ANALISA SINYAL DALAM DOMAIN FREKUENSI 4.1. Fenomena Gibb t=-3:6/100:3; N=input('masukan N=input( 'masukan jumlah sinyal yang dikehendaki : '); ' ); c0=0!; "0=pi; #s=100; $N=c0%&nes(1length(t)); & n=1:*:N; & n=1:*:N; theta=((-1)+((n-1)/*)-1)%pi/*; $N=$N,*/n/pi%c&s(n%"0%t,theta); end supl&t(*11) pl&t(t$N) gid
title('.hen&mena title( '.hen&mena i') i' ) $lael('aktu(s)' $lael('aktu(s)') ) ylael('(t)' ylael('(t)') ) 2ans&masi $=t($N!1*) "=(0:*!!)/*!6%(#s/*); supl&t(*1*) pl&t("as($(1:*!6))) gid title('4inyal title( '4inyal pada 5&main #ekuensi' ) $lael('#ekuensi(7)' $lael('#ekuensi(7)') ) ylael('()' ylael('()') )
N=3
N= 5
N=7
N=9
Analisa:
Di deret fourier yang banyak digunakan untuk menghampiri suatu fungsi periodik dan terintegralka terintegralkan n Riemann Riemann di selang periodisasinya periodisasinya,, tetapi akan muncul muncul masalah ketika fungsinya memiliki titik diskontinuitas, ketika deret fouriernya mengalami kelebihan dan keku kekuran rangan gan disek disekit itar ar titik titik disk diskon onti tinu nuit itasn asnya ya,, maka maka keja kejadi dian an inil inilah ah yang yang diseb disebut ut
Fenomena Gibbs. Sebagai akibatnya akan muncul ripple - ripple pada sinyal yang dihasilkan.dapat diamati diatas semakin besar nilai N semakin banyak ripple yg muncul . 4.2. Pengamatan Fre!en"i Pa#a Sin$a% &!ngga% #s=100; t=(1:100)/#s; =!; 8=1; s=8%sin(*%pi%%t); supl&t(*11) pl&t(ts) gid $lael('"aktu(s)') title('4inyal 4inus')
4=t(s!1*) "=(0:*!!)/*!6%(#s/*); supl&t(*1*) supl&t(*1*) pl&t("as(4(1:*!6))) gid $lael('#ekuensi(7)') title('4inyal pada 5&main #ekuensi' )
F=5Hz ; A=1volt
F=10Hz ; A=4volt
F=20Hz ; A=5volt
F=30Hz ; A=6volt
Analisa:
Sinyal masukan adalah sinyal tunggal dimana frekuensi yang digunakan sebanyak frekuensi saja sehingga sinyal gabungannya hanya berdasarkan !aktu dan frekuensi.dapat diamati diatas bah!a semakin besar nilai " yang dimasukkan maka frekuensi yang dihasilkan puncak dan lembahnya terpotong .
4.2. Pengamatan Fre!en"i Pa#a Kombina"i 2 Sin$a% #s=100; t=(1:900)/#s; 1=1; s1=(*/pi)%8%sin(*%pi%1%t); *=*0; 8=10; s*=(*/3/pi)%sin(*%pi%*%t);
s=s1,s*; supl&t(*11) pl&t(ts) gid
$lael('"aktu(s)') title('4inyal 4inus') 4=t(s!1*) "=(0:*!!)/*!6%(#s/*); supl&t(*1*) pl&t("as(4(1:*!6))) gid $lael('#ekuensi(7)') title('4inyal pada 5&main #ekuensi' )
F2=3Hz ; A=1volt
F2=10Hz ; A=1volt
F2=25Hz ; A=5volt
F2=20Hz ; A=10volt .
