BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Arah dan kebijaksanaan pembangunan bidang kesehatan, diantaranya menyebutkan
bahwa
pembangunan
kesehatan
diarahkan
untuk
mempertinggi derajat kesehatan. Salah satu yang termasuk di dalamnya adalah meningkatkan kualitas hidup serta kecerdasan dan kesejahteraan rakyat (Husaini & Mahdin, 2001). Secara umum terdapat 4 masalah gizi utama di Indonesia yakni KEP (Kurang Energi Protein), KVA (Kurang Vitamin A), GAKY (Gangguan Akibat Kurang Yodium) dan AGB (Anemi Gizi Besi). Akibat dari kurang gizi ini adalah kerentanan terhadap penyakit infeksi dan dapat menyebabkan meningkatnya angka kematian(Husaini & Mahdin, 2001). Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Kekurangangizi pada ibu hamil dapat menyebabkan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) dandapat pula menyebabkan penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak,kekurangan gizi akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan, bilatidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa (Depkes RI, 2006). Usia 0 – 24 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,sehingga sering diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periodeemas dapat diwujudkan apabila pada masa ini, bayi dan anak memperoleh asupangizi yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal. Sebaliknya apabila bayi dan anakpada masa ini tidak memperoleh makanan sesuai kebutuhan gizinya, maka periodeemas akan berubah menjadi periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembangbayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya selanjutn ya (Depkes RI, 2006). Untuk mencapai tumbuh kembang optimal, di dalam Global Strategy forInfant
and
Young
Child
Feeding ,
WHO/UNICEF
tahun
2001
merekomendasikanempat hal penting yang harus dilakukan yaitu, pertama memberikan ASI kepada bayisegera dalam waktu 30 menit setelah bayi
1
lahir, kedua memberikan hanya ASI sajaatau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, ketigamemberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulansampai 24 bulan, dan keempat meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24bulan atau lebih (Depkes RI, 2006). Prioritas pembangunan kesehatan diarahkan pada upaya penurunan angkakematian bayi. Salah satu penyebab utama kematian bayi menurut SKRT (SurveyKesehatan Rumah Tangga) tahun 2001 adalah kejadian diare yaitu sebesar 9,4%(Amiruddin et.al, 2007). Pada era sekarang 80% bayi yang baru lahir di Indonesiatidak lagi menyusui sejak 24 jam pertama setelah mereka lahir (Wed, 2004), padahalpemberian makanan padat pada bayi dibawah usia 4 bulan sering menyebabkangangguan menyebabkangangguan diare (Dina, 2005). Penelitian lain juga dilakukan oleh Suyatno (2007)bahwa pemberian MPASI dini, baik padat ataupun cair berpengaruh secarasignifikan terhadap kejadian ISPA pada balita. Rekomendasi pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan tampaknya masihsulit untuk dilaksanakan. Upaya agar ibu biasa menyusui bayinya secara eksklusifsampai usia 6 bulan masih memiliki banyak kendala, hal ini dapat dilihat dari 14%bayi yang hanya mendapatkan ASI eksklusif sampai usia 5 bulan serta 8% bayimendapat ASI eksklusif sampai usia 6 bulan (Depkes RI, 2004). Berdasarkan laporan program gizi Puskesmas Magelanng Selatan tahun 2013, pencapaian ASI Eksklusif di wilayah Tidar Utara, Tidar Selatan dan Rejo Selatan cenderunng mengalami penurunan yang signifikan. Dari uraian diatas, maka penulis ingin mengetahui Gambaran Pelaksanaan ASI Eksklusif di Puskesmas Magelang Selatan dan membahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan program ASI Eksklusif di Puskesmas Magelang Selatan.
2
1.2 Tujuan Penulisan a. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mahasiswa dalam manajemen keperawatan dan keperawatan komunitas. b. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui tentang gambaran Puskesmas Magelang Selatan 2. Untuk mengetahui gambaran program ASI Eksklusif di Puskesmas
Magelang Selatan 3. Untuk mengetahui faktor pendukung dalam program ASI eksklusif
Puskesmas Magelang Selatan 4. Untuk mengetahui faktor penghambat program ASI eksklusif di
Puskesmas Magelang Selatan
1.3 Manfaat Penulisan
a. Bagi Profesi Diharapkan laporan ini dapat dijadikan pedoman dalam memberikan pelayanan pada klien mengenai pelaksanaan ASI eksklusif. b. Bagi Institusi Bagi institusi pendidikan dapat dijadikan sebagai sumber acuan dalam pembelajaran tentang ASI eksklusisf terutama di wilayah Magelang. Bagi Puskesmas Magelang Selatan dapat dijadikan bahan acuan dalam meningkatkan pencapaian target program ASI eksklusif dan sebagai masukan serta alternatif pemecahan masalah dalam pelaksanaan program. c. Bagi Individu Bagi penulis dapat meningkatkan pengetahuan, menambah wawasan dan mengaplikasikan teori-teori yang telah didapatkan dari perkuliahan dengan kenyataan di lapangan sserta kesenjangan yang muncul dapat memberikan pengalaman nyata dalam melaksanakan program ASI eksklusif.
