1
ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA TATARAN SINTAKSIS
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Nilai
Mata Kuliah Analisis Kesalahan Berbahasa pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Nusantara PGRI Kediri
Disusun Oleh :
AMI YUNIARTI (13.1.01.07.0099)
LAILIYA ANISTA SARI (13.1.01.07.0070)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIIRI
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bahasa merupakan alat atau sarana komunikasi yang digunakan antar manusia. Bahasa dapat mengekspresikan maksud dan tujuan seseorang. Dengan pengertian di atas maka kita dapat mengetahui bahwa sebagian besar penduduk di dunia adalah dwibahasawan, maksudnya bahwa sebagian manusia di bumi ini menggunakan dua bahasa atau lebih sebagai alat komunikasi.
Orang yang biasa menggunakan dua bahasa atau lebih secara bergantian untuk tujuan yang berbeda merupakan agen per gontak dua bahasa. Semakin besar jumlah orang yang seperti ini, maka semakin intensif pula kontak antara dua bahasa yang mereka gunakan. Kontak ini menimbulkan saling pengaruh, yang manifestasinya menjelma di dalam penerapan kaidah bahasa pertama (B1) di dalam penggunaan bahasa kedua (B2). Keadaan sebaliknya pun dapat terjadi di dalam pemakaian system B2, pada saat penggunaan B1. Salah satu dampak negatif dari praktik penggunaan dua bahasa secara bergantian adalah terjadinya kekacauan pemakaian bahasa, yang lebih dikenal dengan istilah interferensi (Khairul Matien : 2-3).
Sebagai seorang calon guru khususnya guru Bahasa Indonesia sering kita menjumpai kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh para siswa. Kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh para siswa tersebut ternyata dapat dibagi kedalam 2 kategori yaitu kategori kesalahan dalam bidang keterampilan yang meliputi menyimak, membaca, menulis dan membaca, serta kesalahan dalam bidang linguistik yang meliputi tata bentuk bunyi (fonologi), tata bentuk kata (morfologi), tata bentuk kalimat (sintaksis).
11Pengertian dari Analisis Kesalahan Berbahasa itu sendiri adalah suatu teknik untuk mengidentifikasikan, mengklasifikasikan, dan menginterpretasikan secara sistematis kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh si terdidik atau siswa yang sedang belajar bahasa asing atau bahasa kedua dengan menggunakan teori-teori dan prosedur-prosedur berdasarkan linguistik (Pateda, 1989 : 32).
1
1
Sementara Pateda (50-66) juga menjelaskan bahwa analisis kesalahan berbahasa dibagi kedalam daerah-daerah kesalahannya. Menurut pateda daerah kesalahan berbahasa dibagi menjadi 4 antara lain : (1) Daerah kesalahan fonologi, (2) Daerah kesalahan morfologi, (3) Daerah kesalahan sintaksis, (4) Daerah kesalahan semantis.
Dalam makalah ini kami akan mencoba menganalisis lebih spesifik atau mendetail lagi mengenai salah satu daerah kesalahan berbahasa seperti yang diungkapkan oleh pateda diatas. Salah satu daerah kesalahan yang ingin kita analisis yaitu Daerah kesalahan Bidang Sintaksis (Kalimat).
Rumusan Masalah
Apa pengertian dari kesalahan berbahasa?
Apa macam-macam kesalahan berbahasa?
Apa analisis kesalahan berbahasa?
Bagaimana analisis kesalahan berbahasa?
Bagaimana langkah-langkah dalam menganalisis kesalahan berbahasa?
Apa dasar atau acuan untuk melakukan analisis kesalahan berbahasa?
Bagaimana kesalahan berbahasa pada tataran sintaksis?
Apa saja bentuk atau pola kesalahan pada tataran sintaksis?
Tujuan
Untuk mengetahui apa pengertian dari kesalahan berbahasa, mengetahui serta memahami macam-macam kesalahan berbahasa, dan dapat menganalisis kesalahan berbahasa. Di dalam menganalisis berbahasa juga perlu adanya teori mengenai langkah-langkah dalam menganalisis berbahasa, dasar atau acuan untuk melakukan analisis berbahasa khusunya dalam menganalisis berbahasa pada tataran sintaksis yang menjadi tujuan dari rumusan masalah diatas.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Kesalahan Berbahasa
Dalam bukunya yang berjudul "Common Error in Language Learning" H.V. George mengemukakan bahwa kesalahan berbahasa adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan yang tidak diinginkan (unwanted form) khususnya suatu bentuk tuturan yang tidak diinginkan oleh penyusun program dan guru pengajaran bahasa. Bentuk-bentuk tuturan yang tidak diinginkan adalah bentuk-bentuk tuturan yang menyimpang dari kaidah bahasa baku. Hal ini sesuai dengan pendapat Albert Valdman yang mengatakan bahwa yang pertama-tama harus dipikirkan sebelum mengadakan pembahasan tentang berbagai pendekatan dan analisis kesalahan berbahasa adalah menetapkan standar penyimpangan atau kesalahan. Sebagian besar guru bahasa Indonesia menggunakan kriteria ragam bahasa baku sebagai standar penyimpangan.
Pengertian kesalahan berbahasa dibahas juga oleh S. Piet Corder dalam bukunya yang berjudul Introducing Applied Linguistics. Dikemukakan oleh Corder bahwa yang dimaksud dengan kesalahan berbahasa adalah pelanggaran terhadap kode berbahasa.Pelanggaran ini bukan hanya bersifat fisik, melainkan juga merupakan tanda kurang sempurnanya pengetahuan dan penguasaan terhadap kode.Si pembelajar bahasa belum menginternalisasikan kaidah bahasa (kedua) yang dipelajarinya. Dikatakan oleh Corder bahwa baik penutur asli maupun bukan penutur asli sama-sama mempunyai kemugkinan berbuat kesalahan berbahasa.
