ALIRAN MU’TAZILAH, (Telaah (Telaah kritis atas pemikiran aliran Mu’tazilah)
Disusun untuk dipresentasikan dalam seminar kelas pada Mata Kuliah Perkembangan Pemikiran dalam Islam pada program Pasca Sarjana UIN SUSKA Riau
Oleh : Syukron Darsyah NIM : 0804 S2 777
Dosen Pembimbing : DR. Asmal May, May, MA
PROGRAM PASCA SARJANA KONSENTRASI PENDIDIKAN ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SULTAN SYARIF KASIM RIAU 2009
KATA KATA PENGAN PE NGANTAR TAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Syukur alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah Swt atas karunia dan rahmat rahmat-Ny -Nyaa kepada kepada kita kita semua. semua. Shalaw Shalawat at dan salam salam selalu selalu tercura tercurah h kepada kepada junjungan alam Nabi Muhammad SAW SAW Makalah Makalah ini disusu disusun n untuk untuk memenu memenuhi hi tugas tugas dan diprese dipresenta ntasik sikan an dalam dalam semina seminarr kelas kelas pada pada Mata Mata Kuliah Kuliah Perkem Perkemban bangan gan Pemiki Pemikiran ran dalam dalam Islam Islam , di konsen konsentras trasii Pendid Pendidika ikan n Islam Islam Progra Program m Pasca Pasca Sarja Sarja Univer Universit sitas as Islam Islam Negeri Negeri (UIN) Suska Riau. Makalah ini membahas dan membicarakan tentang aliran Mu’tazilah sebagai salah salah satu aliran aliran teolog teologii dalam dalam Islam. Islam. Pembah Pembahasan asannya nya mencak mencakup up asal usul usul kemunculan aliran Mu’tazilah, tokoh-tokohnya serta doktrin dan ajaran pokok aliran aliran ini. selain selain itu juga juga dibaha dibahass tentan tentang g perist peristiwa iwa mihnah mihnah yang yang merupa merupakan kan refleksi dari aliran Mu’tazilah. Akhirnya, ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, baik itu referensi buku maupun pandangan, masukan dan diskusi-diskusi yang membangun dengan tema yang diangkat. Kritik dan saran sangat perlu kiranya disampaikan sebagai bahan evaluasi dan perbaikan dimasa mendatang, baik itu isi, penulisan maupun metodologi yang digunakan. Terima kasih Wassalam Wr. Wb
Pekanbaru, April April 2009
2
DAFTAR ISI
HALAMAN
KAT KATA PENGANT PENGANTAR... AR.......... .............. ............... ............... .............. ............... ............... .............. ............... ............... .......................... ...................
1
DAFT DAFTAR ISI........ ISI................ ............... .............. ............... ............... .............. ............... ............... .............. .............. ............... ............... .................... .............
2
A. Pendah Pendahulu uluan an ...... ......... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ....... ......
3
B. Asal Asal usul usul kemunc kemunculan ulan Mu’tazi Mu’tazilah lah... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ....... ........ ........ ........ ........ ........ ...... ..
4
C. Tokoh-t okoh-toko okoh h dan dan pemuk pemukaa aliran aliran Mu’taz Mu’tazilah ilah ...... ......... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ....... ....... ...
7
D. Doktrin dan ajaran pokok Mu’tazilah........................................ Mu’tazilah......................................................... .................
10
E. Mihnah, Mihnah, sebuah tinjauan tinjauan historis... historis........ .......... .......... .......... ......... ......... .......... .......... ............ ................ ............... ......
14
F. Kemunduran Kemunduran Mu’tazilah. Mu’tazilah...... .......... .......... ......... ......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... ............. ................. .........
16
G. Penutup................................... Penutup.......................................................... .................................................................... .............................................
17
DAFTAR PUSTAKA
Aliran Mu’tazilah,
3
(Sebuah telaah kritis atas pemikiran Mu’tazilah) A.
Pendahuluan Alir Aliran an Mu’t Mu’taz azil ilah ah meru merupa paka kan n alir aliran an teol teolog ogii Isla Islam m yang yang tert tertua ua dan dan
memainkan peranan yang penting dalamsejarah pemikiran dunia Islam.Aliran ini lahir kurang kurang lebih pada permulaan permulaan abad ke dua Hijrah Hijrah di kota Basrah, sebuah sebuah pusat ilmu dan peradaban Islam saat itu. Sebe Sebelu lum m Mu’t Mu’tazi azila lah h lahi lahirr dan dan menj menjad adii bagi bagian an dari dari siste sistem m dan dan corak corak pemikiran Islam rasional, sebelumnya telah ada berbagai aliran pemikiran yang nantinya akan sangat berpengaruh terhadap Mu’tazilah. Masalah-masalah yang muncul dan diangkat pada waktu itu berkisar pada lingkaran persoalan teologi dan filsafat. Alir Aliran an-a -ali lira ran n
ters terseb ebut ut
diant iantar aran anya ya
adal adalah ah
alir aliran an
Musyabbihah
(antropomorfiems) (antropomorfiems) yang memahami ayat-ayat al-Qur’an tentang tentang Allah bertangan bertangan dan bermata, bermata, bersinggasan bersinggasana, a, melihat, melihat, mendengar mendengar dan sebagainya. sebagainya. Pendeknya, Pendeknya, sesuai dengan namanya, maka aliran ini menyamakan sifat-sifat Allah dengan manusi manusia. a. Tokoh okoh Aliran Aliran ini berasal berasal dari dari aliran aliran Syiah Syiah ekstrem ekstrem dan ahli ahli hadist hadist Hasyiwiyah yang memahami kulit dan bukan isinya. Aliran lainnya adalah aliran Mujassimah (korporalisme) korporalisme) yang beranggapan bahwa Allah berjism (bertubuh) layaknya manusia. Adapula aliran Syafatiyah yang beranggapan bahwa sifat-sifat Allah adalah azali disamping disamping Zat-Nya yang azali. Adapula Adapula diantara mereka yang berpendapat bahwa sifat-sifat Allah sama dengan sifat-sifat manusia. manusia.1 Selain itu, ada juga aliran Khawarij. Aliran ini merupakan golongan yang keluar dari barisan Ali bin Abi Thalib karena tidak puas dengan hasil tahkim. Khawarij berpendapat bahwa orang mukmin yang berdosa besar menjadi kafir. Kemudi Kemudiaa ada lagi lagi aliran aliran Murjia Murjiah h yang yang melawa melawan n pendap pendapat at Khawari Khawarij. j. Mereka Mereka berpendapat bahwa orang mukmin yang berdosa besar tetap mukmin, tidak menjadi kafir. Tentang nasibnya kelak dihadapan Allah, diserahkan saja kepada Allah untuk menentukannya diakhirat nanti. 1 A. Mustofa, Filsafat Islam, (Bandung: Pustaka Pustaka Setia, 1997), 1997), h. 58-59
4
Aliran Aliran Mu’tazi Mu’tazilah lah muncul muncul sebaga sebagaii reaksi reaksi atas perten pertentan tangan gan antara antara aliran aliran Khawar Khawarij ij dan aliran aliran Murjiah Murjiah berken berkenaan aan tentan tentang g orang orang mukmin mukmin yang yang berdos berdosaa besar. Ciri utama yang membedakan aliran ini dari aliran teologi Islam lainnya adalah pandangan-pandangan teologisnya lebih banyak ditunjang oleh dalil-dalil aqliyah dan lebih bersifat filosofis, sehingga sering disebut aliran rasionalis Islam. Pada Pada awal perkem perkemban bangan gannya nya,, aliran aliran ini tidak tidak mendap mendapat at dukung dukungan an dan simpati dari umat Islam, khususnya dikalangan masyarakat awam, karena mereka sulit memahami ajaran-ajaran ajaran-ajaran Mu’tazilah Mu’tazilah yang bersifat rasional rasional dan filosofis itu. Alasan lain adalah karena kaum Mu’tazilah dinilai tidak teguh berpegang pada sunnah Rasulullah Saw dan para sahabatnya. Kelompo Kelompok k Mu’tazi Mu’tazilah lah ini baru baru mendap mendapat at dukung dukungan an yang yang luas luas terutama terutama dikalangan intelektual pada masa pemerintahan khalifah Al-Ma’mun, penguasa Abbasiy Abbasiyah ah periode periode 198-21 198-218 8 H/813 H/813-83 -833 3 M. Kedudu Kedudukan kan Mu’ta Mu’tazila zilah h menjad menjadii semakin kokoh setelah al-Ma’mun menyatakannya sebagai mazhab resmi negara. Hal ini disebabkan karena al-Ma’mun sejak kecil sudah dididik dalam tradisi Yunani yang gemar akan ilmu pengetahuan dan filsafat. B.
