Analisa Penggunaan Lahan, Pola Ruang dan Luas Wilayah Penyediaan Pangan Kabupaten Kulon Progo
I. Pendahuluan Kabu Kabupat paten en Kulon Kulon Progo Progo merup merupak akan an salah salah satu satu kabup kabupate aten n dari dari lima lima kabupaten/kota di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak di bagian barat. Batas Kabupaten Kulon Progo di sebelah timur yaitu Kabupaten Bantul dan Kabupaten Sleman, di sebelah sebel ah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kabupat en Purworejo, Propinsi Jawa Tengah, di sebelah Utara Uta ra berbatasan dengan Kabupaten Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah dan di sebelah Selatan berbatasan berbatasan dengan Samudera Hindia. Kabupaten Kabupaten Kulon Progo memiliki memiliki karakteristik karakteristik topografi dengan kelerengan 0 sampai >50% yang merupakan pantai di bagian selatan sampai daerah pegunungan di bagian utara. Perbedaan kelas kelerengan berpengaruh kepada penggunaan dan pemanfaatan ruang. I. Analisa Penggunaan Lahan Tabel 1. Analisa Data fisik Data Fisik No Unit Lahan
Kelas Lereng
Kond Kondis isii Tanah anah
Kete Keters rsed edia iaan an Air Air
Pote Potens nsii Erosi rosi dan dan Longsor
Lereng Permukaan
I
Kelas 1
Tanah datar Subur
Melimpah
Tidak ada
0-35%
II
Kelas 2
Relatif Subur
Tersedia Sedang
Ringan
3-8%
III III
Kelas las 3
Tidak idak terl terlal alu u sub subur tanah miring
Tersedia Sedikit
Cukup rawan
8-30%
IIIA IIIA
Kela Kelas s 3A
Tid Tidak subu suburr tana tanah h miring
Sangat Kurang Air
Cu Cukup rawan
8-30%
IV
Kelas 4
Tanah Subur
Kurang
Rawan Erosi longsor
V
Kelas 5
Tanah subur
Sangat Kurang
Sangat Longsor
dan
Rawan
30-55%
>55%
Analisa dasar digunakan sebagai acuan dalam penentuan kawasan budidaya dan non budidaya, adapun kawasan-kawasan tersebut terbagi dalam penjelasan sebagai berikut : 1. Kawasan Pertanian Lahan Basah Kawasan pertanian lahan basah ialah kawasan yang fungsi utamanya diperuntukkan bagi kegiatan pertanian lahan basah karena didukung oleh kondisi topografi tanah yang sesuai . a. Kawasan ini hanya diperuntukkan bagi penanaman padi secara terus menerus dengan pola tanam yang ditetapkan oleh pemerintah setempat. Penggunaan jenis tanaman selain padi diperkenankan bila air tidak mencukupi atau dengan pertimbangan pencapaian target produktivitas optimal melalui tanaman selingan, seperti palawija. b. Pembangunan gedung, perumahan, pabrik, atau bangunan fisik lain yang tidak mendukung prasarana irigasi tidak diperbolehkan. Fasilitas jalan baru yang dapat dbangun pada kawasan ini adalah jalan tol, dengan penggantian yang layak. Pengembangan permukiman atau bangunan fisik lain yang sudah ada di dalam kawasan ini sebelum penetapan, dibatasi seminimal mungkin. 2. Kawasan Pertanian Lahan Kering Kawasan ini ialah kawasan yang berfungsi untuk kegiatan pertanian lahan kering untuk tanaman palawija dengan suplai air yang terbatas. 3. Kawasan Lindung Pengelolaan kawasan lindung dilakukan untuk melestarikan kawasankawasan yang berfungsi lindung, dengan sasaran untuk: 1. Meningkatkan fungsi lindung atas tanah, air, iklim, tumbuhan dan satwa serta nilai sejarah dan budaya. 2. Mempertahankan keanekaragaman tumbuhan, satwa, tipe ekosistem, dan keunikan alam. 4. Kawasan Budidaya Kawasan budidaya merupakan kawasan yang memilki kondisi fisik dan potensi sumber daya alamnya dapat dan dibutuhkan untuk dimanfaatkan bagi kepentingan produksi dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia (termasuk
permukiman) dan pembangunan. Pengelolaan kawasan ini bertujuan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna sumberdaya serta untuk menghindari konflik pemanfaatan ruang dan kelestarian lingkungan hidup. Kawasan budidaya yang dikelola pemanfaatan ruangnya terdiri dari kawasan hutan produksi, pertanian, pertambangan, peruntukan industri, pariwisata, dan permukiman. 5.Kawasan Permukiman Kawasan permukiman adalah kawasan di luar kawasan lindung yang diperlukan sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang berada di daerah perkotaan atau perdesaan. Tujuan pengelolaannya adalah untuk menyediakan tempat permukiman yang sehat dan aman dari bencana alam serta memberikanlingkungan yang sesuai untuk pengembangan masyarakat, dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.
Kriteria
1. 2. 3. 4.
