APLIKASI FISHBONE ANALYSIS DALAM MENGURAI MASALAH KEMACETAN DAERAH PERKOTAAN (Studi Kasus Kota Surabaya, Malang dan Batu) MAKALAH
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Matakuliah Ekonomi Perkotaan Sebagai Pengganti Ujian Akhir Semester Genap
Oleh: Renny Maykhawati 155020101111026
Program Studi Ekonomi Pembangunan Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang 2017
KATA PENGANTAR Dalam makalah ini penulis membahas mengenai “Aplikasi Fishbone Analysis dalam Mengurai Masalah Kemacetan Daerah Perkotaan di Surabaya, Malang dan Batu”, suatu analisis yang mengangkat topik kemacetan yang telah menjadi unsur yang tidak bisa terlepaskan dari kehidupan perkotaan secara fisik. Dilampirkan pula mengenai data-data mengenai variabel yang bersangkutan, baik melalui metode survey kepada beberapa sample dan penelitian kuantitatif serta kualitatif yang diringkas menjadi satu-kesatuan yang menjelaskan penyebab kemacetan di kota-kota besar, yaitu Surabaya, Malang dan Batu, menjadi kesimpulan secara umum, melalui penggambaran diagram fishbone. Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat kemurahanNya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai dengan yang kami harapkan. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu, kami perlu menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan pada makalah ini, baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata, kami berharap semoga makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca sekalian.
Malang, 22 Juni 2017
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ..........................................................................................................ii Daftar Isi ....................................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ....................................................................................................4 B. Rumusan Masalah ...............................................................................................5 C. Tujuan Penelitian ................................................................................................5 D. Manfaat Hasil Penelitian .....................................................................................5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Kemacetan .............................................................................................6 B. Penelitian Terdahulu ...........................................................................................6 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................................10 BAB IV PEMBAHASAN A. Analisis Faktor Penyebab Permasalahan Kemacetan .........................................11 B. Solusi Perbaikan ..................................................................................................13 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .........................................................................................................14 B. Saran ....................................................................................................................14 Daftar Pustaka ...........................................................................................................15
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kemacetan merupakan masalah yang timbul akibat pertumbuhan dan kepadatan penduduk sehingga arus kendaraan bergerak sangat lambat. Masalah kemacetan akan timbul pada kota yang penduduknya lebih dari 2 juta jiwa. Macet terjadi hampir setiap saat ini memang membuat lalu lintas terasa begitu tidak nyaman bagi para pengguna jalan. Kemacetan lalu lintas terjadi karena beberapa faktor, seperti banyak pengguna jalan yang tidak tertib, pemakai jalan melawan arus, kurangnya petugas lalu lintas yang mengawasi, adanya mobil yang parkir di badan jalan, permukaan jalan tidak rata, tidak ada jembatan penyeberangan, dan tidak ada pembatasan jenis kendaraan. Banyaknya pengguna jalan yang tidak tertib, seperti adanya pedagang kaki lima yang berjualan di tepi jalan, dan parkir liar. Selain itu, ada pemakai jalan yang melawan arus. Hal ini terjadi karena kurangnya jumlah petugas lalu lintas dalam mengatasi jalannya lalu lintas terutama di jalan-jalan yang rawan macet. Kemacetan lalu lintas memberikan dampak negatif yang sangat besar bagi penduduk, seperti pemborosan bahan bakar, terbuangnya waktu secara percuma, dan kerusakan lingkungan akibat polusi udara yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor. Pemborosan pengeluaran biaya transportasi yang mencapai 6-8% dari PDB, membuat uang tersebut tidak dapat dialokasikan pada kebutuhan masyarakat yang lain, sehingga diperlukan solusi untuk mengurangi dan meminimalisir kemacetan yang terjadi dengan melakukan tindakan tertentu yang membutuhkan kerjasama baik dari pihak pemerintah sebagai penyedia barang publik dan pembuat kebijakan, serta partisipasi masyarakat sebagai pengguna jalan demi kenyamanan bersama. Dalam makalah ini, akan dibahas mengenai analisis penyebab kemacetan yang terjadi di kota besar, khususnya pada masing-mmasing daerah Surabaya, Malang dan Batu serta dalam hubungannya melalui jalan arteri yang dilalui kendaraan dengan volume yang padat serta pemecahan masalah yang dimungkinkan akan disarankan.