3
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Gizi
Kata gizi berasal dari bahasa Arab “ghidza” yang berarti makanan (Soekirman, 2000). Menurut Almatsier (2001), kata gizi dihubungkan dengan kesehatan tubuh, yaitu untuk menyediakan energi, membangun, memelihara jaringan tubuh dan mengatur proses-proses kehidupan dalam tubuh. Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. Keadaan gizi merupakan suatu keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi, penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh (Supariasa dkk., 2001). Setiap orang dalam siklus hidupnya selalu membutuhkan dan mengkonsumsi berbagai bahan makanan (Kartasapoetra & Marsetyo, 2005). Menurut Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI (2008), bahwa bahan makanan yang telah dikonsumsi tersebut akan diuraikan menjadi zat gizi. Fungsi umum zat gizi tersebut ialah: (a) sebagai sumber energi atau tenaga, (b) menyumbang pertumbuhan badan, (c) memelihara jaringan tubuh, mengganti sel yang rusak atau aus, (d) mengatur metabolisme dan mengatur keseimbangan air, mineral dan asam basa di dalam tubuh, (e) berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap penyakit sebagai antibodi dan antitoksin.
2.2 Gizi Seimbang Bagi Bayi
Makanan
terbaik
bagi
bayi
adalah
ASI.
Namun,
dengan
bertambahnya umur bayi dan tumbuh kembang, bayi memerlukan energi
4
dan zat-zat gizi yang melebihi jumlah ASI. Bayi harus mendapatkan makanan tambahan atau pendamping ASI. Banyakna ASI yang dihasilkan oleh ibu tergantung dari status gizi ibu, makanan tambahan sewaktu hamil atau menyusui, stress mental dan sebagainya. Makanan yang paling baik untuk bayi segera lahir adalah ASI. ASI mempunyai keunggulan baik ditinjau dari segi gizi, daya kekebalan tubuh, psikologi, ekonomi, dan sebagainya.
2.3 Pengertian Air Susu Ibu
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayinya (Puspita Theresia, 1995) Sedangkan
ASI
Ekslusif
adalah
perilaku
dimana
hanya
memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sampai umur 4 (empat) bulan tanpa makanan dan ataupun minuman lain kecuali sirup obat. (Depkes, 2011) ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 4 bulan pertama. ASI merupakan makanan alamiah yang pertama dan utama bagi bayi sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal. Asi Eksklusif adalah pemberian Air Susu Ibu saja kepada bayi umur 0 – 6 bulan tanpa diberikan makanan atau minuman tambahan selain obat untuk terapi (pengobatan penyakit).
2.4 Kebaikan ASI dan Menyusui
ASI sebagai makanan bayi mempunyai kebaikan/sifat sebagai berikut (Moehji Sjahmien, 2008): a. ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis, ekonomis, mudah dicerna untuk memiliki komposisi, zat gizi yang ideal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi.
5
b. ASI mengandung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu buatan. Didalam usus laktosa akan dipermentasi menjadi asam laktat. yang bermanfaat untuk: 1. Menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen. 2. Merangsang
pertumbuhan
mikroorganisme
yang
dapat
menghasilkan asam organik dan mensintesa beberapa jenis vitamin. 3. Memudahkan terjadinya pengendapan calsium-cassienat. 4. Memudahkan penyerahan berbagai jenis mineral, seperti calsium, magnesium. c. ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi selama 5-6 bulan pertama, seperti: Immunoglobin, Lysozyme, Complemen C3 dan C4, Antistapiloccocus, lactobacillus, Bifidus, Lactoferrin. d. ASI tidak mengandung beta-lactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi pada bayi. e. Proses pemberian ASI dapat menjalin hubungan psikologis antara ibu dan bayi. Selain memberikan kebaikan bagi bayi, menyusui dengan bayi juga dapat memberikan keuntungan bagi ibu, yaitu: a.
Suatu rasa kebanggaan dari ibu, bahwa ia dapat memberikan “kehidupan” kepada bayinya.
b.
Hubungan yang lebih erat karena secara alamiah terjadi kontak kulit yang erat, bagi perkembangan psikis dan emosional antara ibu dan anak.
c.
Dengan menyusui bagi rahim ibu akan berkontraksi yang dapat menyebabkan pengembalian keukuran sebelum hamil
d.
Mempercepat berhentinya pendarahan post partum.
e.
Dengan menyusui maka kesuburan ibu menjadi berkurang untuk beberpa bulan (menjarangkan kehamilan)
f.
Mengurangi kemungkinan kanker payudara pada masa yang akan datang.