Asal usul kemunculan Mu’ tazilah
Mu’tazilah adalah salah satu nama aliran dalam teologi Islam yang bersikap rasional. Karena itulah banyak orang yang menyebutnya ‘Rasionalisme Islam’. Mu’tazilah Mu’tazilah lahir pada permulaan abad ke 2 H di Basrah pada pemerintahan pemerintahan Bani Umayyah dan pada saat itu kekuasaan dipegang oleh khalifah Hisyam bin Abdul Malik (101-125 H). 2 Term Mu’taz Mu’tazilah ilah merupa merupakan kan isim isim fa’il fa’il yang yang beraka berakarr dari dari kata kata ‘azala– I’tazala I’tazala yang yang berarti berarti memisah memisahkan kan - menyin menyingki gkirr atau memisah memisahkan kan diri. diri. Maka Maka secara bahasa Mu’tazilah berarti orang yang memisahkan diri. Selama ini, term atau atau pemb pemberi erian an nama nama Mu’t Mu’tazi azila lah h serin sering g dan dan bahk bahkan an diket diketah ahui ui hany hanyaa pada pada kejadian kejadian atau peristiwa peristiwa yang terjadi antara Wasil Wasil ibn ‘Atha serta temannya temannya ‘Amr 2 Sahilun A Nasir, Pengantar Ilmu Kalam, (Jakarta: Rajawali Press, 1996), h. 106
5
ibn ‘Ubaid dan Hasan Basri di Basrah. Akan tetapi, menurut Ahmad Amin bahwa nama Mu’tazilah sudah terdapat sebelum adanya peristiwa Wasil dengan Hasan Basri dan sebelum timbulnya pendapat tentang posisi diantara dua posisi. Golongan ini timbul dan mengasingkan diri disaat terjadi pertikaian antara khal khalif ifah ah Ali Ali Bin Bin Abi Abi Thali Thalib b deng dengan an Muaw Muawiy iyah ah bin bin Abu Abu Sofy Sofyan an dari dari Bani Bani Umayyah Umayyah sebagai sebagai akibat dari terbunuhn terbunuhnya ya Khalifah Khalifah Usman Bin Affan. Affan. Pada saat itulah itulah terdap terdapat at beberap beberapaa orang orang sahaba sahabatt Nabi Nabi yang yang tidak tidak ingin ingin terliba terlibatt dalam dalam pertikaian tersebut. Mereka tidak memba’iat Ali sebagai Khalifah dan memilih sikat sikat netral. netral. Tokoh-t okoh-toko okoh h tersebu tersebutt diantara diantaranya nya adalah adalah Sa’ad Sa’ad ibn Abi Waqaf, aqaf, Abdullah bin Umar, Muhammad bin Maslamah, Usman bin Zaid dan lain-lain. Penduduk Madinah pada waktu itu juga banyak yang mengikuti jejak mereka. Orang-orang itu disebut kelompok Mu’tazilah, karena mengasingkan diri dari keterli keterlibat batan an dalam dalam pertik pertikaian aian politi politik k yang yang terjadi terjadi antara antara Ali Bin Abi Thalib Thalib dengan Muawiyah. Jadi, kata-kata ‘ I’tazala I’tazala dan Mu’ dan Mu’tazilah tazilah telah dipakai kira-kira seratus tahun sebelum peristiwa Wasil bin ‘Atha dengan Hasan Basri dalam arti golongan yang tidak mau turut campur dalam pertikaian politik yang ada di zaman mereka. Dengan Dengan demiki demikian, an, peristi peristiwa wa tersebu tersebutt dapat dapat dikata dikatakan kan sebagai sebagai golong golongan an Mu’tazilah yang pertama dan lebih cenderung mengarah pada persoalan politik. Akan tetapi, jika kata Mu’tazilah disebut dalam konteks aliran-aliran teologi atau atau filsa filsafat fat,, maka maka yang yang dima dimaksu ksud d deng dengan an itu itu adala adalah h para para peng pengik ikut ut yang yang mengasingkan atau memisahkan diri dari gurunya yang berbeda paham tentang suatu hal. Orang tersebut tersebut adalah Wasil ibn ‘Atha yang berbeda pendapat dengan gurunya Hasan Basri. Beberapa versi tentang pemberian nama Mu’tazilah kepada golongan kedua ini berpusat pada peristiwa yang terjadi antara Wasil Ibn Atha serta temannya ‘Amr ibn ‘Ubaid dan Hasan Basri di Basrah. Ketika Wasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh Hasan Basri di mesjid Basrah, datanglah seseorang yang bertanya mengenai pendapat Hasan Basri tentang orang yang berdosa besar. Ketika Hasan Basri masih berfikir, Wasil mengemukakan pendapatnya dengan mengatakan “Saya “Saya berpendapat bahwa orang-orang yang berbuat dosa besar
6
bukanlah mukmin dan bukan pula kafir, akan tetapi berada pada posisi diantara keduanya, tidak mukmin dan tidak pula kafir .” kafir .” Kemudian Wasil menjauhkan diri dari dari Hasan Hasan Basri Basri dan pergi pergi ketemp ketempat at lain lain diling dilingkun kungan gan masjid. masjid. Disana Disana Wasil mengulangi pendapatnya dihadapan pengikutnya. Dengan adanya peristiwa ini, Hasan Basri berkata : “W “Wasil menjauhkan diri dari kita ( I’tazaala I’tazaala anna)” Menurut Asy-Sy Asy-Syara arastan stani, i, kelomp kelompok ok yang yang memisah memisahkan kan diri diri pada pada peristi peristiwa wa inilah inilah yang yang dinamakan kaum Mu’tazilah. Mu’tazilah.3 Versi lain dikemukakan oleh Al-Bagdadi dalam bukunya Al-Farq bain Al Farq seperti seperti dikutip oleh Abdul Abdul Rozak dan Rosihon Anwar yang mengatakan mengatakan bahwa Wasil bin ‘Atha dan temannya ‘Amr bin ‘Ubaid diusir oleh Hasan Basri dari majelisnya karena ada pertikaian diantara mereka tentang masalah Qadar dan orang orang yang yang berdos berdosaa besar besar.. Keduan Keduanya ya menjauh menjauhkan kan diri diri dari dari Hasan Hasan Basri Basri dan berpendapat bahwa orang yang berdosa besar itu tidak mukmin dan tidak pula kafir. Oleh karena itu, golongan ini dinamakan Mu’tazilah. 