1
TUGAS INDIVIDU
ANALISIS DAN STUDI KELAYAKAN PROYEK
ANALISIS DAN STUDI KELAYAKAN PROYEK
USAHA BUDIDAYA SAPI POTONG SKALA 500 EKOR
ANDI NURUL AINUN
I111 11 045
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDIN
MAKASSAR
2014
Analisis Finansial Studi Kelayakan Proyek Usaha Budidaya Sapi Potong Skala 500 Ekor
Menurut Umar, (2005) tujuan menganalisis aspek keuangan dari suatu studi kelayakan proyek bisnis adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan seperti ketersediaan dana, modal, kemampuan proyek untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai apakah proyek akan dapat berkembang terus. Kritertia investasi yang digunakan yaitu analsis laba rugi, break even point produksi (BEP Produksi), break even poin harga (BEP harga), B/C rasio dan Return of investment (ROI).
Menurut Syarif K. (2011)bahwa,Konsepcost of capital (biaya-biaya untuk menggunakan modal)dimaksudkan untuk menentukan berapa besar biaya riil dari masing-masingsumber dana yang dipakai dalam investasi. Aspek finansial merupakan suatugambaran yang bertujuan untuk menilai kelayakan suatu usaha untuk dijalankanatau tidak dijalankan dengan melihat dari beberapa indikator yaitu keuntungan,R/C Ratio, Break Event Point (BEP) dan Payback Period (PP) yang dapatdiuraikan sebagai berikut :
Keuntungan suatu perusahaan didapatkan dari hasil penjualan produk setelahdikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan untukmemproduksi produk tersebut. Analisis ini bertujuan untuk mengetahuibesarnya keuntungan dari usaha yang dilakukan dan semakin besarkeuntungan maka semakin bagus.
Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Ratio), bertujuan untuk melihatseberapa jauh biaya yang digunakan dalam kegiatan usaha yang dilakukandapat memberikan nilai penerimaan sebagai manfaatnya.
Payback Period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutupkembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakanaliran kas, yang bertujuan untuk mengetahui seberapa lama modal yang telahditanamkan bias kembali dalam satuan waktu.
BEP (Break Event Point) analisis ini bertujuan untuk mengetahui sampaibatas mana usaha yang dilakukan bias memberikan keuntungan atau padatingkat tidak rugi dan tidak untung. Estimasi ini digunakan dalam kaitannyaantara pendapatan dan biaya.
Menurut Umar,(2009) studi kelayakan terhadap aspek keuangan perlu dianalisis bagaimana prakiraan aliran kas akan terjadi. Beberapa criteria investasi yang digunakan untuk menentukan diterima atau tidaknya sesuatu usulan usaha sebagai berikut :
Net Present Value (NPV) merupakan ukuran yang digunakan untuk mendapatkan hasil neto (net benefit) secara maksimal yang dapat dicapai dengan investasi modal atau pengorbanan sumber-sumber lain. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keuntungan yag diperoleh selama umur ekonomi proyek. Proyek dinyatakan layak dilaksanakan jika nilai B/C Rasio yang diperoleh lebih besar atau sama dengan satu, dan merugi dan tidak layak dilakukan jika nilai B/C Rasio yang diperoleh lebih kecildari satu.
Net Benefit/ Cost Ratio, perbandingan antara present value dari net benefit positif dengan present value dari net benefit negative. Analisis ini bertujuanuntuk mengetahui berapa besarnya keuntungan dibandingkan denganpengeluaran selama umur ekonomis proyek.
IRR (Internal Rate of Return) merupakan tingkat suku bunga yag dapat membuat besarnya nilai NPV dari suatu usaha sama dengan nol (0) atau yang dapat membuat nilai Net B/C Ratio sama dengan satu dalam jangka waktu tertentu.
Dalam mengkaji aspek keuangan dalam studi kelayakan stidaknya ada lima faktor yang harus dikaji. Kelima faktor tersebut adalah (Anonim, 2010):
Dana yang diperlukan untuk investasi, baik untuk aktiva tetap maupun modal kerja.
Sumber sumber pembelanjaan yang akan dipergunakan. Seberapa banyak dana yang bgerupa modal sendiri dan berapa banyak yang berupa pinjaman jangka pendek, dan berapa yang jangka panjang.