33Berdasarkan berbagai pendapat tentang pengertian kesalahan berbahasa yang telah disebutkan di atas, dapatlah dikemukakan bahwa kesalahan berbahasa Indonesia adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan berbagai unit kebahasaanyang meliputi kata, kalimat, paragraf, yang menyimpang dari sistem kaidah bahasa Indonesia baku, serta pemakaian ejaan dan tanda baca yang menyimpang dari sistem ejaan dan tanda baca yang telah ditetapkan sebagaimana dinyatakan dalam buku Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
3
3
Penyebab Kesalahan Berbahasa
Corder (1971) membedakan istilah salah (mistake), selip (lapses), dan silap (errors). Salah (mistakes) adalah penyimpangan struktur lahir yang terjadi karena penutu tidak mampu menentukan pilihan penggunaan ungkapan yang tepat sesuai dengan situasi yang ada. Selip (lapses) merupakan penyimpangan bentuk lahir karena beralihny pusat perhatian topic pembicaraan secara sesat. Kelelahan tubuh bisa menimbulkaselip bahasa. Dengan demikian selip bahasa terjadi secara tidak disengaja. Silap (errors) merupakan penyimpangan bentuk lahir dari struktur baku yang terjadi karena pemakai belum menguasai sepenuhnya kaidah bahasa. Faktor yang mendorong timbulnya kesilapan adalah faktor kebahasaan yang mengikuti pola-pola tertentu.
Istilah kesalahan berbahasa memiliki pengertian yang beragam.Untuk itu, pengertian kesalahan berbahasa perlu diketahui lebih awal sebelum kita membahas tentang kesalahan berbahasa. Corder (1974) menggunakan 3 (tiga) istilah untuk membatasi kesalahan berbahasa: (1) Lapses, (2) Errors, dan (3)Mistake.
Lapses, Error dan Mistake adalah istilah-istilah dalam wilayah kesalahan berbahasa.Ketiga istilah itu memiliki domain yang berbeda-beda dalam memandang kesalahan berbahasa. Corder (1974) menjelaskan:
Lapses
Lapses adalah kesalahan berbahasa akibat penutur beralih cara untuk menyatakan sesuatu sebelum seluruh tuturan (kalimat) selesai dinyatakan selengkapnya. Untuk berbahasa lisan, jelas kesalahan ini diistilahkan dengan "slip of the tongue" sedang untuk berbahasa tulis, jenis kesalahan ini diistilahkan "slip of the pen". Kesalahan ini terjadi akibat ketidak sengajaan dan tidak disadari oleh penuturnya.
Error
Error adalah kesalahan berbahasa akibat penutur melanggar kaidah atau aturan tata bahasa (breaches of code). Kesalahan ini terjadi akibat penutur sudah memiliki aturan (kaidah) tata bahasa yang berbeda dari tata bahasa yang lain, sehingga itu berdampak pada kekurang sempurnaan atau ketidak mampuan penutur. Hal tersebut berimplikasi terhadap penggunaan bahasa, terjadi kesalahan berbahasa akibat penutur menggunakan kaidah bahasa yang salah.
Mistake
Mistake adalah kesalahan berbahasa akibat penutur tidak tepat dalam memilih kata atau ungkapan untuk suatu situasi tertentu. Kesalahan ini mengacu kepada kesalahan akibat penutur tidak tepat menggunakan kaidah yang diketahui benar, bukan karena kurangnya penguasaan bahasa kedua (B2). Kesalahan terjadi pada produk tuturan yang tidak benar.
Selama bertahun-tahun pengajaran bahasa selalu memandang bahwa penyimpangan berbahasa seorang anak yang sedang berusaha menguasai bahasa selalu dianggap sebagai kesalahan. Anggapan demikian kurang memperhatikan aspek psikologi pembelajar, karena setiap orang yang ingin menguasai sesuatu yang baru pasti melalui proses.
Analisis Kesalahan Berbahasa
Pengertian "analisis" dalam kaitannya dengan kesalahan berbahasa adalah suatu teknik untuk mengidentifikasi, mengklasifikasi, dan menginterpretasi secara sistematis kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa di dalampembelajaran B2 (bahasa asing) dengan menggunakan teori-teori danprosedur-prosedur yang ada hubungannya dengan kebahasaan (Crystaldalam Tarigan, 1990: 32). Menurut Corder dalam Tarigan ( 2011: 152), analisis kesalahan berbahasa itu merupakan suatu proses, maka ada prosedur yang harus dituruti selaku pedoman kerja. Prosedur itu melalui beberapa tahap, yaitu: (1) memilihkorpus bahasa, (2) mengenali kesalahan dalam korpus, (3) mengklasifikasikan kesalahan, (4) menjelaskan kesalahan), dan (5) evaluasi kesalahan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengertian analisis kesalahan berbahasa adalah suatu proses kerja yang digunakan oleh guru dan peneliti bahasa dengan langkah-langkah pengumpulan data, pengidentifikasian kesalahan yang terdapat di dalam data, penjelasan kesalahan tersebut, pengklasifikasian kesalahan itu berdasarkan penyebabnya, serta pengevaluasian taraf keseriusan kesalahan itu (Tarigan, 1990: 68).
Faktor kemungkinan kesalahan di dalam berbahasa terjadi akibat kebiasaan berbahasa (language habit) yang salah sehingga terjadi kesalahan berbahasa. Kebiasaan ini terjadi secara spontan dan sukar dihilangkan, kecuali lingkungan bahasanya diubah dengan cara menghilangkan stimulus yang membangkitkan kebiasaan itu (Borneo, 2008). Sebagai contoh kebiasaan penggunaan kata "daripada" dan "yang mana" oleh sebagianorang yang seharusnya berfungsi sebagai pembanding, namun sering dimaksudkan sebagai pengganti kata "dari" dan "yang".
Maksud dan tujuan daripada pertemuan ini adalah ….
Seharusnya
Maksud dan tujuan dari pertemuan ini adalah ….
Kami sangat berterima kasih kepada Bapak Walikota Bandar lampung yang mana telah sudi hadir di desa kami.
Seharusnya
Kami sangat berterima kasih kepada Bapak Walikota Bandar lampung yang telah sudi hadir di desa kami.
