E-16 0 -2,17E-16 0
79
Frame Text 318 319 319 320 320 321 321 322 322 323 323
Station cm 4.5 0 4.5 0 4.5 0 4.5 0 4.5 0 4.5
P Kgf 0.0171 0.0171 0.0171 0.002889 0.002889 0.002889 0.002889 0.63 0.63 0.63 0.63
M3 Kgf-cm -2.2E-19 0 -2.2E-19 0 -2.2E-19 0 -2.2E-19 0 -1.1E-19 0 -1.1E-19
BAB IV PERAKITAN JEMBATAN A.
Pengertian Umum Secara umum metode perakitan jembatan rangka baja ada beberapa metode , yaitu diantaranya metode perancah, metode semi kantilever dan metode kantilever serta metode
sistem peluncuran.
Pemilihan
sistem
perakitan yang akan dipakai sangat tergantung pada situasi dan kondisi lokasi yang akan dibangun. Komponen jembatan rangka baja dirancang menggunakan baut yang di galvanis. Komponen tersebut dikirim bersama alat perakitan dan buku panduan atau manual book. Beberapa faktor penting yang mendasari pemilihan sistem perakitan adalah pertimbangan mengenai kemudahan pelaksanaan, kecepatan, biaya dan keamanan konstruksi selama perakitan, ilustrasi umum masing-masing metode dapat ditunjukan sebagai berikut : 1.
Perakitan dengan Perancah Biasa dilaksanakan pada sungai yang tidak begitu dalam dengan tepi sungai yang landai sehingga
memungkinkan dipasang perancah
untuk perakitan. Perancah dipasang pada buhul dengan jarak anatara 10 sampai dengan 15 m (3 buhul @ 5 m). Ilustrasi pada gambar dibawah ini
Gambar 30. Sistem Perancah (sumber: Anonim,2013)
80
2.
Perakitan sistem Semi Kantilever Merupakan gabungan antara sistem perancah dengan sistem kantilever sehingga bisa terjadi jika kondisi sungai yang memiliki kondisi gabungan yaitu memiliki bagian yang dangkal / landai (tepi sungai) dan kondisi yang dalam (area alur pelayaran).
3.
Perakitan Kantilever Biasa dilaksanakan pada perakitan bentang rangka jembatan ditengah sungai (area jalur pelayaran), banyak dilakukan pada perakitan bentang jamak / multy span atau pada sungai yang memiliki dasar yang dalam dengan tebing yang curam atau pada celah yang dalam, sehingga terdapat kesulitan bila dipasang perancah meskipun bukan bentang jamak
Dengan pemanfaatan bentang sebelumnya yang sudah selesai
terakit yang sekaligus dapat menjadi bentang pemberat. Hal tersebut dilaksanakan jika perangkat penghubung dipindahkan untuk perakitan pada bentang berikutnya. Untuk
ilustrasi system kantilever dan
kantilever bentang banyak (multi span) dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 31. Sistem Kantilever (sumber: Anonim,2013)
81
4.
Sistem Pelucuran Biasanya
memiliki kriteria-kriteria
khusus,
mengingat
untuk
sistem ini membutuhkan biaya relatif lebih mahal karena melibatkan suatu tambahan perangkat khusus yang harus disediakan yaitu : seperangkat peralatan untuk sistem peluncuran. Metode ini relatif kurang fleksibel mengingat untuk lokasi yang bersifat remote area akan menjadi beban kesulitan tambahan, oleh karena itu dalam buku ini tidak dibahas metode peluncuran (di Indonesia jarang dipakai). 5.
Launching Truss System Metode perakitan ini dengan awal rangka jembatan sudah dibuat, kemudian dipindahkan dengan menggunakan crane.
Gambar 32. Launching Truss System (sumber: Anonim,2013)
6.