Taksiran penghasilan, biaya, dan rugi/laba pada berbagai tingkat operasi. Termasuk di sini estimasi tentang break event proyek tersebut.
Manfaat dan biaya dalam artian finansial, seperti "rate of retrun on investment".
Di sini di samping perlu ditaksir rugi/laba proyek tersebut, juga taksiran aliran kas diperlukan untuk menghitung profitabilitas finansial proyek tersebut.
Proyeksi keuangan. Pembuatan neraca yang diproyeksikan dan proyeksi sumber dan penggunaan dana.
Dalam bisnis kategori pemilihan investasi didasarkan pada replacement (mengganti peralatan yang telah rusak/boros) dan expansion (ekspansi untuk produk yang sudah ada atau produk yang berbeda). Beberapa metode yang dapat dilakukan di dalam penilaian investasi akan dipaparkan dalam bagian ini. Metode-metode yang akan dikemukakan ini adalah metode-metode yang secara umum digunakan di dalam Laporan Studi Kelayakan Bisnis (Sucipto,2013).
Keputusan investasi merupakan keputusan manajemen keuangan yang paling penting di antara ketiga keputusan jangka panjang yang diambil manajer keuangan.Disebut penting, karena selain penanaman modal pada bidang usaha yang membutuhkan modal yang besar, juga keputusan tersebut mengandung risiko tertentu, serta langsung berpengaruh pada nilai perusahaan. Pada umumnya, langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pengambilan keputusan investasi adalah sebagai berikut (Sucipto,2013):
Adanya usulan investasi (proposal investasi).
Memperkirakan arus kas (cash flow) dari usulan investasi tersebut.
Mengevaluasi profitabilitas investasi dengan menggunakan beberapa metode penilaian kelayakan investasi.
Memutuskan menerima atau menolak usulan investasi tersebut.
Untuk menilai profitabilitas rencana investasi dikenal dua macam metode, yaitu metode konvensional dan metode nonkonvensional (discounted cash flow). Dalam metode konvensional dipergunakan dua macam tolok ukur untuk menilai profitabilitas rencana investasi, yaitu payback period dan accounting rate of return, sedangkan dalam metode non-konvensional dikenal tigamacam tolok ukur profitabilitas, yaitu Net Present Value (NPV), Profitability Index (PI), dan Internal Rate of Return (IRR) (Sucipto,2013).
Metode Payback Period (PP)
Payback period adalah suatu metode berapa lama investasi akan kembali atau periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas, dengan kata lain payback period merupakan rasio antara initial cash investment dengan cash flownya yang hasilnya merupakan satuan waktu. Suatu usulan investasi akan disetujui apabila payback period-nya lebih cepat atau lebih pendek dari payback period yang disyaratkan oleh perusahaan (Sucipto,2013).
Rumus payback period jika arus kas dari suatu rencana investasi/proyek berbeda setiap tahun (Sucipto,2013).:
Payback Period=n+a-bc-b ×1 tahun
di mana:
n = tahun terakhir di mana arus kas masih belum bisa menutupi initial investment
a = jumlah initial investment
b = jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke-n
c = jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke-n+1
Rumus payback period jika arus kas dari suatu rencana investasi/proyek sama jumlahnya setiap tahun (Sucipto,2013).:
Payback Period =Initial Investment Cash Flow ×1 tahun
Metode payback period merupakan metode penilaian investasi yang sangat sederhana perhitungannya, sehingga banyak digunakan oleh perusahaan. Tetapi di lain pihak metode ini mempunyai kelemahan-kelemahan, yaitu (Sucipto,2013):
Tidak memperhatikan nilai waktu uang.
Mengabaikan arus kas masuk yang diperoleh sesudah payback period suatu rencana investasi tercapai.
Mengabaikan nilai sisa (salvage value) investasi.
Meskipun metode payback period memiliki beberapa kelemahan, namun metode ini masih terus digunakan secara intensif dalam membuat keputusan investasi, tetapi metode ini tidak digunakan sebagai alat utama melainkan hanya sebagai indikator dari likuiditas dan risiko investasi (Sucipto,2013).