4 Pendapat lain juga berbeda seperti dikemukakan oleh Tasy Kubra Zadah yang yang menyat menyataka akan n bahwa bahwa Qatada Qatadah h bin Da’mah pada suatu suatu hari hari masuk masuk masjid masjid Basrah dan bergabung dengan majelis ‘Amr bin ‘Ubaid yang disangkanya adalah majelis Hasan Basri. Setelah mengetahui bawa majelis tersebut bukan majelis Hasan Hasan Basri, Basri, ia berdir berdirii dan mening meninggal galkan kan tempat tempat sambil sambil berkat berkata, a, “Ini kaum Mu’tazilah,” Mu’tazilah,” sejak itulah kaum tersebut dinamakan Mu’tazilah. 5 Seda Sedang ngka kan n Al-Ma Al-Mas’u s’udi di sepe sepert rtii
diku dikuti tip p
Haru Harun n
Naut Nautio ion n
memb member erik ikan an
keterangan keterangan tentang asal usul kemunculan kemunculan Mu’tazilah Mu’tazilah tanpa menyangkut menyangkut pautkan pautkan deng dengan an peri peristi stiwa wa Wasil asil bin bin ‘Ath ‘Athaa dan dan Hasan Hasan Basri Basri.. Merek Merekaa dibe diberi ri nama nama Mu’tazilah, karena berpendapat bahwa orang yang berdosa bukanlah mukmin dan bukan pula kafir, akan tetapi menduduki tempat diantara kafir dan mukmin (almanzilah bain al-manzilah) al-manzilah)..6 Dalam artian mereka memberi status orang yang berbuat dosa besar itu jauh dari golongan mukmin mukmin dan kafir. kafir.
, Ilmu Kalam, (Bandung: Pustaka Setia, 2006), h. 78 3 Abdul Rozak dan Rosihon Anwar 4 Ibid . 5 Ibid . h. 78 6 Harun Nasution, Teologi Islam, Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan , (Jakarta: UI Press, 1983), 1983), h. 39
7
Dari keterangan-k keterangan-keterang eterangan an yang dikemukaka dikemukakan n diatas, untuk mengetahui mengetahui dengan pasti asal usul yang sebenarnya nama Mu’tazilah memang sulit. Yang jelas, nama Mu’tazilah dikenal sebagai aliran teologi rasional dan liberal dalam Islam yang timbul sesudah peristiwa Wasil bin ‘Atha dengan Hasan Basri dan bahkan lama sebelum terjadinya peristiwa Basrah tersebut telah pula terdapat kata-kata I’ kata-kata I’tazala tazala dan Mu’tazilah. Selain nama Mu’tazilah, aliran kalam ini juga lazim menyebut diri dengan beberapa nama lain, misalnya biasa menyebut diri dengan ahl al-‘adl, al-‘adl, yaitu golongan yang mempertahankan keadilan Tuhan dan Ahl al-Tawhid al-Tawhid wa al al-‘Adl, golongan yang mempertahankan kemurnian tauhid dan keadilan Tuhan. 7 Sementara pihak lawan atau yang berseberangan dengan paham ini lazim pula menyebut mereka dengan nama al-Qadariyah, al-Qadariyah, penganut paham kebebasan berkehendak dan keleluasaan berbuat bagi manusia; al-Mu’athilat , pengan penganut ut paham nafyu al-shifat dan sebutan al-Wa’idiah , yaitu penganut paham kepastian berlakunya ancaman-ancaman Tuhan terhadap orang-orang yang tidak patuh. Mereka juga biasa disebut al-Jahmiah, al-Jahmiah, karena mereka menganut paham nafyu al shifat, nafyu al- ru’yat dan kemahl kemahluka ukan n al-Qur’an al-Qur’an yang yang sebelu sebelumny mnyaa pernah pernah diajarkan oleh Jahm Ibn Shafwan. 8
C.
Tokoh-tokoh dan Pemuka aliran Mu’tazilah Sejak kelahirannya yang dipelopori oleh Wasil bin Atha, Mu’tazilah terus
berkembang pesat sebagai sebuah sistem kalam satu-satunya didunia Islam pada saat itu. Fenomena ini tentunya tidak terlepas dari tokoh-tokohnya yang cerdas dan dan bril brilia ian n yang yang secar secaraa gigi gigih h dan dan estaf estafet et meny menyeb ebark arkan an ajar ajaran an dari dari zaman zaman kezaman. Ulama atau tokoh-tokoh Mu’tazilah cukup banyak sekali. Namun, yang akan dibahas selanjutnya hanya tokoh-tokoh yang terkemuka saja.
7 Suryan A. Jamrah, Studi Ilmu Kalam , (Pekanbaru: PPS UIN Suska, 2008), h. 114 8 Ibid
8
1.
Wasil bin Atha (81 -133 H / 699-748 M) Menur Menurut ut sejar sejarah ah,, Washil ashil bin bin ‘Atha ‘Atha adala adalah h oran orang g yang yang pert pertam amaa sekali sekali
meletakkan kerangka dasar faham Mu’tazilah, sebagaimana dikatakan oleh alMas’udi Mas’udi bahwa ia adalah “Syaikh “Syaikh al-Mu’tazilah wa Qadimuha” Qadimuha ” yakni kepala dan penganut Mu’tazilah yang tertua.9 Ia berasal dari Maula (keturunan budak) dari Bani Dhobah dan dilahirkan di Madinah pada tahun 80 H dan meninggal pada tahun 131 H. Dimadinah ia belajar pada Abu Hasyim Abdullah ibn Muhammad ibn al-Hanifah. Kemudian ia pindah ke Basrah dan belajar pada imam Hasan Basri. Ia adalah orang yang sangat mahir berorator, pandai memilih kata-kata yang mudah diterima pendengarnya. Disamping itu, ia adalah seorang ilmuwan yang menghabiskan waktu siangnya untuk berdiskusi dan waktu malamnya untuk beribadah dalam rangka menyempurnakan firqohnya. Banyak kitab yang dikarangnya, namun tidak satupun yang sampai kepada kita. 2.
