Deskripsi Kegiatan a) Lokasi Proyek
Karst Desa Citatah, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat
Luas wilayah : 15 Ha
Batas wilayah :
-
Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Cipeundeuy dan Kecamatan Cikalong Wetan
-
Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Padalarang
-
Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Batujajar
-
Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur
b) Peta Wilayah Studi
c) Proses Penambangan
Gambar 1 Proses Penambangan Kapur
Proses penambangan dilakukan dengan proses penambangan terbuka (open pit). Operasi penambangan yang dilakukan meliputi kegiatan penggalian dengan menggunakan peledakan, pemuatan dan pengangkutan. Operasi penambangan setiap tahunnya terdiri dari kegiatan pembersihan lahan (land clearing) yang dilaksanakan terlebih dahulu, kemudian diikuti dengan pengupasan top soil (0 – 15 cm) yang ditempatkan
pada
tempat
yang
aman,
kemudian
diikuti
dengan
penggalian/pemberaian (Blasting), pemuatan dan pengangkutan yang dilaksanakan secara paralel. Artinya, sementara kegiatan pembersihan lahan terus berlangsung dan setelah luas lahan yang dibersihkan cukup dan aman untuk tempat kerja alat gali, maka kegiatan penggalian/pemberaian segera dimulai. Kegiatan ini diikuti dengan kegiatan pemuatan dan pengangkutan, baik kapur maupun lapisan penutup. Penambangan dimulai dengan mengupas lapisan penutup di daerah blok-blok yang sudah ditentukan dengan arah penggalian dimulai dari singkapan kapur pada batas tertentu, kemudian diikuti dengan penggalian lapisan kapur. Penggalian dilakukan secara bertahap yang dimulai dari blok di dekat singkapan kapur dengan panjang yang sudah ditentukan dan kemudian dilanjutkan penggaliannya baik ke arah dipping maupun striking sampai pada batas akhir lereng penambangan. Arah kemajuan penambangan tiap tahun menyerupai garis diagonal sehingga front penambangan dengan berbagai elevasi akan terbentuk Setelah dilakukan peledakan, digunakan bulldozer untuk merapikan batuan kapur hasil peledakan tersebut. Kemudian rock breaker akan menghancurkan batu-batu kapur yang berukuran besar sedangkan batubatu kecil akan diangkut oleh eksavator ke dalam dump truck. Selanjutnya akan dibawa menuju crusher. Crusher adalah alat peremuk atau penghancur batu kapur. Rencana Kegiatan Penambangan akan dilaksanakan dengan empat tahapan, yaitu: tahap persiapan, tahap konstruksi, tahap operasi dan tahap pasca operasi, dengan uraian kegiatan sebagai berikut: Tahap Persiapan , meliputi:
1. Sosialisasi Rencana Kegiatan Sosialisasi rencana kegiatan dilakukan untuk menjelaskan kepada masyarakat tentang tahapan/rencana kegiatan, manfaat, kemungkinan dampak yang ditimbulkan. Kegiatan sosialisasi yang telah dilakukan adalah:
-
Pengumuman melalui media cetak, media elektronik dan papan pengumuman.
-
Sosialisasi langsung kepada perwalian masyarakat (perangkat pemerintahan desa dan tokoh masyarakat).
2. Pembebasan Lahan Dalam kegiatan ini, hanya lahan yang terkena kegiatan penambangan saja yang akan mengalami pembebasan lahan. Prosedur pembebasan lahan dilakukan dengan mengikuti ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah
dengan memperhatikan
status lahan serta berkoordinasi dengan Instansi berwenang/terkait yang ada di Desa Citatah.
Tahap Konstruksi , meliputi:
1. Penerimaan Tenaga Kerja Pelaksanaan perkerjaan penambangan dirancang sesederhana mungkin tetapi memiliki otonomi yang cukup untuk menjamin kelancaran kegiatan penambangan, baik dalam kaitannya dengan aspek teknis maupun non teknis. Bentuk organisasi yang akan diterapkan adalah organisasi fungsional dimana kegiatan penambangan dibagi menjadi fungsi-fungsi yang terpisah tetapi masih tetap dapat bekerjasama. Sistem kerja yang diterapkan dibagi menjadi 2 (dua) kelompok yaitu :
-
Golongan karyawan yang bekerja pada waktu tertentu (kontrak).
-
Golongan karyawan yang bekerja dengan waktu tidak tertentu
( permanent ). Penerimaan tenaga kerja dilakukan sesuai dengan tingkat kebutuhan dan berdasarkan kualifikasi tingkat pendidikan dan keterampilan.
Sistem penerimaan
karyawan dilakukan menurut SOP penerimaan tenaga kerja yang ada. Kualifikasi tenaga kerja yang diperlukan dalam kegiatan penambangan kapur adalah tingkat sarjana, diploma, teknisi, SMA dan SMP.