Keunggulan metode payback period adalah sebagai berikut (Sucipto,2013):
Perhitungannya mudah dimengerti dan sederhana.
Mempertimbangkan arus kas dan bukan laba menurut akuntansi.
Sebagai alat pertimbangan risiko karena makin pendek payback makin rendah risiko kerugian.
Metode Net Present Value (NPV)
Secara umum ada anggapan bahwa metode net present value merupakan kriteria seleksi kuantitatif yang paling baiksehingga paling sering digunakan untuk menilai kelayakan suatuusulan investasi. Namun ada kalanya perusahaan dalam prosespembuatan keputusan investasi tidak hanya menggunakanmetode net present value tetapi juga menggunakan metode metodelainnya secara bersama-sama.Metode ini adalah metode yang mengurangkan nilai sekarang dari uang dengan aliran kas bersih operasional atasinvestasi selama umur ekonomis termasuk terminal cash flow dengan initial cash flow (initial investment). Secara matematik rumus untuk menghitung Net Present Value (NPV) dapat dituliskan sebagai berikut (Sucipto,2013):
NPV =t-1nCIFt(1+k)t-COF
di mana:
CIF = cash inflow pada waktu t yang dihasilkan suatu investasi
k = biaya modal
COF = initial cash outflow
n = usia investasi
Metode ini memperhatikan nilai waktu uang, maka arus kas masuk (cash inflow) yang digunakan dalam menghitung net present value (nilai sekarang bersih) adalah arus kas masuk yangdidiskontokan atas dasar discount rate tertentu (biaya modal, opportunity cost, tingkat bunga yang berlaku umum).Selisih antara present value penerimaan kas dengan present value pengeluarankas dinamakan Net Present Value (Sucipto,2013).
Kriteria keputusan (Sucipto,2013):
Jika NPV bertanda positif (NPV > 0), maka rencana investasi diterima.
Jika NPV bertanda negatif (NPV < 0), maka rencana investasi ditolak.
Keunggulan metode NPV
Memperhitungkan nilai waktu dari uang.
Memperhitungkan arus kas selama usia ekonomis proyek.
Memperhitungkan nilai sisa proyek.
Kelemahan metode NPV
Manajemen harus dapat menaksir tingkat biaya modal yang relevan selama usia ekonomis proyek.
Jika proyek memiliki nilai invetasi inisial yang berbeda, serta usia yang juga berbeda, maka NPV yang lebih besar belum sebagai proyek yang lebih baik.
Derajat kelayakan tidak hanya dipengaruhi oleh arus kas,melainkan juga dipengaruhi oleh faktor usia ekonomis proyek.
Metode Discount Payback Period
Untuk mengatasi salah satu kelemahan dari metode payback period, yaitu tidak memperhatikan nilai waktu uang, maka dicoba untuk memperbaiki metode tersebut dengan cara mempresent-valuekan arus kas masuk (cash inflow) dari rencana investasi tersebut kemudian baru dihitung payback period-nya. Dengan demikian arus kas yang dipakai adalah arus kas yang telah didiskontokan atas dasar cost of capital/interest rate/requiredrate of return atau opportunity cost(Sucipto,2013).
Metode Internal Rate of Return
IRR adalah nilai discount rate i yang membuat NPV dari proyek sama dengan nol. Discount rate yang dipakai untuk mencari present value dari suatu benefit/biaya harus senilai dengan opportunity cost of capital seperti terlihat dari sudut pandangan si penilai proyek. Konsep dasar opportunity cost pada hakikatnya merupakan pengorbanan yang diberikan sebagai alternatif terbaik untuk dapat memperoleh sesuatu hasil dan manfaat atau dapat pula menyatakan harga yang harus dibayar untuk mendapatkannya (Sucipto,2013).
Secara matematik rumus internal rate of return (IRR) dapat dituliskan sebagai berikut (Sucipto,2013).:
COF =t-1nCIFt(1+IRR)t
Modified Internal Rate of Return (MIRR)
MIRR adalah suatu tingkat diskonto yang menyebabkan present value biaya (cash outflow) sama dengan present value nilai terminal, di mana nilai terminal adalah future value dari arus kas masuk (cash inflow) yang digandakan dengan biaya modal. MIRR memiliki kelebihan dibandingkan IRR karena MIRR mengasumsikan arus kas dari proyek diinvestasikan kembali (digandakan) dengan menggunakan biaya modal. Selain itu MIRR juga dapat menghindari masalah "multiple IRR" yang terjadi pada metode IRR (Sucipto,2013)..