Abu Huzail (135-235 H / 752-849 M) Nama lengkapnya adalah Abdul Huzail bin al Huzail al-‘Allaf . Sebutan
al-‘Allaf al-‘Allaf diperolehnya diperolehnya karena rumahnya rumahnya terletak terletak dikampung dikampung penjual makanan makanan binatang. Ia lahir pada tahun 135 H di Basrah. Ia tinggal di Basrah dan menetap disana disana dan belajar belajar pada pada salah salah seoran seorang g murid murid Washil ashil bin Atha yang yang bernam bernamaa Usman al-Tawil. Puncak kebesarannya dicapai pada masa pemerintahan khalifah al-Ma’mun, karena khalifah al-Ma’mun pernah menjadi murid Abu Huzail dalam perdebatan
mengenao
persoalan
agama
dan
aliran-aliran
pada
masa
pemerintahannya. Masa hidup Abu Huzail banyak diisi dengan perdebatan perdebatan. Dan menurut riwayat selama hidupnya, tidak kurang dari 3000 orang telah masuk Islam ditangannya.
9 Ahmad Mahmud Subhi, Fi ‘Ilmi al-Kalam, (Kairo: Dar el-Fikr, Maktabah al-Nahdhah, 1969), h. 75
9
3.
Al-Jubba’I (w. (w. 303 H / 915 M) Nama lengkapnya adalah Abu Ali Muhammad bin Ali al-Jubba’i. lahir di
Provin Provinsi si Chuzest Chuzestan an Iran dan tidak tidak diketa diketahui hui tahun tahun kelahi kelahirann rannya. ya. Sebuta Sebutan n alJubba’I diambil dari nama tempat kelahirannya yaitu Jubba. Wafat Wafat pada tahun 303 H / 915 M. 10 dalam riwayat lain al-Jubba’I wafat pada tahun 295 H / 908 M. Al-Jubb Al-Jubbai ai adalah adalah salah salah seoran seorang g tokoh tokoh aliran aliran Mu’taz Mu’tazilah ilah di Basrah Basrah yang yang hidup pada masa pemerintahan khalifah al-Watsiq bin al-Mu’tashim (227-232 H). Al-Jub Al-Jubba’ ba’II mempun mempunyai yai anak anak bernam bernamaa Abu Hasyim Hasyim Abdul Abdul Salam Salam al-Jubb al-Jubba’I a’I (w.321 H) dan juga termasuk salah satu tokoh aliran Mu’tazilah di Basrah. Antara al-Jubba’I dan anaknya Abu Hasyim Abdul Salam al-Jubba’I sering dikelirukan orang. orang. Anaknya Anaknya selain selain tokoh tokoh Mu’ta Mu’tazila zilah h juga juga pendir pendirii aliran aliran “ Bassyamiyyah” Bassyamiyyah” (salah (salah satu firqoh firqoh Mu’tazi Mu’tazilah lah). ). Al-Jub Al-Jubba’ ba’II adalah adalah guru guru dari dari Imam Imam al-Asy’ al-Asy’ari ari seorang tokoh dan pendiri Asyariyyah 9ahli sunnah wal jamaah) sebelum ia keluar dari aliran Mu’tazilah. Selain itu, aliran Mu’tazilah juga mempunyai basis pergerakan yang dari basis itu memunculkan banyak sekali tokoh dan pengikut aliran ini. Basis tersebut terkonsentrasi pada dua kota yaitu Basrah dan Bagdad. Di Basrah, Basrah, dibagi dibagi menjadi menjadi dua generas generasi. i. Yaitu aitu genera generasi si pertam pertamaa pada pada permulaan abad ke- 2 di pimpin oleh Washil Bin Atha dan ‘Amr bin ‘Ubaid yang kemudian diperkuat oleh murid-muridnya seperti Usman al-Thawi, Hafsah bin Salim, Hasan bin Zakwan, Khalik bin Sofyan dan Ibrahim bin Yahya al-Madani. Sedangkan generasi kedua pada permulaan abad ke- 3 H dipimpin oleh Abu Huzail al-‘Allaf, Ibrahim bin Sayyar al-Nadzam, Abu Bakar al-Marisi, Usman alJahiz, Ibnu al-Mu’tamar al-M u’tamar dan Abu Ali al-Juba’i. Sedangkan di Bagdad, dipimpin oleh Basyar bin al-Mu’tanar dan dibantu oleh Abu Musa al-Murdan, Ahmad bin Abu Dawud, Ja’afar Bin Mubasysyar dan Ja’afar bin Harib al-Hamdani.11 D.
Doktrin dan ajaran pokok Mu’tazilah Teologi Islam, (Jakarta: Al-Husna 10 A. Hanafi, Pengantar Teologi Al-Husna Zikra, 1995), h. 72 11 Sahilun A Nasir, Pengantar Ilmu Kalam, h. 109
10
Gerakan Mu’tazilah memberikan kontribusi yang sangat besar bagi internal pergerakan pemikiran Islam, terutama dalam wacana teologi terhadap peran akal dalam menentukan jalan kehidupan. Bagi Mu’tazilah, akal merupakan sumber kebe kebena nara ran n moral moral yang yang sama sama deraj derajatn atnya ya deng dengan an wahy wahyu. u. Kaum Kaum Mu’t Mu’tazi azilah lah melakukan perjuangan yang sangat sengit untuk membela Islam dari serangan Majusi Majusi,, Yahudi, ahudi, Gnotis Gnotisism ismee dan materia materialism lisme. e. Hal inilah inilah yang yang mendo mendoron rong g Mu’tazilah merumuskan ajaran yang sistematis dan rasional dalam memahami doktrin keagamaan.12 Mu’tazilah adalah aliran yang pertama sebagai sebuah aliran yang utuh, yang yang lahi lahirr deng dengan an meto metode de rasi rasion onal al dan dan mate materi ri yang yang komp kompre rehe hens nsif if sert sertaa pembahasan yang mendalam. Sebagai aliran yang utuh, Mu’tazilah tampil dengan ajaran yang telah tersusun secara sistematis. Ajaran-ajaran dan doktrin tersebut termaktub dalam lima dasar utama yang dikenal dengan al-Ushul al-Khamsat. Kelima ajaran pokok tersebut adalah al-Tawhid, al-‘Adl, al-Wa’ad wa al-Wa’id, al-Manzilat bain al-Manzilatain dan al-Amr bi al-Ma’ruf wa al-Nahy ‘an al Munkar . 1.