4
B. Rumusan Masalah 1. Apa yang menjadi penyebab terjadinya kemacetan di jalur transportasi di daerah sekitar Surabaya, Malang dan Batu? 2. Bagaimana solusi yang perlu dilakukan untuk mengatasi kemacetan di daerah tersebut? C. Tujuan Penelitian 1. Mengurai penyebab terjadinya kemacetan di jalur transportasi di daerah sekitar Surabaya, Malang dan Batu dengan alat bantu fishbone analysis. 2. Mengetahui solusi yang perlu dilakukan untuk mengatasi kemacetan di daerah tersebut. D. Manfaat Hasil Penelitian Dengan diselesaikannya penulisan makalah ini, diharapkan hasil pembahasan yang terdapat di dalamnya dapat memberikan kontribusi pemikiran pada pengembangan ilmu ekonomi terutama pada fokusnya pada ekonomi perkotaan dan ekonomi regional. Selain itu, dapat memperluas
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definsi Kemacetan Kemacetan adalah kondisi dimana arus lalu lintas yang lewat pada ruas jalan yang ditinjau melebihi kapasitas rencana jalan tersebut yang mengakibatkan kecepatan bebas ruas jalan tersebut mendekati atau melebihi 0 km/jam sehingga menyebabkan terjadinya antrian. Pada saat terjadinya kemacetan, nilai derajat kejenuhan pada ruas jalan akan ditinjau dimana kemacetan akan terjadi bila nilai derajat kejenuhan mencapai lebih dari 0,5 (MKJI, 1997). Jika arus lalu lintas mendekati kapasitas, kemacetan mulai terjadi. Kemacetan semakin meningkat apabila arus begitu besarnya sehingga kendaraan sangat berdekatan satu sama lain. Kemacetan total terjadi apabila kendaraan harus berhenti atau bergerak sangat lambat ( Ofyar Z Tamin, 2000 ). Lalu-lintas tergantung kepada kapasitas jalan, banyaknya lalu-lintas yang ingin bergerak, tetapi kalau kapasitas jalan tidak dapat menampung, maka lalu-lintas yang ada akan terhambat dan akan mengalir sesuai dengan kapasitas jaringan jalan maksimum (Budi D.Sinulingga, 1999). Kemacetan lalu lintas pada ruas jalan raya terjadi saat arus kendaraan lalu lintas meningkat seiring bertambahnya permintaan perjalanan pada suatu periode tertentu serta jumlah pemakai jalan melebihi dari kapasitas yang ada (Meyer et al ,1984).
B. Penelitian Terdahulu 1. Eko Budi Utomo. 2014, dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Kemacetan Lalu Lintas di Kota Surabaya (Studi Kasus Titik Kemacetan di Jalan Ahmad Yani, Jalan Wonokromo dan Jalan Dupak Surabaya Tahun 2014” menyatakan bahwa sebagai kota metropolitan dengan penduduk terbanyak kedua setelah ibu kota Jakarta, maka masalah transportasi di Surabaya akan turut meningkat seiring dengan kebutuhan akan alat transportasi yang semakin banyak, diantaranya ialah kecelakaan lalu lintas dan kemacetan. Berdasarkan lima titik kemacetan yang menjadi fokus penelitian penulis ialah Jalan Ahmad Yani, Wonokromo dan Dupak yang adalah pintu masuk menuju Kota Surabaya dimana ketiga jalan tersebut memiliki rata-rata kecepatan paling rendah dan volume lalu lintas yang besar. Tujuan penelitian tersebut diantara ditujukan dengan subjek penelitian Kota Surabaya antara lain melalui besaran lalu lintas harian, 6