Rumus untuk menghitung MIRR adalah (Sucipto,2013).:
PV Biaya=Nilai Terminal(1+MIRR)n
PV Biaya =t-1nCIFt(1+i)n-t(1+MIRR)n
Metode Profitability Index (PI)
Profitability index dapat dihitung dengan membandingkan antara PV kas masuk dengan PV kas keluar. Rumus (Sucipto,2013).:
PI=PV kas masukPV kas keluar
Kriteria penilaian PI adalah: jika nilai PI lebih besar dari 1, usulan proyek dinyatakan layak, sebaliknya jika PI lebih kecil dari 1 usulan proyek dinyatakan tidak layak.
7. B/C Rasio (benefit cost ratio)
Kadariah (1987) dalam Anonim (2010) menyatakan bahwa untuk mengetahui tingkat efisiensi suatu usaha dapat digunakan parameter yaitu dengan mengukur besarnya pemasukan dibagi besarnya korbanan, dimana bila :
B/C Ratio > 1 = efisien
B/C Ratio 1 = impas
B/C Ratio < 1 = tidak efisien
Selanjutnya Kadariah (1978) dalam Anonim (2010) menambahkan Analisis tingkat kelayakan usaha tani atau B/C ratio. Benefit Cost Ratio (B/Cratio) bisa digunakan dalam analisis kelayakan usaha tani, yaitu perbandingan antara total pendapatan dan total biaya yang dikeluarkan.
B/C ratio = Total Pendapatan (Rp)Total Biaya Produksi ( Rp) (Cahyono, 2002 dalam Anonim 2010).
Soekartawi et al. (1986) dalam Anonim (2010) menyatakan bahwa suatu usaha dikatakan memberikan manfaat bila nilai B/C Ratio > 1. Semakin besar nilai B/C Ratio maka semakin efisien usaha tersebut dan sebaliknya, semakin kecil nilai B/C Rationya maka semakin tidak efisien usaha tersebut.
8. Analisis BEP (break even point)
Analisis titik impas atau pulang modal (BEP) adalah suatu kondisi yang menggambarkan bahwa hasil usaha tani yang diperoleh sama dengan modal yang dikeluarkan. Dalam kondisi ini, usaha tani yang dilakukan tidak menghasilkan keuntungan tetapi juga tidak mengalami kerugian (Anonim, 2010).
BEP Volume Produksi
BEP Volume Produksi menggambarkan produksi minimal yang harus dihasilkan, agar usaha tani tidak mengalami kerugian (Anonim, 2010).
BEP = Total Biaya Produksi (Rp.)
Harga di Tingkat Petani (Rp./Kg)
BEP Harga Produksi
BEP Harga Produksi menggambarkan harga terendah dari produk yang dihasilkan. Apabila harga ditingkat petani lebih rendah dari pada harga BEP, maka usaha tani akan mengalami kerugian (Cahyono, 2002 dalam Anonim 2010)
BEP = Total Biaya Produksi (Rp.)
Total Produksi (Kg)
BEP (break even point) dimaksudkan untuk mengetahui titik impas (tidak untung dan juga tidak rugi) dari usaha bisnis yang diusahakan tersebut. Jadi dalam keadaan tersebut pendapatan yang diperoleh sama dengan modal usaha yang dikeluarkan (Rahardi et al., 1993 dalam Anonim, 2010)
9. Metode Penyusutan
Untuk menghitung pajak penghasilan yang merupakan komponen dalam laba rugi dan cash flow diperlukan perhitungan penyusutan aktiva tetap. Metode penyusutan yang digunakan adalah metode penyusutan garis lurus. Secara matematis, rumus penyusutan garis lurus yaitu sebagai berikut (Soeharto dan Iman, 2001 dalam Anonim,2010):
Penyusutan = Nilai perolehan - Nilai sisa
Umur Ekonomis
a. ROI (return on investment)
Kasmir dan Jakfar (2003) dalam Anonim (2010) menyatakan ROI (return on investment) merupakan rasio yang menunjukkan hasil atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan atau suatu ukuran tentang efisiensi manajemen. Ratio ini menunjukkan hasil dari seluruh aktiva yang dikendalikannya dengan mengabaikan sumber pendanaan dan biasanya ratio ini diukur dengan persentase. Ratio ini menunjukkan produktivitas dari seluruh dana perusahaan baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Semakin kecil (rendah) ratio ini semakin tidak baik, demikian pula sebaliknya.Artinya ratio ini digunakan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan.