Sistem penggunaan Counter Weight and Link-Set Untuk konstruksi jembatan rangka baja, maka sistem penggunaan alat angkat baik service crane yang mungkin diletakkan diatas ponton atau konvensional gantry adalah cara paling umum digunakan untuk mengangkat dan memasang batang per batang baja di posisinya. Sistem counter weight akan diperlukan yang biasanya diambil dari konstruksi rangka baja yang belum dipasang ditambah dengan extra beban, agar erection dengan sistem cantilever dapat dilakukan. Penggunaan
“link
set”
juga
dapat
dilakukan
untuk
menghubungkan satu span rangka yang sudah jadi sebagai konstruksi
82
counter weight bagi konstruksi rangka di span selanjutnya. Untuk jelasnya lihat gambar-gambar dibawah ini.
Gambar 33. Counter Weight and Link-set (sumber: Anonim,2013)
7.
Launching Gantry System Untuk konstruksi jembatan dimana lantai jembatannya berupa struktur beton precast segmental-box, maka penggunaan alat launching gantry umumnya dapat digunakan, dimana sistem ini mempunyai kecepatan erection tinggi yang didukung sistem feeding segmental dari sisi belakang alat (tidak dari bawah karena pertimbangan lalu lintas, misalnya).
Gambar 34. Launching Gantry System (sumber: Anonim,2013)
83
8.
Traveler System or Heavy Gantry System Sistem traveller umumnya digunakan untuk tipe jembatan balance box cantilever, khususnya untuk lantai jembatan dengan beton cor di tempat. Bila pada tipe jembatan tipe ini menggunakan beton precast box segmental, maka sistem alat angkat gantry harus digunakan. Sistem kedua alat angkat ini juga digunakan untuk konstruksi jembatan kabel, khususnya untuk tipe cable stay, maka erection deck juga memanfaatkan struktur kabel sebagai tumpuan baru sebelum nantinya sistem traveler (bila beton adalah cast in place) atau heavy gantry (bila beton adalah precast) akan maju ke segmen berikutnya.
Gambar 35. Traveller System or Heavy Gantry System (sumber: Anonim,2013)
B.
Perakitan Dengan Perancah Untuk
perakitan
jembatan,
disini
penulis
menggunakan
sistem
perakitan dengan perancah. Sistem ini juga dipakai sebagian pada sistem semi kantilever yaitu pada bagian sungai yang landai saja biasanya masih berupa daratan. Sedangkan pada area pelayaran yang dalam dilanjutkan dengan metode kantilever (metode semi kantilever banyak terjadi pada perakitan bentang jamak).
84
a.
Urutan Perakitan Setelah semua perancah selesai dibuat dan berdiri pada posisi yang tepat, maka perakitan dapat dimulai. Perakitan dimulai dengan terlebih dahulu memilih semua komponen yang akan dirakit terlebih dahulu dan harus sesuai dengan gambar erection jembatan. Adapun urutan perakitannya adalah sebagai berikut : Tabel 10. Urutan perakitan jembatan Urutan
Uraian Letakkan semua gelagar melintang (cross girder) di atas perancah termasuk kedua gelagar ujung
Langkah 1.
melintang
dengan
ketinggian
yang
sesuai
(termasuk besarnya lawan lendut), garis sumbu dan lokasi (koordinat) dan jaga posisinya (bisa dengan diikat). Langkah 2.
Pasang semua batang datar bawah (bottom chord) dihubungkan ke ujung pelat gelagar melintang dan pelat penghubung. Setelah gelagar melintang dan batang datar bawah
Langkah 3.
tersambung, periksa kembali posisi dan elevasi pada titik sambungan apakah sudah sesuai gambar atau belum komponennya. Pasang dan baut profil baja penopang (stringer)
Langkah 4.
pada setiap bentang, kemudian lantai profil baja pada tahapan ini dapat juga dipasang dengan seluruh bagiannya dibaut.
Langkah 5.
Perakitan dapat dilanjutkan dengan pemasangan batang diagonal ujung terlebih dahulu, untuk
85
Tabel 10. Urutan perakitan jembatan Urutan
Langkah 6.