satuan mobil penumpang, kapasitas jalan serta derajat kejenuhan melalui penelitian deskriptif dengan proses pengambilan data melalui studi kasus. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa rata-rata volume kendaraan di Jalan Ahmad Yani sebesar 19.060 smp/jam, Jalan Wonokromo sebesar 15.237 smp/jam, dan Jalan Dupak sebesar 9.112 smp/jam. Sedangkan untuk kapasitas jalan yang dimiliki Jalan Ahmad Yani sebesar 8.514 smp/jam, Jalan Wonokromo mencapai 7.380 smp/jam, dan Jalan Cupak sebesar 9.108 smp/jam. Berdasarkan hasil tersebut dapat dihitung bahwa derajat kejenuhan di Jalan Ahmad Yani mencapai 2,24, Jalan Wonokromo sebesar 1,95 dan Jalan Dupak memiliki derajat kejenuhan sebanyak 1,00 sehingga dapat dinyatakan ketiga ruas jalan tersebut memiliki derajat kejenuhan ≥1,00. Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa kemacetan yang terjadi di Kota Surabaya diakibatkan oleh volume kendaraan yang melintas di Jalan Ahmad Yani, Wonokromo dan Dupak melebihi ambang batas yang bisa ditampung oleh kapasitas jalan tersebut. Hal ini disebabkan oleh membludaknya penggunaan kendaraan pribadi seperti sepeda motor dan mobil pribadi yang menjadi piliha utama masyarakat Surabaya dan sekitarnya. Khusus untuk Jalan Dupak terdapat penyebab lain selain diakibatkan oleh volume lalu-lintas yang mencapai batas kapasitas jalan kemacetan di jalan ini juga diakibatkan oleh adanya truk-truk besar dan trailer yang melintasi ruas jalan tersebut. 2. Natalia Niken Ekawati, dkk., 2013, dalam penelitiannya yang berjudul “Kajian Dampak Pengembangan Pembangunan Kota Malang Terhadap Kemacetan Lalu Lintas (Studi pada Dinas Perhubungan Kota Malang)” menyatakan bahwa kota adalah lokasi yang strategis untuk menciptakan laju pertumbuhan penduduk, salah satunya adalah Kota Malang. Kota ini didominasi dengan banyak pendatang dengan banyak tujuan, diantaranya adalah untuk berlibur, menempuh studi, maupun untuk bekerja. Hal itu menjadi alasan bagi pemerintah setempat untuk memngembangkan pembangunan Kota Malang menjadi lebih baik dan tertata sehingga kondusif ditempati bagi penduduknya. Tetapi, akan terjadi masalah publik yang akut dalam jangka panjang apabila hal laju pertumbuhan penduduk yang semakin banyak setiap hari dan tahunnya tersebut tidak diimbangi dengan pengaturan kebijakan yang baik dan benar, misalnya kemacetan lalu lintas. Penyebab utama terjadinya kemacetan di Kota Malang disinyalir karena kapasitas jalan raya yang tidak seimbang dengan peningkatan jumlah kendaraan. Menurut Susantono, masyarakat lebih memilih kendaraan pribadi karena masalah 7
fleksibilitas, lebih murah, pertimbangan aspek keterjangkauan, serta mengangkat gengsi individu. Hal ini dibuktikan oleh peningkatan jumlah kendaraan bermotor yang terlihat dari peningkatan jumlah penjualan sepeda motor untuk wilayah Malang Kota sebesar 1.700-1.800 unit per bulannya pada tahun 2013. Ditambah lagi, dengan jumlah penjualan kendaraan roda empat yang bisa mencapai 7.000 unit per bulannya. Fenomena kemacetan lalu lintas memberi dampak terhadap masyarakat yang dapat terlihat dari segi waktu, biaya dan lingkungan. Berdasarkan waktu, kemacetan menyebabkan waktu tempuh perjalanan menjadi lebih lama dan mengakibatkan keterlambatan bagi pelajar dan pekerja yang lebih sering terjadi pada saat pagi hari. Dampak kemacetan berdasarkan biaya, ialah penggunaan bahan bakar kendaraan yang lebih cepat habis. Sedangkan dari segi lingkungan, kemacetan menimbulkan polusi udara meningkat dan berpengaruh pula terhadap lingkungan sosial. Karena masyarakat merasa terganggu dengan suara kendaraan yang sedang berlalu-lalang. Penyebab lain yang sulit dirubah ialah sifat penduduk perkotaan yang cenderung patembayan. Selain