Cahyono (2002) dalam Anonim (2010) menyatakan Analisis tingkat efisiensi penggunaan modal ROI (return on investment) dalam analisis usaha untuk mengetahui keuntungan usaha, berkaitan dengan modal yang telah dikeluarkan. Besar kecilnya nilai ROI ditentukan oleh keuntungan yang dicapai dan perputaran modal, yang dapat dihitung dengan rumus :
ROI = Keuntungan Usaha Tani x 100 %
Modal Usaha
Analisis Kelayakan Finansial Berdasarkan Hasil Praktek
di Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang
Analisis aspek finansial pada usaha Budidaya Sapi Potong skala 500 ekor dilakukan untuk mengetahui kelayakan usaha ini, sehingga hasil dari output penelitian diharapkan dapat menjadi rekomendasi pertimbangan dalam melaksanakan pengembangan investasi skala usaha. Komponen dari aspek yang dikaji pada analisis aspek finansial adalah:
Investasi Usaha
Biaya invetasi yang ada pada usahaBudidaya Sapi Potong milik skala 500 ekor dikeluarkan pada saat usaha akan dijalankan. Biaya ini merupakan dana dalam pengadaan barang-barang investasi.
Tabel 1. Biaya Investasi Budidaya Sapi Potong Skala 500 ekor
No
Jenis Investasi
Jumlah
Harga Satuan (Rp)
Total (Rp)
1
Bangunan
5
Rp. 150.000.000
Rp. 750.000.000
2
Sekop
12
Rp. 65.000
Rp. 780.000
3
Cangkul
5
Rp. 75.000
Rp 375.000
4
Parang
6
Rp. 30.000
Rp 180.000
5
Ember
8
Rp. 15.000
Rp. 120.000
Total
Rp 751.455.000
Besarnya dana investasi awal yang dieluarkan skala 500 ekor adalah Rp 751.455.000. Barang-barang modal yang didapat dari dana investasi tersebut adalah bangunan, sekop, cangkul, parang dan ember. Berikut rincian biaya investasi untuk barang-barang modal dapat dilihat pada Tabel 1 di atas. Biaya investasi yang dikeluarkan pada awal pendirian usaha mengalami penyusutan tiap tahunnya dengan proporsi yang berbeda. Penyusutan barang-barang investasi dipengaruhi umur teknis dan lama pemakaian yang mampu diperoleh dari masing-masing barang investasi. Dasar penentuan umur teknis adalah lama tingkat pakai kemampuan barang untuk masih layak digunakan.
Tabel 2. Biaya Reinvestasi Budidaya Sapi Potong skala 500 ekor
No
Jenis Investasi
Jumlah
Harga Satuan (Rp)
Umur (tahun)
Reinvestasl (Rp)
1
bangunan
5
Rp. 150.000.000
10
Rp 750.000.000
2
Sekop
12
Rp. 65.000
5
Rp. 780.000
3
Cangkul
5
Rp. 75.000
5
Rp 357.000
4
Parang
6
Rp. 30.000
3
Rp 180.000
5
Ember
8
Rp. 15.000
1
Rp. 120.000
Total
Rp 751,455,000
Tabel 2 menunjukkan nilai biaya reinvetasi yang harus dikeluarkan pemilik usaha Budidaya Sapi Potong. Barang-barang investasi tersebut mengalami penyusutan nilai tiap tahunnya. Nilai barang di akhir tahun teknis pemakaian akan lebih kecil daripada nilai barang di awal tahun pembelian karena proses pemakaian barang yang terus-menerus. Nilai penyusutan ditentukan dengan menggunakan metode garis lurus. Metode garis lurus dihitung dengan cara harga beli aset dikurangi dengan nilai sisa hasil pengurangan kedua nilai tersebut lalu dibagi dengan umur teknis, nilai sisa ditentukan dengan proporsi lima persen dari nilai awal pembelian barang. Setiap nilai aset dari suatu barang akan memiliki nilai yang berbeda karena ditentukan dari tiga faktor yang masuk kedalam unsur perhitungan nilai penyusutan tersebut yakni nilai awal, nilai sisa dan umur teknis. Nilai sisa merupakan salah satu komponen dari perhitungan laba rugi dan nilai sisa merupakan salah satu komponen penerimaan kegiatan proyek.