Saya telah menemukan beberapa kesalahan berbahasa tataran sintaksis pada koran Tribun Pekanbaru, Rabu, 10 September 2014 EDISI 3.652 dari halaman 1-36 yaitu sebagai berikut.
Kesalahan Dalam Bidang Frasa Pada Adanya Pengaruh Bahasa Daerah
Bentuk Tidak Baku.
Katanya sudah gede, jadi makan sendiri aja.
Saya minta kepada anak-anak saya, adek-adek kita jangan sampai terkontaminasi.
Analisis:
Dalam ragam baku, unsur-unsur yang dicetak miring pada kalimat 1-2 di atas merupakan contoh pemakaian frasa yang salah. Kesalahan itu disebabkan oleh adanya pengaruh bahasa daerah.Perbaikan kalimat di atas sebagai berikut.
Bentuk Baku:
Katanya sudah besar, jadi makan sendiri saja.
Saya minta kepada anak-anak saya, adik-adik kita jangan sampai terkontaminasi.
Perbedaan Kesalahan dan Kekeliruan
Tarigan (2011: 67) yang membedakan kesalahan berbahasapada dua bagian, yakni "kesalahan" dan "kekeliruan". Kesalahan dankekeliruan sebagai dua kata yang bersinonim, dua kata yang memiliki maknakurang lebih sama. Istilah kesalahan (errors) dan kekeliruan (mistakes) dalampengajaran bahasa dibedakan, yakni di dalam penyimpangan dalam pemakaianbahasa. "Kekeliruan" pada umumnya disebabkan oleh faktor "performansi". Keterbatasan di dalam mengingat sesuatu yang menyebabkan kekeliruan dalam melafalkan bunyi bahasa, kata, urutan kata, tekanan kata atau kalimat, dan sebagainya. Kekeliruan ini bersifat acak, artinya dapat terjadi pada setiap tataran linguistik. Kekeliruan biasanya dapat diperbaiki oleh para siswa sendiribila yang bersangkutan lebih mawas diri, lebih sadar atau memusatkan perhatian. Siswa sebenarnya sudah mengetahui sistem linguistik bahasa yang
Digunakannya, namun karena sesuatu hal dia lupa akan sistem tersebut. Kelupaan ini biasanya tidak lama, oleh karena itu kekeliruan itu sendiri tidak bersifat lama. Sebaliknya, "kesalahan" disebabkan oleh faktor "kompetensi". Dalam hal ini, siswa memang belum memahami sistem linguistik bahasa yang dipelajari ataudigunakannya.Kesalahan biasanya terjadi secara konsisten, yang berarti kesalahan tersebut dilakukan secara sistematis.
Kesalahan ini dapat berlangsung lama jika tidak segera diperbaiki. Perbaikan biasanya dilakukan oleh guru, misalnya melalui pengajaran remedial, latihan, praktik, dan sebagainya. Sering dikatakan bahwa kesalahan merupakan gambaran tentang pemahaman siswa terhadap sistem bahasa yang sedang dipelajarinya. Bila tahap pemahaman siswa terhadap sistem bahasa yang sedang dipelajarinya ternyata kurang, maka kesalahan sering terjadi. Kesalahan tersebut akan berkurang apabila tahap pemahamannya semakin meningkat (Tarigan, 2011: 68).
Ditambahkan oleh Tarigan bahwa dasar perbandingannya didasarkan pada enam sudut pandang, yakni sumber, sifat, durasi, sistem linguistik, hasil, dancara perbaikan. Sebagaimana digambarkan dalam tabel perbedaan kesalahandan kekeliruan berikut ini.
Tabel perbedaan kesalahan dan kekeliruan.
Kategori
Sudut Pandang
Kesalahan
Kekeliruan
Sumber
Sifat
Durasi
Sistem Linguistik
Hasil
Perbaika
Kompetensi
Sistematis
Agak lama
Belum dikuasai
Penyimpangan
Dibantu oleh guru: latihan, pengajaran remedial
Performansi
Tidak sistematis
Sementara
Sudah dikuasai
Penyimpangan
Siswa sendiri:
pemusatan perhatian
Langkah-langkah Dalam Menganalisis Kesalahan Berbahasa
Tarigan mengajukan langkah-langkah prosedur tersebut yang merupakan modifikasi langkah-langkah analisis kesalahan yang diajukan Ellis (1986) dan Sidhar (1985). Langkah-langkah tersebut dijelaskan sebagai berikut: (1) mengumpulkan data yang berupa kesalahan-kesalahan berbahasa yang dibuat pembelajar, (2) mengidentifikasi dan mengklasifikasi kesalahan; tahap pengenalan dan pemilah-milahan kesalahan berdasarkan kategori ketata bahasaan, (3) membuat peringkat kesalahan yang berarti membuat urutan kesalahan berdasarkan keseringan kesalahan-kesalahan itu muncul, (4) menjelaskan kesalahan dengan mendeskripsikan letak kesalahan, sebab-sebabnya dan pemberian contoh yang benar, (5) membuat perkiraan daerah atau butir kebahasaan yang rawan menyebabkan kesalahan, dan (6) mengoreksi kesalahan berupa pembetulan dan penghilangan kesalahan berupa penyusunan bahan yang tepat dan penentuan strategi pembelajaran yang serasi (Tarigan, 1988: 71-72).
Dasar atau Acuan Untuk Melakukan Analisis Kesalahan Berbahasa
Dasar atau acuan yang kami menggunakan untuk melakukan analisis kesalahan berbahasa yaitu:
KBBI.
EYD.
Kalimat baku tidak baku.
Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kamus ekabahasa resmi bahasa Indonesia yang disusun oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa dan diterbitkan oleh Balai Pustaka. Kamus Besar Bahasa Indonesia menjadi acuan tertinggi bahasa Indonesia yang baku, karena Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan kamus bahasa Indonesia terlengkap dan yang paling akurat yang pernah diterbitkan oleh penerbit yang memiliki hak paten dari pemerintah Republik Indonesia yang dinaungi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia.