itu, dikembangkannya beberapa proyek dalam bentuk bangunan dapat memperparah keadaan. Sehingga pemerintah membuat kebijakan transportasi yang diwujudkan dalam tiga strategi; strategi manajemen lalu lintas, strategi pengembangan jaringan jalan, dan strategi angkutan umum. 3. Aryo Yudhanto W. 2015, dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Kelayakan Ekonomi Pembangunan Jalan Tembus Lawang–Batu” menyatakan bahwa perencanaan pembangunan infrastruktur jalan tembus dari Lawang menuju Batu berawal dari permasalahan di ruas jalan Surabaya-Malang-Batu yang menunjukkan gejala kepadatan lalu lintas dari Surabaya menuju Malang hingga Kota Batu dan sebaliknya, yang sudah sangat mengkhawatirkan sebagai akibat percampuran antara lalu lintas lokal dan regional dalam penggunaan jalan arteri dengan kecenderungan volume yang semakin bertambah sejalan dengan perkembangan wilayah dan peningkatan mobilitas penduduk. Permasalahan transportasi timbul disebabkan karena ketidakseimbangan antara demand dan supply transportasi, pengaturan ruang dan lahan yang kurang tepat, meningkatnya jumlah kepemilikan angkutan/kendaraan pribadi, menurunnya tingkat pelayanan
jalan,
meningkatnya
jumlah
pelaku
perjalanan,
tumbuhnya
aktivitas/kawasan komersial dan sebagainya. Fenomena tersebut saat ini terjadi pada sarana dan prasarana transportasi di Indonesia pada umumnya, dan salah satunya terjadi antar kota besar yang berdekatan seperti antara Surabaya dan Malang. Titik 8
kemacetan yang paling parah adalah di Pasar Lawang, Pasar Singosari, dan Pertigaan Karangloyang merupakan peralihan dari Jalan Nasional menuju Jalan Provinsi. Untuk itu diperlukan serangkaian langkah dan strategi yang tepat dari para pembuat kebijakan agar dapat mempertahankan bahkan bila memungkinkan meningkatkan kinerja jalan arteri Surabaya-Malang-Batu pada tingkat yang baik, mengembalikan fungsi utamanya sebagai jalan dengan prioritas melayani arus lalu lintas regional. Pada tahap berikutnya, kebijakan yang menjadi pilihan pertama pemerintah daerah adalah dengan merencanakan pembangunan jalan arteri alternatif yang akan difungsikan sebagai jalan arteri primer baru, sehingga nantinya ada pembagian jalan yanng terpisah antara jalur lalu lintas regional dan lalu lintas lokal yang pada gilirannya akan berdampak positif bagi peningkatan kinerja jalan dan aksesibilitas barang dan jasa dari Lawang menuju Kota Batu dan sebaliknya. Gagasan Pembangunan jalan tembus Lawang-Batu mulai direalisasikan sejak tahun 2013 melalui penyusunan Studi Kelayakan oleh Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi Jawa Timur. Dalam studi tersebut dinyatakan bahwa tujuan utama pembangunan jalan tersebut adalah untuk mengurangi kepadatan arus lalu lintas dari Lawang menuju Kota Batu dan sebaliknya, sehingga arus lau lintas dari dan menuju Jota Surabaya akan semakin lancar dan tertib. Dari perhitungan yang telah dilakukan oleh peneliti, progam pembangunan Jalan Tembus Lawang-Batu tersebut dinilai mampu menunjang perekonomian penduduk yang menghuni kawasan. Dilihat dari sisi finansial yang ditinjau dari kriteria kelayakan dengan metode Benefit Cost Ratio (B/CR) = 7,07 > 1, Nett Present Value (NPV) = Rp 5.363,88 milyar > 0, Internal Rate of Return (IRR) = 23% > 18%, maka dapat disimpulkan bahwa rencana pembangunan jalan tembus Lawang-Batu dinyatakan layak untuk dilaksanakan.