6
2.5 Produksi ASI
Proses terjadinya pengeluaran air susu dimulai atau dirangsang oleh isapan mulut bayi pada putting susu ibu. Gerakan tersebut merangsang kelenjar Pictuitary Anterior untuk memproduksi sejumlah prolaktin, hormon utama yang mengandalkan pengeluaran Air Susu. Proses pengeluaran air susu juga tergantung pada Let Down Replex, dimana hisapan putting dapat merangsang kelenjar Pictuitary Posterior untuk menghasilkan hormon oksitolesin, yang dapat merangsang serabutotot halus di dalam dinding saluran susu agar membiarkan susu dapat mengalir secara lancar (Winarno, 2010) Kegagalan dalam perkembangan payudara secara fisiologis untuk menampunga air susu sangat jarang terjadi. Payudara secara fisiologis merupakan tenunan aktif yang tersusun seperti pohon tumbuh di dalam putting dengan cabang yang menjadi ranting semakin mengecil. Susu diproduksi pada akhir ranting dan mengalir kedalam cabangcabang besar menuju saluran ke dalam putting. Secara visual payudara dapat di gambarkan sebagai setangkai buah anggur, mewakili tenunan kelenjar yang mengsekresi dimana setiap selnya mampu memproduksi susu, bila sel-sel Myoepithelial di dalam dinding alveoli berkontraksi, anggur tersebut terpencet dan mengeluarkan susu ke dalam ranting yang mengalir ke cabang-cabang lebih besar, yang secara perlahan-lahan bertemu di dalam aerola dan membentuk sinus lactiterous. Pusat dari ar eda (bagan yang berpigmen) adalah putingnya, yang tidak kaku letaknya dan dengan mudah dihisap (masuk kedalam) mulut bayi. Berdasarkan waktu diproduksi, ASI dapat dibagi menjadi 3 yaitu: a. Colostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar mamae yang mengandung tissue debris dan redual material yang terdapat dalam alveoli dan ductus dari kelenjar mamae sebelum dan segera sesudah melahirkan anak. 1. Disekresi oleh kelenjar mamae dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat, dari masa laktasi. 2. Komposisi colostrum dari hari ke hari berubah.
7
3. Merupakan cairan kental yang ideal yang berwarna kekuningkuningan, lebih kuning dibandingkan ASI Mature. 4. Merupakan suatu laxanif yang ideal untuk membersihkan meconeum usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi untuk menerima makanan selanjutnya. 5. Lebih banyak mengandung protein dibandingkan ASI Mature, tetapi berlainan dengan ASI Mature dimana protein yang utama adalah casein pada colostrum protein yang utama adalah globulin, sehingga dapat memberikan daya perlindungan tubuh terhadap infeksi. 6. Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan ASI Mature yang dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai 6 bulan pertama. 7. Lebih rendah kadar karbohidrat dan lemaknya dibandingkan dengan ASI Mature. 8. Total energi lebih rendah dibandingkan ASI Mature yaitu 58 kalori/100 ml colostrum. 9. Vitamin larut lemak lebih tinggi. Sedangkan vitamin larut dalam air dapat lebih tinggi atau lebih rendah. 10. Bila dipanaskan menggumpal, ASI Mature tidak. 11. PH lebih alkalis dibandingkan ASI Mature. 12. Lemaknya lebih banyak mengandung Cholestrol dan lecitin di bandingkan ASI Mature. 13. Terdapat trypsin inhibitor, sehingga hidrolisa protein di dalam usus bayi menjadi krang sempurna, yangakan menambah kadar antobodi pada bayi. 14. Volumenya berkisar 150-300 ml/24 jam. b. Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi) 1. Merupakan ASI peralihan dari colostrum menjadi ASI Mature. 2. Disekresi dari hari ke 4 – hari ke 10 dari masa laktasi, tetapi ada pula yang berpendapat bahwa ASI Mature baru akan terjadi pada minggu ke 3 – ke 5.
8
3. Kadar protein semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan karbohidrat semakin tinggi. 4. Volume semakin meningkat. c. Air Susu Mature 1. ASI yang disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya, yang dikatakan komposisinya relatif konstan, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa minggu ke 3 sampai ke 5 ASI komposisinya baru konstan. 2. Merupakan makanan yang dianggap aman bagi bayi, bahkan ada yang mengatakan pada ibu yangs ehat ASI merupakan makanan satu-satunya yang diberikan selama 6 bulan pertamabagi bayi. 3. ASI merupakan makanan yang mudah di dapat, selalu tersedia, siap diberikan pada bayi tanpa persiapan yang khusus dengan temperatur yang sesuai untu bayi. 4. Merupakan cairan putih kekuning-kuningan, karena mengandung casienat, riboflaum dan karotin. 5. Tidak menggumpal bila dipanaskan. 6. Volume: 300 – 850 ml/24 jam 7. Terdapat anti microbaterial factor, yaitu: a) Antibodi terhadap bakteri dan virus. b) Cell (phagocyle, granulocyle, macrophag, lymhocycle type T) c) Enzim (lysozime, lactoperoxidese) d) Protein (lactoferrin, B12 Ginding Protein) e) Faktor resisten terhadap staphylococcus. f) Complecement ( C3 dan C4)
2.6 Volume Produksi ASI
Pada minggu bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI mulai menghasilkan ASI. Apabila tidak ada kelainan, pada hari pertama sejak bayi lahir akan dapat menghasilkan 50-100 ml sehari dari jumlah ini akan terus bertambah sehingga mencapai sekitar 400-450 ml pada waktu bayi mencapai usia minggu kedua.