Berikut contoh analisis kesalahan berbahasa berdasarkan acuan KBBI:
Pada umumnya kebanyakan orang mengucapkan "saudara" menjadi "sodara". Hal ini sering terjadi pada suatu kegiatan seperti pada pembawa acara, khotbah, talkshow dan lain-lain. Di dalam KBBI tidak terdapat kata "sodara" melainkan "saudara" yang berarti kawan, teman, sapaan pada teman yang diajak bicara.
Contoh lainnya yaitu pada kata "Nopember", di dalam KBBI yang benar ialah "November" yang berarti bulan ke-11.
Ejaan ialah keseluruhan system dan peraturan penulisan bunyi bahasa untuk mencapai keseragaman. Ejaan Yang Disempurnakan adalah ejaan yang dihasilkan dari penyempurnaan atas ejaan-ejaan sebelumnya.
Ejaan yang disempurnakan ( EYD ) mengatur:
Berikut contoh analisis kesalahan berbahasa berdasarkan acuan EYD:
Penulisan huruf miring.
Padi ialah Oriza Sativa
Yang benar
Padi ialah Oriza Sativa
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama ilmiyah.
Istilah kalimat baku digunakan untuk menyebut kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia, baik dari sisi pemilihan kata, ejaan dan struktur kalimat. Kalimat baku juga sering disamakan dengan kalimat efektif karena kedua kalimat ini hampir sama. Namun yang harus diketahui adalah kalimat baku sudah pasti merupakan kalimat efektif sedangkan kalimat efektif belum tentu baku.
Kalimat baku tidaklah sama dengan kata baku. Namun di dalam kalimat baku pasti terkandung kata-kata baku. Untuk membuat kalimat-kalimat baku kita harus memperhatikan kata baku yang bisa dilihat di dalam Kamus Besar Bahas Indonesia.
Sedangkan kalimat tidak baku adalah kalimat yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Meskipun kaliamat tersebut bisa dimengerti oleh pembacanya apabila tidak sesuai dengan kaidah kebahasaan bukanlah kalimat baku.
Berikut contoh analisis kesalahan berbahasa berdasarkan acuan Kalimat Baku dan Tidak Baku.
Kami telah menemukan beberapa kesalahan berbahasa tataran sintaksis pada koran Tribun Pekanbaru, Rabu, 10 September 2014 EDISI 3.652 dari halaman 1, 8 dan 10 yaitu sebagai berikut.
Kesalahan Dalam Bidang Kalimat Pada Penggunaan Istilah Asing
Bentuk Tidak Baku.
Penampilan seni Gabano di malam pembukaan Pekan Sastra se-Sumatra di ballroom Hotel Pangeran, Pekanbaru, Selasa (9/9) malam, mendapat aplaus panjang dari ratusan peserta yang datang dari berbagai daerah.
Atau Down Payment(DP) untuk Honda Brio mulai dari Rp 20 juta.
Memang ada gladi resik, tapi blockingtime Cuma beberapa menit
Analisis:
Kalimat di atas terdapat kesalahan dalam bidang kalimat pada penggunaan istilah asing. Kalimat-kalimat di atas belum tentu dapat dipahami oleh orang yang berpendidikan rendah karena pada kalimat-kalimat tersebut terdapat istilah bahasa asing yang tidak dipahami. Akan lain halnya jika istilah asing yang dicetak miring pada masing-masing kalimat di atas diganti dengan istilah dalam bahasa Indonesia sehingga menjadi kalimat-kalimat berikut ini.
Bentuk Baku:
Penampilan seni Gabano di malam ppembukaan Pekan Sastra se-Sumatra di ruangan Hotel Pangeran, Pekanbaru, Selasa (9/9) malam, mendapat tepuk tangan panjang dari ratusan peserta yang datang dari berbagai daerah.
Atau uang muka (DP) untuk Honda Brio mulai dari Rp 20 juta.
Memang ada gladi resik, tapi memblokir waktu cuma beberapa menit.
Kesalahan Berbahasa Pada Tataran Sintaksis
Pengertian Sintaksis
Tarigan (1984) mengemukakan bahwa sintaksis adalah salah satu cabang dari tata bahasa yang membicarakan struktur kalimat, klausa, dan frasa. Oleh Kridalaksana (1982 ) kalimat merupakan satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual dan potensial terdiri dari klausa, misalnya saya makan nasi. Sedang klausa adalah satuan bentuk linguistik yang terdiri atas subjek dan predikat.Frasa adalah satuan tatabahasa yang tidak melampaui batas fungsi subjekatau predikat (Ramlan, 1978).Kaitannya dengan hal tersebut, Tarigan dan Sulistyaningsih (1979) dan Semi (1990) mengemukakan bahwa kesalahan berbahasa dalam bidang sintaksismeliputi: kesalahan frasa, kesalahan klausa, dan kesalahan kalimat.
Ruang Lingkup Kesalahan Analisis Bahasa Pada Tataran Sintaksis
Alat-alat sintaksis. Frasa, klausa, kalimat tidak secara tiba-tiba muncul tanpa adanya sarana yang menunjang terwujudnya satuan-satuan tersebut. Perangkat-perangkat yang menjadi sarana terwujudnya satuan-satuan disebut dengan alat sintaksis. Ada tiga alat sintaksis, yaitu (1) urutan, (2) bentuk kata, (3) intonasi.
Urutan, bahasa itu penuh aturan, pola, dan keajekan. Dari beberapa kecenderungan yang dapat diamati, dapat disimpulkan bahwa kesetiaan terhadap aturan, pola, dan keajekan itu ada maksudnya. Aturan itu ada agar bahasa dapat tersaji secara nyawan, berwujud, ringkas, tetapi pesannya dapat dipahami dengan jelas (Poedjosoedarmo 1998:1). Di antara wujud aturan dalam bahasa adalah adanya urutan (urutan kata). Kenyataan ini dapat diamati dalam kalimat-kalimat berikut:
Membacakan saya sebuah puisi Johar.