Tenaga kerja harian diperlukan untuk kegiatan-kegiatan di luar
tambang.
2. Mobilisasi Alat dan Bahan Sebelum kegiatan penambangan batubara dilakukan, terlebih dahulu akan dilakukan mobilisasi alat-alat berat dan bahan ke lokasi proyek yang dilakukan, baik melalui jalan darat maupun sungai.
Berdasarkan kapasitas produksi, maka akan ditentukan kebutuhan peralatan utama penambangan maupun peralatan penunjang penambangan.
3. Pembangunan Saran dan Prasarana Penunjang Pengadaan fasilitas penunjang sangat perlu untuk mendukung kegiatan utama penambangan, sehingga dapat berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan. Lokasi fasilitas penunjang ini dikonsentrasikan pada daerah tertentu agar memudahkan dalam pengaturan dan pengawasannya, yang biasanya dekat dengan daerah penambangan.
4. Pembukaan dan Pembersihan Lahan Kegiatan pembersihan lahan akan dilakukan pada saat membuka areal penambangan untuk kegiatan tambang. Kegiatan ini dilakukan secara selektif dan sesuai kebutuhan atau hanya pada areal yang terkena aktivitas penambangan saja (sesuai dengan rencana kemajuan tambang). Peralatan yang digunakan untuk perbersihan lahan ialah eksavator, truk, chainsaw dan bulldozer . Batang-batang pohon yang berukuran kecil dan semak belukar didorong dengan bulldozer , sedangkan pohon yang berukuran besar dipotong dengan menggunakan chainsaw, kemudian kayunya dikumpulkan dan dimanfaatkan oleh masyarakat setempat. Kegiatan pembukaan dan pembersihan lahan dilakukan seiring dengan kemajuan tambang.
Tahap Operasi , meliputi:
1. Penambangan Kapur Proses penambangan dilakukan dengan proses penambangan terbuka (open pit). Operasi penambangan yang dilakukan meliputi kegiatan penggalian dengan menggunakan peledakan, pemuatan dan pengangkutan. Operasi penambangan setiap tahunnya terdiri dari kegiatan pembersihan lahan (land clearing) yang dilaksanakan terlebih dahulu, kemudian diikuti dengan pengupasan top soil (0 – 15 cm) yang ditempatkan
pada
tempat
yang
aman,
kemudian
diikuti
dengan
penggalian/pemberaian (Blasting), pemuatan dan pengangkutan yang dilaksanakan secara paralel. Artinya, sementara kegiatan pembersihan lahan terus berlangsung dan setelah luas lahan yang dibersihkan cukup dan aman untuk tempat kerja alat gali, maka kegiatan penggalian/pemberaian segera dimulai. Kegiatan ini diikuti dengan
kegiatan pemuatan dan pengangkutan, baik kapur maupun lapisan penutup. Penambangan dimulai dengan mengupas lapisan penutup di daerah blok-blok yang sudah ditentukan dengan arah penggalian dimulai dari singkapan kapur pada batas tertentu, kemudian diikuti dengan penggalian lapisan kapur. Penggalian dilakukan secara bertahap yang dimulai dari blok di dekat singkapan kapur dengan panjang yang sudah ditentukan dan kemudian dilanjutkan penggaliannya baik ke arah dipping maupun striking sampai pada batas akhir lereng penambangan. Arah kemajuan penambangan tiap tahun menyerupai garis diagonal sehingga front penambangan dengan berbagai elevasi akan terbentuk Setelah dilakukan peledakan, digunakan bulldozer untuk merapikan batuan kapur hasil peledakan tersebut. Kemudian rock breaker akan menghancurkan batu-batu kapur yang berukuran besar sedangkan batubatu kecil akan diangkut oleh eksavator ke dalam dump truck. Selanjutnya akan dibawa menuju crusher. Crusher adalah alat peremuk atau penghancur batu kapur.
2. Reklamasi dan Revegetasi Lahan Dalam kegiatan reklamasi lahan dilakukan dengan Kegiatan revegetasi lahan adalah kegiatan penanaman kembali lahan yang telah direklamasi dengan tanaman cover crop dan pioneer, perintis, sisipan dan endemik lokal. Sebelum kegiatan revegetasi dilakukan, terlebih dahulu dilakukan reklamasi
lahan
dengan mengembalikan tanah penutup kemudian tanah pucuk. Kegiatan selanjutnya adalah penambahan pupuk organik pada tanah yang mempunyai tingkat kesuburan rendah dengan tujuan untuk meningkatkan kesuburan tanah. Tahap selanjutnya revegetasi lahan dapat dilakukan dengan jenis tanaman lokal dan ekonomis yang sesuai dengan kondisi dan tata ruang lahan.