Uraian Pasang batang datar atas ujung (top chord ujung) bersama dengan pelat buhul dalam. Setelah tahap awal perakitan segitiga komponen dan batang datar atas ujung ini selesai, maka untuk selanjutnya rakit sisa batang diagonal dalam,
Langkah 7.
sepasang-sepasang
berbentuk
V
terbalik
(^),
bautkan bagian tersebut diantara pelat buhul batang atas, bautkan bagian bawahnya pada pelat ujung gelagar melintang dan lanjutkan dengan pemasangan batang datar atas berikutnya. Pada langkah ke 7 di atas, pasang pula batang Langkah 8.
ikatan angin atas/bracing atas dan bautkan pada tempatnya
sehingga
rangka
batang
akan
membentuk frame yang kaku. Selanjutnya perakitan dapat dilakukan dengan cara yang Langkah 9.
sama
hingga
lengkap
rangkaian bentang rangka
membentuk
satu
batang dari ujung
perletakan yang satu ke ujung perletakan yang satunya.
Langkah 10.
Langkah 11.
Periksa kembali seluruh bagian
bentang untuk
lawan lendut, kelurusan dan ketepatannya. Pasangkan dan kencangkan semua baut yang tersisa.
Hal
ini
bisa
dikerjakan
berlangsungnya proses pemasangan.
86
selama
Untuk memudahkan proses perakitan diperlukan sebuah diagram alir perencanaan sebagai panduan / alur perakitan. Diagram alir perakitan jembatan Carabineer ditunjukan pada gambar berikut. Mulai
Peletakan gelagar memanjang di atas perancah
Memasang batang bawah dengan gelagar melintang
Memeriksa elevasi dan titik sambung
Memasang profil baja penopang pada bentang
Pemasangan batang diagonal
Memasang top chord ujung dan pelat buhul
Merakit batang diagonal dalam, berbentuk V terbalik Memasang breaching atas dan membautkannya
Merangkai dari ujung satu ke ujung lainnya
Memeriksa lawan lendut kelurusan dan ketepatan frame Mengencangkan semua baut yang terpasang
Selesai 87
Gambar 36. Diagram alir perakitan jembatan Carabiner ( Sumber : Dokumentasi Pribadi )
b.
Lawan Lendut (Camber) Rangka baja telah dibuat sedemikian rupa, sehingga setelah jembatan dirakit maka lawan lendut arah memanjang yang dibutuhkan akan terbentuk secara otomatis (setelah baut-baut terpasang secara sentris pada lubang-lubang yang tersedia). Walaupun demikian pada saat perakitan perlu dibantu dengan kayu-kayu pengganjal agar tujuan pembentukan lawan lendut mudah tercapai. Bila rangka jembatan akan dirakit di darat atau di atas perancah, sebaiknya untuk setiap grup baut cukup hanya dipasang dengan 3 atau 4 baut saja dan baut-baut ini tidak perlu dikencangkan. Setelah perakitan berlangsung
dengan
baik,
selanjutnya
dapat
dibentuk
kelompok-kelompok pekerja yang bertugas untuk memasang baut-baut yang tersisa serta mengencangkannya. Hal ini akan mempercepat penyelesaian keseluruhan perakitan. Sedangkan
bila
digunakan
metode
pemasangan
kantilever
komponen per komponen, maka setiap titik sambungan harus dibaut dengan lengkap dan dikencangkan sepenuhnya segera setelah semua batang-batang pada tiap sambungan terpasang dan sebelum dilakukan pemasangan panel berikutnya. c.
Baja Penopang (Stringer) dan Panel Lantai Baja Baja penopang (Stringer) pelat lantai profil dihubungkan ke gelagar melintang dengan and plate stringer yang dibaut dengan gelagar melintang. Perlu diperhatikan adalah jarak yang tepat agar lubang pada lantai profil baja cocok dengan lubang pada bagian sayap baja penopang tersebut. Sebelum pengencangan akhir dari sambungansambungan baja penopang, panel pelat lantai baja dapat digunakan untuk memeriksa jarak yang sesuai antara masing-masing baja penopang.
88
Khusus pada metode pemasangan kantilever balok penopang dan lantai profil baja belum boleh dipasang sebelum prosedur tersebut selesai dan setiap bentang yang menumpu pada keempat sudutnya. Selama pemasangan kantilever, pengikat sementara batang datar diletakkan pada bagian ujung rangka untuk
pengaturan rangka
penghubung. Balok penopang tidak akan cocok sementara tidak ada pengikat yang menempel. d.