Tabel 3. Penyusutan dari Barang Investasi Usaha Budidaya Sapi Potong skala 500 ekor
No
Jenis Investasi
Penyusutan
1
Bangunan
Rp. 71.250.000
2
Sekop
Rp 148.200
3
Cangkul
Rp 71.250
4
Parang
Rp 57.000
5
Ember
Rp 114.000
Total Penyusutan
Rp 71.640.450
Berdasarkan Tabel 3 dapat dilhat bahwa Total nilai penyusutan dari barang-barang modal dalam usaha Budidaya Sapi Potong milik Skala 500 ekor adalah Rp 71.640.450. Nilai penyusutan terbesar disumbang oleh bangunan dengan nilai Rp 71.250.000.
2. Biaya Produksi
a. Biaya Tetap
Biaya tetap merupakan komponen terakhir dalam biaya operasional setelah biaya variabel. Tidak seperti biaya variabel besaran biaya tetap yang dikeluarkan tidak dipengaruhi jumlah porsi lalpan yang disajikan per harinya. Terdapat satu komponen utama yang dikeluarkan bapak sugiarto dalam setiap satu kali siklus produksi . Komponen tersebut hanya berupa penyusutan peralatan. Total penyusutan peralatan sebesar Rp 71.250.000. Untuk lebih jelaskan dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Biaya Tetap yang dikeluarkan dalam Usaha Budidaya Sapi Potong skala 500 ekor
No
Komponen Biaya Tetap
Total Biaya/tahun
1
Penyusutan Peralatan
Rp 71.250.000
Biaya Variabel
Biaya variabel merupakan salah satu komponen biaya operasional dalam kegiatan bisnis. Biaya variabel yang dikeluarkan oleh usaha Budidaya Sapi Potong skala 500 ekor terdiri dari bibit, pakan dan obat-obatan serta tenaga kerja.
Biaya variabel yang dikeluarkan dalam usaha Budidaya Sapi Potong Skala 500 ekor peternakan dimulai pada tahun pertama umur proyek. Biaya ini keluar setiap harinya. Rincian biaya variabel yang dikeluarkan usaha Budidaya Sapi Potong Skala 500 ekor dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Biaya Variabel yang dikeluarkan dalam Usaha Budidaya Sapi Potong Skala 500 ekor
No
Komponen
Harga Satuan
Total Biaya per hari
Total Biaya per bulan
Total Biaya per periode
1
Bibit
Rp. 3.000.000
-
-
Rp 150.000.000
2
Pakan
Rp. 12.000
Rp. 6.000.000
Rp. 180.000.000
Rp 1.440.000.000
3
Obat-obatan
Rp. 15.000
-
-
Rp 600,000
4
Tenaga Kerja
Rp. 50.000
Rp. 500.000
Rp. 15.000.000
Rp 120.000.000
5
Listrik dan air
Rp. 90.000
Rp. 90.000
Rp. 720.000
Total Biaya
Rp. 1.100.000
Rp. 195.090.000
Rp. 3.061.320.000
3. Penerimaan
Penerimaan adalah hasil dari perkalian jumlah produksi dengan harga jual
Bentuk umum penerimaan dari penjualan yaitu TR = P x Q ; dimana TR adalah total revenue atau penerimaan, P adalah Price atau harga jual perunit produk dan Q adalah Quantity atau jumlah produk yang dijual. Dengan demikianpenerimaan yang di peroleh dari usaha Budidaya Sapi Potong Skala 500 ekor yakni hasil penjualan sapi. Rincian Penerimaan dapat dilihat pada Tabel. 6.
