Minggu 5
ANALISA TAPAK
CAKUPAN ISI
Membuat analisa pada tapak, mencakup orientasi matahari, lingkungan,
sirkulasi dan entrance, kontur. Analisa Zoning, mencakup zona public, semi
public dan private serta zona kebisingan. Membuat kesimpulan berupa konsep
tanggapan.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu menganalisis kondisi lahan (tapak) tempat direncanakannya
bangunan/proyek akan dibangun. Mahasiswa mampu mengidentifikasi tanggapan
terhadap kondisi tapak berdasarkan hasil analisis.
KRITERIA PENILAIAN
Penilaian berdasarkan kemampuan mahasiswa menganalisis dan mengusulkan
response terhadap hasil analisis.
METODE PENILAIAN
Tugas Mingguan
Presentasi
Penguasaan Materi
ANALISA TAPAK
PENGERTIAN TAPAK
Tapak adalah lahan atau tempat dimana bangunan yang direncanakan akan
didirikan. Untuk meletakkan bangunan atau kelompok bangunan pada tapak yang
ditentukan dengan tepat, maka perlu dilakukan analisis terhadap kondisi
existing tapak, kelebihan dan kelemahannya. Setelah melakukan analisis
terhadap tapak maka dapat diidentifikasi respons ataupun tanggapan
perancang untuk dapat meletakkan bangunan dengan tepat.
Hal-hal yang perlu di analisis pada tapak antara lain :
LOKASI
Lokasi menunjukkan letak tapak terhadap lingkungan yang lebih besar. Akses
menunjukkan jalan-jalan menuju ke tapak.
SIRKULASI & PENCAPAIAN
Sirkulasi mencakup sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki. Dalam menganalisis
sirkulasi hal yang penting diperhatikan adalah sirkulasi kendaraan di
sekeliling tapak, baik itu lalu lintas kendaraan pribadi maupun kendaraan
umum. Kendaraan umum sebagai sumber datangnya pejalan kaki dan arus lalu
lintas kendaraan pribadi akan menentukan letak pencapaian (jalan
masuk/entrance) ke dalam tapak baik bagi pejalan kaki maupun bagi kendaraan
pribadi. Dalam menentukan letak jalan masuk, juga perlu diperhatikan
kemudahan pencapaian, baik secara fisik maupun secara visual.
Yang dimaksud dengan kemudahan fisik adalah kemudahan orang mengaksesnya,
mencakup jarak capaian pejalan kaki dari halte kendaraan umum, keamanan
pejalan kaki misalnya hindarkan crossing dengan kendaraan, atau diberi
rambu-rambu yang jelas. Sedangkan kemudahan secara visual adalah mudah
dikenali, terlihat jelas dan bersifat mengundang (baik bagi pejaln kaki
maupun kendaraan pribadi).
Dari gambar di atas dapat dianalisis bahwa alternative perletakan entrance
adalah dari ke2 sisi tapak yang dibatasi oleh jalan. Dari besaran jalan
dapat diketahui mana jalan yang lebih utama dan mana yang sekunder. Panah
Hijau merupakan alternative I perletakan Main Entrance (Akses) ke tapak
dari arah Jalan Utama. Akses dari jalan utama ada kelebihan dan
kekurangannya. Kelebihannya adalah secara visual mudah dikenali, secara
fisik juga mudah dicapainya. Kekurangannya dapat menimbulkan kemacetan pada
jalan utama. Sedangkan pada laternatif II (Panah Kuning)dari arah jalan
sekunder, secara visual kurang menguntungkan, terutama karena kendaraan
lebih banyak melewati jalan Utama, apalagi kendaraan umum. Tetapi dari segi
keamanan dan kelancaran lalu lintas jauh lebih baik dari pada alternative
pertama. Mengingat masing-masing jalan memiliki kelebihan dan kekurangan,
mahasiswa harus dapat menentukan berdasarkan berbagai pertimbangan, ataupun
memberikan alternative solusi agar mendapat pilihan terbaik.
ZONING
Letak Pintu Masuk (Entrance) menentukan pembagian Zoning. Entrance berada
pada Zona Public karena Zona public adalah area dimana dapat diakses oleh
semua orang (public). Mengingat Entrance merupakan jalan masuk ke dalam
tapak yang dapat dimasuki oleh semua orang maka daerah sekitar entrance
termasuk dalam Zona Public. Semakin menjauh dari daerah masuk, maka
berangsur-angsur sifat zona berubah menjadi Zona semi private, yaitu zona
dimana tidak semua orang dapat masuk, dan zona Private hanya dapat dimasuki
atau diakses oleh orang-orang tertentu, misalnya pemilik ruang tersebut.
Contoh ruang/fungsi yang termasuk zona Public adalah hall, ruang tunggu.
Contoh ruang/fungsi yang termasuk zona semi private adalah ruang belajar
bersama pada rumah kost mahasiswa, sedangkan contoh ruang/fungsi yang
bersifat private adalah kamar tidur pada rumah kost mahasiswa, kelas-kelas
pada sekolah.