9
Jumlah tersebut dapat dicapai dengan menysusui bayinya selama 4 – 6 bulan pertama. Karena itu selama kurun waktu tersebut ASI mampu memenuhi lkebutuhan gizinya. Setelah 6 bulan volume pengeluaran air susu menjadi menurun dan sejak saat itu kebutuhan gizi tidak lagi dapat dipenuhi oleh ASI saja dan harus mendapat makanan tambahan. Dalam keadaan produksi ASI telah normal, volume susu terbanyak yang dapat diperoleh adalah 5 menit pertama. Penyedotan/penghisapan oleh bayi biasanya berlangsung selama 15-25 menit. Selama beberapa bulan berikutnya bayi yang sehat akan mengkonsumsi sekitar 700-800 ml ASI setiap hari.Akan tetapi penelitian yang dilakukan pada beberpa kelompok ibu dan bayi menunjukkan terdapatnya variasi dimana seseorang bayi dapat mengkonsumsi sampai 1 liter selama 24 jam, meskipun kedua anak tersebut tumbuh dengan kecepatan yang sama. Konsumsi ASI selama satu kali menysui atau jumlahnya selama sehari penuh sangat bervariasi. Ukuran payudara tidak ada hubungannya dengan volume air susu yang diproduksi, meskipun umumnya payudara yang berukuran sangat kecil, terutama yang ukurannya tidak berubah selama masa kehamilan hanya memproduksi sejumlah kecil ASI. Pada ibu-ibu yang mengalami kekurangan gizi, jumlah air susunya dalam sehari sekitar 500-700 ml selama 6 bulan pertama, 400-600 ml dalam 6 bulan kedua, dan 300-500 ml dalamtahun kedua kehidupan bayi. Penyebabnya mungkin dapat ditelusuri pada masa kehamilan dimana jumlah pangan yang dikonsumsi ibu tidak memungkinkan untuk menyimpan cadangan lemak dalam tubuhnya, yang kelak akan digunakan sebagai salah satu komponen ASI dan sebagai sumber energi selama menyusui. Akan tetapi kadang-kadang terjadi bahwa peningkatan jumlah produksi konsumsi pangan ibu tidak selalu dapat meningkatkan produksi air susunya. Produksi ASI dari ibu yang kekurangan gizi seringkali menurun jumlahnya dan akhirnya berhenti, dengan akibat yang fatal bagi bayi yang masih sangat muda. Di daerah-daerah dimana ibu-ibu sangat
10
kekurangan gizi seringkali ditemukan “merasmus” pada bayi-bayi berumur sampai enam bulan yang hanya diberi ASI.
2.7 Komposisi ASI
Kandungan colostrum berbeda dengan air susu yang mature, karena colostrum mengandung berbeda dengan air susu yang mature, karena colostrum dan hanya sekitar 1% dalam air susu mature, lebih banyak mengandung imunoglobin A (Iga), laktoterin dan sel-sel darah putih, terhadap, yang kesemuanya sangat penting untuk pertahanan tubuh bayi, terhadap serangan penyakit (Infeksi) lebih sedikit mengandung lemak dan laktosa, lebih banyak, mengandung vitamin dan lebih banyak mengandung mineral-mineral natrium (Na) dan seng (Zn). Berdasrkan sumber dari food and Nutrition Boart, National research Council Washington tahun 1980 diperoleh perkiraan komposisi Kolostrum ASI dan susu sapi untuk setiap 100 ml seperti tertera pada tabel berikut (Depkes RI, 2012) Zat-Zat Gizi
Kolostrum
ASI
Susu Sapi
Energi (K Cal)
58
70
65
Protein (g)
2,3
0,9
3,4
Kasein/ whey
-
1: 1,5
1 : 1,2
Kasein (mg)
140
187
-
Laktamil bumil (mg)
218
161
-
Laktoferin (mg)
330
167
-
Ig A (mg)
364
142
-
Laktosa (g)
5,3
7,3
4,8
Lemak (g)
2,9
4,2
3,9
Vitamin
Vit A (mg)
151
75
41
Vit B1 (mg)
1,9
14
43
Vit B2 (mg)
30
40
145
Asam Nikotinmik (mg)
75
160
82
Vit B6 (mg)
-
12 – 15
64
11
Asam pantotenik
183
246
340
Biotin
0,06
0,6
2,8
Asam folat
0,05
0,1
0,13
Vit B12
0,05
0,1
0,6
Vit C
5,9
5
1,1
Vit D (mg)
-
0,04
0,02
Vit Z
1,5
0,25
0,07
Vit K (mg)
-
1,5
6
Mineral
Kalsium (mg)
39
35
140
Klorin (mg)
85
40
108
Tembaga (mg)
40
40
14
Zat Besi (ferrum, mg)
70
100
70
Magnesium (mg)
4
4
12
Fosfor (mg)
14
15
120
Potassium (mg)
74
57
145
Sodium (mg)
48
15
58
Sulfur (mg)
22
14
30