Seharusnya
Johar membacakan saya sebuah pusi.
Urutan juga berlaku bagi konstruksi yang berupa frasa. Contohnya
konstruksi frasa-frasa berikut : alim-ulama, suka duka, anak cucu, arif bijaksana yang kesemuanya merupakan susunan kata yang tidak bisa dibalik urutannya; misalnya menjadi ulama alim, duka suka, cucu anak, dan bijaksana arif.
Intonasi, adalah pola perubahan nada yang dihasilkan pembicara pada waktu mengucapkan ujaran atau bagian-bagiannya (Kridalaksana 1993:85). Intonasi dapat berupa tekanan, nada, dan tempo (Chaer 1994: 253). Gejala intonasi atau gejala prosodi mempunyai hubungan yang erat dengan struktur kalimat di samping dengan interelasi kalimat dalam sebuah wacana (Halim 1984: 77). Intonasi, yang dalam ejaan atau tulisan dinyatakan secara tidak sempurna terutama dalam contoh dengan tanda baca dan pemakaian huruf kapital juga dapat menentukan modus sebuah kalimat.Sebuah kalimat bisa bermodus deklaratif, interogatif, imperative, atau eksklamatif bergantung kepada intonasi yang dialamatkan kepadanya.Misalnya :
Mas Wahid besok datang ke kampus.
Mas Wahid besok datang ke kampus?
Mas Wahid, besok datang ke kampus?
(Wah), Mas Wahid besok datang ke kampus!
Bentuk Kata, dilihat dari bentuknya, dalam bahasa Indonesia terdapat kata dasar dan kata turunan. Contoh kata dasar ialah muat. Kata turunannya antara lain dimuat dan memuat. Dalam contoh berikut misalnya, jika kata dimuat diubah menjadi memuat, tentu makna kalimat tersebut menjadi berbeda dengan kalimat asalnya, bahkan kalimat tersebut menjadi tidak bermakna atau berterima.
Beberapa mahasiswa Unnes, artikelnya memuat di Suara Merdeka.
Seharusnya
Beberapa mahasiswa Unnes, artikelnya dimuat di Suara Merdeka.
Satuan-Satuan Sintaksis
Pada awal pembahasan, dikatakan bahwa satuan-satuan sintaksis adalah kata, frase, klausa,dan kalimat.
Kata, sebagai satuan terkecil dalam sintaksis, kata berperan sebagai pengisi fungsi sintaksis, penanda kategori sintaksis, dan perangkai frase, klausa, dan kalimat. misalnya:
Sayur-sayur
Seharusnya
Sayur mayor
Frase adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif atau lazim juga di sebut dengan gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat (Chaer 2003:222). Sama halnya dengan kata, frase juga berperan sebagai pengisi fungsi sintaksis.Untuk lebih memahami tentang frase, perhatikan contoh berikut :
Haus sangat
Seharusnya
Sangat haus
Klausa adalah satuan sintaksis yang berupa runtunan kata-kata yang berkontruksi predikatif (Chaer: 1994). Artinya, di dalam konstruksi tersebut, terdapat komponen kata atau frase yang berfungsi sebagai subjek, predikat, objek, dan keterangan. Di dalam sebuah klausa, minimal harus mengandung subjek dan predikat, sedangkan objek dan keterangan bersifat fakultatif atau tidak wajib ada. Untuk mempermudah pemahaman tentang klausa perhatikan contoh konstruksi berikut ini.
Ima bunga melati menyiram setiap pagi
S P K
Seharusnya
Ima menyiram bunga melati setiap pagi
S P O Ket
Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan kesatuan pikiran (widjono:1946). Berikut contohnya:
Anak kecil di sekolah itu dan bermain kelereng
Seharusnya
Anak kecil di sekolah itu bermain kelereng
Bentuk atau Pola Kesalahan Pada Tataran Sintaksis.
Kesalahan berbahasa yang biasa terjadi dalam bidang sintaksis, diantara yaitu:
Khususnya segi frasa, antara lain sebagai berikut:
Penggunaan kata depan tidak tepat: di masa itu
Beberapa frasa preposisional yang tidak tepat karena mengunakan kata depan yang tidak sesuai. Hal ini pengaruh dari bahasa sastra atau bahasa media masa, misalnya sebagai berikut.
di masa
seharusnya
pada masa itu
di waktu itu
seharusnya
pada waktu itu
di malam itu
seharusnya
pada malam itu
di hari itu
seharusnya
pada hari itu
Penyusunan frasa yang salah struktur.
Sejumlah frasa kerja yang salah karena strukturnya yang tidak tepat karena kata keterangan atau modalitas terdapat sesudah kata kerja.
Misalnya:
belajar sudah
seharusnya
sudah belajar
minum belum
seharusnya
belum minum
makan sudah
seharusnya
sudah makan
Penambahan yang dalam frasa benda (B+S).
Frasa benda yang berstruktur kata benda + kata sifat tidak diantarai kata penghubung yang.
Misalnya:
petani yang muda
seharusnya
petanimuda
pedagang yang hebat
seharusnya
pedagang hebat
Guru yangm profesional
seharusnya
guru profesional
Penambahan kata dari atau tentang dalam Frasa Benda (B+B).
Frasa benda yang berstruktur Kata benda + kata benda tidak diantarai kata penghubung yang atau dari, karena tanpa kata dari sudah menunjukkan asal.
Contoh:
gadis dari Bali
seharusnya
gadis Bali
pisang dari Ambon
seharusnya
pisang ambon
Penambahan kata kepunyaan dalam Frasa Benda (B+K Pr).
Frasa benda yang berstruktur kata benda + kata pronomina tidak diantarai kata penghubung milik atau kepunyaan, karena tanpa kata itu sudah menunjukkan kepunyan posesif,
Misalnya:
motor milik Imran
seharusnya
motor Imran
golok milik Abdullah
seharusnya
golok abdullah
Penambahanan kata untuk dalam frasa Kerja (K pasif + K lain).