Penzoningan juga dapat dianalisis secara vertical. Pada tapak yang
berkontur apabila entrance berada pada kontur yang tinggi, maka zona semi
privat dan private dapat berada di kontur yang lebih rendah, sepanjang
letaknya semakin menjauh dari entrance. Pada bangunan yang lebih dari 1
lantai, maka penzoningan juga dapat dilakukan secara vertical.
ZONING KEBISINGAN
Pada tapak dapat diidentifikasi zona-zona yang bising maupun yang tenang.
Pengaruh kebisingan adalah akibat aktifitas yang terjadi di sekliling
tapak. Kebisingan akibat ramainya lalu lintas pada jalan didepan tapak
mempengaruhi kebisingan zona tapak yang terletak di tepi jalan tersebut.
Zona yang semakin jauh letaknya dari sumber kebisingan maka berangsur-
angsur menjadi zona sedang kebisingannya dan akhirnya menjadi zona tenang.
Zona-zona ini dibutuhkan untuk mengidentifikasi dimana harus diletakkan
ruang-ruang yang bersifat public, semi public (semi private) maupun
private. Begitu pula untuk ruang-ruang yang membutuhkan ketenangan
sebaiknya diletakkan pada zona tenang pada tapak. Untuk mengurangi
kebisingan pada tapak dapat diberikan buffer berupa bangunan atau ruang-
ruang yang boleh bising ataupun ruang-ruang yang menimbulkan kebisingan.
Kadang-kadang dapat digunakan pohon sebagai buffer, tetapi pohon kurang
efektif untuk bangunan bertingkat, apalagi jika pohon lebih rendah dari
bangunan.
ORIENTASI MATAHARI
Orientasi matahari mempengaruhi suhu dalam bangunan. Pada daerah-daerah
tropis seperti Indonesia, panas matahari kurang disukai. Oleh karena itu
orientasi matahari pada tapak mempengaruhi letak dan bentuk bangunan.
Mengingat radiasi matahari yang tinggi di Indonesia, maka daerah-daerah di
bawah bayangan bangunan menjadi daerah yang nyaman. Untuk menurunkan suhu
dalam bangunan maka ruang-ruang penting diusahakan menghindari hadapan
timur-barat secara langsung, karena orientasi matahari di Indonesia adalah
Timur-Barat. Arah Timur Barat dapat diberi buffer ruang-ruang service,
dimana tidak dihuni manusia secara terus menerus, seperti tangga, toilet,
pantry, gudang dll.
Penggunaan Pepohonan sebagai buffer panas matahari membutuhkan kejelian
pemilihan jenis pohon pengaturan perletakannya pada tapak. Pohon-pohon
palem yang ditanam berjarak sedang tidak terlalu berguna sebagai penahan
panas matahari. Tetapi Pohon bamboo yang ditanam secara rapat lebih baik
dari pada pohon palem. Akan tetapi pemeliharaan kebersihan pada daun-daun
bamboo yang gugur lebih merepotkan ketimbang pohon palem. Untuk perlu juga
dipikirkan bagaimana kemudahan pemeliharaannya. Sedangkan Pohon lain yang
baik antara lain pohon-pohon berdaun rindang, pohon cemara yang juga
ditanam secara rapat, dll.
Ketingggian pohon terhadap ketinggian bangunan juga perlu diperhatikan.
Ketinggian pohon-pohon yang lebih rendah dari pada ketinggian Bangunan
tidak dapat difungsikan sebagai penahan panas matahari. Maka untuk bangunan-
bangunan bertingkat Tinggi (High Rise Building) perlu dipikirkan cara-cara
lain, misalnya dengan meletakkan Core pada daerah yang terkena panas
matahari secara langsung, membuat Balkon, sehingga permukaan ruang-ruang
lebih mundur, dan tidak terkena panas matahari secara langsung. Cara lain
dengan mebuat taman di dinding dan atap bangunan.
TAUTAN LINGKUNGAN
Lingkungan sekeliling tapak juga berpengaruh pada perletakan bangunan.
Tapak yang terletak di sudut jalan akan sangat berbeda responsnya dengan
tapak yang hanya satu sisinya menghadap jalan. Bangunan yang terletak di
sudut jalan harus memberikan perlakuan khusus pada 'sudut' sebagai
penghargaan terhadap 'sudut' tersebut.
Bangunan-bangunan di sekitar tapak juga mempengaruhi bentuk, tinggi
bangunan kita. Oleh karena itu tautan lingkungan harus menjadi perhatian
dalam analisa tapak.
Perlu diingat bahwa bangunan yang akan didirikan pada tapak tertentu, harus
merupakan bagian dari tapak dan dari lingkungan, harus "fit" dengan
tapaknya dan lingkungannya. Sehingga saat kita membuat rancangan seperti
denah dan massa bangunan, maka tapak tidak boleh lepas dari denah.