Perbandingan komposisi kolostrum, ASI dan susu sapi dapat dili hat pada tabel diatas. Dimana susu sapi mengandung sekitar tiga kali lebih banyak protein daripada ASI. Sebagian besar dari protein tersebut adalah kasein, dan sisanya berupa protein whey yang larut. Kandungan kasein yang tinggi akan membentuk gumpalan yang relatif keras dalam lambung bayi. Bila bayi diberi susu sapi, sedangkan ASI walaupun mengandung lebih sedikit total protein, namun bagian protein “whey”nya lebih banyak, sehingga akan membetuk gumpalan yang lunak dan lebih mudah dicerna serta diserapoleh usus bayi. Sekitar setengah dari energi yang terkandung dalam ASI berasal dari lemak, yang lebih mudah dicerna dan diserap oleh bayi dibandingkan dengan lemak susu sapi, sebab ASI mengandung lebih banyak enzim pemecah lemak (lipase). Kandungan total lemak sangat bervarias i dari satu
12
ibu ke ibu lainnya, dari satu fase lakatasi air susu yang pertama kali keluar hanya mengandung sekitar 1 – 2% lemak dan terlihat encer. Air susu yang encer ini akan membantu memuaskan rasa haus bayi waktu mulai menyusui. Air susu berikutnya disebut “Hand milk”, mengandung sedikitnya tiga sampai empat kali lebih banyak lemak. Ini akan memberikan sebagian besar energi yang dibutuhkan oleh bayi, sehingga penting diperhatikan agar bayi, banyak memperoleh air susu ini. Laktosa (gula susu) merupakan satu-satunya karbohidrat yang terdapat dalam air susu murni. Jumlahnya dalam ASI tak terlalu bervariasi dan erdapat lebih banyak dibandingkan dengan susu s api. Disamping fungsinya sebagai sumber energi, juga didalam usus sebagian laktosa akan diubah menjadi asam laktat. Didalam usus asam laktat tersebut membantu mencegah pertumbuhan bakteri yang tidak diinginkan dan juga membantu penyerapan kalsium serta mineral-mineral lain. ASI mengandung lebih sedikit kalsium daripada susu sapi tetapi lebih mudah diserap, jumlah ini akan mencukupi kebutuhan untuk bahan bahan pertama kehidupannya ASI juga mengandung lebih sedikit natrium, kalium, fosfor dan chlor dibandingkan dengan susu sapi, tetapi dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan bayi. Apabila makanan yang dikonsumsi ibu memadai, semua vitamin yang diperlukan bayi selama empat sampai enam bulan pertama kehidupannya dapat diperoleh dari ASI. Hanya sedikit terdapat vitamin D dalam lemak susu, tetapi penyakit polio jarang terjadi pada aanak yang diberi ASI, bila kulitnya sering terkena sinar matahari. Vitamin D yang terlarut dalam air telah ditemukan terdapat dalam susu, meskipun fungsi vitamin ini merupakan tambahan terhadap vitamin D yang terlarut lemak.
13
BAB III GAMBARAN PUSKESMAS
3.1 Letak Geografis
Puskesmas Magelang Selatan beralamat di Jl. Beringin III No. 2, Kec. Magelang Selatan. Puskesmas Magelang Selatan berada di pinggir jalan, danberjarak tidak lebih 1 KM dari pusat pemerintahan kecamatan, serta jarak puskesmas dengan kantor Walikota Magelang adalah 2 KM. Wilayah kerja puskesmas Magelang Selatan adalah wilayah Tidar Utara, Tidar Selatan, Rejo Sseatan serta melayani pengunjung dan pasien dari luar wilayah binaan.
3.2 Batas Wilayah Kerja Puskesmas Magelang Selatan
a. Sebelah Utara
: berbatasan dengan kelurahan Kemirirejo dan Kelurahan Rejowinangun Utara
b. Sebelah Timur
: berbtasan dengan Desa Sidomulyo dan Desa Meijing
c. Sebelah Barat
: berbatasan dengan Kelurahan Kemirirejo dan Kelurahan Magersari
d. Sebelah Selatan
: berbatasan dengan desa Mertoyudan
3.3 Akses Transportasi
Semua kelurahan dapat di jangkau dengan kendaraa roda dua ataupun kendaraan roda empat. Wilayah ini dilalui angkutan umum dari wilayah Kota Magelang. Sarana transportasi yang bisa di gunakan warga antara lain becak, sepeda ontel, sepeda motor, angkutan kota, dan mobil pribadi.