Analisa:
sinyal masukan frekuensi yang digunakan sebanyak dua frekuensi saja sehingga sinyal gabungannya hanya berdasarkan !aktu dan dua frekuensi.dapat diamati juga semakin besar frekeuensi dan amplitudo,semakin rapat frekuensinya
4.'. Pengamatan Fre!en"i Pa#a Kombina"i 4 Sin$a% #s=100; t=(1:900)/#s; 1=1; s1=(*/pi)%sin(*%pi%1%t); *=3; s*=(*/3/pi)%sin(*%pi%*%t); 3=!; s3=(*/!/pi)%sin(*%pi%3%t); 9=; s9=(*//pi)%sin(*%pi%9%t); s=s1,s*,s3,s9; supl&t(*11) supl&t(*11)
f2 =3Hz, f3 = 5Hz dan f4 =7Hz
pl&t(ts) gid $lael('"aktu(s)') title('4inyal 4inus') 4=t(s!1*) "=(0:*!!)/*!6%(#s/*); supl&t(*1*) pl&t("as(4(1:*!6))) gid $lael('#ekuensi(7)') title('4inyal pada 5&main #ekuensi' )
f2 =10Hz, f3 = 20Hz dan f4 =30Hz
Analisa:
#ada kombinasi $ sinyal, frekuensi yang digunakan sebanyak empat frekuensi dan hasilnya dalam domain !aktu dan frekuensi. Semakin tinggi harga frekuensi yang dimasukkan maka semakin banyak juga sinyal diskontinuitas yang dihasilkan, sebagai bukti adalah ripple % ripple yang dihasilkan ketika frekuensi naik.
4.4. Pengamatan Fre!en"i Pa#a Kombina"i ( Sin$a% #s=100; t=(1:*00)/#s; 1=1; s1=(*/pi)%sin(*%pi%1%t); *=3; s*=(*/3/pi)%sin(*%pi%*%t); 3=!; s3=(*/!/pi)%sin(*%pi%3%t); 9=; s9=(*//pi)%sin(*%pi%9%t); !=; s!=(*//pi)%sin(*%pi%!%t); 6=11; s6=(*/11/pi)%sin(*%pi%6%t); s=s1,s*,s3,s9,s!,s6;
supl&t(*11) supl&t(*11) pl&t(ts) gid $lael('"aktu(s)') title('4inyal 4inus') 4=t(s!1*) "=(0:*!!)/*!6%(#s/*); supl&t(*1*) pl&t("as(4(1:*!6))) gid $lael('#ekuensi(7)') title('4inyal pada 5&main #ekuensi' )
8nalisa:
frekuensi pada kombinasi & sinyal, didapatkan bah!a lebar sinyal yang dihasilkan lebih lebar dibandingkan pada kombinasi $ sinyal, ' sinyal dan sinyal, sehingga lebar ripple yang didpatkan juga semakin lebar mengikuti lebarnya sinyal yang dihasilkan.
4.). Pengamatan Fre!en"i Pa#a Sin$a% A!#io
4a=as(4); supl&t(*1*) pl&t(4a(100:1000)) gid 2pl&t(4a) title('4inyal 8udi& d&main ekuensi' ) $lael('#ekuensi(7)') ylael('$()')
Si n y alAu d i o 0. 2 0. 1 ) t ( x
0
0 . 1 0 . 2 0
100
200
300
400 500 600 700 Wakt u( s) Si n y alAu d i od oma i nf r e k ue n si
100
200
300
800
900
1000
800
900
1000
300
200 ) f ( x
100
0 0
400 500 600 F r e k u en s i ( Hz )
700
i l
i
0. 2 0. 1 ) t (
x
0
0 . 1 0 . 2 0
100
200
300
400 500 600 700 Wakt u( s) Si n y alAu d i od o ma i nf r e k ue n si
100
200
300
800
900 10 00
800
900 10 00
300
200 ) f (
x
100
0 0
400 500 600 F r e k u en s i ( Hz )
700
Fs=16000
F"*4+++ Analisa: Tida ada !"#$"daan $"nt% sin&al a%dio Fs= 16000 dan fs= 4000 . da!at dia'ati !%n(a a'!lit%do $"#ada !ada f#"%"nsi 400Hz dan t%#%n !ada f#"%"nsi 500Hz
Kesimpulan
Dari praktikum ini analisa sinyal dalam domain frekuensi ini dapatkan bah!a Fenomena Gibb adalah kondis dimana deret fouriernya mengalami kekurangan dan kelebihan disisi diskontinuitas sinyalnya. Dan perbedaan dari frekuensi pada kombinasi sinyal tunggal, ' sinyal, $ sinyal dan & sinyal adalah terletak pada jumlah sinyal masukan sehingga hasil yang didapatkan ber(ariasi. Dan pada simulasi sinyal audio puncak tertinggi terjadi pada frekuensi $))*+