Al-Tawhid Al-Tawhid
Ajaran Ajaran yang yang paling paling dasar dasar dan terpen terpentin ting g bagi bagi kaum kaum Mu’ta Mu’tazila zilah h adalah adalah tentang tawhid atau ke Maha Esaan Tuhan. Tuhan dalam faham mereka akan betul-betul Maha Esa kalau Tuhan dipahami sebagai suatu zat yang unik, tidak ada yang serupa dengannya dan atau menyerupainya. Kaum Mu’tazilah secara ketat berupaya mempertahankan dan memelihara kemurnian tauhid ini dengan prinsip al-Tanzih. al-Tanzih. Oleh karena itu, mereka secara tegas menolak paham anthro anthropom pomorp orphism hism,, yang yang mengga menggamba mbarka rkan n dan memper memperson sonifi ifikas kasikan ikan Tuhan uhan sehing sehingga ga memili memiliki ki keseru keserupaan paan dengan dengan makhlu makhluk-N k-Nya. ya. Mereka Mereka juga juga menola menolak k paham bahwa Allah dapat dilihat oleh manusia dengan mata kepala, karena hal itu akan meniscayakan Tuhan berupa materi yang mengambil tempat.
12 Fazlur Rahman, Islam, (Bandung: Pustaka, 1990), h. 121-124.
11
Paham mereka yang cukup terkenal dalam upaya memelihara kemurnian akidah tauhid ini adalah paham nafyu as-shifat . Mereka menolak pendapat bahwa Alla Allah h memp mempun unya yaii sifat sifat,, karen karenaa ini ini dapa dapatt dipa dipand ndan ang g dapa dapatt meni menimb mbul ulka kan n berbilangnya yang qadim. Padahal satu-satunya yang qadim, yang tidak memp mempun unyai yai perm permul ulaan aan dan dan akhi akhirr hany hanyal alah ah Allah Allah.. Sifat Sifat,, dala dalam m peng pengert ertian ian Mu’tazilah adalah sesuatu yang berbeda dengan dan berada diluar zat Allah. Bila dikatakan dikatakan Allah mempunyai mempunyai sifat, berarti sifat itu menempel pada zat Allah yang qadim, karenanya sifat itu ikut qadim pula. Secara umum, ajaran tauhid kaum Mu’tazilah Mu’tazilah mencakup mencakup tiga hal utama seperti yang dijelaskan diatas yaitu tentang sifat-si sifat-sifat fat Tuhan, uhan, al-Qur’an al-Qur’an sebaga sebagaii makhlu makhluk k Allah Allah dan kemung kemungkin kinan an Allah Allah terlihat oleh mata kepala manusia. Jika melihat pendapat tersebut diatas, maka dapat diketahui bahwa mereka menolak paham eksistensi sifat Allah yang qadim. Namun menurut penulis, bukan berarti mereka menolak tentang keberadaan sifat Allah tersebut secara mutlak, mereka tetap mengakui mengakui akan adanya adanya sifat-sifat sifat-sifat Allah, akan tetapi sifat-sifat Allah tersebut menyatu dalam zat Allah yang qadim dan tidak berdiri sendiri. Pendirian dasar pemikiran yang menjadi menjadi pedoman pedoman kaum Mu’tazilah Mu’tazilah tersebut tersebut adalah dalam rangka membersihkan konsep monoteisme dari segala unsur keyakinan tradisional yang menyesatkan.
2.
Al-‘Adl
Ajaran Ajaran dasar dasar Mu’tazi Mu’tazilah lah yang yang kedua kedua adalah adalah al-‘adl, yang berarti Tuhan Tuhan maha adil. Adil ini merupakan sifat yang paling gamblang untuk menunjukkan kesempurnaan. Karena Tuhan maha sempurna, dia sudah pasti adil. Ajaran ini bertujuan ingin menempatkan Tuhan benar-benar adil menurut sudut pandang manusia, karena alam semesta ini sesungguhnya diciptakan untuk kepentingan manusia. Tuhan dipandang adil apabila bertindak hanya yang baik (ash-shaleh) dan terbaik (al-Ashlah (al-Ashlah), ), dan bukan yang tidak baik. Begitu pula Tuhan itu adil bila tidak melanggar janji-Nya. Dengan demikian, Tuhan terkait dengan janji-Nya. Ajaran tentang keadilan ini terkait erat dengan beberapa hal yaitu tentang perbuatan manusia serta berbuat baik dan terbaik.
12
1. Perbuatan Manusia Manusia Manusia menurut menurut Mu’tazilah, Mu’tazilah, melakukan melakukan dan menciptakan menciptakan perbuatann perbuatannya ya sendir sendiri, i, terlepa terlepass dari kehend kehendak ak dan kekuas kekuasaan aan Tuhan, uhan, baik baik secara secara langsu langsung ng maupun tidak. Mansia benar-benar bebas untuk menentukan pilihan perbuatannya, baik atau buruk. Tuhan hanya menyuruh dan menghendaki yang baik, bukan yang buruk. Adapun yang disuruh Tuhan pastilah baik dan apa yang dilarang-Nya tentul tentulah ah buruk. buruk. Tuhan Tuhan berlep berlepas as diri diri dari dari perbua perbuatan tan yang yang buruk buruk.. Konsep Konsep ini memili memiliki ki konsekw konsekwensi ensi logis logis dengan dengan keadil keadilan an Tuhan, uhan, yaitu yaitu apabil apabilaa yang yang akan akan diterima diterima manusia manusia diakhirat diakhirat merupakan merupakan balasan perbuatanny perbuatannyaa di dunia. dunia. Kebaikan Kebaikan akan dibalas kebaikan dan kejahatan akan dibalas keburukan. Dan itulah keadilan. Karena ia berbuat atas kemauannya sendiri dan tidak dipaksa. 2. Berbuat baik dan terbaik Dalam istilah Arab, berbuat baik dan terbaik disebut ash-shalah wa al-ashlah. Maksud Maksudnya nya adalah adalah kewaji kewajiban ban Tuhan Tuhan untuk untuk berbua berbuatt baik baik bahkan bahkan terbaik terbaik bagi bagi manusia. Tuhan tidak mungkin jahat dan aniaya karena akan menimbulkan kesan Tuhan penjahat dan penganiaya, sesuatu yang tidak layak bagi Tuhan. Jika Tuhan berlaku jahat kepada seseorang dan berbuat baik kepada orang lain berarti ia tidak adil. Dengan sendirinya maka Tuhan tidak maha Sempurna. 3.
Al-Wa’ad Al-Wa’ad wa al-Wa’id al-Wa’id
Ajaran dasar ketiga yaitu al-Wa’ad wa al-Wa’id atau janji dan ancaman merupakan lanjutan dari ajaran sebelumnya. Tuhan tidak akan disebut adil, jika ia tidak memberi pahala kepada orang yang berbuat baik dan jika tidak menghukum orang yang berbuat buruk. Keadilan menghendaki supaya orang yang bersalah diberi hukuman dan orang yang berbuat baik diberi upah, sebagaimana dijanjikan Tuhan.13 4.