KESESUAIAN LAHAN BUDIDAYA PERMUKIMAN Kesesuaian lahan dengan masukan teknologi yang ada Ketersediaan air terjamin Lokasi yang terkait dengan kawasan hunian yang telah ada/berkembang Tidak terletak di kawasan tanaman pangan lahan basah
Tabel 2 Kriteria Lahan Pertanian dan Non Pertanian Fungsi Kondisi Tanah I II,III II IV,V
Pertanian Lahan Basah Pertanian Lahan Kering Permukiman Kawasan Lindung
Syarat Kesesuaian Air Bencana I II,III II IV,V
I II,III II IV,V
Kelerengan I II,III II,III IV,V
Tabel 3 Analisa kesesuaian lahan No 1 2 3 4
Fungsi Pertanian Lahan Basah Pertanian Lahan Kering Permukiman Kawasan Lindung
0-3% S1 S2 S2 N
Syarat Kelas Kelerengan 3-8% 8-30% 30-55% S2 S3 N S1 S2 N S1 S3 N S3 S2 S1
>55% N N N S1
Analisa menggunakan pembagian kelas kesesuaian lahan berdasarkan pada parameter seperti tabel dibawah ini : Tabel 4 Kesesuaian Lahan Pertanian Basah
KLAS KESESUAIAN
PARAMETER
S1
LERENG; 2 %– 8 %; TANAH : Semua jenis tanaman (pangan), sepanjang tahun REGOSOL, KAMBIOSOL.; berproduksi (lahan basah) CURAH HUJAN : bl kering < 3bl;
(SANGAT SESUAI); S2 (CUKUP SESUAI); S3 (SESUAI TERBATAS) N (TDK SESUAI )
PENGGUNAAN
LERENG; 8 % - 15 % ; TANAH Semua jenis tanaman (pangan), 2 x musim tanam : aluvial.; CURAH HUJAN : bl (lahan basah) kering < 3bl – 5bl
LERENG; 15 % - 25 % ; TANAH : latosol, grumosol.; CURAH HUJAN : bl kering < 5bl – 7 bl)
Jenis tanaman kering, 1 x musim tanam, tanaman keras, perkebunan (lahan kering)
LERENG; >25-40 % ; TANAH : Tanaman keras (hutan), padang gembala/semak latosol, grumosol.; CURAH belukar, pertanian pasang surut. HUJAN : bl kering > 7 bl LERENG > 40% Hutan lindung, Cagar alam (konservasi)
a. Kelas Sangat sesuai Tidak mempunyai pembatas yang berat untuk suatu penggunaan tertentu atau lahan yang hanya mempunyai pembatas yang kurang berarti dan tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksi lahan tersebut. b. Kelas Cukup Sesuai Lahan dengan pembatas agak berat untuk suatu penggunaan tertentu dimana pembatas tersebut akan mengurangi produktifitas lahan. c. Kelas Kurang Sesuai Lahan yang mempunyai pembatas sangat berat apabila digunakan untuk suatu penggunaan tertentu yang lestari. d. Kelas Tidak Sesuai (N) Lahan yang mempunyai pembatasan sangat berat sehingga tidak mungkin digunakan untuk suatu penggunaan tertentu yang lestari.
Dari hasil over lay dan analisa pembagian kesesuaian dapat di tentukan lokasi unit lahan I merupakan loaksi yang memiliki kesesuaian lahan pertanian basah, lokasi unit II merupakan lokasi permukiman dengan berdasarkan asumsi tabel kesesuaian permukiman. Untuk kawasan lindung unit lahan IV dan V. Tabel 5 Fungsi lahan berdasarkan kelas kemiringan Perkecamatan No 1
Fungsi Kawasan Kawasan Pertanian Lahan Basah
2
Kawasan Pertanian Lahan Kering
3
Permukiman
4
Kawasan Lindung
Kecamatan Galur, Panjatan, Wates, Temon, Lendah, Sentolo, Pengasih dan Nanggulan Lendah, Sentolo, Pengasih, Temon, Kokap, Girimulyo, Samigaluh, Kalibawang, Nanggulan Lendah, Panjatan, Sentolo, Pengasih, Kokap, Nanggulan, Girimulyo, Samigaluh, Kalibawang Kalibawang, Samigaluh, Girimulyo, Pengasih, Kokap, Pengasih
II. Analisis pola ruang dari peta guna lahan Pola Ruang dibagi menjadi dua a. Kawasan Lindung b. Kawasan Budidaya Dari hasil analisa pola ruang Kabupaten Kulon Progo dapat dilihat pada tabel dibawah ini Tabel 6 Analisa Pola Ruang Pola Ruang Kawasan Lindung
Unit Lahan IV dan V
Kawasan Budidaya
I,II, III dan IIIB
Kecamatan Kokap, Pengasih, Girimulyo, Samigaluh, Kalibawang, Galur, Panjatan, Wates, Temon, Pengasih, Kokap, Sentolo, Lendah, Nanggulan, Girimulyo, Samigaluh dan Kalibawang