Bagian yang harus dipasang setelah perakitan selesai. Bagian-bagian yang harus dipasang setelah perakitan selesai meliputi pemasangan pipa sandaran, penahan gerak latera dan peredam dan baja penopang serta pelat lantai baja.
C.
Perakitan Model Jembatan 1.
Alat dan Bahan a.
Stik es Krim
b.
Lem G
c.
Gunting
d.
Pisau Kecil / Cutter
e.
Penggaris
f.
Penjepit
g.
Amplas
h.
Kertas Karton
i.
Pensil
j.
Penggaris Busur
89
2.
Langkah Pengerjaan a.
Menyiapkan stik es krim dan lem G
Gambar 37. Stik es krim (sumber: Dokumen Pribadi, 2016)
Gambar 38. lem G (sumber: Dokumen Pribadi, 2016)
90
b.
Menyiapkan mal berupa gambar cetakan dari jembatan model
c.
Memotong dan mengukur ukuran stik sesuai dengan mal dan rangka jembatan.
d.
Merakit stik untuk membuat rangka utama jembatan dengan dimensi yang telah ditentukan.
e.
Menjepit stik yang telah dirangkai dan diberi lem G hingga lem mengering
f.
Merangkai rangka jembatan yang horizontal
g.
Merangkai dan mengelem bagian rangka dalam jembatan/brecing jembatan
h.
Menunggu bagian brecing kering dari lem
i.
Sambil menunggu lem kering, rangka utama jembatan disisi lainya dirangkai dengan cara yang sama.
j.
Setelah kedua sisi rangka utama jembatan berhasil dirangkai, stik disiapkan untuk brecing jembatan.
k.
Kedua sisi rangka utama dirangkai dengan gelagar memanjang dan melintang yang dibuat dari beberapa lapis stik es krim.
l.
Setelah disatukan, dek/lantai jembatan disusun di atas gelagar memanjang hingga menutupi semua permukaan gelagar memanjang.
m.
Amplas jembatan pada bagian sudut/ bekas pengeleman supaya rapi.
n.
Jembatan model sudah siap diuji.
Untuk memudahkan proses perakitan model jembatan diperlukan sebuah diagram alir perencanaan sebagai panduan / alur perakitan. Diagram alir perakitan model jembatan Carabiner ditunjukan pada gambar berikut.
91
Mulai
Menyiapkan alat dan bahan Tidak lengkap
Lengka ppp
Menggambar pola Elemen
Tidak lengkap Lengka p
Memotong stik es krim menjadi sebuah Elemen
Menyususn Elemen profil sesuai dengan mal
Menggabungkan Elemen menjadi Rangka Struktur
Menggabungkan Rangka Struktur menjadi Struktur Jembatan
Memasang dek Jembatan
Selesai
Gambar 39. Diagram alir perakitan model jembatan Carabineer (Sumber : Dokumentasi Pribadi )
92
BAB V METODE PERAWATAN DAN PERBAIKAN JEMBATAN
A.
Pengertian Umum Jembatan merupakan bagian yang penting dalam suatu sistem jaringan jalan, karena pengaruhnya yang berarti bila jembatan itu runtuh atau tidak berfungsi dengan baik. Jembatan merupakan struktur yang melintasi sungai atau penghalang lalulintas lainnya, maka keruntuhan
jembatan akan
mengurangi atau menahan lalulintas, yang berarti mengganggu kelancaran transportasi orang dan barang. Oleh karenanya sudah sepatutnya infrastruktur ini dipelihara dengan baik agar kinerjanya dapat ditingkatkan atau dipertahankan. Manajemen pemeliharaan dan perawatan serta pemeriksaan yang baik sangat ditentukan oleh sistem penilaian kondisi jembatan yang akurat dan objektif. B.
Pemeriksaan Pemeriksaan jembatan adalah suatu proses pengumpulan data fisik dan kondisi dari struktur jembatan. Data dari hasil pemeriksaan digunakan untuk menentukan jenis penanganan yang akan dilakukan. Pemeriksaan
yang
akan
dilakukan
diharapkan
menggunakan
prosedur yang standar. Tujuan dari penggunaan prosedur yang standar untuk memastikan: 1.