Al-Manzilat bain al-Manzilatain al-Manzilatain
13 Harun Nasution, Teologi Islam, h. 55
13
Inilah ajaran yang mula-mula menyebabkan lahirnya mazhab Mu’tazilah. Ajaran ini terkenal dengan status orang yang beriman (mukmin) yang melakukan dosa besar. Seperti tercatat dalam sejarah, bahwa kaum Khawarij menganggap orang tersebut sebagai kafir bahkan musyrik. Sedangkan Murji’ah berpendapat bahwa orang itu tetap mukmin dan dosanya sepenuhnya diserahkan kepada Tuhan, boleh jadi dosanya tersebut diampuni oleh Tuhan. Sedangkan pendapat Wasil bin ‘Atha bahwa orang tersebut berada dalam dua posisi (Manzilah bain Manzilatain). Manzilatain). Karena Karena ajaran ajaran inilah inilah Wasil Wasil Bin ‘Atha ‘Atha dan sahaba sahabatny tnyaa Amr ibn ‘Ubaid harus memisahkan diri ( I’tizal I’tizal ) dari majelis gurunya Hasan Basri seperti yang telah dijelaskan dalam pembahasan sebelumnya. Inti pokok ajaran ini adalah bahwa mukmin yang melakukan dosa besar dan belum bertobat bukan lagi mukmin atau kafir, tetapi fasik. Menurut pandangan Mu’tazi Mu’tazilah lah pelaku pelaku dosa dosa besar besar tidak tidak dapat dapat dikata dikatakan kan sebagai sebagai mukmin mukmin secara secara mutlak. Hal ini karena kare na keimanan menuntut adanya kepatuhan kepada Tuhan, tidak cukup cukup hanya hanya pengakuan pengakuan dan pembenaran. pembenaran. Berdosa besar bukanlah bukanlah kepatuhan kepatuhan melainkan melainkan kedurhakaa kedurhakaan. n. Pelakunya Pelakunya tidak dapat dikatakan kafir secara mutlak karena ia masih percaya kepada Tuhan, Rasul-Nya dan mengerjakan pekerjaan yang baik. Hanya saja kalau meninggal sebelum bertobat, ia masuk kedalam neraka dan kekal didalamnya. Orang mukmin masuk surga dan orang kafir masuk neraka. Orang fasikpun masuk neraka, hanya saja siksaannya lebih ringan dari orang kafir. 5.
Al-Amr bi al-Ma’ruf al-Ma’ruf wa al-Nahy al-Nahy ‘an al-Munkar al-Munkar .
Ajaran dasar kelima adalah menyuruh kebajikan dan melarang kemungkaran (al-A al-Amr mr bi al-M al-Ma’ a’ru ruff wa al-Na al-Nahy hy ‘an ‘an al-M al-Mun unka kar) r).. Ajar Ajaran an ini ini menek menekan anka kan n keberpihakan kepada kebenaran dan kebaikan. Hal ini merupakan konsekwensi logis dari keimanan seseorang. Pengakuan keimanan harus dibuktikan dengan perbuatan baik, diantaranya dengan menyuruh orang berbuat baik dan mencegahnya dari kejahatan. Ada beberap beberapaa syarat syarat yang yang harus harus dipenu dipenuhi hi oleh oleh seoran seorang g mukmi mukmin n dalam dalam beramar ma’ruf dan nahi munkar seperti s eperti yang dijelaskan dijela skan salah seorang tokohnya
14
abd al-Jabbar bin Ahmad dalam ‘Syar ‘ Syarh h al-Ushul al-Ushul al-Khamzah al-Khamzah’ ’ seperti dikutip Rosihon Anwar Anwar dan Abdul Rozak, yaitu : 1. Ia mengetah mengetahui ui perbuatan perbuatan yang yang disuruh disuruh itu memang memang ma’ruf ma’ruf dan yang dilaran dilarang g itu memang munkar. 2. Ia mengetahui mengetahui bahwa bahwa kemung kemungkaran karan telah telah nyata nyata dilakuka dilakukan n orang. orang. 3. Ia meng mengeta etahu huii bahw bahwaa perb perbua uatan tan amar amar ma’ru ma’ruff atau atau nahi nahi munk munkar ar tida tidak k akan akan membawa mudarat yang lebih besar. besa r. 4. Ia meng menget etah ahui ui atau atau pali paling ng tida tidak k mend mendug ugaa bahw bahwaa tinda tindaka kann nnya ya tida tidak k akan akan 14 membahayakan dirinya dan hartanya.
E.
Mihnah, sebuah tinjauan Historis
Mihnah dari sisi kebahasaan berakar dari kata mahana yamhanu mahnan yang berarti mencoba atau menguji. Sedangkan mihnah sendiri juga bisa berarti cobaan cobaan atau atau bencana bencana.. Adapu Adapun n mihnah mihnah yang yang dimaksu dimaksudka dkan n disini disini adalah adalah ujian ujian keimanan yang dilakukan Mu’tazilah terhadap masyarakat, khususnya para ulama dan cendikiawan dengan memanfaatkan pengaruh mereka pada diri tiga khalifah Abbasiyah yang memerintah pada masanya yaitu Al-Makmun, Al-Mustashim dan al-Watsiq. Pengertian lain tentang Mihnah menurut Joesoef Soe’yib mengartikannya sebagai pemeriksaan, yaitu pemeriksaan terhadap pengertian seseorang tentang kalamAllah dalam hubungannya dengan keyakinan yang dianut tentang keesaan Ilahi. Dan pemeriksaan tersebut dibuat pertama kali ditujukan kepada para pejabat kehakiman, peradilan kemudian dilanjutkan dengan semua kalangan.15 Mih Mihnah nah ini ini
terj terjad adii
sek sekitar itar tah tahun 198–2 98–232 32 H, dima dimana na Mu’ Mu’tazi tazila lah h
mendapatkan posisi penting di hati khalifah. Bertitik tolak dari salah satu doktrin dari lima doktrin ajaran Mu’tazilah yaitu Al-Amr yaitu Al-Amr bi al-Ma’ruf wa al-Nahy ‘an al Munkar yaitu perintah berbuat baik dan larangan berbuat jahat, menurut kaum Mu’tazilah bahwa Al-Amr bahwa Al-Amr bi al-Ma’ruf wa al-Nahy ‘an al-Munkar sebagai suatu bentuk kontrol sosial yang wajib dijalankan, kalau dapat cukup dengan seruan,
, Ilmu Kalam, h. 86-87 14 Abdul Rozak dan Rosihon Anwar 15 Joesoef Soe’yb, Sejarah Daulah Abbasiyah I , (Jakarta: Bulan Bintang, 1987), h. 194
15