Frasa kerja yang berstruktur kata kerja pasif + kata kerja aktif tidak diantarai kata seperti untuk supaya makna yang ditunjuk tanpak jelas, misalnya sebagaiberkut:
dididik untuk berani
seharusnya
dididik berani
dituduh untuk membunuh
seharusnya
dituduh membunuh
Penghilangan kata yang dalam Frasa Benda (Benda+yang+K pasif).
Frasa benda yang berstruktur kata benda + kata kerja pasif memerlukan kata yang untuk memperjelas makna frase tersebut. Misalnya sebagai berikut.
taman kupelihara
seharusnya
taman yang kupelihara
baju kubersihkan
seharusnya
baju yang kubersihkan
Penghilangan kata oleh dalam Frasa Kerja Pasif (K pasif+oleh+B).
Frasa yang berstruktur dimulai dari kata kerja fasif + kata benda seharusnya tidak dihilangkan kata oleh atau perlu ada kata oleh diantaranya untuk memperjelas makna pasif frase tersebut. Misalnya sebagai berikut:
dinasihati kakak
seharusnya
dinasihati oleh kakak
diminta ibu
seharusnya
diminta oleh ibu
Penghilangan kata yang dalam frasa Sifat (yang +paling +sifat).
Dialah paling pintar di kampung ini . Kalimat tersebut kurang tegas makna yang dimaksud karena tidak menggunakan kata penghubung yang sesudah kata Dialah. Oleh karena itu, kalimat tersebut seharusnya menjadi Dialah yang paling pintar di kampung ini. Jadi, frase sifat yang dimulai kata paling seharusnya diawali kata yang, misalnya sebagai berikut.
paling besar
seharusnya
yang paling besar
sangat berwibawa
seharusnya
yang sangat berwibawa
Kesalahan bidang klausa.
Kesalahan berbahasa yang biasa terjadi dalam bidang sintaksis, khususnya segi klausa, antara lain sebagai berikut:
Penambahan preposisi di antara kata kerja dan objeknya dalam klausa aktif.
Dalam klausa aktif seharusnya antara kata kerja dan objeknya tidak diantarai modalitas atau kata keterangan tertentu. Hal ini agar supaya tanpak hubungan yang erat antara predikat dan objek dalam kalimat. Selain itu, agar makna kalimat tersebut tidak menjadi agak kabur.
Misalnya:
Rakyat mencintai akan pimpinan yang jujur
seharusnya
Rakyat mencintai pimpinan yang jujur
Pemimpin itu melindungi akan rakyatnya
seharusnya
Pemimpim itu melindungi rakyatnya
Penambahan kata kerja bantu dalam klausa ekuasional.
Dalam klausa ekuaional atau nominal, kata kerja bantu adalah tidak perlu ada di antara subjek dan predikat. Hal ini agar keterpaduan antara subjek dan predikat terpadu secara erat. Selain itu, makna kalimat tersebut nampak dengan jelas.
Misalnya:
Nenekku adalah dukun
Seharusnya
Nenekku dukun
Bapakku adalah guru SD
Seharusnya
Bapakku guru SD
Pemisahan pelaku dan kata kerja dalam klausa aktif.
Dalam klausa aktif, kata modalitas semestinya tidak ada di antara subjek dan predikat. Hal ini agar hubungan dan keterpaduan subjek dan predikat tanpak secara jelas sekaligus memberikan efek makna yang jelas.
Misalnya:
Saya akan membeli rumah itu
Seharusnya
Saya membeli rumah itu
Pak Kepala Desa selalu mengunjungi wilayahnya
Seharusnya
Pak Kepala Desa mengunjungiwilayahnya.
Penghilangan kata oleh dalam klausa pasif.
Klausa fasif adalah klausa yang salah satu ciri-cirinya adalah menggunakan kata oleh. Misalnya buku Pendidikan Agama Islam itu dibaca oleh Andi Makkasau. Namun demikian, biasa dijumpai penggunaan klausa pasif tanpa ada kata oleh di dalamnya. Kluasa pasif seperti itu seharusnya menggunakan kata oleh supaya ciri-cirinya sebagai klausa pasif semakin jelas.
Misalnya:
Roman Tenggelamnya Kapal Tanpomas dibaca Rina.
Seharusnya
Roman Tenggelamnya Kapal Tanpo Mas dibaca oleh Rina.
Buku ekonomi itu telah dibaca Amir.
Seharusnya
Buku ekonomi itu telahdibaca oleh Amir.
Penghilangan kata kerja dalam klausa intranstif.
Dalam situasi pembicaraan yang resmi, kadang-kadang menggunakan klausa intransitif, yakni klausa yang predikatnya dari kata kerja intransitif. Namun kata kerja tersebut tidak masukkan dalam kalimat, misalnya /ibu ke Makassar/. Klausa intranstif tersebut tidak jelas predikatnya; klausa tersebut bukan tergolong klausa yang benar. Olehnya itu, klausa itu perlu diperbaiki menjadi ibu pergi ke Makassar. Contoh lain adalah sebagai berikut.
Pak camat ke Maros kemarin.
Seharusnya
Pak Camat pergi ke Maros kemarin.
Amin di kolam renang.
Seharusnya
Amin berenang di kolam renang.
Kesalahan bidang kalimat
Kesalahan yang biasa terjadi dalam bidang sintaksis, khususnya dari segi kalimat antara lain sebagai berikut.
Penyusunan kalimat yang terpengaruh pada struktur bahasa daerah.
Berbahasa Indonesia dalam situasi resmi kadang-kadang tidak disadari menerapkan struktur bahasa daerah. Seperti (a) Amin pergi ke rumahnya Rudy. (b) Buku ditulis oleh saya (c) Rumah itu dibuat oleh saya. Kalimat (a), (b), dan (c) terpengaruh pada struktur bahasa daerah. Oleh karena itu, kedua kalimat tersebut dapat diperbaiki menjadi:
Amin pergi ke rumah Rudy.
Buku itu saya tulis.