3.4 Tugas Pokok dan Fungsi
Puskesmas
Magelang
Selatan
mempunyai
tugas
pokok
bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan disuatu wilayah. Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama
14
menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu , dan berkesinambungan, yang meliputi pelayanan kesehatan perorang (private goods) dan pelayanan kesehatan masyarakat (public goods). Puskesmas melakukan kegiatan-kegiatan termasuk upaya kesehatan masyarakat sebagai bentuk usaha pembangunan kesehatan. Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi fungsional yang langsung memberikan pelayanan secara menyeluruh kepada masyarakat dalam satu wilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok. Jenis puskesmas, dilaksanakan
pelayan
kesehatan
namun
terdapat
oleh
puskesmas
disesuaikan
upaya
dengan
kesehatan
ditambah
wajib
dengan
kemampuan yang
upaya
harus
kesehatan
pengembangan yang disesuaikan dengan permasalahan yang ada serta kemampuan puskesmas. Upaya-upaya kesehatan wajib tersebutadalah( Basic Six): a. Upayapromosikesehatan b. Upayakesehatanlingkungan c. Upayakesehatanibudananaksertakeluargaberencana d. Upayaperbaikangizimasyarakat e. Upayapencegahandanpemberantasanpenyakitmenular f. Upaya Pengobatan Dengan adanya Puskesmas Magelang Selatan yang beralamat di Jln Beringin III No. 2 dengan nomor kode Puskesmas 0101. Status puskesmas Magelang Selatan saat ini yaitu TTP. Puskesmas ini didirikan dengan harapan bias menciptakan sebuah kecamatan sehat 2015.
3.5 Fasilitas
Fasillitas pelayanan yang ada di Puskesmas Magelang Selatan diantaranya: a.
LoketPendaftaran/Kasir
b.
PoliDewasa
15
c.
PoliAnak
d.
Poli Gigi
e.
Poli KIA/KB/Imunisasi
f.
PoliLansia
g.
Laboratorium
h.
PoliTindakan Emergency
i.
LoketObat
j.
KonsultasiGizi
k.
KonsultasiRemaja
l.
KonsultasiKes, Jiwa
m. KonsultasiKes. Lingkungan n.
KLINIK IMS “LENTERA “ Puskesmas Magelang Selatan juga mempunyai Usaha Kesehatan
Masyarakat di wilayah binaan Puskesmas Tersebut, yaitu UKS, UKG, Posyandu Bayi dan Balita, Posyandu Lansia, Poskestren, dan Puskesl ing.
3.6 Fungsional Jabatan
a. Fungsional Medis 1.
dr. Erawati (Kepala Puskesmas Magelang Selatan)
2.
dr. Nofi Ahyani
3.
dr. Agnes Intan W
4.
drg. Endah Y, Sp. KG
5.
drg. Rosyidah Palupi
b. Fungsional Keperawatan 1. NanikSulistyowati 2.
Widiastuti W, S.Kep.Ns
3.
Endang W, S.Kep.Ns
4.
Romdiyah, S.Kep
5.
Widiyatmoko, S.Kep
6.
SitiMahmudah
7. NanikPujiastuti 8. Novi Lianawati, AMK
16
9.
Istianah
10. Siti Martani,A.Md.KG (Prw. Gigi) 11. Lianawati, A,Md,KG (Prw Gigi) c. Fungsional Sanitarian 1. Nuning Maylina, A.Md d. Fungsional Nutrisionis 1. Sri Utari, A.Md, G 2. Endang A, A.Md, G e. Fungsional Laboratorium 1. Sri Wijayanti, AMK 2. Widati, AMK f. Fungsional Asisten Apoteker 1.
Rita Rosmely T
2.
ZaharaNur R
g. Fungsional Kebidanan 1.
Emi Supriyani
2.
Mulyani, A.Md. Keb
3.
Dhita Ayu E, A.Md. Keb
h. Fungsional Epidemiolog 1. Wage Supratman, A. Md
17
BAB IV GAMBARAN PROGRAM
4.1 Unit Gizi
Dalam kesehariannya, program ASI eksklusif masuk dalam progra dari Unit Gizi. Pelaksana fungsional nutrisi adalah
ibu SriUtari,
A.Md.Gdan ibu Endang A, A.Md.G. Target pencapaian bayi yang mendapat ASI Eksklusif di Puskesmas Magelang Selatan tahun adalah 50%.
4.2 Program ASI Eksklusif
Target pencapaian program bayi yang mendapatkan ASI eksklusif adalah 50%. Kegiatan ASI Eksklusif tersebut dilaksanakan di daerah melalui penyuluhan, posyandu bayi dan balita, penyuluhan melalui poliklinik KIA saat imuniasi bayi, serta disediakan poliklinik gizi yang dapat digunakan untuk konsultasi mengenai gizi bayi dan balita. Dalam pelaksanaannya program ASI eksklusif di Puskesmas Magelang Selatan tidak harus dari usia 0 bulan sampai 6 bulan.