Data administrasi lengkap dan akurat.
2.
Semua komponen dan elemen jembatan telah diperiksa dan kondisinya telah dinilai.
3.
Semua kerusakan sudah diselidiki dan mencatat tindakan yang perlu dilakukan.
Adapun tujuan dari pemeriksaan jembatan, yaitu: 1.
Memeriksa keamanan jembatan pada waktu jembatan masih berfungsi.
93
2.
Mencegah terjadinya penutupan lalu lintas pada jembatan.
3.
Mendata kondisi jembatan.
4.
Menyiapkan data untuk perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaan.
5.
Memeriksa pengaruh akibat beban kendaraan dan jumlah kendaraan.
6.
Memantau keadaan jembatan dalam jangka waktu yang lama.
Pemeriksaan jembatan dilakukan dimulai sejak jembatan tersebut masih baru dan selama umur jembatan. Macam-macam jenis pemeriksaan jembatan, yaitu: 1.
Pemeriksaan inventarisasi Pemeriksaan inventarisasi dilaksanakan untuk mendaftar semua data fisik dan administratif jembatan yang relevan termasuk lokasi, jumlah bentang, tipe konstruksi, bahan dan lain-lain. Pemeriksaan inventarisasi dilaksanakan hanya sekali pada tiap jembatan pada saat awal pekerjaan, sesudah jembatan diganti atau sehabis pekerjaan besar dilaksanakan.
2.
Pemeriksaan detail Pemeriksaan detail dilaksanakan untuk membuat pengecekan rinci terhadap semua elemen jembatan. Elemen jembatan diberi nilai kondisi oleh pemeriksa. Nilai kondisi digunakan untuk menetapkan peringkat dan membuat program pekerjaan untuk mempertahankan fungsi jembatan secara efektif. Pemeriksaan dilakukan dalam tenggang waktu dua sampai lima tahun.
3.
Pemeriksaan rutin Pemeriksaan rutin dilaksanakan setiap tahun untuk menjamin tidak adanya sesuatu yang tidak diharapkan terjadi pada tahun sebelumnya
dan
untuk
memeriksa
dilaksanakan secara efektif.
94
bahwa
pemeliharaan
rutin
4.
Pemeriksaan khusus Pemeriksaan khusus dilakukan jika selama pemeriksaan detail kekurangan sumber daya, pelatihan atau pengalaman untuk menilai dengan yakin kondisi jembatan.
5.
Pemeriksaan sewaktu-waktu Pemeriksaan
sewaktu-waktu
merupakan
pemeriksaan
visual
singkat terhadap jembatan.
C.
Penanganan Setiap jembatan akan mengalami penurunan kondisi baik kekuatan maupun fungsinya, maka diperlukan adanya tindakan untuk mengembalikan kondisinya.
Adapun
tindakan-tindakan
untuk
mengembalikan
kondisi
jembatan, yaitu : 1.
Pemeliharaan rutin dan perbaikan minor Pemeliharaan rutin berkala pada dasarnya menjaga jembatan dalam keadaan seperti semula dan mencakup beberapa pekerjaan yang berulang, yang secara teknis cukup sederhana. Pemeliharaan rutin harus dimulai pada waktu jembatan selesai dibangun (jembatan masih dalam keadaan baru) dan dilanjutkan seumur jembatan tersebut. Hal ini merupakan
suatu
pengalokasian
dana
yang
efektif
dalam
hal
pemeliharaan. Pemeliharaan
rutin
jembatan
biasanya
dimasukkan
dalam
pekerjaan pemeliharaan rutin jalan dan dilaksanakan bersamaan dengan pemeliharaan rutin jalan tersebut . Lingkup perkerjaan pemeliharaan rutin jembatan adalah sebagai berikut : a.
Pembersihan secara umum.
b.
Pembersihan dan pelancaran saluran.
c.
Penanganan kerusakan ringan drainase.
d.
Pengecatan sederhana.
e.
Pemeliharaan permukaan lantai kendaraan.
95
2.