Tabel 6. Penerimaan Usaha Budidaya Sapi Potong Skala 500 ekor
No
Jenis Penerimaan
Penerimaan/hari
Penerimaan/bulan
Penerimaan per periode
1
Penjualan Sapi
-
-
Rp 4.250.000.000
Total Penerimaan
-
-
Rp 4.250.000.000
Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat total penerimaan terdiri dari penerimaan /tahun. Total penerimaan/tahun berjumlah Rp. 4.250.000.000.
Pendapatan
Pendapatan yaitu selisih dari total penerimaan dengan total biaya dengan rumus Pd = TR – TC, dimana Pd adalah Pendapatan, TR yaitu total penerimaan dan TC adalah total biaya. Rincian Pendapatan dalam usaha Budidaya Sapi Potong Skala 500 ekor dapat dilihat pada tabel. 7.
Tabel 7. Pendapatan yang Diperoleh dalam Usaha Budidaya Sapi Potong Skala 500 Ekor.
No
Jenis penerimaan
Penerimaan/hari
Penerimaan/bulan
Penerimaan/tahun
1
Penjualan Sapi
-
-
Rp 4.250.000.000
Total penerimaan
-
-
Rp 4.250.000.000
Total Biaya
Rp 3.132.390.450
Pendapatan
Rp. 1.177.039.550
Berdasarkan Tabel.7 dapat dilihat bahwa usaha usaha Budidaya Sapi Potong Skala 500 ekor memberikan suatu keuntungan yang cukup besar ini terbukti bahwa jumlah penerimaan lebih besar dari pada jumlah biaya. Total keuntungan pertahun diperoleh Rp. 8.163.320.450.
Tabel Cash Flow
Tabel 8. Arus Kas Usaha Budidaya Sapi Potong skala 500 ekor
NO
Uraian
Harga/satuan
Jumlah barang
Total Biaya
Keterangan
1
Investasi Awal
A.
Investasi Bangunan
5
Rp 750.000.000
B.
investasi peralatan
a. Sekop
Rp. 65,000
12
Rp 780.000
b. Cangkul
Rp. 75,000
5
Rp 375.000
c. Parang
Rp. 30,000
6
Rp 18.000
d. Ember
Rp. 15,000
8
Rp 120.000
Total investai
Rp 751.455.000
2
Penerimaan (Benefit)
A.
Penjualan Sapi
Rp. 8.500.000
500
Rp 4.250.000.000
total benefit/tahun
Rp 4.250.000.000
3
Biaya (Cost)
A.
Biaya Tetap
a. Penyusutan
Rp. 71.640.450
total biaya tetap
Rp. 71.640.450
B.
Biaya Variabel
Bibit
Rp 3.000.000
500
Rp
1.500.000.000
Pakan
Rp 12.000
500
Rp 1.440.000.000
Obat-obatan
Rp 15,000
20
Rp 600.000
Tenaga Kerja
Rp. 30,000
10
Rp. 120.000.000
Listrik
Rp. 90.000
Rp. 720.000
Total biaya variabel pertahun
Rp 3.061.320.000
total cost pertahun
Rp 3.132.960.450
4
Benefit pertahun
Rp 1.117.039.550
5
pajak/tahun
Rp 2.500.000
Rp 2.500.000
Rp 2.500.000
Net benefit/tahun
Rp 1.117.039.550
Analisis Finansial Usaha
1. Return Cost Ratio (R/C)
R/C adalah perbandingan antara penerimaan penjualan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi hingga menghasilkan produk. Usaha Budidaya Sapi Potong dalu menguntungkan apabila nilai R/C > 1. Semakin besar nilai R/C semakin besar pula tingkat keuntungan yang akan diperoleh dari usaha tersebut.
R/C = Total penerimaan penjualan produk
Total Biaya
= 4.250.000.000
3.132.960.450
= 1,356544415
Berdasarkan hasil analisis R/C bahwa dapat diketahui, jika menggunakan biaya Rp. 1000 mampu memproleh keuntungan sebesar Rp. 357. Nilai R/C yang diperoleh sebesar 1,357. Nilai tersebut menunjukkan angka lebih besar dari satu sehingga usaha Budidaya Sapi Potong dengan Skala 500 ekor layak diusahakan dan menguntungkan karena dalam ketentuan mengatakan apabila nilai R/C didalam suatu usaha lebih besar dari satu maka usaha terseebut layak dan menguntungkan.