3. Pengangkutan Kapur Sebelum proses penggalian dan pengangkutan dilakukan, lokasi diberi tanda terlebih dahulu sehingga shovel yang akan menggali dan truk yang mengangkut tidak salah dalam mengambil material kapur. Proses penggalian dilakukan oleh alat bernama eskavator. Eskavator bekerja untuk menggali material hasil ledakan atau material lepas yang berupa batuan kapur atau batuan penutup dan kemudian diangkut ke dalam alat angkut. Proses pengangkutan dilakukan oleh alat angkut atau truk. Pada kegiatan penambangan kapur di Citatah terdapat 2 jenis hasil penambangan. Hasil
penambangan berupa batuan kapur dan batuan penutup. Hasil penambangan batuan kapur dibawa ke crusher untuk diolah lebih lanjut, sedangkan batuan pentup ditumpuk di tempat pembuangan atau yang disebut dengan dump. Untuk meningkatkan efisiensi dari kegiatan tsb digunakan sistem dispatch, di mana penugasan truk dilakukan secara otomatis baik ke eskavator maupun ke tempat pembuangan. Sistem dispatch merupakan bagian yang bertugas untuk mengoptimalkan produksi dengan cara mengatur distribusi truk terhadap pengambilan batuan yang sesuai dengan kebutuhan serta mempertimbangkan keefektifan jarak. 4. Pengolahan/Penghancuran Kapur Batuan kapur yang dihasilkan dari lokasi tambang akan diangkut menuju crusher untuk kemudian diangkut ke tempat pengolahan. Tujuan penghancuran kapur adalah untuk memperkecil ukuran batuan kapur sehingga mempermudah pengolahan kapur di tempat pengolahan. Pengolahan kapur bertujuan untuk menghilangkan senyawa – senyawa non kapur yang tercampur dalam batuan kapur. Selain itu pengolahan kapur juga dilakukan untuk menghasilkan produk kapur yang sesuai dengan permintaan pembeli, seperti apakah kapur yang dihasilkan dalam bentuk cair atau dalam bentuk padat.
5. Penumpukan Kapur Penumpukan kapur dilakukan untuk mengefisienkan kapur yang akan masuk ke crusher lalu ke tempat pengolahan. Kapasitas crusher kadang tidak cukup untuk menghancurkan semua batuan kapur yang ditambang sehingga kapur tersebut perlu disimpan di suatu tempat dahulu sebelum dimasukkan crusher. Batuan kapur itu yang nantinya ditumpuk pada suatu tempat penyimpanan sementara atau disebut stockpile. Penumpukan kapur juga dilakukan untuk menyesuaikan produksi dengan permintaan, jika permintaan rendah maka batuan kapur yang diolah juga sedikit dan sisanya ditumpuk terlebih dahulu di stockpile.
Tahap Pasca Operasi , meliputi:
1. Reklamasi dan Revegetasi Lahan Lanjutan
2. Demobilisasi Alat dan Bahan
Dengan berakhirnya kegiatan penambangan pada tahap pasca operasi,
maka
kegiatan demobilisasi peralatan (alat-alat berat) dari lokasi proyek ke luar lokasi proyek dilakukan melalui jalan darat dengan menggunakan mobil pengangkut khusus.
3. Rasionalisasi Tenaga Kerja Penanganan tenaga kerja setelah kegiatan berakhir adalah memberikan tenggang waktu pada karyawan yang akan terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) yaitu dengan pendekatan personal dan akan memberikan uang pesangon sesuai peraturan pemerintah yang berlaku dan surat pengalaman kerja, dengan harapan uang pesangon tersebut dapat dijadikan sebagai modal kerja
dan modal usaha maupun modal lainnya yang akan
menunjang kehidupan para tenaga kerja tersebut setelah lepas dari perusahaan, serta surat pengalaman kerja dapat mempermudah bekerja di perusahaan lain. Alternatif lain dengan mempromosikan karyawan yang berprestasi dan masih dalam usia produktif akan disalurkan pada proyek lain sejenis yang membutuhkan sumber daya terdidik, terlatih dan berpengalaman. Serta memberikan bimbingan dan peluang, yaitu membentuk kelompok untuk membuka lapangan kerja baru.
4. Pengembalian dan Penyerahan Lahan Pada akhir kegiatan tahap pasca operasi penambangan dan sejalan dengan tingkat keberhasilan kegiatan reklamasi dan revegetasi lahan, maka areal bekas tambang yang telah direklamasi dan direvegtasi terlebih dahulu dievaluasi oleh tim terpadu dari Pemerintah dan dinyatakan telah memenuhi kriteria yang ditentukan.
Jangka waktu
evaluasi lahan terhadap lahan reklamasi dan rehabilitasi dilakukan selama + 3 - 5 tahun setelah pasca tambang. Setelah dilakukan evaluasi dengan kriteria berhasil, maka semua lahan dan infrastruktur yang ada dikembalikan kepada Pemda setempat.