4.3 Pencapaian Target Program ASI Eksklusif
Menurut data yang penulis dapat dari unit tata usaha, didapatkan data bahwa angka pencapaian program ASI eksklusif pada tahun 2013 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, yaitu tahun 2012. Data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Wilayah
Th 2012
Th 2013
Tidar Utara
70,18
56,52
Tidar Selatan
47,5
60,71
Rejo Selatan
29,41
37,5
PUSK
47,88
50,88
18
BAB V PEMBAHASAN
Asi Eksklusif adalah pemberian Air Susu Ibu saja kepada bayi umur 0 – 6 bulan tanpa diberikan makanan atau minuman tambahan selain obat untuk terapi (pengobatan penyakit). akan tetapi pada pelaksanaannya di Puskesmas Magelang Selatan, pemberian ASI tidak selalu diberikan pada bayi berusia 0 bulan sampai berusia 6 bulan. Hal ini dikarenakan makanan pendamping ASI diberikan lebih awal dan dalam kurun waktu ASI Eksklusif, sehingga pemberian ASI yang seharusnya 0-6 bulan tidak optimal. Di Puskesmas Magelang Selatan, program ASI Eksklusif ikut dalam unit pelaksana nutrisi atau gizi. Pelaksana dari unit tersebut adalah ibu Sri Utari dan ibu Endang. Pada kesehariannya pelaksanaan program ASI eksklusif dilaksanakan melalui penyuluhan, Posyandu bayi dan balita, penyuluhan melalui poliklinik KIA saat imuniasi bayi, serta disediakan poliklinik gizi yang dapat digunakan untuk konsultasi mengenai gizi bayi dan balita. Program Posyandu bayi dan Balita dipantau langsung oleh Puskesmas Magelang Selatan melalui Usaha Kesehatan Masyarakat Pusling, yang dijalankan setiap hari di wilayah yang berbeda-beda. Program posyandu dilaksakanan hanya di wilayah binaan Puskesmas Magelang Selatan, yaitu ilayah Tidar Selatan, Tidar Utara dan Rejo Utara. Sedangkan untuk imunisasi di poliklinik KIA dilakukan setiap hari Senin dan Kamis. Pada saat imunisasi dilakukan penyuluhan secaratidak langsung mengenai pentingnya ASI eksklusif bagi bayi. Dengan harapan dapat meningkatkan angka pencapaian target program tersebut. Poliklinik gizi juga melayani konsultasi mengenai gizi bayi dan balita setiap hari Senin sampai hari Kamis. Puskesmas Magelang Selatan terutama Unit Gizi mempunyai target 50% dari pelaksanaan program ASI Eksklusif. Dari data yang Penulis dapatkan, angka pencapaian dii semua wilayah binaan mengalami kenaikan dari tahun 2012 ke tahun 2013.
19
Di wilayah Tidar Utara pada tahun 2012 mencapai angka 70,18 % sedangkan pada tahun 2013 mengalami penurunan mencapai 56,52%. Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa di wilayah Tidar Utara mengalami penurunan kurang lebih mencapai 14%. Wilayah berikutnya adalah wilayah Tidar Selatan, pada tahun 2012 mencapai angka 47,5%. Di wilayah ini pada tahun 2013 mengalami peningkatan menjadi 60,71%. Wilayah binaan Puskesmas Magelang Selatan lainnya adalah Rejo Selatan. Data yang didapatkan pada tahun 2012 mencapai anngka 29,41 %,. Angka ini masih mengalami kenaikan walaupun masih dibawah target pada tahun 2013 menjadi 37,5%. Dan data yang terakhir adalah data dari PUSK yang diampil dari 22 balita dibawah garis merah. Pada tahun 2012 mencapai angka 47,88% dan pada tahun 2013 meningkat menjadi 50,88%. Angka pencapaian target pada tahun 2013 hampir di semua wilayah mengalami kenaikan dan berada diatas angka target, kecuali di wilayah Rejo Selatan yang mencapai angka 37,5%. Dari hasil analisa mengenai program ASI eksklusif di puskesmas Magelang Selatan, didapatkan faktor pendukung dan faktor penghambat. Faktor pendukung dalam program tersebut adalah: 1. Sudah diadakannya Usaha Kesehatan Masyarakat mengenai Posyandu Bayi dan Balita 2. Tenaga kesehatan dari puskesmas yang terjun langsung kemasyarakat dengan melakukan pemeriksaan secara langsung melalui posyandu bayi dan balita serta pusling. 3. Adanya Unit konsultasi gizi di Puskesmas 4. Adanya tenaga kesehatan yang memadai mengenai gizi 5. Sudah
diadakannya
kegiatan-kegiatan
untuk
meningkatkan
pencaiapain target, diantarannya kegiatan penyuluhan dan
angka kegiatan
penyuluhan tidak langsung saat imunisasi di poliklinik KIA. Adanya faktor pendukung tidak luput dari adanya faktor penghambat. Faktor penghambat dari program ASI eksklusif adalah: 1. Kurangnya pemahaman masyarakat mengenai pentingnya ASI eksklusif
20
2. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengeni waktu pemberian MP-ASI 3. Status ibu yang merupakan pekerja sehingga lebih memilih memberikan susu formula 4. Kurangnya dukungan suami mengenai pemberian ASI. Apabila diadakan analisa SWOT secara ringkas dari program ASI ekskllusif di Puskesmas Magelang Selatan, didapatkan hasil: 1. Strength (Kekuatan) a.