III. Analisis Luas Wilayah Penyedia Pangan Kabupaten Kulonprogo Tabel 6 Analisa Pola Ruang
Temon Wates Panjatan Galur Lendah Sentolo Pengasih Kokap Girimulyo Nanggulan Kalibawang Samigaluh
Luas Wilayah 3,629.89 3,200.24 4,459.23 3,291.23 3,559.19 5,265.34 6,166.47 7,379.95 5,490.42 3,960.67 5,296.37 6,929.31
Jumlah Penduduk 25.528 40.140 32.723 27.180 32.134 39.149 40.778 33.974 23.666 26.850 27.420 25.241
0-3 % 3,482.61 2,941.33 3,885.58 3,195.65 2,065.68 1,423.65 1,765.77 843.46 157.23 1,172.07 836.09 68.05
Luas Lahan (Ha) 3-8 % 0 0 0 0 0 52.47 73.53 110.36 383.61 317.34 1,422.09 14.30
58,628.31
374.783
21,837.168
21,837.17
2373.7
No
Kecamatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total
8-30 % 83.95 279.54 383.66 18.83 1,881.63 3,841.75 2,616.27 1,072.20 1,870.29 2,321.39 1,326.53 1,211.29 16907.33
Berdasarkan luasaan dari masing-masing kelas lereng yang diperoleh dari hasil analisis overlay peta kemiringan lereng dengan peta administrasi maka dapat diasumsikan Analisis Ketahanan Pangan Kabupaten Kulonprogo Asumsi-asumsi yang digunakan dalam analisa ini adalah sebagai berikut :
-
-
-
Kebutuhan beras per tahun per orang 240 kg. Penyusutan padi (gabah) menjadi beras sebesar 35%. Jumlah periode tanam untuk kelas S1 sebanyak 3 kali tanam dalam
setahun, S2 2 kali tanam dalam setahun, S3 sebanyak 1 kali dalam setahun, sementara untuk kelas N tidak memiliki periode tanam bahan pangan karena tidak sesuai -
Jumlah periode tanam lahan untuk kelas S 1 3 kali pertahun dengan
produktifitas 6 ton/Ha -
Jumlah periode tanam lahan untuk kelas S 2 2 kali pertahun dengan
produktifitas 4 ton/Ha
-
Jumlah periode tanam lahan untuk kelas S 3 1 kali pertahun dengan
produktifitas 2 ton/Ha -
Penyusutan lahan sebesar 3 % pertahun
Dari asumsi tersebut di atas, produksi beras selama setahun di Kabupaten Kulonprogo dengan rincian sebagai berikut: (S1) = 6 ton gabah x 35 % = 2,1 ton = 6 – 2,1 ton = 3,9 x 3 = 11,7 ton beras (S2) = 4 ton gabah x 35 % = 1,4 ton = 4 – 1,4 ton = 2,6 x 2 = 5,2 ton beras (S3) = 2 ton gabah x 35 % = 0,7 ton = 2 – 0,7 ton = 1,3 x 1 = 1,3 ton beras
Kebutuhan Pangan Kabupaten Kulonprogo Σ = PENDUDUK x STANDART KEBUTUHAN BERAS/ORANG/HARI (menurut Deptan RI) Kebutuhan Pangan Tahun 2008 per org per thn 374.783 jiwa X 240 kg = 89,947,920 Kg/Thn Surplus Beras di Kabupaten Kulonprogo PRODUKSI BERAS – KEBUTUHAN PANGAN 1. (21,837.17 ha X 3 kali X 6 ton) – 35 % = 393.069.06 – 35% = 393,069.06-137,574.171 = 255,494.889 ton/tahun Jadi Jumlah produksi beras Kulon Progo per tahun adalah 255,494.889 ton/th 2. Kebutuhan beras pertahun Kabupaten Kulonprogo Kebutuhan beras pertahun = 255,494,889 kg - 89,947,920 kg = 165.546.969 kg =165,546.969Ton.
Kabupaten Kulon Progo mengalami surplus 165,546.969 ton.
Tabel Luas Kawasan Lindung dan Budidaya Perkecamatan No
Kecamatan
Kawasan Budidaya
Kawasan Dampingan/Penyangga
(Kelas 4 dan 5)
Kawasan Lindung
Luas Perkecamatan (ha)
(Kelas 1-3)
1
Galur
3.147
0
0
3147
2
Wates
2.981,32
199,32
0
3.180,64
3
Temon
3.222,16
255,72
173,51
3.651,39
4
Lendah
2.631
1.078,27
0
3.709,32
5
Nanggulan
2.859,99
1.143,10
0
4.003,09
6
Panjatan
3.960,38
429,69
0
4.390,07
7
Sentolo
3.057
2.036,11
0
5.092,65
8
Kalibawang
2.176,88
2.028,32
1.081,87
5.287,07
9
Girimulyo
1.895,38
1.623,49
2.104,26
5.623,13
10
Pengasih
2.327,93
2.685,37
850,71
5.864,01
11
Samigaluh
2.808,35
1.274,29
2.430,41
6.513,05
12
Kokap
1.177,85
2.528,26
3.335,97
7.042,08
32.244,81
15.281,94
9.976,73
57.503,48
Total (ha)
Sumber : Digitasi Peta Dasar