Pemeliharaan berkala Pemeliharaan berkala adalah usaha untuk menjaga jembatan tetap dalam kondisi dan daya layan yang baik setelah pembangunan yang mencakup beberapa kegiatan yaitu :
3.
a.
Pengecatan ulang.
b.
Penggantian lapisan permukaan.
c.
Pembersihan jembatan secara keseluruhan.
d.
Pemeliharaan peletakan/landasan.
e.
Penggantian siar muai (expansion joint).
f.
Penggantian bagian-bagian kecil dan elemen yang kecil.
g.
Perbaikan tebing yang longsor dan terkena erosi.
h.
Perbaikan bangunan pengaman yang sederhana.
Perbaikan Perbaikan merupakan tindakan untuk membuat jadi baik atau mengembalikan ke kondisi kerja yang baik. Tindakan perbaikan lebih menekankan pada kerusakan-kerusakan setempat pada elemen struktur daripada kerusakan jembatan secara menyeluruh.
4.
Rehabilitasi Rehabilitasi
merupakan
termasuk memperbaharui baik
tindakan
untuk
mengembalikan,
kondisi maupun fungsi.
Tindakan
rehabilitasi menekankan pada struktur jembatan secara menyeluruh, termasuk komponen-komponen utama jembatan. 5.
Penggantian Penggantian merupakan tindakan mengganti atau mengubah beberapa komponen pada jembatan. Komponen utama pada jembatan yang biasanya diganti,
yaitu lantai jembatan,
gelagar,
siar
muai,
peletakan,
dan sebagainya. Mengganti jembatan secara keseluruhan
merupakan
usaha paling akhir karena merupakan tindakan yang drastis
dan membutuhkan biaya yang besar.
96
6.
Perkuatan Perkuatan merupakan tindakan meningkatkan atau menambah kapasitas daya dukung jembatan dengan penambahan material dan komponen seperti prategang eksternal dan sebagainya.
7.
Modernisasi Modernisasi merupakan salah satu bentuk up grading dengan menambahkan kelengkapan baru pada jembatan. Sebagai contoh pengatur arus lalu lintas, rambu, marka, pagar dan lain-lain. Selain itu, modernisasi juga dapat diartikan sebagai tindakan
yang melibatkan
beberapa pekerjaan yang dilakukan sekaligus.
D.
Perawatan Jembatan Rangka Baja Ringan Tujuan dari pemeliharaan jembatan adalah sebagai berikut : 1.
Menjaga jembatan dalam kondisi sehat dan beroperasi dengan lancar.
2.
Meminimalkan kerusakan pada jembatan. Begitu terjadi kerusakan, pekerjaan perbaikan harus segera dilakukan.
3.
Menjaga
jembatan
dalam
kondisi
yang
bagus
secara
teknis.
Meningkatkan kemampuan untuk menahan aksi lingkungan/bencana. 4.
Menjaga
agar
tidak
terdapat
halangan
pada
jembatan
dan
memaksimalkan kapasitas lalu lintas. 5.
Memperpanjang keselamatan dan
umur pakai jembatan
sampai
maksimum. 6.
Mendapatkan
informasi
tentang
kondisi
dari
setiap
komponen
jembatan. 7.
Mengumpulkan data teknis dan manajemen akan diperlukan sebagai dasar untuk pemeliharaan dan penggantian serta perkuatan di masa mendatang. Untuk memudahkan proses perawatan diperlukan sebuah diagram alir
perencanaan sebagai panduan / alur perawatan jembatan. Diagram alir perawatan jembatan Carabineer ditunjukan pada gambar berikut.
97
Perawatan Jembatan
Administrasi
Kerusakan dan tindakan yang harus dilakukan
Pemeriksaan
Menjaga kondisi jembatan
Penanganan
Meminimalkan kerusakan jembatan Perawatan Meningatkan ketahanan dari aksi lingkungan Memaksimalkan kapasitas lalu lintas
Memperpanjang umur jembatan
Mendapat informasi kondisi komponen jembatan
Mendapat data teknis untuk perawatan dan manajemen jembatan Gambar 40. Diagram alir perawatan jembatan Carabineer (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016)
98
BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA PEMBUATAN PROTOTYPE JEMBATAN A.