tetapi jika tidak mampu dengan seruan terpaksa dilakukan dengan kekerasan. 16 Inilah prinsip dakwah yang dijalankan oleh kaum Mu’tazilah yang salah satunya diimplementasikan dalam mihnah tersebut. Yang menjadi tokoh sentral peristiwa ini adalah Ahmad ibn Abu Du’ad. Beliau Beliau memili memiliki ki hubung hubungan an yang yang sangat sangat dekat dekat dengan dengan khalif khalifah ah al-Mak al-Makmun mun.. Dengan kedekatan hubungan itu, dia berusaha mempengaruhi khalifah terutama tent tentan ang g ide ide bahw bahwaa al-Qu al-Qur’an r’an adal adalah ah makh makhlu luk k dan dan menel menelur urka kan n ide ide untu untuk k melaksanakan melaksanakan ujian (mihnah). (mihnah). Ajaran atau ide tersebut tersebut menentang menentang pandangan pandangan ortodoks ortodoks dengan menegaskan menegaskan bahwa pada bentuk aktualnya – bahasa Arab Arab - AlQur’an merupakan reproduksi identik dari model aslinya dilangit. Ajaran baru “ Al-Qur’an sebagai Makhluk’ tersebut segera menjadi pijakan baru keyakinan uamt Islam saat itu.17 Usaha yang dilakukan oleh Ahmad Ahmad ibn Abu Du’ad berhasil berhasil dan pada tahun 212 H, mulailah mulailah khalifah khalifah al-Makmun menganut paham “ al-Qur’an makhluk ”nya ”nya Mu’tazilah. Dan pada tahun 218 H, ketika beliau mengunjungi Damaskus, dia melakukan Mihnah terhada terhadap p pendud penduduk uk Damask Damaskus us seputa seputarr masalah masalah al-‘Adl al-‘Adl (keadi (keadilan lan)) dan tauhid tauhid yang yang merupa merupakan kan dua prinsip prinsip pokok dari lima lima prinsi prinsip p Mu’tazi Mu’tazilah lah.. Setelah Setelah itu barula barulah h dilaks dilaksana anakan kan ujian ujian tentan tentang g permasa permasalah lahan an alQur’an terhadap seluruh qadhi, para saksi dan ulama hadist di Bagdad dengan mengirimkan surat perintah kepada kepala Syurthah, yaitu Ishaq bin Ibrahim untuk melakukannya. Selanjutnya, mulailah Mihnah itu dilakukan oleh Ishaq bin Ibrahim terhadap para ulama termasuk didalamnya Imam Ahmad Ibn Hambal. Selain Imam ibn Hambal Hambal,, juga juga terdapa terdapatt tujuh tujuh orang orang ulama ulama hadist hadist yang yang terkena terkenall yang yang dipaksa dipaksa mengakui bahwa al-Qur’an itu makhluk, yaitu Muhammad bin Sa’ad (w.230 H), Abu Muslim Mustamli Jazid ibn Harun, Yahya bin Ma’in (w.233 H), Zahari bin Harb, Abu Khaisamah (w.234 (w.234 H), Ismail Ibn Daud dan Ismail Is mail Ibn Abi Mas’ud dan Ahmad Ahmad ibn Ad-Dau Ad-Dauraq raqani. ani.18 Jawa Jawaba ban n terse tersebu butt diki dikirim rim kepa kepada da khal khalifa ifah h al16 Harun Nasution, Islam Rasional, Gagasan dan Pemikiran, (Bandung: Mizan, 1995), h. 136 17 Philip K. Hitti, History o The Arabs, (Jakarta: Serambi, 2002), h. 542 18 A. Mustofa, Filsafat Islam, h. 84
16
Ma’mun. Jika mereka bertaubat dan mengatakan bahwa al-Qur’an itu makhluk maka namanya akan diangkat dan diberi keamanan, akan tetapi barang siapa yang tidak mau bertobat maka akan ditahan dan apabila tetap pada pendiriannya maka akan dilakukan eksekusi mati. Selama beberapa tahun Mu’tazilah menjadi aliran resmi negara, selama itu pula kebijakan mihnah dilaksanakan, dan telah banyak pula tokoh ulama yang mendapat perlakuan kekerasan dan penyiksaan. Demikianlah Mihnah itu berlangsung sampai pada masa kekhalifahan alWatsiq. Mihnah berakhir seiring dengan naiknya al-Mutawakkil sebagai khalifah pada tahun 232 H yang pada akhirnya menjadi titik akhir a khir kemunduran paham dan aliran Mu’tazilah. F.
Kemunduran Mu’tazilah
Kebijakan mihnah yang dilakukan oleh Mu’tazilah ternyata bukan menjadi jaminan akan bertahannya aliran Mu’tazilah dalam sistem teologi umat Islam, khususnya pada masa bani Abbasiyah pada waktu itu. Seiring dengan naiknya khalifah Al-Mutawakkil menggantikan khalifah al-Wasiq, maka semakin pudar pula pengaruh Mu’tazilah. Dimasa al-Mutawakkil dominasi aliran Mu’tazilah menurun dan menjadi tidak mendapat simpatik dimata masyarakat. Keadaan ini semaki semakin n membur memburuk uk setelah setelah al-Muta al-Mutawak wakkil kil membata membatalka lkan n mazhab mazhab Mu’tazi Mu’tazilah lah sebagai mazhab resmi negara dan menggantinya dengan aliran As’ariyah. Selama berabad-abad kemudian, Mu’tazilah tersisih dari panggung sejarah dan tergeser oleh aliran Ahli Sunnah wal jamaah. Diantara yang mempercepat hilang hilangny nyaa aliran aliran ini adalah adalah karena karena buku-b buku-buku uku mereka mereka tidak tidak lagi lagi dibaca dibaca dan dipelajari serta dijadikan rujukan di Perguruan tinggi Islam. Selain itu, kemunculan aliran As’ariyah merupakan faktor utama tersisihnya Mu’tazilah dalam panggung pemikiran dan aliran teologi Islam. As’ariyah sendiri didetus oleh Abu Hasan Ali Ibn Ismail al-Asy’ari. Ia tampil dengan sistem ajaran kalamnya sendiri yang segera diterima mayoritas umat Islam waktu itu. Sistem kalam yang baru ini diberi nama aliran As’ariyah yang dinisbatkan kepada tokoh
17
pendirinya. Asy’ari sendiri pada awalnya adalah pengikut setia aliran Mu’tazilah. Bahk Bahkan an ia meru merupa paka kan n muri murid d al-J al-Jub ubba ba’I ’I,, toko tokoh h Mu’t Mu’taz azil ilah ah yang yang sang sangat at berpengaruh. Runtuh dan mundurnya Mu’tazilah sebagai sebuah gerakan teologi yang bersifat filosofis, tidak menghalangi munculnya simpatisan yang masih setia meny menyia iark rkan an alir aliran an ini. ini. hal hal itu itu terl terlih ihat at sepe sepert rtii munc muncul ulny nyaa golo golong ngan an AlAlKhayyatiyyah oleh Abu Hasan al-Khayyat yang dianggap sebagai sumber orisinil aliran Mu’tazilah.