9
BAB III METODE PENELITIAN
Penulisan makalah ini dimulai dengan studi kepustakaan baik berupa buku, jurnal, makalah, maupun bahan referensi lain yang mendukung tujuan penulisan. Data yang berhubungan dengan penelitian diperoleh dari dinas atau instansi terkait yang kemudian diolah. Metode analisis yang digunakan untuk memecahkan masalah yang diangkat oleh penulis adalah analisis deskriptif dan kualitatif. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dari tiga jurnal utama yang telah dikemukakan pada bab II dalam tinjauan pustaka. Data yang dipakai antara lain diperoleh dari situs jurnal akademik universitas tertentu yang terkait dengan penelitian. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengumpulan dan pencatatan data untuk kemudian diteliti menjadi sebuah kesimpulan secara umum. Sedangkan objek permasalahan akan difokuskan pada kemacetan yang terjadi pada jalan arteri rute perjalanan Kota Surabaya, Malang dan Batu. Metode analisis data untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi penyebab terjadinya kemacetan di Kota Surabaya, Malang dan Batu menggunakan satu alat, yakni fishbone analysis. Masalah yang terjadi dianggap sebagai kepala ikan sedangkan penyebab masalah dilambangkan dengan tulang-tulang ikan yang dihubungkan menuju kepala ikan. Fishbone chart, digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi penyebab suatu masalah.
10
BAB IV PEMBAHASAN
1. Analisis faktor penyebab permasalahan kemacetan Penyebab kemacetan yang terjadi pada ruas jalan primer pada kota-kota besar seperti Surabaya, Malang, dan Batu yang akan berdampak pada kemacetan dalam lingkup wilayah yang lebih luas karena kota-kota tersebut dihubungkan oleh jalan arteri yang dipadati dengan volume kendaraaan yang cukup banyak. Faktor penyebab permasalahan kemacetan ini didapatkan setelah menganalisis jurnal dan sumber data sekunder lainnya sehingga dapat disimpulkan bahwa penyebab kemacetan di kota-kota besar tersebut secara dominan adalah Manusia
Peningkatan kebutuhan manusia
Keterbatasan ruang dan studi terkait
Metode
Pembangunan banyak proyek baru
Pengaturan ruang & lahan tidak tepat Kemacetan
Volume kendaraan over-capacity Peningkatan pemakaian kendaraan pribadi
Material
Berdasarkan fishbone chart tersebut, dapat diketahui bahwa penyebab permasalahan kemacetan di kota-kota besar didominasi oleh tiga faktor, yaitu: a) Faktor sumber daya manusia, yakni kegiatan pembangunan banyak proyek baru. Pembangunan merupakan proses yang bergerak dalam sebuah garis lurus yakni masyarakat terbelakang ke masyarakat negara maju. Kota sebagai suatu sistem yang terdiri atas subsistem sosial dan ekologis hendaknya dipandang secara menyeluruh dalam berbagai kaitannya, baik secara mikro maupun makro. Sehingga menurut Nugroho dan Dahuri 2004, h.244) perlu adanya kerangka konseptual untuk menyusun kebijakan pembangunan perkotaan khususnya di negara berkembang meliputi: peningkatan aktivitas ekonomi, peningkatan produktivitas masyarakat miskin, perlindungan lingkungan hidup, dan pembangunan modal sosial. Peningkatan kebutuhan manusia inilah yang mendasari perlunya pengembangan pembangunan proyek-proyek baru. Akan tetapi, pembangunan proyek harus diimbangi 11