RAB Prototype Jembatan Carabineer 1. Anggaran biaya jembatan Carabineer Rencana anggaran biaya yang diperlukan untuk pembelian alat, bahan dan upah untuk tenaga kerja pada pembuatan model jembatan adalah sebagai berikut. Tabel 11. Harga satuan tenaga No 1 2 3 4
Tenaga Pekerja tukang Kepala tukang Mandor
Satuan OH OH OH OH
Harga (Rp) 70.000,00 80.000,00 90.000,00 120.000,00
Tabel 12. Harga satuan bahan No 1 2 3
Bahan truss C-75 papan kayu jati baut ukuran 10x19
Satuan m m3 dus
Harga (Rp) 79.000,00 17.000.000,00 900.000,00
Tabel 13. Harga satuan Alat No 1 2 3 4 5 6 7
Alat Klem bor listrik tang penjepit gunting pemotong profil kaca mata pelindung sarung tangan helm pelindung
99
Satuan buah buah buah buah buah buah buah
Harga (Rp) 150.000,00 1.200.000,00 34.000,00 79.000,00 34.000,00 7.000,00 70.000,00
Tabel 14. Analisa harga satuan pekerjaan persiapan 1
Analisa 1 m bouwplank Jenis Koefisien kayu kruing 0,005 paku 0,02 tukang kayu kepala tukang kayu
0,12 0,027
Satuan Harga (Rp) Jumlah harga (Rp) m3 6.875.000 34.375 kg 15.500 310 bahan 34.685 orang 80.000 9.600 orang 90.000 2.430 upah 12.030 total 46.715
Tabel 15. Analisa harga satuan pekerjaan persiapan 2 Analisa 1 m2 Pembersihan lapangan dan alat Jenis Koefisien Satuan Harga (Rp) Jumlah harga (Rp) pekerja 0,1 hari 55.000 5.500 total 5.500 Tabel 16. Analisa harga satuan pekerjaan tanah dan pasir 1 Analisa 1 m3 Galian tanah Jenis Koefisien Satuan pekerja 1,4 orang kepala tukang batu 0,075 orang
2
Harga (Rp) Jumlah harga (Rp) 70.000 98.000 90.000 6.750 upah 104.750 total 104.750
Analisa 1 m3 Pasangan batu kali 1 PC : 4 PS Jenis Koefisien Satuan Harga (Rp) Jumlah harga (Rp) PC @50 kg 2,72 zak 70.000 190.400 pasir pasang 0,54 m3 200.000 108.000 batu kali belah 1,2 m3 150.000 180.000 behan 478.400 total 478.400 pekerja 1,5 orang 70.000 105.000 tukang batu 0,65 orang 80.000 52.000 kepala tukang batu 0,065 orang 80.000 5.200 bahan 162.200 total 640.600
100
Tabel 17. Analisa harga satuan pekerjaan tanah dan pasir
3
Analisa 1 m3 Pasangan Batu merah 1 PC : 2 PS Jenis Koefisien Satuan Harga (Rp) Jumlah harga (Rp) PC @50 kg 3,3 zak 73.000 240.900 pasir pasang 0,33 m3 276.600 91.278 bata merah 100 bj 600 60.000 bahan 392.178 total 392.178 pekerja 3 orang 70.000 210.000 tukang batu 1 orang 80.000 80.000 kepala tukang batu 0,15 orang 90.000 13.500 bahan 303.500 total 695.678 Tabel 18. Analisa harga satuan pekerjaan finishing
6 Analisa 1 m2 Plesteran 1 PC : 2 PS Jenis Koefisien Satuan Harga (Rp) Jumlah harga (Rp) PC @50 kg 0,112 zak 73.000 8.176 pasir pasang 0,0171 m3 276.600 4.730 bahan 12.906 total 12.906 pekerja 0,4 orang 70.000 28.000 tukang batu 0,15 orang 80.000 12.000 kepala tukang batu 0,015 orang 90.000 1.350 upah 41.350 total 54.256 Tabel 19. Analisa harga Bahan No 1 2 3
Jenis truss C-75 papan kayu jati baut ukuran 10x19
Volume Satuan 106,95 Per-6m 0,108 m3 1 dus