19
Pada abad ke 4 Hijrah tampil Mahmud al-Zamakhsyari (497-
538) seorang ulama neo Mu’tazilah yang menghasilkan tafsir al-Kasysyaf yang didasar didasarii oleh oleh kerang kerangka ka berfik berfikir ir dan ajaran ajaran Mu’taz Mu’tazilah ilah.. Sedang Sedangkan kan aktivi aktivitas tas Mu’tazilah sebagai sebuah gerakan pemikiran teologi Islam terhenti semenjak serangan bangsa Mongol. Pada zaman modern sekarang, yang ditandai oleh pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, ajaran-ajaran Mu’tazilah yang bercorak rasional sudah mulai muncul kembali dikalangan umat Islam terutama pada tingkat elit intelektualnya. Munculnya neo Mu’tazilah dijagat pemikiran Islam belakangan ini meru merupa paka kan n sebu sebuah ah feno fenome mena na yang yang haru haruss dita ditang ngga gapi pi secar secaraa bijak bijaksan sanaa dan dan komprehensif oleh umat Islam. G.
Kesimpulan
Dari Dari pemb pembah ahasa asan n dan dan anal analisa isa diata diatas, s, tentu tentuny nyaa dapa dapatt ditar ditarik ik sebu sebuah ah kesimp kesimpula ulan-k n-kesim esimpul pulan an tentan tentang g aliran aliran Mu’tazi Mu’tazilah lah sebaga sebagaii sebuah sebuah sistem sistem dan corak pemikiran kalam dalam khazanah pemikiran Islam. Mu’tazilah adalah aliran yang secara garis besar sepakat dan mengikuti cara pandang Washil bin Atha dan ‘Amru bin ‘Ubaid dalam masalah-masalah teologi. Atau Atau bisa bisa dikatak dikatakan an juga juga bahwa bahwa Mu’tazi Mu’tazilah lah adalah adalah aliran aliran teolog teologii yang yang akar akar pemikirannya berkaitan dengan pemikiran Wasil Wasil bin Atha Atha dan ‘Amr ibn ‘Ubaid. Mu’tazilah merupakan aliran teologis dalam Islam yang bercorak rasional dan berpan berpandan dangan gan bahwa bahwa nash nash (wahyu) (wahyu) sejalan sejalan dengan dengan rasio rasio akal akal manusia manusia.. 19 As-Syahratsani, As-Syahratsani, Al-Milal wa al-Nihal , (Kairo: Musthafa Bab al-Halaby, 1968), h. 82
18
Namun, dalam perjalanan sejarahnya, mereka banyak terpengaruh dengan metode-meto metode-metode de filsafat asing asing sehingga sehingga hampir hampir saja membawa mereka mereka kepada kepada sikap ‘ekstrim’ dalam menggunakan logika. Aliran Mu’tazilah Mu’tazilah muncul dengan latar belakang belakang kasus hukum hukum pelaku dosa besar yang telah mulai diperdebatkan oleh kaum Khawarij dan kaum Murjiah. Mereka Mereka tidak tidak mengata mengatakan kan bahwa pelaku pelaku dosa besar besar itu kafir kafir dan tidak juga juga mukmin, melainkan fasik. Dan jika dia meninggal dunia dalam kondisi belum bertobat, maka dia berada disebuah tempat antara posisi orang mukmin dan orang kafir kafir yang yang diisti diistilahk lahkan an dengan dengan al-manz al-manzilah ilah bain bain manzila manzilatai tain. n. Dalam Dalam sisi lain perkembangannya, mereka juga masuk kedalam perdebatan antara qadariyah dan jabariyah tentang hakikat perbuatan manusia dan kaitannya dengan dengan takdir Tuhan. Tuhan. Penghargaan yang tinggi terjhadap akal dan logika menyebabkan timbulnya banyak perbedaan pendapat dikalangan Mu’tazilah sendiri. Namun, ide-ide teologis mereka disatukan dalam beberapa hal pokok yang dikenal dengan alUshul al-Khamsah, yaitu al-Tawhid ( Kesaan Kesaan Tuhan), Tuhan), al-‘Adl ( Keadilan) Keadilan) , , alWa’ad wa al-Wa’id ,(Janji ,(Janji dan ancaman), al-Manzilat bain al-Manzilatain (Satu tempat diantara dua tempat) dan al-Amr bi al-Ma’ruf wa al-Nahy ‘an al-Munkar (menegakkan yang makruf dan melarang kemungkaran ). Adanya lima pokok ajaran Mu’tazilah tersebut, kita tentunya tidak langsung menghuku menghukumi mi Mu’tazilah Mu’tazilah sebagai sebuah aliran yang terlarang. Atau mungkin diangap sebagai kafir. Karena yang berhak menentukan hal tersebut bukanlah manusia, melainkan Tuhan. Terlepas dari persepsi-persepsi dan dugaan yang muncul terhadap kelompok Mu’tazilah, gerakan ini telah banyak berjasa terhadap dunia Islam terutama dalam wacana pemikiran dan perkembangan keilmuan. Dengan kekayaan pembahasan logika logikany nya, a, Mu’tazi Mu’tazilah lah telah telah banyak banyak member memberika ikan n banyak banyak masuka masukan n terhad terhadap ap kekayaan khasanah pemikiran keislaman hingga saat ini.
DAFTAR PUSTAKA
19
As-Syahratsani, As- Al-Milal As- Al-Milal wa al-Nihal , Kairo: Musthafa Bab al-Halaby, 1968. Hanafi, Ahmad, Pengantar Ahmad, Pengantar Teologi Teologi Islam, Islam, Jakarta: Al-Husna Zikra, 1995. Hitti, Philip K, History o The Arabs, Arabs , Jakarta: Serambi, 2002. Jamrah, Suryan A, Studi Ilmu Kalam, Pekanbaru: PPS UIN Suska, 2008. Mahmud Subhi, Ahmad, Fi ‘Ilmi al-Kalam, al-Kalam, Kairo: Dar el-Fikr, Maktabah al Nahdhah, 1969. Mustofa, A, Filsafat A, Filsafat Islam, Islam, Bandung: Pustaka Setia, 1997. Nasution, Harun, Islam Rasional, Gagasan dan Pemikiran, Bandung: Bandung: Mizan, 1995. ______________, ______________, Teologi eologi Islam, Aliran-alira Aliran-aliran n Sejarah Sejarah Analisa Analisa Perbanding Perbandingan, an, Jakarta: UI Press, 1983. Nasir, Sahilun A, Pengantar A, Pengantar Ilmu Kalam, Kalam, Jakarta: Rajawali Press, 1996. Rozak, Abdul dan Anwar , Rosihon Ilmu Kalam, Kalam, Bandung: Pustaka Setia, 2006. Rahman, Fazlur Islam Fazlur Islam,, Bandung: Pustaka, 1990. Soe’yb, Joesoef , Sejarah Daulah Abbasiyah I , Jakarta: Bulan Bintang, 1987.
20