dengan lahan parkir yang cukup dan memadai, sehingga kendaraan yang berhenti atau parkir tidak menghalangi jalannya arus kendaraan dan memperlambatnya sehingga terjadi kemacetan. b) Faktor metode, yakni pengaturan ruang dan lahan yang tidak tepat. Penerapan strategi yang tidak tepat sasaran bisa menjadi peluang terjadinya kemacetan. Hal ini dapat terjadi karena sosialisasi pemerintah yang masih kurang maupun perilaku masyarakat yang seringkali melanggar peraturan tersebut. Oleh karena itu, pengenalan akan sistem transportasi yang efektif seharusnya mempertimbangkan kebutuhan dan intensif masyarakat pada kebijakan tersebut. Untuk menjamin pertumbuhan ekonomi dan mengatasi kebutuhan angkutan di daerah perkotaan dibutuhkan fasilitas jaringan angkutan yang saling menghubungkan antar wilayah kota, pemukiman, daerah komersil, dan rekreasi. Sasaran umum kebijaksanaan pemerintah di dalam lalu lintas dan angkutan kota adalah untuk menciptakan suatu sistem transportasi di wilayah perkotaan sehingga mobilitas publik dapat menunjang pertumbuhan ekonomi dan memenuhi perniagaan serta aktivitas sosial masyarakat. c) Faktor material, yakni kapasitas jalan yang tidak sesuai dengan membludaknya volume kendaraan yang berlalu-lalang. Faktor ini adalah faktor yang menjadi dominasi utama dari ketiga jurnal yang telah dikemukakan sebelumnya. Intensif masyarakat terhadap pemakaian kendaraan pribadi menjadi lebih tinggi terlihat dari angka penjualan kendaraan bermotor pada tahun tertentu. Tetapi, kapasitas jalan tidak mengalami peningkatan sehingga kemacetan tidak terhindarkan. Apabila ditinjau menurut sistem jaringan jalannya, maka jalur yang menghubungkan Kota
Surabaya-Malang-Batu
adalah
jalur
arteri
primer,
yaitu
jalur
yang
menghubungkan kota jenjang kesatu yang terletak berdampingan atau menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang kedua. Persyaratan yang harus dipenuhi jalan arteri primer ini antara lain: kecepatan rencana minimal 60 km/jam; lebar jalan minimal 8 meter; kapasitas lebih besar daripada volume lalu lintas ulang-alik, lalu lintas lokal dan kegiatan lokal; jalan masuk dibatasi secara efisien; serta jalan persimpangan tertentu tidak mengurangi kecepatan tencana dan kapasitas jalan; tidak terputus melalui kota, serta persyaratan dan penetapan kebijakannya secara teknis ditentukan oleh Menteri yang terkait.
12
2. Solusi perbaikan a) Untuk melancarkan arus lalu lintas di daerah perkotaan, jaringan jalan perlu didukung dengan jumlah jalan arteri yang memadai, dimana semakin dekat ke pusat kota, jumlah jalan arteri yang harus disediakan harus diperbanyak seperti berikut: Pusat Kota
Daerah Antara
Pinggiran Kota
2000 m
Jarak berjalan 250 m, 3-4 min
Jarak berjalan 600 m, 5-8 min
Jarak berjalan 1000 m, 13-14 min
b) Meningkatkan kesadaran masyarakat akan transportasi perkotaan berkelanjutan,
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: Pembentukan organisasi kampanye dengan tujuan untuk memepengaruhi pembuataan suatu kebijakan, Pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang bisa meraih target pendengar dasar; para pembuat kebijakan; pemimpin opini dan para perantara (khususnya para jurnalis); serta masyarakat umum Pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang relevan dengan kota-kota berkembang, misalnya dengan penggunaan sepeda sebagai sarana transportasi untuk bepergian, Isu praktis dan bukan teoritis, serta Pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang berdampak luas, seperti Hari Tanpa Mobil
(Car Free Days) dan pembentukan aliansi-aliansinya.