Rumah itu saya buat.
Kalimat yang tidak bersubjek karena terdapat preposisi di awal.
Ketika menulis atau berbicara dengan orang lain pada situasi resmi, kadang-kadang menggunakan kalimat yang tidak bersubjek karena adanya kata penghubung seperti dalam, pada, untuk,dan kepada diletakkan di awal kalimat. Dengan demikian, kalimat tersebut menjadi tidak bersubjek misalnya:
Dalampertemuan itu membahas berbagai persoalan.
Supaya kalimat itu menjadi bersubjek.
Seharusnya
Pertemuan itu membahas berbagai persoalan. atau
Dalam pertemuan itu dibahas berbagai persalan.
Penggunaan subjek yang berlebihan.
Biasa kita mendengar kalimat Ety membeli ikan ketika Ety akan makan malam. Kalimat tersebut menggunakan dua subjek yang sama.Semestinya subjek kedua dihilangkan dan hal itu tidak mempengaruhi makna kalimat. Dengan demikian, kalimat tersebut dapat diperbaiki menjadi Ety membeli ikan ketika akan makan malam. Contoh lain:
Ali menulis drama saat Ali telah membaca buku Rendra tentang drama.
Seharusnya
Ali menulis drama setelah membaca buku Rendra tentang drama.
Penggunan kata penghubung secara ganda pada kalimat majemuk.
Dalam kalimat majemuk setara berlawanan kadang-kadang ada yang menggunakan dua kata penghubung sekaligus. Penggunaan kata penghubung yang ganda dalam suatu kalimat perlu dihindari. Semestinya hanya satu kata penghubung, misalnya sebagai berikut.
Meskipun sedang sakit kepala, namun Alimuddin tetap pergi sekolah.
Seharusnya
Meskipun sedang sakit kepala, Alimuddin tetap pergi ke sekolah.
Walaupun sibuk sekali tetapi Rudi dan Indrawan selalu hadir di acara sederhana ini.
Seharusnya
Walapun sibuk sekali, Rudi dan Indawan selalau hadir di acara sederhana ini.
Penggunaan kalimat yang tidak logis.
Buku itu membahas peningkatan mutu pendidkan di Sekolah Dasar. Kalimat tersebut tidak logis karena tidak mungkin buku mempunyai kemampuan membahas peningkatan mutu pendidikan SD.Oleh karena itu, kalimat tersebut perlu diperbaiki menjadi Dalam buku itu dibahas tentang peningkatan mutu pendidikan di Sekolah Dasar. AtauDalam buku itu, pengarang membahas peningkatan mutu pendidikan di Sekolah Dasar.
Pengunaan kata penghubung berpasangan secara tidak tepat.
Kata penghubung berpasangan yang berfungsi menafikkan suatu hal terdiri atas bukan berpasangan melainkan untuk menafikkan "benda" dan kata penghubung bukan berpasangan tetapi untuk menafikkan "peristiwa atau kerja". Kedua kata penghubung berpasangan tersebut seharusnya digunakan secara konsisten dalam berbahasa Indonesia. Misalnya:
Bukan Pak Alimuddiin yang mengajarkan IPA tetapi Pak Nurdin.
Sudirman tidak menulis buku tetapi menghitung angka.
Dengan demikian, kalimat yang menggunakan bukan ..........tetapiatau tidak.....melainkan dapat digolongkan bentuk yang tidak semestinya. Contoh:
Mereka tidak menulis melainkan sedang melukis.
Seharusnya
Mereka tidak menulis tetapi sedang melukis.
Dia bukan perampok tetapi pengemis.
Seharusnya
Dia bukan perampok melainkan pengemis.
Penyusunan kalimat yang terpengaruh pada struktur bahasa asing.
Kata di mana, yang mana, dengan siapa, adalah kata-kata yang lazim digunakan dalam membuat kalimat tanya. Kata-kata tersebut bila digunakan di tengah kalimat yang fungsinya bukan menanyakan sesuatu merupakan pengaruh bahasa asing. Dengan demikian, perlu dihindari penggunaan di mana, yang mana, dengan siapa diganti dengan kata bahasa Indonesia.
Misalnya sebagai berikut.
Rumah di mana dia bermalam dekat dari pasar.
Orang dengan siapa dia ajak bicara belum datang.
Kitab yang kami kaji bersama-sama cukup jelas yang mana memberi contoh-contoh denga jelas pula.
Ketiga kalimat di atas seharusnya:
Rumah tempat dia bermalam dekat dari pasar.
Orang yang akan dia ajak bicara belum datang.
Kitab yang kami kaji bersama-sama cukup jelas karena contoh-contohnya jelas pula.
Penggunaan kalimat yang tidak padu.
Kalimat yang digunakan kadang-kadang kurang padu karena kesalahan struktur kata yang kurang tepat sehingga maknanya agak kabur.
Misalnya:
Mereka menyatakan persetujuannya tentang keputusan yang bijaksana itu
Yang menjadi sebab rusaknya hutan adalah perladangan liar.
Kedua kalimat di atas seharusnya:
Mereka menyetujui keputusan yang bijaksana itu.
Penyebab rusaknya hutan adalah perladangan liar.
Penyusunan kalimat yang mubazir.
Kalimat yang mubazir biasanya disebabkan penggunaan kata-kata yang berulang secara berlebihan, penggunaan dua kata yang relatif sama maknanya, misalnya sebagai berikut.
Dalam konsep pedidikan yang disusunnya banyak terdapat berbagai kesalahan.
Mereka mencari nafkah demi untuk keluarganya.
Mahasiswa harus rajin belajar agar supaya lulus dengan nilai yang sangat memuaskan.
Ketiga kalimat tersebut seharusnya:
Dalam konsep pendidikan yang disusunnya terdapat banyak kesalahan.
Mereka mencari nafkah demi keluarganya.
Mahasiswa harusrajin belajar agar lulus dengan nilai yang sangat memuaskan.