Tenaga kesehatan dari puskesmas yang terjun langsung kemasyarakat dengan melakukan pemeriksaan secara langsung melalui posyandu bayi dan balita serta pusling.
b.
Bentuk pelayanan kesehatan bagi keluarga difokuskan pada pelayanan kesehatan ibu dan anak
c.
Tenaga kesehatan memberikan pelayanan KIA langsung di tengahtengah masyarakat bekerjasama dengan masyarakat setempat baik individu, kelompok, tenaga kesehatan lain (bidan desa, dokter, dan sebagainnya)
d.
Pelayanan yang diberikan maksimal dari tenaga kesehatan ( mengenai penyampaian informasi atau penyuluhan)
e.
Pelayanan
yang
diberikan
cukup
maksimal
untuk
memenuhi
kebutuhan masyarakat mengenai masalah kesehatan bayi dan balita f.
Sudah diadakannya Usaha Kesehatan Masyarakat mengenai Posyandu Bayi dan Balita
g.
Adanya Unit konsultasi gizi di Puskesmas
h.
Adanya tenaga kesehatan yang memadai mengenai gizi
i.
Sudah diadakannya kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan angka pencaiapain target, diantarannya kegiatan penyuluhan dan kegiatan penyuluhan tidak langsung saat imunisasi di poliklinik KIA.
2. Weakness (Kelemahan) a. Pada ruang KIA atau gizi tidak terdapat pojok laktasi (tempat untuk menyusui ibu saat bayi harus disusui) b. Masih adal ibu yang belum termotivasi pentingnya ASI eksklusif bagi bayi
21
c. Banyaknya kegiatan posyandu dan puskesmas yang tidak terlaksana secara maksimal jika tidak ada tenaga kesehatan. 3. Opportunities (Peluang) a. Pemerintah daerah telah mengirimkan tenaga kesehatan untuk terjun langsung dalam pembinaan kesehatan terutama bagi bayi dan balita di wilayah binaan puskesmas b. Adanya kegiatan posyandu bayi dan balita untuk memberdayakan keluarga
dan
masyarakat
dalam
meningkatkan
motivasi
dan
pencapaian target ASI eksklusif c. Tersedianya fasilitas media massa yang dapat digunakan untuk memperoleh informasi tentang pentingnya ASI eksklusif d. Adanya keterlibatan tenaga kesehatan dan kader dalam kegiatan posyandu e. Masyarakat
yang
tidak
mampu
akan
dibantu
melalui
sistem
jamkesmas, BPJS dan Jamkesda untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di puskesmas Magelang Selatan. 4. Threats (Ancaman) a. Perekonomian, informasi dan teknologi yang rendah berdampak pada penurunan target ASI eksklusif di Puskesmas Magelang Selatan b. Rendahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan bayi dan balita c. Media sosial yang lebih menitikberatkan pada pemberian susu formula serta MP-ASI
22
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Progran ASI eksklusif telah dijalankan dengan baik oleh puskesmas Magelang Selatan dengan target pencapaian 50%. Dan sdari data yang didapatkan sebagian wilayah binaan dari puskesmas telah mencapai angka target tersebut. Faktor pendukung dari pencapaian program tersebut diantaranya adalah sudah diadakannya Usaha Kesehatan Masyarakat mengenai Posyandu Bayi dan Balita, tenaga kesehatan dari puskesmas yang terjun langsung kemasyarakat dengan melakukan pemeriksaan secara langsung melalui posyandu bayi dan balita serta pusling, adanya Unit konsultasi gizi di Puskesmas, adanya tenaga kesehatan yang memadai mengenai gizi, sudah diadakannya kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan angka pencaiapain target, diantarannya kegiatan penyuluhan dan kegiatan penyuluhan tidak langsung saat imunisasi di poliklinik KIA. Dan faktor penghambat dalam implementasi program ASI eksklusif di puskesmas Magelang Selatan
adalah
kurangnya pemahaman
masyarakat mengenai pentingnya ASI eksklusif, kurangnya pengetahuan masyarakat mengeni waktu pemberian MP-ASI, status ibu yang merupakan pekerja sehingga lebih memilih memberikan susu formula, serta kurangnya dukungan suami mengenai pemberian ASI.
6.2 Saran
Saran bagi institusi puskesmas Magelang Selatan diharapkan dibangun ruangan pojok laktasi, sebagai tempat untuk menyusui bagi ibu dan bayi, diharapkan puskesmas lebih mengenalkan dan menyadarkan masyarakat akan pentingnya ASI eksklusif dengan menggunakan media massa atau media komunikasi yang sudah ada.
23