2. Benefit Cost Ratio
B/C adalah perbandingan antara tingkat keuntungan yang diperoleh dengan total biaya yang dikeluarkan. Suatu usaha dikatakan layak dan memberikan manfaat apabila nilai B/C> 1. semakin besar nilai B/C semakin besar pula manfaat yang akan diperoleh dari usaha tersebut.
B/C = Tingkat Keuntungan
Total biaya
= 1.117.039.550
3.132.960.450
= 0,356544415
Berdasarkan hasil analisis B/C bahwa usaha Budidaya Sapi Potong dalam perhitungan satu tahun maka usaha tersebut menunjukkan tidak layak untuk diusahan dan dilanjutkan karena nilai benefit cost lebih besar dari pada satu yaitu 0,356.
3. Net Present Value (NPV)
Adapun NPV yang diperoleh pada usaha Budidaya Sapi Potong milik Skala 500 ekor, sebagai berikut :
Tabel 9. NPV Usaha Budidaya Sapi Potong Skala 500 ekor
Tahun
Investasi
Net
D.F.
Present
(Rp)
Benefit
10%
Value
(Rp)
(Rp)
0
751.455.000
751.455.000
1
751.455.000
2014
1.117.039.550
0,909
1.015.388.951
Net Present Value (NPV)
1.766.843.951
Berdasarkan hasil yang diperoleh Net Present Value (NPV) dalam usaha Budidaya Sapi Potong yaitu dengan bunga 10 %. Karena NPV yang diperoleh positif maka usaha dapat dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh besar.
4. Analisa Break Even Point (BEP)
Berdasarkan dari hasil anlisis, maka diperoleh BEP dalam usaha Budidaya Sapi Potong, yakni BEP produksi sebesar Rp. 6.265.921 dan BEP harga sebesar Rp. 36,583.
5. IRR
Adapun IRR yang diperoleh pada usaha Budidaya Sapi Potong Skala 500 ekor, sebagai berikut :
Tabel 10. IRR Usaha Budidaya Sapi Potong Skala 500 ekor
Tahun
Net Benefit (Rp)
D.F 10%
Present Value (Rp)
D.F 20%
Present Value (Rp)
0
2014
751.455.000
8.163.320.450
1
0,909
751.455.000
1.015.388.951
1
0,833
751.455.000
93.049.3945,2
NPV 1 = 1.766.843.951
NPV 2 = 1.681.948.945
IRR=i1+ NPV 1(NPV1-NPV 2) .(i2-i1)
=10%+ 1.766.843.951(1.766.843.951-1.681.948.945) .(20%-10%)
=10%+ 20,81210708 .(10%)
=10%+ 2,081210708
=12,081210708 .
Berdasarkan hasil yang diperoleh Internal Rate of Retrn (IRR) dalam usaha Budidaya Sapi Potong yaitu 12,081.
6. Payback Period (PP)
Payback Period atau jangka waktu pengembalian investasi yang dikeluarkan, melalui keuntungan yang diperoleh dari suatu proyek pada Budidaya Sapi Potong Skala 500 ekor dapat dilihat dibawah ini :
Diketahui : I (Modal Investasi) = Rp 751.455.000
Ab (Keuntungan/tahun) = Rp 8.163.320.450
Ditanyakan : PP (Peyback Periode)…..????
Rumus
PP=IAb
Penyelesaian : PP = Rp 751.455.000
Rp 1.117.039.550
PP = 0, 67272
PP = 0, 67
Jadi untuk mengembalikan investasi awal yang dikeluarkan sebesar Rp 751.455.000 dalam menjalankan usahanya , maka waktu yang diprerlukan dalam mengembalikan investasi awal hanya membutuhkan waktu dalam jangka waktu kurang lebih 6 bulan. Sehingga usaha tersebut sangat layak untuk diusahakan karena usaha tersebut hanya memerlukan waktu relatife singkat dalam pengembalian investasi awal.