13
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Penyebab dominan permasalahan kemacetan di perkotaan, dalam hal ini ialah Kota Surabaya, Malang dan Batu, adalah volume pemakaian kendaraaan yang melebihi kapasitas jalan. Hal ini dikarenakan tingginya insentif masyarakat terhadap pemakaian kendaraan pribadi, dilatarbelakangi oleh faktor kurangnya pelayanan angkutan masal ataupun dari segi kemudahan dan gengsi dalam memakai kendaraan pribadi sehingga tidak mampu mengalihkan penggunaan masyarakat pada tingginya penggunaan kendaraan pribadi. 2. Solusi untuk mengatasi kemacetan antara lain: untuk pemerintah, yaitu menerapkan kebijakan secara teoritis maupun praktis agar dapat dirasakan manfaatnya dengan lebih maksimal oleh publik, maupun dengan penanaman kesadaran masyarakat akan transportasi perkotaan yang berkelanjutan melalui pelaksanaan kegiatan-kegiatan dengan tujuan tertentu. B. Saran 1. Bagi Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan kota-kota yang bersangkutan Saran yang diberikan oleh penulis kepada pihak Pemerintah terutama terhadap instansi-instansi terkait seperti Dinas Perhubungan, DLLAJ, dan Satlantas diharapkan dapat: Meningkatkan kapasitas jaringan jalan dan perbaikan infrastruktur jalan, Memberikan dan menginformasikan jalur-jalur alternatif yang dapat digunakan para pengguna jalan agar sebagian volume kendaraan yang melintasi jalan primer. Meningaktkan kualitas pelayanan angkutan umum, dengan tujuan agar pengguna kendaraan pribadi beralih menggunakan angkutan masal, misalnya dengan jalur tujuan yang lebih terintegrasi, kapasitas penumpang yang lebih banyak, serta pelayanan yang lebih baik dan mudah. Menambah fasilitas lahan parkir berlokasi strategis dengan menyediakan lahan tertentu, seperti membangun parkiran terpusat di titik rawan kemacetan agar tidak menimbulkan perlambatan arus kendaraan. 2. Bagi Pembaca Bagi pembaca ataupun peneliti yang memiliki studi yang berkaitan dengan kemacetan lalu lintas, dapat sedikit membantu sebagai bahan referensi. Penelitian ini masih jauh dari harapan mengingat keterbatasan waktu dan tenaga peneliti. Semoga penelitian ini bisa dikembangkan menjadi lebih baik bagi peneliti lain.
14
DAFTAR PUSTAKA
Eko Budi Utomo. 2016. Analisis Kemacetan Lalu Lintas di Kota Surabaya (Studi Kasus Titik Kemacetan di Jalan Ahmad Yani, Jalan Wonokromo dan Jalan Dupak Surabaya Tahun 2014). Surabaya: Jurnal Swara Bumi. Vol. 3, No. 3, 20-29. Diakses secara online melalui http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/swara-bhumi/article/view/16245, pada 12 Juni 2017, pukul 19.34. Natalia Niken Ekawati, Mochammad Saleh Soeaidy, dan Heru Ribawanto. 2013. Kajian Dampak Pengembangan Pembangunan Kota Malang Terhadap Kemacetan Lalu Lintas (Studi pada Dinas Perhubungan Kota Malang). Malang: Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No.1, 129-133. Diakses secara online melalui http://administrasipublik.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jap/article/view/352, pada 10 Juni 2017, pukul 11.20. Aryo Yudhanto W. 2015. Analisis Kelayakan Ekonomi Pembangunan Jalan Tembus Lawang-Batu. Surabaya: Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya, Vol. 8, No. 2, 2235-252. Diakses secara online melalui http://jurnal.untagsby.ac.id/index.php/EXTRAPOLASI/article/download/992/884, pada 10 Juni 2017, pukul 12.00. Arif Kurniawan. 2014. Skripsi Analisa Dampak Lalu LintasAkibat Pembangunan FlyoverPada Ruas Jalan Sultan Agung–Ryacudu, Kota Bandar Lampung. Diakses secara online melalui http://digilib.unila.ac.id/2095/ ,pada 20 Juni 2017, pukul 12.43. Nugroho, Iwan , Rochmin Dahuri. 2004. Pembangunan Wilayah. Jakarta: LP3ES. Publikasi oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Darat dan Direktorat Bina Sistem Lalu Lintas dan Angkutan Kota. 1998. Sistem Transportasi Kota. Publikasi oleh Deutsche Gesselschaft für Technische Zusammanarbeit (GTZ) GmbH. Revisi Januari 2006. Meningkatkan Kesadaran Masyarakat akan Transportasi Perkotaan Berkelanjutan; Modul 1e.
15