Data analisis kesalahan berbahasa tataran sintaksis
"Kesalahan orang itu yaitu ialah mencuri"
Membaca kalimat diatas pasti kita mengatakan bahwa kalimat itu salah. Kalimat tersebut berbunyi " Kesalahan orang itu yaitu ialah mencuri ".Poerwadarminta (1976:367) dalam Pateda (1989: 60) menyatakan bahwa kata "ialah" bermakna "yaitu", dan kata "yaitu" bermakna "ialah". Dengan demikian kalimat diatas dapat diperbaiki menjadi:
"Kesalahan orang itu ialah mencuri"
"Kesalahan orang itu yaitu mencuri"
" Para sodara jamaah pengajian sekalian yang kita hormati,….. Kita bersyukur kepada para pelantara agama yang mana pada beliau-beliau itu begitu gigih memperjuangkan agama…."
Kita lihat kesalahan yang sering kita jumpai ini adalah kerancuan atau gejala pleonasme dalam penjamakan. Kata /para/ yang sudah menunjukkan lebih dari satu sering digabungkan dengan kata /sekalian/ atau diulang misalnya/para pengurus-pengurus,para bapak-bapak/, dan sebagainya yang sudah sama-sama bermakna banyak. Demikian pula akhiran asing /-in/ pada kata hadirin, ini juga sudah menandakan banyak. Kesalahan serupa sering kita simak misalnya pada saat ada pertunjukkan hiburan di lapangan, pembawa acara menyambut penampilan penyanyi idola mereka dengan ucapan " Baiklah para hadirin sekalian, kita sambut penyanyi kesayangan kita….." Bentuk yang benar adalah para hadir (tetapi kurang baik, kurang lazim), sehingga bentuk yang baik dan benar adalah cukup hadirin atau ditambah dengan kata sifat yang berbahagia. Dalam pengajian bisa menggunakan sapaan Hadirin yang berbahagia, Bapak/Ibu sekalian, Bapak/ Ibu/ Saudara sekalian yang saya hormati, Saudara-saudara yang berbahagia, Para Saudara jamaah pengajian yang berbahagia atau yang mengharap ridha Allah, yang dimulyakan Allah, dan sebagainya. Bentuk sapaan sodara dalam pengucapan memang alih-alih menjadi bunyi /o/, padahal dalam penulisan dan juga pelafalan yang tepat adalah saudara (secara etimologi berasal dari bahasa Sansekerta yakni /sa/ yang berarti satu dan /udara/ yang berarti perut, jadi artinya adalah satu perut atau berasal dari satu perut ibu seperti kakak, adik. Lama-kelamaan kata itu meluas penggunaanya. Demikian pula kata /ibu/,/bapak/ yang dialamatkan hanya pada lingkungan keluarga saja.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pengertian dari Analisis Kesalahan Berbahasa itu sendiri adalah suatu teknik untuk mengidentifikasikan, mengklasifikasikan, dan menginterpretasikan secara sistematis kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh si terdidik atau siswa yang sedang belajar bahasa asing atau bahasa kedua dengan menggunakan teori-teori dan prosedur-prosedur berdasarkan linguistik.
Kesalahan berbahasa bidang sintaksis meliputi kesalahan frase,kesalahan klausa, dan kesalahan kalimat. Kesalahan-kesalahan tersebut bersumber pada:
Sumber kesalahan berbahasa dalam tataran kata dan frase, antara lain:
Pengunaan kata depan tidak tepat.
Penyusunan frasa yang salah struktur.
Penambahan yang dalam frasa benda (B+S).
Penambahan kata dari atau tentang dalam Frasa Benda (B+B).
Penambahan kata kepunyaan dalam Frasa Benda (B+K Pr).
Penambahana kata untuk dalam frasa Kerja (K pasif + K lain).
Penghilangan kata yang dalam Frasa Benda (Benda+yang+K pasif).
Penghilangan kata oleh dalam Frasa Kerja Pasif (K pasif+oleh+B).
Penghilangan kata yang dalam frasa Sifat (yang +paling +sifat).
Sumber kesalahan berbahasa dalam tataran klausa, antara lain:
Penambahan preposisi di antara kata kerja dan objeknya dalam klausa aktif.
Penambahan kata kerja bantu dalam klausa ekuasional.
Pemisahan pelaku dan kata kerja dalam klausa aktif.
Penghilangan kata oleh dalam klausa pasif.
Penghilangan kata kerja dalam klausa intranstif.
Sumber kesalahan berbahasa dalam tataran kalimat, antara lain:
Penyusunan kalimat yang terpengaruh pada struktur bahasa daerah.
2929Kalimat yang tidak bersubjek karena terdapat preposisi di awal.
29
29
Penggunaan subjek yang berlebihan.
Penggunan kata penghubung secara ganda pada kalimat majemuk.
Penggunaan kalimat yang tidak logis.
Pengunaan kata penghubung berpasangan secara tidak tepat.
Penyusunan kalimat yang terpengaruh pada struktur bahasa asing.
Penggunaan kalimat yang tidak padu.
Penyusunan kalimat yang mubazir.
DAFTAR PUSTAKA
Keraf, Gorys. 1982. Tatabahasa Indonesia. EndeFlores: Nusa Indah
Tarigan, Djago & Sulistyaningsih, L.S. 1979. Analisis Kesalahan Berbahasa.
Jakarta; Depdikbud
Setyawati, Nanik. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia: Teori dan Praktik. Surakarta: Yuma Pustaka.
Tarigan, Henry Guntur dan Djago Tarigan. 1988. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa(Bandung: Angkasa).
Dian Indihadi, Analisis Kesalahan Berbahasa (PDF), diakses pada tanggal 1 April 2015.
Samsuri.1985.Analis Bahasa. Jakarta : Erlangga.(halaman22).
Wojowasito.1977.Pengajaran Bahasa Kedua (Bahasa Asing, Bukan Bahasa Ibu. (Bandung: Shinta Dharma. (halaman 42).
Setyawati, Nanik. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia: Teori dan Praktik. Cetakan Kedua. Surakarta: Yuma Pustaka.