101
Harga 79.000 17.000.000 900.000 Jumlah
Total harga (Rp) 1.408.175 1.836.000 900.000 4.144.175
Tabel 20. Analisa harga Alat No 1 2 3 4 5 6 7
Jenis Klem bor listrik tang penjepit gunting pemotong profil kaca mata pelindung sarung tangan helm pelindung
Volume 4 1 2
Satuan buah buah buah
2 7 7 7
Harga 150.000 1.200.000 34.000
Total harga (Rp) 600.000 1.200.000 68.000
buah
79.000
158.000
buah buah buah
34.000 7.000 70.000 Jumlah
238.000 49.000 490.000 2.803.000
Tabel 21. Analisa harga pekerjaan persiapan No Jenis 1 Pembersihan lokasi 2 Uilzet & Bouwplank
Volume 50 20
Satuan m2 m
Harga Total harga (Rp) 2.295 114.750 34.375 687.500 Jumlah 802.250
Tabel 22. Analisa harga pekerjaan tanah No 1 2
Jenis Galian tanah pondasi Urugan kembali tanah galian
Volume 30
Satuan m3
10
m3
Harga 104.750
Total harga (Rp) 3.142.500
83.000
830.000
Jumlah
3.972.500
Tabel 23. Analisa harga pekerjaan pasangan No 1 2
Jenis pas. Fondasi batu kali umpak 1 pc : 4 ps pas. Batu bata 1 pc : 3 ps
Volume
Satuan
18
m3
695.678
12.522.204
3
m3
285.750
857.249
Jumlah
13.379.453
102
Harga
Total harga (Rp)
Tabel 24. Analisa harga upah tenaga pekerjaan Struktur Jembatan dan Dek No 1 2
Jenis Pekerja Mandor Total Harga / hari
Volume Satuan 5 OH 1 OH
Harga 70.000,00 120.000,00 Jumlah
Total harga (Rp) 350.000,00 120.000,00 470.000,00 1.410.000,00
Tabel 25. Analisa harga pekerjaan finishing No 1 2
Jenis plesteran dinding 1 pc : 3 kp : 6 ps Paket lampu
Volume
Satuan
48
m2
6
titik
103
Harga
Total harga (Rp)
9.524
457.140
60.000 Jumlah
360.000 817.140
Tabel 26. Kurva S pembuatan jembatan carabiner No
Kelompok pekerjaan
1 2 3 4 5
Pekerjaan persiapan Pekerjaan tanah dan pasir Pekerjaan struktur jembatan dan dek Pekerjaan paangan dan plesteran pekerjaan finishing Jumlah Presentasi per hari (%) Presentasi per hari kumulatif (%)
Jumlah harga (Rp) 5.288.000 3.320.000 5.244.175 12.362.453 817.140 27.031.768
Bobot (%) 19,5622 12,2818 19,4000 45,7331 3,0229 100,0000
Durasi (hari) 1 1 0,1956 3 2 1 1
2
Durasi Pekerjaan (hari) 3 4 5
6
7
0,0409 0,0970
19,56 4,09 4,09 13,79 9,70 19,56 23,66 27,75 41,54 51,24
0,4573 0,0302 45,73 3,02 96,98 100,00
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2005. RSNI Standar Pembebanan Untuk Jembatan. Badan Standarisasi Nasional. Anonim.http://taufikhurohman.blogspot.com/2012/12/metoda-pelaksanaanpekerjaan-konstruksi.html. Diakses pada tanggal 20 April 2016 pada pukul 19.00. http://www.ilmutekniksipil.com/struktur-jembatan-2/abutment-jembatan). pada tanggal 22 April 2016 pada pukul 20.33.
Diakses
Anonim. 2005. Standar Rangka Baja Bangunan Jembatan A dan B. Departemen Pekerjaan Umum. Indonesia. Dr. Ir. Bambang Supriyadi, Ces., Dea., Montohar Agus, ST. 2007. Jembatan. Yogyakarta. Thamrin Nasution . , 2012. Modul kuliah “STRUKTUR BAJA II” Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.