Rancangan yang baik adalah bila bangunan kita digeser dari letaknya yang
seharusnya, maka semua pengaturan denah harus diubah. Maka massa dan denah
harus saling mengunci dengan tapak.
KONTUR
Kontur menantang arsitek untuk membuat bangunan yang menyesuaikan dengan
kondisi tanah. Perbaikan kontur dan tanah harus dilakukan sesedikit
mungkin. Perataan tanah besar-besaran sebaiknya dihindari. Justru kondisi
tanah yang berkontur memberikan tantangan bagi arsitek untuk menghasilkan
rancangan yang tidak sama dengan rancangan di atas lahan yang konturnya
rata. Analisis tentang kontur juga menentukan letak utilitas pada lahan,
seperti drainase dsb.
Drainase merupakan hal penting pada lahan berkontur, terutama jika terdapat
ruang-ruang di bawah tanah (seperti contoh dalam gambar). Aliran air dari
level yang lebih tinggi harus dialirkan melalui saluran-saluran yang
dirancang agar tidak membanjiri ruang yang terletak di bawahnya.
Air buangan dari air hujan maupun talang juga dapat dialirkan menuju sumur-
surmur resapan. Hal ini sangat membantu dalam pelestarian lingkungan alam.
Sumur resapan air hujan sebaiknya tidak berdekatan dengan septic tank dan
berisi batu karang, ijuk, pasir dan kerikil. Sumur reapan dapat dirancang
secara harmonis dengan penataan taman serta landscape.
PERATURAN PEMERINTAH
Pemerintah sebagai regulator berkewajiban menetapkan peraturan-peraturan
ataupun regulasi pembangunan dengan tujuan menjaga pelestarian alam dan
lingkungan. Peraturan Pemerintah yang paling mendasar harus diperhatikan
oleh arsitek adalah peraturan yang dikenakan terhadap tapak tempat bangunan
akan didirikan, antara lain Tata Guna Lahan, KDB, KLB, GSB, IMB.
TATA GUNA LAHAN
Dalam perencanaan kota, biasanya telah ditetapkan zona-zona dalam kota yang
antara lain terdiri dari zona tinggal (hunian), zona karya (perkantoran),
zona komersial, zona industri dsb. Dalam zona-zona tersebut telah
ditentukan fungsi bangunan yang diperbolehkan dibangun pada lahan dimaksud.
Jadi tidak diizinkan membangun perkantoran di lingkungan (zona) hunian.
Sehingga dalam mencari lahan perlu dicari informasi tentang Tata Guna Lahan
yang telahbditentukan oleh Pemda setempat.
KDB (Koefisien Dasar Bangunan)
KDB atau Koefisien Dasar Bangunan adalah angka (dalam bentuk persentase)
yang digunakan untuk menghitung luas lantai dasar bangunan maksimum yang
diizinkan didirikan di atas lahan dimaksud. Tujuan dari ditentukannya KDB
ini adalah untuk menjaga daerah resapan air. Pada wilayah-wilayah yang
telah ditetapkan sebagai wilayah resapan air biasanya KDB nya rendah. Cara
menghitung luas lantai dasar maksimum yang diizinkan adalah sebagai berikut
:
Misalnya ditentukan :
KDB : 20%
Luas Lahan : 5000 m2
Maka Luas Lantai Dasar Maksimum yang diizinkan adalah :
20% x 5000 m2 = 1000 m2
KLB (Koefisien Lantai Bangunan)
KLB atau Koefisien Lantai Bangunan adalah angka yang digunakan untuk
menghitung Luas Maksimum Lantai Bangunan yang diizinkan pada lahan
dimaksud. Tujuan dari ditetapkannya KLB ini adalh untuk mengendalikan
kepadatan (density) pada sebuah area (wilayah). Cara menghitung Luas
Maksimum Lantai Bangunan yang diizinkan, adalah sebagai berikut:
Misalnya ditentukan :
KLB : 2
Luas Lahan : 5000 m2
Maka Luas Maksimum Lantai Bangunan yang diizinkan adalah :
2 x 5000 m2 = 10.000 m2.
GSB (Garis Sepadan Bangunan)
GSB atau Garis Sepadan Bangunan adalah Batas dinding (kolom) terluar
bangunan yang diizinkan. Tujuan dari ditetapkannya GSB adalah untuk menjaga
dan mengendalikan wajah kota. GSB biasanya ditentukan setengah lebar jalan
yang berada pada lahan yang dimaksud. Misalnya sebuah lahan berada ditepi
jalan selebar 10 m, maka dinding terluar bangunan yang menghadap jalan
tersebut maksimum berjarak 5 m dari batas lahan dengan jalan (dari Pagar).
PENUTUP
Perancangan bangunan selalu dimulai dengan analisis pada tapak, kemudian
menetapkan solusi-solusi dari hasil analisis tersebut. Maka karya
arsitektur merupakan respons terhadap kebutuhan pengguna dan respons
terhadap kondisi tapak.